Integrasi nasional dalam bingkai bhinneka tunggal ika
Kerajaan demak
1. KERAJAAN DEMAK
Kelompok 1:
Erfi Dwi Indriastuti (09)
Jalu Weda Jati (17)
Joyka Tyas Reforian (18)
Novia Dini Alviyanti (22)
Nuha Ayu Pradita (23)
Refoningtyas Winda Hapsari (26)
Yeri Eka Putra (31)
2. a. Letak Geografis
Kerajaan Demak secara geografis terletak di Jawa Tengah.
Kerajaan Demak merupakan kerajaan Islam pertama di Pulau
Jawa, yang pada awal munculnya Kerajaan Demak mendapat
bantuan dari para bupati di daerah pesisir Jawa Tengah dan
Jawa Timur yang telah menganut agama Islam. Sebelumnya
Demak bernama Bintoro yang merupakan daerah vasal atau
bawahan Kerajaan Majapahit.
4. Faktor-faktor berdirinya Kerajaan
Demak:
1. Jatuhnya Malaka ke tangan Portugis yang menyebabkan para pedagang
Islam mencari persinggahan baru misalnya Demak.
2. Raden Patah, pendiri Demak masih keturunan Brawijaya V
3. Raden Patah mendapat dukungan dari para wali yang sangat dihormati
4. Banyak adipati pesisir yang tidak puas dengan Majapahit dan mendukung
Raden Patah
5. Mundur dan runtuhnya Majapahit
6. Pusaka kerajaan Majapahit sebagai lambang pemegang kekuasaan
diberikan kepada Raden Patah
5. b. Kehidupan Politik
1. Raden Patah (1500-1518)
Menurut kitab babat tanah jawi adalah keturunan raja terakhir kerajaan
Majapahit Raden Patah bergelar Sultan Alam Akbar Al-Fattah.
2. Adipati Unus (1518-1521)
Keberanian Adipati Unus menyerang kedudukan Portugis di Malaka
membuat Adipati Unus dijuluki Pangeran Sabrang Lor
3. Sulta Trenggana (1521-1546)
Dilantik menjadi raja Demak oleh Sunan Gunungjati dengan gelar
Sultan Ahmad Abdularifin. Pada masa pemerntahannya Demak
mencapai puncak kejayaan
7. c. Sosial Ekonomi
Sebagai kerajaann Maritim dalam menjalankan fungsinya
sebagai penghubung dan transito antara daerah penghasil
rempah-rempah di Indonesia bagian timur dengan Malaka
sebagai pasaran Indonesia bagian barat. Karena itulah
timbul keinginan Demak untuk menggantikan kedudukan
Malaka sebagai pusat perdagangan baik nasional maupun
internasional. Perekonomian Kerajaan Demak berkembang
dengan pesat dalam dunia maritim karena didukung oleh
penghasilan dalam bidang agraris yang sangat besar.
8. Kerajaan Demak mengusahakan kerjasama yang baik
dengan daerah-daerah di pantai utara Pulau Jawa yang
telah menganut Agama Islam, sehingga tercipta federasi
atau persemakmuran dengan Demak sebagai
pemimpinnya.
Terdapat 2 pelabuhan utama di Demak, yaitu Bergota
(Semarang) dan Jepara. Barang-barang yang dapat
diekspor dari Bergota dan Jepara, antara lain beras yang
dihasilkan oleh daerah pedalaman, garam yang dihasilkan
di Kuwu (Grobogan) sebagai barang tambang, dan kayu jati
yang tumbuh baik di daerah pegunungan Kendeng.
9. Daerah pedalaman yang terletak di Jawa Tengah selatan
dengan tenaga manusia yang cukup, dapat menghasilkan
beras untuk ekspor ke luar Jawa, antara lain ke Malaka,
sedangkan daerah pantainya menghasilkan ikan dan
terasi. Dari pegunungan Kendeng utara dan selatan
banyak dihasilkan kayu jati, yang pada waktu itu
merupakan bahan penting untuk pembuatan kapal.
Pusat pembuatannya antara lain di Juwana dan Lasem.
10. d. Kehidupan Sosial
Kehidupan sosial Kerajaan Demak tidak jauh
berbeda dengan kehidupan sosial pada kerajaan
sebelumnya hanya pada masa kekuasaan Demak,
kehidupan masyarakat telah diatur oleh aturan-
aturan atau hukum-hukum yang berlaku dalam
ajaran Islam, tetapi tidak begitu saja meninggalkan
tradisi lama, sehingga muncullah sistem kehidupan
yang telah mendapat pengaruh Islam.
11. e. Kehidupan budaya
Ketika Kerajaan Demak berkuasa, ajaran Islam di Pulau Jawa
berkembang dengan pesat karena mendapat dukungan para
wali atau sunan, dan mereka yang aktif di Demak adalah
Sunan Kalijaga. Ia banyak memberi saran sehingga Demak
merupakan negara theokrasi yaitu negara brdasar agama.
Salah satu bukti peninggalan kebudayaan Demak adalah
Masjid Demak yang terkenal salah satu tiang utamanya
terbuat dari pecahan-pecahan kayu yang disebut Soko Tatal.
12. Di pendopo Masjid Demak (serambi depan Masjid Demak)
itulah Sunan Kalijaga meletakkan dasar-dasar perayaan
sekaten. Tujuannya untuk memperoleh banyak pengikut
agama Islam dan tradisi itu sampai sekarang masih
berlangsung di Yogyakarta dan Cirebon.