Tiga kerajaan Islam di Sulawesi Selatan dan Maluku yakni Kerajaan Gowa-Tallo, Ternate, dan Tidore memiliki kehidupan politik, ekonomi, dan sosial yang berkembang seiring penyebaran agama Islam. Kerajaan-kerajaan ini menjadi pusat perdagangan rempah-rempah hingga menimbulkan persaingan dengan bangsa Eropa.
2. Politik kerajaan Gowa tallo
Raja – raja yang memerintah adalah :
1. Karaeng Matoaya (Raja Gowa) yang bergelar
Sultan Alaudin [1593 – 1639] dan dibantu
oleh Daeng Manrabia (Raja Tallo) sebagai
Mangkubumi bergelar Sultan Abdullah
2. Raja Muhammad Said (1639 – 1653)
3. Sultan Hasannudin (1653 – 1669).
4. Mapasomba (anak dari sultan Hasannudin
(1669-tidak diketahui)
3. Kehidupan politik kerajaan gowa-tallo
• Penyebaran Islam di Sulawesi Selatan dilakukan
oleh Datuk Robandang/Dato’ Ri Bandang dari
Sumatera, sehingga pada abad 17 agama Islam
berkembang pesat di Sulawesi Selatan, bahkan
raja Makasar pun memeluk agama Islam.
• Semenjak raja gowa (sultan alaudin) dan raja tallo
(sultan abdullah),kerajaan Makasar berkembang
sebagai kerajaan maritim dan berkembang pesat
pada masa pemerintahan raja Muhammad Said
(1639 – 1653).
4. • Selanjutnya kerajaan Makasar mencapai puncak kebesarannya pada
masa pemerintahan Sultan Hasannudin (1653 – 1669).
• Pada masa pemerintahannya Makasar berhasil memperluas
wilayah kekuasaannya yaitu dengan menguasai daerah-daerah yang
subur serta daerah-daerah yang dapat menunjang keperluan
perdagangan Makasar.
• Ia berhasil menguasai Ruwu, Wajo, Soppeng, dan Bone.Perluasan
daerah Makasar tersebut sampai ke Nusa Tenggara Barat.
• Daerah kekuasaan Makasar luas, seluruh jalur perdagangan di
Indonesia Timur dapat dikuasainya.
• Sultan Hasannudin terkenal sebagai raja yang sangat anti kepada
dominasi asing.
• Oleh karena itu ia menentang kehadiran dan monopoli yang
dipaksakan oleh VOC yang telah berkuasa di Ambon.
• Untuk itu hubungan antara Batavia (pusat kekuasaan VOC di Hindia
Timur) dan Ambon terhalangi oleh adanya kerajaan Makasar.
• Dengan kondisi tersebut maka timbul pertentangan antara Sultan
Hasannudin dengan VOC, bahkan menyebabkan terjadinya
peperangan. Peperangan tersebut terjadi di daerah Maluku.
5. • Dalam peperangan melawan VOC, Sultan Hasannudin
memimpin sendiri pasukannya untuk memporak-
porandakan pasukan Belanda di Maluku. Akibatnya
kedudukan Belanda semakin terdesak.
• Atas keberanian Sultan Hasannudin tersebut maka Belanda
memberikan julukan padanya sebagai Ayam Jantan dari
Timur.
• Upaya Belanda untuk mengakhiri peperangan dengan
Makasar yaitu dengan melakukan politik adu-domba antara
Makasar dengan kerajaan Bone (daerah kekuasaan
Makasar).
• Raja Bone yaitu Aru Palaka yang merasa dijajah oleh
Makasar mengadakan persetujuan kepada VOC untuk
melepaskan diri dari kekuasaan Makasar.
• Sebagai akibatnya Aru Palaka bersekutu dengan VOC untuk
menghancurkan Makasar.
6. • Akibat persekutuan tersebut akhirnya Belanda dapat menguasai ibukota
kerajaan Makasar. Dan secara terpaksa kerajaan Makasar harus mengakui
kekalahannya dan menandatangai perjanjian Bongaya tahun 1667 yang
isinya tentu sangat merugikan kerajaan Makasar.
Isi dari perjanjian Bongaya antara lain:
a. VOC memperoleh hak monopoli perdagangan di Makasar.
b. Belanda dapat mendirikan benteng di Makasar.
c. Makasar harus melepaskan daerah-daerah jajahannya seperti Bone dan
pulau-pulau di luar Makasar.
d. Aru Palaka diakui sebagai raja Bone.
• Walaupun perjanjian telah diadakan, tetapi perlawanan Makasar terhadap
Belanda tetap berlangsung. Bahkan pengganti dari Sultan Hasannudin
yaitu Mapasomba (putra Hasannudin) meneruskan perlawanan melawan
Belanda.
• Untuk menghadapi perlawanan rakyat Makasar, Belanda mengerahkan
pasukannya secara besar-besaran. Akhirnya Belanda dapat menguasai
sepenuhnya kerajaan Makasar, dan Makasar mengalami kehancurannya.
7. Kehidupan Ekonomi kerajaan gowa
tallo
• Kerajaan Makasar merupakan kerajaan Maritim dan berkembang sebagai pusat
perdagangan di Indonesia bagian Timur. Hal ini ditunjang oleh beberapa faktor :
- letak yang strategis,
- memiliki pelabuhan yang baik
- jatuhnya Malaka ke tangan Portugis tahun 1511 yang menyebabkan banyak
pedagang- pedagang yang pindah ke Indonesia Timur.
• Sebagai pusat perdagangan Makasar berkembang sebagai pelabuhan internasional
dan banyak disinggahi oleh pedagang-pedagang asing seperti Portugis, Inggris,
Denmark dan sebagainya yang datang untuk berdagang di Makasar.
• Pelayaran dan perdagangan di Makasar diatur berdasarkan hukum niaga yang
disebut dengan ADE’ ALOPING LOPING BICARANNA PABBALUE, sehingga dengan
adanya hukum niaga tersebut, maka perdagangan di Makasar menjadi teratur dan
mengalami perkembangan yang pesat.
• Selain perdagangan, Makasar juga mengembangkan kegiatan pertanian karena
Makasar juga menguasai daerah-daerah yang subur di bagian Timur Sulawesi
Selatan.
• Sebagian besar masyarakatnya adalah nelayan dan pedagang
8. Kehidupan Sosial kerajaan gowa tallo
• Mereka giat berusaha untuk meningkatkan taraf
kehidupannya, bahkan tidak jarang dari mereka yang
merantau untuk menambah kemakmuran hidupnya.
• Walaupun masyarakat Makasar memiliki kebebasan
untuk berusaha dalam mencapai kesejahteraan
hidupnya, tetapi dalam kehidupannya mereka sangat
terikat dengan norma adat yang mereka anggap sakral.
• Norma kehidupan masyarakat Makasar diatur
berdasarkan adat dan agama Islam yang disebut
PANGADAKKANG. Dan masyarakat Makasar sangat
percaya terhadap norma-norma tersebut.
9. • masyarakat Makasar juga mengenal pelapisan
sosial yang terdiri dari lapisan atas yang
merupakan golongan bangsawan dan keluarganya
disebut dengan “Anakarung/Karaeng”, sedangkan
rakyat kebanyakan disebut “to Maradeka” dan
masyarakat lapisan bawah yaitu para hamba-
sahaya disebut dengan golongan “Ata”.
• Dari segi kebudayaan, maka masyarakat Makasar
banyak menghasilkan benda-benda budaya yang
berkaitan dengan dunia pelayaran.
• Mereka terkenal sebagai pembuat kapal. Jenis
kapal yang dibuat oleh orang Makasar dikenal
dengan nama Pinisi dan Lombo.
10. Peninggalan budaya kerajaan gowa
tallo
• Mesjid Katangka didirikan pada tahun 1605 M.
• Sejak berdirinya telah mengalami beberapa kali pemugaran berturut-turut yang dilakukan oleh :
- Sultan Mahmud (1818)
- Kad Ibrahim (1921)
- Haji iMansur Daeng Limpo, Kadi Gowa (1948)
- dan Andi Baso, Pabbicarabutta Gowa (1962) sangat sulit mengidentifikasi bagian paling awal (asli)
bangunan mesjid tertua Kerajaan Gowa ini.
11. Makam raja-raja.
Tallo adalah sebuah kompleks makam kuno yang dipakai
sejak abad XVII sampai dengan abad XIX Masehi.
Letaknya di RK 4 Lingkungan Tallo, Kecamatan Tallo, Kota
Madya Ujungpandang.
Lokasi makam terletak di pinggir barat muara sungai Tallo
atau pada sudut timur laut dalam wilayah benteng
Tallo.
Ber¬dasarkan hasil penggalian (excavation) yang
dilakukan oleh Suaka Peninggalan sejarah dan
Purbakala (1976¬-1982) ditemukan gejala bahwa
komplek makam ber¬struktur tumpang-tindih.
Sejumlah makam terletak di atas pondasi bangunan, dan
kadang-kadang ditemukan fondasi di atas bangunan
makam.
16. Kehidupan politik kerajaan ternate-
tidore
• Di kepulauan Maluku terdapat kerajaan kecil, diantaranya kerajaan ternate sebagai
pemimpin Uli Lima yaitu persekutuan lima bersaudara. Uli Siwa yang berarti
persekutuan sembilan bersaudara
• Ketika bangsa Portugis masuk, Portugis langsung memihak dan membantu Ternate,
Hal ini dikarenakan Portugis mengira Ternate lebih kuat.
• Begitu pula bangsa Spanyol memihak Tidore akhirnya terjadilah peperangan
antara dua bangsa kulit, untuk menyelesaikan, Paus turun tangan dan menciptakan
perjanjian Saragosa.
• Dalam perjanjian tersebut bangsa Spanyol harus meninggalkan Maluku dan pindah
ke Filipina, sedangkan Portugis tetap berada di Maluku.
• Untuk dapat memperkuat kedudukannya, portugis mendirikan sebuah benteng
yang di beri nama Benteng Santo Paulo.
• Namun tindakan Portugis semakin lama di benci oleh rakyat dan para penjabat
kerajaan Ternate.
• Oleh karena itu Sultan Hairun secara terang-terangan menentang politik monopoli
dari bangsa Portugis.
• Sultan Baabullah (Putra Sultan Hairun) bangkit menentang Portugis. Tahun 1575
M Portugis dapat dikalahkan dan meninggalkan benteng.
18. Kehidupan ekonomi kerajaan ternate-
tidore
• Tanah di kepulauan Maluku itu subur dan diliputi hutan rimba yang banyak
memberikan hasil diantaranya cengkeh dan di kepulauan Banda banyak
menghasilkan pala.
• Pada abad ke 12 M permintaan rempah-rempah meningkat, sehingga cengkeh
merupakan komoditi yang penting.
• Pesatnya perkembangan perdagangan keluar Maluku mengakibatkan terbentuknya
persekutuan. Selain itu mata pencaharian perikanan turut mendukung
perekonomian masyarakat.
• Kepulauan Maluku merupakan penghasil rempah-rempah terbesar sehingga
dijuluki sebagai “The Spicy Island”.
• Rempah-rempah menjadi komoditas utama dalam dunia perdagangan pada saat
itu, sehingga setiap pedagang maupun bangsa-bangsa yang datang dan bertujuan
ke sana.
• Melewati rute perdagangan tersebut agama Islam meluas ke Maluku, seperti
Ambon, Ternate, dan Tidore. Keadaan seperti ini telah mempengaruhi aspek-aspek
kehidupan masyarakatnya, baik dalam bidang politik, ekonomi, sosial, dan budaya.
19. Kehidupan sosial kerajaan ternate-
tidore
• Kedatangan bangsa Portugis di kepulauan Maluku bertujuan untuk menjalin perdagangan dan
mendapatkan rempah-rempah.
• Bangsa Portugis juga ingin mengembangkan agama Katholik.
• Dalam 1534 M, agama Katholik telah mempunyai pijakan yang kuat di Halmahera, Ternate, dan
Ambon, berkat kegiatan Fransiskus Xaverius.
• Seperti sudah diketahui, bahwa sebagian dari daerah maluku terutama Ternate sebagai pusatnya,
sudah masuk agama islam.
• Oleh karena itu, tidak jarang perbedaan agama ini dimanfaatkan oleh orang-orang Portugis untuk
memancing pertentangan antara para pemeluk agama itu. Dan bila pertentangan sudah terjadi
maka pertentangan akan diperuncing lagi dengan campur tangannya orang-orang Portugis dalam
bidang pemerintahan, sehingga seakan-akan merekalah yang berkuasa.
• Setelah masuknya kompeni Belanda di Maluku, semua orang yang sudah memeluk agama Katholik
harus berganti agama menjadi Protestan.
• Hal ini menimbulkan masalah-masalah sosial yang sangat besar dalam kehidupan rakyat dan
semakin tertekannya kehidupan rakyat.
• Keadaan ini menimbulkan amarah yang luar biasa dari rakyat Maluku kepada kompeni Belanda. Di
Bawah pimpinan Sultan Ternate, perang umum berkobar, namun perlawanan tersebut dapat
dipadamkan oleh kompeni Belanda.
• Kehidupan rakyat Maluku pada zaman kompeni Belanda sangat memprihatinkan sehingga muncul
gerakan menentang Kompeni Belanda.
20. Peninggalan budaya kerajaan ternate
dan tidore
1). Kompleks Istana, Masjid dan Makam
Kesultanan Ternate
Masjid Sultan Ternate Istana Sultan Ternate
21. • Kompleks Makam di Bukit Foramadyahe :
Tokoh penting yang dimakamkan di kompleks ini, adalah
Sultan Khairun dan Sultan Baabullah, yang baik jirat
dan nisannya tidak berhias
• Koleksi museum Kesultanan Ternate
Museum kesultanan merupakan bekas dari istana yang
dialih fungsikan, di dalam museum ini menyimpan
koleksi artefak atau relief yang berkaitan dengan
eksistensi Kesultanan Ternate.
• Koleksi senjata ada yang buatan lokal dan asing
(Portugis, Belanda, Inggris), termasuk meriam-meriam
berukuran kecil dan sedang berikut peluru bulatnya.
Yang buatan lokal umumnya pedang, golok, dan
tombak, tetapi ada pula jenis yang sama yang non
lokal.