Dokumen tersebut membahas tentang Kerajaan Gowa-Tallo dan Kesultanan Makasar di Sulawesi Selatan serta Kerajaan Ternate dan Tidore di Maluku. Kerajaan-kerajaan tersebut berdiri pada abad ke-14 dan mencapai puncak kejayaannya pada abad ke-16 hingga ke-17 sebelum akhirnya jatuh ke tangan Belanda.
3. Letak kerajaan
Kerajaan Gowa-Tallo lebih dikenal
dengan sebutan kerajaan Makasar.
Kerajaan ini terletak di daerah
Sulawesi Selatan. Makasar
sebenarnya adalah ibu kota Gowa
yang dulu disebut sebagai Ujung
Pandang. Secara geografis, Sulawesi
Selatan memiliki posisi yang penting
karena dekat dengan jalur pelayaran
perdagangan Nusantara.
4. Kesultanan Makasar atau biasa disebut Kerajaan Gowa Tallo
adalah kerajaan bercorak Islam yang berdiri di Sulawesi Selatan.
Kapan tepatnya berdiri kerajaan ini pun tak ada data sejarah
yang mengabarkan. Menurut Prof Ahmad M Sewang dalam
Islamisasi Kerajaan Gowa: Abad XVI Sampai Abad XVII,
Kerajaan Gowa diperkirakan berdiri pada abad ke-14.
Kerajaan ini awalnya terdiri atas beberapa kerajaan kecil yang
terus bertikai. Gowa dan Tallo pra-Islam merupakan kerajaan
kembar milik dua bersaudara. Berawal di pertengahan abad ke-
16, pada masa pemerintahan Gowa IV Tonatangka Lopi, ia
membagi wilayah Kerajaan menjadi dua bagian untuk dua
putranya, Batara Gowa dan Karaeng Loe ri Sero. Hal ini
dikarenakan kedua putranya sama-sama ingin berkuasa.
Namun, pada masa Raja Gowa IX, Daeng Matanre Karaeng
Mangnguntungi yang bergelar Tumapa’risi Kallona (1510-1546),
dua kerajaan ini pun disatukan kembali (GOWA-TALLO)
5. RAJA-RAJA YANG MEMERINTAH
• Tumanurung
• Tumassalangga Baraya
• Puang Loe Lembang
• I Tuniatabanri
• Karampang ri Gowa
• Tunatangka Lopi
• Batara Gowa Tuminanga ri Paralakkenna
• Pakere Tau Tunijallo ri Passukki
• Daeng Matanre Karaeng Tumapa'risi'
Kallonna (awal abad ke-16)
• I Manriwagau Daeng Bonto Karaeng
Lakiyung Tunipallangga Ulaweng (1546-
1565)
• I Tajibarani Daeng Marompa Karaeng Data
Tunibatte
• I Manggorai Daeng Mameta Karaeng
Bontolangkasa Tunijallo (1565-1590)
• I Tepukaraeng Daeng Parabbung Tuni
Pasulu (1593)
• I Mangari Daeng Manrabbia Sultan Alauddin I
Tuminanga ri GaukannaI Mannuntungi
Daeng Mattola Karaeng Lakiyung Sultan
Malikussaid Tuminanga ri Papang Batuna
• I Mallombassi Daeng Mattawang Karaeng
Bonto Mangape Sultan Hasanuddin
Tuminanga ri Balla'pangkana
• I Mappasomba Daeng Nguraga Sultan Amir
Hamzah Tuminanga ri Allu’
• Sultan Mohammad Ali Tumenanga ri
Jakattara
• I Mappadulu Daeng Mattimung Karaeng
Sanrobone Sultan Abdul Jalil Tuminanga ri
Lakiyung.
6. • Kerajaan Gowa-Tallo mencapai puncak
kebesarannya pada masa pemerintahan Sultan
Hasannudin (1653-1669).
• Ia berhasil memperluas wilayah kekuasaannya
yaitu dengan menguasai daerah-daerah yang
subur dan daerah-daerah yang dapat menunjang
keperluan perdagangan Makasar. Perluasan
daerah Makasar tersebut sampai ke Nusa
Tenggara Barat.
• Sultan Hasannudin ingin menjadikan Gowa
sebagai pusat perdagangan di Asia Tenggara.
• Daerah kekuasaan Makasar luas, seluruh jalur
perdagangan di Indonesia Timur dapat dikuasi
oleh Sultan Hasannudin.
• Sultan Hasannudin terkenal sebagai raja yang
sangat anti kepada dominasi asing.
• Belanda memberikan julukan pada Sultan
Hasannudin sebagai ayam Jantan dari Timur.
7. Kehidupan Masyarakat
1) Di Bidang
Ekonomi
Sebagian besar masyarakat Makasar adalah nelayan dan
pedagang.
2) Di Bidang Sosial Kehidupannya mereka sangat terikat dengan norma adat
yang mereka anggap sakral. Masyarakat Makasar juga
mengenal sistem kasta yaitu golongan bangsawan
(Anakarung/karaeng), sedangkan rakyat (ToMaradeka),
dan hamba-sahaya (Ata).
3) Di Bidang
Kebudayaan
Masyarakat Makasar banyak menghasilkan benda-benda
budaya yang berkaitan dengan dunia pelayaran. Mereka
terkenal sebagai pembuat kapal. Jenis kapal yang dibuat
oleh orang Makasar dikenal dengan nama Pinisi dan
Lombo.
8. MASA KERUNTUHAN
Adanya kerja sama Arung palaka (kerajaan Bone) dengan VOC. Karena masing-
masing dari mereka mempunyai tujuan yang sama yaitu menjatuhkan Kerajaan
Gowa-Tallo.
Akibat persekutuan tersebut akhirnya Belanda dapat menguasai ibukota Kerajaan
Makasar. Dan secara terpaksa Kerajaan Makasar harus mengakui kekalahannya dan
menandatangani perjanjian Bongaya tahun 1667 yang isinya tentu sangat merugikan
kerajaan Makasar.
9. Isi dari Perjanjian Bongaya
a. VOC memperoleh hak monopoli
perdagangan di Makasar.
b. Belanda dapat mendirikan
benteng di Makasar.
c. Makasar harus melepaskan
daerah-daerah jajahannya seperti
Bone dan pulau-pulau di luar
Makasar.
d. Aru Palaka diakui sebagai Raja
Bone.
12. Lokasi Kerajaan Ternate Dan tidore
Secara geografis kerajaan Ternate dan Tidore
terletak di Kepulauan Maluku, antara Sulawesi
dan Papua. Letak tersebut sangat strategis dan
penting dalam dunia perdagangan masa itu.
Pada masa itu, kepulauan Maluku merupakan
penghasil rempah-rempah terbesar. Rempah-
rempah menjadi komoditas utama dalam
dunia perdagangan pada saat itu, sehingga
setiap pedagang maupun bangsa-bangsa yang
datang dan bertujuan ke sana.
13. Awal Perkembangan Kerajaan Ternate Pada abad ke-13 di
Maluku. Ibu kota Kerajaan Ternate terletak di Sampalu
(Pulau Ternate). Selain Kerajaan Ternate, di Maluku juga
telah berdiri kerajaan lain, seperti Jaelolo, Tidore, Bacan,
dan Obi. Di antara kerajaan di Maluku, Kerajaan Ternate
yang paling maju.
Kerajaan Ternate merupakan kerajaan yang mendapatkan
pengaruh Islam dari para pedagang Jawa dan Melayu.
Pusat pemerintahan Ternate terdapat di Sampalu. Raja
ternate yang pertama ialah Sultan Zainal Abidin (1486-
1500). Raja Ternate yang terkenal ialah Sultan Harun. Hasil
utama Ternate waktu itu ialah cengkeh dan pala.
14. Sejarah Tidore
Menurut catatan Kesultanan Tidore, kerajaan ini berdiri
sejak Jou Kohlano Sahjati naik tahta pada 12 Rabiul awal 502H
(1108M). namun, lokasi pusat kerajaan tersebut belum diketahui.
Asal usul Sahjati bisa dirunut dari kisah kedatangan Djafar Noh dari
negeri Maghribi di Tidore. Kemudian Noh menikahi gadis yang
bernama Siti Nursafa dan dikaruniai 4 orang putra dan 4 orang
putri. Dari ke 4 orang putra tersebut antaranya Sahjati pendiri
kerajaan Tidore.
Pada tahun 1495 M, Sultan Ciriliyati naik tahta dan menjadi
penguasa Tidore pertama yang memakai gelar Sultan. Saat itu,
pusat kerajaan berada di Gam Tina. Ketika Sultan Mansyur naik
tahta tahun 1512 M, ia memindahkan pusat kerajaan dengan
mendirikan perkampungan baru di Rum Tidore Utara.
Raja Tidore yang pertama adalah Sultan Marhum (1465-
1495 M). Raja berikutnya adalah putranya, Zainal Abidin.
16. RAJA YANG MEMERINTAH KERAJAAN TIDORE
1. Sultan Nuku, adalah pemimpin
yang cerdik, berani, ulet, dan
waspada. Beberapa usaha yang
dilakukan:
Menyatukan ternate dan
tidore untuk bersama-sama
melawan Belanda.
Memerluas wilayah
kekuasaan.
Menata sisten pemerintahan.
17. Masa Kejayaan
• Kerajaan Ternate mengalami masa kejayaan pada masa
pemerintahan Sultan Baabullah yang berhasil
mengalahkan portugis.
• Kerajaan Tidore mengalami masa kejayaan pada masa
Sultan Nuku dengan bersatu bersama kejayaan ternate
melawan bangsa asing.
18. Kehidupan Masyarakat Ternate dan
Tidore
1. Di Bidang Ekonomi Tanah di kepulauan Maluku subur dan diliputi
hutan rimba sehingga banyak menghasilkan
rempah-rempah. Sehingga semakin pesatnya
perkembangan perdagangan.
2. Di Bidang Sosial Kehidupan agama telah mewarnai kehidupan sosial
masyarakat maluku.
3. Di Bidang
Kebudayaan
Rakyat Maluku diliputi aktivitas perekonomian,
maka tidak banyak menghasilkan budaya. Salah
satu karya seni bangun yang terkenal ialah istana
Sultan Ternate dan masjid kuno di Ternate.
19. MASA KERUNTUHAN
Kemunduran Kerajaan Ternate disebabkan karena diadu domba
dengan Kerajaan Tidore yang dilakukan oleh bangsa asing
(Portugis dan Spanyol) yang bertujuan untuk memonopoli daerah
penghasil rempah-rempah. Setelah sultan ternate dan Tidore
sadar bahwa mereka telah diadu domba, maka mereka kemudian
bersatu dan berhasi mengusir bangsa asing ke luar kepulauan
Maluku. Namun kemenangan tersebut tidak bertahan lama sebab
VOC yang dibentuk Belanda berhasil menaklukkan Ternate dan
Tidore.