Kerajaan Banten mencapai puncak kejayaannya pada masa Sultan Ageng Tirtayasa. Wilayahnya meluas hingga Lampung dan hubungan luar negerinya kuat, namun akhirnya runtuh akibat campur tangan Belanda yang mengadu domba sultan dengan putranya sendiri. Peninggalannya berupa istana, masjid dan benteng yang kini tinggal reruntuhan.
Kesebangunan Segitiga matematika kelas 7 kurikulum merdeka.pptx
tugas kerajaan banten
1. TUGAS KERAJAAN BANTEN
DISUSUN OLEH
NAMA : DEVI SULISTYANINGRUM (07)
KUSWINAHYU (12)
WINDA PRADANA PUTRI (24)
KELAS : X IPS 1
MADRASAH ALIYAH NEGERI KLATEN
2. AWAL BERDIRINYA KERAJAAN BANTEN
Berdirinya kesultanan Banten diawali ketika kesultanan Demak memperluas
pengaruhnya ke jawa barat. Pada tahun 1524, Sunan Gunung Jati alias Syarif
Hidayatullah bersama pasukan demak menaklukkan penguasa banten, dan
mendirikan kesultanan banten yang berada di bawah pengaruh
demak.Kota banten terletak di pesisir selat sunda, dan merupakan pintu
gerbang yang menghubungkan Sumatra dan jawa. Posisi banten yang
sangat strategis ini menarik perhatian Demak untuk menguasainya. Di tahun
1525 – 1526 pasukan demak bersama Sunan Gunung Jati berhasil menguasai
baten. Sebelum banten berdiri sebagai kesultanan, wilayah ini termasuk
bagian kerajaan pajajaran yang beragama hindu. Pada awal abad ke – 16,
yang berkuasa di banten adala prabu Pucuk Umum dengan pusat
pemerintahan kadipaten
3. di banten Girang. Adapun daerah Surasowan hanya berfungsi sebagai kota
pelabuhan. Menurut berita Joad Barros (1616), wartawan Portugis, diantara
pelabuhan yang tersebar di wilayah pajajaran, pelabuhan sunda kelapa dan
banten merupakan dua pelabuhan terbesar yang dikungjungi para saudagar
dalam dan luar negeri. Dari sanalah sebagian besar lada dana hasil negeri
lainnya diekspor.Pada masa lalu, banten adalah semacam kota metropolitan.
Ia menjadi pusat perkembangan pemerintahan kesultanan banten, yang
sempat mengalami masa keemasan selama kurang lebih tiga abad. Menurut
babad pajajaran, masuknya islam dibanten dimulai ketika Prabu Siliwangi
sering melihat cahaya yang menyala-nyala di langit. untuk mencari tahu
tentang arti itu, ia mengutus kian Santang, penasehat kerajaan pajajaran
yang mengatakan bahwa cahaya di atas banten adalah cahaya islam. Kian
Santang pun memeluk islam dan kembali ke pajajaran untuk mengislamkan
masyarakat. Upaya kian santang hanya berhasil untuk beberapa orang saja,
sedangkan yang lainnya menyingkirkan diri. Akibatnya, pajajaran menjadi
berantakan.
4. Pada tahun 1526, gabungan pasukan Demak dan Cirebon bersama dengan
laskar marinir maulana Hasanuddin (putra Syarif Hidayatullah) tidak banyak
mengalami kesulitan dalam menguasai banten. Bahkan ada yang
menyebutkan, Prabu Pucuk Umum menyerahkan banten dengan Sukarela.
Pusat pemerintahan yang semula berkedudukan di Banten pun dipindahkan
ke Surasowan. Pemindahan pusat pemerintahan ini dimaksudkan untuk
memudahkan hubungan antara pesisir melalui selat sunda dan selat malaka.
Hal ini berkaitan pula dengan situasi asia tenggara kala itu. perlu dingat,
malaka telah dikuasi portugis, sehingga pedagang yang enggan
5. berhubungan dengan portugis mengalihkan rute niaga ke selat sunda.Sejak itu,
pelabuhan banten semakin ramai. Atas penunjukkan Sultan Demak, pada tahun
1526 maulana Hasanuddin diangkat sebagai Adipati Banten. Di tahun 1552,
banten diubah menjadi negara bagian Demak, tetap dengan Maulana
Hasanuddin sebagai pemimpinnya. Pada waktu demak runtuh dan diganti
Pajang (1568), Maulana Hasanuddin memproklamasikan banten sebagai Negara
Merdeka.
Sultan maulana Hasanuddin memerintah banten selama 18 tahun (1552 – 1570).
Ia telah memberikan andil besar dalam meletakkan fondasi islam di Nusantara.
Selain dengan mendirikan masjid dan pesantren, Maulana Hasanuddin juga
mengirim ulama ke berbagai daerah yang telah dikuasainya. Usaha
penyebarluasan Islam dan pembangunan Banten itu dilanjutkan oleh para
penerusnya. Pada masa jayanya, wilayah kekuasaan Kesultanan Banten Meliputi
Serang, Pandeglang, Lebak, dan Tangeran.
6. kejayaan itu mulai berakhir pada masa sultan Ageng Tirtayasa. Kesultanan Banten mengalami kehancuran
Akibat ulah anak kandung Sultan Ageng Sendiri, yaitu sultan Haji. Pada waktu itu, Sultan Haji diserahi
amanat oleh ayahnya sebagai sultan muda yang berkedudukan di Surasowan. Namun, sultan haji
berdekat-dekat dengan kompeni, bahkan memberi mereka keleluasaan untuk berdagang di pelabuhan
banten. Hal itu sangat tidak disukai oleh Sultan Ageng. Hingga akhirnya Sultan Ageng menyerang Istana
Surasowan pada 27 Februari 1682. terjadilah perang dasyat , Sultan Ageng Tirtayasa melawan kompeni
yang mendukung Sultan Haji. Istana Surasowan mengalami kehancuran pertama akibat perang
tersebut.Meskipun istana Surasowan dibangun kembali dengan megah oleh Sultan haji atas bantuan Arsitek
Belanda, namun pemberontakan demi pembrontakan oleh rakyat banten tidak pernah surut. Sultan Ageng
Tirtayasa memimpin perang gerilya bersama anaknya yang setia, Pangeran Purbaya, serta Syekh Yusuf,
seorang ulama dari Makassar sekaligus menantunya. Akan tetapi, akhirnya Kompeni mengerahkan
kekuatan penuh, dan Sultan Ageng dapat dikalahkan.Setelah kekalahan itu, para pengikut Sultan Ageng
Tirtayasa menyebar ke berbagai daerah untuk berdakwah. Syekh Yusuf dibuang ke Srilanka, tempat ia
memimpin gerakan perlawan lagi, sebelum akhirnya dibuang ke Afrika Selatan. Di Afrika Selatan, Syekh
Yusuf menyebarkan Islam, sampai wafatnya.
Sementara itu, banten jatuh menjadi boneka belanda. Daendels yang membangun jalan raya Anyer –
Panarukan kemudian memindahkan pusat kekuasaan Baten ke Serang. Istana Surosowan ia bakar habis
pada 1812. dapat dikatakan, pada tahun itulah Kesultanan Banten runtuh.
7. Keberadaan dan Kejayaan Kesultanan Banten pada masa lalu dapat dilihat
dari peninggalan sejarah, seperti Masjid Agung Banten yang didirikan pada
masa pemerintahakan Sultan Maulana Hasanuddin. Arsitektur masjid tersebut
merupakan perpaduan antara arsitektur asing dan jawa. Bangunan lain yang
membuktikan keberadaan Kesultanan Banten masa lampau adalah bekas
istana Surasowan, yang letakkanya berdekatan dengan Masjid Agung
Banten. Istana Surasowan yang kini tinggal puing-puing itu dikelilingi oleh
tembok benteng yang tebal dengan luas kurang lebih 4 hektare, berbentuk
persegi empat panjang. Benteng tersebut kini masih tegak berdiri, di samping
beberapa bagian kecil yang telah runtuh.
8. MASA KEJAYAAN KERAJAAN MBANTEN
Kesultanan Banten mencapai puncak kejayaannya pada masa pemerintahan Abu Fath
Abdul Fatah atau lebih dikenal dengan nama Sultan Ageng Tirtayasa. Saat itu Pelabuhan
Banten telah menjadi pelabuhan internasional, sehingga perekonomian kesultanan itu maju
pesat. Wilayah kekuasaannya pun semakin meluas, meliputi sisa kerajaan Sunda yang tidak
direbut kesultanan Mataram dan serta wilayah yang sekarang menjadi Provinsi Lampung.
Kesultanan Banten mengadakan hubungan dengan negara-negara lain melalui jalur laut.
Pengiriman pejabat ke berbagai negara seringkali dilakukan pada masa pemerintahan
Sultan Ageng Tirtayasa. Inilah masa keemasan
9. Kesultanan Banten.Sultan Ageng Tirtayasa sempat mengirimkan dua orang
utusannya ke Inggris sebagai duta besar yang ditugasi juga membeli senjata.
Selain itu, sultan menggalang hubungan baik dengan Aceh, Makassar, India,
Mongol, Turki, dan Arab. Para penguasa Banten yang pergi ke Arab untuk
menunaikan haji dan ke Inggris untuk menunaikan tugas sebagai utusan,
menggunakan kapal milik pedagang Inggris. Sebagai sultan ke-6, Sultan Ageng
Tirtayasa, tegas menentang segala bentuk penjajahan bangsa asing atas
negaranya. Ia tidak pernah berkeinginan untuk berkompromi dengan Belanda.
Pada 1645 hubungan Banten dengan Belanda semakin panas. Pada 1656
pasukan Banten bergerilya di sekitar Batavia. Setahun kemudian, Belanda
menawarkan perjanjian damai. Lantaran perjanjian itu hanya menguntungkan
Belanda, sultan Banten menolaknya. Pada 1580 meletuslah perang besar antara
Banten dan Belanda.
10. Perang itu berakhir pada 10 Juli 1659 dengan ditandai penandatanganan perjanjian gencatan
senjata. Sultan Ageng Tirtayasa memiliki putra mahkota yang bernama Abdul Kohar. Ia diangkat
menjadi putra mahkota pada tanggal 16 Februari 1671 dengan gelar Sunan Abu'n Nasr Abdul
Kohar yang dikenal sebagai Sultan Haji. Putra mahkota inilah yang menjadi jalan bagi Belanda
untuk mengadu domba sultan dengan putranya sendiri. Sultan Haji menginginkan perdamaian
dengan Belanda dengan mengirimkan surat pada 1680 dan menyatakan bahwa ia adalah
penguasa Banten sepenuhnya, bukan lagi Sultan Ageng Tirtayasa.Pada 26 Februari 1682, Sultan
Ageng Tirtayasa menyerbu Surosowan tempat Sultan Haji berkedudukan. Serangan tersebut
berhasil, namun kemudian Surosowan direbut oleh Belanda di bawah pimpinan Kapten Tack.
Pemerintahan Banten selanjutnya dipegang oleh Sultan Haji.
Setelah Sultan Haji meninggal, terjadilah perebutan kekuasaan di antara anak-anaknya, akibat
campur tangan dari Belanda. Sejak saat itu terjadi gonta-ganti sultan dan Kesultanan Banten mulai
mengalami kemunduran.
Puncak kehancuran terjadi pada masa Kesultanan Banten diperintah oleh Sultan Muhammad
Syarifuddin. Ia dipaksa turun tahta dan Kesultanan Banten dihapus oleh pemerintahan Inggris yang
menggantikan Belanda di Banten di bawah pemerintahan Gubernur Jenderal Raffles. Sejak itulah
Kesultanan Banten hilang dan hanya meninggalkan jejaknya.
11. KERUNTUHAN KERAJAAN MBANTEN
kerajaan banten itu tidak pernah diserang oleh kerajaan sriwijaya bahkan
sriwijaya sudah tidak ada, ketika kerajaan banten didirikan, oleh sunan gunung
jati kemudian pemerintahannya diserahkan pada anaknya yang bernama
HASANUDDIN (hasanudin yang aq maksud BUKAN raja dari makkasar itu, nama
hasanuddin sendiri dalam sejarah memang ada 2, satu adalah anak sunan
gunung jati dan satunya adalah raja dari makasar yang juga dijuluki AYAM
JANTAN DARI TIMUR oleh belanda) lagipula kerajaan sriwijaya menganut agama
hindhu-budha, sedangkan kerajaan banten sudah menganut agama islam, saat
itu penganut agama islam sudah mulai meluas di jawa, sedangkan penganut
hindhu hanya tinggal beberapa saja
keruntuhan kerajaan banten disebabkan karena hasanuddin berhasil dikalahkan
oleh belanda sehingga harus menandatangani sebuah perjanjian. isinya antara
lain adalah kerajaan banten harus dibagi menjadi 4 kerajaan kecil yaitu kerajaan
cirebon,dll. karena mejadi kerajaan kecil maka di banten sering terjadi perang
saudara sehingga kerajaan banten akhirnya runtuh
12. PENINGGALAN KERAJAAN MBANTEN
Istana Keraton Kaibon
Istana Kaibon adalah sebuah Istana tempat tinggal Ratu Aisyah, ibunda dari Sultan Syaifuddin.
Bentuknya hanyalah tinggal Reruntuhan saja. Disampingnya ada sebuah Pohon besar dan
sebuah Kanal. Menurut penduduk sekitar, dulunya ini adalah sebuah Istana yang sangat . Namun, Pada
tahun 1832, Belanda menghancurkannya saat terjadi peperangan melawan Kerajaan Banten
13. Istana Keraton Surosowan
Tidak Jauh dari Istana Keraton Kaibon, terdapat sebuah Situs Istana Surosoan yang
merupakan Kediaman para Sultan Banten, dari Sultan Maulana Hasanudin hingga Sultan
Haji yang pernah berkuasa pada tahun1672-1687, Istana ini dibangun pada tahun 1552.
Dibanding Istana Kaibon yang terlihat masih berupa bangunan, Istana Surosoan, hanya
tinggal berupa sisa-sisa bangunannya saja. Sisa bangunan megah ini berupa Benteng yang
terbuat dari batu merah dan batu karang dengan tinggi 0,5 – 2 meter. Ditengahnya
terdapat kolam persegi empat. Konon, kolam tersebut adalah bekas pemandian para putri
termasuk Rara Denok. Dengan luas sekitar 4 hektare. Bangunan sejarah ini dihancurkan
oleh Belanda pada masa kekuasaan Sultan Ageng Tirtayasa tahun 1680
14. Masjid Agung Banten
Masjid Agung Banten terletak di Kompleks bangunan masjid di Desa Banten Lama, Kecamatan
Kasemen, sekitar 10 km sebelah utara KotaSerang. Masjid ini dibangun pertama kali oleh Sultan Maulana
Hasanuddin (1552-1570), pertama Kesultanan Demak. Ia adalah putra pertama Sunan Gunung Jati.
Salah satu kekhasan yang tampak dari masjid ini adalah atap bangunan utama yang bertumpuk lima,
15. mirip pagoda China. Ini adalah karya arsitektur China yang bernama Tjek
Ban Tjut. Dua buah serambi yang dibangun kemudian menjadi pelengkap di
sisi utara dan selatan bangunan utama. Di serambi kiri masjid ini terdapat
kompleks makam Sultan-sultan Banten dan keluarganya, yaitu Maulana
Hasanuddin dengan Permaisurinya,Sultan Ageng Tirtayasa, dan Sultan Abu
Nashr Abdul Kahhar atau Sultan Haji. Sementara di serambi kanan, terdapat
makam Sultan Maulana Muhammad, Sultan Zainul Abidin, Sultan Abdul
Fattah, Pangeran Aria, Sultan Mukhyi, Sultan Abdul Mufakhir, Sultan Zainul
Arifin, Sultan Zainul Asikin, Sultan Syarifuddin, Ratu Salamah, Ratu Latifah,
dan Ratu Masmudah.
16. Vihara Avalokitesvara
Vihara ini merupakan salah satu Vihara tertua di Indonesia. Keberadaan Vihara ini diyakini merupakan
bukti bahwa pada saat itu penganut Agama yang berbeda dapat hidup berdampingan dengan damai
tanpa Konflik yang berarti. Kondisi di dalam Vihara ini sendiri sejuk karena banyak pepohonan rindang dan
terdapat tempat duduk yang nyaman untuk beristirahat. Selasar koridor Vihara yang menghubungkan
bangunan satu dengan yang lainnya ini terdapat relief cerita hikayat Ular Putih, yang dilukis dengan
berwarna-warni sebagai elemen estetis.
17. Benteng Spellwijk
Lokasi tidak jauh dari Masjid Agung Banten, benteng ini dibangun sekitar
tahun 1585 (menurut informasi lainnya tahun 1682). Dahulunya Benteng
Spellwijk digunakan sebagai Menara Pemantau yang berhadapan langsung
ke Selat Sunda dan sekali berfungsi sebagai penyimpanan meriam-
meriam dan alat pertahanan lainnya. Di tempat ini juga terdapat
sebuah Terowongan yang katanya terhubung dengan Keraton Surosowan.
18. Museum Kepurbakalaan Banten Lama
Museum Situs Kepurbakalaan Banten Lama mempunyai luas tanah kurang lebih 10.000 m2 dan bangunan kurang
lebih 778 m2. Dibangun dengan gaya arsitektur tradisional Jawa Barat seperti yang terlihat pada bentuk atapnya.
Museum yang terletak antara Keraton Surosowan dan Masjid Agung Banten Lama ini menyimpan banyak benda-
benda purbakala. Dilihat dari bentuk bangunannya Museum Situs Kepurbakalaan lebih mirip seperti sebuah rumah
yang kemudian dialihfungsikan menjadi museum.
19. Dari sekian banyak benda-benda purbakala yang menjadi koleksinya,
benda-benda tersebut dibagi menjadi 5 kelompok besar.
Arkeologika, benda-benda yang digolongkan dalam kategori ini
adalah Arca, Gerabah, Atap, Lesung Batu, dll.
Numismatika, koleksi bendanya berupa Mata Uang, baik Mata Uang lokal
maupun Mata Uang asing yang dicetak oleh masyarakat Banten.
Etnografika, benda-benda koleksinya berupa miniatur Rumah Adat Suku
Baduy dan berbagai macam Senjata Tradisional dan juga senjata
peninggalan Kolonial seperti Tombak, Keris, Golok, Meriam, Pistol, dll.
20. Keramologika, yaitu benda-benda koleksi berupa macam-macam Keramik. Keramik yang
tersimpan berasal dari berbagai tempat seperti Burma, Vietnam, China, Jepang,Timur
Tengah dan Eropa. Tidak ketinggaln pula keramik lokal asal Banten yang biasanya lebih dikenal
dengan sebutan Gerabah dan biasanya gerabah ini digunakan sebagai alat-alat rumah
tangga.
Seni rupa, yang termasuk didalamnya adalah benda-benda seni seperti Lukisan atau Sketsa.
Museum Situs Kepurbakalaan Banten Lama ini menyimpan banyak koleksi lukisan tetapi hampir
keseluruhannya adalah lukisan hasil reproduksi.
21. Selain menyimpan benda-benda koleksi kepurbakalaannya di dalam
ruangan, terdapat dua Artefak yang disimpan di halaman Museum Situs
Kepurbakalaan Banten Lama, yaitu artefak Meriam Ki Amuk dan juga alat
penggilingan Lada. Yang paling terkenal adalah Meriam Ki Amuk, meriam
yang terbuat dari tembaga dengan tulisan arab yang panjangnya sekitar
2,5 meter ini merupakan bantuan dari Ottoman Turki. Konon Meriam Ki
Amuk memiliki kembaran yaitu Meriam Ki Jagur yang saat ini tersimpan di
halaman belakangMuseum Fatahillah Jakarta. Sedangkan alat
penggilingan lada yang terbuat dari batu padas yang sangat keras telah
hancur menjadi beberapa bagian. Pada zaman dahulu Banten memang
dikenal sebagai penghasil lada, itulah yang menyebabkan Belanda
datang ke Banten, salah satunya ingin menguasai produksi lada
22. Danau Tasikardi
Danau ini terletak tidak jauh dari Istana Kaibon, Konon, Danau tersebut luasnya 5 Hektar dan bagian
dasarnya dilapisi oleh Batu Bata, Pada masa itu danau ini dikenal dengan nama "Situ Kardi" yang memiliki
sistem ganda, selain sebagai penampung air di Sungai Cibanten yang digunakan
sebagai Pengairan Persawahan, danau ini juga dimanfaatkan sebagai pasokan Air bagi keluarga Keraton
dan Masyarakat sekitarnya. Air dialirkan dari Pipa-Pipa yang terbuat dari Tanah Liat berdiameter 2-40 cm.
Sebelum digunakan air danau harus disaring dan diendapkan ditempat penyaringan khusus yang dikenal
dengan Pengindelan Abang atau Penyaringan Merah, Pengindelan Putih atauPenyeringan Putih,
dan Pengeindelan Emas atau Penyaringan Emas.