SlideShare a Scribd company logo
2015
Fayeza Camalia (4201412076)
Erien Setiana (4201412187)
Gelombang Cahaya
Gelombang Cahaya
Peta Konsep
Gelombang
cahaya
Interferensi
Celah Ganda
Young
Maksimum
Minimum
Lapisan Tipis
Maksimum
Minimum
Difraksi
Celah tunggal
Maksimum
Minimum
Kisi
Maksimum
Minimum
Polarisasi
Pemantulan dan
pembiasan
Hamburan
Serapan
Pembiasan
Ganda
SIFAT-SIFAT CAHAYA
Pada kelas X kita mengetahui bahwa gelombang cahaya merupakan kategori
gelombang elektromagnet karena kita ketahui bahwa cahaya tidak membutuhkan
medium untuk merambat atau dapat merambat pada ruang hampa. Teori tentang
elektromagnet ditemukan oleh Max Well yang menyatakan: “gelombang elektromagnet
merupakan perubahan medan magnet atau sebaliknya yaitu perubahan medan magnet
menjadi medan listrik”. Teori Max Well kemudian disempurnakan oleh Frank Hertz
yang menyimpulkan bahwa cahaya memiliki sifat-sifat umum dari gelombang, antara
lain:
1. Dalam suatu medium homogen (contoh: udara), cahaya merambat lurus.
Perambatan cahaya disebut juga sebagai sinar. Cahaya yang dipancarkan oleh
sebuah sumber cahaya merambat ke segala arah. Bila medium yang dilaluinya
homogen, maka cahaya merambat menurut garis lurus. Bukti cahaya merambat
lurus tampak pada berkas cahaya matahari yang menembus masuk ke dalam
ruangan yang gelap. Demikian pula dengan berkas lampu sorot pada malam hari.
Berkas-berkas itu tampak sebagai batang putih yang lurus.
2. Dapat merambat pada ruang hampa
3. Merupakan gelombang transversal
Gambar 1. Cahaya merambat lurus
4. Pada bidang batas antara dua medium (contoh: bidang batas antara udara dan air),
cahaya dapat mengalami pemantulan atau pembiasan.
5. Jika melewati celah sempit, dapat mengalami lenturan.
6. Dapat mengalami interferensi.
7. Dapat mengalami polarisasi atau hilang salah satu arah getarnya.
Setiap benda yang dapat memancarkan cahaya sendiri disebut sumber cahaya,
contohnya: matahari, bintang, lampu, lilin, dan lain-lain. Sedangkan, benda-benda yang
tidak dapat memancarkan cahaya disebut benda gelap.
A. POLARISASI CAHAYA
Cahaya merupakan gelombang elektromagnetik. Gelombang elektromagnetik
adalah suatu gelombang yang terdiri atas getaran-getaran vektor medan listrik (E) dan
vektor medan magnet (B) yang saling tegak lurus satu sama lain. Baik vektor medan
listrik maupun vektor medan magnet, keduanya tegak lurus terhadap arah
perambatannya. Karena kuat medan listrik jauh lebih besar daripada kuat medan
magnet (ingat E=cB), untuk penyederhanaan gelombang cahaya hanya digambarkan
berupa gelombang medan listrik saja.
Berdasarkan peristiwa interferensi dan difraksi, dapat disimpulkan bahwa
cahaya merupakan gejala gelombang. Peristiwa interferensi dan difraksi tersebut belum
dapat menunjukkan bagaimana bentuk gelombang cahaya, apakah gelombang cahaya
berbentuk transversal ataukah longitudinal. Fenomena yang mampu menunjukkan
bahwa gelombang cahaya merupakan gelombang transversal adalah polarisasi cahaya
Polarisasi adalah peristiwa perubahan arah getar gelombang cahaya yang acak
menjadi satu arah getar. Peristiwa ini terjadi karena terserapnya sebagian atau seluruh
arah getar gelombang tersebut. Berbeda dengan interferensi dan difraksi yang berlaku
pada semua jenis gelombang, polarisasi hanya berlaku pada gelombang transversal.
Pernahkan Anda menggunakan kacamata hitam? Bagaiaman dengan kecerahan cahaya
sebelum dan sesudah menggunakan kacamata?
Gambar 1.1 Gelombang elektromagnetik, vektor medan listrik E tegak lurus
vektor medan magnet B, dan keduanya tegak lurus arah rambatan
Gambar 1.2 Polarisasi gelombang (a) seluruhnya (b) tak terpolarisasi
Cara membuat cahaya terpolarisasi
Terjadinya cahaya terpolarisasi dapat disebabkan oleh peristiwa penyerapan
selektif, peristiwa pemantulan dan pembiasan, peristiwa bias rangkap, dan peristiwa
hamburan.
a. Polarisasi Karena Pemantulan dan Pembiasan
Polarisasi dapat terjadi karena adanya pemantulan dan pembiasan. Ketika
cahaya jatuh pada bidang batas antara dua medium dengan membentuk sudut ip
terhadap garis normal, sebgaian sinar akan dipantulkan dengan sudut ip dan sebagian
lagi akan dibiaskan sebesaar sudut r. Jika sudut sinaar pantul dan sudut sinar bias
dijumlahkan membentuk sudut 90° (ip+ r =90°) maka sinar pantul terpolarisasi linear
karena sudut bias dan sudut pantul saling tegak lurus.
y
Z
O
X
E
B
Gambar 1.3 Polarisasi Linear terjadi jika jumlah sudut pantul dan sudut bias 90°
Pada Gambar 1.3 tampak seberkas cahaya datang dari medium dengan indeks
bias n1 menuju medium dengan indeks bias n2. Berkas cahaya tersebut sebagian
dibiaskan dan sebagian dipantulkan. Sesuai dengan hukum pemantulan, sudut pantul
sama dengan sudut datang, yaitu ip. Karena sinar pantul tegak lurus sinar bias, maka
berlaku
ip + r = 900 atau r = 900 - ip
Dengan menggunakan hukum pembiasan Snellius, maka didapatkan
n1.sin ip = n2.sin r
n1.sin ip = n2.sin (900 - ip )
= n2.cos ip.
1
2
tan
n
n
ip 
Terjadinya sinar pantul yang terpolarisasi linier pada sudut Brewster dapat
dijelaskan sebagai berikut : Berkas cahaya datang menyebabkan elektron-elektron pada
atom–atom suatu medium menjadi bergetar. Berkas cahaya pantul disebabkan karena
adanya re-radiasi gelombang elektromagnetik oleh getaran elektron – elektron tersebut.
Jika sinar pantul yang terjadi tegak lurus terhadap sinar bias, hanya getaran elektron
yang sejajar terhadap bidang batas saja yang menyumbang adanya sinar pantul. Maka
dari itu, sinar pantul tidak mempunyai komponen vektor medan listrik yang sejajar
bidang gambar.
ip ip
900
r
hukum Brewster.Sudut polarisasi (ip) disebut juga
sudut Brewster.
b. Polarisasi Karena Serapan Selektif
Cahaya terpolarisasi dapat juga diperoleh dari sinar tak terpolarisasi dengan
menggunakan bahan tertentu seperti nikel atau pelat titpis yang dikenal sebagai
polaroid. Polarisasi jenis ini dapat terjadi dengan bantuan kristal polaroid. Bahan
polaroid bersifat meneruskan cahaya dengan arah getar tertentu dan menyerap cahaya
dengan arah getar yang lain. Bahan polaroid sering digunakan untuk kaca mata
pelindung sinar matahari (sun-glasses) dan pada filter polarisasi lensa kamera. Bahan
polaroid mempunyai sumbu polarisasi. Sumbu polarisasi dari suatu bahan polaroid
disebut sebagai sumbu polarisator. Untuk selanjutnya, kita gunakan istilah sumbu
polarisator untuk menyatakan sumbu polarisasi. Suatu polaroid ideal akan meneruskan
semua komponen vektor medan listrik yang sejajar terhadap sumbu mudah dan
menyerap semua komponen vektor medan listrik yang tegak lurus terhadap sumbu
mudah. Sifat seperti ini disebut sifat dikroik.
Gambar 1.4 Absorbsi (penyerapam) selektif
Cahaya yang diteruskan adalah cahaya yang arah getarnya sejajar dengan sumbu
polarisasi polaroid. Polaroid memiliki sederetan celah paralel (sumbu polarisator)
sehingga arahnya arah getar cahaya yang sejajar celah yang akan lolos dari polariod itu.
Jika arah getar membentuk sudut θ terhadap sumbu polarisator, amplitudo berkurang
dengan faktor cos θ. Karena intensitas cahaya sebanding dengan kuadrat amplitudonya,
intensitas cahaya yang telah melewati polaroid berarti :
2
0 cosII 
Cahaya tak Terpolarisasi Cahaya Terpolarisasi
Polaroid
Sumbupolarisator
Dengan,
I = intensitas cahaya setelah melewati polaroid
I0 = Intensitas cahaya awal
Θ = sudut antara sumbu polarisator dan arah getar gelombang cahaya awal
(sebelum terpolarisasi)
Dua buah polaroid dapat digunakan untuk mengurangi intensitas cahaya yang
diteruskan. Polaroid pertama digunakan sebagai polarisator dan polaroid kedua
digunakan sebagai analisator.
Gambar 1.5 Susunan Polarisator dan analisator
Karena arah getar cahaya dapat dipandang terdiri dari 2 komponenn yang saling tegak
lurus, ketika ia dilewatkan pada polarisator, arah getar yang sejajar diteruskan dan arah
getar yang tegak lurus diserap. Dengan demikian intensitas cahaya yang diteruskan
adalah ½ I0 . Jika sudut analisator membentuk sudut θ terhadap sudut polarisator, maka
intensitas yang diteruskan analisator adalah
2
0 cos
2
1
II 
c. Polarisasi Karena Hamburan
Pada hari yang cerah, anda dapat melihat langit biru yang begitu indah. Bila
memandang peristiwa tersebut dengan sebuah polaroid, maka dapat ditunjukkan bahwa
cahaya yang datang dari langit ini terpolarisasi dengan kuat. Dengan memutar polaroid
ini pada sumbu yang terletak horisontal, maka suatu saat didapatkan suatu keadaan
gelap yang menunjukkan bahwa cahaya datang dari langit ini terpolarisasi dengan kuat.
Jika diukur sudut antara garis yang menghubungkan pengamat dengan matahari, dan
garis yang menghubungkan pengamat dengan bagian langit yang tampak gelap, akan
didapatkan bahwa sudut ini kira-kira sebesar 90o.
Gambar 1.6 Polarisasi Karena Hamburan
Berikut penjelasan tentang sebab birunya langit :
Cahaya datang pada molekul-molekul udara, maka elektron-elektron dalam
molekul dapat menyerap dan memancarkan kembali sebagian cahaya. Penyerapan dan
pemancaran kembali cahaya oleh molekul-molekul inilah yang disebut hamburan.
Jika cahaya dilewatkan pada suatu medium, partikel-partikel medium akan
menyerap dan memancarkan kembali sebagian cahaya itu. Penyerapan dan pemancaran
kembali cahaya oleh partikel-partikel medium ini dikenal sebagai fenomena hamburan.
Pada peristiwa hamburan, cahaya yang panjang gelombangnya lebih pendek cenderung
Diskusi :
Mengapa Langit berwarna biru? Apakah karena pantulan dari laut?
mengalami hamburan dengan intensitas yang besar. Hamburan ini dapat diamati pada
warna biru yang ada di langit kita. Sebelum sampai ke bumi, cahaya matahari telah
melalui partikel-partikel udara di atmosfer sehingga mengalami hamburan oleh
partikel-partikel di atmosfer itu. Oleh karena cahaya biru memiliki panjang gelombang
lebih pendek daripada cahaya merah, maka cahaya itulah yang lebih banyak
dihamburkan dan warna itulah yang sampai ke mata kita.
Jika cahaya tak terpolarisasi melewati partikel-partikel gas, cahaya yang
terhambur tegak lurus dengan arah semula tergak lurus seluruhnya atau sebagian
menunjukkan peristiwa polarisasi karena hamburan.
d. Polarisasi Karena Pembiasan Ganda
Jika berkas cahaya dilewatkan pada kaca, kelajuan cahaya yang keluar akan
sama ke segala arah. Hal ini karena kaca bersifat homogen, indeks biasnya hanya
memiliki satu nilai. Namun, pada bahan-bahan kristal tertentu misalnya kalsit dan
kuarsa, kelajuan cahaya di dalamnya tidak seragam karena bahan-bahan itu memiliki
dua nilai indeks bias (birefringence).
Cahaya yang melalui bahan dengan indeks bias ganda akan mengalami
pembiasan dalam dua arah yang berbeda. Sebagian berkas akan memenuhi hukum
Snellius (disebut berkas sinar biasa), sedangkan sebagian yang lain tidak memenuhi
hukum Snellius (disebut berkas sinar istimewa).
Gambar 2.32. polarisasi karena pembiasan ganda
B. INTERFERENSI CAHAYA
Interferensi cahaya adalah perpaduan antara dua gelombang cahaya. Agar
interferensi cahaya dapat teramati dengan jelas, maka kedua gelombang cahaya itu
harus bersifat koheren. Dua gelombang cahaya dikatakan koheren apabila kedua
gelombang cahaya tersebut mempunyai amplitudo, frekuensi yang sama dan memiliki
fase tetap. Ada dua hasil interferensi cahaya yang dapat teramati dengan jelas jika
kedua gelombang tersebut berinterferensi. Apabila kedua gelombang cahaya
berinteferensi saling memperkuat (bersifat konstruktif), maka akan menghasilkan garis
terang yang teramati pada layar. Apabila kedua gelombang cahaya berinterferensi
saling memperlemah (bersifat destruktif), maka akan menghasilkan garis gelap yang
teramati pada layar. Marilah sekarang kita mempelajari peristiwa interferensi cahaya
yang telah dilakukan percobaan/eksperimen oleh para ilmuwan terdahulu, seperti
halnya Thomas Young dan Fresnell.
a. INTERFERENSI PADA CELAH GANDA
Percobaan yang dilakukan oleh Thomas Young dan Fresnel pada dasarnya
adalah sama, yang membedakan adalah dalam hal mendapatkan dua gelombang cahaya
yang koheren. Thomas Young mendapatkan dua gelombang cahaya yang koheren
dengan menjatuhkan cahaya dari sumber cahaya pada dua buah celah sempit yang
saling berdekatan, sehingga sinar cahaya yang keluar dari celah tersebut merupakan
cahaya yang koheren. Sebaliknya Fresnel mendapatkan dua gelombang cahaya yang
koheren dengan memantulkan cahaya dari suatu sumber ke arah dua buah cermin datar
yang disusun hampir membentuk sudut 180o, sehingga akan diperoleh dua bayangan
sumber cahaya. Sinar yang dipantulkan oleh cermin I dan II dapat dianggap sebagai dua
gelombang cahaya yang koheren. Cara mendapatkan gelombang cahaya yang koheren
dengan pembelahan muka gelombang, dengan memperhatikan prinsip Huygen yang
menyatakan “Titik-titik yang terletak pada muka gelombang (front gelombang)
merupakan sumber titik baru, yang akan merambatkan gelombang ke segala arah
dengan muka gelombang sekunder yang berbentuk lingkaran. Muka gelombang baru
adalah garis singgung muka-muka gelombang sekunder tersebut”.
sumber cahaya monokromatik
Skema percobaan Young
Untuk menunjukkan hasil interferensi cahaya, di depan celah tersebut diletakkan
layar pada jarak L maka akan terlihat pada layar berupa garis gelap dan terang. Garis
terang merupakan hasil interferensi yang saling memperkuat dan garis gelap adalah
hasil interferensi yang saling memperlemah. Hasil interferensi bergantung pada selisih
jarak tempuh atau lintasan cahaya dari celah ke layar. Skema seperti gambar di bawah
ini.
Misalkan jarak antara dua celah d, jarak layar ke celah L, di titik O pada layar akan
terjadi garis terang yang disebut garis terang pusat, karena jarak S1O dan S2O adalah
sama sehingga gelombang cahaya sampai di O akan terjadi interferensi maksimum. Di
titik P yang berjarak p dari terang pusat akan terjadi interferensi maksimum atau
minimum tergantung pada selisih lintasan S2P – S1P. Lihat gambar di atas.
Di P terjadi interferensi maksimum atau minimum jika selisih lintasannya
S2P – S1P = d sin
Untuk interferensi pola terang (terjadi ketika kelipatan bulat dari λ) :
d sin = nλ atau d sin = 2n(λ/2) dengan n= 0, 1, 2, 3, 4,…… (n=0 terang pusat)
Untuk interferensi pola gelap :
d sin = (2n-1)(λ/2) dengan n=1, 2, 3, 4,…………..
Perhatikan segitiga S1QS2 dan segitiga POR , untuk nilai  sangat kecil maka berlaku
sin = tan = p/L.
Sehingga selisih lintasannya dapat ditulis sebagai d=p/L
dengan :
d = jarak antara dua celah (m)
p = jarak garis terang ke terang pusat (m)
L = jarak celah ke layar
λ = panjang gelombang cahaya
n = orde interferensi
b. INTERFERENSI SELAPUT TIPIS
Dalam kehidupan sehari-hari sering kita melihat adanya warna-warna pelangi
yang terjadi pada gelembung air sabun atau adanya lapisan minyak di permukaan air
jika terkena cahaya matahari. Hal ini menunjukkan adanya interferensi cahaya matahari
pada selaput tipis air sabun atau selaput tipis minyak di atas permukaan air. Interferensi
cahaya terjadi dari cahaya yang dipantulkan oleh lapisan permukaan atas dan bawah
dari selaput tipis tersebut. Untuk lebih jelasnya perhatikan Gambar di bawah ini.
Gambar tersebut melukiskan seberkas sinar monokromatik jatuh pada selaput
tipis setebal d, pada lapisan atas selaput cahaya dipantulkan (menempuh lintasan AE)
dan sebagian dibiaskan yang kemudian dipantulkan lagi oleh lapisan bawah menempuh
lintasan ABC. Antara sinar yang menempuh lintasan AE dan ABC akan saling
berinterferensi di titik P tergantung pada selisih jarak lintasan optic (Δx).
  udaraselaput nAEnBCABx  rdnselaput cos2
Pada titik A sinar datang dari medium kurang rapat ke medium yang lebih rapat
sehingga terjadi pemantulan ujung terikat. Jadi pada titik A terjadi loncatan fase 180 o
atau ½ λ. Dengan demikian pola terang akan terjadi jika :
2 nseld cos r + ½ λ = 2 k x ½ λ atau
2 nsel d cos r = (2 k – 1) ½ λ
dan pola gelap akan terjadi jika :
2 nsel d cos r = (2 k) ½ λ
Dengan k adalah bilangan bulat = 1, 2, 3,.....................................
C. DIFRAKSI CAHAYA
Telah diketahui bahwa sebuah celah dapat berperilaku sebagai sumber cahaya
baru. Bahkan sumber cahaya yang berbentuk gelombang datar (planewave) ketika
melalui sebuah celah akan keluar dengan bentuk gelombang silindris. Dengan kata lain
cahaya tidak selalu merambat sepanjang garis lurus. Contoh lain adalah gelombang
radio AM yang dapat diterima di daerah di balik gunung. Gelombang radio AM mampu
mengelilingi gunung tanpa mengalami banyak kesulitan. Sebaliknya, sulit untuk dapat
menangkap gelombang TV. Dari kasus ini, secara intuitif dapat disimpulkan bahwa
panjang gelombang pendek (shortwave) cenderung menjalar sepanjang garis lurus,
sedangkan panjang gelombang radio yang lebih panjang mengalami pembelokan yang
disebut dengan difraksi.
Gambar 2.11. Fenomena Difraksi
Untuk menganalisis peristiwa difraksi, akan dilakukan eksperimen yang sangat
mirip dengan kegiatan percobaan interferensi pada celah celah banyak. Telah dijelaskan
di depan bahwa difraksi merupakan gejala pembelokan gelombang ketika menjalar
melalui celah sempit atau tepi yang tajam.
Arah rambat gelombang mengalami pembelokan, karena sesuai dengan prinsip
Huygens, yang menyatakan bahwa dalam proses perambatan gelombang bebas, semua
titik pada muka gelombang merupakan sumber titik baru dan akan merambatkan
gelombang sekunder sferis kesegala arah. Gelombang sekunder mempunyai frekuensi
yang sama dengan gelombang primernya. Muka gelombang baru merupakan garis
singgung dari lingkaran gelombang-gelombang sekunder tersebut, serta arah
gelombang tegak lurus dengan muka gelombang.
Gambar 2.12. Celah sempit atau celah titik (narrow slit or pinhole) mendifraksi
cahaya. Cahaya tidak menjalar dalam garis lurus
Prinsip Huygens menjamin kita untuk dapat mengasumsikan bahwa jumlah
sumber cahaya sebanding dengan jumlah celah. Perbedaan dari proses difraksi dan
interferensi celah banyak, adalah pada difraksi kita tidak memiliki batasan jarak antara
dua celah yang berdekatan. Kita lebih menganggap bahwa jumlah sumber cahaya tak
terhingga yang menyebabkan jarak antar dua celah yang berdekatan dianggap
mendekati nol (Δx→0).
Difraksi dapat dituliskan untuk menjelaskan respon cahaya dengan sinar yang
melengkung mengitari halangan kecil pada arah rambatnya, dan radiasi gelombang
yang menyebar keluar dari sebuah rana/celah kecil.
a. Difraksi Celah Tunggal
Misal suatu sinal dibelokkan dengan sudut 𝜃 sehingga selisih lintasan sinar
dari atas celah dan dari bawah celah tepat sama dengan panjang gelombangnya. Sinar
yang melewati bagian tengah celah tepat sama dengan panjang gelombangnya.
Demikaian pula antara sinar yang melewati bagian tengah celah dan sinar yang
melewati bagian bawah celah, keduanya berselisih lintasan setengah panjang
gelombangnya. Kedua sinar tersebut berlawanan fasa ketika tiba di layar sehingga akan
menghasilkan interferensi minimum (pola gelap).
Pola gelap jika:
Pola terang jika:
d sin = (2m-1)(λ/2)
Keterangan :
d = lebar celah
y = jarak pita gelap ke – m(1, 2 , 3,…) dari pusat
L
L = jarak celah ke layar
θ = sudut simpang cahaya
b. Kisi Difraksi
Kisi adalah celah yang jumlahnya sangat banyak pada kisi atau celah majemuk
terdapat suatu tetapan atau konstanta kisi.
Gambar kisi difraksi
Konstanta kisi tersebut sebesar 𝑑 =
1
𝑁
Untuk pola terang dirumuskan:
Untuk pola gelap dirumuskan:
d sin = (2m-1)(λ/2)
Keterangan :
d = jarak antar kisi = tetapan kisi
n = terang ke - 1, 2, 3, …..
N = banyaknya kisi tiap satuan panjang
θ = sudut simpang cahaya
APLIKASI CAHAYA PADA TEKNOLOGI
Sifat-sifat cahaya dan interaksinya terhadap sekitar seperti refleksi dan refraksi ini
dikaji dengan pendekatan optik geometris. Sedangkan sifat-sifat cahaya dan interaksinya
terhadap sekitar seperti interfernsi, difraksi, dispersi dan polarisasi ini dikaji dengan
pendekatan optik fisis. Pada puncak era optika klasik, cahaya didefinisikan sebagai
gelombang elektromagnetik karena gelombang cahaya dapat merambat secara transversal
pada dua buah bidang tegak lurus yaitu pada medan magnetik dan medan listrik
Pada abad ke-20 lahirlah era optika modern yang terkenal dengan bidang ilmu dan
rekayasa optiknya. Pada era modern ini cahaya didefinisikan sebagai dualisme gelombang
transversal elektromagnetik dan aliran partikel yang disebut foton. Era optika modern tidak
serta merta mengakhiri era optikal klasik, tetapi memperkenalkan sifat-sifat cahaya yang baru
yaitu difusi dan hamburan.
Pada era modern ini juga, banyak pemanfaatan cahaya dalam berbagai bidang ilmu
pengetahuan dan teknologi. Sebagai contoh adalah proyektor LCD dan LED. Proyektor LCD
merupakan salah satu jenis proyektor yang digunakan untuk menampilkan video, gambar,
atau data dari komputer pada sebuah layar atau sesuatu dengan permukaan datar. Untuk
menampilkan gambar, proyektor LCD mengirim cahaya dari lampu halide logam yang
diteruskan ke dalam prisma dan cahaya akan tersebar pada tiga panel polysilikon, yaitu
komponen warna merah, hijau dan biru pada sinyal video. Proyektor LCD berisi panel cermin
yang terpisah satu sama lain. Masing-masing panel terdiri dari dua pelat cermin yang di
antara keduanya terdapat liquid crystal. Ketika terdapat perintah atau instruksi, kristal akan
membuka agar cahaya dapat lewat atau menutup untuk mem-block cahaya tersebut.
Membuka dan menutupnya pixel ini yang bisa membentuk gambar. Lampu yang digunakan
pada proyektor LCD adalah lampu halide logam karena menghasilkan suhu warna yang ideal
dan spektrum warna yang luas. lampu ini juga memiliki kemampuan untuk memproduksi
cahaya dalam juga sangat besar dalam area kecil dengan arus proyektor sekitar 2.000-15.000
ANSI lumens.

More Related Content

What's hot

Hamburan partikel alfa rutherford
Hamburan partikel alfa rutherfordHamburan partikel alfa rutherford
Hamburan partikel alfa rutherford
Nurochmah Nurdin
 
ppt kimia x bab 1 teori dan struktur atom
ppt kimia x bab 1 teori dan struktur atomppt kimia x bab 1 teori dan struktur atom
ppt kimia x bab 1 teori dan struktur atomnisa sardj
 
Power Point Materi Gelombang Bunyi
Power Point Materi Gelombang Bunyi Power Point Materi Gelombang Bunyi
Power Point Materi Gelombang Bunyi
240297
 
Persamaan Schrodinger
Persamaan SchrodingerPersamaan Schrodinger
Persamaan Schrodinger
Risdawati Hutabarat
 
Laporan Eksperimen Efek Fotolistrik
Laporan Eksperimen Efek FotolistrikLaporan Eksperimen Efek Fotolistrik
Laporan Eksperimen Efek Fotolistrik
Nurfaizatul Jannah
 
Fisika Inti
Fisika IntiFisika Inti
Fisika Inti
FKIP UHO
 
1 b 59_utut muhammad_laporan akhir mi (momen inersia)
1 b 59_utut muhammad_laporan akhir mi (momen inersia)1 b 59_utut muhammad_laporan akhir mi (momen inersia)
1 b 59_utut muhammad_laporan akhir mi (momen inersia)
umammuhammad27
 
Contoh Soal Persamaan Schrodinger dan penyelesaiannya
Contoh Soal Persamaan Schrodinger dan penyelesaiannyaContoh Soal Persamaan Schrodinger dan penyelesaiannya
Contoh Soal Persamaan Schrodinger dan penyelesaiannya
AyuShaleha
 
Fluida Statis (PPT)
Fluida Statis (PPT)Fluida Statis (PPT)
Fluida Statis (PPT)
Wedha Ratu Della
 
Fisika inti dan radioaktivitas
Fisika inti dan radioaktivitasFisika inti dan radioaktivitas
Fisika inti dan radioaktivitas
cahjatilengger
 
Bab 4 usaha dan momentum
Bab 4 usaha dan momentumBab 4 usaha dan momentum
Bab 4 usaha dan momentum
Fauzan Ghifari
 
Laporan praktikum lanjutan fisika inti spektroskopi sinar gamma
Laporan praktikum lanjutan  fisika inti spektroskopi sinar gammaLaporan praktikum lanjutan  fisika inti spektroskopi sinar gamma
Laporan praktikum lanjutan fisika inti spektroskopi sinar gamma
Mukhsinah PuDasya
 
Gelombang mekanik kelompok 8
Gelombang mekanik  kelompok 8Gelombang mekanik  kelompok 8
Gelombang mekanik kelompok 8
Rahfiqa
 
Fisika Inti
Fisika IntiFisika Inti
Fisika Inti
FKIP UHO
 
Detektor radiasi
Detektor radiasiDetektor radiasi
Detektor radiasi
Ahmad Fajrin
 
Teori Pita Energi
Teori Pita EnergiTeori Pita Energi
Teori Pita Energi
Hariaty Fisika UNHAS
 
Fisika kuantum 2
Fisika kuantum 2Fisika kuantum 2
Fisika kuantum 2keynahkhun
 
Kelompok 4 osilator harmonik revisi
Kelompok 4 osilator harmonik revisiKelompok 4 osilator harmonik revisi
Kelompok 4 osilator harmonik revisi
Suharziamah_al_aksa
 

What's hot (20)

10)teori kinetik gas
10)teori kinetik gas10)teori kinetik gas
10)teori kinetik gas
 
Hamburan partikel alfa rutherford
Hamburan partikel alfa rutherfordHamburan partikel alfa rutherford
Hamburan partikel alfa rutherford
 
Efek zeeman
Efek zeemanEfek zeeman
Efek zeeman
 
ppt kimia x bab 1 teori dan struktur atom
ppt kimia x bab 1 teori dan struktur atomppt kimia x bab 1 teori dan struktur atom
ppt kimia x bab 1 teori dan struktur atom
 
Power Point Materi Gelombang Bunyi
Power Point Materi Gelombang Bunyi Power Point Materi Gelombang Bunyi
Power Point Materi Gelombang Bunyi
 
Persamaan Schrodinger
Persamaan SchrodingerPersamaan Schrodinger
Persamaan Schrodinger
 
Laporan Eksperimen Efek Fotolistrik
Laporan Eksperimen Efek FotolistrikLaporan Eksperimen Efek Fotolistrik
Laporan Eksperimen Efek Fotolistrik
 
Fisika Inti
Fisika IntiFisika Inti
Fisika Inti
 
1 b 59_utut muhammad_laporan akhir mi (momen inersia)
1 b 59_utut muhammad_laporan akhir mi (momen inersia)1 b 59_utut muhammad_laporan akhir mi (momen inersia)
1 b 59_utut muhammad_laporan akhir mi (momen inersia)
 
Contoh Soal Persamaan Schrodinger dan penyelesaiannya
Contoh Soal Persamaan Schrodinger dan penyelesaiannyaContoh Soal Persamaan Schrodinger dan penyelesaiannya
Contoh Soal Persamaan Schrodinger dan penyelesaiannya
 
Fluida Statis (PPT)
Fluida Statis (PPT)Fluida Statis (PPT)
Fluida Statis (PPT)
 
Fisika inti dan radioaktivitas
Fisika inti dan radioaktivitasFisika inti dan radioaktivitas
Fisika inti dan radioaktivitas
 
Bab 4 usaha dan momentum
Bab 4 usaha dan momentumBab 4 usaha dan momentum
Bab 4 usaha dan momentum
 
Laporan praktikum lanjutan fisika inti spektroskopi sinar gamma
Laporan praktikum lanjutan  fisika inti spektroskopi sinar gammaLaporan praktikum lanjutan  fisika inti spektroskopi sinar gamma
Laporan praktikum lanjutan fisika inti spektroskopi sinar gamma
 
Gelombang mekanik kelompok 8
Gelombang mekanik  kelompok 8Gelombang mekanik  kelompok 8
Gelombang mekanik kelompok 8
 
Fisika Inti
Fisika IntiFisika Inti
Fisika Inti
 
Detektor radiasi
Detektor radiasiDetektor radiasi
Detektor radiasi
 
Teori Pita Energi
Teori Pita EnergiTeori Pita Energi
Teori Pita Energi
 
Fisika kuantum 2
Fisika kuantum 2Fisika kuantum 2
Fisika kuantum 2
 
Kelompok 4 osilator harmonik revisi
Kelompok 4 osilator harmonik revisiKelompok 4 osilator harmonik revisi
Kelompok 4 osilator harmonik revisi
 

Viewers also liked

Gelombang cahaya
Gelombang cahayaGelombang cahaya
Gelombang cahaya
Ismail Musthofa
 
Gelombang cahaya fisika unnes
Gelombang cahaya fisika unnesGelombang cahaya fisika unnes
Gelombang cahaya fisika unnes
Ajeng Rizki Rahmawati
 
ppt Gelombang cahaya
ppt Gelombang cahayappt Gelombang cahaya
ppt Gelombang cahaya
suyono fis
 
Gelombang cahaya UNNES
Gelombang cahaya UNNESGelombang cahaya UNNES
Gelombang cahaya UNNES
Ajeng Rizki Rahmawati
 
Ppt hyperlink gelombang cahaya
Ppt hyperlink gelombang cahayaPpt hyperlink gelombang cahaya
Ppt hyperlink gelombang cahaya
Rizky Hutami
 
Cahaya sebagai gelombang
Cahaya sebagai gelombangCahaya sebagai gelombang
Cahaya sebagai gelombang
Ahmad Ilhami
 
Kumpulan rumus gelombang cahaya xii
Kumpulan rumus gelombang cahaya   xiiKumpulan rumus gelombang cahaya   xii
Kumpulan rumus gelombang cahaya xii
Ilham Wahyudin
 
Fisika interferensi Gelombang (Cahaya, Bunyi)
Fisika interferensi Gelombang (Cahaya, Bunyi)Fisika interferensi Gelombang (Cahaya, Bunyi)
Fisika interferensi Gelombang (Cahaya, Bunyi)
Felice Vallensia
 
kimia
kimia kimia
Rumus optika geometri
Rumus optika geometriRumus optika geometri
Rumus optika geometri
Fitri Immawati
 
Manfaat dan bahaya spektrum gem
Manfaat dan bahaya spektrum gemManfaat dan bahaya spektrum gem
Manfaat dan bahaya spektrum gem
JESSICA DEWI FORTUNA BR. MARPAUNG
 
Laporan lkm-go-08
Laporan lkm-go-08Laporan lkm-go-08
Laporan lkm-go-08
Muflihatul Abadiyah
 
Sinar x dan sinar tampak
Sinar  x dan sinar tampakSinar  x dan sinar tampak
Sinar x dan sinar tampak
Ananda Istiqomah
 
Spektrum gelombang-elektromagnet
Spektrum gelombang-elektromagnetSpektrum gelombang-elektromagnet
Spektrum gelombang-elektromagnetjasminechristiani
 
Cahaya Tampak
Cahaya TampakCahaya Tampak
Cahaya tampak 12
Cahaya tampak 12Cahaya tampak 12
Cahaya tampak 12
Nur Latifah
 
Spektrum gelombang elektromagnetik
Spektrum gelombang elektromagnetikSpektrum gelombang elektromagnetik
Spektrum gelombang elektromagnetik
Wien Adithya
 
Dispersi cahaya
Dispersi cahayaDispersi cahaya
Dispersi cahaya
Dedek Gunawan
 
Kliping
KlipingKliping

Viewers also liked (20)

Gelombang cahaya
Gelombang cahayaGelombang cahaya
Gelombang cahaya
 
Gelombang cahaya fisika unnes
Gelombang cahaya fisika unnesGelombang cahaya fisika unnes
Gelombang cahaya fisika unnes
 
ppt Gelombang cahaya
ppt Gelombang cahayappt Gelombang cahaya
ppt Gelombang cahaya
 
Gelombang cahaya UNNES
Gelombang cahaya UNNESGelombang cahaya UNNES
Gelombang cahaya UNNES
 
Ppt hyperlink gelombang cahaya
Ppt hyperlink gelombang cahayaPpt hyperlink gelombang cahaya
Ppt hyperlink gelombang cahaya
 
makalah hukum
makalah hukummakalah hukum
makalah hukum
 
Cahaya sebagai gelombang
Cahaya sebagai gelombangCahaya sebagai gelombang
Cahaya sebagai gelombang
 
Kumpulan rumus gelombang cahaya xii
Kumpulan rumus gelombang cahaya   xiiKumpulan rumus gelombang cahaya   xii
Kumpulan rumus gelombang cahaya xii
 
Fisika interferensi Gelombang (Cahaya, Bunyi)
Fisika interferensi Gelombang (Cahaya, Bunyi)Fisika interferensi Gelombang (Cahaya, Bunyi)
Fisika interferensi Gelombang (Cahaya, Bunyi)
 
kimia
kimia kimia
kimia
 
Rumus optika geometri
Rumus optika geometriRumus optika geometri
Rumus optika geometri
 
Manfaat dan bahaya spektrum gem
Manfaat dan bahaya spektrum gemManfaat dan bahaya spektrum gem
Manfaat dan bahaya spektrum gem
 
Laporan lkm-go-08
Laporan lkm-go-08Laporan lkm-go-08
Laporan lkm-go-08
 
Sinar x dan sinar tampak
Sinar  x dan sinar tampakSinar  x dan sinar tampak
Sinar x dan sinar tampak
 
Spektrum gelombang-elektromagnet
Spektrum gelombang-elektromagnetSpektrum gelombang-elektromagnet
Spektrum gelombang-elektromagnet
 
Cahaya Tampak
Cahaya TampakCahaya Tampak
Cahaya Tampak
 
Cahaya tampak 12
Cahaya tampak 12Cahaya tampak 12
Cahaya tampak 12
 
Spektrum gelombang elektromagnetik
Spektrum gelombang elektromagnetikSpektrum gelombang elektromagnetik
Spektrum gelombang elektromagnetik
 
Dispersi cahaya
Dispersi cahayaDispersi cahaya
Dispersi cahaya
 
Kliping
KlipingKliping
Kliping
 

Similar to Gelombang cahaya fisika sma

MAKALAH POLARISASI CAHAYA
MAKALAH POLARISASI CAHAYAMAKALAH POLARISASI CAHAYA
MAKALAH POLARISASI CAHAYA
Ondel Del
 
Sifat sifat cahaya
Sifat sifat cahayaSifat sifat cahaya
Sifat sifat cahaya
noussevarenna
 
interferensi dan difraksi
interferensi dan difraksiinterferensi dan difraksi
interferensi dan difraksi
annisnuruli
 
Pw point physic
Pw point physicPw point physic
Pw point physic
Kristalina Dewi
 
Bab 3 cahaya KELAS XII
Bab 3 cahaya KELAS XII Bab 3 cahaya KELAS XII
Bab 3 cahaya KELAS XII
SMA NEGERI 1 WATAMPONE
 
Induksi Elektromagnetik & Cahaya dan Optika
Induksi Elektromagnetik & Cahaya dan OptikaInduksi Elektromagnetik & Cahaya dan Optika
Induksi Elektromagnetik & Cahaya dan Optika
Rizka Aprilia
 
Makalah interferensi dan difraksi
Makalah interferensi dan difraksiMakalah interferensi dan difraksi
Makalah interferensi dan difraksi
Annis Kenny
 
Gelombang Cahaya
Gelombang CahayaGelombang Cahaya
Gelombang Cahaya
prihase
 
Fisika gelombang cahaya
Fisika gelombang cahayaFisika gelombang cahaya
Fisika gelombang cahaya
Fitri Kurniawati
 
Materi Gelombang Cahaya.pptx
Materi Gelombang Cahaya.pptxMateri Gelombang Cahaya.pptx
Materi Gelombang Cahaya.pptx
ssuser286a3e
 
makalah Polarisasi
makalah Polarisasimakalah Polarisasi
makalah Polarisasi
annisnuruli
 
Tugas presentasi fisika(kelompok)
Tugas presentasi fisika(kelompok)Tugas presentasi fisika(kelompok)
Tugas presentasi fisika(kelompok)
Dika Wahyu Suryadi
 
Optika Geometri
Optika GeometriOptika Geometri
Optika Geometri
SMPN 3 TAMAN SIDOARJO
 
Fisika gelombang
Fisika gelombangFisika gelombang
Fisika gelombang
Eman Kadymand
 
tugas1
tugas1tugas1
tugas1
indrasubroto
 
Sifat gelombang elektromagnetik
Sifat gelombang elektromagnetikSifat gelombang elektromagnetik
Sifat gelombang elektromagnetik
fahmi sahab
 
Optik geometri
Optik geometriOptik geometri
Optik geometri
Eko Supriyadi
 
Optik geometri
Optik geometriOptik geometri
Optik geometri
Eko Supriyadi
 
Optika geometri SMA fisika unnes
Optika geometri SMA fisika unnesOptika geometri SMA fisika unnes
Optika geometri SMA fisika unnes
Ajeng Rizki Rahmawati
 

Similar to Gelombang cahaya fisika sma (20)

MAKALAH POLARISASI CAHAYA
MAKALAH POLARISASI CAHAYAMAKALAH POLARISASI CAHAYA
MAKALAH POLARISASI CAHAYA
 
Sifat sifat cahaya
Sifat sifat cahayaSifat sifat cahaya
Sifat sifat cahaya
 
Presentation ok
Presentation okPresentation ok
Presentation ok
 
interferensi dan difraksi
interferensi dan difraksiinterferensi dan difraksi
interferensi dan difraksi
 
Pw point physic
Pw point physicPw point physic
Pw point physic
 
Bab 3 cahaya KELAS XII
Bab 3 cahaya KELAS XII Bab 3 cahaya KELAS XII
Bab 3 cahaya KELAS XII
 
Induksi Elektromagnetik & Cahaya dan Optika
Induksi Elektromagnetik & Cahaya dan OptikaInduksi Elektromagnetik & Cahaya dan Optika
Induksi Elektromagnetik & Cahaya dan Optika
 
Makalah interferensi dan difraksi
Makalah interferensi dan difraksiMakalah interferensi dan difraksi
Makalah interferensi dan difraksi
 
Gelombang Cahaya
Gelombang CahayaGelombang Cahaya
Gelombang Cahaya
 
Fisika gelombang cahaya
Fisika gelombang cahayaFisika gelombang cahaya
Fisika gelombang cahaya
 
Materi Gelombang Cahaya.pptx
Materi Gelombang Cahaya.pptxMateri Gelombang Cahaya.pptx
Materi Gelombang Cahaya.pptx
 
makalah Polarisasi
makalah Polarisasimakalah Polarisasi
makalah Polarisasi
 
Tugas presentasi fisika(kelompok)
Tugas presentasi fisika(kelompok)Tugas presentasi fisika(kelompok)
Tugas presentasi fisika(kelompok)
 
Optika Geometri
Optika GeometriOptika Geometri
Optika Geometri
 
Fisika gelombang
Fisika gelombangFisika gelombang
Fisika gelombang
 
tugas1
tugas1tugas1
tugas1
 
Sifat gelombang elektromagnetik
Sifat gelombang elektromagnetikSifat gelombang elektromagnetik
Sifat gelombang elektromagnetik
 
Optik geometri
Optik geometriOptik geometri
Optik geometri
 
Optik geometri
Optik geometriOptik geometri
Optik geometri
 
Optika geometri SMA fisika unnes
Optika geometri SMA fisika unnesOptika geometri SMA fisika unnes
Optika geometri SMA fisika unnes
 

More from Ajeng Rizki Rahmawati

Pts FISIKA X MIPA 1920
Pts FISIKA X MIPA 1920 Pts FISIKA X MIPA 1920
Pts FISIKA X MIPA 1920
Ajeng Rizki Rahmawati
 
Pts bio lintas minat x ips 1920
Pts bio lintas minat x ips 1920 Pts bio lintas minat x ips 1920
Pts bio lintas minat x ips 1920
Ajeng Rizki Rahmawati
 
Kisi kisi fisika x pts 1 1920
Kisi kisi fisika x pts 1 1920Kisi kisi fisika x pts 1 1920
Kisi kisi fisika x pts 1 1920
Ajeng Rizki Rahmawati
 
Rpp teks eksposisi
Rpp teks eksposisiRpp teks eksposisi
Rpp teks eksposisi
Ajeng Rizki Rahmawati
 
Rpp unsur zat senyawa smp
Rpp unsur zat senyawa smpRpp unsur zat senyawa smp
Rpp unsur zat senyawa smp
Ajeng Rizki Rahmawati
 
Rpp perubahan zat fisika smp
Rpp perubahan zat fisika smpRpp perubahan zat fisika smp
Rpp perubahan zat fisika smp
Ajeng Rizki Rahmawati
 
RPP Sistem Pencernaan Manusia Kelas 8 VIII SMP
RPP Sistem Pencernaan Manusia Kelas 8 VIII SMPRPP Sistem Pencernaan Manusia Kelas 8 VIII SMP
RPP Sistem Pencernaan Manusia Kelas 8 VIII SMP
Ajeng Rizki Rahmawati
 
Daftar isi
Daftar isiDaftar isi
SINOPSIS NYANYIAN SUNYI BUAT ADIKKU SAYANG, PARMI
SINOPSIS NYANYIAN SUNYI BUAT ADIKKU SAYANG, PARMISINOPSIS NYANYIAN SUNYI BUAT ADIKKU SAYANG, PARMI
SINOPSIS NYANYIAN SUNYI BUAT ADIKKU SAYANG, PARMI
Ajeng Rizki Rahmawati
 
Tetaplah Tersenyum Indonesiaku
Tetaplah Tersenyum IndonesiakuTetaplah Tersenyum Indonesiaku
Tetaplah Tersenyum Indonesiaku
Ajeng Rizki Rahmawati
 
materi siapsiaga bencana PMR WIRA
materi siapsiaga bencana PMR WIRAmateri siapsiaga bencana PMR WIRA
materi siapsiaga bencana PMR WIRA
Ajeng Rizki Rahmawati
 
Suhu dan kalor
Suhu dan kalorSuhu dan kalor
Suhu dan kalor
Ajeng Rizki Rahmawati
 
Soal soal materi gerak melingkar dan gerak parabola
Soal soal materi gerak melingkar dan gerak parabolaSoal soal materi gerak melingkar dan gerak parabola
Soal soal materi gerak melingkar dan gerak parabola
Ajeng Rizki Rahmawati
 
Ppt gerak parabola dan gerak melingkar
Ppt gerak parabola dan gerak melingkarPpt gerak parabola dan gerak melingkar
Ppt gerak parabola dan gerak melingkar
Ajeng Rizki Rahmawati
 
Gerak parabola fisika sma
Gerak parabola fisika smaGerak parabola fisika sma
Gerak parabola fisika sma
Ajeng Rizki Rahmawati
 
Gerak melingkar fisika sma
Gerak melingkar fisika smaGerak melingkar fisika sma
Gerak melingkar fisika sma
Ajeng Rizki Rahmawati
 
gelombang stasioner ppt
gelombang stasioner pptgelombang stasioner ppt
gelombang stasioner ppt
Ajeng Rizki Rahmawati
 

More from Ajeng Rizki Rahmawati (20)

Pts FISIKA X MIPA 1920
Pts FISIKA X MIPA 1920 Pts FISIKA X MIPA 1920
Pts FISIKA X MIPA 1920
 
Pts bio lintas minat x ips 1920
Pts bio lintas minat x ips 1920 Pts bio lintas minat x ips 1920
Pts bio lintas minat x ips 1920
 
Kisi kisi fisika x pts 1 1920
Kisi kisi fisika x pts 1 1920Kisi kisi fisika x pts 1 1920
Kisi kisi fisika x pts 1 1920
 
RPP HAKIKAT FISIKA
RPP HAKIKAT FISIKA RPP HAKIKAT FISIKA
RPP HAKIKAT FISIKA
 
Rpp teks eksposisi
Rpp teks eksposisiRpp teks eksposisi
Rpp teks eksposisi
 
Rpp unsur zat senyawa smp
Rpp unsur zat senyawa smpRpp unsur zat senyawa smp
Rpp unsur zat senyawa smp
 
Rpp perubahan zat fisika smp
Rpp perubahan zat fisika smpRpp perubahan zat fisika smp
Rpp perubahan zat fisika smp
 
RPP Sistem Pencernaan Manusia Kelas 8 VIII SMP
RPP Sistem Pencernaan Manusia Kelas 8 VIII SMPRPP Sistem Pencernaan Manusia Kelas 8 VIII SMP
RPP Sistem Pencernaan Manusia Kelas 8 VIII SMP
 
Daftar isi
Daftar isiDaftar isi
Daftar isi
 
SINOPSIS NYANYIAN SUNYI BUAT ADIKKU SAYANG, PARMI
SINOPSIS NYANYIAN SUNYI BUAT ADIKKU SAYANG, PARMISINOPSIS NYANYIAN SUNYI BUAT ADIKKU SAYANG, PARMI
SINOPSIS NYANYIAN SUNYI BUAT ADIKKU SAYANG, PARMI
 
Puisi jasamu
Puisi jasamuPuisi jasamu
Puisi jasamu
 
Tetaplah Tersenyum Indonesiaku
Tetaplah Tersenyum IndonesiakuTetaplah Tersenyum Indonesiaku
Tetaplah Tersenyum Indonesiaku
 
materi siapsiaga bencana PMR WIRA
materi siapsiaga bencana PMR WIRAmateri siapsiaga bencana PMR WIRA
materi siapsiaga bencana PMR WIRA
 
Suhu dan kalor
Suhu dan kalorSuhu dan kalor
Suhu dan kalor
 
Momentum dan impuls
Momentum dan impuls Momentum dan impuls
Momentum dan impuls
 
Soal soal materi gerak melingkar dan gerak parabola
Soal soal materi gerak melingkar dan gerak parabolaSoal soal materi gerak melingkar dan gerak parabola
Soal soal materi gerak melingkar dan gerak parabola
 
Ppt gerak parabola dan gerak melingkar
Ppt gerak parabola dan gerak melingkarPpt gerak parabola dan gerak melingkar
Ppt gerak parabola dan gerak melingkar
 
Gerak parabola fisika sma
Gerak parabola fisika smaGerak parabola fisika sma
Gerak parabola fisika sma
 
Gerak melingkar fisika sma
Gerak melingkar fisika smaGerak melingkar fisika sma
Gerak melingkar fisika sma
 
gelombang stasioner ppt
gelombang stasioner pptgelombang stasioner ppt
gelombang stasioner ppt
 

Recently uploaded

PPT PENGELOLAAN KINERJA PADA PMM SEKOLAH.pptx
PPT PENGELOLAAN KINERJA PADA PMM SEKOLAH.pptxPPT PENGELOLAAN KINERJA PADA PMM SEKOLAH.pptx
PPT PENGELOLAAN KINERJA PADA PMM SEKOLAH.pptx
AqlanHaritsAlfarisi
 
materi penyuluhan kesehatan reproduksi remaja
materi penyuluhan kesehatan reproduksi remajamateri penyuluhan kesehatan reproduksi remaja
materi penyuluhan kesehatan reproduksi remaja
DewiInekePuteri
 
Modul Ajar Matematika Kelas 11 Fase F Kurikulum Merdeka
Modul Ajar Matematika Kelas 11 Fase F Kurikulum MerdekaModul Ajar Matematika Kelas 11 Fase F Kurikulum Merdeka
Modul Ajar Matematika Kelas 11 Fase F Kurikulum Merdeka
Fathan Emran
 
Materi Feedback (umpan balik) kelas Psikologi Komunikasi
Materi Feedback (umpan balik) kelas Psikologi KomunikasiMateri Feedback (umpan balik) kelas Psikologi Komunikasi
Materi Feedback (umpan balik) kelas Psikologi Komunikasi
AdePutraTunggali
 
KONSEP TEORI TERAPI KOMPLEMENTER - KELAS B KELOMPOK 10.pdf
KONSEP TEORI TERAPI KOMPLEMENTER - KELAS B KELOMPOK 10.pdfKONSEP TEORI TERAPI KOMPLEMENTER - KELAS B KELOMPOK 10.pdf
KONSEP TEORI TERAPI KOMPLEMENTER - KELAS B KELOMPOK 10.pdf
AsyeraPerangin1
 
RANCANGAN TINDAKAN UNTUK AKSI NYATA MODUL 1.4 BUDAYA POSITIF.pdf
RANCANGAN TINDAKAN UNTUK AKSI NYATA MODUL 1.4 BUDAYA POSITIF.pdfRANCANGAN TINDAKAN UNTUK AKSI NYATA MODUL 1.4 BUDAYA POSITIF.pdf
RANCANGAN TINDAKAN UNTUK AKSI NYATA MODUL 1.4 BUDAYA POSITIF.pdf
junarpudin36
 
Materi 2_Benahi Perencanaan dan Benahi Implementasi.pptx
Materi 2_Benahi Perencanaan dan Benahi Implementasi.pptxMateri 2_Benahi Perencanaan dan Benahi Implementasi.pptx
Materi 2_Benahi Perencanaan dan Benahi Implementasi.pptx
ahyani72
 
POWERPOINT ASAS PERMAINAN CATUR MSSD.pptx
POWERPOINT ASAS PERMAINAN CATUR MSSD.pptxPOWERPOINT ASAS PERMAINAN CATUR MSSD.pptx
POWERPOINT ASAS PERMAINAN CATUR MSSD.pptx
cikgumeran1
 
Modul Ajar Statistika Data Fase F kelas
Modul Ajar Statistika Data Fase F  kelasModul Ajar Statistika Data Fase F  kelas
Modul Ajar Statistika Data Fase F kelas
ananda238570
 
Workshop "CSR & Community Development (ISO 26000)"_di BALI, 26-28 Juni 2024
Workshop "CSR & Community Development (ISO 26000)"_di BALI, 26-28  Juni 2024Workshop "CSR & Community Development (ISO 26000)"_di BALI, 26-28  Juni 2024
Workshop "CSR & Community Development (ISO 26000)"_di BALI, 26-28 Juni 2024
Kanaidi ken
 
SINOPSIS, TEMA DAN PERSOALAN NOVEL MENITI IMPIAN
SINOPSIS, TEMA DAN PERSOALAN NOVEL MENITI IMPIANSINOPSIS, TEMA DAN PERSOALAN NOVEL MENITI IMPIAN
SINOPSIS, TEMA DAN PERSOALAN NOVEL MENITI IMPIAN
NanieIbrahim
 
SAINS TINGKATAN 4 BAB 11 DAYA DAN GERAKAN
SAINS TINGKATAN 4 BAB 11 DAYA DAN GERAKANSAINS TINGKATAN 4 BAB 11 DAYA DAN GERAKAN
SAINS TINGKATAN 4 BAB 11 DAYA DAN GERAKAN
NURULNAHARIAHBINTIAH
 
Novel - PERISTIWA YANG MEMBERIKAN TELADAN.pptx
Novel - PERISTIWA YANG MEMBERIKAN TELADAN.pptxNovel - PERISTIWA YANG MEMBERIKAN TELADAN.pptx
Novel - PERISTIWA YANG MEMBERIKAN TELADAN.pptx
NirmalaJane
 
Seminar Pendidikan PPG Filosofi Pendidikan.pdf
Seminar Pendidikan PPG Filosofi Pendidikan.pdfSeminar Pendidikan PPG Filosofi Pendidikan.pdf
Seminar Pendidikan PPG Filosofi Pendidikan.pdf
inganahsholihahpangs
 
KKTP Kurikulum Merdeka sebagai Panduan dalam kurikulum merdeka
KKTP Kurikulum Merdeka sebagai Panduan dalam kurikulum merdekaKKTP Kurikulum Merdeka sebagai Panduan dalam kurikulum merdeka
KKTP Kurikulum Merdeka sebagai Panduan dalam kurikulum merdeka
irvansupriadi44
 
Powerpoint Materi Menyusun dan Merencanakan Modul Ajar
Powerpoint Materi Menyusun dan Merencanakan Modul AjarPowerpoint Materi Menyusun dan Merencanakan Modul Ajar
Powerpoint Materi Menyusun dan Merencanakan Modul Ajar
MashudiMashudi12
 
Aksi Nyata Disiplin Positif: Hukuman vs Restitusi vs Konsekuensi
Aksi Nyata Disiplin Positif: Hukuman vs Restitusi vs KonsekuensiAksi Nyata Disiplin Positif: Hukuman vs Restitusi vs Konsekuensi
Aksi Nyata Disiplin Positif: Hukuman vs Restitusi vs Konsekuensi
sabir51
 
RPH BAHASA MELAYU TAHUN 6 SJKC 2024.pptx
RPH BAHASA MELAYU TAHUN 6 SJKC 2024.pptxRPH BAHASA MELAYU TAHUN 6 SJKC 2024.pptx
RPH BAHASA MELAYU TAHUN 6 SJKC 2024.pptx
YongYongYong1
 
Pemaparan budaya positif di sekolah.pptx
Pemaparan budaya positif di sekolah.pptxPemaparan budaya positif di sekolah.pptx
Pemaparan budaya positif di sekolah.pptx
maulatamah
 
Aksi Nyata Erliana Mudah bukan memahamii
Aksi Nyata Erliana Mudah bukan memahamiiAksi Nyata Erliana Mudah bukan memahamii
Aksi Nyata Erliana Mudah bukan memahamii
esmaducoklat
 

Recently uploaded (20)

PPT PENGELOLAAN KINERJA PADA PMM SEKOLAH.pptx
PPT PENGELOLAAN KINERJA PADA PMM SEKOLAH.pptxPPT PENGELOLAAN KINERJA PADA PMM SEKOLAH.pptx
PPT PENGELOLAAN KINERJA PADA PMM SEKOLAH.pptx
 
materi penyuluhan kesehatan reproduksi remaja
materi penyuluhan kesehatan reproduksi remajamateri penyuluhan kesehatan reproduksi remaja
materi penyuluhan kesehatan reproduksi remaja
 
Modul Ajar Matematika Kelas 11 Fase F Kurikulum Merdeka
Modul Ajar Matematika Kelas 11 Fase F Kurikulum MerdekaModul Ajar Matematika Kelas 11 Fase F Kurikulum Merdeka
Modul Ajar Matematika Kelas 11 Fase F Kurikulum Merdeka
 
Materi Feedback (umpan balik) kelas Psikologi Komunikasi
Materi Feedback (umpan balik) kelas Psikologi KomunikasiMateri Feedback (umpan balik) kelas Psikologi Komunikasi
Materi Feedback (umpan balik) kelas Psikologi Komunikasi
 
KONSEP TEORI TERAPI KOMPLEMENTER - KELAS B KELOMPOK 10.pdf
KONSEP TEORI TERAPI KOMPLEMENTER - KELAS B KELOMPOK 10.pdfKONSEP TEORI TERAPI KOMPLEMENTER - KELAS B KELOMPOK 10.pdf
KONSEP TEORI TERAPI KOMPLEMENTER - KELAS B KELOMPOK 10.pdf
 
RANCANGAN TINDAKAN UNTUK AKSI NYATA MODUL 1.4 BUDAYA POSITIF.pdf
RANCANGAN TINDAKAN UNTUK AKSI NYATA MODUL 1.4 BUDAYA POSITIF.pdfRANCANGAN TINDAKAN UNTUK AKSI NYATA MODUL 1.4 BUDAYA POSITIF.pdf
RANCANGAN TINDAKAN UNTUK AKSI NYATA MODUL 1.4 BUDAYA POSITIF.pdf
 
Materi 2_Benahi Perencanaan dan Benahi Implementasi.pptx
Materi 2_Benahi Perencanaan dan Benahi Implementasi.pptxMateri 2_Benahi Perencanaan dan Benahi Implementasi.pptx
Materi 2_Benahi Perencanaan dan Benahi Implementasi.pptx
 
POWERPOINT ASAS PERMAINAN CATUR MSSD.pptx
POWERPOINT ASAS PERMAINAN CATUR MSSD.pptxPOWERPOINT ASAS PERMAINAN CATUR MSSD.pptx
POWERPOINT ASAS PERMAINAN CATUR MSSD.pptx
 
Modul Ajar Statistika Data Fase F kelas
Modul Ajar Statistika Data Fase F  kelasModul Ajar Statistika Data Fase F  kelas
Modul Ajar Statistika Data Fase F kelas
 
Workshop "CSR & Community Development (ISO 26000)"_di BALI, 26-28 Juni 2024
Workshop "CSR & Community Development (ISO 26000)"_di BALI, 26-28  Juni 2024Workshop "CSR & Community Development (ISO 26000)"_di BALI, 26-28  Juni 2024
Workshop "CSR & Community Development (ISO 26000)"_di BALI, 26-28 Juni 2024
 
SINOPSIS, TEMA DAN PERSOALAN NOVEL MENITI IMPIAN
SINOPSIS, TEMA DAN PERSOALAN NOVEL MENITI IMPIANSINOPSIS, TEMA DAN PERSOALAN NOVEL MENITI IMPIAN
SINOPSIS, TEMA DAN PERSOALAN NOVEL MENITI IMPIAN
 
SAINS TINGKATAN 4 BAB 11 DAYA DAN GERAKAN
SAINS TINGKATAN 4 BAB 11 DAYA DAN GERAKANSAINS TINGKATAN 4 BAB 11 DAYA DAN GERAKAN
SAINS TINGKATAN 4 BAB 11 DAYA DAN GERAKAN
 
Novel - PERISTIWA YANG MEMBERIKAN TELADAN.pptx
Novel - PERISTIWA YANG MEMBERIKAN TELADAN.pptxNovel - PERISTIWA YANG MEMBERIKAN TELADAN.pptx
Novel - PERISTIWA YANG MEMBERIKAN TELADAN.pptx
 
Seminar Pendidikan PPG Filosofi Pendidikan.pdf
Seminar Pendidikan PPG Filosofi Pendidikan.pdfSeminar Pendidikan PPG Filosofi Pendidikan.pdf
Seminar Pendidikan PPG Filosofi Pendidikan.pdf
 
KKTP Kurikulum Merdeka sebagai Panduan dalam kurikulum merdeka
KKTP Kurikulum Merdeka sebagai Panduan dalam kurikulum merdekaKKTP Kurikulum Merdeka sebagai Panduan dalam kurikulum merdeka
KKTP Kurikulum Merdeka sebagai Panduan dalam kurikulum merdeka
 
Powerpoint Materi Menyusun dan Merencanakan Modul Ajar
Powerpoint Materi Menyusun dan Merencanakan Modul AjarPowerpoint Materi Menyusun dan Merencanakan Modul Ajar
Powerpoint Materi Menyusun dan Merencanakan Modul Ajar
 
Aksi Nyata Disiplin Positif: Hukuman vs Restitusi vs Konsekuensi
Aksi Nyata Disiplin Positif: Hukuman vs Restitusi vs KonsekuensiAksi Nyata Disiplin Positif: Hukuman vs Restitusi vs Konsekuensi
Aksi Nyata Disiplin Positif: Hukuman vs Restitusi vs Konsekuensi
 
RPH BAHASA MELAYU TAHUN 6 SJKC 2024.pptx
RPH BAHASA MELAYU TAHUN 6 SJKC 2024.pptxRPH BAHASA MELAYU TAHUN 6 SJKC 2024.pptx
RPH BAHASA MELAYU TAHUN 6 SJKC 2024.pptx
 
Pemaparan budaya positif di sekolah.pptx
Pemaparan budaya positif di sekolah.pptxPemaparan budaya positif di sekolah.pptx
Pemaparan budaya positif di sekolah.pptx
 
Aksi Nyata Erliana Mudah bukan memahamii
Aksi Nyata Erliana Mudah bukan memahamiiAksi Nyata Erliana Mudah bukan memahamii
Aksi Nyata Erliana Mudah bukan memahamii
 

Gelombang cahaya fisika sma

  • 1. 2015 Fayeza Camalia (4201412076) Erien Setiana (4201412187) Gelombang Cahaya
  • 2. Gelombang Cahaya Peta Konsep Gelombang cahaya Interferensi Celah Ganda Young Maksimum Minimum Lapisan Tipis Maksimum Minimum Difraksi Celah tunggal Maksimum Minimum Kisi Maksimum Minimum Polarisasi Pemantulan dan pembiasan Hamburan Serapan Pembiasan Ganda
  • 3. SIFAT-SIFAT CAHAYA Pada kelas X kita mengetahui bahwa gelombang cahaya merupakan kategori gelombang elektromagnet karena kita ketahui bahwa cahaya tidak membutuhkan medium untuk merambat atau dapat merambat pada ruang hampa. Teori tentang elektromagnet ditemukan oleh Max Well yang menyatakan: “gelombang elektromagnet merupakan perubahan medan magnet atau sebaliknya yaitu perubahan medan magnet menjadi medan listrik”. Teori Max Well kemudian disempurnakan oleh Frank Hertz yang menyimpulkan bahwa cahaya memiliki sifat-sifat umum dari gelombang, antara lain: 1. Dalam suatu medium homogen (contoh: udara), cahaya merambat lurus. Perambatan cahaya disebut juga sebagai sinar. Cahaya yang dipancarkan oleh sebuah sumber cahaya merambat ke segala arah. Bila medium yang dilaluinya homogen, maka cahaya merambat menurut garis lurus. Bukti cahaya merambat lurus tampak pada berkas cahaya matahari yang menembus masuk ke dalam ruangan yang gelap. Demikian pula dengan berkas lampu sorot pada malam hari. Berkas-berkas itu tampak sebagai batang putih yang lurus. 2. Dapat merambat pada ruang hampa 3. Merupakan gelombang transversal Gambar 1. Cahaya merambat lurus 4. Pada bidang batas antara dua medium (contoh: bidang batas antara udara dan air), cahaya dapat mengalami pemantulan atau pembiasan.
  • 4. 5. Jika melewati celah sempit, dapat mengalami lenturan. 6. Dapat mengalami interferensi. 7. Dapat mengalami polarisasi atau hilang salah satu arah getarnya. Setiap benda yang dapat memancarkan cahaya sendiri disebut sumber cahaya, contohnya: matahari, bintang, lampu, lilin, dan lain-lain. Sedangkan, benda-benda yang tidak dapat memancarkan cahaya disebut benda gelap. A. POLARISASI CAHAYA Cahaya merupakan gelombang elektromagnetik. Gelombang elektromagnetik adalah suatu gelombang yang terdiri atas getaran-getaran vektor medan listrik (E) dan vektor medan magnet (B) yang saling tegak lurus satu sama lain. Baik vektor medan listrik maupun vektor medan magnet, keduanya tegak lurus terhadap arah perambatannya. Karena kuat medan listrik jauh lebih besar daripada kuat medan magnet (ingat E=cB), untuk penyederhanaan gelombang cahaya hanya digambarkan berupa gelombang medan listrik saja. Berdasarkan peristiwa interferensi dan difraksi, dapat disimpulkan bahwa cahaya merupakan gejala gelombang. Peristiwa interferensi dan difraksi tersebut belum dapat menunjukkan bagaimana bentuk gelombang cahaya, apakah gelombang cahaya berbentuk transversal ataukah longitudinal. Fenomena yang mampu menunjukkan bahwa gelombang cahaya merupakan gelombang transversal adalah polarisasi cahaya Polarisasi adalah peristiwa perubahan arah getar gelombang cahaya yang acak menjadi satu arah getar. Peristiwa ini terjadi karena terserapnya sebagian atau seluruh arah getar gelombang tersebut. Berbeda dengan interferensi dan difraksi yang berlaku pada semua jenis gelombang, polarisasi hanya berlaku pada gelombang transversal. Pernahkan Anda menggunakan kacamata hitam? Bagaiaman dengan kecerahan cahaya sebelum dan sesudah menggunakan kacamata?
  • 5. Gambar 1.1 Gelombang elektromagnetik, vektor medan listrik E tegak lurus vektor medan magnet B, dan keduanya tegak lurus arah rambatan Gambar 1.2 Polarisasi gelombang (a) seluruhnya (b) tak terpolarisasi Cara membuat cahaya terpolarisasi Terjadinya cahaya terpolarisasi dapat disebabkan oleh peristiwa penyerapan selektif, peristiwa pemantulan dan pembiasan, peristiwa bias rangkap, dan peristiwa hamburan. a. Polarisasi Karena Pemantulan dan Pembiasan Polarisasi dapat terjadi karena adanya pemantulan dan pembiasan. Ketika cahaya jatuh pada bidang batas antara dua medium dengan membentuk sudut ip terhadap garis normal, sebgaian sinar akan dipantulkan dengan sudut ip dan sebagian lagi akan dibiaskan sebesaar sudut r. Jika sudut sinaar pantul dan sudut sinar bias dijumlahkan membentuk sudut 90° (ip+ r =90°) maka sinar pantul terpolarisasi linear karena sudut bias dan sudut pantul saling tegak lurus. y Z O X E B
  • 6. Gambar 1.3 Polarisasi Linear terjadi jika jumlah sudut pantul dan sudut bias 90° Pada Gambar 1.3 tampak seberkas cahaya datang dari medium dengan indeks bias n1 menuju medium dengan indeks bias n2. Berkas cahaya tersebut sebagian dibiaskan dan sebagian dipantulkan. Sesuai dengan hukum pemantulan, sudut pantul sama dengan sudut datang, yaitu ip. Karena sinar pantul tegak lurus sinar bias, maka berlaku ip + r = 900 atau r = 900 - ip Dengan menggunakan hukum pembiasan Snellius, maka didapatkan n1.sin ip = n2.sin r n1.sin ip = n2.sin (900 - ip ) = n2.cos ip. 1 2 tan n n ip  Terjadinya sinar pantul yang terpolarisasi linier pada sudut Brewster dapat dijelaskan sebagai berikut : Berkas cahaya datang menyebabkan elektron-elektron pada atom–atom suatu medium menjadi bergetar. Berkas cahaya pantul disebabkan karena adanya re-radiasi gelombang elektromagnetik oleh getaran elektron – elektron tersebut. Jika sinar pantul yang terjadi tegak lurus terhadap sinar bias, hanya getaran elektron yang sejajar terhadap bidang batas saja yang menyumbang adanya sinar pantul. Maka dari itu, sinar pantul tidak mempunyai komponen vektor medan listrik yang sejajar bidang gambar. ip ip 900 r hukum Brewster.Sudut polarisasi (ip) disebut juga sudut Brewster.
  • 7. b. Polarisasi Karena Serapan Selektif Cahaya terpolarisasi dapat juga diperoleh dari sinar tak terpolarisasi dengan menggunakan bahan tertentu seperti nikel atau pelat titpis yang dikenal sebagai polaroid. Polarisasi jenis ini dapat terjadi dengan bantuan kristal polaroid. Bahan polaroid bersifat meneruskan cahaya dengan arah getar tertentu dan menyerap cahaya dengan arah getar yang lain. Bahan polaroid sering digunakan untuk kaca mata pelindung sinar matahari (sun-glasses) dan pada filter polarisasi lensa kamera. Bahan polaroid mempunyai sumbu polarisasi. Sumbu polarisasi dari suatu bahan polaroid disebut sebagai sumbu polarisator. Untuk selanjutnya, kita gunakan istilah sumbu polarisator untuk menyatakan sumbu polarisasi. Suatu polaroid ideal akan meneruskan semua komponen vektor medan listrik yang sejajar terhadap sumbu mudah dan menyerap semua komponen vektor medan listrik yang tegak lurus terhadap sumbu mudah. Sifat seperti ini disebut sifat dikroik. Gambar 1.4 Absorbsi (penyerapam) selektif Cahaya yang diteruskan adalah cahaya yang arah getarnya sejajar dengan sumbu polarisasi polaroid. Polaroid memiliki sederetan celah paralel (sumbu polarisator) sehingga arahnya arah getar cahaya yang sejajar celah yang akan lolos dari polariod itu. Jika arah getar membentuk sudut θ terhadap sumbu polarisator, amplitudo berkurang dengan faktor cos θ. Karena intensitas cahaya sebanding dengan kuadrat amplitudonya, intensitas cahaya yang telah melewati polaroid berarti : 2 0 cosII  Cahaya tak Terpolarisasi Cahaya Terpolarisasi Polaroid Sumbupolarisator
  • 8. Dengan, I = intensitas cahaya setelah melewati polaroid I0 = Intensitas cahaya awal Θ = sudut antara sumbu polarisator dan arah getar gelombang cahaya awal (sebelum terpolarisasi) Dua buah polaroid dapat digunakan untuk mengurangi intensitas cahaya yang diteruskan. Polaroid pertama digunakan sebagai polarisator dan polaroid kedua digunakan sebagai analisator. Gambar 1.5 Susunan Polarisator dan analisator Karena arah getar cahaya dapat dipandang terdiri dari 2 komponenn yang saling tegak lurus, ketika ia dilewatkan pada polarisator, arah getar yang sejajar diteruskan dan arah getar yang tegak lurus diserap. Dengan demikian intensitas cahaya yang diteruskan adalah ½ I0 . Jika sudut analisator membentuk sudut θ terhadap sudut polarisator, maka intensitas yang diteruskan analisator adalah 2 0 cos 2 1 II 
  • 9. c. Polarisasi Karena Hamburan Pada hari yang cerah, anda dapat melihat langit biru yang begitu indah. Bila memandang peristiwa tersebut dengan sebuah polaroid, maka dapat ditunjukkan bahwa cahaya yang datang dari langit ini terpolarisasi dengan kuat. Dengan memutar polaroid ini pada sumbu yang terletak horisontal, maka suatu saat didapatkan suatu keadaan gelap yang menunjukkan bahwa cahaya datang dari langit ini terpolarisasi dengan kuat. Jika diukur sudut antara garis yang menghubungkan pengamat dengan matahari, dan garis yang menghubungkan pengamat dengan bagian langit yang tampak gelap, akan didapatkan bahwa sudut ini kira-kira sebesar 90o. Gambar 1.6 Polarisasi Karena Hamburan Berikut penjelasan tentang sebab birunya langit : Cahaya datang pada molekul-molekul udara, maka elektron-elektron dalam molekul dapat menyerap dan memancarkan kembali sebagian cahaya. Penyerapan dan pemancaran kembali cahaya oleh molekul-molekul inilah yang disebut hamburan. Jika cahaya dilewatkan pada suatu medium, partikel-partikel medium akan menyerap dan memancarkan kembali sebagian cahaya itu. Penyerapan dan pemancaran kembali cahaya oleh partikel-partikel medium ini dikenal sebagai fenomena hamburan. Pada peristiwa hamburan, cahaya yang panjang gelombangnya lebih pendek cenderung Diskusi : Mengapa Langit berwarna biru? Apakah karena pantulan dari laut?
  • 10. mengalami hamburan dengan intensitas yang besar. Hamburan ini dapat diamati pada warna biru yang ada di langit kita. Sebelum sampai ke bumi, cahaya matahari telah melalui partikel-partikel udara di atmosfer sehingga mengalami hamburan oleh partikel-partikel di atmosfer itu. Oleh karena cahaya biru memiliki panjang gelombang lebih pendek daripada cahaya merah, maka cahaya itulah yang lebih banyak dihamburkan dan warna itulah yang sampai ke mata kita. Jika cahaya tak terpolarisasi melewati partikel-partikel gas, cahaya yang terhambur tegak lurus dengan arah semula tergak lurus seluruhnya atau sebagian menunjukkan peristiwa polarisasi karena hamburan. d. Polarisasi Karena Pembiasan Ganda Jika berkas cahaya dilewatkan pada kaca, kelajuan cahaya yang keluar akan sama ke segala arah. Hal ini karena kaca bersifat homogen, indeks biasnya hanya memiliki satu nilai. Namun, pada bahan-bahan kristal tertentu misalnya kalsit dan kuarsa, kelajuan cahaya di dalamnya tidak seragam karena bahan-bahan itu memiliki dua nilai indeks bias (birefringence). Cahaya yang melalui bahan dengan indeks bias ganda akan mengalami pembiasan dalam dua arah yang berbeda. Sebagian berkas akan memenuhi hukum Snellius (disebut berkas sinar biasa), sedangkan sebagian yang lain tidak memenuhi hukum Snellius (disebut berkas sinar istimewa). Gambar 2.32. polarisasi karena pembiasan ganda
  • 11. B. INTERFERENSI CAHAYA Interferensi cahaya adalah perpaduan antara dua gelombang cahaya. Agar interferensi cahaya dapat teramati dengan jelas, maka kedua gelombang cahaya itu harus bersifat koheren. Dua gelombang cahaya dikatakan koheren apabila kedua gelombang cahaya tersebut mempunyai amplitudo, frekuensi yang sama dan memiliki fase tetap. Ada dua hasil interferensi cahaya yang dapat teramati dengan jelas jika kedua gelombang tersebut berinterferensi. Apabila kedua gelombang cahaya berinteferensi saling memperkuat (bersifat konstruktif), maka akan menghasilkan garis terang yang teramati pada layar. Apabila kedua gelombang cahaya berinterferensi saling memperlemah (bersifat destruktif), maka akan menghasilkan garis gelap yang teramati pada layar. Marilah sekarang kita mempelajari peristiwa interferensi cahaya yang telah dilakukan percobaan/eksperimen oleh para ilmuwan terdahulu, seperti halnya Thomas Young dan Fresnell. a. INTERFERENSI PADA CELAH GANDA Percobaan yang dilakukan oleh Thomas Young dan Fresnel pada dasarnya adalah sama, yang membedakan adalah dalam hal mendapatkan dua gelombang cahaya yang koheren. Thomas Young mendapatkan dua gelombang cahaya yang koheren dengan menjatuhkan cahaya dari sumber cahaya pada dua buah celah sempit yang saling berdekatan, sehingga sinar cahaya yang keluar dari celah tersebut merupakan cahaya yang koheren. Sebaliknya Fresnel mendapatkan dua gelombang cahaya yang koheren dengan memantulkan cahaya dari suatu sumber ke arah dua buah cermin datar yang disusun hampir membentuk sudut 180o, sehingga akan diperoleh dua bayangan sumber cahaya. Sinar yang dipantulkan oleh cermin I dan II dapat dianggap sebagai dua gelombang cahaya yang koheren. Cara mendapatkan gelombang cahaya yang koheren dengan pembelahan muka gelombang, dengan memperhatikan prinsip Huygen yang menyatakan “Titik-titik yang terletak pada muka gelombang (front gelombang) merupakan sumber titik baru, yang akan merambatkan gelombang ke segala arah dengan muka gelombang sekunder yang berbentuk lingkaran. Muka gelombang baru adalah garis singgung muka-muka gelombang sekunder tersebut”.
  • 12. sumber cahaya monokromatik Skema percobaan Young Untuk menunjukkan hasil interferensi cahaya, di depan celah tersebut diletakkan layar pada jarak L maka akan terlihat pada layar berupa garis gelap dan terang. Garis terang merupakan hasil interferensi yang saling memperkuat dan garis gelap adalah hasil interferensi yang saling memperlemah. Hasil interferensi bergantung pada selisih jarak tempuh atau lintasan cahaya dari celah ke layar. Skema seperti gambar di bawah ini. Misalkan jarak antara dua celah d, jarak layar ke celah L, di titik O pada layar akan terjadi garis terang yang disebut garis terang pusat, karena jarak S1O dan S2O adalah sama sehingga gelombang cahaya sampai di O akan terjadi interferensi maksimum. Di titik P yang berjarak p dari terang pusat akan terjadi interferensi maksimum atau minimum tergantung pada selisih lintasan S2P – S1P. Lihat gambar di atas. Di P terjadi interferensi maksimum atau minimum jika selisih lintasannya
  • 13. S2P – S1P = d sin Untuk interferensi pola terang (terjadi ketika kelipatan bulat dari λ) : d sin = nλ atau d sin = 2n(λ/2) dengan n= 0, 1, 2, 3, 4,…… (n=0 terang pusat) Untuk interferensi pola gelap : d sin = (2n-1)(λ/2) dengan n=1, 2, 3, 4,………….. Perhatikan segitiga S1QS2 dan segitiga POR , untuk nilai  sangat kecil maka berlaku sin = tan = p/L. Sehingga selisih lintasannya dapat ditulis sebagai d=p/L dengan : d = jarak antara dua celah (m) p = jarak garis terang ke terang pusat (m) L = jarak celah ke layar λ = panjang gelombang cahaya n = orde interferensi b. INTERFERENSI SELAPUT TIPIS Dalam kehidupan sehari-hari sering kita melihat adanya warna-warna pelangi yang terjadi pada gelembung air sabun atau adanya lapisan minyak di permukaan air jika terkena cahaya matahari. Hal ini menunjukkan adanya interferensi cahaya matahari pada selaput tipis air sabun atau selaput tipis minyak di atas permukaan air. Interferensi cahaya terjadi dari cahaya yang dipantulkan oleh lapisan permukaan atas dan bawah dari selaput tipis tersebut. Untuk lebih jelasnya perhatikan Gambar di bawah ini.
  • 14. Gambar tersebut melukiskan seberkas sinar monokromatik jatuh pada selaput tipis setebal d, pada lapisan atas selaput cahaya dipantulkan (menempuh lintasan AE) dan sebagian dibiaskan yang kemudian dipantulkan lagi oleh lapisan bawah menempuh lintasan ABC. Antara sinar yang menempuh lintasan AE dan ABC akan saling berinterferensi di titik P tergantung pada selisih jarak lintasan optic (Δx).   udaraselaput nAEnBCABx  rdnselaput cos2 Pada titik A sinar datang dari medium kurang rapat ke medium yang lebih rapat sehingga terjadi pemantulan ujung terikat. Jadi pada titik A terjadi loncatan fase 180 o atau ½ λ. Dengan demikian pola terang akan terjadi jika : 2 nseld cos r + ½ λ = 2 k x ½ λ atau 2 nsel d cos r = (2 k – 1) ½ λ dan pola gelap akan terjadi jika : 2 nsel d cos r = (2 k) ½ λ Dengan k adalah bilangan bulat = 1, 2, 3,..................................... C. DIFRAKSI CAHAYA Telah diketahui bahwa sebuah celah dapat berperilaku sebagai sumber cahaya baru. Bahkan sumber cahaya yang berbentuk gelombang datar (planewave) ketika melalui sebuah celah akan keluar dengan bentuk gelombang silindris. Dengan kata lain cahaya tidak selalu merambat sepanjang garis lurus. Contoh lain adalah gelombang radio AM yang dapat diterima di daerah di balik gunung. Gelombang radio AM mampu mengelilingi gunung tanpa mengalami banyak kesulitan. Sebaliknya, sulit untuk dapat menangkap gelombang TV. Dari kasus ini, secara intuitif dapat disimpulkan bahwa panjang gelombang pendek (shortwave) cenderung menjalar sepanjang garis lurus, sedangkan panjang gelombang radio yang lebih panjang mengalami pembelokan yang disebut dengan difraksi. Gambar 2.11. Fenomena Difraksi
  • 15. Untuk menganalisis peristiwa difraksi, akan dilakukan eksperimen yang sangat mirip dengan kegiatan percobaan interferensi pada celah celah banyak. Telah dijelaskan di depan bahwa difraksi merupakan gejala pembelokan gelombang ketika menjalar melalui celah sempit atau tepi yang tajam. Arah rambat gelombang mengalami pembelokan, karena sesuai dengan prinsip Huygens, yang menyatakan bahwa dalam proses perambatan gelombang bebas, semua titik pada muka gelombang merupakan sumber titik baru dan akan merambatkan gelombang sekunder sferis kesegala arah. Gelombang sekunder mempunyai frekuensi yang sama dengan gelombang primernya. Muka gelombang baru merupakan garis singgung dari lingkaran gelombang-gelombang sekunder tersebut, serta arah gelombang tegak lurus dengan muka gelombang. Gambar 2.12. Celah sempit atau celah titik (narrow slit or pinhole) mendifraksi cahaya. Cahaya tidak menjalar dalam garis lurus Prinsip Huygens menjamin kita untuk dapat mengasumsikan bahwa jumlah sumber cahaya sebanding dengan jumlah celah. Perbedaan dari proses difraksi dan interferensi celah banyak, adalah pada difraksi kita tidak memiliki batasan jarak antara dua celah yang berdekatan. Kita lebih menganggap bahwa jumlah sumber cahaya tak terhingga yang menyebabkan jarak antar dua celah yang berdekatan dianggap mendekati nol (Δx→0). Difraksi dapat dituliskan untuk menjelaskan respon cahaya dengan sinar yang melengkung mengitari halangan kecil pada arah rambatnya, dan radiasi gelombang yang menyebar keluar dari sebuah rana/celah kecil.
  • 16. a. Difraksi Celah Tunggal Misal suatu sinal dibelokkan dengan sudut 𝜃 sehingga selisih lintasan sinar dari atas celah dan dari bawah celah tepat sama dengan panjang gelombangnya. Sinar yang melewati bagian tengah celah tepat sama dengan panjang gelombangnya. Demikaian pula antara sinar yang melewati bagian tengah celah dan sinar yang melewati bagian bawah celah, keduanya berselisih lintasan setengah panjang gelombangnya. Kedua sinar tersebut berlawanan fasa ketika tiba di layar sehingga akan menghasilkan interferensi minimum (pola gelap). Pola gelap jika: Pola terang jika: d sin = (2m-1)(λ/2) Keterangan : d = lebar celah y = jarak pita gelap ke – m(1, 2 , 3,…) dari pusat L
  • 17. L = jarak celah ke layar θ = sudut simpang cahaya b. Kisi Difraksi Kisi adalah celah yang jumlahnya sangat banyak pada kisi atau celah majemuk terdapat suatu tetapan atau konstanta kisi. Gambar kisi difraksi Konstanta kisi tersebut sebesar 𝑑 = 1 𝑁 Untuk pola terang dirumuskan: Untuk pola gelap dirumuskan: d sin = (2m-1)(λ/2) Keterangan : d = jarak antar kisi = tetapan kisi n = terang ke - 1, 2, 3, ….. N = banyaknya kisi tiap satuan panjang θ = sudut simpang cahaya
  • 18. APLIKASI CAHAYA PADA TEKNOLOGI Sifat-sifat cahaya dan interaksinya terhadap sekitar seperti refleksi dan refraksi ini dikaji dengan pendekatan optik geometris. Sedangkan sifat-sifat cahaya dan interaksinya terhadap sekitar seperti interfernsi, difraksi, dispersi dan polarisasi ini dikaji dengan pendekatan optik fisis. Pada puncak era optika klasik, cahaya didefinisikan sebagai gelombang elektromagnetik karena gelombang cahaya dapat merambat secara transversal pada dua buah bidang tegak lurus yaitu pada medan magnetik dan medan listrik Pada abad ke-20 lahirlah era optika modern yang terkenal dengan bidang ilmu dan rekayasa optiknya. Pada era modern ini cahaya didefinisikan sebagai dualisme gelombang transversal elektromagnetik dan aliran partikel yang disebut foton. Era optika modern tidak serta merta mengakhiri era optikal klasik, tetapi memperkenalkan sifat-sifat cahaya yang baru yaitu difusi dan hamburan. Pada era modern ini juga, banyak pemanfaatan cahaya dalam berbagai bidang ilmu pengetahuan dan teknologi. Sebagai contoh adalah proyektor LCD dan LED. Proyektor LCD merupakan salah satu jenis proyektor yang digunakan untuk menampilkan video, gambar, atau data dari komputer pada sebuah layar atau sesuatu dengan permukaan datar. Untuk menampilkan gambar, proyektor LCD mengirim cahaya dari lampu halide logam yang diteruskan ke dalam prisma dan cahaya akan tersebar pada tiga panel polysilikon, yaitu komponen warna merah, hijau dan biru pada sinyal video. Proyektor LCD berisi panel cermin yang terpisah satu sama lain. Masing-masing panel terdiri dari dua pelat cermin yang di antara keduanya terdapat liquid crystal. Ketika terdapat perintah atau instruksi, kristal akan membuka agar cahaya dapat lewat atau menutup untuk mem-block cahaya tersebut. Membuka dan menutupnya pixel ini yang bisa membentuk gambar. Lampu yang digunakan pada proyektor LCD adalah lampu halide logam karena menghasilkan suhu warna yang ideal dan spektrum warna yang luas. lampu ini juga memiliki kemampuan untuk memproduksi cahaya dalam juga sangat besar dalam area kecil dengan arus proyektor sekitar 2.000-15.000 ANSI lumens.