SlideShare a Scribd company logo
1 of 7
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pada tahun 1873, J.C Maxwell secara teori menjabarkan kemungkinan adanya gelombang
elektromagnetik di alam yang menjalar dengan kecepatan sebesar kecepatan cahaya. Kemudian
secara umum eksperimen Heinrich Hertz pada tahun 1888, dengan memakai osilasi dipol listrik
berhasil memperoleh gelombang elektromagnetik yaitu gelombang-mikro yang ternyata dapat
dipantulkan, dibiaskan, difokuskan dengan lensa, dan seterusnya sebagaimana lazimnya.
Sejak itu, cahaya diyakini sebagai gelombang elektromagnetik transversal yang dimaksud
dengan gelomabng elektromagetik adalah gelombang medan listrik dan medan magnet. Artinya
oleh adanya gelombang elektromagnetik maka kuat medan magnet dan kuat medan listrik
disetiap titik yang dilalui gelombang elektromagnetik itu berubah-ubah terhadap waktu secara
periodik dan perubahan itu dijalankan sepanjang arah menjalarnya gelombang. Untuk
menjalarnya gelombang elektromagnetik tidak memerlukan medium dan bahkan adanya
medium maka menghambat menjalarnya gelomabng elektromagnetik.
Gelombang elektromagnetik dapat dipantulkan dan ditransmisikan, dari pemantulan tersebut
dapat terpolarisasi bidang. Gelombang elektromagnetik dikatakan terpolarisasi bidang apabila
bidang getar gelomabng medan listrik dan medan magnetnya tertentu. Pada umumnya
gelombang terdiri dari sinar-sinar dari berbagai kemungkinan bidang getar bagi medan listrik
dan medan magnetnya , bidang getar itu dinamakan bidang polarisasi. Dengan kata lain,
polarisasi adalah peristiwa terjadinya perubahan arah medan listriknya menjadi searah dengan
mengabaikan arah dari medan magnet.
Dengan prinsip polarisasi tersebut dilakuakn pada percobaan polarisasi (hokum Malus)
dengan menggunakan laser He-Ne sabagai sumber cahaya yang termasuk dalam gelombang
elektromagnetik. Dimana pada percobaan dilakukan dua kali dengan menggunakan laser tanpa
retarder (bidang penunda) dan menggunakan retarder (bidang penunda). Untuk percobaan laser
tanpa retarder sebagai pembuktian Hukum Malus dimana laser dilewatkan pada polrizer 1 dan
diteruskan menuju polarizer 2 sebagai analyzer. Dan akan terlihat bayangan pada layer yang
terhubung dengan fotometer untuk mengetahui intensitasnya. Dengan mengubah sudut analyzer
akan diperoleh pula nilai intensitas yang berbeda.
Pada percobaan laser dengan menggunakan retarder hampir sama dengan percobaan laser
tanpa retarder hanya saja retarder diletakkan antara polarizer 1 dan polarizer 2 dan
dipergunakan bidang penunda 140 nm . Sehingga diperoleh intensitas awal pengukuran Io,
intesitas dari fotometer I1 dan sudut analyzer sebagai sudut datang θ. Dengan hal tersebut dapat
menentukan hubungan intensitas dengan sudut analyzer, mengetahui peristiwa polarisasi dan
mengetahui sifat dari bidang retarder. Prinsip percobaan tersebut memberikan manfaat untuk
mempelajari fotoelastisitas dan efek Kerr.
1
1.2 Rumusan masalah
Adapun yang menjadi permasalahan pada percobaan polarisasi cahaya adalah sebagai
berikut:
1.

Bagaimana terjadinya peristiwa polarisasi cahaya?

2.

Bagaimana hubungan antara intensitas dengan sudut analyzer baik menggunakan
bidang penghambat ataupun tanpa bidang penghambat ?

1.3 Tujuan
Berdasarkan penjabaran permasalahan diatas, tujuan dari percobaan (Hukum Malus) adalah
sebagai berikut:
1.

Mengetahui terjadinya peristiwa polarisasi cahaya?

2.

Mengetahui hubungan antara intensitas dengan sudut analyzer baik menggunakan
bidang penghambat ataupun tanpa bidang penghambat.

1.4 Manfaat
Dari percobaan polarisasi (Hukum Malus) dapat dipergunakan landasan awal untuk
mempelajari fotoelastisitas dan efek kerr.

2
BAB II
ISI
2.1 Pengertian Polarisasi
Polarisasi cahaya atau polarisasi optik adalah salah satu sifat cahaya yakni jika cahaya
bergerak berosilasi dengan arah tertentu. Cahaya termasuk gelombang elektromagnetik yang
berarti mempunyai medan listrik dan medan magnet, keduanya berposisi tegak lurus satu sama
lain dan tegak lurus terhadap arah rambatanya (Guntur,Utama.1999:183). Disamping itu, cahaya
dikategorikan sebagai gelombang transversal yang merambat tegak lurus pada arah
rambatannya seperti gambar 2.1. Dengan kata lain, polarisasi dapat terjadi bila cahaya tersebut
merupakan gelombang elektromagnetik dan gelombang transversal.

Gambar : Gelombang Elektromagnetik
Suatu cahaya dikatakan terpolarisasi apabila cahaya itu
bergerak

merambat

dengan

mengutamakan

arah

tertentu dengan dicirikan oleh arah vektor bidang listrik
tersebut dan arah polarisasi dicirikan oleh bidang
magnetnya. Untuk lebih jelasnya, perhatikan gambar
2.1.2 sebagai berikut:

3
Gambar : Polarisasi cahaya oleh pantulan
Dengan mula-mula cermin T2 diatur sejajar berhadapan dengan cermin T1, sinar cahaya
dijatuhkan dengan sudut kemiringan Ø terhadap normal N 1. Sinar tersebut dipantulkan di O1 ke
cermin T2 di O2 yang oleh T2 dipantulkan lagi lebih lanjut, yang lalu ditangkap oleh tabir.
Cermin T2 diputar sedikit demi sedikit dengan garis penghubung O1O2 selaku sumbu putar,
maka intensitas cahaya di tabir , yang diputar mengikuti berputarnya bintik bayangan, makin
lemah dan mencapai minimum pada saat mencapai sudut 900. Sehingga dapat dilakukan dengan
variasi sudut kemiringan , maka Ø= Ø p tertentu, inetnsitas bintik bayangan ditabir akan menjadi
nol (Soedojo,1992:155).
Berdasarkan dari penjelasan diatas dapat diaplikasikan pada sebuah polarisator. Polarisator
merupakan sebuah alat yang dipergunakan untuk mempolarisasikan cahaya. Sebuah polarisator
yang sempurna akan meneruskan 50% intensitas cahaya yang tak terpolarisasi yang datang.
Dianggap bahwa tidak ada cahaya yang hilang oleh pantulan-pantulan dan dianggap cahaya
yang dipolarisasi hanya sebagian saja.
Jika suatu cahaya terpolarisasi linier dan tegak lurus pada Polaroid, sedang arah polarisasi
membuat sudut θ dengan sumbu polaroid. Sehingga amplitudo yang diteruskan adalah sebesar
proyeksi pada medan listrik sumbu polaroid, akibatnya intensitas cahaya yang diteruskan
menjadi:
I0=Im (cos θ)2

……………………….(1)

Persamaan (1) disebut sebagai Hukum Malus (Sutrisno,1979:119)
2.2. Macam – Macam Polarisasi
Adapun macam-macam dari polarisasi adalah sebagai berikut:
a.

Polarisasi Linier

gambar : polarisasi linier
Polarisasi linier terjadi pada saat medan listrik superposisi mempunyai arah baru dan
ujungnya bergerak pada garis lurus seperti pada gambar

4
b.

Polarisasi Sirkuler

Gambar : Polarisasi Sirkuler
Polarisasi sirkuler terjadi pada saat ujung vektor medan listrik berputar pada lingkaran
karena bersuperposisi pada titik hitam tersebut dan memiliki amplitudo yang sama seperti
terlihat pada gambar
c.

Polarisasi Eliptis

Gambar : Polarisasi Eliptis
Polarisasi eliptis terjadi karena hasil dari superposisi sirkular memberikan vektor medan
listrik yang ujungnya berputar pada sebuah elips dan mempunyai amplitudo yang tidak sama
seperti terlihat pada gambar
2.3 Lempeng Penghambat (retardation plate)
Lempeng hambat adalah kristal yang dipotong sedemikian hingga setelah berkas cahaya
akan terhambat daripada berkas cahaya yang lain sehingga terjadi beda fase antara keduanya
(Soedojo,1992:163). Gambar 2.3.1 memperlihatkan potongan memperlihatkan lempeng hambat
sedemikian, dimana suatu kristal dipotong dan digosok sedemikian menjadi berwujud lempeng
dengan kedua permukaanya pada arah sumbu optik kristal. Maka berkas cahaya yang
mengenainya tegak lurus tidak akan mengalami bias rangkap

5
Jika lempeng hambat tersebut adalah lempeng hambat setengah lambda dan cahaya yang
datang terpolarisasi bidang dengan bidang polarisasi yang membuat sudut Ø terhadap sumbu
optik setelah meninggalkan kristal, bidang polarisasi akan berputar sehingga membuat sudut –Ø
dengan sumbu optik. Dimana membuat sudut putar yang sama sewaktu datang tetapi arah yang
berlawanan terhadap sumbu optic
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Polarisasi cahaya atau polarisasi optik adalah salah satu sifat cahaya yakni jika cahaya
bergerak berosilasi dengan arah tertentu. Cahaya termasuk gelombang elektromagnetik yang
berarti mempunyai medan listrik dan medan magnet, keduanya berposisi tegak lurus satu sama
lain dan tegak lurus terhadap arah rambatanya (Guntur,Utama.1999:183). Disamping itu, cahaya
dikategorikan sebagai gelombang transversal yang merambat tegak lurus pada arah
rambatannya seperti gambar 2.1. Dengan kata lain, polarisasi dapat terjadi bila cahaya tersebut
merupakan gelombang elektromagnetik dan gelombang transversal.
Adapun macam-macam dari polarisasi adalah sebagai berikut :
a.

Polarisasi linier, terjadi pada saat medan listrik superposisi mempunyai arah baru dan
ujungnya bergerak pada garis lurus

b.

Polarisasi sirkuler terjadi pada saat ujung vektor medan listrik berputar pada lingkaran
karena bersuperposisi pada titik hitam tersebut dan memiliki amplitudo yang sama

c.

Polarisasi eliptis terjadi karena hasil dari superposisi sirkular memberikan vektor
medan listrik yang ujungnya berputar pada sebuah elips dan mempunyai amplitudo yang
tidak sama

3.2 Saran
Penulis sangat menyadari dalam pembuatan makalah ini masih jauh dari kesempurnaan,dan
tidak lepas dari kekurangan dan kelemahan dari segi isi, data, maupun analisisnya. Olehkarena
itu, saran dan kritik yang bersifat membangun sangat penulis harapkan sebagai bahan
pertimbangan dan perbaikan dalam penulisan makalah ini. Dan penulis juga menghaapkan
penelitian lanjutan dalam pembutan makalah ini.

6
DAFTAR PUSTAKA

http://dunianiara.blogspot.com/2010/11/polarisasi.html (diakses pada 4 Oktober 2013, 18.45)
http://id.wikipedia.org/wiki/Polarisasi (diakses pada 4 Oktober 2013, 18.55)
http://fisikamemangasyik.wordpress.com/fisika-3/optik-fisis/a-polarisasi-cahaya/(diakses pada
4 Oktober 2013, 18.49)

7

More Related Content

What's hot

Ppt 2 difraksi kristal dan kisi balik
Ppt 2 difraksi kristal dan kisi balikPpt 2 difraksi kristal dan kisi balik
Ppt 2 difraksi kristal dan kisi balikwindyramadhani52
 
Laporan Eksperimen Efek Fotolistrik
Laporan Eksperimen Efek FotolistrikLaporan Eksperimen Efek Fotolistrik
Laporan Eksperimen Efek FotolistrikNurfaizatul Jannah
 
Ikatan Kristal - Fisika Zat Padat
Ikatan Kristal - Fisika Zat PadatIkatan Kristal - Fisika Zat Padat
Ikatan Kristal - Fisika Zat PadatAhmad Faisal Harish
 
Resume Hukum Faraday
Resume Hukum FaradayResume Hukum Faraday
Resume Hukum Faradaysilvi novrian
 
Konduktor dan semikonduktor
Konduktor dan semikonduktor Konduktor dan semikonduktor
Konduktor dan semikonduktor Ida Farida Ch
 
2 b 59_utut muhammad_laporan_medan magnet dan induksi magnet
2 b 59_utut muhammad_laporan_medan magnet dan induksi magnet2 b 59_utut muhammad_laporan_medan magnet dan induksi magnet
2 b 59_utut muhammad_laporan_medan magnet dan induksi magnetumammuhammad27
 
Struktur Kristal 1 (Kuliah Fisika Zat Padat)
Struktur Kristal 1 (Kuliah Fisika Zat Padat)Struktur Kristal 1 (Kuliah Fisika Zat Padat)
Struktur Kristal 1 (Kuliah Fisika Zat Padat)Khoirul Ummah
 
teori Bohr tentang Atom Hidrogen
teori Bohr tentang Atom Hidrogenteori Bohr tentang Atom Hidrogen
teori Bohr tentang Atom HidrogenKhotim U
 

What's hot (20)

Ppt 2 difraksi kristal dan kisi balik
Ppt 2 difraksi kristal dan kisi balikPpt 2 difraksi kristal dan kisi balik
Ppt 2 difraksi kristal dan kisi balik
 
Fisika Inti
Fisika IntiFisika Inti
Fisika Inti
 
Zat padat parno
Zat padat parnoZat padat parno
Zat padat parno
 
Osilasi teredam
Osilasi teredamOsilasi teredam
Osilasi teredam
 
Ppt gelombang elektromagnetik
Ppt gelombang elektromagnetikPpt gelombang elektromagnetik
Ppt gelombang elektromagnetik
 
Laporan Eksperimen Efek Fotolistrik
Laporan Eksperimen Efek FotolistrikLaporan Eksperimen Efek Fotolistrik
Laporan Eksperimen Efek Fotolistrik
 
Efek zeeman
Efek zeemanEfek zeeman
Efek zeeman
 
Ikatan Kristal - Fisika Zat Padat
Ikatan Kristal - Fisika Zat PadatIkatan Kristal - Fisika Zat Padat
Ikatan Kristal - Fisika Zat Padat
 
Laporan praktikum Efek Fotolistrik
Laporan praktikum Efek FotolistrikLaporan praktikum Efek Fotolistrik
Laporan praktikum Efek Fotolistrik
 
Fisika Zat Padat
Fisika Zat PadatFisika Zat Padat
Fisika Zat Padat
 
Peluruhan Radioaktif
Peluruhan RadioaktifPeluruhan Radioaktif
Peluruhan Radioaktif
 
Resume Hukum Faraday
Resume Hukum FaradayResume Hukum Faraday
Resume Hukum Faraday
 
Konduktor dan semikonduktor
Konduktor dan semikonduktor Konduktor dan semikonduktor
Konduktor dan semikonduktor
 
2 b 59_utut muhammad_laporan_medan magnet dan induksi magnet
2 b 59_utut muhammad_laporan_medan magnet dan induksi magnet2 b 59_utut muhammad_laporan_medan magnet dan induksi magnet
2 b 59_utut muhammad_laporan_medan magnet dan induksi magnet
 
franck hertz
franck hertzfranck hertz
franck hertz
 
Spektrum Garis Atom Hidrogen
Spektrum Garis Atom HidrogenSpektrum Garis Atom Hidrogen
Spektrum Garis Atom Hidrogen
 
Dalil Malus
Dalil MalusDalil Malus
Dalil Malus
 
Struktur Kristal 1 (Kuliah Fisika Zat Padat)
Struktur Kristal 1 (Kuliah Fisika Zat Padat)Struktur Kristal 1 (Kuliah Fisika Zat Padat)
Struktur Kristal 1 (Kuliah Fisika Zat Padat)
 
Peluruhan alfa
Peluruhan alfaPeluruhan alfa
Peluruhan alfa
 
teori Bohr tentang Atom Hidrogen
teori Bohr tentang Atom Hidrogenteori Bohr tentang Atom Hidrogen
teori Bohr tentang Atom Hidrogen
 

Viewers also liked

Viewers also liked (20)

makalah Polarisasi
makalah Polarisasimakalah Polarisasi
makalah Polarisasi
 
Laporan efisiensi detektor, dead time, spektroskopi gamma, dan hukum kuadrat ...
Laporan efisiensi detektor, dead time, spektroskopi gamma, dan hukum kuadrat ...Laporan efisiensi detektor, dead time, spektroskopi gamma, dan hukum kuadrat ...
Laporan efisiensi detektor, dead time, spektroskopi gamma, dan hukum kuadrat ...
 
Puisi jasamu
Puisi jasamuPuisi jasamu
Puisi jasamu
 
mini riset gelombang stasioner
mini riset gelombang stasionermini riset gelombang stasioner
mini riset gelombang stasioner
 
SINOPSIS NYANYIAN SUNYI BUAT ADIKKU SAYANG, PARMI
SINOPSIS NYANYIAN SUNYI BUAT ADIKKU SAYANG, PARMISINOPSIS NYANYIAN SUNYI BUAT ADIKKU SAYANG, PARMI
SINOPSIS NYANYIAN SUNYI BUAT ADIKKU SAYANG, PARMI
 
Bab 6 alat optik
Bab 6 alat optikBab 6 alat optik
Bab 6 alat optik
 
Klasifikasi zat asam basa
Klasifikasi zat asam basaKlasifikasi zat asam basa
Klasifikasi zat asam basa
 
Soal soal materi gerak melingkar dan gerak parabola
Soal soal materi gerak melingkar dan gerak parabolaSoal soal materi gerak melingkar dan gerak parabola
Soal soal materi gerak melingkar dan gerak parabola
 
Mini riset fisika sekolah 1 bab fluida dinamis
Mini riset fisika sekolah 1 bab fluida dinamisMini riset fisika sekolah 1 bab fluida dinamis
Mini riset fisika sekolah 1 bab fluida dinamis
 
Cahaya
CahayaCahaya
Cahaya
 
Teropong edit
Teropong editTeropong edit
Teropong edit
 
Alat Optik
Alat OptikAlat Optik
Alat Optik
 
Laporan praktikum fisika 1
Laporan praktikum fisika 1Laporan praktikum fisika 1
Laporan praktikum fisika 1
 
Rpp unsur zat senyawa smp
Rpp unsur zat senyawa smpRpp unsur zat senyawa smp
Rpp unsur zat senyawa smp
 
Teropong (Fisika)
Teropong (Fisika)Teropong (Fisika)
Teropong (Fisika)
 
Alat Optik Lup (Kaca Pembesar)
Alat Optik Lup (Kaca Pembesar)Alat Optik Lup (Kaca Pembesar)
Alat Optik Lup (Kaca Pembesar)
 
Rpp teks eksposisi
Rpp teks eksposisiRpp teks eksposisi
Rpp teks eksposisi
 
alat alat optik fisika sma
 alat alat optik fisika sma alat alat optik fisika sma
alat alat optik fisika sma
 
ALAT ALAT OPTIK KELAS 10
ALAT ALAT OPTIK KELAS 10 ALAT ALAT OPTIK KELAS 10
ALAT ALAT OPTIK KELAS 10
 
Makalah alat optik | MATA
Makalah alat optik | MATAMakalah alat optik | MATA
Makalah alat optik | MATA
 

Similar to Polarisasi Cahaya

Induksi Elektromagnetik & Cahaya dan Optika
Induksi Elektromagnetik & Cahaya dan OptikaInduksi Elektromagnetik & Cahaya dan Optika
Induksi Elektromagnetik & Cahaya dan OptikaRizka Aprilia
 
Makalah fisika magnet
Makalah fisika magnetMakalah fisika magnet
Makalah fisika magnetAnnis Kenny
 
Induktansi dan hukum faraday 1
Induktansi dan hukum faraday 1Induktansi dan hukum faraday 1
Induktansi dan hukum faraday 1arismanna
 
Contoh Makalah Fisika Magnet
Contoh Makalah Fisika MagnetContoh Makalah Fisika Magnet
Contoh Makalah Fisika MagnetHendri saputra
 
Pertemuan 3 optika fisi ss
Pertemuan 3 optika fisi ssPertemuan 3 optika fisi ss
Pertemuan 3 optika fisi ssadeenurhayati
 
Gelombang Cahaya
Gelombang CahayaGelombang Cahaya
Gelombang Cahayaprihase
 
Fisikaaaaaaaaa
FisikaaaaaaaaaFisikaaaaaaaaa
Fisikaaaaaaaaanasrul ah
 
Lap. ahir-polarisasi-cahaya retno
Lap. ahir-polarisasi-cahaya retnoLap. ahir-polarisasi-cahaya retno
Lap. ahir-polarisasi-cahaya retnoRetno AppleLienna
 
Tugas presentasi fisika(kelompok)
Tugas presentasi fisika(kelompok)Tugas presentasi fisika(kelompok)
Tugas presentasi fisika(kelompok)Dika Wahyu Suryadi
 
Kelompok 2 ggl induksi elektromagnetik dan gaya lorentz
Kelompok 2 ggl induksi elektromagnetik dan gaya lorentzKelompok 2 ggl induksi elektromagnetik dan gaya lorentz
Kelompok 2 ggl induksi elektromagnetik dan gaya lorentzMuhammad Ridlo
 
Pertemuan 5 medan magnetik
Pertemuan 5 medan magnetikPertemuan 5 medan magnetik
Pertemuan 5 medan magnetikadeenurhayati
 
Gel Elektromagnetik
Gel ElektromagnetikGel Elektromagnetik
Gel Elektromagnetikguestda115d9
 

Similar to Polarisasi Cahaya (20)

Gelombang cahaya fisika sma
Gelombang cahaya fisika smaGelombang cahaya fisika sma
Gelombang cahaya fisika sma
 
Pw point physic
Pw point physicPw point physic
Pw point physic
 
Induksi Elektromagnetik & Cahaya dan Optika
Induksi Elektromagnetik & Cahaya dan OptikaInduksi Elektromagnetik & Cahaya dan Optika
Induksi Elektromagnetik & Cahaya dan Optika
 
Presentation ok
Presentation okPresentation ok
Presentation ok
 
Makalah fisika magnet
Makalah fisika magnetMakalah fisika magnet
Makalah fisika magnet
 
8. faraday
8. faraday8. faraday
8. faraday
 
Induktansi dan hukum faraday 1
Induktansi dan hukum faraday 1Induktansi dan hukum faraday 1
Induktansi dan hukum faraday 1
 
Contoh Makalah Fisika Magnet
Contoh Makalah Fisika MagnetContoh Makalah Fisika Magnet
Contoh Makalah Fisika Magnet
 
Pertemuan 3 optika fisi ss
Pertemuan 3 optika fisi ssPertemuan 3 optika fisi ss
Pertemuan 3 optika fisi ss
 
Gelombang Cahaya
Gelombang CahayaGelombang Cahaya
Gelombang Cahaya
 
Fisika gelombang
Fisika gelombangFisika gelombang
Fisika gelombang
 
Fisikaaaaaaaaa
FisikaaaaaaaaaFisikaaaaaaaaa
Fisikaaaaaaaaa
 
Lap. ahir-polarisasi-cahaya retno
Lap. ahir-polarisasi-cahaya retnoLap. ahir-polarisasi-cahaya retno
Lap. ahir-polarisasi-cahaya retno
 
Tugas presentasi fisika(kelompok)
Tugas presentasi fisika(kelompok)Tugas presentasi fisika(kelompok)
Tugas presentasi fisika(kelompok)
 
Kelompok 2 ggl induksi elektromagnetik dan gaya lorentz
Kelompok 2 ggl induksi elektromagnetik dan gaya lorentzKelompok 2 ggl induksi elektromagnetik dan gaya lorentz
Kelompok 2 ggl induksi elektromagnetik dan gaya lorentz
 
Fisika gelombang cahaya
Fisika gelombang cahayaFisika gelombang cahaya
Fisika gelombang cahaya
 
Pertemuan 5 medan magnetik
Pertemuan 5 medan magnetikPertemuan 5 medan magnetik
Pertemuan 5 medan magnetik
 
kuantum
kuantumkuantum
kuantum
 
Gel Elektromagnetik
Gel ElektromagnetikGel Elektromagnetik
Gel Elektromagnetik
 
KEMAGNETAN.pdf
KEMAGNETAN.pdfKEMAGNETAN.pdf
KEMAGNETAN.pdf
 

Polarisasi Cahaya

  • 1. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada tahun 1873, J.C Maxwell secara teori menjabarkan kemungkinan adanya gelombang elektromagnetik di alam yang menjalar dengan kecepatan sebesar kecepatan cahaya. Kemudian secara umum eksperimen Heinrich Hertz pada tahun 1888, dengan memakai osilasi dipol listrik berhasil memperoleh gelombang elektromagnetik yaitu gelombang-mikro yang ternyata dapat dipantulkan, dibiaskan, difokuskan dengan lensa, dan seterusnya sebagaimana lazimnya. Sejak itu, cahaya diyakini sebagai gelombang elektromagnetik transversal yang dimaksud dengan gelomabng elektromagetik adalah gelombang medan listrik dan medan magnet. Artinya oleh adanya gelombang elektromagnetik maka kuat medan magnet dan kuat medan listrik disetiap titik yang dilalui gelombang elektromagnetik itu berubah-ubah terhadap waktu secara periodik dan perubahan itu dijalankan sepanjang arah menjalarnya gelombang. Untuk menjalarnya gelombang elektromagnetik tidak memerlukan medium dan bahkan adanya medium maka menghambat menjalarnya gelomabng elektromagnetik. Gelombang elektromagnetik dapat dipantulkan dan ditransmisikan, dari pemantulan tersebut dapat terpolarisasi bidang. Gelombang elektromagnetik dikatakan terpolarisasi bidang apabila bidang getar gelomabng medan listrik dan medan magnetnya tertentu. Pada umumnya gelombang terdiri dari sinar-sinar dari berbagai kemungkinan bidang getar bagi medan listrik dan medan magnetnya , bidang getar itu dinamakan bidang polarisasi. Dengan kata lain, polarisasi adalah peristiwa terjadinya perubahan arah medan listriknya menjadi searah dengan mengabaikan arah dari medan magnet. Dengan prinsip polarisasi tersebut dilakuakn pada percobaan polarisasi (hokum Malus) dengan menggunakan laser He-Ne sabagai sumber cahaya yang termasuk dalam gelombang elektromagnetik. Dimana pada percobaan dilakukan dua kali dengan menggunakan laser tanpa retarder (bidang penunda) dan menggunakan retarder (bidang penunda). Untuk percobaan laser tanpa retarder sebagai pembuktian Hukum Malus dimana laser dilewatkan pada polrizer 1 dan diteruskan menuju polarizer 2 sebagai analyzer. Dan akan terlihat bayangan pada layer yang terhubung dengan fotometer untuk mengetahui intensitasnya. Dengan mengubah sudut analyzer akan diperoleh pula nilai intensitas yang berbeda. Pada percobaan laser dengan menggunakan retarder hampir sama dengan percobaan laser tanpa retarder hanya saja retarder diletakkan antara polarizer 1 dan polarizer 2 dan dipergunakan bidang penunda 140 nm . Sehingga diperoleh intensitas awal pengukuran Io, intesitas dari fotometer I1 dan sudut analyzer sebagai sudut datang θ. Dengan hal tersebut dapat menentukan hubungan intensitas dengan sudut analyzer, mengetahui peristiwa polarisasi dan mengetahui sifat dari bidang retarder. Prinsip percobaan tersebut memberikan manfaat untuk mempelajari fotoelastisitas dan efek Kerr. 1
  • 2. 1.2 Rumusan masalah Adapun yang menjadi permasalahan pada percobaan polarisasi cahaya adalah sebagai berikut: 1. Bagaimana terjadinya peristiwa polarisasi cahaya? 2. Bagaimana hubungan antara intensitas dengan sudut analyzer baik menggunakan bidang penghambat ataupun tanpa bidang penghambat ? 1.3 Tujuan Berdasarkan penjabaran permasalahan diatas, tujuan dari percobaan (Hukum Malus) adalah sebagai berikut: 1. Mengetahui terjadinya peristiwa polarisasi cahaya? 2. Mengetahui hubungan antara intensitas dengan sudut analyzer baik menggunakan bidang penghambat ataupun tanpa bidang penghambat. 1.4 Manfaat Dari percobaan polarisasi (Hukum Malus) dapat dipergunakan landasan awal untuk mempelajari fotoelastisitas dan efek kerr. 2
  • 3. BAB II ISI 2.1 Pengertian Polarisasi Polarisasi cahaya atau polarisasi optik adalah salah satu sifat cahaya yakni jika cahaya bergerak berosilasi dengan arah tertentu. Cahaya termasuk gelombang elektromagnetik yang berarti mempunyai medan listrik dan medan magnet, keduanya berposisi tegak lurus satu sama lain dan tegak lurus terhadap arah rambatanya (Guntur,Utama.1999:183). Disamping itu, cahaya dikategorikan sebagai gelombang transversal yang merambat tegak lurus pada arah rambatannya seperti gambar 2.1. Dengan kata lain, polarisasi dapat terjadi bila cahaya tersebut merupakan gelombang elektromagnetik dan gelombang transversal. Gambar : Gelombang Elektromagnetik Suatu cahaya dikatakan terpolarisasi apabila cahaya itu bergerak merambat dengan mengutamakan arah tertentu dengan dicirikan oleh arah vektor bidang listrik tersebut dan arah polarisasi dicirikan oleh bidang magnetnya. Untuk lebih jelasnya, perhatikan gambar 2.1.2 sebagai berikut: 3
  • 4. Gambar : Polarisasi cahaya oleh pantulan Dengan mula-mula cermin T2 diatur sejajar berhadapan dengan cermin T1, sinar cahaya dijatuhkan dengan sudut kemiringan Ø terhadap normal N 1. Sinar tersebut dipantulkan di O1 ke cermin T2 di O2 yang oleh T2 dipantulkan lagi lebih lanjut, yang lalu ditangkap oleh tabir. Cermin T2 diputar sedikit demi sedikit dengan garis penghubung O1O2 selaku sumbu putar, maka intensitas cahaya di tabir , yang diputar mengikuti berputarnya bintik bayangan, makin lemah dan mencapai minimum pada saat mencapai sudut 900. Sehingga dapat dilakukan dengan variasi sudut kemiringan , maka Ø= Ø p tertentu, inetnsitas bintik bayangan ditabir akan menjadi nol (Soedojo,1992:155). Berdasarkan dari penjelasan diatas dapat diaplikasikan pada sebuah polarisator. Polarisator merupakan sebuah alat yang dipergunakan untuk mempolarisasikan cahaya. Sebuah polarisator yang sempurna akan meneruskan 50% intensitas cahaya yang tak terpolarisasi yang datang. Dianggap bahwa tidak ada cahaya yang hilang oleh pantulan-pantulan dan dianggap cahaya yang dipolarisasi hanya sebagian saja. Jika suatu cahaya terpolarisasi linier dan tegak lurus pada Polaroid, sedang arah polarisasi membuat sudut θ dengan sumbu polaroid. Sehingga amplitudo yang diteruskan adalah sebesar proyeksi pada medan listrik sumbu polaroid, akibatnya intensitas cahaya yang diteruskan menjadi: I0=Im (cos θ)2 ……………………….(1) Persamaan (1) disebut sebagai Hukum Malus (Sutrisno,1979:119) 2.2. Macam – Macam Polarisasi Adapun macam-macam dari polarisasi adalah sebagai berikut: a. Polarisasi Linier gambar : polarisasi linier Polarisasi linier terjadi pada saat medan listrik superposisi mempunyai arah baru dan ujungnya bergerak pada garis lurus seperti pada gambar 4
  • 5. b. Polarisasi Sirkuler Gambar : Polarisasi Sirkuler Polarisasi sirkuler terjadi pada saat ujung vektor medan listrik berputar pada lingkaran karena bersuperposisi pada titik hitam tersebut dan memiliki amplitudo yang sama seperti terlihat pada gambar c. Polarisasi Eliptis Gambar : Polarisasi Eliptis Polarisasi eliptis terjadi karena hasil dari superposisi sirkular memberikan vektor medan listrik yang ujungnya berputar pada sebuah elips dan mempunyai amplitudo yang tidak sama seperti terlihat pada gambar 2.3 Lempeng Penghambat (retardation plate) Lempeng hambat adalah kristal yang dipotong sedemikian hingga setelah berkas cahaya akan terhambat daripada berkas cahaya yang lain sehingga terjadi beda fase antara keduanya (Soedojo,1992:163). Gambar 2.3.1 memperlihatkan potongan memperlihatkan lempeng hambat sedemikian, dimana suatu kristal dipotong dan digosok sedemikian menjadi berwujud lempeng dengan kedua permukaanya pada arah sumbu optik kristal. Maka berkas cahaya yang mengenainya tegak lurus tidak akan mengalami bias rangkap 5
  • 6. Jika lempeng hambat tersebut adalah lempeng hambat setengah lambda dan cahaya yang datang terpolarisasi bidang dengan bidang polarisasi yang membuat sudut Ø terhadap sumbu optik setelah meninggalkan kristal, bidang polarisasi akan berputar sehingga membuat sudut –Ø dengan sumbu optik. Dimana membuat sudut putar yang sama sewaktu datang tetapi arah yang berlawanan terhadap sumbu optic BAB III PENUTUP 3.1 Kesimpulan Polarisasi cahaya atau polarisasi optik adalah salah satu sifat cahaya yakni jika cahaya bergerak berosilasi dengan arah tertentu. Cahaya termasuk gelombang elektromagnetik yang berarti mempunyai medan listrik dan medan magnet, keduanya berposisi tegak lurus satu sama lain dan tegak lurus terhadap arah rambatanya (Guntur,Utama.1999:183). Disamping itu, cahaya dikategorikan sebagai gelombang transversal yang merambat tegak lurus pada arah rambatannya seperti gambar 2.1. Dengan kata lain, polarisasi dapat terjadi bila cahaya tersebut merupakan gelombang elektromagnetik dan gelombang transversal. Adapun macam-macam dari polarisasi adalah sebagai berikut : a. Polarisasi linier, terjadi pada saat medan listrik superposisi mempunyai arah baru dan ujungnya bergerak pada garis lurus b. Polarisasi sirkuler terjadi pada saat ujung vektor medan listrik berputar pada lingkaran karena bersuperposisi pada titik hitam tersebut dan memiliki amplitudo yang sama c. Polarisasi eliptis terjadi karena hasil dari superposisi sirkular memberikan vektor medan listrik yang ujungnya berputar pada sebuah elips dan mempunyai amplitudo yang tidak sama 3.2 Saran Penulis sangat menyadari dalam pembuatan makalah ini masih jauh dari kesempurnaan,dan tidak lepas dari kekurangan dan kelemahan dari segi isi, data, maupun analisisnya. Olehkarena itu, saran dan kritik yang bersifat membangun sangat penulis harapkan sebagai bahan pertimbangan dan perbaikan dalam penulisan makalah ini. Dan penulis juga menghaapkan penelitian lanjutan dalam pembutan makalah ini. 6
  • 7. DAFTAR PUSTAKA http://dunianiara.blogspot.com/2010/11/polarisasi.html (diakses pada 4 Oktober 2013, 18.45) http://id.wikipedia.org/wiki/Polarisasi (diakses pada 4 Oktober 2013, 18.55) http://fisikamemangasyik.wordpress.com/fisika-3/optik-fisis/a-polarisasi-cahaya/(diakses pada 4 Oktober 2013, 18.49) 7