Praktikum ini bertujuan untuk menentukan sudut deviasi minimum prisma dengan variabel manipulasi sudut datang dan jenis prisma. Berdasarkan hasil percobaan dengan lima nilai sudut datang diperoleh nilai indeks medium dan sudut deviasi minimum prisma 45° dan 60°.
Laporan Praktikum Fisika Dasar II Awal tentang Indeks BiasLydia Nurkumalawati
Teks tersebut membahas tentang percobaan indeks bias yang meliputi tujuan percobaan menentukan indeks bias larutan dengan refraktometer, teori dasar pembiasan cahaya dan hukum Snellius, serta cara kerja refraktometer untuk mengukur indeks bias.
Eksperimen ini bertujuan untuk memahami konsep kinematika dan hukum Newton serta menghitung momen inersia katrol dengan menggunakan pesawat Atwood. Eksperimen ini melibatkan pengukuran percepatan dan kecepatan beban yang bergerak di bawah pengaruh gravitasi dengan menambah beban tambahan.
1 b 59_utut muhammad_laporan akhir mi (momen inersia)umammuhammad27
Laporan praktikum mendeskripsikan prosedur pengukuran momen inersia dari berbagai benda seperti bola, silinder, piringan, dan kerucut dengan mengukur massa, diameter, dan tinggi benda. Data pengukuran periode diri, periode benda, simpangan, dan periode piringan juga dilaporkan.
Ringkasan dokumen tersebut adalah:
(1) Dokumen tersebut menjelaskan tentang percobaan untuk menentukan massa jenis zat cair dengan menggunakan pipa U; (2) Massa jenis air didapatkan dari persamaan ρ=m/v dan massa jenis minyak goreng didapatkan dari hubungan antara tinggi zat cair dalam pipa U; (3) Hasilnya menunjukkan massa jenis air sebesar 1000 kg/m3 dan
Laporan Praktikum Fisika Dasar II Awal tentang Indeks BiasLydia Nurkumalawati
Teks tersebut membahas tentang percobaan indeks bias yang meliputi tujuan percobaan menentukan indeks bias larutan dengan refraktometer, teori dasar pembiasan cahaya dan hukum Snellius, serta cara kerja refraktometer untuk mengukur indeks bias.
Eksperimen ini bertujuan untuk memahami konsep kinematika dan hukum Newton serta menghitung momen inersia katrol dengan menggunakan pesawat Atwood. Eksperimen ini melibatkan pengukuran percepatan dan kecepatan beban yang bergerak di bawah pengaruh gravitasi dengan menambah beban tambahan.
1 b 59_utut muhammad_laporan akhir mi (momen inersia)umammuhammad27
Laporan praktikum mendeskripsikan prosedur pengukuran momen inersia dari berbagai benda seperti bola, silinder, piringan, dan kerucut dengan mengukur massa, diameter, dan tinggi benda. Data pengukuran periode diri, periode benda, simpangan, dan periode piringan juga dilaporkan.
Ringkasan dokumen tersebut adalah:
(1) Dokumen tersebut menjelaskan tentang percobaan untuk menentukan massa jenis zat cair dengan menggunakan pipa U; (2) Massa jenis air didapatkan dari persamaan ρ=m/v dan massa jenis minyak goreng didapatkan dari hubungan antara tinggi zat cair dalam pipa U; (3) Hasilnya menunjukkan massa jenis air sebesar 1000 kg/m3 dan
Praktikum ini bertujuan untuk menentukan besarnya pergeseran sinar dan indeks bias kaca plan paralel. Praktikum ini melibatkan pembiasan cahaya pada kaca plan paralel dan pengukuran sudut datang, sudut bias, sudut deviasi, serta pergeseran sinar. Hasilnya menunjukkan nilai indeks bias kaca plan paralel antara 1,47-1,51.
This document summarizes an experiment to determine the viscosity or thickness of a liquid substance. The experiment uses the falling ball method, dropping aluminum balls of different sizes into glycerin and measuring the time taken to fall between two reference points. For the large ball, the viscosity coefficient was found to be 0.684 Pa.S with 45% error. For the medium ball, the viscosity coefficient was 1.17 Pa.S with 46% error. The document discusses viscosity, viscometers, factors affecting viscosity, and classifications of fluids.
Laporan praktikum kimia dasar "pembuatan dan pengenceran larutan"ilmanafia13
1. Laporan praktikum kimia dasar membahas pengenceran larutan alkohol 96% menjadi 70% dalam 100 ml dengan menambahkan aquades.
2. Proses pengenceran melibatkan perhitungan volume alkohol 96% dan aquades berdasarkan rumus M1V1=M2V2 untuk mendapatkan konsentrasi akhir 70%.
3. Hasil pengenceran menunjukkan bahwa alkohol 70% dapat digunakan sebagai antiseptik aman dan efe
Laporan praktikum ini membahas percobaan tegangan permukaan yang bertujuan untuk menentukan berbagai tegangan permukaan cairan dengan metode kenaikan pipa kapiler. Pada percobaan diperoleh data kenaikan cairan dalam pipa kapiler pada berbagai suhu untuk menghitung tegangan permukaannya. Hasilnya adalah tegangan permukaan air 70,1 dyne/cm pada 40°C dan 68,2 dyne/cm pada 50°C.
Teks tersebut membahas tentang konsep-konsep dasar dalam dinamika gerak, meliputi konsep gaya, massa dan berat, hukum-hukum Newton tentang gerak, dan hubungan antara variabel-variabel tersebut. Secara khusus, teks tersebut menjelaskan definisi gaya sebagai penyebab perubahan gerak, hubungan antara massa yang tetap dan berat yang bergantung pada gravitasi, serta hukum I Newton bahwa suatu benda akan tetap bergerak lurus
Pesawat Atwood digunakan untuk mempelajari hukum-hukum Newton dan jenis-jenis gerak. Percobaan menggunakan dua massa yang dihubungkan tali pada katrol, dimana massa yang lebih berat akan menarik massa yang lebih ringan. Data waktu dan jarak dikumpulkan untuk gerak lurus beraturan dan berubah beraturan, kemudian dihitung percepatan, kecepatan, dan momen inersia katrolnya.
Laporan ini mendeskripsikan percobaan gerak melingkar dengan laju konstan menggunakan alat sentripetal. Percobaan dilakukan dengan variasi massa dan jari-jari lingkaran untuk mengukur waktu putaran, kecepatan, percepatan, dan gaya sentripetal. Hasilnya digunakan untuk memahami karakteristik gerak melingkar beraturan.
Teori kinetika gas membahas gerakan dan interaksi molekul gas. Termasuk distribusi kecepatan Maxwell-Boltzmann dan frekuensi tumbukan antar molekul. Teori ini digunakan untuk memprediksi laju reaksi dan sifat transportasi gas seperti viskositas, difusi, dan konduksi panas.
1) Teori kinetika gas menjelaskan sifat-sifat gas berdasarkan gerakan acak partikel-partikel gas. 2) Teori ini menerangkan hukum-hukum gas seperti Boyle, Charles dan Gay-Lussac. 3) Dalam teori ini diasumsikan bahwa gas terdiri dari partikel yang bergerak acak dengan kecepatan rata-rata yang berbanding lurus dengan suhu mutlak.
Laporan Praktikum Kimia indikator asam basaFeren Jr
Laporan ini mempelajari penggunaan indikator asam basa alami dan buatan. Percobaan dilakukan dengan meneteskan ekstrak tanaman seperti bit, kunyit, dan bunga ke larutan asam dan basa, yang menghasilkan perubahan warna yang berbeda untuk setiap indikator. Percobaan juga menggunakan indikator buatan seperti kertas lakmus dan pH meter untuk menentukan sifat asam atau basa dari beberapa larutan. Has
Stoikiometri merupakan bidang dalam ilmu kimia yang mempelajari hubungan kuantitatif antara zat-zat yang terlibat dalam reaksi kimia. Dokumen ini membahas percobaan stoikiometri antara asam klorida dan natrium hidroksida serta tembaga(II) sulfat dan natrium hidroksida untuk mengetahui suhu maksimum campuran dan reaksi yang terjadi.
Dokumen ini membahas tentang dispersi cahaya dan penggunaan prisma untuk menguraikan cahaya putih menjadi spektrum warna-warninya. Cahaya berbeda warna akan mengalami deviasi berbeda saat melewati prisma, dan selisih sudut deviasi antara cahaya merah dan ungu disebut sebagai sudut dispersi, yang besarnya tergantung pada indeks bias masing-masing warna dan sudut pembias prisma. Contoh soal pada dokumen ini mendemon
Praktikum ini bertujuan untuk menentukan besarnya pergeseran sinar dan indeks bias kaca plan paralel. Praktikum ini melibatkan pembiasan cahaya pada kaca plan paralel dan pengukuran sudut datang, sudut bias, sudut deviasi, serta pergeseran sinar. Hasilnya menunjukkan nilai indeks bias kaca plan paralel antara 1,47-1,51.
This document summarizes an experiment to determine the viscosity or thickness of a liquid substance. The experiment uses the falling ball method, dropping aluminum balls of different sizes into glycerin and measuring the time taken to fall between two reference points. For the large ball, the viscosity coefficient was found to be 0.684 Pa.S with 45% error. For the medium ball, the viscosity coefficient was 1.17 Pa.S with 46% error. The document discusses viscosity, viscometers, factors affecting viscosity, and classifications of fluids.
Laporan praktikum kimia dasar "pembuatan dan pengenceran larutan"ilmanafia13
1. Laporan praktikum kimia dasar membahas pengenceran larutan alkohol 96% menjadi 70% dalam 100 ml dengan menambahkan aquades.
2. Proses pengenceran melibatkan perhitungan volume alkohol 96% dan aquades berdasarkan rumus M1V1=M2V2 untuk mendapatkan konsentrasi akhir 70%.
3. Hasil pengenceran menunjukkan bahwa alkohol 70% dapat digunakan sebagai antiseptik aman dan efe
Laporan praktikum ini membahas percobaan tegangan permukaan yang bertujuan untuk menentukan berbagai tegangan permukaan cairan dengan metode kenaikan pipa kapiler. Pada percobaan diperoleh data kenaikan cairan dalam pipa kapiler pada berbagai suhu untuk menghitung tegangan permukaannya. Hasilnya adalah tegangan permukaan air 70,1 dyne/cm pada 40°C dan 68,2 dyne/cm pada 50°C.
Teks tersebut membahas tentang konsep-konsep dasar dalam dinamika gerak, meliputi konsep gaya, massa dan berat, hukum-hukum Newton tentang gerak, dan hubungan antara variabel-variabel tersebut. Secara khusus, teks tersebut menjelaskan definisi gaya sebagai penyebab perubahan gerak, hubungan antara massa yang tetap dan berat yang bergantung pada gravitasi, serta hukum I Newton bahwa suatu benda akan tetap bergerak lurus
Pesawat Atwood digunakan untuk mempelajari hukum-hukum Newton dan jenis-jenis gerak. Percobaan menggunakan dua massa yang dihubungkan tali pada katrol, dimana massa yang lebih berat akan menarik massa yang lebih ringan. Data waktu dan jarak dikumpulkan untuk gerak lurus beraturan dan berubah beraturan, kemudian dihitung percepatan, kecepatan, dan momen inersia katrolnya.
Laporan ini mendeskripsikan percobaan gerak melingkar dengan laju konstan menggunakan alat sentripetal. Percobaan dilakukan dengan variasi massa dan jari-jari lingkaran untuk mengukur waktu putaran, kecepatan, percepatan, dan gaya sentripetal. Hasilnya digunakan untuk memahami karakteristik gerak melingkar beraturan.
Teori kinetika gas membahas gerakan dan interaksi molekul gas. Termasuk distribusi kecepatan Maxwell-Boltzmann dan frekuensi tumbukan antar molekul. Teori ini digunakan untuk memprediksi laju reaksi dan sifat transportasi gas seperti viskositas, difusi, dan konduksi panas.
1) Teori kinetika gas menjelaskan sifat-sifat gas berdasarkan gerakan acak partikel-partikel gas. 2) Teori ini menerangkan hukum-hukum gas seperti Boyle, Charles dan Gay-Lussac. 3) Dalam teori ini diasumsikan bahwa gas terdiri dari partikel yang bergerak acak dengan kecepatan rata-rata yang berbanding lurus dengan suhu mutlak.
Laporan Praktikum Kimia indikator asam basaFeren Jr
Laporan ini mempelajari penggunaan indikator asam basa alami dan buatan. Percobaan dilakukan dengan meneteskan ekstrak tanaman seperti bit, kunyit, dan bunga ke larutan asam dan basa, yang menghasilkan perubahan warna yang berbeda untuk setiap indikator. Percobaan juga menggunakan indikator buatan seperti kertas lakmus dan pH meter untuk menentukan sifat asam atau basa dari beberapa larutan. Has
Stoikiometri merupakan bidang dalam ilmu kimia yang mempelajari hubungan kuantitatif antara zat-zat yang terlibat dalam reaksi kimia. Dokumen ini membahas percobaan stoikiometri antara asam klorida dan natrium hidroksida serta tembaga(II) sulfat dan natrium hidroksida untuk mengetahui suhu maksimum campuran dan reaksi yang terjadi.
Dokumen ini membahas tentang dispersi cahaya dan penggunaan prisma untuk menguraikan cahaya putih menjadi spektrum warna-warninya. Cahaya berbeda warna akan mengalami deviasi berbeda saat melewati prisma, dan selisih sudut deviasi antara cahaya merah dan ungu disebut sebagai sudut dispersi, yang besarnya tergantung pada indeks bias masing-masing warna dan sudut pembias prisma. Contoh soal pada dokumen ini mendemon
Laporan praktikum ini membahas percobaan pembiasan pada kaca plan paralel untuk menentukan indeks bias, pergeseran sinar, dan hubungan sudut datang dengan pergeseran sinar. Percobaan dilakukan dengan membuat gambar kaca plan paralel dan garis normal, menentukan sudut datang, mengukur sudut bias, dan menghitung indeks bias serta pergeseran sinar berdasarkan rumus. Hasilnya menunjukkan indeks bias rata-rata kaca sebes
Dokumen tersebut membahas tentang sinar X dan sinar tampak. Sinar X merupakan gelombang elektromagnetik dengan panjang gelombang sangat pendek yang ditemukan oleh Wilhelm Rontgen pada 1895. Sinar X memiliki kuasa penembusan yang tinggi dan digunakan dalam bidang kedokteran dan industri. Sedangkan sinar tampak memiliki frekuensi yang dapat dideteksi mata manusia dan bermanfaat untuk penglihatan serta aplikasi laser dalam berbag
Cahaya tampak adalah bagian dari spektrum elektromagnetik yang dapat dilihat oleh mata manusia, yaitu panjang gelombang antara 380-780 nm. Cahaya tampak memiliki berbagai warna yang terbentuk dari campuran panjang gelombang yang berbeda, dan memiliki peran penting dalam kehidupan seperti fotosintesis tanaman.
Dokumen tersebut memberikan penjelasan mengenai sifat-sifat gelombang cahaya seperti interferensi, polarisasi, dan difraksi. Diuraikan pula bagaimana cahaya dapat mengalami polarisasi melalui pemantulan, pembiasan ganda, serapan selektif, dan hamburan. Interferensi cahaya dapat terjadi ketika dua gelombang cahaya berinteraksi dan saling memperkuat atau memperlemah.
Laporan ini mendeskripsikan percobaan pembiasan cahaya pada kaca planparalel. Percobaan ini bertujuan menentukan indeks bias kaca, hubungan antara sinar datang dan sinar pantul, serta pergeseran sinar yang diukur secara langsung dibandingkan dengan perhitungan. Hasilnya menunjukkan pergeseran sinar yang diukur sangat mendekati perhitungan, sedangkan indeks bias kaca diperoleh antara 1,46-√3.
Dokumen ini membahas tentang gelombang cahaya dan berbagai fenomena yang terkait dengan cahaya seperti interferensi, difraksi, dan polarisasi cahaya. Dijelaskan prinsip-prinsip dasar dan contoh soal untuk setiap topik.
Dokumen tersebut membahas tentang fisika optika yang mencakup pemantulan cahaya, pembiasan cahaya, cermin datar, cermin cekung, cermin cembung, lensa cekung, lensa cembung, dan alat-alat optik seperti mata, kamera, teropong, dan mikroskop.
1. Dokumen tersebut membahas tentang gelombang, termasuk definisi gelombang, jenis gelombang (transversal dan longitudinal), sifat gelombang (pemantulan, pembiasaan, difraksi, interferensi, dispersi, polarisasi), dan formulasi gelombang berjalan dan stasioner.
Dokumen tersebut membahas tentang gelombang cahaya dan konsep-konsep terkaitnya seperti interferensi, difraksi, polarisasi, dan hamburan. Secara khusus membahas tentang bagaimana interferensi cahaya dapat menghasilkan warna pada bulu burung merak, dan bagaimana difraksi terjadi ketika cahaya melewati celah tunggal atau kisi. Juga menjelaskan tentang polarisasi cahaya akibat pemantulan, pembiasan ganda,
Ringkasan dokumen tersebut adalah:
Dokumen tersebut membahas tentang gelombang bunyi, termasuk ciri-cirinya, sifat dasar, kecepatan rambat, frekuensi, intensitas, dan aplikasinya dalam teknologi.
Optika membahas cahaya dan terbagi menjadi optika geometri dan optika fisik. Optika geometri mempelajari fenomena pemantulan dan pembiasan sedangkan optika fisik mempelajari fenomena polarisasi, difraksi dan interferensi. Bab satu menjelaskan pengertian optika dan pembagian optikanya sedangkan bab dua membahas pembiasan cahaya pada prisma kaca dan permukaan lengkung serta contoh soalnya.
Dokumen tersebut membahas tentang deviasi dan dispersi cahaya pada prisma dan aberasi kromatik pada lensa. Deviasi cahaya pada prisma terjadi akibat perbedaan indeks bias bahan prisma, sedangkan dispersi terjadi karena indeks bias bergantung pada frekuensi cahaya. Aberasi kromatik pada lensa disebabkan perbedaan fokus lensa untuk berbagai panjang gelombang cahaya.
Gelombang adalah getaran yang merambat. pada Gelombang terdapat Muka Gelombang yang berarti sebuah garis atau permukaan pada suatu lintasan gelombang yang sedang merambat, dimana semua partikel pada garis atau permukaan tersebut memiliki fase gelombang yang sama. ada dua macam muka gelombang, yaitu muka gelombang lurus dan muka gelombang lingkaran.
Pembiasan pada kaca plan paralel dan prismaRacmat Ridho
Di dalam presentasi ini, tersaji materi fisika tentang pembiasan. Saya juga menjelaskan tentang hukum-hukum pembiasan dan hubungannya dengan besaran-besaran lain yang terkait. Di samping itu, dibahas pula sedikit mengenai kaca plan paralel dan prisma. Materi ini cocok untuk murid-murid SMA.
Dokumen tersebut membahas tentang cahaya, termasuk sejarah cahaya, pemantulan cahaya, pemantulan pada cermin, pembiasan cahaya, dan pembiasan pada lensa.
Dokumen tersebut membahas tentang optika geometri yang mencakup pemantulan cahaya pada cermin datar dan lengkung serta pembiasan cahaya melalui lensa dan prisma. Topik utama yang dibahas antara lain hukum-hukum dasar pemantulan dan pembiasan cahaya, sifat-sifat bayangan yang dihasilkan oleh berbagai jenis cermin, serta konsep-konsep dasar interferensi, difraksi, dan polarisasi cahaya.
Cahaya dapat mengalami pemantulan dan pembiasan ketika berinteraksi dengan permukaan batas antara dua medium yang berbeda indeks biasnya. Pemantulan dan pembiasan cahaya diatur oleh hukum-hukum optik seperti hukum pemantulan dan hukum Snellius. Peristiwa ini menjelaskan fenomena seperti bayangan, pemantulan total, dan dispersi cahaya.
Pembiasan cahaya berarti pembelokan arah rambat cahaya saat melewati bidang batas dua medium yang tembus cahaya tapi berbeda indeks biasnya. Pembiasan cahaya sanga mempengaruhi penglihatan pengamat. Jika cahaya yang merambat pada suatu medium berpindah ke medium yang lain, maka pada batas kedua medium tersebut akan terjadi pembiasan atau pembelokan arah. Hal ini disebabkan karena kecepatan cahaya dalam kedua medium tersebut tidak sama. Semakin besar kerapatan suatu medium, makin kecil kecepatan cahaya yang melewatinya.
Dokumen tersebut membahas tentang sifat-sifat cahaya dan konsep-konsep optika dasar seperti pemantulan, pembiasan, interferensi, difraksi, serta alat-alat optik seperti mata, lensa, mikroskop dan teropong.
LKS ini membahas percobaan pembiasan cahaya pada prisma untuk mengukur sudut deviasi dan sudut pembias secara langsung dan perhitungan. Peralatan yang digunakan antara lain prisma, jarum pentul, dan busur derajat. Langkah percobaannya meliputi membuat sinar datang dan mengukur sudut deviasi serta pembias secara langsung dan membandingkannya dengan hasil perhitungan. Data hasil ukuran dimasukkan ke dalam tabel untuk d
Dokumen tersebut membahas tentang optika geometris yang mempelajari sifat-sifat perambatan cahaya seperti pemantulan, pembiasaan, serta prinsip jalannya sinar pada cermin atau lensa. Secara khusus membahas tentang sifat-sifat cahaya, pemantulan cahaya pada cermin datar dan cekung, serta rumus-rumus yang berkaitan dengan cermin cekung.
Dokumen tersebut membahas tentang cahaya dan pembiasannya pada cermin dan lensa. Terdapat penjelasan tentang pemantulan cahaya, pembiasaan cahaya pada cermin datar, cekung dan cembung serta pembentukan bayangannya. Juga dibahas tentang pembiasaan cahaya pada lensa cembung dan cekung beserta rumus dan sinar-sinar istimewanya.
Modul Ajar Bahasa Inggris Kelas 11 Fase F Kurikulum MerdekaFathan Emran
Modul Ajar Bahasa Inggris Kelas 11 SMA/MA Fase F Kurikulum Merdeka - abdiera.com, Modul Ajar Bahasa Inggris Kelas 11 SMA/MA Fase F Kurikulum Merdeka, Modul Ajar Bahasa Inggris Kelas 11 SMA/MA Fase F Kurikulum Merdeka, Modul Ajar Bahasa Inggris Kelas 11 SMA/MA Fase F Kurikulum Merdeka, Modul Ajar Bahasa Inggris Kelas 11 SMA/MA Fase F Kurikulum Merdeka, Modul Ajar Bahasa Inggris Kelas 11 SMA/MA Fase F Kurikulum Merdeka
Banyak orang menganggap mempelajari kitab Wahyu adalah sulit. Selain karena membicarakan simbol-simbol yang tidak biasa, kitab Wahyu juga memiliki tema-tema yang kompleks. Nah, bagaimana cara terbaik membedah kitab Wahyu?
Mari kita pelajari bersama lebih dahulu 3 pasal pertama dari kitab ini dalam kelas diskusi "Bedah Kitab Wahyu" (BKW) pada 19—26 Juni 2024 melalui grup WA.
Sebelum kelas dimulai, ikuti lebih dahulu pemaparan materinya via Zoom pada:
Rabu, 19 Juni 2024.
- Pagi: pkl. 10.30—12.00 WIB
- Malam: pkl. 19.00—20.30 WIB
Daftarkan diri Anda segera di https://bit.ly/form-mlc.
Kontak:
WA: 0821-3313-3315 (MLC)
E-Mail: kusuma@in-christ.net
1. LAPORAN PRAKTIKUM GELOMBANG OPTIK
LKM 08 “ DEVIASI MINIMUM PRISMA “
Oleh:
1. Nuriska Ela Safitri (12030654057)
2. Muflihatul Abadiyah (12030654224)
3. Moch. Martha Ayuhans (12030654226)
UNIVERSITAS NEGERI SURABAYA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
PRODI PENDIDIKAN IPA
2015
2. DEVIASI MINIMUM PRISMA
Nuriska Ela Safitri, Muflihatul Abadiyah, Mochamat Martha Ayuhans
Universitas Negeri Surabaya
ABSTRAK
Kami telah melakukan percobaan dengan judul Deviasi Minimum Prisma
pada hari Selasa tanggal 17 Maret 2015 di Laboratorium prodi Pendidikan IPA
Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Unesa. Praktikum ini
bertujuan untuk menentukan sudut deviasi minimum prisma. Adapun prosedur
untuk mengetahui besarnya sudut deviasi minimum ialah dengan cara
menggambar prisma pada kertas, membuat garis normal yang tegak lurus
terhadap sisi prisma, menentukan sudut datang (i), menggambar garis sudut
datang, menandai dengan menggunakan jarum pentul, melihat garis bias yang
terbentuk, menandai dengan jarum pentul, menggambar garis normal yang tegak
lurus terhadap sisi prisma yang lain, mengukur sudut bias yang terbentuk,
menentukan sudut deviasi dari gambar dengan menarik garis sudut datang dan
sudut bias dan menentukan sudut deviasi minimum melalui rumus yang ada.
Adapun variabel yang kami gunakan adalah variabel manipulasinya yaitu sudut
datang (i), variabel kontrolnya yaitu prisma β 45º dan β 60º, dan variabel
responnya yaitu sudut bias dan sudut deviasi. Berdasarkan hasil percobaan yang
kami lakukan dengan lima nilai sudut datang (i) diperoleh nilai nm (indeks
medium) dari prisma β 45º dan prisma β 60º berturut-turut yaitu
0,76;0,9;1,23;1,4;1,83 dan 0,58;0,7;0,79;0,92;1. nm rata-rata prisma β 45º dari
perhitungan didapatkan 1,2 ± 0,42 , dengan taraf ketidakpastian sebesar 59,16%
dan taraf ketelitian 40,84%. Sedangkan nm rata-rata prisma β 60º yaitu 0,79 ±
0,3, dengan taraf ketidakpastian 14,3% dan taraf ketelitian 85,7%. Perolehan
nilai ketidak pastian tersebut dikarenakan kurang terampilnya pengamat
menggunakan alat percobaan serta kurang telitinya pengamat dalam melihat
garis bias yang terbentuk sehingga sedikit mempengaruhi perolehan sudut bias.
Berdasarkan hasil percobaan yang kami peroleh, dapat disimpulkan bahwa
semakin besar nilai sudut datang maka semakin besar pula nilai sudut bias yang
diperoleh, serta sudut deviasi minimum akan dicapai ketika sudut datang dan
sudut bias besarnya sama.
Kata kunci : Prisma, Sudut Datang, Sudut Bias, Sudut Deviasi, Indeks Medium,
Sudut Deviasi Minimum.
3. BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dalam kehidupan sehari-hari seringkali kita menemukan fenomena
IPA yang menimbulkan suatu pertanyaan dalam diri kita. Misalnya fenomena
sendok yang dicelupkan ke dalam gelas berisi air. Sendok tersebut seolah-olah
patah jika kita lihat dari samping gelas. Dalam ilmu IPA, peristiwa tersebut
dinamakan sebagai pembiasan atau pembelokan. Pembiasan atau pembelokan
terjadi ketika suatu benda terdapat pada medium dengan kerapatan yang
berbeda, misalnya medium udara dan air. Istilah pembiasan tentu tidak lepas
dengan sudut datang, sudut bias, dan garis normal. Sudut datang adalah sudut
yang dibentuk suatu cahaya yang datang terhadap garis normal suatu medium.
Sedangkan sudut bias adalah sudut yang dibentuk dari pembiasan cahaya
datang (cahaya pantul) terhadap garis normal.
Dari sudut datang dan sudut bias akan diperoleh sudut deviasi dan
sudut deviasi minimum, untuk mengetahui lebih jelas cara menentukan sudut
deviasi minimum tersebut kita melakukan percobaan tentang sudut deviasi
minimum pada prisma.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang tersebut, diperoleh rumusan masalah
sebagai berikut :
1. Bagaimana cara untuk menentukan sudut deviasi minimum prisma ?
2. Bagaimana hubungan sudut datang (i) terhadap sudut deviasi (r) ?
C. Tujuan
Berdasarkan rumusan masalah tersebut, maka tujuan dilakukannya
peercobaan ini adalah :
1. Dapat menentukan sudut deviasi minimum prisma.
2. Dapat mandiskripsikan hubungan sudut datang (i) terhadap sudut deviasi
(r).
4. D. Hipotesis
1. Jika nilai sudut datang dan sudut biasnya diketahui, maka sudut deviasi
minimum dapat ditentukan.
2. Jika nilai sudut datang (i) kecil, maka nilai sudut deviasi (r) juga kecil.
5. BAB II
KAJIAN TEORI
Prisma adalah zat bening (transparan) terbuat dari kaca yang dibatasi oleh
dua bidang datar dan membentuk sudut tertentu yang berfungsi menguraikan
(sebagai pembias) sinar yang mengenainya. Permukaan ini disebut bidang
pembias, dan sudut yang dibentuk oleh kedua bidang pembias disebut sudut
pembias (β). Apabila seberkas sinar datang pada salah satu bidang prisma yang
kemudian disebut sebagai bidang pembias I, akan dibiaskan mendekati garis
normal. Sampai pada bidang pembias II, berkas sinar tersebut akan dibiaskan
menjauhi garis normal.
Pada bidang pembias I, sinar dibiaskan mendekati garis normal, sebab
sinar dating dari zat optik lebih rapat yaitu dari udara ke kaca. Sebaliknya pada
bidang pembias II, sinar dibiaskan menjauhi garis normal, sebab sinar dating dari
zat optik kurang rapat yaitu kaca ke udara. Akibatnya, seberkas sinar yang
melewati sebuah prisma akan mengalami pembelokan arah dari arah semula.
Cahaya yang melalui prisma akan mengalami dua kali pembiasan, yaitu saat
memasuki prisma dan meninggalkan prisma. Jika sinar dating mula-mula dan
sinar bias akhir diperpanjang, maka keduanya akan berpotongan di suatu titik dan
membentuk sudut yang disebut sudut deviasi. Jadi, sudut deviasi (δ) adalah sudut
yang dibentuk oleh perpanjangan sinar datang mula-mula dengan sinar yang
meninggalkan bidang pembias atau pemantul.
Gambar 1. Pembiasan pada prisma
6. Gambar tersebut menunjukkan bahwa berkas sinar tersebut dalam prisma
mengalami dua kali pembiasan, sehingga antara berkas sinar masuk ke prisma dan
berkas sinar keluar dari prisma tidak lagi sejajar. Besarnya sudut deviasi
tergantung pada sudut datangnya sinar. Jadi, sudut deviasi dirumuskan sebagai :
Dimana :
δ : sudut deviasi
i1 : sudut datang pada prisma
r2 : sudut bias sinar meninggalkan prisma
β : sudut pembias prisma
Besarnya sudut deviasi sinar bergantung pada sudut datangnya cahaya ke
prisma. Apabila sudut datangnya sinar diperkecil, maka sudut deviasinya pun
akan semakin kecil. Sudut deviasi akan mencapai minimum (δm atau δ= 0) jika
sudut datang cahaya ke prisma sama dengan sudut bias cahaya meninggalkan
prisma atau pada saat itu berkas cahaya yang masuk ke prisma akan memotong
prisma itu menjadi segitiga sama kaki, sehingga berlaku i1 = r2 = I (dengan I
adalah sudut datang cahaya ke prisma) dan i2 = r1 = r (dengan r adalah sudut bias
cahaya memasuki prisma) oleh karena itu, persamaan sudut deviasi diatas dapat
dituliskan kembali dalam bentuk :
δ = (i1 + r2) – β
→ δm = (i1 + i1) – β
→ δm = 2i1 – β
→ i1 =
Selain itu, sudut deviasi minimum juga bias terjadi jika i2 = r1, maka dari rumus
sudut pembiasan prisma dapat ditulis kembali sebagai berikut :
β = i2 + r1
β = r1 + r1
β = 2 r1
7. r1 =
Dalam pembiasan cahaya terdapat suatu
hokum yang dikenal dengan Hukum Snellius.
Hukum Snellius adalah rumus matematika yang
memberikan hudungan antara sudut datang dan
sudut bias pada cahaya atau gelombang lainnya
yang melalui batas antara dua medium isotropik
berbeda, seperti udara dan gelas atau kaca. Bila
persamaan- persamaan tersebut diterapkan pada hukum snellius, maka akan
diperoleh persamaan baru, yaitu :
n1 sin i1 = n2 sin r1
atau
n1 sin = n2 sin , Hukum Snellius prisma pada saat deviasi minimum
untuk β > 15º.
dengan :
n1 = indeks bias medium
n2 = indeks bias prisma
δm = deviasi minimum
β = sudut pembias prisma
Gambar 2. Hukum
Snellius
8. BAB III
METODE PERCOBAAN
A. Rancangan Percobaan
B. Alat dan Bahan
Table 3.1. Alat dan Bahan
No Nama Spesifikasi Jumlah
1 Prisma Prisma 45° dan
60° dari kaca
1 buah
2 Jarum pentul - 10 buah
3 Penggaris 30cm, mika 1 buah
4 Kertas putih HVS A4 10 lembar
5 Busur derajat 180° 1 buah
6 Ball-point Warna 2 buah
C. Variabel Percobaan
Variabel manipulasi : jenis prisma (prisma 45° dan 60°)
Variabel kontrol : jumlah jarum pentul, jenis busur
Variabel terikat : sudut deviasi minimum prisma
9. Definisi Operasional Variabel
1. Variabel Manipulasi :
Prisma adalah zat bening (transparan) terbuat dari kaca yang dibatasi oleh
dua bidang datar dan membentuk sudut tertentu yang berfungsi
menguraikan (sebagai pembias) sinar yang mengenainya. Prisma pada
percobaan ini merupakan prisma dengan sudut 45° dan 60°.
2. Variabel Kontrol :
a. Jarum pentul adalah benda tajam yang dalam percobaan ini digunakan
sebagai penanda sudut dating dan garis bias
b. Busur derajat adalah alat untuk mengukur besar sudut.
3. Variabel Respon :
Sudut yang dibentuk antara arah sinar datang dengan arah sinar yang
meninggalkan prisma disebut sudut deviasi diberi lambang D. Besarnya
sudut deviasi tergantung pada sudut datangnya sinar.
D. Langkah-langkah Percobaan
Pertama-tama menyiapkan alat dan bahan percobaan. Menyusun alat
dan bahan sesuai dengan gambar pada rancangan percobaan. Kemudian
meletakkan prisma di atas kertas HVS dan papan lunak. Menandai batas tepi
prisma dengan menggunakan pensil. Lalu membuat garis norma n1 pada sisi
bidang batas 1. Menancapkan jarum 1 dan jarum 2 seperti gambar sebagai
sinar datang yang membentuk sudut i1. Mengintai dari bidang batas 2,
menancapkan jarum 3 dan jarum 4 pada bayangan prisma. Setelah itu,
membuat garis normal n2. Menarik garis normal terhadap garis bias untuk
memperoleh sudut bias (r). Kemudian Menarik garis datang terhadap garis
bias sehngga diperoleh sudut deviasi prisma. Mengulangi percobaan dengan
sudut datang yang berbeda masing-masing lima kali percobaan.
10. 1. Alur Percobaan
Prisma
- Digambar pada kertas HVS A4
Prisma dan gambar
prisma pada kertas
- Buat garis normal n1
- Jarum pentul 1 dan 2 diletakkan pada sisi ujung prisma
pada sinar datang yang membentuk sudut i1
Jarum pentul
- Lihat bayangan jarum pentul pada sisi prisma yang lain
Bayangan jarum pentul
- Diberi tanda dengan jarum pentul 3 dan 4
- Digambar garis normal n2
- Tarik garis normal n2 terhadap garis bias untuk
memperoleh sudut bias (r)
- Tarik garis datang terhadap garis bias sehngga
diperoleh sudut deviasi prisma
Hasil
11. BAB IV
DATA DAN ANALISIS
A. Data
Tabel 4.1 Data Hasil Percobaan Sudut Deviasi pada Prisma 45°
No. I2 (°) r2(°)
δ(°)
pengamatan
δ(°)
perhitungan
nm
δm(°)
pengamatan
(½ (β+ δm)
= (np/nm)
sin ½ β)
δm(°)
perhitungan
((n-1) β)
1 30 41 26 26 0,76 13,68 -14,4
2 35 40 30 30 0,9 4,88 -6
3 40 32 28 27 1,23 -7,68 -12
4 45 30 30 30 1,4 -13,68 24
5 50 25 28 30 1,83 -20,76 49,8
Tabel 4.2 Data Hasil Percobaan Sudut Deviasi pada Prisma 60°
No. I2 (°) r2(°)
δ(°)
pengamatan
δ(°)
perhitungan
nm
δm(°)
pengamatan
(½ (β+ δm)
= (np/nm)
sin ½ β)
δm(°)
perhitungan
((n-1) β)
1 30 60 30 30 0,58 58,64 -25,2
2 35 55 30 30 0,70 31,28 -18
3 40 55 35 35 0,79 18,1 -12,6
4 45 50 35 35 0,92 5,36 -4,8
5 50 50 40 40 1 0 0
B. Analisis
Pada percobaan pertama, dengan menggunakan prisma yang
mempunyai sudut β sebesar 45° dengan sudut datang 30° dihasilkan sudut
bias 41° dan sudut deviasi sebesar 26°. Pada percobaan kedua dengan
menggunakan sudut datang 35° dihasilkan sudut bias 40° dan sudut deviasi
12. sebesar 30°. Pada sudut percobaan ketiga dengan menggunakan sudut datang
40° dihasilkan sudut bias 32° dan sudut deviasi sebesar 28°. Pada percobaan
keempat dengan menggunakan sudut datang 45° dihasilkan sudut bias 30°
dan sudut deviasi sebesar 30°. Sedangkan percobaan kelima menggunakan
sudut datang 50° dihasilkan sudut bias 25° dan sudut deviasi sebesar 28°.
Dari kelima percobaan dengan menggunakan prisma dengan nilai β
sebesar 45º, dihitung nilai sudut deviasi secara perhitungan dengan rumus δ =
i2 + r2 – β pada masing-masing data dari percobaan pertama sampai kelima
didapatkan nilai berturut-turut yaitu 26°, 30°, 28°, 30°, dan 28°. Hanya
terdapat satu perbedaan antara perhitungan dengan rumus dengan
penghitungan secara manual (pengukuran dengan busur). Selanjutnya, dari
data percobaan tersebut dapat dicari nilai nm (indeks medium) dengan rumus
sin i1/sin r2 didapatkan nilai berturut-turut yaitu 0,76; 0,9; 1,23; 1,4; dan 1,83.
Selain itu, dapat diperoleh juga nilai sudut deviasi minimum prisma (δm) pada
setiap data percobaan yang dengan menggunakan rumus sin ½ (β+ δm) =
(np/nm) sin ½ β didapatkan data berturut-turut yaitu 13,68°; 4,8°; -7,7°;
-13,68°; dan -20,76°. Sedangkan nilai (δm) dengan perhitungan menggunakan
rumus (n-1)β berturut-turut yaitu -14,4°; -6°;-12°; 24°; dan 49,8°.
Pada percobaan kedua, dengan menggunakan prisma yang
mempunyai sudut β sebesar 60° dengan menggunakan sudut datang 30°
dihasilkan sudut bias 60° dan sudut deviasi sebesar 30° (pengukuran dengan
busur). Pada percobaan kedua dengan menggunakan sudut datang 35°
dihasilkan sudut bias 55° dan sudut deviasi sebesar 30°. Pada percobaan
ketiga dengan menggunakan sudut datang 40° dihasilkan sudut bias 55° dan
sudut deviasi sebesar 35°. Pada percobaan keempat dengan menggunakan
sudut datang 45° dihasilkan sudut bias 50° dan sudut deviasi sebesar 35°.
Sedangkan percobaan kelima dengan menggunakan sudut datang 50°
dihasilkan sudut bias 50° dan sudut deviasi sebesar 40°.
Dari percobaan kedua tersebut maka dapat dihitung nilai sudut deviasi
secara perhitungan dengan rumus δ = i2 + r2 – β pada masing-masing data dari
percobaan pertama sampai kelima didapatkan nilai berturut-turut yaitu 30°;
30°; 35°; 35°; dan 40°. Pada perhitungan sudut deviasi ini tidak ada
13. perbedaan antara perhitungan dengan rumus dengan penghitungan secara
manual (pengukuran dengan busur). Nilai dari sudut deviasi ini semakin
besar ketika sudut datang juga bernilai semakin besar.
Selanjutnya untuk memperoleh nilai sudut deviasi minimum, dapat
dicari nilai indeks medium (nm) terlebih dahulu dengan menggunakan rumus
sin i1/sin r2 diperoleh nilai berturut-turut yaitu 0,58; 0,7; 0,79; 0,92; dan 1.
Berdasarkan hasil tersebut hanya ada satu nilai indeks medium yang nilainya
sama dengan indeks bias prisma yaitu pada percobaan kelima dengan sudut
datang dan sudut bias yang besarnya sama yaitu 50°.
Kemudian, untuk memperoleh nilai sudut deviasi minimum prisma
(δm) dapat diperoleh melalui dua cara yaitu dengan rumus sin ½ (β+ δm) =
(np/nm) sin ½ β dan rumus (n-1)β. Dengan menggunakan rumus sin ½ (β+
δm) = (np/nm) sin ½ β didapatkan nilai δm yang cenderung menurun dari
percobaan kesatu hingga kelima berturut-turut yaitu 58,64°; 31,28°; 18,1°;
5,36°; dan 0°. Sedangkan dengan perhitungan menggunakan rumus (n-1)β
nilainya cenderung meningkat yaitu berturut-turut dari percobaan kesatu
adalah -25,2°; -18°; -12,6°; 4,8°; dan 0°. Berdasarkan hasil perhitungan
tersebut diperoleh satu nilai yang mempunyai nilai sudut deviasi minimum
yaitu pada percobaan kelima dengan sudut datang dan sudut bias yang
besarnya sama yaitu 50°.
C. Diskusi
1. Buatlah grafik δ terhadap i1. Berdasarkan grafik tersebut, lakukan
intrapolasi (memperkirakan berdasarkan kecenderungan kurva) untuk
mendapatkan harga minimum deviasi minimum!
a. Prisma dengan Sudut Prisma (β) sebesar 45°
Dari data percobaan pertama yaitu pada prisma dengan sudut
prisma (β) sebesar 45° dapat dibuat grafik hubungan antara δ
terhadap i2 yaitu sebagai berikut.
14. Gambar 4.1 Grafik δ terhadap i2 pada prisma 45°
Dari grafik tersebut, dapat diketahui bahwa garis grafik zigzag
ada penurunan pada data sudut datang (i1) 40° dan (i1) 50°. Grafik
tersebut menunjukkan bahwa semakin besar sudut datang (i1) maka
belum tentu sudut deviasi (δ) semakin besar. Hal ini tidak sesuai
dengan dasar teori yang ada yang menyatakan bahwa semakin besar
sudut datang (i) maka sudut deviasi (δ) juga semakin besar.
b. Prisma dengan Sudut Prisma (β) sebesar 60°
Dari data percobaan pertama yaitu pada prisma dengan sudut
prisma sebesar 60° dapat dibuat grafik hubungan antara δ terhadap i1
yaitu sebagai berikut.
δ
i1
δ terhadap
i1
15. Gambar 4.2. Grafik δ terhadap i1 pada sudut prisma 60°
Dari grafik tersebut, dapat diketahui bahwa semakin besar
nilai sudut datang (i ) maka semakin besar nilai sudut deviasi (δ). Hal
ini sesuai dengan dasar teori yang ada.
2. Bandingkan hasil deviasi minimum Anda dengan hasil perhitungan
berdasarkan nilai indeks bias prisma dan sudut pembias prisma tersebut.
Pada percobaan pertama yaitu pada prisma dengan sudut pembias
sebesar 45°, diperoleh nilai sudut deviasi minimum prisma (δm) dengan
rumus sin ½ (β+ δm) = (np/nm) sin ½ β dari data percobaan kesatu hingga
kelima berturut-turut semakin mengecil atau berkurang yaitu 13,68°; 4,8°;
-7,7°; -13,68°; dan -20,76°. Sedangkan perhitungan dengan menggunakan
rumus (n-1)β berturut-turut nilainya semakin membesar yaitu -14,4°; -6°;
-12°; 24°; dan 49,8°.
Pada percobaan kedua yaitu pada prisma dengan sudut pembias
sebesar 60° dapat diperoleh nilai sudut deviasi minimum prisma (δm)
dengan rumus sin ½ (β+ δm) = (np/nm) sin ½ β. Nilai data yang diperoleh
dari percobaan kesatu hingga kelima cenderung menurun berturut-turut
yaitu 58,64°; 31,28°; 18,1°; 5,36°; dan 0°. Sedangkan dengan perhitungan
menggunakan rumus (n-1)β nilai yang diperoleh berturut-turut dari
percobaan kesatu adalah -25,2°; -18°; -12,6°; 4,8°; dan 0°. Berdasarkan
hasil perhitungan tersebut ada satu yang mempunyai nilai sudut deviasi
minimum yaitu pada percobaan kelima dengan sudut datang dan sudut bias
yang besarnya sama yaitu 50°.
δ
i1
16. 3. Lakukan analisis, mengapa hasilnya seperti yang Anda temukan.
Hal tersebut dikarenakan pada saat hasil percobaan pada praktikum
kali ini nilai antara sudut datang dengan sudut bias prisma (baik pada
prisma 45° ataupun 60°) besarnya tidak sama. Sehingga tidak didapatkan
nilai indeks bias minimum prisma, yang menurut teoritis menyatakan
bahwa indeks bias minimum pada prisma akan didapatkan jika nilai sudut
datang sama besarnya dengan nilai sudut bias prisma. Namun diperoleh
satu data yang nilai sudut datang dan sudut bias sama yaitu, pada
percobaan kelima (β) prisma 60° dengan menggunakan sudut datang 50°
diperoleh pula sudut biasnya sebesar 50° .
Perolehan nilai sudut bias yang tidak sama dengan sudut datang
tersebut dikarenakan tidak telitinya pengamat ketika melihat garis bias,
kurang terampilnya pengamat menggunakan alat percobaan. Dari
percobaan yang telah dilakukan pada kedua prisma tersebut didapatkan
taraf ketilitian pada percobaan pertama sebesar 40,84% sedangkan pada
percobaan kedua ialah sebesar 85,7%
17. BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan data dan analisis tersebut diatas, dapat disimpulkan
bahwa nilai sudut deviasi minimum dapat diperoleh dengan mengetahui nilai
sudut datang, sudut bias, indeks medium, dan nilai β prisma terlebih dahulu.
Kemudian dari data tersebut digunakan rumus sin ½ (β+ δm) = (np/nm) sin ½
β dan rumus (n-1)β untuk memperoleh nilai sudut deviasi minimumnya (δm).
besarnya sudut datang akan mempengaruhi besarnya sudut bias yang
dihasilkan, artinya semakin besar nilai sudut datang maka semakin besar pula
nilai sudut bias yang dihasilkan. Sedangkan, sudut deviasi minimum akan
dicapai (diperoleh) ketika nilai sudut datang (i2) dan sudut bias (r1) besarnya
sama.
B. Saran
Untuk memperoleh sudut deviasi minimum, maka besar sudut datang
dan sudut bias harusnya sama. Oleh karena itu, sebaiknya pengamat/ praktikan
lebih seksama dan menggunakan dua mata terbuka ketika melihat sudut bias
yang terbentuk, lebih tepat ketika menandai dengan menggunakan jarum
pentul serta lebih terampil dalam menggunakan busur atau membaca skala
busur. Selain itu juga pengamat/ praktikan sebaiknya menggunakan besar
sudut datang yang tidak terpaut banyak dengan besar β prisma.
18.
19. DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 2013. Laporan Praktikum Fisika Dasar, (Online).
(http://www.scribd.com/doc/131604269/Laporan-Praktikum-Fisika-Dasar-
II-DEVIASI-DAN-INDEKS-BIAS-PRISMA#scribd, diakses 19 Maret
2015).
Anonim. 2005. Pembiasan Cahaya, (Online).
(http://www.disdikgunungkidul.org/files/materi_sma/fisika/PEMBIASAN
%20CAHAYA/kb2_4.htm, diakses 19 Maret 2015).
Anonim. 2011. Kumpulan Rumus Kelas XII Deviasi dan Dispersi, (Online).
(https://aj2002.files.wordpress.com/2011/10/kumpulan-rumus-kelas-xii-
deviasi-dan-dispersi-ok-a4.pdf, diakses 19 Maret 2015).
TIM Dosen. 2014. Modul Praktikum Gelombang dan Optik. Surabaya: UNESA.
20. LAMPIRAN
1. Percobaan pada Prisma 45°
a. Percobaan pertama dengan i1 sebesar 30°
• δ = i1+r2- β
= 30°+ 41°- 45°
= 26°
• Sin = x sin
Sin = x sin
Sin 1,3 x 0,38
Sin 0,49
29,34°
58,68°
Dm= 13,68°
b. Percobaan kedua dengan i1 sebesar 35°
• δ = i1+r2- β
= 35°+ 40°- 45°
= 30°
• Sin = x sin
• nm
=
=
=0,76
• Dm = (nm-1). β
= (0,76-1). 60
= (-0,24).60
• nm
=
=
=0,9
• Dm = (nm-1). β
= (0,9-1). 60
= (-0,1).60
21. Sin = 1/0,9 x sin
Sin 1,11 x 0,38
Sin 0,42
24,94°
49,88°
Dm= 4,88°
c. Percobaan ketiga dengan i1 sebesar 40°
• δ = i1+r2- β
= 40°+ 32°- 45°
= 27°
• Sin = x sin
Sin = x sin
Sin 0,83 x 0,38
Sin 0,32
18,66°
37,32°
• nm
=
=
=1,2
• Dm = (nm-1). β
= (1,2-1). 60
= (0,2).60
22. Dm= -7,68°
d. Percobaan keempat dengan i1 sebesar 45°
• δ = i1+r2- β
= 45°+ 30°- 45°
= 45°
• Sin = x sin
Sin = x sin
Sin 0,71 x 0,38
Sin 0,27
15,66°
31,32°
Dm= -13,68°
e. Percobaan kelima dengan i1 sebesar 50°
• δ = i1+r2- β
= 50°+ 25°- 45°
= 30°
• Sin = x sin
• nm
=
=
=1,4
• Dm = (nm-1). β
= (1,4-1). 60
= (0,4).60
• nm
=
=
=1,83
• Dm = (nm-1). β
= (1,83-1). 60
23. Sin = x sin
Sin 0,54 x 0,38
Sin 0,21
12,12°
24,24°
Dm= -20,76°
2. Percobaan pada Prisma 60°
a. Percobaan pertama dengan i1 sebesar 30°
• δ = i1+r2- β
= 30°+ 60°- 60°
= 30°
• Sin( = Sin ( )
Sin( = Sin ( )
Sin( = 1,72 Sin 30°
Sin( = 1,72 x 0,5
Sin( = 0,86
• nm =
=
=
= 0,58
• Dm = (n-1). β
= (0,58-1). 60
= (-0,42). 60
= -25,2°
24. ( = 59,32°
= 118,64°
Dm= 58,64°
b. Percobaan kedua dengan i1 sebesar 35°
• δ = i1+r2- β
= 35°+ 55°- 60°
= 30°
• Sin( = Sin ( )
Sin( = Sin ( )
Sin( = 1,43 Sin 30°
Sin( = 1,43 x 0,5
Sin( = 0,71
( = 45,64°
= 91,28°
Dm= 31,28°
c. Percobaan kedua dengan i1 sebesar 40°
• δ = i1+r2- β
= 40°+ 55°- 60°
= 35°
• nm =
=
=
= 0,70
• Dm = (n-1). β
= (0,70-1). 60
= (-0,3). 60
= -18°
• nm =
=
=
= 0,79
• Dm = (n-1). β
= (0,79-1). 60
= (-0,21). 60
25. • Sin( = Sin ( )
Sin( = Sin ( )
Sin( = 1,26 Sin 30°
Sin( = 1,26 x 0,5
Sin( = 0,63
( = 39,05°
= 78,1°
Dm= 18,1°
d. Percobaan kedua dengan i1 sebesar 45°
• δ = i1+r2- β
= 45°+ 50°- 60°
= 35°
• Sin( = Sin ( )
Sin( = Sin ( )
Sin( = 1,08 Sin 30°
• nm =
=
=
= 0,92
• Dm = (nm-1). β
26. Sin( = 1,08 x 0,5
Sin( = 0,54
( = 32,68°
= 65,36°
Dm= 5,36°
e. Percobaan kedua dengan i1 sebesar 50°
• δ = i1+r2- β
= 50°+ 50°- 60°
= 0°
• Sin( = Sin ( )
Sin( = Sin ( )
Sin( = 1 Sin 30°
Sin( = 1 x 0,5
Sin( = 0,5
( = 30°
= 60°
Dm= 0°s
• nm =
=
=
= 1
• Dm = (n-1). β
= (1-1). 60
= (0). 60
= 0°
27. TARAF KETELITIAN
β = 45°
No n d d2
1 0,76 0,44 0,19
2 0,9 0,3 0,09
3 1,23 0,03 0,0009
4 1,40 0,20 0,04
5 1,83 0,63 0,39
n rata-
rata=
1,2
Sigma d2
=
0,71
β = 60°
No n d d2
1 0,58 0,21 0,0441
2 0,70 0,09 0,0081
3 0,79 0 0
4 0,92 0,13 0,0169
5 1 0,21 0,0441
= 0,79
Sd = 0,42
n = 1,2 ± 0,42
Ketidakpastian :
= 0,71/1,2 x 100%
= 59,16 %
Ketelitian :
=100-59,16
= 40,84 %
Sd = 0,3
n = 0,79 ± 0,3
Ketidakpastian :
= 14,3%
Ketelitian :
= 85,7%