Case Presentation : Severe Dengue With Menstruation and Plasma Leakage Soroy Lardo
Laporan kasus ini membahas kasus seorang wanita usia 31 tahun dengan diagnosis Demam Berdarah Dengue (DHF) tingkat I yang dirawat selama 3 hari. Pasien mengeluh demam, nyeri sendi, nyeri kepala, dan muntah sejak 3 hari sebelumnya. Pemeriksaan fisik menunjukkan nyeri di daerah epigastrik dan hasil laboratorium menunjukkan leukopenia, trombositopenia, serta tes Dengue NS1 Ag positif. Diagnosis yang
Pasien berusia 43 tahun dirujuk dari RS Marthen Indey ke RSPAD Gatot Soebroto karena diduga menderita malaria berat disertai gagal ginjal akut dan hemoglobinuria setelah sebelumnya mengalami demam tinggi selama 4 hari."
Presentasi kasus seorang anak laki-laki berusia 8 tahun dengan diagnosis Dengue Hemorrhagic Fever Derajat I dan gizi baik namun underweight dan stunted. Pasien dirujuk dari RS Wonogiri dengan keluhan demam tinggi dan syok. Pemeriksaan fisik menunjukkan tanda-tanda kebocoran plasma dan hasil laboratorium menunjukkan trombositopenia dan hemokonsentrasi. Pasien diberi oksigen, cairan infus dan antibiotik serta pemantau
Case Presentation : Severe Dengue With Menstruation and Plasma Leakage Soroy Lardo
Laporan kasus ini membahas kasus seorang wanita usia 31 tahun dengan diagnosis Demam Berdarah Dengue (DHF) tingkat I yang dirawat selama 3 hari. Pasien mengeluh demam, nyeri sendi, nyeri kepala, dan muntah sejak 3 hari sebelumnya. Pemeriksaan fisik menunjukkan nyeri di daerah epigastrik dan hasil laboratorium menunjukkan leukopenia, trombositopenia, serta tes Dengue NS1 Ag positif. Diagnosis yang
Pasien berusia 43 tahun dirujuk dari RS Marthen Indey ke RSPAD Gatot Soebroto karena diduga menderita malaria berat disertai gagal ginjal akut dan hemoglobinuria setelah sebelumnya mengalami demam tinggi selama 4 hari."
Presentasi kasus seorang anak laki-laki berusia 8 tahun dengan diagnosis Dengue Hemorrhagic Fever Derajat I dan gizi baik namun underweight dan stunted. Pasien dirujuk dari RS Wonogiri dengan keluhan demam tinggi dan syok. Pemeriksaan fisik menunjukkan tanda-tanda kebocoran plasma dan hasil laboratorium menunjukkan trombositopenia dan hemokonsentrasi. Pasien diberi oksigen, cairan infus dan antibiotik serta pemantau
Manifestasi atipikal pada infeksi virus dengue dapat berupa demam tak terdiferensiasi, demam dengue atau DHF. Dokumen ini membahas kasus seorang wanita 32 tahun dengan keluhan nyeri perut kanan dan demam selama 11 hari yang diduga mengalami infeksi virus dengue bermanifestasi atipikal berdasarkan pemeriksaan fisik dan laboratorium.
Kasus ini mendiagnosis pasien dengan sindrom nefrotik berdasarkan gejala proteinuria masif, hipoalbuminemia, dan edema. Diagnosis bandingnya adalah glomerulonefritis akut pasca streptokokus karena hasil pemeriksaan anti streptolisin reaktif. Penatalaksanaannya meliputi rawat inap, diet protein rendah, obat prednison dan transfusi albumin.
Dokumen tersebut membahas tentang kasus pasien wanita berusia 65 tahun dengan diagnosis gangren kaki kiri akibat diabetes melitus. Pada pemeriksaan fisik ditemukan luka yang tidak sembuh di kaki kiri pasien beserta gejala hiperglikemia. Pasien kemudian menjalani amputasi dan perawatan pasca operasi. Dokumen ini juga membahas tentang definisi, patogenesis, dan faktor-faktor risiko terjadinya komplikasi kaki pada pasien diabetes.
Dokumen tersebut memberikan informasi mengenai asuhan keperawatan pasien dengue hemorrhagik fever (DHF). DHF adalah penyakit infeksi virus yang menyebabkan demam berdarah dan komplikasi seperti syok. Asuhan mencakup pemantauan gejala klinis, pemberian cairan oral atau infus, dan pengendalian lingkungan untuk mencegah penularan penyakit.
Dokumen tersebut membahas kasus pasien dengan diabetes melitus tipe 2 dan komplikasi kaki diabetes. Pasien mengalami luka ulkus di kaki kiri yang meluas disertai infeksi. Berdasarkan pemeriksaan dan pemeriksaan penunjang, didiagnosis dengan diabetes melitus tipe 2, gangren kaki kiri, dan komplikasi lainnya seperti nefropati dan hipertensi. Penatalaksanaan dilakukan dengan rawat inap, pengobatan
Ibu hamil usia 37 minggu mengeluh bengkak, sakit kepala, dan sesak napas. Pemeriksaan menunjukkan tekanan darah tinggi dan proteinuria, didiagnosis preeklampsia berat. Ibu dan janin diharapkan pulih setelah perawatan.
Dokumen tersebut membahas tentang kunjungan rumah ke pasien wanita berusia 50 tahun yang didiagnosis menderita hipertensi stadium 2. Berdasarkan hasil pemeriksaan, terdapat beberapa faktor risiko penyebabnya seperti genetik, pola makan tidak sehat, dan kurangnya aktivitas fisik. Intervensi yang diberikan meliputi edukasi tentang penyakit dan gaya hidup sehat serta dukungan untuk terapi dan kontrol lebih lan
1. Pasien laki-laki usia 33 tahun datang dengan keluhan nyeri kepala berputar disertai mual dan muntah.
2. Pemeriksaan fisik menunjukkan konjungtiva anemis dan nistagmus, serta nyeri ketok kostovertebra.
3. Pemeriksaan laboratorium menunjukkan anemia dan peningkatan leukosit granulosit.
Hepatitis A, B, dan C adalah penyakit hati yang disebabkan oleh virus. Hepatitis A menular melalui makanan atau air yang tercemar, sementara Hepatitis B dan C menular melalui darah dan cairan tubuh. Gejala hepatitis mungkin tidak muncul, tetapi jika ada bisa berupa lelah, sakit perut, dan kuningnya mata. Hepatitis B dan C dapat menjadi kronis dan menyebabkan sirosis hati.
Laporan kasus ini membahas tentang kasus seorang anak laki-laki berusia 8 tahun bernama Deni yang didiagnosis menderita sindrom nefrotik relaps. Pasien mengalami edema seluruh tubuh dan proteinuria tingkat berat. Berdasarkan riwayat penyakit dan pemeriksaan fisik serta laboratorium, didiagnosis sindrom nefrotik relaps dan ditatalaksanakan dengan IV cairan, diuretika, kortikosteroid, serta diet rendah garam.
Tn K datang dengan keluhan bengkak kaki dan perut selama 10 hari, sesak napas saat berbaring. Pasien didiagnosa gagal jantung dan diabetes, hipertensi. Pemeriksaan menunjukkan jantung gallop, hepatomegali, ascites, edema, hiperkalemia, AKI. Diagnosisnya CHF, hiperkalemia, ascites, edema tungkai, AKI.
Laporan kasus ini membahas pasien laki-laki berusia 25 tahun dengan keluhan demam, mual, dan muntah darah. Berdasarkan pemeriksaan fisik dan laboratorium ditemukan trombositopenia. Diagnosis yang ditetapkan adalah Dengue Hemorrhagic Fever grade II.
Manifestasi atipikal pada infeksi virus dengue dapat berupa demam tak terdiferensiasi, demam dengue atau DHF. Dokumen ini membahas kasus seorang wanita 32 tahun dengan keluhan nyeri perut kanan dan demam selama 11 hari yang diduga mengalami infeksi virus dengue bermanifestasi atipikal berdasarkan pemeriksaan fisik dan laboratorium.
Kasus ini mendiagnosis pasien dengan sindrom nefrotik berdasarkan gejala proteinuria masif, hipoalbuminemia, dan edema. Diagnosis bandingnya adalah glomerulonefritis akut pasca streptokokus karena hasil pemeriksaan anti streptolisin reaktif. Penatalaksanaannya meliputi rawat inap, diet protein rendah, obat prednison dan transfusi albumin.
Dokumen tersebut membahas tentang kasus pasien wanita berusia 65 tahun dengan diagnosis gangren kaki kiri akibat diabetes melitus. Pada pemeriksaan fisik ditemukan luka yang tidak sembuh di kaki kiri pasien beserta gejala hiperglikemia. Pasien kemudian menjalani amputasi dan perawatan pasca operasi. Dokumen ini juga membahas tentang definisi, patogenesis, dan faktor-faktor risiko terjadinya komplikasi kaki pada pasien diabetes.
Dokumen tersebut memberikan informasi mengenai asuhan keperawatan pasien dengue hemorrhagik fever (DHF). DHF adalah penyakit infeksi virus yang menyebabkan demam berdarah dan komplikasi seperti syok. Asuhan mencakup pemantauan gejala klinis, pemberian cairan oral atau infus, dan pengendalian lingkungan untuk mencegah penularan penyakit.
Dokumen tersebut membahas kasus pasien dengan diabetes melitus tipe 2 dan komplikasi kaki diabetes. Pasien mengalami luka ulkus di kaki kiri yang meluas disertai infeksi. Berdasarkan pemeriksaan dan pemeriksaan penunjang, didiagnosis dengan diabetes melitus tipe 2, gangren kaki kiri, dan komplikasi lainnya seperti nefropati dan hipertensi. Penatalaksanaan dilakukan dengan rawat inap, pengobatan
Ibu hamil usia 37 minggu mengeluh bengkak, sakit kepala, dan sesak napas. Pemeriksaan menunjukkan tekanan darah tinggi dan proteinuria, didiagnosis preeklampsia berat. Ibu dan janin diharapkan pulih setelah perawatan.
Dokumen tersebut membahas tentang kunjungan rumah ke pasien wanita berusia 50 tahun yang didiagnosis menderita hipertensi stadium 2. Berdasarkan hasil pemeriksaan, terdapat beberapa faktor risiko penyebabnya seperti genetik, pola makan tidak sehat, dan kurangnya aktivitas fisik. Intervensi yang diberikan meliputi edukasi tentang penyakit dan gaya hidup sehat serta dukungan untuk terapi dan kontrol lebih lan
1. Pasien laki-laki usia 33 tahun datang dengan keluhan nyeri kepala berputar disertai mual dan muntah.
2. Pemeriksaan fisik menunjukkan konjungtiva anemis dan nistagmus, serta nyeri ketok kostovertebra.
3. Pemeriksaan laboratorium menunjukkan anemia dan peningkatan leukosit granulosit.
Hepatitis A, B, dan C adalah penyakit hati yang disebabkan oleh virus. Hepatitis A menular melalui makanan atau air yang tercemar, sementara Hepatitis B dan C menular melalui darah dan cairan tubuh. Gejala hepatitis mungkin tidak muncul, tetapi jika ada bisa berupa lelah, sakit perut, dan kuningnya mata. Hepatitis B dan C dapat menjadi kronis dan menyebabkan sirosis hati.
Laporan kasus ini membahas tentang kasus seorang anak laki-laki berusia 8 tahun bernama Deni yang didiagnosis menderita sindrom nefrotik relaps. Pasien mengalami edema seluruh tubuh dan proteinuria tingkat berat. Berdasarkan riwayat penyakit dan pemeriksaan fisik serta laboratorium, didiagnosis sindrom nefrotik relaps dan ditatalaksanakan dengan IV cairan, diuretika, kortikosteroid, serta diet rendah garam.
Tn K datang dengan keluhan bengkak kaki dan perut selama 10 hari, sesak napas saat berbaring. Pasien didiagnosa gagal jantung dan diabetes, hipertensi. Pemeriksaan menunjukkan jantung gallop, hepatomegali, ascites, edema, hiperkalemia, AKI. Diagnosisnya CHF, hiperkalemia, ascites, edema tungkai, AKI.
Laporan kasus ini membahas pasien laki-laki berusia 25 tahun dengan keluhan demam, mual, dan muntah darah. Berdasarkan pemeriksaan fisik dan laboratorium ditemukan trombositopenia. Diagnosis yang ditetapkan adalah Dengue Hemorrhagic Fever grade II.
Pasien perempuan berusia 14 tahun 3 bulan datang dengan keluhan mimisan berulang, haid memanjang, gusi berdarah dan BAB hitam. Pemeriksaan laboratorium menunjukkan trombositopenia dengan trombosit <2.000/mm3. Berdasarkan gejala klinis dan hasil laboratorium didiagnosis menderita ITP (Immune Trombocytopenia Purpura) atau penyakit perdarahan akibat penghancuran trombosit berlebihan secara autoim
Identitas pasien menunjukkan gejala demam, mual dan muntah, serta mata dan kulit kuning. Pemeriksaan menemukan peningkatan enzim hati dan bilirubin, serta tes positif untuk hepatitis A. Diagnosis adalah hepatitis A akut yang umumnya sembuh sendiri meskipun dapat menimbulkan komplikasi pada kelompok berisiko.
Sindrom nefrotik merupakan suatu penyakit glomerular yang ditandai dengan edema, proteinuria masif >3,5 gram/hari, hipoalbunemia <3,5 gram/hari, hiperkolesterolemia
Laporan kasus ini membahas tentang seorang pasien perempuan berusia 1 tahun 1 bulan dengan keluhan utama batuk yang dirasakan selama 4 minggu. Berdasarkan pemeriksaan fisik, laboratorium, dan diagnosa dokter, pasien didiagnosis mengalami batuk kronik akibat iritasi dan kemungkinan alergi atau tuberkulosis, serta tonsilofaringitis akut. Pasien menerima perawatan selama 5 hari dan kondisinya membaik.
Tatalaksana
- Pemberian suplemen zat besi oral (ferrous sulfate 200 mg 3x1)
- Pemberian asam folat oral 1x1
- Pemantauan Hb setiap 2 minggu
- Jika tidak respons, pertimbangkan transfusi darah
- Edukasi diet kaya zat besi dan asam folat
- Pantau gejala anemia (lemah lemas, pusing)
Diagnosis
- Pemeriksaan sumsum tulang (jika tidak respons terapi) untuk mengecek adanya infeksi kronis atau kanker
PRESUS ASTER HANA KALITA NADA SHAUTI.pptxnananurdahlia
Pasien bayi perempuan berusia 3 bulan 23 hari datang dengan keluhan diare akut lebih dari 15 kali sehari disertai muntah dan demam. Pemeriksaan fisik menunjukkan abdomen cembung dan distensi serta hipertimpani. Laboratorium menunjukkan hiponatremia, hiperkalemia, hiperkloremia dan bakteri positif 2 ditemukan pada feses. Diagnosis kerja diare akut bakteri dengan dehidrasi sedang. Terapi yang diberikan cairan inf
Laporan kasus ini membahas kasus seorang anak perempuan berusia 13 tahun yang mengeluhkan bengkak pada wajah dan kaki. Pemeriksaan fisik menunjukkan edema pada wajah dan ekstremitas bawah. Diagnosis bandingnya adalah sindrom nefrotik atau reaksi anafilaktik. Diagnosis kerjanya adalah edema anasarka dengan dugaan sindrom nefrotik atau reaksi anafilaktik.
The document discusses the benefits of exercise for mental health. Regular physical activity can help reduce anxiety and depression and improve mood and cognitive functioning. Exercise causes chemical changes in the brain that may help boost feelings of calmness, happiness and focus.
Efektifitas Ekstrak Kulit Batang Cempedak soroylardo1
1. Dokumen ini membahas serangkaian kegiatan kerja sama penelitian antara ITD Unair dengan berbagai instansi terkait penelitian malaria, seperti TNI, Kemenkes, dan universitas asing.
2. Beberapa kegiatan yang dilakukan antara lain penandatanganan kerja sama penelitian, pelatihan personil kesehatan, koordinasi penelitian lapangan, kunjungan lokasi penelitian.
3. Penelitian bertujuan untuk mendukung upaya
Laporan Kasus Cardiac Assessment in Non Cardiac Surgery (Sabrina Erriyanti)soroylardo1
1. Many patients undergoing major noncardiac surgery are at risk for cardiovascular events due to changes in cardiac physiology during anesthesia and surgery and the patient's underlying cardiovascular status.
2. A preoperative evaluation involves assessing the urgency of surgery, active cardiac conditions, risk of the planned procedure, and patient's functional capacity.
3. For a planned bipolar hemiarthroplasty, a 80-year-old woman with an uncontrolled type 2 diabetes and hip fracture underwent further cardiac, pulmonary, and anesthesia assessments due to her age and medical conditions which increased her risk for perioperative cardiovascular complications.
This document provides a morning report on a case of malaria. It summarizes the patient's history, including previous malaria infections, physical examination findings, laboratory test results showing Plasmodium vivax, and diagnosis of malaria tertiana. The patient's treatment plan includes IV fluids, antipyretics, anti-malarial medications, and patient education.
The document provides a morning report on a fever of unknown origin case. It summarizes:
1) A 58-year-old male presented with prolonged fever for 1 month despite previous antibiotic treatment for presumed typhoid fever. He had weight loss and decreased appetite.
2) Physical exam was normal but labs showed leukocytosis, increased CRP, and hyponatremia. Imaging found hydronephrosis and nephrolithiasis.
3) Differential diagnoses for the fever of unknown origin were discussed, including further diagnostic tests needed to establish a diagnosis. Control of diabetes and urology follow-up were also mentioned.
LAKESMIL SEBAGAI CENTER OF EXCELLENT LITBANG KESAD soroylardo1
The document discusses the benefits of exercise for mental health. Regular physical activity can help reduce anxiety and depression and improve mood and cognitive functioning. Exercise causes chemical changes in the brain that may help boost feelings of calmness, happiness and focus.
This document discusses two cooperation agreements signed by DITKESAD. The first was a memorandum of understanding on research cooperation between DITKESAD and the Ministry of Research and Technology. The second was a cooperation agreement between DITKESAD and ITD at Airlangga University.
Dokumen tersebut membahas tentang infeksi oleh Mycobacterium selain M. tuberculosis (NTM). NTM dapat menginfeksi berbagai bagian tubuh dan sering ditemukan pada paru, kelenjar limfe, dan jaringan lunak. Faktor kerentanan terhadap infeksi NTM antara lain penyakit paru kronis, imunosupresi, dan koloni NTM pada instalasi air atau lingkungan. Kultur dan identifikasi spesies NTM penting untuk diagnosis dan penentuan pengobatan
Journal Reading Cardiac Manifestation in Dengue Infection (Nuriza)soroylardo1
Dr. Soroy Lardo discussed cardiovascular involvement in dengue virus infection. Dengue can cause cardiac manifestations like myocarditis and arrhythmias. It also impacts the vasculature by increasing permeability and causing plasma leakage. While cardiac dysfunction is often mild and self-limiting, severe cases can lead to fulminant myocarditis. The virus may directly infect cardiomyocytes in rare cases. Increased vascular permeability is a critical factor in disease severity and occurs via interactions between the virus and endothelial glycocalyx. Supportive care focuses on cautious fluid resuscitation during critical leakage periods. Further research is needed to understand disease mechanisms and identify effective treatments.
Sepsis-induced myocardial dysfunction involves complex interactions between pathogens and the host immune system. Early sepsis is characterized by circulatory abnormalities related to intravascular volume depletion and vasodilation. Despite increased cardiac output, myocardial dysfunction is significant in septic shock. Direct myocardial depression in sepsis is caused by down-regulation of beta-adrenergic receptors and the effects of cytokines like TNF-alpha and IL-1 beta. Management of myocardial dysfunction in septic shock involves prompt antibiotic therapy, early goal-directed fluid resuscitation and hemodynamic support with vasopressors and inotropes according to surviving sepsis campaign guidelines. Further research is still needed to better understand sepsis-induced myocardial dysfunction and identify more targeted treatments
Journal Reading Stem Cell dengan HIV (sharon) soroylardo1
1) Studies in murine and macaque models show that genetically modifying CD4+ T-cells to disrupt CCR5, the main HIV coreceptor, provides a selective advantage over non-modified cells and significantly reduces plasma viremia. However, a source of residual viral reservoir remains.
2) Two HIV patients who underwent allogeneic stem cell transplantation from CCR5-negative donors have remained virus-free for nearly 4 years after transplantation while kept on antiretroviral therapy (ART), suggesting genetic modification may not be necessary if ART is completely suppressive.
3) Hematopoietic stem cell transplantation remains a promising curative approach for HIV, but the timing of ART interruption
Virus chikungunya menyebabkan demam chikungunya yang ditandai dengan demam, artralgia, dan ruam. Penyakit ini ditularkan melalui gigitan nyamuk Aedes aegypti. Gejala umumnya akan sembuh sendiri dalam beberapa hari, meskipun artralgia dapat berlanjut beberapa minggu. Diagnosis didasarkan pada gejala klinis dan pemeriksaan serologi, sedangkan pengobatannya bersifat suportif. Pencegahann
Dokumen tersebut memberikan informasi mengenai demam kuning (yellow fever) yang disebabkan oleh virus yellow fever. Penyakit ini bersifat akut dan berat, dengan gejala klasik seperti ikterus, perdarahan, dan albuminuria berat. Virusnya berasal dari famili Togaviridae dan genus Flavivirus. Penyakit ini tersebar di hutan tropis Afrika dan Amerika Selatan, dengan manifestasi klinis seperti demam, nyeri otot, dan gangguan hati. Diagn
1. Dokumen tersebut merangkum tentang penyakit bronkiektasis, yaitu kelainan pada dinding bronkus yang menyebabkan perubahan struktur dan fungsi bronkus.
2. Bronkiektasis dapat disebabkan oleh infeksi, obstruksi saluran napas, atau faktor genetik dan dapat menimbulkan komplikasi seperti pneumonia, pleuritis, atau gagal jantung.
3. Tatalaksananya meliputi tindakan konservatif seperti drain
- Patient presented with a 5 day history of dizziness, muscle aching and fever. For the past 4 days, the patient experienced intermittent high fever with chills, headache and weakness.
- Based on history and laboratory findings, the patient was diagnosed with Plasmodium Vivax malaria. The patient had a history of malaria infections and exposure in endemic areas.
- The patient was also diagnosed with acute gastroenteritis. Management involved rehydration, antibiotics and monitoring electrolytes.
- Atrial fibrillation was also noted on examination but with stable hemodynamics. Management focused on risk reduction, stroke prevention and rate control therapy.
Approach acute diarrhea with comorbid diseasessoroylardo1
1. The patient, a 57-year-old female, presented with fever for one week and diarrhea for one day. She had a history of diabetes, hypertension, and coronary artery disease.
2. On examination, she had a temperature of 36°C, tenderness in the right upper quadrant, and typhoid tongue. Laboratory tests showed hypercholesterolemia.
3. She was assessed with acute gastroenteritis, likely typhoid fever given her history of travel to an endemic area. She was started on treatment and monitoring for her comorbidities. Further diagnostic tests were planned to confirm the diagnoses.
A 61-year-old female presented with abdominal pain and jaundice. Physical examination found tenderness in the right upper quadrant and jaundice. Laboratory tests showed elevated liver enzymes and bilirubin. Abdominal ultrasound found thickened gallbladder wall suggestive of cholecystitis. The working diagnosis was acute abdomen with obstructive jaundice suspected to be caused by choledocholithiasis and uncontrolled hypertension. Further examination with ERCP and US of biliary tree was recommended to evaluate for common bile duct stones. Treatment included IV fluids, antibiotics, analgesics and gastroenterology consultation.
PRESENTASI LAPORAN TUGAS AKHIR ASUHAN KEBIDANAN KOMPREHENSIFratnawulokt
Peningkatan status kesehatan ibu dan anak merupakan salah satu hal prioritas di Indonesia. Status derajat kesehatan ibu dan anak sendiri dapat dinilai dari jumlah AKI dan AKB. Pemerintah berupaya menerapkan program Sustainable Development Goals (SDGs) dengan harapan dapat menekan AKI dan AKB, tetapi kenyataannya masih tinggi sehingga tujuan dari penyusunan laporan tugas akhir ini untuk memberikan asuhan kebidanan secara komprehensif dari ibu hamil trimester III sampai KB.
Metode penelitian menggunakan Continuity of Care dengan pendokumentasian SOAP Notes. Subjek penelitian Ny. “H” usia 34 tahun masa kehamilan Trimester III hingga KB di PMB E Kecamatan Ngunut Kabupaten Tulungagung.
Hasil asuhan selama masa kehamilan trimester III tidak ada komplikasi pada Ny. “E”. Masa persalinan berjalan lancar meskipun terdapat kesenjangan dimana IMD dilakukan kurang dari 1 jam. Kunjungan neonatus hingga nifas normal tidak ada komplikasi, metode kontrasepsi memilih KB implant.
Kesimpulan asuhan pada Ny. “H” ditemukan kesenjangan antara kenyataan dan teori di penatalaksanaan, tetapi dalam pemberian asuhan ini kesenjangan masih dalam batas normal. Asuhan kebidanan ini diberikan untuk membantu mengurangi kemungkinan terjadi komplikasi pada saat masa kehamilan hingga KB.
1. Presentasi Kasus
Gagal Ginjal Akut pada Malaria
Pembimbing :
dr. Soroy Lardo Sp .PD,FINASIM
Disusun oleh:
Nia Karima
KEPANITERAAN ILMU PENYAKIT DALAM
FAKULTAS KEDOKTERAN UPN VETERAN JAKARTA KEMENDIKTI RISTEK
DIVISI PENYAKIT TROPIK DAN INFEKSI
DEPARTEMEN PENYAKIT DALAM
RSPAD GATOT SOEBROTO
PERIODE 19 OKTOBER 2015-26 DESEMBER 2015
2. Identitas Pasien
• Nama : Nazaruddin
• Jenis Kelamin : Laki-laki
• Usia : 43 tahun
• No.RM : 817014
• Tanggal Masuk RS : 23 Oktober 2015
3. ANAMNESIS
Dilakukan secara autoanamnesis dan aloanamnesis pada
tanggal 23 Oktober 2015
Keluhan Utama :
Perubahan warna air seni menjadi coklat kehitaman
seperti kopi sejak 4 hari SMRS
4. Riwayat Perjalanan penyakit
Pada tanggal 19/10/2015
Pasien seorang TNI AD yang
sedang dinas di Papua
datang berobat ke
puskesmas dengan gejala
khas malaria seperti demam
tinggi disertai
menggigil,mual-
muntah,nyeri otot dan nyeri
perut.
Dilakukan pemeriksaan apus
darah tepi dihasilkan :
Malaria tropicana (+)
Pasien diberikan terapi
primakuin dan pil biru,kemudian
diperbolehkan pulang
Saat di rumah BAK pasien
berubah warna jadi coklat-
kehitaman seperti kopi.
Pasien dirawat sehari di
puskesmas kemudian dirujuk ke
RS Marthen Indey
5. Tgl 20-22 oktober 2015
Pasien dirawat di RS Marthen
Indey mendapatkan terapi
Artesunat
BAK kembali berwarna kuning
jernih, namun hasil lab masih
belum membaik dimana nilai
ureum kreatinin tetap tinggi
Dosis artesunat dimulai dengan 2,4
mg/KgBB 2,4 x 50 kg= 120 mg, i
ampul berisi 60 mgmaka diberi 2
ampul pada jam ke 0,12 dan 24
6. Pada tgl 23/10/2015
Pasien dirujuk ke RSPAD untuk pengobatan lebih lanjut dengan
dugaan Malaria berat dengan gagal ginjal akut dengan blackwater
fever. Saat datang pasien mengeluhkan masih terasa agak pusing
dan mual disertai nyeri perut,namun demam tinggi disertai
menggigil sudah tidak terjadi.BAK pasien sudah berwarna jernih
namun hasil ureum kreatinin terakhir didapatkan nilai yang masih
relatif tinggi.
7. Riwayat Penyakit Dahulu : pasien menyangkal adanya riwayat menderita penyakit
seperti DM, hipertensi,peny.jantung,hepatitis,TB.
Riwayat Penyakit Keluarga : tidak ada anggota keluarga yang mengalami gejala
serupa, ibu dan kakak pasien menderita hipertensi,DM (-),hepatitis (-),penyakit
jantung (-),asma(-),TB(-).
Riwayat Pengobatan : Saat di Papua pasien telah mendapat pengobatan berupa
artesunat dan pil biru.
Riwayat Pribadi Sosial : Pasien merupakan seorang TNI AD yang sering dikirim dinas
dan saat ini tengah berdinas di Papua,pasien tidak meminum obat profilaksis
malaria saat berdinas namun pasien mengaku menggunakan obat anti
nyamuk.Pasien sudah lama berhenti merokok dan tidak minum alkohol atau
konsumsi NAPZA.
8. Pemeriksaan fisik
• Status generalis
Keadaan umum : tampak sakit sedang
Tingkat kesadaran : compos mentis
Vital sign
Tekanan darah: 120/80mmHg
RR: 20x/mnt
HR: 84x/mnt
Suhu: 36,8 derajat celcius
9. Head to Toe Examination
• normocephal
• Lesi (-),deformitas (-)kepala
• Konjungtiva anemis +/+,sklera ikterik
-/-mata
• Normotia,sekret (-),deviasi septum(-
),faring hiperemis (-) T1-T1 tenang.THT
13. Apus darah tepi : Malaria negatif
Foto thorax : jantung dan paru DBN
USG Abdomen:
• Contracted kidney kanan dengan hidronefrosis.
• Chronic kidney disease kiri.
• Hipertrofi dan kalsifikasi prostat.
• Organ-organ intra abdominal lainnya dalam
batas normal
14. RESUME
• Seorang laki-laki berusia 43 tahun dengan rujukan dari RS Marthen Indey karena malaria berat
dikarenakan acute kidney injury dan hemoglobinuria. Sebelumnya pasien mengeluh demam 4 hari tidak
kunjung turun dengan temperatur berkisar 39-39,50C,disertai adanya nyeri kepala berat,nyeri otot
terutama pada kaki,dan diperburuk dengan adanya rasa mual yang membuat pasien tidak nafsu makan
dan lemas kemudian dilakukan pemeriksaan rapid test malaria dan didapatkan hasil positif,pasien
kemudian menerima pengobatan berupa 3 tablet primakuin. Setelah itu pasien berobat ke puskesmas,
dirawat dan diberikan primakuin kembali sebanyak 3 tablet disertai 4 tablet warna biru, dan keesokan
harinya pasien kembali diberikan 4 tablet pil berwarna biru tersebut.
• Saat pulang ke rumah,pasien mengalami kencing berwarna kehitaman. Sehingga pasien dirujuk dari
puskesmas ke RS TK II Marthen Indey,selama perawatan semakin lama keluhan dirasakan semakin
berat,dari pemeriksaan fisik didapatkan konjungtiva pasien pucat anemis ,dari urin yang telah ditampung
terlihat air kencing pasien telah kembali berwarna kuning, namun dari hasil pemeriksaan laboratorium
didapatkan peningkatan cukup tinggi pada nilai ureum dan kreatinin,dikarenakan ditakutkan perlu adanya
terapi khusus pada ginjal pasien maka pasien dirujuk ke RSPAD Gatot Soebroto.
• Saat tiba di RSPAD Gatot Soebroto pasien tidak mengalami demam,gejala lainnya seperti lemas,tidak nafsu
makan serta nyeri sendi sudah tidak dirasakan, nyeri kepala diakui pasien terkadang timbul namun hanya
bersifat ringan. Dari hasil pemeriksaan fisik didapatkan kelainan berupa konjungtiva anemis dan sklera
ikterik.dari hasil pemeriksaan penunjang didapatkan hasil periksa darah adanya penurunan pada nilai
hemoglobin,hematokrit dan sel darah merah dan MCH, sementara hasil kimia klinik didapatkan kenaikan
bermakna dari nilai ureum kreatinin serum,dan hasil urinalisa menunjukkan adanya proteinuria dan
hemoglobinuria,selain itu juga dilakukan pemeriksaan apusan darah tepi malaria dimana didapatkan hasil
negatif.
• Pemeriksaan penunjang selain laboratorium juga dilakukan diantarnya adalah foto thorax yang
menunjukkan hasil normal sementara USG abdomen memberi gambaran adanya kelainan pada ginjal
pasien.
16. Pengkajian
Malaria berat
• Anamnesa :
• Riwayat demam tinggi berkisar 39-39,50C menetap disertai menggigil dan keringat
dingin dan gejala tambahan lainnya seperti nyeri otot,mual,nyeri kepala
hebat,lemas dan tidak nafsu makan serta keterangan adanya perubahan warna
BAK hitam seperti kopi.
• Pemeriksaan Fisik :
• Konjungtiva anemis
• Pemeriksaan penunjang :
• Hb : 8,2g/dl
• Ht : 25%
• Eritrosit : 3,1 juta
• Albumin : 3,7
• Ureum/kreatinin: 105/5.1
• Malaria rapid tgl 18/10/2015: positif
• Apus darah tepi 26/10/2015: negatif
17. Gagal ginjal akut
• Anamnesa :
• Keluhan perubahan warna urin seperti kopi
• Pemeriksaan fisik:
• Konjungtiva anemis,sklera ikterik
• Pemeriksaan penunjang:
• Ureum/kreatinin meningkat
• Urinalisiseritrosit(+),proteinuria(+)
18. Anemia
• Anamnesa :
• Keluhan badan terasa lemas
• Pemeriksaan fisik:
• Konjungtiva anemis
• Pemeriksaan penunjang :
• Penurunan nilai hb,ht,sel darah merah dan
MCV,MCH,MCHC
19. Malaria
• Definisi :
infeksi akut dan kronik yang disebabkan oleh
protozoa genus plasmodium yang
ditransmisikan melalui gigitan nyamuk
anopheles betina.
•Plasmodium falciparum
•Plasmodium vivax
•Plasmodium ovale
•Plasmodium malariae
•Plasmodium knowlesi
20. Karakteristik P. Falciparum P. Vivax P. Ovale P.Malariae
Masa inkubasi 12 (9-14 hari) 13 hari 12 bulan 17(16-18 hari) 28(18-40 hari)
Tipe panas 48 jam 48 jam 48 jam 72 jam
Relaps - + + -
Rekrudensi + - - +
Jenis RBC Sel muda retikulosit retikolusit Sel tua
Warna pigmen Hitam Kuning coklat Coklat gelap Coklat hitam
Jumlah merozoit/infeksi 30.000 10.000 15.000 15.000
22. AMI 4,,93
API 0,00
AMI 6,32
API 0,77
AMI 5,22
API 0,65
AMI 0,90
API 0,13
AMI 6,29
API 0,42
AMI 11,00
API 0,69
AMI 5,14
API 0,28
AMI 20,96
API 3,13
AMI 43,05
API 23,40
AMI 0,00
API 0,00
AMI 7,07
API 0,52
AMI 14,21
API 0,13
AMI 18,90
API 0,10
AMI 0,90
API 0,07
AMI 5,01
API 0,64
AMI 23,04
API 0,55
AMI 9,29
API 0,18
AMI 19,25
API 3,24
AMI 123,48
API 29,57
AMI 0,17
API 0,02
AMI 14,84
API 2,85
AMI 15,40
API 0,66
AMI 3,51
API 0,94
AMI 20,29
API 3,81
AMI 58,58
API 3,06
AMI 15,35
API 0,56
AMI 25,71
API 3,60
AMI 14,95
API 0,64
AMI 1,53
API 0,15
AMI 164,75
API 41,66
AMI 198,02
API 49,78
AMI 16,93
API 0,65
Kep Riau
High
Endemic
Mediun
Endemic
Low
Endemic
PETA DAERAH ENDEMISITAS MALARIA DI INDONESIA TAHUN
2006
>75‰ 26 - 75‰ 0 - 25‰
Papua
Irian Jaya Barat
23. Gejala Klinis
Stadium Prodromal : 2-3 hari sebelum
serangan Akut Malaise, mialgia, sakit
kepala,anoreksia ,demam.
Serangan akut : Menggigil dengan gigi
gemeretak
(1/2- 1 jam)
Demam tinggi
(2-6 jam)
Berkeringat banyak
Demam turun
dengan cepat
Gejala Tambahan : Mual, muntah, batuk
non produktif, sesak nafas, sakit perut dan
diare
24. KOMPLIKASI :
1. Malaria serebral : Malaria falsiparum dengan
gangguan kesadaran yang telah
disingkirkan penyebab lainnya
Gejala klinis : kesadaran menurun,
opistotonus, rigiditas, peningkatan tekanan
intrakranial, deviasi bola mata, nystagmus.
25. • 2. Anemia berat : Hitung parasit > 10.000/ul
Hb < 5 gr % atau Htc < 15 %
• 3. Gagal ginjal : urine < 400 ml/24 jam atau 12
ml/KgBB/24 jam dan kreatinin > 3 mg/dl. Sering
terjadi pada orang dewasa .Umumnya reversibel.
Sebagian membutuhkan HD.
• 4. Edema paru atau ARDS.
• 5. Hipoglikemia : KGD < 40 mg/dl. Umumnya
meninggal atau sembuh dengan sekuele.
Penyebab : pemberian kuinin yang cepat atau
jangka waktu lama.
• 6. Syok : TDS < 70 mmHg, kulit dingin dan
basah. Malaria Algida adalah malaria dengan syok
dan sering disertai dengan asidosis dan
hipoglikemia.
26. • 7. Perdarahan spontan gusi, hidung,sal.cerna,
DIC.
• 8. Kejang berulang > 2 X dalam 24 jam setelah
pendinginan pada hipertermia
• 9. Asidosis : pH <7,25 atau Bicnat < 15 mmol/l
• 10. Hemoglobinuria makroskopis.
• Penderita malaria yang tidak sanggup duduk,
hiperparasitemia (>2 % pada non imun atau >
10 % pada pasien imun), ikterus ( bil. > 3
mg/dl), hiperpireksia (temp. rektal > 40 °C)
atau malaria dengan komplikasi diatas
dikatagorikan sebagai MALARIA BERAT
27. Resiko Tinggi untuk terjadinya malaria berat
• Anak 6 bln – 6 thn di daerah endemis
• ♀ hamil trimester I tinggal di daerah endemis
• Pelancong dari daerah bukan endemis ke
daerah endemis
• Pasien yang kembali ke daerah endemis
tinggi setelah beberapa tahun meninggalkan
daerah tersebut
• Pasien dengan daya tahan tubuh rendah
misalnya dalam pengobatan steroid jangka
panjang, sitostatika dan imunosupresan
lainnya
29. PATOFISIOLOGI
Tn.N, 43 tahun
Pergi ke tempat endemik Malaria
Terinfeksi melalui gigitan nyamuk
anopheles betina (kel.saliva
mengandung sporozoit)
Tidak minum obat profilaksis
malaria
Sporozoit masuk ke sirkulasi
Mekanisme imun non spesifik
Sporozoit mati
Sebagian besar
hidup
30. Dalam 45 menit masuk ke sel hati
hipnozoit
Siklus ekso -
eritrosit
Skizonskizon pecah
Mengeluarkan 3000-
5000 merozoit yang
masuk sirkulasi
Menyerang
eritrosit
karena ada
reseptor di
rbc ex:
glikoparin
Berubah jadi
trofozoit muda
Setelah 2-3 kali siklus
sebagian trofozoit muda
berubah jadi gametosit
Makro x Mikro
Nyamuk gigit
manusia terinfeksi
Gametosit masuk tubuh
nyamukpembuahan
Zygot ookinet
Tembus dinding lambungookista
Sporozoit di
kel.saliva
Trofozoit matang
31. Trofozoit matang
Skizon skizon
rbc pecah
Hb
anemia
Melepaskan 6-36
merozoit ke dlm
aliran darah
Dibawa ke
RES Melepas toksin
malaria GPI-1
Fagositosis
oleh lien
Peningkatan
kerja lien
splenomegali
Bila
lolos
siklus
eritrosit
lagi
Rangsang sitokin pro
inflamatorik
Pada P.falciparum, EP
stad.trofozoit matang
membentuk KNOB pada
permukaannya
Knob bantu EP menempel
pada endotel (sitoadherens)
Sekuestrasi dalam
mikrovaskular organ-organ
Rosetting
Menyumbat
di ginjal
GGA e.c
iskemik
IL-1 IL-8
TNF-
alfa,IFN-
gamma,IL-
2,3,6,10
33. Derajat Resistensi Parasit Aseksual P Falsiparum thd
obat Skizontisida Darah
Respon Pengobatan Derajat
Resistensi
Keterangan
Sensitif S Hilangnya semua parasit aseksual dalam
waktu 7 hari dihitung setelah hari pertama
minum obat tanpa rekrudesensi
Resistensi R 1
R II
R III
Hilangnya semua parasit aseksual dari darah
perifer seperti halnya S, tetapi selalu ada
rekrudensi dalam 28-42 hari
Penurunan yang jelas (75 %/>) dari jumlah
parasit aseksual dalam darah perifer, tetapi
tidak pernah hilang sama sekali
Tidak ada perubahan berarti (<75 %) atau
jumlah parasit bertambah dibanding jumlah
parasit aseksual dalam darah perifer
sebelumnya.
34. Klasifikasi Respons Pengobatan (WHO 1996)
Respon Keterangan
Early Treatment Failure Tanda Malaria berat (H1,H2,H3) dan
parasitemia
Parasitemia H2 ≥ Ho atau
Parasitemia H3≥ 25 %
Late Treatment Failure Berkembang H4-H28
Malaria Berat setelah H3 dan
parasitemia ( jenis parasit=Ho)
Kembali berobat karena kemunduran
klinis dan parasitemia
Parasitemia pada
H7/H14/H21/H28(jenis parasit = Ho)
Respon Klinis Memadai Bila pasien sebelumnya tidak
berkembang dengan salah satu
persyaratan ETF dan LTF dan tidak ada
parasitemia selama diikuti