SlideShare a Scribd company logo
Homework Help
https://www.homeworkping.com/
Research Paper help
https://www.homeworkping.com/
Online Tutoring
https://www.homeworkping.com/BAB I
PENDAHULUAN
Diabetes Melitus (DM) adalah penyakit metabolik yang kebanyakan
herediter, dengan tanda–tanda hiperglikemia dan glukosuria, disertai dengan atau
tidak adanya gejala klinik akut ataupun kronik, sebagai akibat dari kurangnya
insulin efektif di dalam tubuh, gangguan primer terletak pada metabolisme
karbohidrat yang biasanya disertai juga gangguan metabolisme lemak dan
protein.1
Pada penderita DM dapat terjadi komplikasi pada semua tingkat sel dan
semua tingkatan anatomik. Manifestasi komplikasi kronik dapat terjadi pada
pembuluh darah kecil (mikrovaskular) berupa kelainan pada retina mata,
glomerulus ginjal, syaraf dan pada otot jantung (kardiomiopati). Pada pembuluh
darah besar, manifestasi komplikasi kronik DM dapat terjadi pada pembuluh
darah serebral, jantung (penyakit jantung koroner) dan pembuluh darah perifer
(tungkai bawah). Komplikasi lain DM dapat berupa kerentanan berlebih terhadap
infeksi dengan akibat mudahnya terjadi infeksi saluran kemih, tuberkulosis paru
dan infeksi kaki, yang kemudian dapat berkembang menjadi ulkus/gangren
diabetes. Diabetes mellitus adalah sebagai penyebab utama amputasi ekstremitas
bawah non traumatik di Amerika Serikat. Amputasi kaki karena diabetes
merupakan 50 % total amputasi di Amerika Serikat.
1
Pada laporan kasus ini akan membahas tentang kaki diabetes yang
merupakan salah satu jenis komplikasi DM yang dicetuskan oleh keadaan
hiperglikemi. Kondisi ini merupakan akumulasi efek hiperglikemia dengan
akibatnya terhadap saraf, vaskuler, imunologis, protein jaringan, trauma serta
mikroorganisma saling berinteraksi menimbulkan ulserasi dan infeksi kaki.
BAB II
LAPORAN KASUS
2.1. Identifikasi
Nama : Ny.B
Jenis kelamin : Perempuan
Usia : 65 tahun
Kebangsaan : Indonesia
Agama : Islam
Status : Menikah
Pekerjaan : Tidak ada
Alamat : Dusun II Tlg. Pengeran ilir pemulutan barat
Tanggal masuk : 04 Mei 2013
2.2. Anamnesis
Keluhan Utama:
Terdapat Luka yang tidak sembuh-sembuh di kaki sebelah kiri
Riwayat Perjalanan Penyakit:
Kisaran lebih 2 bulan yang lalu penderita mengalami luka pada kaki
sebelah kiri karena terpeleset. Luka tersebut tidak sembuh-sembuh. Sehari
setelah itu pendertia mengalami bengkak pada daerah yang luka kemudian
penderita merendam kakinya dengan menggunakan air hangat yang
dicampur garam, namun bengkak tersebut tidak berkurang. Penderita sering
terbangun untuk kencing pada malam hari, mudah haus dan badan terasa
lemas. Penderita berobat ke dokter praktek umum, kemudian diperiksa gula
darahnya, penderita dinaytakan mengalami kencing manis lalu diberikan
tiga jenis obat makan yang penderita lupa nama obatnya namun penderita
tidak meminum obatnya, juga obat merah dan perban untuk lukanya,
penderita dirujuk ke RSUD Palembang BARI namun penderita tidak mau.
Kisaran 1 bulan yang lalu penderita merasakan luka tersebut tidak
kunjung sembuh, luka mulai menghitam dan mengeluarkan bau busuk,
semakin lama luka tersebut semakin meluas ke seluruh jari kaki kiri
penderita. Penderita juga merasakan nyeri yang terus menerus.
Riwayat Penyakit Dahulu:
Riwayat penyakit dengan keluhan yang sama disangkal oleh
penderita.
Riwayat Penyakit dalam Keluarga:
Dari keluarga tidak ada yang menderita Diabetes melitus (-),
Hipertensi (-), Jantung (-).
Riwayat Kebiasaan :
Merokok (-). Minum alkohol (-). Olahraga (-).
2.3. Pemeriksaan Fisik
Status Generalis
- Keadaan umum : Tampak Sakit Sedang
- Kesadaran : Compos Mentis
- Tekanan darah : 160/100 mmHg
- Nadi : 80 x/menit
- Pernapasan : 24 x/menit
- Suhu : 36,3 0
C
- Kepala :
Normocephali, rambut hitam dan tidak mudah rontok, sudut nasolabialis
simetris.
a. Mata : edema palpebra (-/-), konjungtiva anemis (+/+), sklera
ikterik (-/-), pupil isokor, refleks cahaya (+/+),
b. Hidung : sekret (-/-), napas cuping hidung (-/-)
c. Mulut dan Tenggorokkan : mukosa bibir anemis (-), sianosis (-), lidah
kotor (-), tonsil T1/T1, faring hipermis (-)
d. Telinga : nyeri tekan tragus (-/-), gangguan pendengaran (-/-)
- Leher :
Inspeksi : simetris, massa (-)
Palpasi : pembesaran kelenjar tiroid (-), pembesaran KGB (-)
JVP : 5-2 cmH2O
- Thorax :
Simetris, gerak napas tertinggal (-/-)
Pulmo :
a. Inspeksi : sela iga melebar (-/-), otot bantuan napas (-/-)
b. Palpasi : vokal fremitus hemitoraks dextra = sinistra
c. Perkusi : sonor, batas paru-hepar ICS VI
d. Auskutasi : vesikuler (+/+) normal, ronki (-/-), wheezing (-/-)
Cor :
a. Inspeksi : iktus kordis tidak tampak
b. Palpasi : iktus kordis teraba di ICS VI linea mid clavicula sinistra
c. Perkusi : batas atas : ICS II
batas kanan : linea parasternalis dextra
batas kiri : ICS VI linea mid aksilaris anterior sinistra
d. Auskultasi : S1/S2 (+) reguler, murmur (-), gallop (-)
- Abdomen
Inspeksi : datar, lemas, massa (-)
Palpasi : nyeri tekan (-), teraba massa (-), hepar-lien tidak teraba
Perkusi : timpani, nyeri ketok (-)
Auskultasi : bising usus (+) normal
- Ekstremitas
a. Superior : akral hangat, edema (-/-) sianosis (-/-), CRT < 2 detik
b. Inferior : akral hangat, edema (-/-), pitting edema (-/-), sianosis (-/-),
CRT < 2 detik, sinistra: terdapat gangrene di daerah pedis
- Genitalia
Tidak diperiksa
- Status Lokalis
Region pedis sinistra
I : Warna kulit kehitaman pada seluruh jari kaki dan ½ distal pedis,
terdapat pus
P: Konsistensi lembut
2.4. Pemeriksaan Penunjang
a. Pemeriksaan Laboratorium
Hasil pemeriksaan laboratorium pre-operasi tanggal 5 Mei 2013
Pemeriksaan Hasil Nilai normal
Hemoglobin 8,0 g/dl 12 – 14 g/dl
Leukosit 15.700 /µL 500 – 10000 /µL
Trombosit 502.000/µL 150.000 – 400.000 /µL
Hematokrit 25% 37 – 43%
Glukosa puasa 158 70-110 mg/dl
Glukosa 2 jam PP 178 <140 mg/dl
Protein total 5,2 6,7-8,7 g/dl
albumin 2,2 3,8-5,1 g/dl
Globulin 3,0 1,5-3,0 g/dl
Ureum 16 20-40 mg/dl
Creatinin 0,62 0,6-1,1 mg/dl
2.5 Diagnosis Banding
- Buerger Disease (Thromboangiitis Obliterans)
2.6 Diagnosis Kerja
Gangrene pedis sinistra+hipertensi grade II+ Anemia
2.7 Penatalaksanaan
a. Operasi : Amputasi
b. Instruksi Post Operasi
1. Pengobatan umum
- Bed rest total
- IVFD RL gtt xx x/menit
- Transfuse PRC 1 kolf
2. Medikamentosa
- Inj Ketorolac 1 amp
2.8 Prognosis
Quo ad vitam : Dubia ad Bonam
Quo ad functionam : Dubia ad Bonam
FOLLOF UP POST OP H+1
Subjektif :
Nyeri di daerah bekas operasi
Objektif
Keadaan Umum : Baik
Kesadaran : Composmentis
Tekanan Darah : 120/80 mmHg
Suhu : 36,3 C
Nadi : 90 x/menit
RR : 24 x/menit
Asessment
Gangrene pedis sinistra Post Op Amputasi hari pertama
Pengobatan
- Bed rest total
- IUFD RL gtt xx x/menit
- Transfuse PRC 1 kolf
FOLLOF UP POST OP H+2
Subjektif :
Tidak ada
Objektif
Keadaan Umum : Baik
Kesadaran : Compos Mentis
Tekanan Darah : 130/80 mmHg
Suhu : 36,7 C
Nadi : 80 x/menit
RR : 22 x/menit
BAB III
TINJAUAN PUSTAKA
3.1 Definisi
Ulkus diabetika merupakan luka terbuka pada permukaan kulit karena
adanya komplikasi makroangiopati sehingga terjadi vaskuler insusifiensi dan
neuropati, yang lebih lanjut terdapat luka pada penderita yang sering tidak
dirasakan, dan dapat berkembang menjadi infeksi disebabkan oleh bakteri aerob
maupun anaerob. 1,2
Kaki diabetik adalah kelainan pada tungkai bawah yang merupakan
komplikasi kronik diabetes mellitus. Suatu penyakit pada penderita diabetes
bagian kaki, dengan gejala dan tanda sebagai berikut :
1. Sering kesemutan/gringgingan (asmiptomatus).
2. Jarak tampak menjadi lebih pendek (klaudilasio intermil).
3. Nyeri saat istirahat.
4. Kerusakan jaringan (necrosis, ulkus).
3.2 Patogenesis
Kaki diabetes merupakan kombinasi antara arteriosklerosis ke-2 tersering
setelah arteriosklerosis pembuluh koroner, dan yang terserang pembuluh darah
tungkai bawah. Umumnya kelainan ini dikenal sebagai PVD (Peripheral
Vascular Disease). Ada 3 faktor yang dipandang sebagai predisposisi kerusakan
jaringan pada kaki diabetes, yaitu neuropati, PVD, dan infeksi. Jarang sekali
infeksi sebagai faktor tunggal, tetapi seringkali merupakan komplikasi iskemia
maupun neuropati. Dari segi praktis maka kaki diabetic dapat dipandang sebagai
kaki iskemia ataupun kaki neuropatik.3
Pada kaki neuropatik, somatic dan otonom rusak, namun sirkulasi masih
intak sehingga nadi teraba jelas, secara klinis kaki teraba hangat, sensasi terhadap
rabaan berkurang, dan kering. Komplikasi kaki neuropatik ini ada 3 macam :
ulkus neuropatik, sendi neuropatik (sendi Charcot) dan edema neuropatik.
3.2.1 Patogenesis Neuropati
Susunan saraf sangat rentan terhadap komplikasi diabetes mellitus. Secara
patogenetik, ada 3 faktor utama (metabolik, autonom, vaskuler) yang dapat
dianggap sebagai sebab terjadinya neuropati pada diabetes mellitus. Diabetes
mellitus bersama faktor genetik, dan lingkungan (misalnya alkohol) akan lewat
ke-3 faktor tersebut memberi neuropati klinis. Faktor metabolik : kenaikan poliol,
sorbitol / osmotik poliol (hasil reduksi glukosa oleh enzim yang banyak tertimbun
pada sel tubuh penderita DM), fruktosa, kurangnya kontrol gula darah, dan
penurunan mioinositol dan Na+/K+ATP menyebabkan demielinasi artrofi akson;
otoimum lewat anti gangliosid dan anti GAD menyebabkan neuropati, gangguan
vascular karena menutupnya vasa vasorum, trauma memberi hipoksia endoneurial
yang selanjutnya menyebabkan demielinisasi segmental. Adapun faktor lain
seperti kelainan agregasi trombosit, kelainan etiologi sel darah merah dan
hematologic, proses AGEs serta adanya kompleks imum di sirkulasi
berpengaruh terhadap neuropati ini.4,6
Gambar 3.1. Perubahan yang terjadi pada kaki DM
3.2.2 Patogenesis Angiopati
Penderita DM akan mengalami perubahan vaskuler berupa arteriosklerosis.
Patologi tersebut disebabkan oleh karena gangguan metabolisme karbohidrat
dalam pembuluh darah, peningkatan kadar trigliserida dan kolesterol. Hal tersebut
akan diperberat dengan kadar gula darah yang tidak terkontrol.
Lesi vaskuler berupa penebalan pada membran basal pembuluh darah
kapiler yang diakibatkan karena disposisi yang berlebihan mukoprotein dan
kolagen. Pembuluh darah arteri yang paling sering terkena adalah arteri tibialis
dan poplitea. Adanya trombus, emboli maupun tromboemboli menyebabkan
penyempitan lumen pembuluh darah. Selanjutnya oklusi dapat menjadi total dan
jika perfusi darah dari aliran kolateral tidak mencukupi kebutuhan maka terjadi
iskemia. Iskemia yang ringan menimbulkan gejala claudicatio intermitten dan
yang paling berat dapat mengakibatkan gangren.
Kelainan vaskuler yang berukuran kecil seperti arteriol dan kapiler,
menyebabkan ketidakcukupan oksigen dan nutrisi yang terbatas pada jari atau
sebagian kecil kulit. Kemudian, bagian yang iskemi tersebut mengalami ulserasi,
infeksi ataupun gangren. Sebaliknya, jika pembuluh nadi atau arteri yang
mengalami gangguan berukuran lebih besar maka gangguan oksigenasi jaringan
akan lebih luas. Adanya trombus yang menyumbat lumen arteri akan
menimbulkan gangren yang luas bila mengenai pembuluh darah yang sedang atau
besar. Faktor lingkungan, terutama adalah trauma akut maupun kronis (akibat
tekanan sepatu, benda tajam dan gangguan vaskuler perifer baik akibat
makrovaskuler (aterosklerosis) maupun karena gangguan yang bersifat
mikrovaskuler menyebabkan terjadinya iskemia kaki dan sebagainya) merupakan
faktor yang memulai terjadinya ulkus.6,7
3.2.3 Patogenesis Infeksi
Pada prinsipnya penderita diabetes melitus lebih rentan terhadap infeksi
daripada orang sehat. Keadaan infeksi sering ditemukan sudah dalam kondisi
serius karena gejala klinis yang tidak begitu dirasakan dan diperhatikan penderita.
Faktor-faktor yang merupakan risiko timbulnya infeksi yaitu:
a. faktor imunologi
-produksi antibodi menurun
-peningkatan produksi steroid dari kelenjar adrenal
-daya fagositosis granulosit menurun
b. faktor metabolik
- hiperglikemia
-benda keton mengakibatkan asam laktat menurun daya bakterisidnya
-glikogen hepar dan kulit menurun
c. faktor angiopati diabetika
d. faktor neuropati
Beberapa bentuk infeksi kaki diabetik antara lain: infeksi pada ulkus telapak
kaki, selulitis atau flegmon non supuratif dorsum pedis dan abses dalam rongga
telapak kaki. Pada ulkus yang mengalami gangren atau ulkus gangrenosa
ditemukan infeksi kuman Gram positif, negatif dan anaerob.
Pada kaki diabetik yang disertai infeksi, berdasarkan letak serta penyebabnya
dibagi menjadi 3 kelompok yaitu:
1. Abses pada deep plantar space
2. Selulitis non supuratif dorsum pedis
3. Ulkus perforasi pada telapak kaki
Gambar 3.2. Mekanisme terjadinya ulkus kaki diabetik
3.3 Faktor Risiko
Faktor risiko terjadi ulkus diabetika pada penderita Diabetes mellitus
menurut Lipsky dengan modifikasi dikutip oleh Riyanto dkk. terdiri atas :
a. Faktor-faktor risiko yang tidak dapat diubah :6,7
1) Umur ≥ 60 tahun.
2) Lama DM ≥ 10 tahun.
b. Faktor-Faktor Risiko yang dapat diubah : (termasuk kebiasaan dan gaya hidup)
1) Neuropati (sensorik, motorik, perifer).
2) Obesitas.
3) Hipertensi.
4) Glikolisasi Hemoglobin (HbA1C) tidak terkontrol.
5) Kadar glukosa darah tidak terkontrol.
6) Insusifiensi Vaskuler karena adanya Aterosklerosis yang disebabkan :
a) Kolesterol Total tidak terkontrol.
b) Kolesterol HDL tidak terkontrol.
c) Trigliserida tidak terkontrol.
7) Kebiasaan merokok.
8) Ketidakpatuhan Diet DM.
9) Kurangnya aktivitas Fisik.
10) Pengobatan tidak teratur.
11) Perawatan kaki tidak teratur.
12) Penggunaan alas kaki tidak tepat
Faktor-faktor risiko terjadinya ulkus diabetika lebih lanjut dijelaskan
sebagai berikut :
a. Umur ≥ 60 tahun.
Umur, menurut penelitian di Swiss dikutip oleh Suwondo bahwa penderita
ulkus diabetika 6% pada usia < 55 tahun dan 74% pada usia ≥ 60 tahun. Penelitian
kasus kontrol di Iowa oleh Robert menunjukkan bahwa umur penderita ulkus
diabetika pada usia tua ≥ 60 tahun 3 kali lebih banyak dari usia muda < 55 tahun.
Umur ≥ 60 tahun berkaitan dengan terjadinya ulkus diabetika karena pada usia
tua, fungsi tubuh secara fisiologis menurun karena proses aging terjadi penurunan
sekresi atau resistensi insulin sehingga kemampuan fungsi tubuh terhadap
pengendalian glukosa darah yang tinggi kurang optimal. Penelitian di Amerika
Serikat dikutip oleh Rochmah W menunjukkan bahwa dari tahun 1996-1997 pada
lansia umur > 60 tahun, didapatkan hanya 12% saja pada usia tua dengan DM
yang kadar glukosa darah terkendali, 8% kadar kolesterol normal, hipertensi 40%,
dan 50% mengalami gangguan pada aterosklerosis, makroangiopati, yang faktor -
faktor tersebut akan mempengaruhi penurunan sirkulasi darah salah satunya
pembuluh darah besar atau sedang di tungkai yang lebih mudah terjadi ulkus
diabetika.
b. Lama DM ≥ 10 tahun.
Penelitian di USA oleh Boyko pada 749 penderita Diabetes mellitus dengan
hasil bahwa lama menderita DM ≥ 10 tahun merupakan faktor risiko terjadinya
ulkus diabetika dengan RR-nya sebesar 3 (95 % CI : 1,2 – 6,9).
Ulkus diabetika terutama terjadi pada penderita Diabetes mellitus yang telah
menderita 10 tahun atau lebih, apabila kadar glukosa darah tidak terkendali,
karena akan muncul komplikasi yang berhubungan dengan vaskuler sehingga
mengalami makroangiopati-mikroangiopati yang akan terjadi vaskulopati dan
neuropati yang mengakibatkan menurunnya sirkulasi darah dan adanya
robekan/luka pada kaki penderita diabetik yang sering tidak dirasakan.
3.4. Anamnesis
Informasi penting adalah pasien telah mengidap DM sejak lama. Gejala-
gejala neuropati diabetik yang sering ditemukan adalah kesemutan, rasa panas di
telapak kaki, kram, badan sakit semua terutama malam hari. Gejala neuropati
menyebabkan hilang atau menurunnya rasa nyeri pada kaki, sehingga apabila
penderita mendapat trauma akan sedikit atau tidak merasakan nyeri sehingga
mengakibatkan luka pada kaki.
Manifestasi gangguan pembuluh darah berupa nyeri tungkai sesudah
berjalan pada jarak tertentu akibat aliran darah ke tungkai yang berkurang
(klaudikasio intermiten). Manifestasi lain berupa ujung jari terasa dingin, nyeri
kaki di waktu malam, denyut arteri hilang dan kaki menjadi pucat bila dinaikkan..
Adanya angiopati ini menyebabkan penurunan suplai nutrisi dan oksigen sehingga
menyebabkan luka yang sukar sembuh.
Ketika melakukan skrining untuk mengidentifikasi pasien dengan resiko
kaki diabetes, ada tiga pertanyaan yang dapat membantu mengidentifikasi resiko
terjadinya ulkus.2
1. Apakah pasien mempunyai riwayat amputasi kaki, ulkus, atau artropati
Charcot?
2. Apakah terjadi hilangnya sensasi perlindungan?
3. Apakah ada deformitas atau mobilitas sendi yang terbatas?
Seorang klinisi harus menanyakan faktor-faktor yang diketahui
berhubungan dengan ulkus kaki seperti riwayat terjadinya ulkus kaki sebelumnya,
riwayat amputasi ekstremitas bawah, atau adanya fraktur neuropatik. Segmen
populasi ini telah menunjukkan bahwa mereka mempunyai resiko tertinggi
mengalami ulkus kaki berikutnya. Mereka adalah kelompok resiko yang paling
mudah untuk diidentifikasi, dan kelompok yang paling membutuhkan penilaian
kaki yang rutin, edukasi yang intensif, sepatu terapeutik, bantalan stocking, dan
kontrol glukosa darah yang tepat. Ulkus yang baru saja didapat, riwayat memiliki
2
ulkus, atau amputasi meningkatkan resiko terjadinya ulkus yang lebih lanjut,
infeksi, dan amputasi.3,4
Secara umum, hal ini bisa menjadi tambahan bagi tiga faktor kunci.
Pertama, ulkus yang terjadi berikutnya, kulit plantar pada daerah tersebut bisa jadi
kurang kenyal dan kuat untuk menerima tekanan yang berulang dan selanjutnya
lebih cenderung untuk mengalami kerusakan berikutnya. Yang kedua, orang-
orang dengan amputasi kaki parsial sering berkembang menjadi deformitas
sekunder lokal pada kaki sampai ketidakseimbangan biomekanikal yang dapat
mengembangkan pusat tekanan lebih lanjut. Tentu saja orang-orang dengan
amputasi tingkat tinggi seperti di bawah atau atas lutut cenderung untuk lebih
bergantung pada tungkai yang tersisa untuk bergerak atau berjalan dan kemudian
meningkatkan resiko kerusakan jaringan. Yang terakhir, dan mungkin yang paling
penting, orang-orang dengan riwayat ulkus atau amputasi, secara umum
mempunyai semua faktor resiko untuk terjadinya ulkus berulang. Hal ini dapat
dibuktikan dengan adanya fakta bahwa 6-10 orang dengan riwayat ulkus akan
membentuk ulkus yang lain dalam kurun waktu 1 tahun pada saat penyembuhan
luka.5,6
Neuropati adalah komponen mayor untuk hamper seluruh ulkus diabetes.7
Tanpa kehilangan sensasi protektif, pasien tidak akan mengalami ulkus. Hal ini
dijelaskan sebagai sebuah tingkatan dimana kehilangan sensorik membiarkan
pasien untuk melukai diri mereka sendiri tanpa menyadari adanya luka.
Kerentanan terhadap trauma fisik dan termal meningkatkan resiko terjadinya
ulkus kaki tujuh kali lipat.8
Pencegahan terhadap ulkus kaki diabetes diawali
dengan skrining terhadap hilangnya sensasi protektif dan adanya bukti-bukti yang
kuat dapat menyaring semua pasien diabetes untuk menemukan orang-orang yang
beresiko terjadinya ulkus kaki. Hilangnya sensasi protektif dapat dinilai dengan
menggunakan tuning fork, nilon 5.07/10-g Semmes–Weinstein monofilament
(SWM), Vibration Perception Threshold (VPT) meter yang telah disesuaikan, atau
dengan pemeriksaan fisik yang menyeluruh.9
Skrining untuk sensorik neuropati
paling baik ditentukan dengan pemeriksaan klinik dan [enggunaan beberapa alat
3
.
4
5
6
7
8
9
skrining. Instrumen seperti tuning fork, SWM, dan VPT bersifat noninvasive dan
sangat cepat digunakan. Cara termudah dan murah adalah dengan pemakaian
SWM yaitu nilon monofilamen 10 gauge. Tes positif apabila pasien tidak mampu
merasakan sentuhan monofilamen ketika ditekankan pada kaki walau
monofilamennya sampai bengkok. Kegagalan merasakan monofilamen 4 kali dari
sepuluh tempat yang berbeda mempunyai spesifitas 97% serta sensitifitas 83%.
Gambar 3.3
Neuropati dan deformitas kaki, bila digabungkan dengan tekanan yang
beulang atau konstan, dapat menyebabkan kegagalan integumen protektif dan
ulkus. Dalam sebuah studi pada pasien-pasien dengan neuropati perifer, 28%
pasien dengan tekanan plantar yang tinggi dapat berkembang menjadi ulkus kaki
dalam kurun waktu follow-up 2,5 tahun dibandingkan dengan tidak sama sekali
pada pasien dengan tekanan yang normal.10
3.5. Pemeriksaan fisik
Inspeksi
Kesan umum akan tampak kulit kaki yang kering dan pecah-pecah akibat
berkurangmya produksi keringat. Hal ini disebabkan karena denervasi struktur
kulit. Tampak pula hilangnya rambut kaki atau jari kaki, penebalan kuku, kalus
pada daerah daerah yang mengalami penekanan seperti pada tumit, plantar aspek
kaput metatarsal. Adanya deformitas berupa claw toe sering pada ibu jari. Pada
10
daerah yang mengalami penekanan tersebut merupakan lokasi ulkus diabetikum
karena trauma yang berulang-ulang tanpa atau sedikit dirasakan pasien.
Tergantung dari derajatnya saat kita temukan, ulkus yang terlihat mungkin hanya
suatu ulkus superfisial yang hanya terbatas pada kulit dengan dibatasi kalus yang
secara klinis tidak menunjukkan tanda–tanda infeksi. Pada derajat 3 tampak
adanya pus yang keluar dari ulkus. Gangren tampak sebagai daerah kehitaman
yang terbatas pada jari atau melibatkan seluruh kaki.11,13
Palpasi
Kulit yang kering serta pecah-pecah mudah dibedakan dengan kulit yang
sehat. Oklusi arteri akan menyebabkan perabaan dingin serta hilangnya pulsasi
pada arteri yang terlibat. Kalus disekeliling ulkus akan teraba sebagai daerah yang
tebal dan keras. Deskripsi ulkus harus jelas karena sangat mempengaruhi
prognosis serta tindakan yang akan dilakukan. Apabila pus tidak tampak maka
penekanan pada daerah sekitar ulkus sangat penting untuk mengetahui ada
tidaknya pus. Pintu masuk harus dibuka lebar untuk melihat luasnya kavitas serta
jaringan bawah kulit, otot, tendon serta tulang yang terlibat.
Pemeriksaan Vaskuler
Disamping gejala serta tanda adanya kelainan vaskuler, perlu diperiksa
dengan test vaskuler noninvasif yang meliputi pengukuran oksigen transkutaneus,
ankle-brachial index (ABI), dan absolute toe systolic presure. ABI didapat
dengan cara membagi tekanan sistolik betis dengan tekanan sistolik lengan.
Apabila didapat angka yang abnormal perlu dicurigai adanya iskemia. Arteriografi
perlu dilakukan untuk memastikan terjadinya oklusi arteri.
3.6. Gambaran Klinis
Gambaran klinis dibedakan :
1. Neuropathic Foot yang terdiri dari:
Ulkus neuropatik, Artropati neuropatik (Artropati Charcot ), Edema
neuropatik
A. Ulkus Neuropatik
Neuropati perifer diabetik dapat memberikan small fibreneuropathy yang
berakibat gangguan somatik dan otonom. Manifestasinya berupa hilangnya
sensasi panas dan nyeri sebelum rabaan dan fibrasi terganggu. Juga saraf simpatik
mengalami denervasi yang mengganggu aliran darah disebabkan karena terjadi
aliran yang berlebih dengan arteriovenous shunting disekitar kapiler-serta dilatasi
arteri perifer. Aliran darah yang miskin makanan ini mengurangi efektivitas dari
perfusi jaringan yang memang sudah berkurang. Disamping ini neuropati merusak
serabut C saraf sensorik sehingga terjadi gangguan nosiseptor. Jadi ulkus pada
kaki diabetik ini akibat iskemia, sering terlihat adanya gambaran gas.
Penyebabnya dapat karena Clostridium , E coli, Streptococus anaerob, dan
Bacteroides sp. Untuk melakukan identifikasi kasus yang rentan ulkus, kini
digunakan alat sederhana untuk screening, yaitu TCD (Tactile Circumferential
Discriminator) pada hallux yang korelasinya dengan menggunakan filament dan
ambang fibrasi yang cukup tinggi. Dalam menilai ulkus perlu dipastikan dalam
serta luasnya ulkus. Sering kita terkecoh karena kita anggap enteng, padahal lesi
ini merupakan puncak dari gunung es.
Secara klinis terlihat melebar pada kaki dan tungkai bawah pada sikap
berbaring. Kaki ada aliran lebih cepat dan vaskularitas lebih. Apabila ada
ulkus maka perlu diperhatikan kuman penyebab infeksinya. Kirim sample
untuk biakan bakteri.
Gambar 3.4. Ulkus Neuropati
B. Artropati Neuropatik
Kerusakan serabut motorik, sensorik dan autonom memudahkan
terjadinya atropati Charcot. Keadaan ini diduga akibat disfungsi saraf otonom
yang berakibat terjadi perfusi yang abnormal pada tulang-tulang kaki,
sehingga terjadi fragmentasi tulang dan kolaps arkus. Atropati Charcot atau
dengan nama lain “Rocker-bottom foot” ini rentan terhadap kerusakan
jaringan dan ulserasi. Gangguan vaskuler perifer baik akibat makrovaskuler
(aterosklerosis) maupun karena gangguan yang bersifat mikrovaskular
menyebabkan terjadinya iskemia kaki. Keadaan tersebut di samping menjadi
penyebab terjadinya ulkus juga mempersulit proses penyembuhan ulkus kaki.
Deformitas kaki sering berakibat pada ulcerasi. Penderita diabetes
cenderung mempunyai jari bengkok yang menekan jari tersebut, yang
berhubungan dengan menipis dan menggesernya timbunan lemak bawah caput
metatarsal pertama. Akibatnya daerah ini rawan ulserasi dan infeksi. Bentuk
yang ekstrim dari deformitas kaki ini, yaitu kaki Charcot. Sebab terjadinya fraktur
dan reabsorbsi tulang pada kaki Charcot ini belum jelas, tetapi diduga akibat
neuropati otonom (akibat gagalnya tonus vaskular ini akan meningkatkan aliran
darah, pembentukan shunt arteriovenosa dan resorbsi tulang padahal penderita
diabetes densitas tulang rendah) dan neuropati perifer (hilang rasa, sehingga
pasien masih aktif berjalan dan sebagainya meskipun tulang fraktur). Akibatnya
ada fraktur, kolaps sendi, dan deformitaskaki. Awalnya kaki Charcot ini akut:
panas, merah, dengan nadi yang keras, dengan atau tanpa trauma (perlu di DD
dengan selulitis). Pada stadium 4 mudah sekali terjadi ulkus dan infeksi dan
gangren yang dapat berakibat amputasi
Gambar 3.5. Lokasi-lokasi tempat terjadinya ulkus DM neuropati
C. Edema Neuropatik
Merupakan komplikasi terjarang dari kaki diabetik, dimana terdapat edema
(pitting) kaki dan tungkai bawah yang berhubungan dengan kerusakan saraf tepi
(kesampingkan dulu sebab kardial dan renal). Gangguan saraf simpatis berakibat
edema dan venous pooling yang abnormal, juga vasomotor refleks hilang pada
sikap berdiri.
2. Neuro-ischemic foot
Gambaran tungkai ini gabungan antara kelainan arterosklerosis
yang dipercepat pada diabetes dan neuropathic foot. Keluhan
klaudikasio intermitten, nyeri tungkai waktu istirahat, dengan ulserasi
dan gangren. Umumnya rest pain diwaktu malam, dan berkurang pada
sikap kaki yang tergantung. Untuk membedakan dengan ulkus
neuropatik, disini ulkusnya nyeri, satu nekrosis, dilingkari pinggiran
eritemateus dan tidak disertai callus. Predileksi di ibu jari, tepi medial
metatarsal I, atau tepilateral metatarsal V, serta tumit. Perlu diperiksa
pembuluh darah arteri, kalau perlu dengan arteriografi.
3.7. Klasifikasi ulkus diabetik
Klasifikasi ulkus diabetik berguna untuk menyamaratakan bahasa dalam
deskripsi dan kondisi ulkus, serta untuk kepentingan manajemen/ terapi. Ada
beberapa sistem klasifikasi untuk menilai gradasi lesi, salah satunya yang banyak
digunakan adalah klasifikasi ulkus DM berdasarkan University of Texas
Classification System. Sistem klasifikasi ini menilai lesi bukan hanya faktor
dalamnya lesi, tetapi juga menilai ada tidaknya faktor infeksi dan iskemia. (tabel
1).
Tabel 3.1, Klasifikasi ulkus DM berdasarkan University of Texas Classification
System
Berdasarkan dalamnya luka, derajat infeksi dan derajat gangren ,maka dibuat
klasifikasi derajat lesi pada kaki diabetik menurut Wagner.
Tabel 3.2. Klasifikasi Wagner untuk kaki diabetic
Tingkat Karakteristik kaki
Derajat 0 Tidak ada ulserasi, tetapi beresiko tinggi walaupun tidak ada
ulserasi, untuk menjadi kaki diabetik. Penderita dalam kelompok ini
perlu mendapat perhatian khusus. Pengamatan berkala, perawatan
kaki yang baik dan penyuluhan penting untuk mencegah ulserasi.
Derajat I Ulkus superfisial, tanpa infeksi disebut juga ulkus neuropatik, oleh
karena itu lebih sering ditemukan pada daerah kaki yang banyak
mengalami tekanan berat badan yaitu di daerah ibu jari kaki dan
plantar. Sering terlihat adanya kallus.
Derajat II Ulkus dalam, disertai selulitis, tanpa abses atau kelainan tulang
Adanya ulkus dalam, sering disertai infeksi tetapi tanpa adanya
kelainan tulang.
Derajat III Ulkus dalam disertai kelainan kulit dan abses luas yang dalam.
Derajat IV Gangren terbatas yaitu hanya pada ibu jari kaki, tumit Penyebab
utama adalah iskemi, oleh karena itu disebut juga ulkus iskemi yang
terbatas pada daerah tertentu.
Derajat V Gangren seluruh kaki Biasanya oleh karena sumbatan arteri besar,
tetapi juga ada kelainan neuropati dan infeksi.
3.8. Diagnosis Banding
Infeksi skeletal dan jaringan lunak kaki tidak terbatas hanya disebabkan
oleh diabetes mellitus. Oleh sebab itu, perlu dipertimbangkan beberapa kondisi
yang dapat menjadi diagnosis banding, sehubungan dengan infeksi dan struktur
yang mengenainya.
- Buerger Disease (Thromboangiitis Obliterans)
3.9. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan penunjang yang bisa dilakukan untuk menegakkan diagnosis
secara pasti adalah dengan melakukan pemeriksaan lengkap yakni pemeriksaan
CBC (Complete Blood Count), pemeriksaan gula darah, fungsi ginjal, fungsi
hepar, elektrolit.
Untuk menentukan patensi vaskuler dapat digunakan beberapa pemeriksaan
non invasif seperti; (ankle brachial index/ ABI) yang sudah dijelaskan pada
pemeriksaan fisik. Pemeriksaan lainnya ialah transcutaneous oxygen
tension (TcP02), USG color Doppler atau menggunakan pemeriksaan invasif
seperti; digital subtraction angiography (DSA), magnetic resonance
angiography (MRA) atau computed tomography angoigraphy(CTA ).
Apabila diagnosis adanya penyakit obstruksi vaskuler perifer masih
diragukan, atau apabila direncanakan akan dilakukan tindakan revaskularisasi
maka pemeriksaan digital subtraction angiography, CTA atau MRA perlu
dikerjakan. Gold standard untuk diagnosis dan evaluasi obstruksi vaskuler perifer
adalah DSA. Pemeriksaan DSA perlu dilakukan bila intervensi endovascular
menjadi pilihan terapi.
Pemeriksaan foto polos radiologis pada pedis juga penting untuk
mengetahui ada tidaknya komplikasi osteomielitis. Pada foto tampak
gambarandestruksi tulang dan osteolitik.
3.10. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan kaki diabetes dapat dibagi dalam 2 kelompok besar, yaitu
pencegahan terjadinya kaki diabetes dan terjadinya ulkus (pencegahan primer
sebelum terjadi perlukaan pada kulit) dan pencegahan agar tidak terjadi kecacatan
yang lebih parah (pencegahan sekunder dan pengelolaan ulkus/gangren diabetes
yang sudah terjadi).5,8
Prinsip dasar yang baik pengelolaan terhadap ulcus/gangrene diabetic
adalah :
1. Evaluasi tukak yang baik : keadaan klinis luka, dalamnya luka, gambaran
radiologi (benda asing, osteomielitis, adanya gas sub kutis), lokasi, biopsy
vaskularisasi (non invasive).
2. Pengelolaan terhadap neuropati diabetic
3. Pengendalian keadaan metabolic sebaik-baiknya
4. Debridement luka yang adekuat, radikal
5. Biakan kuman (aerobic dan anaerobic)
6. Antibiotic oral-parental
7. Perawatan luka yang baik
8. Mengurangi edema
9. Non weight bearing (tirah baring, tongkat penyangga, kursi roda, alas kaki
khusus, total kontak casting)
10. Perbaikan sirkulasi, atau bedah vascular
11. Nutrisi
12. Rehabilitasi
13. Debridement danPembalutan
Pada dasarnya, terapi ulkus diabetikum sama dengan terapi pada
luka lain,yaitu mempersiapkan bed luka yang baik untuk menunjang
tumbuhnya jaringan granulasi, sehingga proses penyembuhan luka dapat
terjadi. Kita mengenalnya dengan istilah preparasi bed luka. Debridement
merupakan tahapan yang penting dalam proses penyembuhan luka. Buang
jaringan mati, jaringan hyperkeratosis dan membuat drainase yang baik,
dan jika diperlukan dilakukan secara berulang. Perlu disadari bahwa
setelah tindakan ini, luka menjadi lebih besar dan berdarah. Harus
diketahui bahwa tidak ada obat-obatan topikal yang dapat menggantikan
debridement yang baik dengan teknik yang benar dan proses
penyembuhan luka selalu dimulai dari jaringan yang bersih.
Pada beberapa kondisi tidak memerlukan tindakan debridement
seperti pada gangren yang kering, ulkus yang menyembuh dengan
scar dan ulkus pada tungkai dengan sirkulasi yang buruk.
Proses debridement adalah proses usaha menghilangkan jaringan
nekrotik atau jaringan nonvital dan jaringan yang sangat terkontaminasi
dari bed luka dengan mempertahankan secara maksimal struktur anatomi
yang penting seperti saraf, pembuluh darah, tendo dan tulang. Tujuan
dasar dari debridement adalah mengurangi kontaminasi pada luka untuk
mengontrol dan mencegah infeksi. Ada beberapa jenis debridement, yaitu:
Autolytic debridement; Enzym ayic debridement; Mechanical
debridement; biological debridement; surgical debridement.
Kontrol bakteri adalah satu hal penting yang harus diperhatikan.
Hasil eksperimen menunjukkan jumlah antara 105-106 organisme/gram di
bed luka akan mengganggu penyembuhan luka. Mengelola eksudat
merupakan hal yang penting dalam pengelolaan luka. Cara terbaik untuk
melihat bed luka yang tidak sembuh pada luka kronik adalah dengan
menilai eksudat. Pengelolaan eksudat dapat dilakukan secara direct
maupun indirect. Direct dilakukan dengan balut tekan disertai highly
absorbent dressing atau vacuum mechanical. Bisa juga dilakukan
pencucian dan irigasi menggunakan NaCl 0,9% atau air steril. Indirect,
prosedur ini ditujukan untuk mengurangi penyebab yang mendasari koloni
bakteri yang ekstrim.
Sebelum tindakan bedah (debridement), kondisi yang harus
diperhatikan adalah keadaan umum yang meliputi serum protein > 6,2
g/dl, serum albumin>3,5 g/dl, total limfosit >1500 sel/mm3. Pemeriksaan
kultur diperlukan terutama pada ulkus yang dalam dan diambil dari
jaringan yang dalam. Diperlukan debridement yang optimal sampai nampak
jaringan yang sehat dengan cara membuang semua jaringan nekrotik.
Debridement yang tidak optimal akan menghambat penyembuhan ulkus.
Pada penanganan infeksi, debridement merupakan langkah awal
yang sangat bermanfaat untuk mengurangi lama pemberian antibiotik dan
mengurangi angka amputasi. Kultur sebaiknya dilakukan setelah atau
sewaktu dilakukan debridement. Kultur yang didapat dari hapusan luka
luar, sudah dibuktikan memiliki korelasi yang buruk dengan kuman
pathogen sebenarnya.
Merendam luka tidak memberikan keuntungan walaupun secara. Tradisionil
masih sering dilakukan, bahkan dapat merugikan karena terjadinya maserasi dan
infeksi sekunder. Selainitu karena kulit penderita tidak sensitif sering terjadi luka
bakar akibat penderita bermaksud merendam lukanya dengan air hangat, ternyata
yang digunakan adalah air panas.
Penggunaanobatbakterisidal topikalsepertipovidone iodine asamasetat,
kalium permanganas hidrogen peroksida dan natrium hipokhlorit perlu
dipertimbangkan keuntungannya. Walaupun bahan-bahan tersebut dapat
membunuh bakteri yang ada di permukaan kulit tetapi bahan tersebut juga
bersifat sitotoksik terhadap jaringan granulasi sehingga menghambat
penyembuhan luka. Kita juga harus hati-hati dalam penggunaan antibiotik
topikal, dan biasanya hanya digunakan untuk ulkus yang dangkal dengan
waktu penggunaan tidak boleh lebih dari 2 minggu.
Antibiotika
Adapun prinsip-prinsip penggunaan antibiotik pada kaki diabetik :
1) Pilihlah antibiotik yang paling potent terhadap bakteri - bakteri
ditempat yang dicurigai sebagai lokasi (site infeksi).
2) Harus diketahui potensi antibiotik yang kita pilih terhadap bakteri-
bakteri tertentu. Antibiotik yang mempunyai potensi baik,
memungkinkan pemberian dosis yang kecil khususnya pada infeksi
yang ringan - sedang.
3) Spektrum antibiotik. Pada infeksi yang dalam dan mengancam jiwa
biasanya penyebabnya polymicrobial. Sehingga gunakan antibiotik
yang melawan aerob gram positif, aerob gram negatif, dan anaerob.
Pada ulkus diabetika ringan/sedang antibiotika yang diberikan
difokuskan pada patogen Gram positif. Pada ulkus terinfeksi yang
berat (limb or life threatening infection) kuman lebih bersifat
polimikrobial (mencakup bakteri Gram positif berbentuk coccus, Gram
negatif berbentuk batang, dan bakteri anaerob). Antibiotika harus
bersifat broad spectrum dan diberikan secara injeksi.
Kriteria Terapi Pembedahan pada Kaki Diabetik
• Kriteria terapi konservatif
Klinis : - Pulsasi arteri tungkai dan pedis teraba
- Nutirisi kulit cukup
- Tidak ada deformitas
- Nekrosis atau jaringan infeksi dapat dikendalikan
Radiologis : tidak ada tanda-tanda osteomielitis
• Criteria amputasi lokal / trans-metatarsal
Klinis : - Gangrene pada jari kaki atau meluas hanya ke distal kaki
penderita
- Nutrisi kulit cukup
- Infeksi dapat dikendalikan
- Pulsasi arteri poplitea dapat teraba
Radiologis : ada tanda-tanda osteomielitis
• Criteria amputasi bawah lutut
Klinis : - Gangrene dan edema pada kaki, menyebar sampai ke angkle
- Infeksi tidak dapat dikendalikan
- Pulsasi poplitea tidak teraba
Radiologi : ada tanda-tanda osteomielitis
• Criteria amputasi atas lutut
Klinis : - Gangrene menyebar ke atas pergelangan kaki sampai sepertiga
tungkai
- Infeksi tidak dapat dikendalikan
- Nutrisi kulit buruk
- Pulsasi poplitea tidak teraba
Radiologi : sirkulasi buruk, ada tanda-tanda osteomielitis, perubahan
neuropati pada sendi subtalar dan midtalar.
BAB IV
ANALISIS KASUS
Seorang perempuan 65 tahun datang ke RSUD. Palembang Bari dengan
keluhan kisaran lebih 2 bulan yang lalu penderita mengalami luka pada kaki
sebelah kiri karena terpeleset. Luka tersebut tidak sembuh-sembuh. Sehari setelah
itu pendertia mengalami bengkak pada daerah yang luka kemudian penderita
merendam kakinya dengan menggunakan air hangat yang dicampur garam, namun
bengkak tersebut tidak berkurang. Penderita sering terbangun untuk kencing pada
malam hari, mudah haus dan badan terasa lemas. Penderita berobat ke dokter
praktek umum, kemudian diperiksa gula darahnya, penderita dinaytakan
mengalami kencing manis lalu diberikan tiga jenis obat makan yang penderita
lupa nama obatnya namun penderita tidak meminum obatnya, juga obat merah
dan perban untuk lukanya, penderita dirujuk ke RSUD Palembang BARI namun
penderita tidak mau. Kisaran 1 bulan yang lalu penderita merasakan luka tersebut
tidak kunjung sembuh, luka mulai menghitam dan mengeluarkan bau busuk,
semakin lama luka tersebut semakin meluas ke seluruh jari kaki kiri penderita.
Penderita juga merasakan nyeri yang terus menerus.
Dari keluhan utama dan riwayat perjalanan penyakit ini dapat dipikirkan
diagnosis untuk keluhan seperti yang dirasakan oleh pasien ini, yaitu gangrene
diabetic karena luka tersebut tidak sembuh-sembuh dan penderita juga memiliki
penyakit diabetes mellitus yang tidak diketahui sebelumnya. Diagnosis banding
berupa buerger disease, pada penyakit ini bisa terjadi pada pembuluh darah
perifer ekstremitas superior dan inferior, terasa nyeri terutama pada saat
beristirahat, berhubungan dengan kebiasaan merokok dari usia muda dan
penderita lebih banyak laki-laki dibanding perempuan, pada penderita ditemukan
gejala diabetes mellitus, tidak adanya riwayat merokok dan jenis kelamin
perempuan.
Dari hasil pemeriksaan status generalis TD : 160/100 mmHg, RR: 24 x/m,
HR:80 x/m, Temp: 36,3o
C. dari hasil pemeriksaaan fisik didak didapatkan
kelainan. Status lokalis Pedis sinistra terdapat warna kulit keh titaman ½ distal
pedis, terdapat pus, permukaan rata dan teraba lembut,
Dari hasil pemeriksaan laboratorium pre-operasi tanggal 5 Mei 2013 di
dapatkan Hb 8,0 gr/dL, leukosit 15.700 ul, trombosit 502.000 ul, HT 25%, dif.
Count : 0/2/3/65/21/9, BSN 158 mg/dL, BSPP 178 mg/Dl, protein total 5,2 gr/dL,
albumin 2,2 gr/dL, ureum 16 mg/dl. Dari pemeriksaan rontgen thoraks dan tarsal
sinistra tidak ada kelainan.
Berdasarkan hasil temuan baik dari anamnesis, pemeriksaan fisik, maupun
hasil pemeriksaan penunjang, maka dapat disimpulkan bahwa pasien ini
mengalami gangrene diabetic pedis sinistra+hipertensi derajat II+Anemia.
Penderita ini dilakukan Operasi amputasi. Instruksi post operasi penderita
diberikan pengobatan umum bed rest total, IvFD RL gtt XX/menit, serta
pengobatan medikamentosa berupa, inj. Cefotaxime 1 gr dan Inj, Ketorolac 1
amp. Penderita dianjurkan untuk melindungi diri agar tidak terjadi luka, dan
penderita juga dianjurkan untuk mengontrol gula darahnya dengan diet, olahraga
dan menkonsumsi obat anti diabetic secara teratur., juga obat anti hipertensi.
Prognosis pada pasien ini untuk quo ad vitam, yaitu bonam, dan quo ad
functionam, yaitu dubia ad bonam.
DAFTAR PUSTAKA
1. Waspadji S , Kaki Diabetik,Kaitannya Dengan Neuropati
Diabetik dalam 1 Makalah Kaki Diabetik Patogenesis dan
Penatalaksanaan,Badan Penerbit Universitas Diponegoro, Semarang,
1997; E1-16.
2. Darmono, Status Glikemi dan Komplikasi Vaskuler Diabetes
Mellitus dalam Naskah lengkap Kongres Nasional V PersatuanDiabetes
Indonesia (Persadia) dan Pertemuan Ilmiah PerkumpulanEndokrinologi
Indonesia (Perkeni), Badan Penerbit UniversitasDiponegoro, Semarang,
2002 ; 57 – 68.
3. Preventive Foot Date at June, 2002. Available from file
//www.diabetes.org/
4. Powers A C, Diabetes Mellitus in Horrison”s Principles ofInternal
Medicine –15 th Edition [monographin CD Room] , Mc GrawHill ; 2001.
5. Scope Management of type 2 diabetes : prevention and management of
Foot problems. Diabetes Care, Volume 25, June 2002;S 1085 - 1094.
Available at http://w w w .nice.org.uk/nice medi a/pdf/footcare_s cope.pdf
6. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam, Jilid III, Edisi IV, Perhimpunan Dokter
Spesialis Penyakit Dalam Indonesia, Fakultas Kedokteran Universitas
Indonesia, Jakarta, 2006.
7. Wild S, Roglic G, Green A, Sicree R, King H. Global prevalence of
diabetes: estimates for the year 2000 and projections for 2030. Diabetes
Care 2004;27(5):1047–1053.
8. Meggitt B. Surgical management of the diabetic foot. Br J Hosp Med
1976;16:227–332.
9. International working group on the diabetic foot. International Consensus
on the Diabetic Foot. International Working Group on the Diabetic Foot,
Maastricht, 1999.
10. Goldner MG. The fate of the second leg in the diabetic amputee. Diabetes
1960;9:100–103.
11. Helm PA, Walker SC, Pulliam GF. Recurrence of neuropathic ulcerations
following healing in a total contact cast. Arch Phys Med Rehabil
1991;72(12):967–970.

More Related Content

What's hot

Ppt peritonitis ec app
Ppt peritonitis ec appPpt peritonitis ec app
Ppt peritonitis ec app
Puteri Mentira
 
ppt_Penatalaksanaan Syok (Adam_FIK UI)
ppt_Penatalaksanaan Syok (Adam_FIK UI)ppt_Penatalaksanaan Syok (Adam_FIK UI)
ppt_Penatalaksanaan Syok (Adam_FIK UI)
Adam Muhammad
 
Perbedaan EDH SDH SAH ICH Berdasar CT Scan.pptx
Perbedaan EDH SDH SAH ICH Berdasar CT Scan.pptxPerbedaan EDH SDH SAH ICH Berdasar CT Scan.pptx
Perbedaan EDH SDH SAH ICH Berdasar CT Scan.pptx
AditAditya19
 
Supraventrikuler takikardi
Supraventrikuler takikardiSupraventrikuler takikardi
Supraventrikuler takikardi
rezky ilhamsyah
 
80051025 edema-serebri
80051025 edema-serebri80051025 edema-serebri
80051025 edema-serebriCornelius Liza
 
Ileus obstruktif
Ileus obstruktifIleus obstruktif
Ileus obstruktif
amalfathullah7
 
Mekanisme muntah proyektil
Mekanisme muntah proyektilMekanisme muntah proyektil
Mekanisme muntah proyektilAgus Gunardi
 
Pengkajian b1 b6
Pengkajian b1 b6Pengkajian b1 b6
Pengkajian b1 b6
PuskesmasMapitara
 
Laporan kolelitiasis
Laporan kolelitiasisLaporan kolelitiasis
Laporan kolelitiasis
Herlan Boga
 
193897174 case-bedah-hemoroid
193897174 case-bedah-hemoroid193897174 case-bedah-hemoroid
193897174 case-bedah-hemoroid
homeworkping3
 
Muntah pada Anak
Muntah pada AnakMuntah pada Anak
Muntah pada Anak
mataharitimoer MT
 
Case Report diare Akut Dehidrasi Ringan Sedang ppt
Case Report diare Akut Dehidrasi Ringan Sedang pptCase Report diare Akut Dehidrasi Ringan Sedang ppt
Case Report diare Akut Dehidrasi Ringan Sedang ppt
Syscha Lumempouw
 
Angina pectoris stabil
Angina pectoris stabilAngina pectoris stabil
Angina pectoris stabil
fikri asyura
 
Laporan Kasus Tinea (Pityriasis) versicolor
Laporan Kasus Tinea (Pityriasis) versicolorLaporan Kasus Tinea (Pityriasis) versicolor
Laporan Kasus Tinea (Pityriasis) versicolor
azmiarraga
 
Laporan Kasus Bedah Anak : Hernia Inguinalis Lateralis Dekstra Reponibilis
Laporan Kasus Bedah Anak : Hernia Inguinalis Lateralis Dekstra ReponibilisLaporan Kasus Bedah Anak : Hernia Inguinalis Lateralis Dekstra Reponibilis
Laporan Kasus Bedah Anak : Hernia Inguinalis Lateralis Dekstra Reponibilis
Tenri Ashari Wanahari
 
Kolelitiasis,kolestasis,kolesistitis
Kolelitiasis,kolestasis,kolesistitisKolelitiasis,kolestasis,kolesistitis
Kolelitiasis,kolestasis,kolesistitisyudhasetya01
 
Check list pemeriksaan neurologi 2
Check list pemeriksaan neurologi 2Check list pemeriksaan neurologi 2
Check list pemeriksaan neurologi 2cokordawahyu
 
Prolaps hemoroid
Prolaps hemoroidProlaps hemoroid
Prolaps hemoroid
Regi Septian
 
Laporan mingguan igd
Laporan mingguan igdLaporan mingguan igd
Laporan mingguan igd
Ferdi Stefiyan
 

What's hot (20)

Ppt peritonitis ec app
Ppt peritonitis ec appPpt peritonitis ec app
Ppt peritonitis ec app
 
ppt_Penatalaksanaan Syok (Adam_FIK UI)
ppt_Penatalaksanaan Syok (Adam_FIK UI)ppt_Penatalaksanaan Syok (Adam_FIK UI)
ppt_Penatalaksanaan Syok (Adam_FIK UI)
 
Perbedaan EDH SDH SAH ICH Berdasar CT Scan.pptx
Perbedaan EDH SDH SAH ICH Berdasar CT Scan.pptxPerbedaan EDH SDH SAH ICH Berdasar CT Scan.pptx
Perbedaan EDH SDH SAH ICH Berdasar CT Scan.pptx
 
Supraventrikuler takikardi
Supraventrikuler takikardiSupraventrikuler takikardi
Supraventrikuler takikardi
 
80051025 edema-serebri
80051025 edema-serebri80051025 edema-serebri
80051025 edema-serebri
 
Ileus obstruktif
Ileus obstruktifIleus obstruktif
Ileus obstruktif
 
Mekanisme muntah proyektil
Mekanisme muntah proyektilMekanisme muntah proyektil
Mekanisme muntah proyektil
 
Acute limb ischemia
Acute limb ischemiaAcute limb ischemia
Acute limb ischemia
 
Pengkajian b1 b6
Pengkajian b1 b6Pengkajian b1 b6
Pengkajian b1 b6
 
Laporan kolelitiasis
Laporan kolelitiasisLaporan kolelitiasis
Laporan kolelitiasis
 
193897174 case-bedah-hemoroid
193897174 case-bedah-hemoroid193897174 case-bedah-hemoroid
193897174 case-bedah-hemoroid
 
Muntah pada Anak
Muntah pada AnakMuntah pada Anak
Muntah pada Anak
 
Case Report diare Akut Dehidrasi Ringan Sedang ppt
Case Report diare Akut Dehidrasi Ringan Sedang pptCase Report diare Akut Dehidrasi Ringan Sedang ppt
Case Report diare Akut Dehidrasi Ringan Sedang ppt
 
Angina pectoris stabil
Angina pectoris stabilAngina pectoris stabil
Angina pectoris stabil
 
Laporan Kasus Tinea (Pityriasis) versicolor
Laporan Kasus Tinea (Pityriasis) versicolorLaporan Kasus Tinea (Pityriasis) versicolor
Laporan Kasus Tinea (Pityriasis) versicolor
 
Laporan Kasus Bedah Anak : Hernia Inguinalis Lateralis Dekstra Reponibilis
Laporan Kasus Bedah Anak : Hernia Inguinalis Lateralis Dekstra ReponibilisLaporan Kasus Bedah Anak : Hernia Inguinalis Lateralis Dekstra Reponibilis
Laporan Kasus Bedah Anak : Hernia Inguinalis Lateralis Dekstra Reponibilis
 
Kolelitiasis,kolestasis,kolesistitis
Kolelitiasis,kolestasis,kolesistitisKolelitiasis,kolestasis,kolesistitis
Kolelitiasis,kolestasis,kolesistitis
 
Check list pemeriksaan neurologi 2
Check list pemeriksaan neurologi 2Check list pemeriksaan neurologi 2
Check list pemeriksaan neurologi 2
 
Prolaps hemoroid
Prolaps hemoroidProlaps hemoroid
Prolaps hemoroid
 
Laporan mingguan igd
Laporan mingguan igdLaporan mingguan igd
Laporan mingguan igd
 

Similar to 234901205 case-report-bedah-jaka

laporan kasus.doc
laporan kasus.doclaporan kasus.doc
laporan kasus.doc
nurulhidayah887063
 
Laporan Kasus DVT.pptx
Laporan Kasus DVT.pptxLaporan Kasus DVT.pptx
Laporan Kasus DVT.pptx
ClassicNeil
 
142286579 case
142286579 case142286579 case
142286579 case
homeworkping3
 
99905517 hipertensi-urgensi
99905517 hipertensi-urgensi99905517 hipertensi-urgensi
99905517 hipertensi-urgensi
Briliant Nissa
 
Gout arhtritis
Gout arhtritis Gout arhtritis
Gout arhtritis
firdha aulia
 
Case eki 1 sle fix ya
Case eki 1 sle fix yaCase eki 1 sle fix ya
Case eki 1 sle fix ya
beequeen_30
 
Laporan kasus encelopati hepatikum/dr Diana Arwati
Laporan kasus encelopati hepatikum/dr Diana Arwati Laporan kasus encelopati hepatikum/dr Diana Arwati
Laporan kasus encelopati hepatikum/dr Diana Arwati Diana Arwati
 
Laporan kasus sirosis hepatis, diana
Laporan kasus sirosis hepatis, dianaLaporan kasus sirosis hepatis, diana
Laporan kasus sirosis hepatis, dianaDiana Arwati
 
Infeksi pada anak.pptx
Infeksi pada anak.pptxInfeksi pada anak.pptx
Infeksi pada anak.pptx
RestuMaharanyArumnin1
 
Pit1 diagnosis dan-tatalaksana-dbd-terkini
Pit1 diagnosis dan-tatalaksana-dbd-terkiniPit1 diagnosis dan-tatalaksana-dbd-terkini
Pit1 diagnosis dan-tatalaksana-dbd-terkini
erma permata
 
424603177-Diabetic-Foot.pptx
424603177-Diabetic-Foot.pptx424603177-Diabetic-Foot.pptx
424603177-Diabetic-Foot.pptx
redhabiby
 
Lapsus interna ckd
Lapsus interna ckdLapsus interna ckd
Lapsus interna ckd
RenitaArdani
 
Managemen Kasus Hipoglikemia
Managemen Kasus HipoglikemiaManagemen Kasus Hipoglikemia
Managemen Kasus Hipoglikemia
Hisyam Ilham
 
dc hasna abu.docx
dc hasna abu.docxdc hasna abu.docx
dc hasna abu.docx
RizkyastariOnny1
 
PPT CRS Fikri Arfu Riza.pptx
PPT CRS Fikri Arfu Riza.pptxPPT CRS Fikri Arfu Riza.pptx
PPT CRS Fikri Arfu Riza.pptx
AlisiaNurjannah
 
Gouth Athritis (Asam Urat)
Gouth Athritis (Asam Urat)Gouth Athritis (Asam Urat)
Gouth Athritis (Asam Urat)
Rahma Setya
 

Similar to 234901205 case-report-bedah-jaka (20)

laporan kasus.doc
laporan kasus.doclaporan kasus.doc
laporan kasus.doc
 
Laporan Kasus DVT.pptx
Laporan Kasus DVT.pptxLaporan Kasus DVT.pptx
Laporan Kasus DVT.pptx
 
142286579 case
142286579 case142286579 case
142286579 case
 
99905517 hipertensi-urgensi
99905517 hipertensi-urgensi99905517 hipertensi-urgensi
99905517 hipertensi-urgensi
 
Gout arhtritis
Gout arhtritis Gout arhtritis
Gout arhtritis
 
Case eki 1 sle fix ya
Case eki 1 sle fix yaCase eki 1 sle fix ya
Case eki 1 sle fix ya
 
Laporan kasus encelopati hepatikum/dr Diana Arwati
Laporan kasus encelopati hepatikum/dr Diana Arwati Laporan kasus encelopati hepatikum/dr Diana Arwati
Laporan kasus encelopati hepatikum/dr Diana Arwati
 
Askep gout (asam urat)
Askep gout (asam urat)Askep gout (asam urat)
Askep gout (asam urat)
 
Laporan kasus sirosis hepatis, diana
Laporan kasus sirosis hepatis, dianaLaporan kasus sirosis hepatis, diana
Laporan kasus sirosis hepatis, diana
 
Askep gout (asam urat)
Askep gout (asam urat)Askep gout (asam urat)
Askep gout (asam urat)
 
Infeksi pada anak.pptx
Infeksi pada anak.pptxInfeksi pada anak.pptx
Infeksi pada anak.pptx
 
Gout (asam urat) AKPER PEMKAB MUNA
Gout (asam urat) AKPER PEMKAB MUNA Gout (asam urat) AKPER PEMKAB MUNA
Gout (asam urat) AKPER PEMKAB MUNA
 
Pit1 diagnosis dan-tatalaksana-dbd-terkini
Pit1 diagnosis dan-tatalaksana-dbd-terkiniPit1 diagnosis dan-tatalaksana-dbd-terkini
Pit1 diagnosis dan-tatalaksana-dbd-terkini
 
424603177-Diabetic-Foot.pptx
424603177-Diabetic-Foot.pptx424603177-Diabetic-Foot.pptx
424603177-Diabetic-Foot.pptx
 
Lapsus interna ckd
Lapsus interna ckdLapsus interna ckd
Lapsus interna ckd
 
Managemen Kasus Hipoglikemia
Managemen Kasus HipoglikemiaManagemen Kasus Hipoglikemia
Managemen Kasus Hipoglikemia
 
Askep hipertensi
Askep hipertensiAskep hipertensi
Askep hipertensi
 
dc hasna abu.docx
dc hasna abu.docxdc hasna abu.docx
dc hasna abu.docx
 
PPT CRS Fikri Arfu Riza.pptx
PPT CRS Fikri Arfu Riza.pptxPPT CRS Fikri Arfu Riza.pptx
PPT CRS Fikri Arfu Riza.pptx
 
Gouth Athritis (Asam Urat)
Gouth Athritis (Asam Urat)Gouth Athritis (Asam Urat)
Gouth Athritis (Asam Urat)
 

More from homeworkping3

238304497 case-digest
238304497 case-digest238304497 case-digest
238304497 case-digest
homeworkping3
 
238247664 crim1 cases-2
238247664 crim1 cases-2238247664 crim1 cases-2
238247664 crim1 cases-2
homeworkping3
 
238234981 swamping-and-spoonfeeding
238234981 swamping-and-spoonfeeding238234981 swamping-and-spoonfeeding
238234981 swamping-and-spoonfeeding
homeworkping3
 
238218643 jit final-manual-of-power-elx
238218643 jit final-manual-of-power-elx238218643 jit final-manual-of-power-elx
238218643 jit final-manual-of-power-elx
homeworkping3
 
238103493 stat con-cases-set
238103493 stat con-cases-set238103493 stat con-cases-set
238103493 stat con-cases-set
homeworkping3
 
238097308 envi-cases-full
238097308 envi-cases-full238097308 envi-cases-full
238097308 envi-cases-full
homeworkping3
 
238057402 forestry
238057402 forestry238057402 forestry
238057402 forestry
homeworkping3
 
238057020 envi-air-water
238057020 envi-air-water238057020 envi-air-water
238057020 envi-air-water
homeworkping3
 
238056086 t6-g6
238056086 t6-g6238056086 t6-g6
238056086 t6-g6
homeworkping3
 
238019494 rule-06-kinds-of-pleadings
238019494 rule-06-kinds-of-pleadings238019494 rule-06-kinds-of-pleadings
238019494 rule-06-kinds-of-pleadings
homeworkping3
 
237978847 pipin-study-7
237978847 pipin-study-7237978847 pipin-study-7
237978847 pipin-study-7
homeworkping3
 
237968686 evs-1
237968686 evs-1237968686 evs-1
237968686 evs-1
homeworkping3
 
237962770 arthur-lim-et-case
237962770 arthur-lim-et-case237962770 arthur-lim-et-case
237962770 arthur-lim-et-case
homeworkping3
 
237922817 city-cell
237922817 city-cell237922817 city-cell
237922817 city-cell
homeworkping3
 
237778794 ethical-issues-case-studies
237778794 ethical-issues-case-studies237778794 ethical-issues-case-studies
237778794 ethical-issues-case-studies
homeworkping3
 
237768769 case
237768769 case237768769 case
237768769 case
homeworkping3
 
237754196 case-study
237754196 case-study237754196 case-study
237754196 case-study
homeworkping3
 
237750650 labour-turnover
237750650 labour-turnover237750650 labour-turnover
237750650 labour-turnover
homeworkping3
 
237712710 case-study
237712710 case-study237712710 case-study
237712710 case-study
homeworkping3
 
237654933 mathematics-t-form-6
237654933 mathematics-t-form-6237654933 mathematics-t-form-6
237654933 mathematics-t-form-6
homeworkping3
 

More from homeworkping3 (20)

238304497 case-digest
238304497 case-digest238304497 case-digest
238304497 case-digest
 
238247664 crim1 cases-2
238247664 crim1 cases-2238247664 crim1 cases-2
238247664 crim1 cases-2
 
238234981 swamping-and-spoonfeeding
238234981 swamping-and-spoonfeeding238234981 swamping-and-spoonfeeding
238234981 swamping-and-spoonfeeding
 
238218643 jit final-manual-of-power-elx
238218643 jit final-manual-of-power-elx238218643 jit final-manual-of-power-elx
238218643 jit final-manual-of-power-elx
 
238103493 stat con-cases-set
238103493 stat con-cases-set238103493 stat con-cases-set
238103493 stat con-cases-set
 
238097308 envi-cases-full
238097308 envi-cases-full238097308 envi-cases-full
238097308 envi-cases-full
 
238057402 forestry
238057402 forestry238057402 forestry
238057402 forestry
 
238057020 envi-air-water
238057020 envi-air-water238057020 envi-air-water
238057020 envi-air-water
 
238056086 t6-g6
238056086 t6-g6238056086 t6-g6
238056086 t6-g6
 
238019494 rule-06-kinds-of-pleadings
238019494 rule-06-kinds-of-pleadings238019494 rule-06-kinds-of-pleadings
238019494 rule-06-kinds-of-pleadings
 
237978847 pipin-study-7
237978847 pipin-study-7237978847 pipin-study-7
237978847 pipin-study-7
 
237968686 evs-1
237968686 evs-1237968686 evs-1
237968686 evs-1
 
237962770 arthur-lim-et-case
237962770 arthur-lim-et-case237962770 arthur-lim-et-case
237962770 arthur-lim-et-case
 
237922817 city-cell
237922817 city-cell237922817 city-cell
237922817 city-cell
 
237778794 ethical-issues-case-studies
237778794 ethical-issues-case-studies237778794 ethical-issues-case-studies
237778794 ethical-issues-case-studies
 
237768769 case
237768769 case237768769 case
237768769 case
 
237754196 case-study
237754196 case-study237754196 case-study
237754196 case-study
 
237750650 labour-turnover
237750650 labour-turnover237750650 labour-turnover
237750650 labour-turnover
 
237712710 case-study
237712710 case-study237712710 case-study
237712710 case-study
 
237654933 mathematics-t-form-6
237654933 mathematics-t-form-6237654933 mathematics-t-form-6
237654933 mathematics-t-form-6
 

Recently uploaded

Modul Ajar Bahasa Inggris Kelas 5 Fase C Kurikulum Merdeka
Modul Ajar Bahasa Inggris Kelas 5 Fase C Kurikulum MerdekaModul Ajar Bahasa Inggris Kelas 5 Fase C Kurikulum Merdeka
Modul Ajar Bahasa Inggris Kelas 5 Fase C Kurikulum Merdeka
Fathan Emran
 
MATERI SOSIALISASI PPDB JABAR- 4PAN052024.pdf
MATERI SOSIALISASI PPDB JABAR- 4PAN052024.pdfMATERI SOSIALISASI PPDB JABAR- 4PAN052024.pdf
MATERI SOSIALISASI PPDB JABAR- 4PAN052024.pdf
ssuser289c2f1
 
Koneksi Antar Materi modul 1.4 Budaya Positif
Koneksi Antar Materi modul 1.4 Budaya PositifKoneksi Antar Materi modul 1.4 Budaya Positif
Koneksi Antar Materi modul 1.4 Budaya Positif
Rima98947
 
ppt landasan pendidikan Alat alat pendidikan PAI 9_
ppt landasan pendidikan Alat alat pendidikan PAI 9_ppt landasan pendidikan Alat alat pendidikan PAI 9_
ppt landasan pendidikan Alat alat pendidikan PAI 9_
setiatinambunan
 
RANCANGAN TINDAKAN AKSI NYATA MODUL 1.4.pptx
RANCANGAN TINDAKAN AKSI NYATA MODUL 1.4.pptxRANCANGAN TINDAKAN AKSI NYATA MODUL 1.4.pptx
RANCANGAN TINDAKAN AKSI NYATA MODUL 1.4.pptx
SurosoSuroso19
 
Modul Ajar PAI dan Budi Pekerti Kelas 2 Fase A Kurikulum Merdeka
Modul Ajar PAI dan Budi Pekerti Kelas 2 Fase A Kurikulum MerdekaModul Ajar PAI dan Budi Pekerti Kelas 2 Fase A Kurikulum Merdeka
Modul Ajar PAI dan Budi Pekerti Kelas 2 Fase A Kurikulum Merdeka
Fathan Emran
 
Karier-Dan-Studi-Lanjut-Di-Bidang-Informatika.pptx
Karier-Dan-Studi-Lanjut-Di-Bidang-Informatika.pptxKarier-Dan-Studi-Lanjut-Di-Bidang-Informatika.pptx
Karier-Dan-Studi-Lanjut-Di-Bidang-Informatika.pptx
adolfnuhujanan101
 
Diseminasi Budaya Positif Lucy Kristina S.pptx
Diseminasi Budaya Positif Lucy Kristina S.pptxDiseminasi Budaya Positif Lucy Kristina S.pptx
Diseminasi Budaya Positif Lucy Kristina S.pptx
LucyKristinaS
 
PENGUMUMAN PPDB SMPN 4 PONOROGO TAHUN 2024.pdf
PENGUMUMAN PPDB SMPN 4 PONOROGO TAHUN 2024.pdfPENGUMUMAN PPDB SMPN 4 PONOROGO TAHUN 2024.pdf
PENGUMUMAN PPDB SMPN 4 PONOROGO TAHUN 2024.pdf
smp4prg
 
RUBRIK OBSERVASI KINERJA KEPALA SEKOLAH.docx
RUBRIK OBSERVASI KINERJA KEPALA SEKOLAH.docxRUBRIK OBSERVASI KINERJA KEPALA SEKOLAH.docx
RUBRIK OBSERVASI KINERJA KEPALA SEKOLAH.docx
kinayaptr30
 
untuk observasi kepala sekolah dengan pengawas
untuk observasi kepala sekolah dengan pengawasuntuk observasi kepala sekolah dengan pengawas
untuk observasi kepala sekolah dengan pengawas
TEDYHARTO1
 
Karakteristik Manusia Komunikan dalam Bingkai Psikologi Komunikasi
Karakteristik Manusia Komunikan dalam Bingkai Psikologi KomunikasiKarakteristik Manusia Komunikan dalam Bingkai Psikologi Komunikasi
Karakteristik Manusia Komunikan dalam Bingkai Psikologi Komunikasi
AdePutraTunggali
 
Permainan Wiwi Wowo aksi nyata berkebhinekaan
Permainan Wiwi Wowo aksi nyata berkebhinekaanPermainan Wiwi Wowo aksi nyata berkebhinekaan
Permainan Wiwi Wowo aksi nyata berkebhinekaan
DEVI390643
 
RHK Jabatan Kep Sekolah dan Bukti Dukung.pdf
RHK Jabatan Kep Sekolah dan Bukti Dukung.pdfRHK Jabatan Kep Sekolah dan Bukti Dukung.pdf
RHK Jabatan Kep Sekolah dan Bukti Dukung.pdf
asyi1
 
KOMITMEN MENULIS DI BLOG KBMN PB PGRI.ppt
KOMITMEN MENULIS DI BLOG KBMN PB PGRI.pptKOMITMEN MENULIS DI BLOG KBMN PB PGRI.ppt
KOMITMEN MENULIS DI BLOG KBMN PB PGRI.ppt
Dedi Dwitagama
 
Form B8 Rubrik Refleksi Program Pengembangan Kompetensi Guru -1.docx
Form B8 Rubrik Refleksi Program Pengembangan Kompetensi Guru -1.docxForm B8 Rubrik Refleksi Program Pengembangan Kompetensi Guru -1.docx
Form B8 Rubrik Refleksi Program Pengembangan Kompetensi Guru -1.docx
EkoPutuKromo
 
SOSIALISASI PPDB TAHUN AJARAN 2024-2025.pptx
SOSIALISASI PPDB TAHUN AJARAN 2024-2025.pptxSOSIALISASI PPDB TAHUN AJARAN 2024-2025.pptx
SOSIALISASI PPDB TAHUN AJARAN 2024-2025.pptx
astridamalia20
 
Paparan Kurikulum Satuan Pendidikan_LOKAKARYA TPK 2024.pptx.pdf
Paparan Kurikulum Satuan Pendidikan_LOKAKARYA TPK 2024.pptx.pdfPaparan Kurikulum Satuan Pendidikan_LOKAKARYA TPK 2024.pptx.pdf
Paparan Kurikulum Satuan Pendidikan_LOKAKARYA TPK 2024.pptx.pdf
SEMUELSAMBOKARAENG
 
VISI MISI KOMUNITAS BELAJAR SDN 93 KOTA JAMBI
VISI MISI KOMUNITAS BELAJAR SDN 93 KOTA JAMBIVISI MISI KOMUNITAS BELAJAR SDN 93 KOTA JAMBI
VISI MISI KOMUNITAS BELAJAR SDN 93 KOTA JAMBI
gloriosaesy
 
Modul Projek - Modul P5 Kearifan Lokal _Menampilkan Tarian Daerah Nusantara_...
Modul Projek  - Modul P5 Kearifan Lokal _Menampilkan Tarian Daerah Nusantara_...Modul Projek  - Modul P5 Kearifan Lokal _Menampilkan Tarian Daerah Nusantara_...
Modul Projek - Modul P5 Kearifan Lokal _Menampilkan Tarian Daerah Nusantara_...
MirnasariMutmainna1
 

Recently uploaded (20)

Modul Ajar Bahasa Inggris Kelas 5 Fase C Kurikulum Merdeka
Modul Ajar Bahasa Inggris Kelas 5 Fase C Kurikulum MerdekaModul Ajar Bahasa Inggris Kelas 5 Fase C Kurikulum Merdeka
Modul Ajar Bahasa Inggris Kelas 5 Fase C Kurikulum Merdeka
 
MATERI SOSIALISASI PPDB JABAR- 4PAN052024.pdf
MATERI SOSIALISASI PPDB JABAR- 4PAN052024.pdfMATERI SOSIALISASI PPDB JABAR- 4PAN052024.pdf
MATERI SOSIALISASI PPDB JABAR- 4PAN052024.pdf
 
Koneksi Antar Materi modul 1.4 Budaya Positif
Koneksi Antar Materi modul 1.4 Budaya PositifKoneksi Antar Materi modul 1.4 Budaya Positif
Koneksi Antar Materi modul 1.4 Budaya Positif
 
ppt landasan pendidikan Alat alat pendidikan PAI 9_
ppt landasan pendidikan Alat alat pendidikan PAI 9_ppt landasan pendidikan Alat alat pendidikan PAI 9_
ppt landasan pendidikan Alat alat pendidikan PAI 9_
 
RANCANGAN TINDAKAN AKSI NYATA MODUL 1.4.pptx
RANCANGAN TINDAKAN AKSI NYATA MODUL 1.4.pptxRANCANGAN TINDAKAN AKSI NYATA MODUL 1.4.pptx
RANCANGAN TINDAKAN AKSI NYATA MODUL 1.4.pptx
 
Modul Ajar PAI dan Budi Pekerti Kelas 2 Fase A Kurikulum Merdeka
Modul Ajar PAI dan Budi Pekerti Kelas 2 Fase A Kurikulum MerdekaModul Ajar PAI dan Budi Pekerti Kelas 2 Fase A Kurikulum Merdeka
Modul Ajar PAI dan Budi Pekerti Kelas 2 Fase A Kurikulum Merdeka
 
Karier-Dan-Studi-Lanjut-Di-Bidang-Informatika.pptx
Karier-Dan-Studi-Lanjut-Di-Bidang-Informatika.pptxKarier-Dan-Studi-Lanjut-Di-Bidang-Informatika.pptx
Karier-Dan-Studi-Lanjut-Di-Bidang-Informatika.pptx
 
Diseminasi Budaya Positif Lucy Kristina S.pptx
Diseminasi Budaya Positif Lucy Kristina S.pptxDiseminasi Budaya Positif Lucy Kristina S.pptx
Diseminasi Budaya Positif Lucy Kristina S.pptx
 
PENGUMUMAN PPDB SMPN 4 PONOROGO TAHUN 2024.pdf
PENGUMUMAN PPDB SMPN 4 PONOROGO TAHUN 2024.pdfPENGUMUMAN PPDB SMPN 4 PONOROGO TAHUN 2024.pdf
PENGUMUMAN PPDB SMPN 4 PONOROGO TAHUN 2024.pdf
 
RUBRIK OBSERVASI KINERJA KEPALA SEKOLAH.docx
RUBRIK OBSERVASI KINERJA KEPALA SEKOLAH.docxRUBRIK OBSERVASI KINERJA KEPALA SEKOLAH.docx
RUBRIK OBSERVASI KINERJA KEPALA SEKOLAH.docx
 
untuk observasi kepala sekolah dengan pengawas
untuk observasi kepala sekolah dengan pengawasuntuk observasi kepala sekolah dengan pengawas
untuk observasi kepala sekolah dengan pengawas
 
Karakteristik Manusia Komunikan dalam Bingkai Psikologi Komunikasi
Karakteristik Manusia Komunikan dalam Bingkai Psikologi KomunikasiKarakteristik Manusia Komunikan dalam Bingkai Psikologi Komunikasi
Karakteristik Manusia Komunikan dalam Bingkai Psikologi Komunikasi
 
Permainan Wiwi Wowo aksi nyata berkebhinekaan
Permainan Wiwi Wowo aksi nyata berkebhinekaanPermainan Wiwi Wowo aksi nyata berkebhinekaan
Permainan Wiwi Wowo aksi nyata berkebhinekaan
 
RHK Jabatan Kep Sekolah dan Bukti Dukung.pdf
RHK Jabatan Kep Sekolah dan Bukti Dukung.pdfRHK Jabatan Kep Sekolah dan Bukti Dukung.pdf
RHK Jabatan Kep Sekolah dan Bukti Dukung.pdf
 
KOMITMEN MENULIS DI BLOG KBMN PB PGRI.ppt
KOMITMEN MENULIS DI BLOG KBMN PB PGRI.pptKOMITMEN MENULIS DI BLOG KBMN PB PGRI.ppt
KOMITMEN MENULIS DI BLOG KBMN PB PGRI.ppt
 
Form B8 Rubrik Refleksi Program Pengembangan Kompetensi Guru -1.docx
Form B8 Rubrik Refleksi Program Pengembangan Kompetensi Guru -1.docxForm B8 Rubrik Refleksi Program Pengembangan Kompetensi Guru -1.docx
Form B8 Rubrik Refleksi Program Pengembangan Kompetensi Guru -1.docx
 
SOSIALISASI PPDB TAHUN AJARAN 2024-2025.pptx
SOSIALISASI PPDB TAHUN AJARAN 2024-2025.pptxSOSIALISASI PPDB TAHUN AJARAN 2024-2025.pptx
SOSIALISASI PPDB TAHUN AJARAN 2024-2025.pptx
 
Paparan Kurikulum Satuan Pendidikan_LOKAKARYA TPK 2024.pptx.pdf
Paparan Kurikulum Satuan Pendidikan_LOKAKARYA TPK 2024.pptx.pdfPaparan Kurikulum Satuan Pendidikan_LOKAKARYA TPK 2024.pptx.pdf
Paparan Kurikulum Satuan Pendidikan_LOKAKARYA TPK 2024.pptx.pdf
 
VISI MISI KOMUNITAS BELAJAR SDN 93 KOTA JAMBI
VISI MISI KOMUNITAS BELAJAR SDN 93 KOTA JAMBIVISI MISI KOMUNITAS BELAJAR SDN 93 KOTA JAMBI
VISI MISI KOMUNITAS BELAJAR SDN 93 KOTA JAMBI
 
Modul Projek - Modul P5 Kearifan Lokal _Menampilkan Tarian Daerah Nusantara_...
Modul Projek  - Modul P5 Kearifan Lokal _Menampilkan Tarian Daerah Nusantara_...Modul Projek  - Modul P5 Kearifan Lokal _Menampilkan Tarian Daerah Nusantara_...
Modul Projek - Modul P5 Kearifan Lokal _Menampilkan Tarian Daerah Nusantara_...
 

234901205 case-report-bedah-jaka

  • 1. Homework Help https://www.homeworkping.com/ Research Paper help https://www.homeworkping.com/ Online Tutoring https://www.homeworkping.com/BAB I PENDAHULUAN Diabetes Melitus (DM) adalah penyakit metabolik yang kebanyakan herediter, dengan tanda–tanda hiperglikemia dan glukosuria, disertai dengan atau tidak adanya gejala klinik akut ataupun kronik, sebagai akibat dari kurangnya insulin efektif di dalam tubuh, gangguan primer terletak pada metabolisme karbohidrat yang biasanya disertai juga gangguan metabolisme lemak dan protein.1 Pada penderita DM dapat terjadi komplikasi pada semua tingkat sel dan semua tingkatan anatomik. Manifestasi komplikasi kronik dapat terjadi pada pembuluh darah kecil (mikrovaskular) berupa kelainan pada retina mata, glomerulus ginjal, syaraf dan pada otot jantung (kardiomiopati). Pada pembuluh darah besar, manifestasi komplikasi kronik DM dapat terjadi pada pembuluh darah serebral, jantung (penyakit jantung koroner) dan pembuluh darah perifer (tungkai bawah). Komplikasi lain DM dapat berupa kerentanan berlebih terhadap infeksi dengan akibat mudahnya terjadi infeksi saluran kemih, tuberkulosis paru dan infeksi kaki, yang kemudian dapat berkembang menjadi ulkus/gangren diabetes. Diabetes mellitus adalah sebagai penyebab utama amputasi ekstremitas bawah non traumatik di Amerika Serikat. Amputasi kaki karena diabetes merupakan 50 % total amputasi di Amerika Serikat. 1
  • 2. Pada laporan kasus ini akan membahas tentang kaki diabetes yang merupakan salah satu jenis komplikasi DM yang dicetuskan oleh keadaan hiperglikemi. Kondisi ini merupakan akumulasi efek hiperglikemia dengan akibatnya terhadap saraf, vaskuler, imunologis, protein jaringan, trauma serta mikroorganisma saling berinteraksi menimbulkan ulserasi dan infeksi kaki. BAB II LAPORAN KASUS 2.1. Identifikasi Nama : Ny.B Jenis kelamin : Perempuan Usia : 65 tahun Kebangsaan : Indonesia Agama : Islam Status : Menikah Pekerjaan : Tidak ada Alamat : Dusun II Tlg. Pengeran ilir pemulutan barat Tanggal masuk : 04 Mei 2013 2.2. Anamnesis Keluhan Utama: Terdapat Luka yang tidak sembuh-sembuh di kaki sebelah kiri Riwayat Perjalanan Penyakit: Kisaran lebih 2 bulan yang lalu penderita mengalami luka pada kaki sebelah kiri karena terpeleset. Luka tersebut tidak sembuh-sembuh. Sehari setelah itu pendertia mengalami bengkak pada daerah yang luka kemudian
  • 3. penderita merendam kakinya dengan menggunakan air hangat yang dicampur garam, namun bengkak tersebut tidak berkurang. Penderita sering terbangun untuk kencing pada malam hari, mudah haus dan badan terasa lemas. Penderita berobat ke dokter praktek umum, kemudian diperiksa gula darahnya, penderita dinaytakan mengalami kencing manis lalu diberikan tiga jenis obat makan yang penderita lupa nama obatnya namun penderita tidak meminum obatnya, juga obat merah dan perban untuk lukanya, penderita dirujuk ke RSUD Palembang BARI namun penderita tidak mau. Kisaran 1 bulan yang lalu penderita merasakan luka tersebut tidak kunjung sembuh, luka mulai menghitam dan mengeluarkan bau busuk, semakin lama luka tersebut semakin meluas ke seluruh jari kaki kiri penderita. Penderita juga merasakan nyeri yang terus menerus. Riwayat Penyakit Dahulu: Riwayat penyakit dengan keluhan yang sama disangkal oleh penderita. Riwayat Penyakit dalam Keluarga: Dari keluarga tidak ada yang menderita Diabetes melitus (-), Hipertensi (-), Jantung (-). Riwayat Kebiasaan : Merokok (-). Minum alkohol (-). Olahraga (-). 2.3. Pemeriksaan Fisik Status Generalis - Keadaan umum : Tampak Sakit Sedang - Kesadaran : Compos Mentis - Tekanan darah : 160/100 mmHg - Nadi : 80 x/menit - Pernapasan : 24 x/menit - Suhu : 36,3 0 C - Kepala :
  • 4. Normocephali, rambut hitam dan tidak mudah rontok, sudut nasolabialis simetris. a. Mata : edema palpebra (-/-), konjungtiva anemis (+/+), sklera ikterik (-/-), pupil isokor, refleks cahaya (+/+), b. Hidung : sekret (-/-), napas cuping hidung (-/-) c. Mulut dan Tenggorokkan : mukosa bibir anemis (-), sianosis (-), lidah kotor (-), tonsil T1/T1, faring hipermis (-) d. Telinga : nyeri tekan tragus (-/-), gangguan pendengaran (-/-) - Leher : Inspeksi : simetris, massa (-) Palpasi : pembesaran kelenjar tiroid (-), pembesaran KGB (-) JVP : 5-2 cmH2O - Thorax : Simetris, gerak napas tertinggal (-/-) Pulmo : a. Inspeksi : sela iga melebar (-/-), otot bantuan napas (-/-) b. Palpasi : vokal fremitus hemitoraks dextra = sinistra c. Perkusi : sonor, batas paru-hepar ICS VI d. Auskutasi : vesikuler (+/+) normal, ronki (-/-), wheezing (-/-) Cor : a. Inspeksi : iktus kordis tidak tampak b. Palpasi : iktus kordis teraba di ICS VI linea mid clavicula sinistra c. Perkusi : batas atas : ICS II batas kanan : linea parasternalis dextra batas kiri : ICS VI linea mid aksilaris anterior sinistra d. Auskultasi : S1/S2 (+) reguler, murmur (-), gallop (-) - Abdomen Inspeksi : datar, lemas, massa (-) Palpasi : nyeri tekan (-), teraba massa (-), hepar-lien tidak teraba Perkusi : timpani, nyeri ketok (-) Auskultasi : bising usus (+) normal
  • 5. - Ekstremitas a. Superior : akral hangat, edema (-/-) sianosis (-/-), CRT < 2 detik b. Inferior : akral hangat, edema (-/-), pitting edema (-/-), sianosis (-/-), CRT < 2 detik, sinistra: terdapat gangrene di daerah pedis - Genitalia Tidak diperiksa - Status Lokalis Region pedis sinistra I : Warna kulit kehitaman pada seluruh jari kaki dan ½ distal pedis, terdapat pus P: Konsistensi lembut 2.4. Pemeriksaan Penunjang a. Pemeriksaan Laboratorium Hasil pemeriksaan laboratorium pre-operasi tanggal 5 Mei 2013 Pemeriksaan Hasil Nilai normal Hemoglobin 8,0 g/dl 12 – 14 g/dl Leukosit 15.700 /µL 500 – 10000 /µL Trombosit 502.000/µL 150.000 – 400.000 /µL Hematokrit 25% 37 – 43% Glukosa puasa 158 70-110 mg/dl Glukosa 2 jam PP 178 <140 mg/dl Protein total 5,2 6,7-8,7 g/dl albumin 2,2 3,8-5,1 g/dl Globulin 3,0 1,5-3,0 g/dl Ureum 16 20-40 mg/dl Creatinin 0,62 0,6-1,1 mg/dl 2.5 Diagnosis Banding - Buerger Disease (Thromboangiitis Obliterans) 2.6 Diagnosis Kerja Gangrene pedis sinistra+hipertensi grade II+ Anemia 2.7 Penatalaksanaan
  • 6. a. Operasi : Amputasi b. Instruksi Post Operasi 1. Pengobatan umum - Bed rest total - IVFD RL gtt xx x/menit - Transfuse PRC 1 kolf 2. Medikamentosa - Inj Ketorolac 1 amp 2.8 Prognosis Quo ad vitam : Dubia ad Bonam Quo ad functionam : Dubia ad Bonam FOLLOF UP POST OP H+1 Subjektif : Nyeri di daerah bekas operasi Objektif Keadaan Umum : Baik Kesadaran : Composmentis Tekanan Darah : 120/80 mmHg Suhu : 36,3 C Nadi : 90 x/menit RR : 24 x/menit Asessment Gangrene pedis sinistra Post Op Amputasi hari pertama Pengobatan - Bed rest total - IUFD RL gtt xx x/menit - Transfuse PRC 1 kolf FOLLOF UP POST OP H+2 Subjektif :
  • 7. Tidak ada Objektif Keadaan Umum : Baik Kesadaran : Compos Mentis Tekanan Darah : 130/80 mmHg Suhu : 36,7 C Nadi : 80 x/menit RR : 22 x/menit BAB III TINJAUAN PUSTAKA 3.1 Definisi Ulkus diabetika merupakan luka terbuka pada permukaan kulit karena adanya komplikasi makroangiopati sehingga terjadi vaskuler insusifiensi dan neuropati, yang lebih lanjut terdapat luka pada penderita yang sering tidak dirasakan, dan dapat berkembang menjadi infeksi disebabkan oleh bakteri aerob maupun anaerob. 1,2 Kaki diabetik adalah kelainan pada tungkai bawah yang merupakan komplikasi kronik diabetes mellitus. Suatu penyakit pada penderita diabetes bagian kaki, dengan gejala dan tanda sebagai berikut : 1. Sering kesemutan/gringgingan (asmiptomatus). 2. Jarak tampak menjadi lebih pendek (klaudilasio intermil). 3. Nyeri saat istirahat. 4. Kerusakan jaringan (necrosis, ulkus). 3.2 Patogenesis Kaki diabetes merupakan kombinasi antara arteriosklerosis ke-2 tersering setelah arteriosklerosis pembuluh koroner, dan yang terserang pembuluh darah
  • 8. tungkai bawah. Umumnya kelainan ini dikenal sebagai PVD (Peripheral Vascular Disease). Ada 3 faktor yang dipandang sebagai predisposisi kerusakan jaringan pada kaki diabetes, yaitu neuropati, PVD, dan infeksi. Jarang sekali infeksi sebagai faktor tunggal, tetapi seringkali merupakan komplikasi iskemia maupun neuropati. Dari segi praktis maka kaki diabetic dapat dipandang sebagai kaki iskemia ataupun kaki neuropatik.3 Pada kaki neuropatik, somatic dan otonom rusak, namun sirkulasi masih intak sehingga nadi teraba jelas, secara klinis kaki teraba hangat, sensasi terhadap rabaan berkurang, dan kering. Komplikasi kaki neuropatik ini ada 3 macam : ulkus neuropatik, sendi neuropatik (sendi Charcot) dan edema neuropatik. 3.2.1 Patogenesis Neuropati Susunan saraf sangat rentan terhadap komplikasi diabetes mellitus. Secara patogenetik, ada 3 faktor utama (metabolik, autonom, vaskuler) yang dapat dianggap sebagai sebab terjadinya neuropati pada diabetes mellitus. Diabetes mellitus bersama faktor genetik, dan lingkungan (misalnya alkohol) akan lewat ke-3 faktor tersebut memberi neuropati klinis. Faktor metabolik : kenaikan poliol, sorbitol / osmotik poliol (hasil reduksi glukosa oleh enzim yang banyak tertimbun pada sel tubuh penderita DM), fruktosa, kurangnya kontrol gula darah, dan penurunan mioinositol dan Na+/K+ATP menyebabkan demielinasi artrofi akson; otoimum lewat anti gangliosid dan anti GAD menyebabkan neuropati, gangguan vascular karena menutupnya vasa vasorum, trauma memberi hipoksia endoneurial yang selanjutnya menyebabkan demielinisasi segmental. Adapun faktor lain seperti kelainan agregasi trombosit, kelainan etiologi sel darah merah dan hematologic, proses AGEs serta adanya kompleks imum di sirkulasi berpengaruh terhadap neuropati ini.4,6
  • 9. Gambar 3.1. Perubahan yang terjadi pada kaki DM 3.2.2 Patogenesis Angiopati Penderita DM akan mengalami perubahan vaskuler berupa arteriosklerosis. Patologi tersebut disebabkan oleh karena gangguan metabolisme karbohidrat dalam pembuluh darah, peningkatan kadar trigliserida dan kolesterol. Hal tersebut akan diperberat dengan kadar gula darah yang tidak terkontrol. Lesi vaskuler berupa penebalan pada membran basal pembuluh darah kapiler yang diakibatkan karena disposisi yang berlebihan mukoprotein dan kolagen. Pembuluh darah arteri yang paling sering terkena adalah arteri tibialis dan poplitea. Adanya trombus, emboli maupun tromboemboli menyebabkan penyempitan lumen pembuluh darah. Selanjutnya oklusi dapat menjadi total dan jika perfusi darah dari aliran kolateral tidak mencukupi kebutuhan maka terjadi iskemia. Iskemia yang ringan menimbulkan gejala claudicatio intermitten dan yang paling berat dapat mengakibatkan gangren. Kelainan vaskuler yang berukuran kecil seperti arteriol dan kapiler, menyebabkan ketidakcukupan oksigen dan nutrisi yang terbatas pada jari atau sebagian kecil kulit. Kemudian, bagian yang iskemi tersebut mengalami ulserasi, infeksi ataupun gangren. Sebaliknya, jika pembuluh nadi atau arteri yang mengalami gangguan berukuran lebih besar maka gangguan oksigenasi jaringan akan lebih luas. Adanya trombus yang menyumbat lumen arteri akan menimbulkan gangren yang luas bila mengenai pembuluh darah yang sedang atau besar. Faktor lingkungan, terutama adalah trauma akut maupun kronis (akibat tekanan sepatu, benda tajam dan gangguan vaskuler perifer baik akibat makrovaskuler (aterosklerosis) maupun karena gangguan yang bersifat
  • 10. mikrovaskuler menyebabkan terjadinya iskemia kaki dan sebagainya) merupakan faktor yang memulai terjadinya ulkus.6,7 3.2.3 Patogenesis Infeksi Pada prinsipnya penderita diabetes melitus lebih rentan terhadap infeksi daripada orang sehat. Keadaan infeksi sering ditemukan sudah dalam kondisi serius karena gejala klinis yang tidak begitu dirasakan dan diperhatikan penderita. Faktor-faktor yang merupakan risiko timbulnya infeksi yaitu: a. faktor imunologi -produksi antibodi menurun -peningkatan produksi steroid dari kelenjar adrenal -daya fagositosis granulosit menurun b. faktor metabolik - hiperglikemia -benda keton mengakibatkan asam laktat menurun daya bakterisidnya -glikogen hepar dan kulit menurun c. faktor angiopati diabetika d. faktor neuropati Beberapa bentuk infeksi kaki diabetik antara lain: infeksi pada ulkus telapak kaki, selulitis atau flegmon non supuratif dorsum pedis dan abses dalam rongga telapak kaki. Pada ulkus yang mengalami gangren atau ulkus gangrenosa ditemukan infeksi kuman Gram positif, negatif dan anaerob. Pada kaki diabetik yang disertai infeksi, berdasarkan letak serta penyebabnya dibagi menjadi 3 kelompok yaitu: 1. Abses pada deep plantar space 2. Selulitis non supuratif dorsum pedis 3. Ulkus perforasi pada telapak kaki
  • 11. Gambar 3.2. Mekanisme terjadinya ulkus kaki diabetik 3.3 Faktor Risiko Faktor risiko terjadi ulkus diabetika pada penderita Diabetes mellitus menurut Lipsky dengan modifikasi dikutip oleh Riyanto dkk. terdiri atas : a. Faktor-faktor risiko yang tidak dapat diubah :6,7 1) Umur ≥ 60 tahun. 2) Lama DM ≥ 10 tahun. b. Faktor-Faktor Risiko yang dapat diubah : (termasuk kebiasaan dan gaya hidup) 1) Neuropati (sensorik, motorik, perifer). 2) Obesitas. 3) Hipertensi. 4) Glikolisasi Hemoglobin (HbA1C) tidak terkontrol. 5) Kadar glukosa darah tidak terkontrol. 6) Insusifiensi Vaskuler karena adanya Aterosklerosis yang disebabkan : a) Kolesterol Total tidak terkontrol. b) Kolesterol HDL tidak terkontrol. c) Trigliserida tidak terkontrol.
  • 12. 7) Kebiasaan merokok. 8) Ketidakpatuhan Diet DM. 9) Kurangnya aktivitas Fisik. 10) Pengobatan tidak teratur. 11) Perawatan kaki tidak teratur. 12) Penggunaan alas kaki tidak tepat Faktor-faktor risiko terjadinya ulkus diabetika lebih lanjut dijelaskan sebagai berikut : a. Umur ≥ 60 tahun. Umur, menurut penelitian di Swiss dikutip oleh Suwondo bahwa penderita ulkus diabetika 6% pada usia < 55 tahun dan 74% pada usia ≥ 60 tahun. Penelitian kasus kontrol di Iowa oleh Robert menunjukkan bahwa umur penderita ulkus diabetika pada usia tua ≥ 60 tahun 3 kali lebih banyak dari usia muda < 55 tahun. Umur ≥ 60 tahun berkaitan dengan terjadinya ulkus diabetika karena pada usia tua, fungsi tubuh secara fisiologis menurun karena proses aging terjadi penurunan sekresi atau resistensi insulin sehingga kemampuan fungsi tubuh terhadap pengendalian glukosa darah yang tinggi kurang optimal. Penelitian di Amerika Serikat dikutip oleh Rochmah W menunjukkan bahwa dari tahun 1996-1997 pada lansia umur > 60 tahun, didapatkan hanya 12% saja pada usia tua dengan DM yang kadar glukosa darah terkendali, 8% kadar kolesterol normal, hipertensi 40%, dan 50% mengalami gangguan pada aterosklerosis, makroangiopati, yang faktor - faktor tersebut akan mempengaruhi penurunan sirkulasi darah salah satunya pembuluh darah besar atau sedang di tungkai yang lebih mudah terjadi ulkus diabetika. b. Lama DM ≥ 10 tahun. Penelitian di USA oleh Boyko pada 749 penderita Diabetes mellitus dengan hasil bahwa lama menderita DM ≥ 10 tahun merupakan faktor risiko terjadinya ulkus diabetika dengan RR-nya sebesar 3 (95 % CI : 1,2 – 6,9). Ulkus diabetika terutama terjadi pada penderita Diabetes mellitus yang telah menderita 10 tahun atau lebih, apabila kadar glukosa darah tidak terkendali, karena akan muncul komplikasi yang berhubungan dengan vaskuler sehingga mengalami makroangiopati-mikroangiopati yang akan terjadi vaskulopati dan
  • 13. neuropati yang mengakibatkan menurunnya sirkulasi darah dan adanya robekan/luka pada kaki penderita diabetik yang sering tidak dirasakan. 3.4. Anamnesis Informasi penting adalah pasien telah mengidap DM sejak lama. Gejala- gejala neuropati diabetik yang sering ditemukan adalah kesemutan, rasa panas di telapak kaki, kram, badan sakit semua terutama malam hari. Gejala neuropati menyebabkan hilang atau menurunnya rasa nyeri pada kaki, sehingga apabila penderita mendapat trauma akan sedikit atau tidak merasakan nyeri sehingga mengakibatkan luka pada kaki. Manifestasi gangguan pembuluh darah berupa nyeri tungkai sesudah berjalan pada jarak tertentu akibat aliran darah ke tungkai yang berkurang (klaudikasio intermiten). Manifestasi lain berupa ujung jari terasa dingin, nyeri kaki di waktu malam, denyut arteri hilang dan kaki menjadi pucat bila dinaikkan.. Adanya angiopati ini menyebabkan penurunan suplai nutrisi dan oksigen sehingga menyebabkan luka yang sukar sembuh. Ketika melakukan skrining untuk mengidentifikasi pasien dengan resiko kaki diabetes, ada tiga pertanyaan yang dapat membantu mengidentifikasi resiko terjadinya ulkus.2 1. Apakah pasien mempunyai riwayat amputasi kaki, ulkus, atau artropati Charcot? 2. Apakah terjadi hilangnya sensasi perlindungan? 3. Apakah ada deformitas atau mobilitas sendi yang terbatas? Seorang klinisi harus menanyakan faktor-faktor yang diketahui berhubungan dengan ulkus kaki seperti riwayat terjadinya ulkus kaki sebelumnya, riwayat amputasi ekstremitas bawah, atau adanya fraktur neuropatik. Segmen populasi ini telah menunjukkan bahwa mereka mempunyai resiko tertinggi mengalami ulkus kaki berikutnya. Mereka adalah kelompok resiko yang paling mudah untuk diidentifikasi, dan kelompok yang paling membutuhkan penilaian kaki yang rutin, edukasi yang intensif, sepatu terapeutik, bantalan stocking, dan kontrol glukosa darah yang tepat. Ulkus yang baru saja didapat, riwayat memiliki 2
  • 14. ulkus, atau amputasi meningkatkan resiko terjadinya ulkus yang lebih lanjut, infeksi, dan amputasi.3,4 Secara umum, hal ini bisa menjadi tambahan bagi tiga faktor kunci. Pertama, ulkus yang terjadi berikutnya, kulit plantar pada daerah tersebut bisa jadi kurang kenyal dan kuat untuk menerima tekanan yang berulang dan selanjutnya lebih cenderung untuk mengalami kerusakan berikutnya. Yang kedua, orang- orang dengan amputasi kaki parsial sering berkembang menjadi deformitas sekunder lokal pada kaki sampai ketidakseimbangan biomekanikal yang dapat mengembangkan pusat tekanan lebih lanjut. Tentu saja orang-orang dengan amputasi tingkat tinggi seperti di bawah atau atas lutut cenderung untuk lebih bergantung pada tungkai yang tersisa untuk bergerak atau berjalan dan kemudian meningkatkan resiko kerusakan jaringan. Yang terakhir, dan mungkin yang paling penting, orang-orang dengan riwayat ulkus atau amputasi, secara umum mempunyai semua faktor resiko untuk terjadinya ulkus berulang. Hal ini dapat dibuktikan dengan adanya fakta bahwa 6-10 orang dengan riwayat ulkus akan membentuk ulkus yang lain dalam kurun waktu 1 tahun pada saat penyembuhan luka.5,6 Neuropati adalah komponen mayor untuk hamper seluruh ulkus diabetes.7 Tanpa kehilangan sensasi protektif, pasien tidak akan mengalami ulkus. Hal ini dijelaskan sebagai sebuah tingkatan dimana kehilangan sensorik membiarkan pasien untuk melukai diri mereka sendiri tanpa menyadari adanya luka. Kerentanan terhadap trauma fisik dan termal meningkatkan resiko terjadinya ulkus kaki tujuh kali lipat.8 Pencegahan terhadap ulkus kaki diabetes diawali dengan skrining terhadap hilangnya sensasi protektif dan adanya bukti-bukti yang kuat dapat menyaring semua pasien diabetes untuk menemukan orang-orang yang beresiko terjadinya ulkus kaki. Hilangnya sensasi protektif dapat dinilai dengan menggunakan tuning fork, nilon 5.07/10-g Semmes–Weinstein monofilament (SWM), Vibration Perception Threshold (VPT) meter yang telah disesuaikan, atau dengan pemeriksaan fisik yang menyeluruh.9 Skrining untuk sensorik neuropati paling baik ditentukan dengan pemeriksaan klinik dan [enggunaan beberapa alat 3 . 4 5 6 7 8 9
  • 15. skrining. Instrumen seperti tuning fork, SWM, dan VPT bersifat noninvasive dan sangat cepat digunakan. Cara termudah dan murah adalah dengan pemakaian SWM yaitu nilon monofilamen 10 gauge. Tes positif apabila pasien tidak mampu merasakan sentuhan monofilamen ketika ditekankan pada kaki walau monofilamennya sampai bengkok. Kegagalan merasakan monofilamen 4 kali dari sepuluh tempat yang berbeda mempunyai spesifitas 97% serta sensitifitas 83%. Gambar 3.3 Neuropati dan deformitas kaki, bila digabungkan dengan tekanan yang beulang atau konstan, dapat menyebabkan kegagalan integumen protektif dan ulkus. Dalam sebuah studi pada pasien-pasien dengan neuropati perifer, 28% pasien dengan tekanan plantar yang tinggi dapat berkembang menjadi ulkus kaki dalam kurun waktu follow-up 2,5 tahun dibandingkan dengan tidak sama sekali pada pasien dengan tekanan yang normal.10 3.5. Pemeriksaan fisik Inspeksi Kesan umum akan tampak kulit kaki yang kering dan pecah-pecah akibat berkurangmya produksi keringat. Hal ini disebabkan karena denervasi struktur kulit. Tampak pula hilangnya rambut kaki atau jari kaki, penebalan kuku, kalus pada daerah daerah yang mengalami penekanan seperti pada tumit, plantar aspek kaput metatarsal. Adanya deformitas berupa claw toe sering pada ibu jari. Pada 10
  • 16. daerah yang mengalami penekanan tersebut merupakan lokasi ulkus diabetikum karena trauma yang berulang-ulang tanpa atau sedikit dirasakan pasien. Tergantung dari derajatnya saat kita temukan, ulkus yang terlihat mungkin hanya suatu ulkus superfisial yang hanya terbatas pada kulit dengan dibatasi kalus yang secara klinis tidak menunjukkan tanda–tanda infeksi. Pada derajat 3 tampak adanya pus yang keluar dari ulkus. Gangren tampak sebagai daerah kehitaman yang terbatas pada jari atau melibatkan seluruh kaki.11,13 Palpasi Kulit yang kering serta pecah-pecah mudah dibedakan dengan kulit yang sehat. Oklusi arteri akan menyebabkan perabaan dingin serta hilangnya pulsasi pada arteri yang terlibat. Kalus disekeliling ulkus akan teraba sebagai daerah yang tebal dan keras. Deskripsi ulkus harus jelas karena sangat mempengaruhi prognosis serta tindakan yang akan dilakukan. Apabila pus tidak tampak maka penekanan pada daerah sekitar ulkus sangat penting untuk mengetahui ada tidaknya pus. Pintu masuk harus dibuka lebar untuk melihat luasnya kavitas serta jaringan bawah kulit, otot, tendon serta tulang yang terlibat. Pemeriksaan Vaskuler Disamping gejala serta tanda adanya kelainan vaskuler, perlu diperiksa dengan test vaskuler noninvasif yang meliputi pengukuran oksigen transkutaneus, ankle-brachial index (ABI), dan absolute toe systolic presure. ABI didapat dengan cara membagi tekanan sistolik betis dengan tekanan sistolik lengan. Apabila didapat angka yang abnormal perlu dicurigai adanya iskemia. Arteriografi perlu dilakukan untuk memastikan terjadinya oklusi arteri. 3.6. Gambaran Klinis Gambaran klinis dibedakan : 1. Neuropathic Foot yang terdiri dari: Ulkus neuropatik, Artropati neuropatik (Artropati Charcot ), Edema neuropatik A. Ulkus Neuropatik Neuropati perifer diabetik dapat memberikan small fibreneuropathy yang berakibat gangguan somatik dan otonom. Manifestasinya berupa hilangnya sensasi panas dan nyeri sebelum rabaan dan fibrasi terganggu. Juga saraf simpatik mengalami denervasi yang mengganggu aliran darah disebabkan karena terjadi aliran yang berlebih dengan arteriovenous shunting disekitar kapiler-serta dilatasi
  • 17. arteri perifer. Aliran darah yang miskin makanan ini mengurangi efektivitas dari perfusi jaringan yang memang sudah berkurang. Disamping ini neuropati merusak serabut C saraf sensorik sehingga terjadi gangguan nosiseptor. Jadi ulkus pada kaki diabetik ini akibat iskemia, sering terlihat adanya gambaran gas. Penyebabnya dapat karena Clostridium , E coli, Streptococus anaerob, dan Bacteroides sp. Untuk melakukan identifikasi kasus yang rentan ulkus, kini digunakan alat sederhana untuk screening, yaitu TCD (Tactile Circumferential Discriminator) pada hallux yang korelasinya dengan menggunakan filament dan ambang fibrasi yang cukup tinggi. Dalam menilai ulkus perlu dipastikan dalam serta luasnya ulkus. Sering kita terkecoh karena kita anggap enteng, padahal lesi ini merupakan puncak dari gunung es. Secara klinis terlihat melebar pada kaki dan tungkai bawah pada sikap berbaring. Kaki ada aliran lebih cepat dan vaskularitas lebih. Apabila ada ulkus maka perlu diperhatikan kuman penyebab infeksinya. Kirim sample untuk biakan bakteri. Gambar 3.4. Ulkus Neuropati B. Artropati Neuropatik Kerusakan serabut motorik, sensorik dan autonom memudahkan terjadinya atropati Charcot. Keadaan ini diduga akibat disfungsi saraf otonom yang berakibat terjadi perfusi yang abnormal pada tulang-tulang kaki, sehingga terjadi fragmentasi tulang dan kolaps arkus. Atropati Charcot atau dengan nama lain “Rocker-bottom foot” ini rentan terhadap kerusakan jaringan dan ulserasi. Gangguan vaskuler perifer baik akibat makrovaskuler (aterosklerosis) maupun karena gangguan yang bersifat mikrovaskular
  • 18. menyebabkan terjadinya iskemia kaki. Keadaan tersebut di samping menjadi penyebab terjadinya ulkus juga mempersulit proses penyembuhan ulkus kaki. Deformitas kaki sering berakibat pada ulcerasi. Penderita diabetes cenderung mempunyai jari bengkok yang menekan jari tersebut, yang berhubungan dengan menipis dan menggesernya timbunan lemak bawah caput metatarsal pertama. Akibatnya daerah ini rawan ulserasi dan infeksi. Bentuk yang ekstrim dari deformitas kaki ini, yaitu kaki Charcot. Sebab terjadinya fraktur dan reabsorbsi tulang pada kaki Charcot ini belum jelas, tetapi diduga akibat neuropati otonom (akibat gagalnya tonus vaskular ini akan meningkatkan aliran darah, pembentukan shunt arteriovenosa dan resorbsi tulang padahal penderita diabetes densitas tulang rendah) dan neuropati perifer (hilang rasa, sehingga pasien masih aktif berjalan dan sebagainya meskipun tulang fraktur). Akibatnya ada fraktur, kolaps sendi, dan deformitaskaki. Awalnya kaki Charcot ini akut: panas, merah, dengan nadi yang keras, dengan atau tanpa trauma (perlu di DD dengan selulitis). Pada stadium 4 mudah sekali terjadi ulkus dan infeksi dan gangren yang dapat berakibat amputasi Gambar 3.5. Lokasi-lokasi tempat terjadinya ulkus DM neuropati C. Edema Neuropatik Merupakan komplikasi terjarang dari kaki diabetik, dimana terdapat edema (pitting) kaki dan tungkai bawah yang berhubungan dengan kerusakan saraf tepi (kesampingkan dulu sebab kardial dan renal). Gangguan saraf simpatis berakibat edema dan venous pooling yang abnormal, juga vasomotor refleks hilang pada sikap berdiri. 2. Neuro-ischemic foot
  • 19. Gambaran tungkai ini gabungan antara kelainan arterosklerosis yang dipercepat pada diabetes dan neuropathic foot. Keluhan klaudikasio intermitten, nyeri tungkai waktu istirahat, dengan ulserasi dan gangren. Umumnya rest pain diwaktu malam, dan berkurang pada sikap kaki yang tergantung. Untuk membedakan dengan ulkus neuropatik, disini ulkusnya nyeri, satu nekrosis, dilingkari pinggiran eritemateus dan tidak disertai callus. Predileksi di ibu jari, tepi medial metatarsal I, atau tepilateral metatarsal V, serta tumit. Perlu diperiksa pembuluh darah arteri, kalau perlu dengan arteriografi. 3.7. Klasifikasi ulkus diabetik Klasifikasi ulkus diabetik berguna untuk menyamaratakan bahasa dalam deskripsi dan kondisi ulkus, serta untuk kepentingan manajemen/ terapi. Ada beberapa sistem klasifikasi untuk menilai gradasi lesi, salah satunya yang banyak digunakan adalah klasifikasi ulkus DM berdasarkan University of Texas Classification System. Sistem klasifikasi ini menilai lesi bukan hanya faktor dalamnya lesi, tetapi juga menilai ada tidaknya faktor infeksi dan iskemia. (tabel 1). Tabel 3.1, Klasifikasi ulkus DM berdasarkan University of Texas Classification System Berdasarkan dalamnya luka, derajat infeksi dan derajat gangren ,maka dibuat klasifikasi derajat lesi pada kaki diabetik menurut Wagner.
  • 20. Tabel 3.2. Klasifikasi Wagner untuk kaki diabetic Tingkat Karakteristik kaki Derajat 0 Tidak ada ulserasi, tetapi beresiko tinggi walaupun tidak ada ulserasi, untuk menjadi kaki diabetik. Penderita dalam kelompok ini perlu mendapat perhatian khusus. Pengamatan berkala, perawatan kaki yang baik dan penyuluhan penting untuk mencegah ulserasi. Derajat I Ulkus superfisial, tanpa infeksi disebut juga ulkus neuropatik, oleh karena itu lebih sering ditemukan pada daerah kaki yang banyak mengalami tekanan berat badan yaitu di daerah ibu jari kaki dan plantar. Sering terlihat adanya kallus. Derajat II Ulkus dalam, disertai selulitis, tanpa abses atau kelainan tulang Adanya ulkus dalam, sering disertai infeksi tetapi tanpa adanya kelainan tulang. Derajat III Ulkus dalam disertai kelainan kulit dan abses luas yang dalam. Derajat IV Gangren terbatas yaitu hanya pada ibu jari kaki, tumit Penyebab utama adalah iskemi, oleh karena itu disebut juga ulkus iskemi yang terbatas pada daerah tertentu. Derajat V Gangren seluruh kaki Biasanya oleh karena sumbatan arteri besar, tetapi juga ada kelainan neuropati dan infeksi. 3.8. Diagnosis Banding Infeksi skeletal dan jaringan lunak kaki tidak terbatas hanya disebabkan oleh diabetes mellitus. Oleh sebab itu, perlu dipertimbangkan beberapa kondisi yang dapat menjadi diagnosis banding, sehubungan dengan infeksi dan struktur yang mengenainya. - Buerger Disease (Thromboangiitis Obliterans) 3.9. Pemeriksaan Penunjang Pemeriksaan penunjang yang bisa dilakukan untuk menegakkan diagnosis secara pasti adalah dengan melakukan pemeriksaan lengkap yakni pemeriksaan CBC (Complete Blood Count), pemeriksaan gula darah, fungsi ginjal, fungsi hepar, elektrolit. Untuk menentukan patensi vaskuler dapat digunakan beberapa pemeriksaan non invasif seperti; (ankle brachial index/ ABI) yang sudah dijelaskan pada pemeriksaan fisik. Pemeriksaan lainnya ialah transcutaneous oxygen tension (TcP02), USG color Doppler atau menggunakan pemeriksaan invasif seperti; digital subtraction angiography (DSA), magnetic resonance angiography (MRA) atau computed tomography angoigraphy(CTA ).
  • 21. Apabila diagnosis adanya penyakit obstruksi vaskuler perifer masih diragukan, atau apabila direncanakan akan dilakukan tindakan revaskularisasi maka pemeriksaan digital subtraction angiography, CTA atau MRA perlu dikerjakan. Gold standard untuk diagnosis dan evaluasi obstruksi vaskuler perifer adalah DSA. Pemeriksaan DSA perlu dilakukan bila intervensi endovascular menjadi pilihan terapi. Pemeriksaan foto polos radiologis pada pedis juga penting untuk mengetahui ada tidaknya komplikasi osteomielitis. Pada foto tampak gambarandestruksi tulang dan osteolitik. 3.10. Penatalaksanaan Penatalaksanaan kaki diabetes dapat dibagi dalam 2 kelompok besar, yaitu pencegahan terjadinya kaki diabetes dan terjadinya ulkus (pencegahan primer sebelum terjadi perlukaan pada kulit) dan pencegahan agar tidak terjadi kecacatan yang lebih parah (pencegahan sekunder dan pengelolaan ulkus/gangren diabetes yang sudah terjadi).5,8 Prinsip dasar yang baik pengelolaan terhadap ulcus/gangrene diabetic adalah : 1. Evaluasi tukak yang baik : keadaan klinis luka, dalamnya luka, gambaran radiologi (benda asing, osteomielitis, adanya gas sub kutis), lokasi, biopsy vaskularisasi (non invasive). 2. Pengelolaan terhadap neuropati diabetic 3. Pengendalian keadaan metabolic sebaik-baiknya 4. Debridement luka yang adekuat, radikal 5. Biakan kuman (aerobic dan anaerobic) 6. Antibiotic oral-parental 7. Perawatan luka yang baik 8. Mengurangi edema 9. Non weight bearing (tirah baring, tongkat penyangga, kursi roda, alas kaki khusus, total kontak casting) 10. Perbaikan sirkulasi, atau bedah vascular 11. Nutrisi 12. Rehabilitasi 13. Debridement danPembalutan
  • 22. Pada dasarnya, terapi ulkus diabetikum sama dengan terapi pada luka lain,yaitu mempersiapkan bed luka yang baik untuk menunjang tumbuhnya jaringan granulasi, sehingga proses penyembuhan luka dapat terjadi. Kita mengenalnya dengan istilah preparasi bed luka. Debridement merupakan tahapan yang penting dalam proses penyembuhan luka. Buang jaringan mati, jaringan hyperkeratosis dan membuat drainase yang baik, dan jika diperlukan dilakukan secara berulang. Perlu disadari bahwa setelah tindakan ini, luka menjadi lebih besar dan berdarah. Harus diketahui bahwa tidak ada obat-obatan topikal yang dapat menggantikan debridement yang baik dengan teknik yang benar dan proses penyembuhan luka selalu dimulai dari jaringan yang bersih. Pada beberapa kondisi tidak memerlukan tindakan debridement seperti pada gangren yang kering, ulkus yang menyembuh dengan scar dan ulkus pada tungkai dengan sirkulasi yang buruk. Proses debridement adalah proses usaha menghilangkan jaringan nekrotik atau jaringan nonvital dan jaringan yang sangat terkontaminasi dari bed luka dengan mempertahankan secara maksimal struktur anatomi yang penting seperti saraf, pembuluh darah, tendo dan tulang. Tujuan dasar dari debridement adalah mengurangi kontaminasi pada luka untuk mengontrol dan mencegah infeksi. Ada beberapa jenis debridement, yaitu: Autolytic debridement; Enzym ayic debridement; Mechanical debridement; biological debridement; surgical debridement. Kontrol bakteri adalah satu hal penting yang harus diperhatikan. Hasil eksperimen menunjukkan jumlah antara 105-106 organisme/gram di bed luka akan mengganggu penyembuhan luka. Mengelola eksudat merupakan hal yang penting dalam pengelolaan luka. Cara terbaik untuk melihat bed luka yang tidak sembuh pada luka kronik adalah dengan menilai eksudat. Pengelolaan eksudat dapat dilakukan secara direct maupun indirect. Direct dilakukan dengan balut tekan disertai highly absorbent dressing atau vacuum mechanical. Bisa juga dilakukan pencucian dan irigasi menggunakan NaCl 0,9% atau air steril. Indirect, prosedur ini ditujukan untuk mengurangi penyebab yang mendasari koloni bakteri yang ekstrim.
  • 23. Sebelum tindakan bedah (debridement), kondisi yang harus diperhatikan adalah keadaan umum yang meliputi serum protein > 6,2 g/dl, serum albumin>3,5 g/dl, total limfosit >1500 sel/mm3. Pemeriksaan kultur diperlukan terutama pada ulkus yang dalam dan diambil dari jaringan yang dalam. Diperlukan debridement yang optimal sampai nampak jaringan yang sehat dengan cara membuang semua jaringan nekrotik. Debridement yang tidak optimal akan menghambat penyembuhan ulkus. Pada penanganan infeksi, debridement merupakan langkah awal yang sangat bermanfaat untuk mengurangi lama pemberian antibiotik dan mengurangi angka amputasi. Kultur sebaiknya dilakukan setelah atau sewaktu dilakukan debridement. Kultur yang didapat dari hapusan luka luar, sudah dibuktikan memiliki korelasi yang buruk dengan kuman pathogen sebenarnya. Merendam luka tidak memberikan keuntungan walaupun secara. Tradisionil masih sering dilakukan, bahkan dapat merugikan karena terjadinya maserasi dan infeksi sekunder. Selainitu karena kulit penderita tidak sensitif sering terjadi luka bakar akibat penderita bermaksud merendam lukanya dengan air hangat, ternyata yang digunakan adalah air panas. Penggunaanobatbakterisidal topikalsepertipovidone iodine asamasetat, kalium permanganas hidrogen peroksida dan natrium hipokhlorit perlu dipertimbangkan keuntungannya. Walaupun bahan-bahan tersebut dapat membunuh bakteri yang ada di permukaan kulit tetapi bahan tersebut juga bersifat sitotoksik terhadap jaringan granulasi sehingga menghambat penyembuhan luka. Kita juga harus hati-hati dalam penggunaan antibiotik topikal, dan biasanya hanya digunakan untuk ulkus yang dangkal dengan waktu penggunaan tidak boleh lebih dari 2 minggu. Antibiotika Adapun prinsip-prinsip penggunaan antibiotik pada kaki diabetik : 1) Pilihlah antibiotik yang paling potent terhadap bakteri - bakteri ditempat yang dicurigai sebagai lokasi (site infeksi). 2) Harus diketahui potensi antibiotik yang kita pilih terhadap bakteri- bakteri tertentu. Antibiotik yang mempunyai potensi baik,
  • 24. memungkinkan pemberian dosis yang kecil khususnya pada infeksi yang ringan - sedang. 3) Spektrum antibiotik. Pada infeksi yang dalam dan mengancam jiwa biasanya penyebabnya polymicrobial. Sehingga gunakan antibiotik yang melawan aerob gram positif, aerob gram negatif, dan anaerob. Pada ulkus diabetika ringan/sedang antibiotika yang diberikan difokuskan pada patogen Gram positif. Pada ulkus terinfeksi yang berat (limb or life threatening infection) kuman lebih bersifat polimikrobial (mencakup bakteri Gram positif berbentuk coccus, Gram negatif berbentuk batang, dan bakteri anaerob). Antibiotika harus bersifat broad spectrum dan diberikan secara injeksi. Kriteria Terapi Pembedahan pada Kaki Diabetik • Kriteria terapi konservatif Klinis : - Pulsasi arteri tungkai dan pedis teraba - Nutirisi kulit cukup - Tidak ada deformitas - Nekrosis atau jaringan infeksi dapat dikendalikan Radiologis : tidak ada tanda-tanda osteomielitis • Criteria amputasi lokal / trans-metatarsal Klinis : - Gangrene pada jari kaki atau meluas hanya ke distal kaki penderita - Nutrisi kulit cukup - Infeksi dapat dikendalikan - Pulsasi arteri poplitea dapat teraba Radiologis : ada tanda-tanda osteomielitis • Criteria amputasi bawah lutut Klinis : - Gangrene dan edema pada kaki, menyebar sampai ke angkle - Infeksi tidak dapat dikendalikan - Pulsasi poplitea tidak teraba Radiologi : ada tanda-tanda osteomielitis • Criteria amputasi atas lutut
  • 25. Klinis : - Gangrene menyebar ke atas pergelangan kaki sampai sepertiga tungkai - Infeksi tidak dapat dikendalikan - Nutrisi kulit buruk - Pulsasi poplitea tidak teraba Radiologi : sirkulasi buruk, ada tanda-tanda osteomielitis, perubahan neuropati pada sendi subtalar dan midtalar. BAB IV ANALISIS KASUS Seorang perempuan 65 tahun datang ke RSUD. Palembang Bari dengan keluhan kisaran lebih 2 bulan yang lalu penderita mengalami luka pada kaki sebelah kiri karena terpeleset. Luka tersebut tidak sembuh-sembuh. Sehari setelah itu pendertia mengalami bengkak pada daerah yang luka kemudian penderita merendam kakinya dengan menggunakan air hangat yang dicampur garam, namun bengkak tersebut tidak berkurang. Penderita sering terbangun untuk kencing pada malam hari, mudah haus dan badan terasa lemas. Penderita berobat ke dokter praktek umum, kemudian diperiksa gula darahnya, penderita dinaytakan mengalami kencing manis lalu diberikan tiga jenis obat makan yang penderita lupa nama obatnya namun penderita tidak meminum obatnya, juga obat merah dan perban untuk lukanya, penderita dirujuk ke RSUD Palembang BARI namun penderita tidak mau. Kisaran 1 bulan yang lalu penderita merasakan luka tersebut tidak kunjung sembuh, luka mulai menghitam dan mengeluarkan bau busuk,
  • 26. semakin lama luka tersebut semakin meluas ke seluruh jari kaki kiri penderita. Penderita juga merasakan nyeri yang terus menerus. Dari keluhan utama dan riwayat perjalanan penyakit ini dapat dipikirkan diagnosis untuk keluhan seperti yang dirasakan oleh pasien ini, yaitu gangrene diabetic karena luka tersebut tidak sembuh-sembuh dan penderita juga memiliki penyakit diabetes mellitus yang tidak diketahui sebelumnya. Diagnosis banding berupa buerger disease, pada penyakit ini bisa terjadi pada pembuluh darah perifer ekstremitas superior dan inferior, terasa nyeri terutama pada saat beristirahat, berhubungan dengan kebiasaan merokok dari usia muda dan penderita lebih banyak laki-laki dibanding perempuan, pada penderita ditemukan gejala diabetes mellitus, tidak adanya riwayat merokok dan jenis kelamin perempuan. Dari hasil pemeriksaan status generalis TD : 160/100 mmHg, RR: 24 x/m, HR:80 x/m, Temp: 36,3o C. dari hasil pemeriksaaan fisik didak didapatkan kelainan. Status lokalis Pedis sinistra terdapat warna kulit keh titaman ½ distal pedis, terdapat pus, permukaan rata dan teraba lembut, Dari hasil pemeriksaan laboratorium pre-operasi tanggal 5 Mei 2013 di dapatkan Hb 8,0 gr/dL, leukosit 15.700 ul, trombosit 502.000 ul, HT 25%, dif. Count : 0/2/3/65/21/9, BSN 158 mg/dL, BSPP 178 mg/Dl, protein total 5,2 gr/dL, albumin 2,2 gr/dL, ureum 16 mg/dl. Dari pemeriksaan rontgen thoraks dan tarsal sinistra tidak ada kelainan. Berdasarkan hasil temuan baik dari anamnesis, pemeriksaan fisik, maupun hasil pemeriksaan penunjang, maka dapat disimpulkan bahwa pasien ini mengalami gangrene diabetic pedis sinistra+hipertensi derajat II+Anemia. Penderita ini dilakukan Operasi amputasi. Instruksi post operasi penderita diberikan pengobatan umum bed rest total, IvFD RL gtt XX/menit, serta pengobatan medikamentosa berupa, inj. Cefotaxime 1 gr dan Inj, Ketorolac 1 amp. Penderita dianjurkan untuk melindungi diri agar tidak terjadi luka, dan penderita juga dianjurkan untuk mengontrol gula darahnya dengan diet, olahraga dan menkonsumsi obat anti diabetic secara teratur., juga obat anti hipertensi. Prognosis pada pasien ini untuk quo ad vitam, yaitu bonam, dan quo ad functionam, yaitu dubia ad bonam.
  • 27. DAFTAR PUSTAKA 1. Waspadji S , Kaki Diabetik,Kaitannya Dengan Neuropati Diabetik dalam 1 Makalah Kaki Diabetik Patogenesis dan Penatalaksanaan,Badan Penerbit Universitas Diponegoro, Semarang, 1997; E1-16. 2. Darmono, Status Glikemi dan Komplikasi Vaskuler Diabetes Mellitus dalam Naskah lengkap Kongres Nasional V PersatuanDiabetes Indonesia (Persadia) dan Pertemuan Ilmiah PerkumpulanEndokrinologi Indonesia (Perkeni), Badan Penerbit UniversitasDiponegoro, Semarang, 2002 ; 57 – 68. 3. Preventive Foot Date at June, 2002. Available from file //www.diabetes.org/ 4. Powers A C, Diabetes Mellitus in Horrison”s Principles ofInternal Medicine –15 th Edition [monographin CD Room] , Mc GrawHill ; 2001.
  • 28. 5. Scope Management of type 2 diabetes : prevention and management of Foot problems. Diabetes Care, Volume 25, June 2002;S 1085 - 1094. Available at http://w w w .nice.org.uk/nice medi a/pdf/footcare_s cope.pdf 6. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam, Jilid III, Edisi IV, Perhimpunan Dokter Spesialis Penyakit Dalam Indonesia, Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, Jakarta, 2006. 7. Wild S, Roglic G, Green A, Sicree R, King H. Global prevalence of diabetes: estimates for the year 2000 and projections for 2030. Diabetes Care 2004;27(5):1047–1053. 8. Meggitt B. Surgical management of the diabetic foot. Br J Hosp Med 1976;16:227–332. 9. International working group on the diabetic foot. International Consensus on the Diabetic Foot. International Working Group on the Diabetic Foot, Maastricht, 1999. 10. Goldner MG. The fate of the second leg in the diabetic amputee. Diabetes 1960;9:100–103. 11. Helm PA, Walker SC, Pulliam GF. Recurrence of neuropathic ulcerations following healing in a total contact cast. Arch Phys Med Rehabil 1991;72(12):967–970.