Dokumen tersebut membahas tentang pemeriksaan fisik sistem perkemihan yang meliputi inspeksi, palpasi, perkusi, dan auskultasi organ-organ terkait seperti ginjal, kandung kemih, dan meatus urinaria untuk mendeteksi gangguan pada sistem tersebut.
Pasien laki-laki berusia 58 tahun datang dengan keluhan nyeri dada dan batuk berdahak. Pemeriksaan menunjukkan adanya pleuropneumonia di paru kiri pasien beserta riwayat diabetes.
Ketuban pecah dini atau KPD adalah ketika ketuban pecah sebelum usia kehamilan 37 minggu. KPD dapat disebabkan oleh berbagai faktor seperti infeksi, riwayat KPD sebelumnya, atau merokok. Penderita KPD dapat mengalami komplikasi seperti persalinan prematur, infeksi, atau asfiksia janin. Penatalaksanaannya meliputi pemberian antibiotik, kortikosteroid, dan induksi persalinan tergant
Fraktur Humerus yang bisa tetrjadi pada siapa saja, termasuk bayi. Untuk mengetahui lebih lanjut bagaimana fraktur humerus dan bagaimana penanganannya, slide ini akan sedikit membahasnya.
Transfusi darah adalah proses pemindahan darah atau komponennya dari donor ke pasien. Tujuannya antara lain mengganti kekurangan sel darah merah atau faktor pembekuan, serta meningkatkan oksigenasi jaringan. Pemeriksaan golongan darah dan crossmatching harus dilakukan untuk mencegah reaksi transfusi seperti demam, alergi, atau hemolisis."
Dokumen tersebut membahas tentang pemeriksaan fisik sistem perkemihan yang meliputi inspeksi, palpasi, perkusi, dan auskultasi organ-organ terkait seperti ginjal, kandung kemih, dan meatus urinaria untuk mendeteksi gangguan pada sistem tersebut.
Pasien laki-laki berusia 58 tahun datang dengan keluhan nyeri dada dan batuk berdahak. Pemeriksaan menunjukkan adanya pleuropneumonia di paru kiri pasien beserta riwayat diabetes.
Ketuban pecah dini atau KPD adalah ketika ketuban pecah sebelum usia kehamilan 37 minggu. KPD dapat disebabkan oleh berbagai faktor seperti infeksi, riwayat KPD sebelumnya, atau merokok. Penderita KPD dapat mengalami komplikasi seperti persalinan prematur, infeksi, atau asfiksia janin. Penatalaksanaannya meliputi pemberian antibiotik, kortikosteroid, dan induksi persalinan tergant
Fraktur Humerus yang bisa tetrjadi pada siapa saja, termasuk bayi. Untuk mengetahui lebih lanjut bagaimana fraktur humerus dan bagaimana penanganannya, slide ini akan sedikit membahasnya.
Transfusi darah adalah proses pemindahan darah atau komponennya dari donor ke pasien. Tujuannya antara lain mengganti kekurangan sel darah merah atau faktor pembekuan, serta meningkatkan oksigenasi jaringan. Pemeriksaan golongan darah dan crossmatching harus dilakukan untuk mencegah reaksi transfusi seperti demam, alergi, atau hemolisis."
Ringkasan dokumen tersebut adalah:
Dokumen tersebut membahas tentang tujuan dan teknik pemeriksaan fisik abdomen yang meliputi inspeksi, palpasi, perkusi dan auskultasi untuk mendeteksi kelainan pada organ dalam perut.
Kejang demam disebabkan oleh perubahan keseimbangan ion di sel-sel saraf akibat kenaikan suhu tubuh pada demam. Peningkatan suhu 1 derajat Celcius dapat meningkatkan metabolisme 10-15% dan kebutuhan oksigen 20%, mengubah keseimbangan membran sel saraf pada anak. Hal ini menyebabkan difusi ion kalium dan natrium yang luas ke sel-sel saraf sekitar melalui neurotransmitter, mengakibatkan kejang.
1) Pemeriksaan feses berguna untuk mendiagnosis penyakit saluran pencernaan. 2) Pemeriksaan meliputi makroskopis dan mikroskopis untuk menilai jumlah, warna, bau, konsistensi, darah, lendir, parasit, dan sel-sel dalam feses. 3) Hasil pemeriksaan dapat menunjukkan kondisi seperti diare, konstipasi, perdarahan, infeksi parasit, dan gangguan pencernaan.
Demam thypoid adalah penyakit infeksi akut yang disebabkan oleh bakteri Salmonella thypi yang masuk melalui makanan atau minuman tercemar. Penyakit ini ditandai dengan demam yang berlangsung lebih dari seminggu beserta gangguan pencernaan dan kesadaran. Komplikasi dapat terjadi pada usus, darah, paru, hati, ginjal, tulang, dan sistem saraf. Diagnosa didukung dengan pemeriksaan darah dan biakan bakteri
Hipertiroidisme adalah kelebihan produksi hormon tiroid yang menyebabkan metabolisme tubuh menjadi terlalu cepat. Gejala klinisnya antara lain takikardi, kelelahan, berat badan turun, dan mata melotot. Diagnosa ditegakkan dengan pemeriksaan laboratorium seperti kadar hormon tiroid yang tinggi beserta tekanan TSH yang rendah. Pengobatan utamanya adalah dengan obat anti tiroid seperti propiltiourasil atau metimazol
Pasien laki-laki berusia 47 tahun dirawat karena penurunan kesadaran dan sirosis hati dekompensasi akibat hepatitis B kronis. Pemeriksaan fisik menunjukkan ikterus, asites, dan nyeri epigastrium. Hasil laboratorium menunjukkan anemia, trombositopenia, dan peningkatan enzim hati. USG menunjukkan sirosis hati dan hipertensi portal. Diagnosis pasien adalah ensefalopati hepatik, sirosis hati dekompensasi
Dokumen tersebut membahas tentang sirosis hati (SH), yaitu kondisi fibrosis hati yang merupakan tahap akhir dari proses peradangan kronis hati. SH disebabkan oleh berbagai faktor seperti hepatitis kronis, alkohol, obesitas, dan dapat menyebabkan komplikasi seperti hipertensi portal, asites, dan ensefalopati hepatik. Pemeriksaan yang dapat dilakukan untuk mendiagnosis dan memantau SH antara lain pemerik
Dokumen tersebut membahas tentang dua jenis virus herpes yaitu herpes simpleks dan herpes zoster. Herpes simpleks memiliki dua tipe, yaitu tipe 1 yang menyebabkan herpes labialis dan tipe 2 yang menyebabkan herpes genitalis. Sedangkan herpes zoster disebabkan oleh virus varicella zoster yang dapat menyebabkan varicella atau cacar air pada anak-anak dan herpes zoster pada orang dewasa. Dokumen ini membandingkan karakteristik, pat
Dokumen tersebut merangkum tentang pemeriksaan fisik thorax (paru dan jantung) yang meliputi inspeksi, palpasi, perkusi, dan auskultasi. Pemeriksaan dimulai dengan memperkenalkan diri kepada pasien dan meminta persetujuan, kemudian dilanjutkan dengan inspeksi bentuk dada dan pergerakannya. Palpasi dilakukan untuk merasakan fremitus dan pergerakan dada. Perkusi digunakan untuk menentukan
This document provides information on severe and complicated malaria. It begins by defining malaria and describing the different species of Plasmodium that cause it. It then distinguishes between uncomplicated and severe malaria. Severe malaria is defined as malaria illness that threatens a patient's life, with features like cerebral malaria, severe anemia, respiratory distress, hypoglycemia, or circulatory collapse. The document outlines groups at high risk of severe malaria and describes diagnosing and managing severe malaria cases, including giving parenteral antimalarial treatment like artesunate immediately, managing complications, and providing supportive care.
1. Mrs. L, a 41-year-old woman, presented to the emergency room with chest pain for 3 days. Physical examination found her heart rate was 102 beats per minute.
2. Tests including ECG, bloodwork, chest x-ray were largely normal. The ECG showed ST depression.
3. She was assessed with unstable angina pectoris and prescribed aspirin, clopidogrel, nitroglycerin, and bisoprolol to treat her symptoms. Her prognosis was noted to be uncertain.
Ringkasan dokumen tersebut adalah:
Dokumen tersebut membahas tentang tujuan dan teknik pemeriksaan fisik abdomen yang meliputi inspeksi, palpasi, perkusi dan auskultasi untuk mendeteksi kelainan pada organ dalam perut.
Kejang demam disebabkan oleh perubahan keseimbangan ion di sel-sel saraf akibat kenaikan suhu tubuh pada demam. Peningkatan suhu 1 derajat Celcius dapat meningkatkan metabolisme 10-15% dan kebutuhan oksigen 20%, mengubah keseimbangan membran sel saraf pada anak. Hal ini menyebabkan difusi ion kalium dan natrium yang luas ke sel-sel saraf sekitar melalui neurotransmitter, mengakibatkan kejang.
1) Pemeriksaan feses berguna untuk mendiagnosis penyakit saluran pencernaan. 2) Pemeriksaan meliputi makroskopis dan mikroskopis untuk menilai jumlah, warna, bau, konsistensi, darah, lendir, parasit, dan sel-sel dalam feses. 3) Hasil pemeriksaan dapat menunjukkan kondisi seperti diare, konstipasi, perdarahan, infeksi parasit, dan gangguan pencernaan.
Demam thypoid adalah penyakit infeksi akut yang disebabkan oleh bakteri Salmonella thypi yang masuk melalui makanan atau minuman tercemar. Penyakit ini ditandai dengan demam yang berlangsung lebih dari seminggu beserta gangguan pencernaan dan kesadaran. Komplikasi dapat terjadi pada usus, darah, paru, hati, ginjal, tulang, dan sistem saraf. Diagnosa didukung dengan pemeriksaan darah dan biakan bakteri
Hipertiroidisme adalah kelebihan produksi hormon tiroid yang menyebabkan metabolisme tubuh menjadi terlalu cepat. Gejala klinisnya antara lain takikardi, kelelahan, berat badan turun, dan mata melotot. Diagnosa ditegakkan dengan pemeriksaan laboratorium seperti kadar hormon tiroid yang tinggi beserta tekanan TSH yang rendah. Pengobatan utamanya adalah dengan obat anti tiroid seperti propiltiourasil atau metimazol
Pasien laki-laki berusia 47 tahun dirawat karena penurunan kesadaran dan sirosis hati dekompensasi akibat hepatitis B kronis. Pemeriksaan fisik menunjukkan ikterus, asites, dan nyeri epigastrium. Hasil laboratorium menunjukkan anemia, trombositopenia, dan peningkatan enzim hati. USG menunjukkan sirosis hati dan hipertensi portal. Diagnosis pasien adalah ensefalopati hepatik, sirosis hati dekompensasi
Dokumen tersebut membahas tentang sirosis hati (SH), yaitu kondisi fibrosis hati yang merupakan tahap akhir dari proses peradangan kronis hati. SH disebabkan oleh berbagai faktor seperti hepatitis kronis, alkohol, obesitas, dan dapat menyebabkan komplikasi seperti hipertensi portal, asites, dan ensefalopati hepatik. Pemeriksaan yang dapat dilakukan untuk mendiagnosis dan memantau SH antara lain pemerik
Dokumen tersebut membahas tentang dua jenis virus herpes yaitu herpes simpleks dan herpes zoster. Herpes simpleks memiliki dua tipe, yaitu tipe 1 yang menyebabkan herpes labialis dan tipe 2 yang menyebabkan herpes genitalis. Sedangkan herpes zoster disebabkan oleh virus varicella zoster yang dapat menyebabkan varicella atau cacar air pada anak-anak dan herpes zoster pada orang dewasa. Dokumen ini membandingkan karakteristik, pat
Dokumen tersebut merangkum tentang pemeriksaan fisik thorax (paru dan jantung) yang meliputi inspeksi, palpasi, perkusi, dan auskultasi. Pemeriksaan dimulai dengan memperkenalkan diri kepada pasien dan meminta persetujuan, kemudian dilanjutkan dengan inspeksi bentuk dada dan pergerakannya. Palpasi dilakukan untuk merasakan fremitus dan pergerakan dada. Perkusi digunakan untuk menentukan
This document provides information on severe and complicated malaria. It begins by defining malaria and describing the different species of Plasmodium that cause it. It then distinguishes between uncomplicated and severe malaria. Severe malaria is defined as malaria illness that threatens a patient's life, with features like cerebral malaria, severe anemia, respiratory distress, hypoglycemia, or circulatory collapse. The document outlines groups at high risk of severe malaria and describes diagnosing and managing severe malaria cases, including giving parenteral antimalarial treatment like artesunate immediately, managing complications, and providing supportive care.
1. Mrs. L, a 41-year-old woman, presented to the emergency room with chest pain for 3 days. Physical examination found her heart rate was 102 beats per minute.
2. Tests including ECG, bloodwork, chest x-ray were largely normal. The ECG showed ST depression.
3. She was assessed with unstable angina pectoris and prescribed aspirin, clopidogrel, nitroglycerin, and bisoprolol to treat her symptoms. Her prognosis was noted to be uncertain.
Injeksi intra vena narkoba amanda ko ass RSPAD Gatot SoebrotoSoroy Lardo
Tingkat penggunaan narkoba secara intravena meningkat setiap tahunnya dan menimbulkan berbagai komplikasi kesehatan. Salah satu komplikasi serius yang sering terjadi adalah infeksi bakteri. Bakteri masuk melalui kulit saat injeksi dan menyebar ke berbagai jaringan. Staphylococcus aureus dan Streptococcus sp. adalah penyebab utama infeksi pada pengguna narkoba intravena. Upaya pencegahan meliputi program pert
Malaria is a significant parasitic disease that claims many lives, especially children. It is caused by Plasmodium parasites transmitted via mosquito bites. P. falciparum is the most deadly species and can cause severe complications like cerebral malaria, acidosis, pulmonary edema, renal failure, severe anemia, and liver dysfunction if left untreated. These complications have high mortality rates. Malaria disproportionately impacts pregnant women and children, who are more likely to experience severe forms of the disease. Prompt diagnosis and treatment with antimalarial drugs is needed to prevent mortality from this widespread and deadly infectious disease.
Approach acute diarrhea with comorbid diseasesSoroy Lardo
1. The patient, a 57-year-old female, presented with fever for one week and diarrhea for one day. She had a history of diabetes, hypertension, and coronary artery disease.
2. On examination, she had a temperature of 36°C, tenderness in the upper right abdominal quadrant, and typhoid tongue. Laboratory tests showed hypercholesterolemia.
3. She was assessed with acute gastroenteritis, likely typhoid fever given her history of travel to a malaria-endemic area and change in diet. She was started on treatment and monitoring for her comorbidities. Further diagnostic tests were planned to confirm the diagnoses.
This document defines severe malaria and describes its symptoms, risk factors, diagnosis, and treatment. Severe malaria is characterized by high parasite levels in the blood and/or organ dysfunction. Diagnosis involves microscopic examination of blood smears, rapid diagnostic tests, or molecular tests. Treatment consists of supportive care and intravenous antimalarial drugs like artesunate or quinine. Complications are treated based on affected organ systems and may involve oxygen supplementation, anticonvulsants, or blood transfusions.
Pasien berusia 43 tahun dirujuk dari RS Marthen Indey ke RSPAD Gatot Soebroto karena diduga menderita malaria berat disertai gagal ginjal akut dan hemoglobinuria setelah sebelumnya mengalami demam tinggi selama 4 hari."
The document outlines several potential nursing diagnoses and interventions for patients with chronic illnesses or cancer diagnoses. It discusses interventions to address risks of infection, ineffective coping, acute pain, ineffective sexual patterns, powerlessness, and hopelessness. The interventions focus on hygiene, monitoring for infection signs, encouraging fluid intake and coping skills, managing pain, providing education and support for sexuality issues, enhancing patient autonomy, and addressing fears and isolation.
Complicated malaria refers to any clinical presentation requiring parenteral treatment, including severe malaria which meets strict WHO criteria. Of falciparum malaria cases, around 10% are severe, with a mortality of 10% without treatment but up to 50% for those meeting the severe criteria. Pathophysiology of severe manifestations includes sequestration of infected red blood cells in organs, hypoglycemia, acidosis, anemia, acute renal failure, and shock. Diagnosis involves blood smears to identify Plasmodium species and quantify parasitemia level.
Presentasi kasus diare akut dehidrasi ringansedang : Sub SMF/Divisi Tropik In...Soroy Lardo
Kontribusi Sub SMF/Divisi Tropik Infeksi Departemen Penyakit Dalam untuk IDC (Infectious Diseases Community) Indonesia Army Central Hospital Gatot Soebroto
Hypoglycemia and ulcus and ck dduty report 13 jan 2016Soroy Lardo
Hypoglycemia on antidiabetic treatment with ulcus diabetic and CKD showed importance of comprehensive approach diabetes with infection and severity condition
Case Presentation Co infection Miliary Tuberculosis and HIV/AIIDS Soroy Lardo
1. Dokumen tersebut membahas tentang ko-infeksi HIV dan TB, dimana kedua penyakit saling mempengaruhi dan memperburuk prognosis satu sama lain. 2. HIV menurunkan kekebalan tubuh sehingga meningkatkan risiko infeksi TB aktif, sementara replikasi HIV lebih tinggi pada lokasi infeksi TB. 3. Ko-infeksi meningkatkan replikasi kedua agen patogen dan merupitkan masalah kesehatan masyarakat yang serius.
Case Presentation : Severe Dengue With Menstruation and Plasma Leakage Soroy Lardo
Laporan kasus ini membahas kasus seorang wanita usia 31 tahun dengan diagnosis Demam Berdarah Dengue (DHF) tingkat I yang dirawat selama 3 hari. Pasien mengeluh demam, nyeri sendi, nyeri kepala, dan muntah sejak 3 hari sebelumnya. Pemeriksaan fisik menunjukkan nyeri di daerah epigastrik dan hasil laboratorium menunjukkan leukopenia, trombositopenia, serta tes Dengue NS1 Ag positif. Diagnosis yang
CLINICAL FEATURES AND COMPLICATIONS OF MALARIAAbino David
Major clinical manifestations of malaria include:
1. Cerebral malaria, which can cause coma, convulsions, and residual neurological deficits.
2. Severe malarial anemia.
3. Low birth weight in newborns whose mothers had malaria during pregnancy.
Complications include cerebral malaria, renal impairment, hypoglycemia, acidosis, and noncardiogenic pulmonary edema. Chronic complications include splenomegaly and nephropathy. Malaria can also increase risk of other infections.
This document discusses antimalarial drugs. It describes that malaria is caused by Plasmodium parasites and transmitted by mosquitoes. It outlines the different Plasmodium species and classes of antimalarial drugs, including mechanisms of action, pharmacokinetics, uses, and adverse effects. Key drugs discussed include chloroquine, mefloquine, quinine, proguanil, pyrimethamine, sulfonamide-pyrimethamine, primaquine, tetracyclines, clindamycin, and artemisinin derivatives.
This document discusses Leishmania, a genus of parasitic protozoa that causes leishmaniasis. It is transmitted by sandflies and is endemic in over 80 countries. The clinical manifestations range from cutaneous leishmaniasis causing skin lesions, to mucocutaneous leishmaniasis affecting mucous membranes, to visceral leishmaniasis affecting internal organs. Diagnosis involves direct identification of the parasite or antibodies. Treatment depends on the form of the disease.
Tn K datang dengan keluhan bengkak kaki dan perut selama 10 hari, sesak napas saat berbaring. Pasien didiagnosa gagal jantung dan diabetes, hipertensi. Pemeriksaan menunjukkan jantung gallop, hepatomegali, ascites, edema, hiperkalemia, AKI. Diagnosisnya CHF, hiperkalemia, ascites, edema tungkai, AKI.
Pasien perempuan berusia 14 tahun 3 bulan datang dengan keluhan mimisan berulang, haid memanjang, gusi berdarah dan BAB hitam. Pemeriksaan laboratorium menunjukkan trombositopenia dengan trombosit <2.000/mm3. Berdasarkan gejala klinis dan hasil laboratorium didiagnosis menderita ITP (Immune Trombocytopenia Purpura) atau penyakit perdarahan akibat penghancuran trombosit berlebihan secara autoim
Manifestasi atipikal pada infeksi virus dengue dapat berupa demam tak terdiferensiasi, demam dengue atau DHF. Dokumen ini membahas kasus seorang wanita 32 tahun dengan keluhan nyeri perut kanan dan demam selama 11 hari yang diduga mengalami infeksi virus dengue bermanifestasi atipikal berdasarkan pemeriksaan fisik dan laboratorium.
Laporan kasus ini membahas pasien laki-laki berusia 25 tahun dengan keluhan demam, mual, dan muntah darah. Berdasarkan pemeriksaan fisik dan laboratorium ditemukan trombositopenia. Diagnosis yang ditetapkan adalah Dengue Hemorrhagic Fever grade II.
Tiga kalimat ringkasan dokumen:
1. Dokumen membahas tentang kasus anak berusia 1 tahun 10 bulan yang datang dengan keluhan demam berkepanjangan selama 2 hari disertai batuk dan pilek.
2. Pemeriksaan menemukan efusi pleura di paru kanan dan malnutrisi, diagnosa prolonged fever ditambah efusi pleura kanan dan malnutrisi.
3. Tatalaksana yang diberikan antara lain infus cairan, antibiotik, vitamin, dan suplemen zat
Dokumen tersebut membahas tentang kasus demam tifoid pada pasien berusia 10 tahun. Terdapat gejala klinis seperti demam, nyeri perut, mual dan muntah. Diagnosis kerja adalah demam tifoid berdasarkan hasil pemeriksaan fisik dan laboratorium. Pasien mendapatkan terapi antibiotik dan antipyretik serta pemantauan perkembangan penyakitnya.
Laporan kasus ini membahas diagnosa morbili pada pasien perempuan berusia 4 tahun dengan gejala demam berkelanjutan, ruam di seluruh tubuh, dan komplikasi bronkopneumonia bilateral. Pemeriksaan fisik menunjukkan tanda infeksi dan ruam makulopapular, sedangkan pemeriksaan penunjang menunjukkan leukositosis dan hasil röntgen thoraks menunjukkan bronkopneumonia bilateral. Diagnosis kerja adalah morbili dengan komplikasi bronk
Berita acara presentasi portofolio mengenai kasus malaria tropika oleh dr. Aila Mustofa di RSUD Kelet. Presentasi dihadiri oleh 14 dokter internship dan dua dokter pendamping serta mencatat identitas dan tanda tangan peserta.
Laporan kasus seorang pria berusia 39 tahun dengan keluhan utama badan terasa lemas selama 5 bulan. Pemeriksaan menunjukkan tekanan darah tinggi dan abnormalitas pada darah rutin serta fungsi ginjal dan hati. Diagnosis pasien gangguan fungsi ginjal lanjut, gastritis akut, dan hipertensi.
Pasien datang dengan keluhan sesak napas dan batuk berdahak yang memberat. Pemeriksaan fisik menunjukkan tanda-tanda infeksi paru kronis dan TB paru. Diagnosis banding PPOK eksaserbasi dan TB paru. Diagnosis kerja PPOK eksaserbasi ditambah TB paru berdasarkan hasil laboratorium dan rontgen dada. Pengobatan dilakukan dengan antibiotik, nebulizer, dan OAT kategori 1. Kondisi pasien membaik selama perawatan in
Pasien wanita berusia 75 tahun dirujuk ke IGD dengan keluhan bengkak dan nyeri pada kaki kiri selama sebulan. Pemeriksaan menemukan edema dan vena kolateral pada kaki kiri serta skor Wells 5 yang menduga DVT sinistra. Diagnosis DVT sinistra dan risiko trombosis tinggi ditetapkan berdasarkan gejala klinis dan pemeriksaan laboratorium. Pasien juga didiagnosis anemia berat berdasarkan hasil pemeriksaan darah lengk
Pasien wanita berusia 70 tahun yang didiagnosis menderita diabetes melitus dan hipoglikemia akibat penurunan asupan makanan. Pasien juga didiagnosis menderita bronchopneumonia sebagai komplikasi. Pasien dirawat di rumah sakit dan mendapatkan perawatan berupa infus glukosa, antibiotik, dan pemantauan kadar gula darah.
Longcase Demam Dengue Dr Galuh - Nadya Rahma Indarti.pptxnadyarahma111
Perempuan 13 tahun dirawat dengan diagnosis demam dengue berdasarkan gejala klinis dan pemeriksaan laboratorium. Kondisi klinis membaik dengan penurunan demam dan peningkatan parameter hematologi.
A 71-year-old woman presented with fever, cough, and altered mental status. She was diagnosed with sepsis and acute kidney injury. She received empiric antibiotics and underwent hemodialysis to manage her organ dysfunction. Her condition improved over several days of treatment, though cultures did not identify a definite microbe.
Cardiac Manifestation in Dengue InfectionSoroy Lardo
Dengue Infection and Cardiac Manifestations How Important? Certainly greatly affect the clinical course of dengue patients with viremia phase - critical phase and recovery phase. Cardiac Manifestations, as an important organ that determines stable hemodynamics. What if our heart is disturbed? of course there is influence in management and prognosis. Please refer to this power point.
Case Report : Integrating Review Inflammation and Commorbid diseasesSoroy Lardo
Diabetes is associated with atherosclerosis and COPD contributed to the chronic inflammation within the systemic vascular. Management of CVI with diabetes and COPD requires multi-disciplinary approach
Fungal infections can occur due to the increasing use of broad-spectrum antibiotics and patients with immunodeficiency. Some pathogens, such as Cryptococcus, Candida,and Fusarium, rarely cause serious diseases in the normal host, while other endemic fungi, such as Histoplasmosis, Coccidiodes,and Paracoccidiodes can cause disease in a normal host, but has a tendency to be aggressive on immunocompromise.
Candida species are normal flora that may be an apportunistic pathogen. Candidiasis occurs in some diseases such as gastrointestinal mucosal esophagitis, a fungal disease associated with the use of catheters and in - patients who have mucosal damage or obtain broad – spectrum antibiotics. Other candidiasis consist of skin candidiasis, funguria candidiasis, disseminated candidiasis and endocarditis candidiasis. Candidemia is the fourth most common cause of nosocomial bloodstream infections in the United States and in many of the developed country. Invasive candidiasis has a significant impact on patient outcomes, and it has been estimated that the mortality of invasive candidiasis is as high as 47%. The mortality rates are 15%-25% for adults and 10%-15% for neonates and children. Diagnostic approach to fungal infection is a priority. The knowledge of the changes in epidemiology and risk factors for fungal infections, has become the main reference to measure optimal treatment of fungal infections.
Rabies : approach diagnostic and prophylaxisSoroy Lardo
Dokumen tersebut membahas tentang rabies dan profilaksis pasca paparan. Rabies adalah penyakit yang dapat dicegah dengan vaksinasi yang menyebabkan kematian 99.9% tanpa perawatan. Profilaksis pasca paparan meliputi pembersihan luka, vaksinasi, dan imunoglobulin berdasarkan kategori paparan.
Co Infection Dengue and HIV are simultanously infection. Dengue is viral infection with short term and clearence viremia. HIV is viral persistence infection with thrombocytopenia is caused by molecular mimicry
1. The patient, a 60-year-old man, presented with pale skin and fatigue for two days and was diagnosed with aplastic anemia four months ago requiring twice weekly platelet transfusions.
2. Physical examination found anemic conjunctiva, pale nails, and purpura on the arms and legs. Laboratory tests showed decreased red blood cell counts and pancytopenia.
3. The patient was diagnosed with aplastic anemia based on his history of frequent transfusions, physical findings, and low blood cell counts on laboratory tests. He received platelet transfusions and IV fluids and was advised to follow up every two weeks.
MERS-CoV infection causes severe respiratory and substantial nonpulmonary organ dysfunctions and has a high mortality rate. Community acquired and health care–associated MERS-CoV infection occurs in patients with chronic comorbid conditions
The approach to sepsis certainly needs to be based on organ involement. The mysteri of the role of the heart associated with myocardial dysfunction, becomes a growing scientific challenge
Dokumen tersebut membahas tentang infeksi oleh Mycobacterium selain M. tuberculosis (NTM) yang dapat menginfeksi berbagai bagian tubuh termasuk paru. NTM lebih sering menginfeksi paru, kelenjar limfe, dan jaringan lunak. Faktor host dan karakteristik organisme berpengaruh terhadap kerentanan terhadap infeksi NTM. Kulturing dan identifikasi spesies NTM diperlukan untuk diagnosis dan penentuan pengobatan.
Laki-laki 59 tahun dirawat dengan diagnosis sepsis akibat pneumonia nosokomial yang didukung oleh riwayat demam, penurunan nafsu makan, dan penurunan kesadaran sebelum masuk rumah sakit. Pasien memiliki riwayat diabetes mellitus selama 15 tahun dan hipertensi. Pemeriksaan laboratorium menunjukkan peningkatan procalcitonin dan kultur sputum menemukan Acinetobacter baumannii. Pasien diberikan terapi resusitasi cairan dan antibiotik berdasark
Dokumen tersebut merupakan presentasi PowerPoint tentang demam kuning. Demam kuning adalah penyakit infeksi akut yang disebabkan oleh virus yellow fever dan ditandai dengan gejala ikterus, perdarahan, dan albuminuria berat. Penyakit ini tersebar di hutan tropis Afrika dan Amerika Selatan serta daerah subtropis Amerika Utara. Virus penyebabnya termasuk ke dalam famili Togaviridae genus Flavivirus. Penularan terjadi melalui gigitan nyam
- The patient, a 48-year-old housewife, presented with nausea, vomiting, loss of appetite, and 7 kg weight loss in the past month with a history of similar symptoms one month ago.
- She was diagnosed with dyspepsia and is being treated with soft food, IV fluids, and omeprazole to eliminate her symptoms while undergoing endoscopy to determine the cause of her dyspepsia.
- The goals are to relieve her current symptoms, identify the cause of her dyspepsia, and prevent future recurrent symptoms and complications through treatment and lifestyle changes.
Dokumen tersebut membahas rekomendasi kesehatan untuk wisatawan internasional dengan fokus pada traveller's diarrhea dan Zika virus. Dokumen menjelaskan bahwa 30% wisatawan mengalami traveller's diarrhea dan jumlah kasus Zika virus pada wisatawan yang mengunjungi Amerika meningkat, sehingga edukasi risiko penyakit dan pencegahannya penting. Dokumen ini juga memberikan panduan mengenai gejala, penyebab, diagnosis, pencegahan, dan penanganan dari
PRESENTASI LAPORAN TUGAS AKHIR ASUHAN KEBIDANAN KOMPREHENSIFratnawulokt
Peningkatan status kesehatan ibu dan anak merupakan salah satu hal prioritas di Indonesia. Status derajat kesehatan ibu dan anak sendiri dapat dinilai dari jumlah AKI dan AKB. Pemerintah berupaya menerapkan program Sustainable Development Goals (SDGs) dengan harapan dapat menekan AKI dan AKB, tetapi kenyataannya masih tinggi sehingga tujuan dari penyusunan laporan tugas akhir ini untuk memberikan asuhan kebidanan secara komprehensif dari ibu hamil trimester III sampai KB.
Metode penelitian menggunakan Continuity of Care dengan pendokumentasian SOAP Notes. Subjek penelitian Ny. “H” usia 34 tahun masa kehamilan Trimester III hingga KB di PMB E Kecamatan Ngunut Kabupaten Tulungagung.
Hasil asuhan selama masa kehamilan trimester III tidak ada komplikasi pada Ny. “E”. Masa persalinan berjalan lancar meskipun terdapat kesenjangan dimana IMD dilakukan kurang dari 1 jam. Kunjungan neonatus hingga nifas normal tidak ada komplikasi, metode kontrasepsi memilih KB implant.
Kesimpulan asuhan pada Ny. “H” ditemukan kesenjangan antara kenyataan dan teori di penatalaksanaan, tetapi dalam pemberian asuhan ini kesenjangan masih dalam batas normal. Asuhan kebidanan ini diberikan untuk membantu mengurangi kemungkinan terjadi komplikasi pada saat masa kehamilan hingga KB.
1.Kebutuhan Dasar Neonatus, Bayi, Balita, dan Anak Pra Sekolah.pptx
Severe Malaria
1. FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS PELITA HARAPAN
Oleh:
Devi Farhana
07120090081
Pembimbing: dr. Soroy lardo SpPD FINASIM
Departemen Ilmu Penyakit Dalam
Rumah Sakit Pusat Angkatan Darat Gatot Soebroto
Periode 21 Oktober- 28 Desember 2013
November 2013
2. I. IDENTITAS PASIEN
No.CM : 70-71-50
Nama : Tn.PA
Tanggal Lahir : 24 Juli 1984
Alamat : Jl. Jatisari Permai, kecamatan waru
Pendidikan : Universitas
Pangkat : -
Pekerjaan : -
Kesatuan : Jayapura (TNI)
Status : Menikah
Agama : Islam
3. Keluhan Utama: demam sejak 6 hari Sebelum masuk rumah sakit
Keluhan tambahan : kencing keruh dan pusing
Riwayat Penyakit Sekarang:
Pasien datang rujukan dari rumah sakit pusdikkes dengan keluhan demam sejak 6 hari
SMRS,mendadak(+) dan dirasakan sepanjang hari , demam tidak sempat diukur oleh
pasienmenggigil (+), keringat(+)selama 3 jam. Konsumsi penurun panas(+) (pamol) sebanyak
3x1 selama 3 hari, panas turun kemudian naik lagi Pasien dirawat di pusdikkes selama 3 hari
diberikan tiamfenikol dan cefadroxil, tapi keluhan tidak dirasakan membaik. Tidak ada yang
memperburuk keluhan pasien. Pasien kemudian dipindahkan ke RSPAD dan dirawat selama 1
hari kemudian dipindahkan ke Intermediate Care ketika kencing pasien berwarna keruh
kemerahan(+) nyeri(-), jumlah tetap, BAB normal. Pusing (+), berputar (-), mual (-). Muntah(-),
perdarahan gusi (-) , mimisan(-) ataupun bintik-bintik kemerahan pada anggota gerak serta tubuh
pasien(-), Nyeri sendi dan tulang (-), batuk(-),pilek(-). kelemahan pada anggota gerak (-),
pingsan(-) kejang(-). Pasien menyangkal sering makan-makanan di pinggir jalan. Riwayat
transfusi darah(-), riwayat kuning sebelumnnya (-), nafsu makan baik. Pasien sedang bertugas di
Papua selama 9 bulan. Sebelum keberangkatan pasien mengonsumsi cloroquine selama 2
minggu, dan dilanjutkan selama seminggu setibanya di Papua. Pasien belum mengonsumsi obat
anti-malaria lainnya selama keluhan timbul. Kejadian ini baru pertama kali dialami oleh pasien.
II. DATA DASAR (ANAMNESIS)
4. Riwayat Penyakit dahulu :
demam thypoid (+) serta demam berdarah dengue (+) saat masih kecil. Riwayat diabetes
mellitus(-), riwayat hipertensi (-), riwayat asma(-), sakit jantung ataupun ginjal (-), riwayat sakit
kuning (-)
Riwayat keluarga:
Pasien menyangkal ada keluarga yang mengalami keluhan serupa. Ayah pasien riwayat hipertensi
(+) tidak terkontrol, diabetes mellitus (-), riwayat sakit jantung dan ginjal (-), alergi (-), sakit
kuning (-).
Riwayat sosial:
Pasien tinggal di Mess Angkatan laut. Pasien mengaku teman-teman pasien banyak yang
mengalami keluhan yang sama. Merokok (-) Alcohol (-). Menggunakan obat-obatan tertentu
disangkal.
II. DATA DASAR: ANAMNESIS(2)
5. Riwayat Alergi:
Pasien mengaku ada alergi terhadap amoxicilin
Riwayat trauma/operasi sebelumnya
Riwayat trauma dan operasi disangkal.
Riwayat Pengobatan:
Pasien mengonsumsi cloroquine selama 2 minggu sebelum keberangkatan dan 1 minggu setelah
tiba di Papua.
Pasien sudah diberikan tiamfenikol 3 x 500mg dan cefadroxil 2x1 dikonsumsi selama 3 hari.
II. DATA DASAR: ANAMNESIS(3)
6. Keadaan umum : Tampak sakit sedang
Kesadaran : Compos Mentis
Tinggi Badan : 168 cm
Berat Badan : 57 kg
BMI : 20.195 (Interpretasi : Normal)
Tanda tanda vital
Tekanan darah : 110/62 mmHg
Nadi : 87 x/menit, simetris, regular, kuat, isi cukup
Laju Napas : 16 x/menit, tipe torakoabdominal
Suhu : 37.6 C (telinga)
II. DATA DASAR: PEMERIKSAAN
FISIK
7. Status Generalis
Kepala : Normocephal, distribusi rambut merata, warna hitam, tidak mudah
dicabut.
Mata : Konjungtiva anemis tidak ditemukan, Sklera Ikterik tidak ditemukan,
Pupil isokor, Refleks cahaya langsung dan tidak
langsung positif pada kedua mata, mata cekung (-)
Telinga : normotia, simetris, lubang lapang, tidak ditemukan serumen
ataupun sekret.
Hidung : Bentuk normal, tidak ada deviasi septum, tidak ditemukan
sekret,NCH(-)
Mulut : bibir lembab, tidak pucat, tidak ada perdarahan gusi, tidak ditemukan
lidah kotor.
Tenggorokan : faring tidak hiperemis, Tonsil T1-T1 tenang.
Leher : tidak teraba pembesaran KGB, JVP 5+0 cmH2O.
II. DATA DASAR: PEMERIKSAAN
FISIK (2)
8. Thorax : normochest, scar tidak ada, tidak ada hipo/hiperpigmentasi.
Cor
Inspeksi : Ictus cordis tidak terlihat
Palpasi : Ictus cordis teraba di ICS V linea midclavicula sinistra, tidak kuat angkat
Perkusi : Batas atas ICS III linea parastenal sinistra
Batas Kanan jantung ICS IV linea sternalis dekstra
Batas Kiri jantung ICS V linea midklavicula sinistra.
Auskultasi : Bunyi jantung I-II normal, regular, tidak ditemukan gallop, tidak
ditemukan murmur
Pulmo
Inspeksi : Simetris saat statis dan dinamis
Palpasi : Taktil fremitus kanan dan kiri simetris
Perkusi : Sonor pada kedua lapang paru, Batas paru hati pada linea mid clavicula
desktra ICS V.
Auskultasi : Suara napas dasar vesikuler kiri dan kanan, tidak ditemukan ronkhi, tidak
ditemuka wheezing.
II. DATA DASAR: PEMERIKSAAN FISIK
(3)
9. Abdomen
Inspeksi : Datar, tidak ditemukan scar, tidak ditemukan
venektasi.
Auskultasi : Bising usus positif normal
Perkusi : timpani seluruh lapang abdomen, asites negatif
Palpasi : dinding perut supel, nyeri tekan negative, hepar
teraba ± 2 cm dibawah arcus costa dextra, tepi
tajam, permukaan rata, tidak ditemukan nyeri tekan
hepar, lien teraba schuffner 2, turgor kulit <2
detik.
Extremitas : akral hangat, tidak ditemukan edema, tidak ditemukan bintik-bintik
kemerahan pada tungkai, rumple leed (-), capillary refill time
<2 detik.
II.DATA DASAR: PEMERIKSAAN
FISIK (4)
10. II. DATA DASAR: PEMERIKSAAN
PENUNJANG
Hasil Pemeriksaan Hasil (22/10/13) Nilai Rujukan
Hematologi
Hemoglobin 14.8 13-18 g/dl
Hematokrit 40 40-52 %
Eirtrosi 4.9 4.3-6.0 juta/uL
Leukosit 9280 4,800-10,800/uL
Trombosit 24000 150,000-400,000/uL
MCV 82 80-96 fL
MCH 30 27-32 pg
MCHC 37 32-36 g/dL
Kimia Klinik
SGOT 81 <35 U/L
SGPT 106 <40 U/L
Ureum 33 20-50 mg/dL
Kreatinin 1.6 0.5-1.5 mg/dL
Glukosa Darah
(sewaktu)
140 <140 mg/dl
Natrium (Na) 128 135-147 mmol/L
Kalium 4.1 3.5-5.0 mmol/L
Klorida 94 95-105 mmol/L
Imunoserologi
Anti Dengue IgG IgM
Anti Dengue IgM Negatif Negatif
Anti Dengue IgG Negatif Negatif
11. II. DATA DASAR: PEMERIKSAAN
PENUNJANG
Jenis Pemeriksaan Hasil (23/10/13)
Hematologi
Gambaran Darah Tepi
Eritrosit Normokrom normositer, dijumpai
parasite malaria falciparum (+++)
Leukosit Tak morfologi, kesan jumlah cukup
Trombosit Tak morfologi, kesan jumlah kurang
Lain-lain -
Kesan Thrombositopeni disebabkan oleh
infeksi parasite malaria
Saran Follow up
13. II. DATA DASAR: PEMERIKSAAN
PENUNJANG (4)
Jenis Pemeriksaan Hasil (24/10/13) 18:07 Nilai Rujukan
Kimia Klinik
Natrium (Na) 135 135-147 mmol/L
Kalium (K) 4.2 3.5-5.0 mmol/L
Klorida (Cl) 105 95-105 mmol/L
Jenis Pemeriksaan Hasil (28/10/13) Nilai Rujukan
Kimia Klinik
Bilirubin Total 1.12 <1.5 mg/dL
SGOT (AST) 109* <35 U/L
SGPT (ALT) 201* <40 U/L
14. Pasien dari Papua (rujukkan pusdikkes) datang dengan keluhan febris sejak 6
hari SMRS, demam hilang timbul diikuti menggigil dan berkeringat setelahnya.
Demam terjadi tiap hari, mual (-), muntah(-), pusing melayang(+), BAK keruh
kemerahan, nyeri(-),BAB tidak ada keluhan sebelumnya pasien telah dirawat
dan diberikan tiamfenikol serta cefadroxil serta penurun panas, namun tidak
mengurangi keluhan. Dari pemeriksaan fisik ditemukan subfebris (37.6 C),
kulit tidak ikterik, konjungtiva tidak pucat, hepatosplenomegali, rumple leed
negatif, petechiae negatif, Dari pemeriksaan penunjang didapatkan
thrombocytopenia, peningkatan SGOT/SGPT, peningkatan d-dimer,
hyponatremia, serta pada apusan darah tepi ditemukan plasmodium falciparum
(+) stadium tropozoit dan gametosit.
III. RINGKASAN
15. 1. Febris hari ke-6 e.c Malaria Berat dd/DHF dd/Demam Thypoid
IV. DAFTAR MASALAH
16. 1. Febris hari ke-6 e.c Malaria Berat dd/DHF dd/Demam Thypoid
Atas dasar:
Anamnesa:
Demam tinggi hilang timbul, menggigil (+), berkeringat(+), mual (-), muntah(-),
riwayat tinggal di daerah endemic malaria(+), riwayat lingkungan sekitar
mengalami malaria(+), hematuria(+), riwayat kuning(-), riwayat nyeri sendi dan
tulang disangkal, perdarahan spontan disangkal.
Pemeriksaan Fisik:
Ditemukan kesadaran compos mentis, konungtiva tidak anemis, kulit normal
tidak ikterik, hepar teraba2 cm dibawah arcus costa dextra, tepi tajam,
permukaan rata, nyeri tekan(-), lien teraba schuffner 2, petechiae(-).
V. PENGKAJIAN
17. Pemeriksaan Penunjang;
Terdapat thrombocytopenia, peningkatan SGOT/SGPT, sediaan apusan darah
tepi ditemukan plasmodium falciparum(+) stadium tropozoit dan gametosit,
IgG dan IgM anti dengue(-), peningkatan d-dimer, hyponatremia.
V. PENGKAJIAN (2)
18. Rencana diagnostic
Pemeriksaan darah rutin
Pemeriksaan urinalisis
Pemeriksaan sediaan apusan darah tepi/ RDT pada jam ke 12, 24, 48,
72 untuk menilai resistensi obat.
Liver Function test
Analisa Gas Darah
Kimia Klinik (elektrolit dan bilirubin)
VI. PENATALAKSANAAN(1)
19. Rencana terapetik
Medikamentosa:
IVFD asering 30 tetes/menit
Pemberian artesunat 2 ampul IV selama 3 hari. Hari pertama diberikan pada jam
0,12,24, dilanjutkan pemberian 2 ampul/24 jam selama 2 hari berikut.
Inj. Omeprazole 1 x40 mg IV
Inj. Ceftriaxone 2 gr IV
Inj Vit C 2 x1 amp IV
Paracetamol tab 3x1 (jika suhu >39 C) p.o
Hepatoprotektor 3x1 p.o
Non-medikamentosa:
Tirah baring
Diet Makan Biasa 2100 kalori
VI.PENATALAKSANAAN (2)
20. Rencana edukasi
1. Edukasi mengenai perjalanan penyakit pasien beserta komplikasi yang
mungkin dapat terjadi serta pengobatan yang telah dan akan diberikan.
2. Edukasi bahwa setiap obat yang sedang diminum, menimbulkan suatu
reaksi, baik itu reaksi alergi maupun efek samping obat untuk tidak segera
dibuang, melainkan disimpan agar dapat menghindari penggunaan obat
tersebut di masa depan dan menginformasikan kepada bagian medik saat
meresepkan obat.
VI.PENATALAKSANAAN (3)
21. Prognosis
Quo ad Vitam : Dubia ad Bonam
Quo ad functionam : Dubia ad Bonam
Quo ad Sanationam : Dubia ad Bonam
VII. PROGNOSIS
24. - Siklus aseksual (di dalam tubuh inang):
a. pre-eritrositik.
b. siklus eritrositik aseksual (skizogoni darah)
c. Siklus eritrositik seksual
- Siklus seksual ( di dalam tubuh nyamuk)
2.3 MORFOLOGI DAN DAUR HIDUP
27. Trias malaria:
a. Periode dingin (15-60 menit)
b. Periode Menggigil
c. Periode berkeringat
2.5. MANIFESTASI KLINIS
28. 1. Anamnesis: Riwayat berpergian ke daerah endemik, Riwayat lingkungan
yang terkena
2. Pemeriksaan fisik: bervariasi tergantung dari respon imun dan parasitemia
3. Pemeriksaan penunjang
Gold standar: Pemeriksaan sediaan apusan darah tipis dan tebal
- Semi kuantitatif
- Kuantitatif
Pemeriksaan lainnya: RDT, PCR
2.6. DIAGNOSIS
29. Definisi malaria berat adalahnya ditemukannya Plasmodium falciparum stadium
aseksual dengan atu atau beberapa manisfestasi klinis di bawah ini:
1. Gangguan kesadaran ringan (GCS<15)
2. Kelemahan otot (tak bias duduk/berjalan) tanpa kelainan neurlogik
3. Kejang berulang lebih dari dua episode dalam 24 jam setelah pendinginan pada
hipertermia
4. Edema paru atau Acute respiratory distress Syndrome (termasuk gambaran
radiologi).
5. Gagal sirkulasi atau syok: tekanan sistolik<80 mmHg (pada anak <50 mmHg)
disertai keringat dingin.
6. Gagal ginjal akut
7. Ikterus (kadar bilirubin darah>3 mg%), disertai disfungsi organ vital.
8. Perdarahan spontan dari hidung, gusi, alat pencernaan dan /atau disertai
kelainan laboratorik adanya gangguan koagulasi intravaskuler.
9. Hipereksia (temperature rektal ?40 C pada orang dewasa, >41 C pada anak).
2.7 MALARIA BERAT
30. Gambaran laboratrium:14
1. Hipoglikemik: gula darah< 40 mg/dL
2. Asidemia (pH<7.25) atau asidosis (bikarbonat plasma< 15 mmol/L).
3. Anemia berat (Hb<5gr% atau hematocrit <15%) pada keadaan hitung parasite
>10,000/uL apabila anemianya hipokromik mikrositik harus dikesampingkan
adanya anemia defisiensi besi, talasemia, hemaglobinopati lainnya.
4. Hiperparasitemia>2%.
5. Hiperlaktemia (asam laktat >5 ugr/L)
6. Makroskopik hemoglobinuria oleh karena infeksi malaria akut (bukan karena
obat antimalaria pada seorang dengan defisiensi G6PD),
7. Gagal ginjal akut (urin <400ml/24 jam pada orang dewasa atau <1
ml/kgbb/jam pada anak setelah dilakukan rehidrasi dengan kreatinin darah >3
mg/dl atau >254 umol/L).
8. Edema Pulmo (radiologi)
31. 1. Uncomplicated malaria
Digunakan OAM dengan derivat artemisin dan golongan aminokuinolon
2. Malaria Berat
- Pemberian Obat Anti Malaria
- Penanganan Komplikasi
- Tindakan penunjang/ simptomatik
2.8. PENATALAKSANAAN
32. 1. Malaria cerebral
2. Anemia
3. Gagal ginjal akut
4. Hipoglikemia
5. Metabolic acidosis
6. Pulmonary edema
7. Syok
8. Perdarahan dan gangguan koagulasi
MALARIA BERAT
33. Quo Ad vitam : Dubia
Quo Ad functionam : Dubia ad bonam
Quo Ad Sanationam : Dubia
2.9 PROGNOSIS
----- Meeting Notes (11/10/13 22:08) -----
inokulasi plasmodial sporozoit saat menghisap darah manusia. 30 menit sporozoit hilang masuk ke parenkim hati--> hepatosit-->aseksual-->skizon hati (kriptozoik)--->fase ekso-eritrositik (2 minggu)
(-) = negative (tidak ditemukan parasite dalam 100 LPB/lapangan pandang besar
(+) = positif 1 (ditemukan 1-10 parasit dalam 100 LPB)
(++) = positif 2 (ditemukan 11-100 parasit dalam 100 LPB)
(+++) = positif 3 (ditemukan 1-10 parasit dalam 1 LPB)
(++++) = positif 4 ( ditemukan >10 parasit dalam 1 LPB)
Adanya korelasi antara kepadatan parasite dengan mortalitas yaitu:
kepadatan parasite <100,000/uL, maka mortalitas <1%
kepadatan parasite >100,000/uL maka mortalitas >1%
Kepadatan parasite >500,000/uL maka mortalitas >50%
KUANTITATIF:
Jumlah parasite dihitung per mikro liter darah pada sediaan darah tebal (leukosit) atau sediaan darah tipis (eritrosit).
Pada malaria berat, kepadatan parasite tidak berhubungan dengan manifestasi klinis. Kepadatan parasit berhubungan bermakna dengan anak-anak yang berusi kurang dari 15 tahun pada malaria P.falciparum13. Hiperparasitemia sudah tidak diragukan lagi merupakan factor risiko terjadinya kematian dari malaria falciparum. Pada daerah yang low-transmission areas, angka kematian pada akut malaria falciparum meningkat dengan kepadatan 100.000/uL (~2.5% parasitemia), sedangkan area dengan transmisi tinggi, jumlah kepadatan seperti itu dapat ditoleransi. Parasitemia >20% berhubungan dengan tingginya risiko pada berbagai konteks epidemiologi.
Uncomplicated: Artesunat-amodiakuin
Kombinasi tetap (fixed Dose combination) Dihydroartemisin dan piperakuin dengan 1 tablet mengandung 40 mg dihydroartemisin dan 320 mg piperakuin. Diberikan per-oral selama tiga hari dengan range dosis tunggal harian sebagai berikut:
dihydroartemisin dosis 2-4 mg/KgBB
piperakuin dosis 16-32 mg/KgBB
Malaria cerebral: injeksi golongan benzodiazepine (diazepam 0.15 mg/KgBB) atau secara rectal 0.5-1.0 mg/KgBB. Jika belum dapat diatasi setelah dua kali injeksi diazepam maka pasien masuk dalam status epilekptikus dan diberikan fenitoin 18 mg/KgBB loading dose dengan dosis rumatan 5mg/kgBB/24jam selama 48 jam. Jika tidak tersedia atau gagal maka dapat diberikan fenobarbital 15 mg/KgBB IM atau IV slow loading dose, dengan dosis rumatan 5 mg/KgBB/hari selama 48 jam.
Anemia: Penatalaksanaan transfusi darah / PRC diberikan jika hematocrit <20% atau Hb <7g/dl. Selain itu dapat diberikan furosemide IV dalam jumlah kecil 20 mg, selama transfuse darah agar mencegah overload.
Hipoglikemik: Penatalaksanaannya dapat diberikan bolus glukosa 40% IV sebanyak 50-100 ml, dilanjutkan infus glukosa 10% perlahan-lahan untuk mencegah hipolglikemia berulang serta pemantauan teratur kadar gula darah setiap 4-6 jam1.
Pulmonary edema: pemberian dieuretik 0.6 mg/KgBB( dewasa 40 mg) secara IV dapat dilakukan. Jika tidak ada respon maka dosis dinaikkan perlahan hingga maksimum 200 mg.
Perdarahan : Pemberian viatamin K dengan dosis 10 mg IV dapat diberikan jika PT dan APTT memanjang