Ulkus peptikum adalah kerusakan mukosa lambung dan duodenum akibat asam lambung. Terdapat 4 jenis ulkus gaster berdasarkan lokasi. Faktor risiko termasuk infeksi H. pylori, NSAIDs, merokok, dan alkohol. Diagnosis didasarkan pada gejala dan hasil endoskopi. Pengobatan meliputi diet, obat netralisir asam dan proteksi mukosa, serta operasi untuk komplikasi atau gagal pengobatan.
Dokumen tersebut membahas tentang kortikosteroid, hormon yang diproduksi oleh kelenjar adrenal dan memiliki dua jenis utama yaitu glukokortikoid dan mineralokortikoid. Dokumen ini juga menjelaskan mekanisme kerja, indikasi, sediaan obat, dan efek samping dari penggunaan kortikosteroid.
Dokumen tersebut membahas tentang kasus pasien laki-laki berusia 52 tahun yang datang dengan keluhan nyeri pada siku kanan setelah bermain tenis. Pasien didiagnosis menderita serangan gout akut berdasarkan pemeriksaan fisik dan hasil laboratorium yang menunjukkan kadar asam urat di atas normal. Pengobatan awal yang diberikan adalah NSAID oral dan kompres es untuk mengurangi nyeri dan bengkak serta edukasi pasien tentang
Dokumen tersebut membahas tentang antibiotika, termasuk definisi, penggolongan, mekanisme kerja, dan contoh antibiotika dari berbagai golongan seperti penisilin, sefalosporin, aminoglikosida, dan lainnya. Dokumen ini juga menjelaskan indikasi, efek samping, dan peringatan penggunaan antibiotika.
Ulkus peptikum adalah kerusakan mukosa lambung dan duodenum akibat asam lambung. Terdapat 4 jenis ulkus gaster berdasarkan lokasi. Faktor risiko termasuk infeksi H. pylori, NSAIDs, merokok, dan alkohol. Diagnosis didasarkan pada gejala dan hasil endoskopi. Pengobatan meliputi diet, obat netralisir asam dan proteksi mukosa, serta operasi untuk komplikasi atau gagal pengobatan.
Dokumen tersebut membahas tentang kortikosteroid, hormon yang diproduksi oleh kelenjar adrenal dan memiliki dua jenis utama yaitu glukokortikoid dan mineralokortikoid. Dokumen ini juga menjelaskan mekanisme kerja, indikasi, sediaan obat, dan efek samping dari penggunaan kortikosteroid.
Dokumen tersebut membahas tentang kasus pasien laki-laki berusia 52 tahun yang datang dengan keluhan nyeri pada siku kanan setelah bermain tenis. Pasien didiagnosis menderita serangan gout akut berdasarkan pemeriksaan fisik dan hasil laboratorium yang menunjukkan kadar asam urat di atas normal. Pengobatan awal yang diberikan adalah NSAID oral dan kompres es untuk mengurangi nyeri dan bengkak serta edukasi pasien tentang
Dokumen tersebut membahas tentang antibiotika, termasuk definisi, penggolongan, mekanisme kerja, dan contoh antibiotika dari berbagai golongan seperti penisilin, sefalosporin, aminoglikosida, dan lainnya. Dokumen ini juga menjelaskan indikasi, efek samping, dan peringatan penggunaan antibiotika.
Ringkasan dokumen tersebut adalah:
Dokumen tersebut membahas tentang farmakoterapi yang mencakup pengantar, materi-materi seperti nyeri, sistem syaraf, gangguan jiwa, dan infeksi. Juga dibahas proses, tujuan, dan faktor-faktor yang mempengaruhi hasil terapi seperti diagnosis, pemilihan obat, dan kepatuhan pasien.
"[Ringkasan] Dokumen tersebut membahas tentang muntah pada anak, meliputi pengertian, patofisiologi, etiologi, diagnosis, pendekatan diagnosis, komplikasi, dan penatalaksanaan muntah pada anak, termasuk obat-obatan anti muntah seperti ondansetron, metoklopramide, dan domperidone beserta mekanisme kerja dan efek sampingnya."
Dokumen tersebut membahas pengembangan obat herbal, mulai dari definisi obat herbal menurut WHO, penggunaan obat herbal di berbagai negara, tahapan pengembangan obat herbal meliputi seleksi, uji preklinik, standarisasi, uji klinik, serta contoh beberapa obat herbal.
1. Dokumen tersebut berisi daftar singkatan dan artinya yang sering digunakan dalam resep obat Latin. 2. Singkatan-singkatan itu meliputi waktu pemberian obat, cara pemberian obat, jenis obat, dan instruksi lainnya. 3. Daftar tersebut berguna untuk memahami resep-resep obat kuno yang menggunakan bahasa Latin.
Systemic Lupus Erythematosus (SLE) is an autoimmune disease characterized by the formation of autoantibodies and inflammation that can affect multiple organ systems. Common symptoms include rashes, joint pain, fatigue, and organ involvement such as lung, heart, kidney, and brain issues. Diagnosis is based on meeting 4 out of 11 American College of Rheumatology criteria which may include malar rash, discoid rash, photosensitivity, oral ulcers, arthritis, serositis, renal disease, and blood abnormalities. Treatment focuses on controlling symptoms, inflammation, and autoantibody formation using medications like hydroxychloroquine and corticosteroids. Prognosis has
Dokumen tersebut memberikan informasi mengenai penyakit asma, termasuk definisi, penyebab, gejala, klasifikasi, patogenesis, dan penggolongan obat-obatan untuk asma berdasarkan mekanisme kerjanya.
Aplikasi farmakokinetika dalam kepentingan klinisMelviana94
Prinsip dasar farmakokinetika , parameter farmakokinetika, berbagai tehnik pemberian obat, memperkirakan kadar suatu obat pada pasien, menyesuaikan dosis obat sesuai target terapi
Hipertiroidisme adalah kelebihan produksi hormon tiroid yang menyebabkan metabolisme tubuh menjadi terlalu cepat. Gejala klinisnya antara lain takikardi, kelelahan, berat badan turun, dan mata melotot. Diagnosa ditegakkan dengan pemeriksaan laboratorium seperti kadar hormon tiroid yang tinggi beserta tekanan TSH yang rendah. Pengobatan utamanya adalah dengan obat anti tiroid seperti propiltiourasil atau metimazol
Obat-obatan Antipsikotik (terjemahan bahasa indonesia, 2.0)Bagus Utomo
Antipsikotik digunakan untuk mengobati gangguan psikotik. Obat generasi lama seperti fenotiazin dan butirofenon menghambat dopamin tetapi tidak selektif, sehingga menimbulkan efek samping motorik. Obat generasi baru lebih selektif dan menimbulkan efek samping yang lebih sedikit, meskipun masih dapat menimbulkan kenaikan berat badan dan gula darah. Penelitian terus berlangsung untuk mengembangkan obat
This document discusses HDL cholesterol and LDL cholesterol testing. It provides information on:
1. HDL cholesterol functions to remove cholesterol from tissues and transport it to the liver for degradation or excretion, playing an anti-atherogenic role. LDL cholesterol transports cholesterol to peripheral tissues and is a key factor in atherosclerosis pathogenesis.
2. Methods for measuring HDL and LDL cholesterol include ultracentrifugation, electrophoresis, homogeneous enzymatic assays, and calculation methods like the Friedwald equation.
3. The cobas method for HDL and LDL cholesterol measurement is a homogeneous enzymatic colorimetric assay that uses cholesterol esterase, cholesterol oxidase, and peroxidase enzymes to produce a colored end product that is measured
Dokumen tersebut membahas tentang definisi, etiologi, klasifikasi, mekanisme, faktor risiko, komplikasi, pemeriksaan penunjang, evaluasi, terapi, dan penatalaksanaan krisis hipertensi. Secara ringkas, hipertensi adalah kondisi dimana tekanan darah sistolik lebih besar dari 140 mmHg dan diastolik lebih besar dari 90 mmHg yang dapat disebabkan oleh berbagai faktor dan berkomplikasi pada organ
Ringkasan dokumen tersebut adalah:
Dokumen tersebut membahas tentang farmakoterapi yang mencakup pengantar, materi-materi seperti nyeri, sistem syaraf, gangguan jiwa, dan infeksi. Juga dibahas proses, tujuan, dan faktor-faktor yang mempengaruhi hasil terapi seperti diagnosis, pemilihan obat, dan kepatuhan pasien.
"[Ringkasan] Dokumen tersebut membahas tentang muntah pada anak, meliputi pengertian, patofisiologi, etiologi, diagnosis, pendekatan diagnosis, komplikasi, dan penatalaksanaan muntah pada anak, termasuk obat-obatan anti muntah seperti ondansetron, metoklopramide, dan domperidone beserta mekanisme kerja dan efek sampingnya."
Dokumen tersebut membahas pengembangan obat herbal, mulai dari definisi obat herbal menurut WHO, penggunaan obat herbal di berbagai negara, tahapan pengembangan obat herbal meliputi seleksi, uji preklinik, standarisasi, uji klinik, serta contoh beberapa obat herbal.
1. Dokumen tersebut berisi daftar singkatan dan artinya yang sering digunakan dalam resep obat Latin. 2. Singkatan-singkatan itu meliputi waktu pemberian obat, cara pemberian obat, jenis obat, dan instruksi lainnya. 3. Daftar tersebut berguna untuk memahami resep-resep obat kuno yang menggunakan bahasa Latin.
Systemic Lupus Erythematosus (SLE) is an autoimmune disease characterized by the formation of autoantibodies and inflammation that can affect multiple organ systems. Common symptoms include rashes, joint pain, fatigue, and organ involvement such as lung, heart, kidney, and brain issues. Diagnosis is based on meeting 4 out of 11 American College of Rheumatology criteria which may include malar rash, discoid rash, photosensitivity, oral ulcers, arthritis, serositis, renal disease, and blood abnormalities. Treatment focuses on controlling symptoms, inflammation, and autoantibody formation using medications like hydroxychloroquine and corticosteroids. Prognosis has
Dokumen tersebut memberikan informasi mengenai penyakit asma, termasuk definisi, penyebab, gejala, klasifikasi, patogenesis, dan penggolongan obat-obatan untuk asma berdasarkan mekanisme kerjanya.
Aplikasi farmakokinetika dalam kepentingan klinisMelviana94
Prinsip dasar farmakokinetika , parameter farmakokinetika, berbagai tehnik pemberian obat, memperkirakan kadar suatu obat pada pasien, menyesuaikan dosis obat sesuai target terapi
Hipertiroidisme adalah kelebihan produksi hormon tiroid yang menyebabkan metabolisme tubuh menjadi terlalu cepat. Gejala klinisnya antara lain takikardi, kelelahan, berat badan turun, dan mata melotot. Diagnosa ditegakkan dengan pemeriksaan laboratorium seperti kadar hormon tiroid yang tinggi beserta tekanan TSH yang rendah. Pengobatan utamanya adalah dengan obat anti tiroid seperti propiltiourasil atau metimazol
Obat-obatan Antipsikotik (terjemahan bahasa indonesia, 2.0)Bagus Utomo
Antipsikotik digunakan untuk mengobati gangguan psikotik. Obat generasi lama seperti fenotiazin dan butirofenon menghambat dopamin tetapi tidak selektif, sehingga menimbulkan efek samping motorik. Obat generasi baru lebih selektif dan menimbulkan efek samping yang lebih sedikit, meskipun masih dapat menimbulkan kenaikan berat badan dan gula darah. Penelitian terus berlangsung untuk mengembangkan obat
This document discusses HDL cholesterol and LDL cholesterol testing. It provides information on:
1. HDL cholesterol functions to remove cholesterol from tissues and transport it to the liver for degradation or excretion, playing an anti-atherogenic role. LDL cholesterol transports cholesterol to peripheral tissues and is a key factor in atherosclerosis pathogenesis.
2. Methods for measuring HDL and LDL cholesterol include ultracentrifugation, electrophoresis, homogeneous enzymatic assays, and calculation methods like the Friedwald equation.
3. The cobas method for HDL and LDL cholesterol measurement is a homogeneous enzymatic colorimetric assay that uses cholesterol esterase, cholesterol oxidase, and peroxidase enzymes to produce a colored end product that is measured
Dokumen tersebut membahas tentang definisi, etiologi, klasifikasi, mekanisme, faktor risiko, komplikasi, pemeriksaan penunjang, evaluasi, terapi, dan penatalaksanaan krisis hipertensi. Secara ringkas, hipertensi adalah kondisi dimana tekanan darah sistolik lebih besar dari 140 mmHg dan diastolik lebih besar dari 90 mmHg yang dapat disebabkan oleh berbagai faktor dan berkomplikasi pada organ
Hipertensi atau tekanan darah tinggi adalah peningkatan tekanan darah sistolik >140 mmHg dan tekanan darah diastolik >90 mmHg. Dokumen ini membahas definisi, patofisiologi, etiologi, faktor risiko, gejala klinis, dan manajemen terapi hipertensi."
Hipertensi intradialitik adalah peningkatan tekanan darah selama atau sesudah hemodialisis. Etiologinya meliputi overload volume akibat IDWG berlebihan, aktivasi sistem saraf simpatis dan RAAS, faktor spesifik hemodialisis seperti kadar elektrolit dan stiffness arteri, serta disfungsi endotel. Pencegahannya meliputi membatasi IDWG dan menurunkan berat badan secara bertahap, serta mengurangi asupan garam dan cairan.
Kelompok 1 membahas askep kritis pasien dengan syok. Mereka mendefinisikan syok sebagai perfusi jaringan yang tidak memadai untuk memenuhi kebutuhan metabolik sel yang biasanya disebabkan oleh tekanan darah rendah. Kelompok ini juga membahas patofisiologi, tatalaksana farmasi, diet, studi kasus, dan kesimpulan untuk penanganan syok.
Dokumen tersebut membahas tentang konsep penyakit hipertensi, yang didefinisikan sebagai peningkatan tekanan darah sistemik akibat tekanan pada dinding pembuluh darah. Dokumen juga membahas klasifikasi, etiologi, patofisiologi, insidensi, pengkajian, manifestasi klinis, diagnosa, intervensi, obat-obatan, perawatan komunitas, dan evaluasi pasien hipertensi.
1) Sindrom Hepatorenal (SHR) adalah gangguan fungsi ginjal sekunder pada penyakit hati tingkat berat yang bersifat fungsional dan progresif. SHR disebabkan oleh hipoperfusi ginjal akibat vasokonstriksi sirkulasi ginjal.
2) Patogenesis SHR belum diketahui pasti, salah satu hipotesis adalah vasodilatasi arteri splangnik pada sirosis menyebabkan hipovolemia sentral dan aktivasi sistem saraf simpatis serta horm
Ny Rusni dirawat di rumah sakit karena DM, hipertensi, dislipidemia, dan asidosis metabolik. Terapi yang dianjurkan adalah insulin, ACE inhibitor, statin, dan natrium bikarbonat untuk mengendalikan kondisinya.
HIPERTENSI SISTOLIK TERISOLASI PADA USIA LANJUT.pptDinaMalisa
Dokumen tersebut membahas tentang hipertensi sistolik terisolasi pada pasien lanjut usia. Hipertensi sistolik terisolasi terjadi ketika tekanan darah sistolik meningkat namun tekanan darah diastolik tetap normal, yang umumnya disebabkan oleh penurunan elastisitas arteri akibat penuaan. Dokumen ini menjelaskan evaluasi, penatalaksanaan, dan rekomendasi pengobatan untuk kondisi tersebut.
Dokumen tersebut membahas penatalaksanaan hipertensi dan diabetes melitus tipe 2 di fasilitas kesehatan tingkat pertama. Terdapat penjelasan mengenai pengukuran tekanan darah, klasifikasi hipertensi, penatalaksanaan hipertensi melalui modifikasi gaya hidup dan terapi obat, serta pengawasan pasien hipertensi. Juga dibahas diagnosis dan penatalaksanaan diabetes melitus tipe 2 melalui edukasi, terapi nutrisi, latihan, dan ter
Kardiovaskular CASE STUDY PELAYANAN KEFARMASIANSofiaNofianti
Dokumen tersebut membahas tentang penyakit kardiovaskular yang meliputi hipertensi, penyakit jantung koroner, dan angina. Pada bagian pertama dibahas tentang definisi, klasifikasi, patofisiologi, diagnosis, dan penatalaksanaan hipertensi. Bagian selanjutnya membahas penyakit jantung koroner yang disebabkan oleh penyempitan atau penyumbatan pembuluh darah jantung.
Laporan ini berisi ringkasan akhir studi kasus seorang pasien hipertensi selama masa praktik klinik keperawatan. Laporan ini mendiskusikan asuhan keperawatan yang diberikan kepada pasien tersebut berdasarkan diagnosis dan perencanaan keperawatan.
Dokumen tersebut membahas kasus pasien laki-laki berusia 55 tahun dengan diagnosis hipertensi stadium 1. Pemeriksaan fisik menunjukkan tekanan darah 150/80 mmHg. Dokumen ini memberikan penjelasan mengenai pendekatan diagnosis, manajemen, dan edukasi pasien hipertensi."
Similar to Tatalaksana hipertensi pada penderita diabetes (20)
PRESENTASI LAPORAN TUGAS AKHIR ASUHAN KEBIDANAN KOMPREHENSIFratnawulokt
Peningkatan status kesehatan ibu dan anak merupakan salah satu hal prioritas di Indonesia. Status derajat kesehatan ibu dan anak sendiri dapat dinilai dari jumlah AKI dan AKB. Pemerintah berupaya menerapkan program Sustainable Development Goals (SDGs) dengan harapan dapat menekan AKI dan AKB, tetapi kenyataannya masih tinggi sehingga tujuan dari penyusunan laporan tugas akhir ini untuk memberikan asuhan kebidanan secara komprehensif dari ibu hamil trimester III sampai KB.
Metode penelitian menggunakan Continuity of Care dengan pendokumentasian SOAP Notes. Subjek penelitian Ny. “H” usia 34 tahun masa kehamilan Trimester III hingga KB di PMB E Kecamatan Ngunut Kabupaten Tulungagung.
Hasil asuhan selama masa kehamilan trimester III tidak ada komplikasi pada Ny. “E”. Masa persalinan berjalan lancar meskipun terdapat kesenjangan dimana IMD dilakukan kurang dari 1 jam. Kunjungan neonatus hingga nifas normal tidak ada komplikasi, metode kontrasepsi memilih KB implant.
Kesimpulan asuhan pada Ny. “H” ditemukan kesenjangan antara kenyataan dan teori di penatalaksanaan, tetapi dalam pemberian asuhan ini kesenjangan masih dalam batas normal. Asuhan kebidanan ini diberikan untuk membantu mengurangi kemungkinan terjadi komplikasi pada saat masa kehamilan hingga KB.
2. LATAR BELAKANG
• Diabetes dan hipertensi saling terkait
faktor risiko serupa (disfungsi endotel,
inflamasi pembuluh darah, remodeling arteri,
aterosklerosis, dislipidemia, dan obesitas.
• Hipertensi 2X lebih sering pada pasien
dengan diabetes dibandingkan yang tidak
diabetes.
• Hipertensi pada diabetes mempercepat
perkembangan dan perkembangan
komplikasi mikrovaskuler dan makrovaskular.
3. DM merupakan suatu kelompok penyakit
metabolik dengan karakteristik hiperglikemia
yang terjadi karena kelainan sekresi insulin,
kerja insulin atau keduanya. (PERKENI, 2015)
Diabetes mellitus
9. Teknik pengukuran tekanan darah
British Hypertension Society.
Tenang, istirahat 5 menit sebelum pemeriksaan. Tidak mengkonsumsi kafein
maupun merokok, atau olah raga minimal 30 menit sebelumnya.
Tidak konsumsi obat mengandung stimulan adrenergik tidak sedang menahan
BAK/BAB.
10.
11. • Skema kalibrasi manometer (gold standar manometer air raksa)
Kalibrasi alat
16. Non farmakologis
Modifikasi gaya hidup:
• menurunkan berat badan (bila
obese/overweight)
• Meningkatkan aktivitas fisik
• Menghentikan merokok dan alkohol
• Diet DASH (Dietary Approach to Stop
Hypertension) serta mengurangi konsumsi
sodium <2300 mg/hari.
16
21. Catatan (PERKENI, 2015)
• Pada TD >120/80 mmHg diharuskan melakukan perubahan
gaya hidup.
• Pasien dengan tekanan darah sistolik >140/80mmHg dapat
diberikan terapi farmakologis secara langsung.
• Penghambat ACE dapat memperbaiki kinerja kardiovaskular
• Kombinasi ACEi dengan (ARB) tidak dianjurkan
• Pemberlan diuretik (HCT) dosis rendah jangka panjang,
tidak terbukti memperburuk toleransi glukosa
• Pengobatan hipertensi harus diteruskan walaupun sasaran
sudah tercapai
• Tekanan darah yang terkendali setelah satu tahun
pengobatan dapat dicoba menurunkan dosis secara
bertahap
• Pada orang tua, tekanan darah diturunkan secara bertahap.
21
23. SIMPULAN
• Hipertensi, diabetes, dan keduanya memiliki
riisko tinggi komplikasi kardiovaskular.
• Penting untuk melakukan penilaian status
albuminuria pada pasien DM dengan
hipertensi.
• ACE inhibitor dan ARB dapat menurunkan
albuminuria menghambat progresifitas
komplikasi makro dan mikrovaskular.
• Target tekanan darah pada pasien DM dengan
hipertensi adalah TDS <140 dan TDD <90.
23
25. Studi kasus
• Seorang wanita 50 tahun, riwayat diabetes 5
tahun, gula darah terkontrol baik. riwayat
hipertensi (-). IMT 24.
• Diketahui tekanan darah saat ini 145/80
mmHg.
• 1. Apa yang harus kita kerjakan?
• 2. Bagaimana tatalaksananya?
25
26. diskusi
• Ulang tekanan darah
• Pemeriksaan albuminuria.
Tensi setelah pengulangan : 130/90.
Protein dipstik +1
Bagaimana tatalaksana hipertensinya?
a. Perlukah terapi farmakologis? Jenis agent?
26
27. Studi kasus 2
• Seorang laki-laki 55 tahun, riwayat diabetes 10
tahun, gula darah terkontrol baik. riwayat
hipertensi (+). IMT 21. Albuminuria -
• Diketahui tekanan darah saat ini 145/80 mmHg
diulang 2x.
• 1. Apakah diobati?
• 2. Bila diobati apa pilihan terapinya?
• 3. setelah diobati 3 bulan, tekanan darah
140/90. apa yang harus dikerjakan?
27
34. Indikasi merujuk ke FKTL,
antara lain:
• - Pasien dengan kecurigaan hipertensi sekunder
• - Pasien muda (<40 tahun) dengan hipertensi derajat 2
• keatas (sudah disingkirkan kemungkinan hipertensi
• sekunder)
• - Pasien dengan hipertensi mendadak dengan riwayat
• TD normal
• - Pasien hipertensi resisten
• - Pasien dengan penilaian HMOD lanjutan yang akan
• mempengaruhi pengobatan
• - Kondisi klinis lain dimana dokter perujuk merasa
• evaluasi spesialistik diperlukan
34
35.
36. • Pathophysiologic mechanisms of hypertension. Red arrows show hypertension-promoting
mechanisms; gray arrows show hypertension-opposing mechanisms. AME, syndrome of apparent
mineralocorticoid excess; Ang (1-7), angiotensin (1-7) peptide; CGRP, calcitonin gene–related
peptide; CNS, central nervous system; GI, gastrointestinal; GRA glucocorticoid-remediable
aldosteronism; NO, nitric oxide. (Modified from Calhoun DA, Zaman A, Oparil S. Etiology and
pathogenesis of systemic hypertension. In: Crawford MH, DiMarco JP [eds]. Cardiology.
Philadelphia: Mosby, 2001,pp 1.1-1.10.)
37. • pathway for the development of essential hypertension. In this schema, various interplaying factors lead to the
• development of the afferent arteriolar lesion, including obesity, a hyperactive sympathetic nervous system (SNS),
activation of
• the renin-angiotensin system (RAS), endothelial dysfunction, and uric acid. The last two variables may have a role in
causing a
• loss in nephron number during development. During this phase (highlighted in dark red), the hypertension is salt
resistant, may
• be associated with a low blood volume, is more likely to be renin dependent, and is relatively independent of the kidney.
The
• arteriolar lesion then may predispose to both persistent renal vasoconstriction with ischemia and in some instances
impaired
• autoregulation, resulting in increased glomerular pressure. These changes result in renal cortical ischemia with the
infiltration
• of leukocytes, which generate oxidants and angiotensin II, coupled with local generation of oxidants and vasoactive
factors
• favoring continued renal vasoconstriction. The microvascular disease may also lead to different degrees of relative renal
ischemia,
• leading to a heterogeneous renin response. The consequence is both a reduction in sodium (Na) filtration (by reducing
the
• cortical ultrafiltration coefficient [Kf] and single-nephron glomerular filtration rate [snGFR]) and increased tubular
reabsorption
• of sodium, leading to increased blood pressure. As renal perfusion pressure increases, the ischemia is partially relieved,
• allowing sodium handling to return toward normal, but at the expense of a shift in pressure natriuresis and a rise in
38.
39.
40. • Konfirmasi diagnosis hipertensi tak dapat hanya
• mengandalkan satu kali pemeriksaan, kecuali pada
• pasien dengan TD yang sangat tinggi, misalnya
hipertensi
• derajat 3 atau terdapat bukti kerusakan target organ
• akibat hipertensi (HMOD, hypertension-mediated
organ
• damage) misalnya retinopati hipertensif dengan
eksudat
• dan perdarahan, hipertrofi ventrikel kiri, atau kerusakan
• ginjal.
41. Sodium elevate BP
• Volume-dependent mechanisms
• Autoregulation
• Production of endogenous ouabain-like steroidsa
• Volume-independent mechanisms
• Angiotensin-mediated CNS effects
• Increase in sympathetic nervous system activity
• Hypertrophy in cardiac myoblasts and contractility
• of vascular smooth muscle cells
• Increase in production of NF-κB
• Increase in expression of AT1r in renal tissue
• Increase in TGF-β production