Virus chikungunya menyebabkan demam chikungunya yang ditandai dengan demam, artralgia, dan ruam. Penyakit ini ditularkan melalui gigitan nyamuk Aedes aegypti. Gejala umumnya akan sembuh sendiri dalam beberapa hari, meskipun artralgia dapat berlanjut beberapa minggu. Diagnosis didasarkan pada gejala klinis dan pemeriksaan serologi, sedangkan pengobatannya bersifat suportif. Pencegahann
2.
Demam chikungunya adalah penyakit yang disebabkan
oleh arbovirus yang ditransmisikan oleh nyamuk Aedes.
Chikungunya awalnya berasal dari dialek ‘makonde’
yang berarti ‘yang membungkuk’, yang mengindikasikan
gambaran fisik dari pasien dengan penyakit yang berat.
Penyakit ini dilaporkan terjadi di negara-negara Afrika
selatan dan timur, Asia Selatan, Asia Tenggara, dan pada
tahun 2007 ditemukan juga di Itali. Di regio Asia
tenggara, wabah Chikungunya pernah dilaporkan terjadi
di India, Indonesia, Maldiva, Myanmar, Sri Lanka, dan
Thailand.
Pendahuluan
3.
Meskipun bukan penyakit yang mematikan, angka
morbiditasnya yang tinggi dan poliartritis yang
memanjang menyebabkan kecacatan yang besar
dalam populasi yang terkena dan dapat memberikan
dampak pada bidang sosioekonomi suatu negara
5.
Demam chikungunya disebabkan oleh virus
chikungunya (CHIKV), yang disebut juga Buggy
Creek virus. Virus ini termasuk dalam genus
Alphavirus dari famili Togaviridae.
Etiologi
6.
Selain virus chikungunya, terdapat juga anggota
Alphavirus lainnya yang dapat menyebabkan
demam, ruam, dan artralgia, seperti virus O’nyong-
nyong, Mayaro, Barmah Forest, Ross River, dan
Sindbis. Virus chikungunya paling dekat
hubungannya dengan virus O’nyong-nyong,
meskipun secara genetik berbeda
7.
Virus chikungunya terdiri dari 1 molekul single
strand RNA, yang dibungkus oleh membran lipid,
berbentuk spherical dan pleomorphic,dengan
diameter ± 70 nm. Pada permukaan envelope
didapatkan glikoprotein, yang terdiri dari 2 protein
virus berbentuk heterodimer. Nucleocapsids virus
ini isometrik dengan diameter 40 nm. Sekuens
genom lengkapnya terdiri dari 11.805 nukleotida
8.
Virus Chikungunya menimbulkan epidemi di wilayah
tropis Asia dan Afrika sejak diidentifikasi tahun 1952-
1953 di Afrika Timur. Di Indonesia Demam Chikungunya
dilaporkan pertama kali di Samarinda tahun 1973.
Kemudian berjangkit di Kuala Tunkal, Jambi, tahun 1980.
Tahun 1983 merebak di Martapura, Ternate dan
Yogyakarta. Setelah vakum hampir 20 tahun, awal tahun
2001 kejadian luar biasa (KLB) demam Chikungunya
terjadi di Muara Enim, Sumatera Selatan dan Aceh.
Disusul Bogor bulan Oktober. Demam Chikungunya
berjangkit lagi di Bekasi Jawa Barat, Purworejo dan
Klaten Jawa Tengah tahun 2002.
Epidemiologi
9.
CHIKV sebagai penyebab demam Chikungunya
masih belum diketahui pola masuknya ke Indonesia.
Sekitar 200-300 tahun lalu CHIKV merupakan virus
pada hewan primata di tengah hutan atau savana di
Afrika.
14.
Nyamuk Aedes aegypti berukuran kecil dibanding
nyamuk lain, dapat hidup berbulan-bulan. Virus
dapat masuk dari nyamuk ke telur. Nyamuk ini
merupakan vektor dari CHIKV. Vektor CHIKV
lainnya di Asia adalah A. albopticus, di Afrika A.
furcifer dan A. africanus1.
Vektor
16.
Otot rangka merupakan tempat utama replikasi
virus. Pada tikus didapatkan adanya miositis, serta
perdarahan saluran cerna dan subkutan. Isolasi virus
chikungunya kebanyakan diperoleh dari kasus-
kasus berat dengan manifestasi perdarahan dan
kelainan otot yang umumnya pada penderita
dewasa. Pada manusia, virus chikungunya sudah
dapat menimbulkan penyakit dalam 2 hari sesudah
gigitan nyamuk. Penderita mengalami viremia yang
tinggi dalam 2 hari pertama sakit.
Patogenesis
17.
Viremia berkurang pada hari ke-3 atau ke-4 demam,
dan biasanya menghilang pada hari ke-5. Silent
infection dapat terjadi, akan tetapi bagaimana hal
itu bisa terjadi belum dapat dimengerti. Antibodi
yang timbul dari penyakit ini membuat penderita
kebal terhadap serangan virus selanjutnya. Oleh
karena itu perlu waktu panjang bagi penyakit ini
untuk merebak kembali. Infeksi akut ditandai
dengan timbulnya IgM terhadap IgG
antichikungunya yang diproduksi sekitar 2 minggu
sesudah infeksi.
18.
Virus Chikungunya menyebabkan demam pada sebagian
besar penderita dengan periode inkubasi 2 – 4 hari sejak
gigitan nyamuk. Viremia ini menetap selama 5 hari sejak
onset klinis. Gambaran klinis yang umum adalah demam
(92%) biasanya juga disertai dengan Arthralgia (87%),
nyeri punggung (67%) dan sakit kepala (62%). Demam ini
bervariasi mulai dari demam ringan sampai berat, yang
menghilang dalam 24 sampai 48 jam. Demam ini biasanya
terjadi mendadak sampai 39-40oC, dengan menggigil dan
kekakuan dan biasanya menghilang dengan pemberian
antipiretik. Tidak ada variasi diurnal untuk demam ini.
Gambaran Klinis
19.
Dalam kasus wabah yang terbaru ini banyak pasien
yang mengeluhkan arthralgia tanpa demam. Nyeri
sendi tampaknya semakin memburuk pada pagi
hari, yang kemudian berkurang dengan aktivitas
ringan. Nyeri sendi ini dapat menghilang selama 2-3
hari yang kemudian muncul lagi dengan pola pelana
kuda. Poliartritis migran dengan efusi juga dapat
dijumpai pada 70% kasus, namun menghilang
sendiri. Pergelangan kaki, tangan, dan sendi-sendi
kecil paling sering terkena. Sendi besar seperti lutut
dan tulang belakang juga dapat terlibat.
20.
Terdapat kecenderungan keterlibatan sendi dengan
riwayat trauma atau degenerasi. Pekerjaan yang
banyak menggunakan sendi kecil lebih sering
terkena (misalnya sendi interfalang pada penyadap
karet, pergelangan kaki pada orang yang banyak
berdiri dan berjalan misalnya polisi). Fenomena
pembungkukkan ini kemungkinan terjadi akibat dari
tungkai bawah dan keterlibatan punggung yang
mendorong pasien membungkuk ke depan.
21.
Gejala klinis lain. Ruam makulopapular transien
dapat terjadi pada 50% pasien. Erupsi
makulopapular dapat menetap lebih dari 2 hari pada
10% kasus. Ulkus intertriginosa dan erupsi
vesikobulosa juga dapat ditemukan. Beberapa orang
mengalami lesi angiomatosa dan lebih sedikit yang
mengalami purpura. Stomatitis ditemukan pada 25%
pasien dan ulkus oral pada 15% pasien. Eritema
nasal diikuti dengan hiperpimentasi fotosensitif
(20%) sering ditemukan pada epidemi yang baru-
baru ini terjadi.
22.
Dermatitis eksfolitiva yang terjadi pada tungkai dan
wajah ditemukan pada 5% kasus. Epidermolisis
bullosa juga ditemukan pada anak-anak. Sebagian
besar lesi yang timbul ini dapat sembuh sempurna
kecuali pada kasus dimana hiperpigmentasi yang
fotosensitif ini menetap.
23.
Fotofobia dan nyeri retro-orbital juga pernah
ditemukan. Meskipun jarang terjadi pada orang
dewasa, namun anak-anak terutama neonatus dapat
mengalami muntah dan/atau diare dan meningo-
ensefalitis. Manifestasi neurologis seperti ensefalitis,
kejang demam, sindrom meningeal dan ensefalopati
akut juga pernah dilaporkan. Neuroretinitis dan
uveitis pada salah satu mata atau kedua mata juga
pernah dilaporkan.
24.
Manifestasi okuler yang berkaitan dengan wabah
epidemi dai infeksi virus chikungunya di India
Selatan meliputi uveitis anterior granulomatosa dan
nongranulomatosa, neuritis optik, neuritis
retrobulbar, dan lesi dendritik. Prognosis visual
biasanya baik, dimana penglihatan sebagian besar
pasien ini kembali normal.
25.
Chikungunya pada bayi dan anak umumnya ringan dan sangat jarang
ditemukan kasus yang serius atau fatal. Tanda dan gejala yang ditemukan
pada bayi dan anak di antaranya:
Demam
Menggigil
Sakit kepala
Mual dan muntah
Sakit pada persendian
Ini merupakan gejala utama. Kadang disertai bengkak dan kemerahan
pada sendi. Gejala ini dapat menetap bahkan sampai beberapa minggu
setelah penyakit sembuh.
Bintik kemerahan di kulit
Pedarahan gusi dan mimisan
Gejala dan tanda tersebut biasanya mulai timbul sekitar 3-7 hari setelah
gigitan nyamuk.
28.
Tes laboratorium yang umum digunakan untuk
mengetahui chikungunya adalah RT-PCR, isolasi
virus, dan tes serologis.
Isolasi virus tes laboratorium yang paling akurat
tetapi membutuhkan waktu 1-2 minggu.
RT-PCR hasil dapat diterima dalam 1-2 hari
Pemeriksaan Lab
29.
Tes serologis dibutuhkan darah dalam volume
yang lebih banyak dbandingkan metode yang lain.
Menggunakan cara ELISA untuk mengukur IgM
Chikungunya. Hasil diperoleh setelah 2-3 hari. Dan
false positif dapat ditemukan dengan infeksi virus
seperti O'nyong-nyong virus dan Semliki Forest
Virus
30.
Diagnosis pasti adanya infeksi virus chikungunya
ditegakkan bila didapatkan salah satu hal berikut:
1. Peningkatan titer antibodi 4 kali lipat pada uji
hambatan aglutinasi (HI)
2. Virus chikungunya (CHIKV) pada isolasi virus
3. IgM capture ELISA
Diagnosa
31.
WHO membuat definisi kasus infeksi chikungunya
sebagai berikut: 5,8
1. Kasus tersangka
Suatu kesakitan yang onsetnya akut, ditandai oleh
timbulnya demam mendadak diikuti oleh gejala-gejala
berupa artralgia, sakit kepala, nyeri punggung, fotofobia,
dan ruam.
2. Kasus probabel
Klinis seperti di atas dan serologi positif (pemeriksaan
sampel serum tunggal yang diambil selama fase akut atau
konvalesensi)
32.
3. Kasus konfirmasi
Kasus probabel dengan disertai salah satu dari
berikut ini:
- Kenaikan titer antibodi HI sebesar 4 kali pada
sampel serum berpasangan
- Deteksi antibodi IgM
- Isolasi virus dari serum
- Deteksi asam nukleat virus Chikungunya pada
serum dengan RT-PCR
33.
Demam Chikungunya termasuk self limiting disease
atau penyakit yang sembuh dengan sendirinya. Tak
ada vaksin maupun obat khusus untuk penyakit ini.
Pengobatan yang diberikan hanyalah terapi
simptomatis atau menghilangkan gejala
penyakitnya, seperti obat penghilang rasa sakit atau
demam seperti golongan parasetamol.
Pengobatan
34.
Antibiotika tidak diperlukan pada kasus ini.
Penggunaan antibiotika dengan pertimbangan
mencegah infeksi sekunder tidak bermanfaat.
Untuk memperbaiki keadaan umum penderita
dianjurkan makan makanan yang bergizi, cukup
karbohidrat dan terutama protein serta minum
sebanyak mungkin. Perbanyak mengkonsumsi buah-
buahan segar atau minum jus buah segar.
35.
Belum ada vaksin untuk mencegah chikungunya.
Satu-satunya cara menghindari penyakit ini adalah
membasmi nyamuk pembawa virusnya yaitu
nyamuk aedes aegypti. Nyamuk ini, senang hidup
dan berkembang biak di genangan air bersih seperti
bak mandi, vas bunga, dan juga kaleng atau botol
bekas yang menampung air bersih. Selain itu,
nyamuk bercorak hitam putih ini juga senang hidup
di benda-benda yang menggantung seperti baju-baju
yang ada di belakang pintu kamar.
Pencegahan
36.
Prognosis penderita demam chikungunya cukup
baik sebab penyakit ini tidak menimbulkan
kematian. Belum ada penelitian yang secara jelas
memperlihatkan bahwa demam chikungunya dapat
secara langsung menyebabkan kematian. Karena
infeksi virus chikungunya baik klinis ataupun silent
akan memberikan imunitas seumur hidup, maka
penyakit ini sulit menyerang penderita yang sama.
Tubuh penderita akan membentuk antibodi yang
akan membuatnya kebal terhadap serangan virus ini
di kemudian hari
Prognosis
37. Demam chikungunya disebabkan oleh virus chikungunya
(CHIKV), yang disebut juga Buggy Creek virus. Di
Indonesia Demam Chikungunya dilaporkan pertama kali
di Samarinda tahun 1973. Virus Chikungunya
menyebabkan demam pada sebagian besar penderita
dengan periode inkubasi 2 – 4 hari sejak gigitan nyamuk.
Gambaran klinis yang umum adalah demam (92%)
biasanya juga disertai dengan Arthralgia (87%), nyeri
punggung (67%) dan sakit kepala (62%). Demam
Chikungunya termasuk self limiting disease atau
penyakit yang sembuh dengan sendirinya.
KESIMPULAN
38.
Tak ada vaksin maupun obat khusus untuk penyakit
ini. Pengobatan yang diberikan hanyalah terapi
simptomatis atau menghilangkan gejala
penyakitnya. Satu-satunya cara menghindari
penyakit ini adalah membasmi nyamuk pembawa
virusnya yaitu nyamuk Aedes aegypti. Prognosis
penderita demam chikungunya cukup baik sebab
penyakit ini tidak menimbulkan kematian.
39. Nasronudin, et al. Penyakit Infeksi di Indonesia & Solusi Kini mendatang Edisi Kedua.
2011. Surabaya : Pusat Penerbitan dan Percetakan UNAIR.
Soedarmo Sumarno S.Poorwo, Herry Garna, Sri Rezeki, et al. Buku Ajar Infeksi dan
Pediatri Tropis edisi 2. 2008. Jakarta : Balai Penerbit IDAI.
Halstead S, 2007, Dengue and Dengue Haemorraghic Fever, Nelson’s Texbook of
Pediatrics 18th Edition hal. 1092-1094
Safar, Rosdiana. 2003. Parasitologi kedokteran: Entomologi. Padang:Fakultas
Kedokteran Universitas Baiturrahmah.
Ann M. Powers and Christopher H. Logue, 2007: Changing patterns of chikungunya
virus: re-emergence of a zoonotic arbovirus dari Journal of Virology
DAFTAR PUSTAKA
40. I-C Sam, MRCPath, S AbuBakar, PhD, 2006 : Chikungunya Virus Infection dari Med J
Malaysia Vol 61 No 2
Eppy 2006, Demam chikungunya dari Jurnal Kedokteran Medicinus edisi April-Juni
2008, hal. 22., Jakarta
Ann M. Powers, 2009 : Overview of Emerging Arboviruses dari
http://www.medscape.com/viewarticle/708398_3
Gilles Pialoux, Bernard-Alex Gaüzère, Stéphane Jauréguiberry, Michel Strobel, 2007
: Chikungunya, an epidemic arbovirosis dari http://infection.thelancet.com Vol 7 May
2007
Kanti Laras et all, 2004 : Tracking the re-emergence of epidemic chikungunya virus in
Indonesia, Transactions of the Royal Society of Tropical Medicine and Hygiene
(2005) 99, 128—141