SlideShare a Scribd company logo
1 of 21
PNEUMONIA
oleh
NITA RAHMATUNNISA
Pembimbing: dr. Rizki Sp.P
Kepaniteraan klinik rsud cilegon
PENDAHULUAN
Infeksi saluran
napas bawah masih
tetap merupakan
masalah utama
dalam bidang
kesehatan, baik di
negara yang
sedang
berkembang
maupun yang
sudah maju.
WHO 1999
menyebutkan
bahwa penyebab
kematian tertinggi
akibat penyakit
infeksi didunia
adalah infeksi
saluran napas akut
termasuk
pneumonia dan
influenza.
Indonesia
menduduki
peringkat ke-6
dunia untuk kasus
pneumonia pada
balita dengan
jumlah penderita
mencapai 6 juta
jiwa
Definisi
 Pneumonia adalah penyakit pernapasan akut yang menyebabkan perubahan
gambaran radiologis paru.
 Penyakit ini dikelompokan berdasarkan tempat terjadinya penularan, karena hal ini
mempengaruhi kemnungkinan mikroorganisme patogen penyebab sehingga bisa
menentukan terapi empiris yang paling tepat
 Menurut PDPI
 suatu peradangan paru yang disebabkan oleh mikroorganisme (bakteri, virus, jamur,
parasit).
 Pneumonia yang disebabkan oleh Mycobacterium tuberculosis tidak termasuk.
 Peradangan paru yang disebabkan oleh nonmikroorganisme (bahan kimia, radiasi,
aspirasi bahan toksik, obat-obatan dan lain-lain) disebut pneumonitis.2
EPIDEMIOLOGI
Penyebaran pneumonia hampir mencakup semua usia, dengan prevalensi
tertinggi terjadi pada usia lebih dari 65 tahun atau kurang dari 2 tahun, dan pada
pasien dengan gangguan kesehatan.
Pada tahun 2013, pneumonia diperkirakan telah membunuh 935.000 anak
dibawah usia 5 tahun.
Berdasarkan data WHO/UNICEF tahun 2006 dalam “Pneumonia: The Forgotten
Killer of Children”, Indonesia menduduki peringkat ke-6 dunia untuk kasus
pneumonia pada balita dengan jumlah penderita mencapai 6 juta jiwa.
ETIOLOGI
Bakteri
Gram(+) : Streptococcus pneumoniae (pnemokokus),
Streptococcus piogenes, Staphylococcus aureus
Gram(-) : Klebsiela pneumonia, Legionella, Haemophilus
influenza.
Virus
Influenza virus, Parainfluenza virus, Syncytial adenovirus, chicken-
pox (cacar air), Rhinovirus, Sitomegalovirus, Virus herpes
simpleks, Hanta virus.
Fungi
Aspergilus, Fikomisetes, Blastomisetes dermatitidis,
Histoplasma kapsulatum.
Aspirasi
Makanan, kerosene (bensin, minyak tanah), cairan amnion,
benda asing
beberapa kota di Indonesia menunjukkan bahwa bakteri yang
ditemukan dari pemeriksaan dahak penderita pneumonia komuniti
KLASIFIKASI
Menurut
sifatnya,
yaitu:
Pneumonia
primer
Pneumonia
sekunder
Berdasarkan
Kuman
penyebab
Pneumonia
bakterial /
tipikal
Pneumonia
atipikal
Pneumonia
virus
Pneumonia
jamur
Berdasarkan
klinis dan
epidemiologi
Pneumonia
komuniti
Penumonia
nosokomial
Pneumonia
aspirasi
Berdasarkan
lokasi infeksi
Pneumonia
lobaris
Bronko
pneumonia
Pneumonia
interstisial
PATOGENESIS
 Beberapa cara mikroorganisme mencapai permukaan:
 Inokulasi langsung
 Penyebaran melalui pembuluh darah
 Inhalasi bahan aerosol
 Kolonisasi dipermukaan mukosa
 Terdapat empat stadium anatomic dari pneumonia terbagi atas:
 Stadium Kongesti (4 – 12 jam pertama)
 Stadium Hepatisasi Merah (48 jam selanjutnya)
 Stadium Hepatisasi Kelabu (Konsolidasi)
 Stadium Akhir (Resolusi)
PATOGENESIS
DIAGNOSIS
• 1.Batuk
• 2.Sputum produktif
• 3. Demam (suhu>38 0c)
Gejala
Mayor:
• 1. sesak napas
• 2. nyeri dada
• 3. konsolidasi paru pada pemeriksaan fisik
• 4. jumlah leukosit >12.000/L
Gejala Minor:
• didahului oleh ISPA selama beberapa hari  demam,
menggigil, suhu tubuh kadang-kadang melebihi 40º C, sakit
tenggorokan, nyeri otot dan sendi. Juga disertai batuk, dengan
sputum mukoid atau purulen, kadang-kadang berdarah.2
Gambaran
klinis:
• I: dada terlihat bagian yang sakit tertinggal waktu bernafas
• P: fremitus dapat mengeras,
• Pi: redup
• A: suara napas bronkovesikuler sampai bronchial yang kadang-
kadang melemah. Mungkin disertai ronkhi halus, yang kemudian
menjadi ronkhi basah kasar pada stadium resolusi.
Pf:
• Pada pemeriksaan laboratorium:  leukosit,  LED.
• Untuk menentukan diagnosis etiologi diperlukan pemeriksaan
dahak, kultur darah dan serologi. Kultur darah dapat positif
pada 20-25% penderita yang tidak diobati.
• Anlalisa gas darah menunjukkan hipoksemia dan hiperkarbia,
pada stadium lanjut dapat terjadi asidosis respiratorik.
Pemeriksaan
Laboratorium
• Perselubungan/konsolidasi homogen atau inhomogen sesuai
dengan lobus atau segment paru secara anantomis.
• Batasnya tegas, walaupun pada mulanya kurang jelas.
• Volume paru tidak berubah
• Silhouette sign (+) : untuk menentukan letak lesi paru ; batas lesi
dengan jantung hilang, berarti lesi tersebut berdampingan dengan
jantung atau di lobus medius kanan.
• Seringkali terjadi komplikasi efusi pleura.
• Bila terjadinya pada lobus inferior, maka sinus phrenicocostalis
yang paling akhir terkena.
• Pada permulaan sering masih terlihat vaskuler.
• Pada masa resolusi sering tampak Air Bronchogram Sign
(terperangkapnya udara pada bronkus karena tidanya pertukaran
udara pada alveolus).
Gambaran
Radiologis
DIAGNOSIS BANDING
Tuberculosis Paru (TB) : Gejala klinis TB antara lain
batuk lama yang produktif (durasi lebih dari 3 minggu),
nyeri dada, dan hemoptisis dan gejala sistemik
meliputi demam, menggigil, keringat malam, lemas,
hilang nafsu makan dan penurunan berat badan.
Atelektasis: Atelektasis adalah istilah yang berarti
pengembangan paru yang tidak sempurna dan
menyiratkan arti bahwa alveolus pada bagian paru
yang terserang tidak mengandung udara dan kolaps.
Memberikan gambaran yang mirip dengan
pneumonia tanpa air bronchogram. Namun terdapat
penarikan jantung, trakea, dan mediastinum ke arah
yang sakit karena adanya pengurangan volume
interkostal space menjadi lebih sempit dan
pengecilan dari seluruh atau sebagian paru-paru
yang sakit. Sehingga akan tampak thorax asimetris
Efusi Pleura: Memberi gambaran yang mirip
dengan pneumonia, tanpa air bronchogram.
Terdapat penambahan volume sehingga terjadi
pendorongan jantung, trakea, dan mediastinum
kearah yang sehat. Rongga thorax membesar.
Pada edusi pleura sebagian akan tampak
meniscus sign (+) tanda khas pada efusi pleura
TATALAKSANA
Tabel 3. Rekomendasi Terapi Empiris (ATS 2001) 8
Kategori Keterangan Kuman Penyebab Obat Pilihan I Obat Pilihan II
Kategori I Usia penderita
< 65 tahun
-Penyakit Penyerta (-)
-Dt berobat jalan
-S.pneumonia, -M.pneumonia,
C.pneumonia -H.influenzae
-Legionale sp -S.aureus
-M,tuberculosis
-Batang Gram (-)
- Klaritromisin
2x250 mg
- -Azitromisin 1x500mg
- Rositromisin 2x150 mg
atau 1x300 mg
- Siprofloksasin 2x500mg atau
Ofloksasin 2x400mg
- Levofloksasin 1x500mg atau
Moxifloxacin 1x400mg
- Doksisiklin 2x100mg
Kategori II -Usia penderita > 65
tahun
- Peny. Penyerta (+)
-Dapat berobat jalan
-S.pneumonia H.influenzae
Batang gram(-) Aerob
S.aures M.catarrhalis Legionalle
sp
-Sepalospporin generasi 2
-Trimetroprim
+Kotrimoksazol
-Betalaktam
-Makrolid
-Levofloksasin
-Gatifloksasin
-Moxyfloksasin
Kategori III -Pneumonia berat.
- Perlu dirawat di
RS,tapi tidak perlu di ICU
-S.pneumoniae -H.influenzae
-Polimikroba termasuk Aerob
-Batang Gram (-)
-Legionalla sp
-S.aureus -M.pneumoniae
- Sefalosporin Generasi 2
atau 3
- Betalaktam +
Penghambat Betalaktamase
+makrolid
-Piperasilin + tazobaktam
-Sulferason
Kategori IV -Pneumonia berat
-Perlu dirawat di ICU
-S.pneumonia -Legionella sp
-Batang Gram (-) aerob
-M.pneumonia -Virus
-H.influenzae -
M.tuberculosis
-Jamur endemic
- Sefalosporin generasi 3
(anti pseudomonas) +
makrolid
- Sefalosporin generasi 4
- Sefalosporin generasi 3
+ kuinolon
-Carbapenem/
meropenem
-Vankomicin
-Linesolid
-Teikoplanin
TATALAKSANA
Terapi Suportif Umum
• 1. Terapi O2 untuk mencapai PaO2 80-100 mmHg atau saturasi 95-96% berdasarkan
pemeriksaan analisis gas darah.
• 2. Humidifikasi dengan nebulizer untuk pengenceran dahak yang kental, dapat disertai
nebulizer untuk pemberian bronkodilator bila terdapat bronkospasme.
• 3. Fisioterapi dada
• 4. Pengaturan cairan
• 5. Pemberian kortikosteroid pada fase sepsis berat perlu diberikan
• 6. Obat inotropik seperti dobutamin atau dopamin kadang-kadang diperlukan bila
terdapat komplikasi gangguan sirkulasi atau gagal ginjal prerenal.
• Ventilasi mekanis, indikasi intubasi dan pemasangan ventilator pada pneumonia
adalah:
• a. Hipoksemia persisten meskipun telah diberikan O2 100% dengan menggunakaan
masker.
• b. Gagal napas yang ditandai oleh peningkatan respiratory distress, dengan atau
didapat asidosis respiratorik.
• c. Respiratory arrest.
• d. Retensi sputum yang sulit diatasi secara konservatif.
• 8. Drainase empiema bila ada.
• 9. Bila terdapat gagal napas, diberikan nutrisi dengan kalori yang cukup yang didapatkan
terutama dari lemak (>50%), hingga dapat dihindari pembentukan CO2 yang berlebihan.
Terapi Sulih (switch therapy)
• Masa perawatan di rumah sakit sebaiknya dipersingkat dengan
perubahan obat suntik ke oral dilanjutkan dengan berobat jalan, hal ini
untuk mengurangi biaya perawatan dan mencegah infeksi nosokomial.
• Perubahan ini dapat diberikan secara sequential (obat sama, potensi
sama), switch over (obat berbeda, potensi sama) dan step down (obat
sama atau berbeda, potensi lebih rendah). Kriteria untuk Pneumonia
terkait stabilitas klinis adalah : 12
• 1. Temp ≤ 37,8 C, Kesadaran baik
• 2. Denyut jantung ≤ 100 denyut / menit,
• 3. Respirasi rate≤ 24 napas / menit
• 4. Tekanan darah sistolik ≥ 90 mmHg
• 5. Saturasi O2 arteri ≥ 90% atau pO2 ≥ 60 mmHg pada ruang udara,
• 6. Kemampuan untuk mengambil asupan oral.
KOMPLIKASI
Efusi pleura dan empiema. Terjadi pada sekitar 45% kasus. Cairannya transudat dan steril. Terkadang pada
infeksi bakterial terjadi empiema dengan cairan eksudat.
Komplikasi sistemik. Dapat terjadi akibat invasi kuman atau bakteriemia berupa meningitis. Dapat juga terjadi
dehidrasi dan hiponatremia, anemia pada infeksi kronik, peninggIan ureum dan enzim hati. Kadang-kadang
terjadi peninggian fostase alkali dan bilirubin akibat adanya kolestasis intrahepatik.
Hipoksemia akibat gangguan difusi.
Abses Paru terbentuk akibat eksudat di alveolus paru sehingga terjadi infeksi oleh kuman anaerob dan bakteri
gram negative.
Pneumonia kronik yang dapat terjadi bila pneumonia berlangsung lebih dari 4-6 minggu akibat kuman anaerob
S. aureus, dan kuman Gram (-) seperti Pseudomonas aeruginosa.
Bronkiektasis. Biasanya terjadi karena pneunomia pada masa anak-anak tetapi dapat juga oleh infeksi
berulang di lokasi bronkus distal pada cystic fibrosis atau hipogamaglobulinemia, tuberkulosis, atau pneumonia
nekrotikans. 10
PROGNOSIS
Angka morbiditas dan mortalitas pneumonia menurun sejak
ditemukannya antibiotik. Faktor yang berperan adalah patogenitas
kuman, usia, penyakit dasar dan kondisi pasien. Secara umum angka
kematian pneumonia pneumokokus adalah sebesar 5%, namun dapat
meningkat menjadi 60% pada orang tua dengan kondisi yang buruk
misalnya gangguan imunologis, sirosis hepatis, penyakit paru obstruktif
kronik, atau kanker. Adanya leukopenia, ikterus, terkenanya 3 atau lebih
lobus dan komplikasi ekstraparu merupakan petanda prognosis yang
buruk. Kuman gram negatif menimbulkan prognosis yang lebih jelek.
PENCEGAHAN
Pola hidup sehat termasuk tidak merokok
Vaksinasi (vaksin pneumokokal dan vaksin
influenza)
• Sampai saat ini masih perlu dilakukan penelitian tentang
efektivitinya. Pemberian vaksin tersebut diutamakan untuk
golongan risiko tinggi misalnya usia lanjut, penyakit kronik ,
diabetes, penyakit jantung koroner, PPOK, HIV, dll. Vaksinasi
ulang direkomendasikan setelah > 2 tahun.
• Efek samping vaksinasi yang terjadi antara lain reaksi lokal dan
reaksi yang jarang terjadi yaitu hipersensitiviti tipe 3.
KESIMPULAN
Pneumonia
Infeksi parenkim paru yang
dapat menyerang segala
usia
Paling banyak disebabkan
oleh infeksibakteri
Diagnosis  gejala klinis,
p.fisik, p.penunjang
Tatalaksana  antibiotik
yang sesuai & terapi
suportif
Prognosisnya baik jika
mendapat terapi antibiotik
yang adekuat, faktor
predisposisi pasien dan
ada tidaknya komplikasi
yang menyertai.

More Related Content

What's hot (20)

Bronko pneumonia
Bronko pneumoniaBronko pneumonia
Bronko pneumonia
 
Peri apendikuler infiltrat
Peri apendikuler infiltratPeri apendikuler infiltrat
Peri apendikuler infiltrat
 
Laporan kasus ppok
Laporan kasus ppokLaporan kasus ppok
Laporan kasus ppok
 
Pneumothoraks
PneumothoraksPneumothoraks
Pneumothoraks
 
Glaukoma
Glaukoma Glaukoma
Glaukoma
 
Trauma maksilofasial
Trauma maksilofasialTrauma maksilofasial
Trauma maksilofasial
 
Keseimbangan cairan & elektrolit
Keseimbangan cairan & elektrolitKeseimbangan cairan & elektrolit
Keseimbangan cairan & elektrolit
 
Manajemen Luka Bakar
Manajemen Luka BakarManajemen Luka Bakar
Manajemen Luka Bakar
 
Otitis media akut
Otitis media akutOtitis media akut
Otitis media akut
 
Otitis media akut
Otitis media akutOtitis media akut
Otitis media akut
 
Laporan kasus sirosis hepatis, diana
Laporan kasus sirosis hepatis, dianaLaporan kasus sirosis hepatis, diana
Laporan kasus sirosis hepatis, diana
 
MEKANISME KOMPENSASI JANTUNG
MEKANISME KOMPENSASI JANTUNGMEKANISME KOMPENSASI JANTUNG
MEKANISME KOMPENSASI JANTUNG
 
Bronkopneumonia
BronkopneumoniaBronkopneumonia
Bronkopneumonia
 
Tekanan Intrakranial
Tekanan IntrakranialTekanan Intrakranial
Tekanan Intrakranial
 
Otitis media akut
Otitis media akutOtitis media akut
Otitis media akut
 
Otitis Media Akut
Otitis Media AkutOtitis Media Akut
Otitis Media Akut
 
Referat Presbikusis
Referat PresbikusisReferat Presbikusis
Referat Presbikusis
 
Aki
AkiAki
Aki
 
Rhinitis alergi
Rhinitis alergi Rhinitis alergi
Rhinitis alergi
 
Ujian kasus kolesistitis ec kolelitiasis
Ujian kasus  kolesistitis ec kolelitiasisUjian kasus  kolesistitis ec kolelitiasis
Ujian kasus kolesistitis ec kolelitiasis
 

Similar to PNEUMONIA PADA ANAK

Similar to PNEUMONIA PADA ANAK (20)

copy-of-infeksi.pptx
copy-of-infeksi.pptxcopy-of-infeksi.pptx
copy-of-infeksi.pptx
 
A1 PNEUMONIA.pptx
A1 PNEUMONIA.pptxA1 PNEUMONIA.pptx
A1 PNEUMONIA.pptx
 
Lp dokep kel.ndariiiii
Lp dokep kel.ndariiiiiLp dokep kel.ndariiiii
Lp dokep kel.ndariiiii
 
Tugas respirasi
Tugas respirasiTugas respirasi
Tugas respirasi
 
pneumonia fk unand.pdf
pneumonia fk unand.pdfpneumonia fk unand.pdf
pneumonia fk unand.pdf
 
Bronkiektasis dr.halim sp.p
Bronkiektasis dr.halim sp.pBronkiektasis dr.halim sp.p
Bronkiektasis dr.halim sp.p
 
ppt pneumonia.pptx
ppt pneumonia.pptxppt pneumonia.pptx
ppt pneumonia.pptx
 
Penyuluhan ISPA
Penyuluhan ISPA Penyuluhan ISPA
Penyuluhan ISPA
 
Asuhan Keperawatan Pneumonia
Asuhan Keperawatan PneumoniaAsuhan Keperawatan Pneumonia
Asuhan Keperawatan Pneumonia
 
Bronkopneumonia
BronkopneumoniaBronkopneumonia
Bronkopneumonia
 
Ppt ppom
Ppt ppomPpt ppom
Ppt ppom
 
pnemoni 10.ppt
pnemoni 10.pptpnemoni 10.ppt
pnemoni 10.ppt
 
Pneumoni1
Pneumoni1Pneumoni1
Pneumoni1
 
Pneumoni1
Pneumoni1Pneumoni1
Pneumoni1
 
Tbc
TbcTbc
Tbc
 
Infeksi Saluran Pernafasan Atas
Infeksi Saluran Pernafasan AtasInfeksi Saluran Pernafasan Atas
Infeksi Saluran Pernafasan Atas
 
ABSES PARU TUGAS BACA HENDRIS.pdf
ABSES PARU TUGAS BACA HENDRIS.pdfABSES PARU TUGAS BACA HENDRIS.pdf
ABSES PARU TUGAS BACA HENDRIS.pdf
 
Gangguan organ pernafasan
Gangguan organ pernafasanGangguan organ pernafasan
Gangguan organ pernafasan
 
back up slide post stroke pneumonia in stroke patientia.ppt
back up slide post stroke pneumonia in stroke patientia.pptback up slide post stroke pneumonia in stroke patientia.ppt
back up slide post stroke pneumonia in stroke patientia.ppt
 
pnemoni2.pptx
pnemoni2.pptxpnemoni2.pptx
pnemoni2.pptx
 

Recently uploaded

Abses paru - Diagnosis, tatalaksana, prognosis
Abses paru - Diagnosis, tatalaksana, prognosisAbses paru - Diagnosis, tatalaksana, prognosis
Abses paru - Diagnosis, tatalaksana, prognosisRachmandiarRaras
 
MPI 3. Pengendalian Penyakit pada JH 2023 Kadar.pptx
MPI 3. Pengendalian Penyakit pada JH 2023 Kadar.pptxMPI 3. Pengendalian Penyakit pada JH 2023 Kadar.pptx
MPI 3. Pengendalian Penyakit pada JH 2023 Kadar.pptxISKANDARSYAPARI
 
PERHITUNGAN_DAN_KATEGORI_STATUS_GIZI.ppt
PERHITUNGAN_DAN_KATEGORI_STATUS_GIZI.pptPERHITUNGAN_DAN_KATEGORI_STATUS_GIZI.ppt
PERHITUNGAN_DAN_KATEGORI_STATUS_GIZI.pptika291990
 
Strategi_Pengendalian_RisikoZSFADXSCFQ.pdf
Strategi_Pengendalian_RisikoZSFADXSCFQ.pdfStrategi_Pengendalian_RisikoZSFADXSCFQ.pdf
Strategi_Pengendalian_RisikoZSFADXSCFQ.pdfhsetraining040
 
Toksikologi obat dan macam-macam obat yang toksik dan berbahaya.ppt
Toksikologi obat dan macam-macam obat yang toksik dan berbahaya.pptToksikologi obat dan macam-macam obat yang toksik dan berbahaya.ppt
Toksikologi obat dan macam-macam obat yang toksik dan berbahaya.pptRoniAlfaqih2
 
SEDIAAN EMULSI : DEFINISI, TIPE EMULSI, JENIS EMULGATOR DAN CARA PEMBUATAN
SEDIAAN EMULSI : DEFINISI, TIPE EMULSI, JENIS EMULGATOR DAN CARA PEMBUATANSEDIAAN EMULSI : DEFINISI, TIPE EMULSI, JENIS EMULGATOR DAN CARA PEMBUATAN
SEDIAAN EMULSI : DEFINISI, TIPE EMULSI, JENIS EMULGATOR DAN CARA PEMBUATANYayahKodariyah
 
456720224-1-Antenatal Care-Terpadu-10-T-ppt.ppt
456720224-1-Antenatal Care-Terpadu-10-T-ppt.ppt456720224-1-Antenatal Care-Terpadu-10-T-ppt.ppt
456720224-1-Antenatal Care-Terpadu-10-T-ppt.pptDesiskaPricilia1
 
PPT KONTRASEPSI KB HORMONAL DAN NON HORMONAL
PPT KONTRASEPSI KB HORMONAL DAN NON HORMONALPPT KONTRASEPSI KB HORMONAL DAN NON HORMONAL
PPT KONTRASEPSI KB HORMONAL DAN NON HORMONALMayangWulan3
 
obat sistem saraf pusat analgesik antipiretik
obat sistem saraf pusat analgesik antipiretikobat sistem saraf pusat analgesik antipiretik
obat sistem saraf pusat analgesik antipiretikSyarifahNurulMaulida1
 
anatomi fisiologi sistem penginderaan.ppt
anatomi fisiologi sistem penginderaan.pptanatomi fisiologi sistem penginderaan.ppt
anatomi fisiologi sistem penginderaan.pptRoniAlfaqih2
 
PPT presentasi tentang ekshumasi stase forensik
PPT presentasi tentang ekshumasi stase forensikPPT presentasi tentang ekshumasi stase forensik
PPT presentasi tentang ekshumasi stase forensikSavitriIndrasari1
 
KDM NUTRISI, AKTUALISASI, REWARD DAN PUNISHMENT.pptx
KDM NUTRISI, AKTUALISASI, REWARD DAN PUNISHMENT.pptxKDM NUTRISI, AKTUALISASI, REWARD DAN PUNISHMENT.pptx
KDM NUTRISI, AKTUALISASI, REWARD DAN PUNISHMENT.pptxawaldarmawan3
 
konsep nutrisi pada pasien dengan gangguan kardiovaskuler.pptx
konsep nutrisi pada pasien dengan gangguan kardiovaskuler.pptxkonsep nutrisi pada pasien dengan gangguan kardiovaskuler.pptx
konsep nutrisi pada pasien dengan gangguan kardiovaskuler.pptxrittafarmaraflesia
 
Pelajaran Distosia Bahu pada persalinann
Pelajaran Distosia Bahu pada persalinannPelajaran Distosia Bahu pada persalinann
Pelajaran Distosia Bahu pada persalinannandyyusrizal2
 
PANDUAN TUGAS AKHIR SKRIPSI PRODI KEPERAWATAN ANESTESIOLOGI PROGRAM SARJANA T...
PANDUAN TUGAS AKHIR SKRIPSI PRODI KEPERAWATAN ANESTESIOLOGI PROGRAM SARJANA T...PANDUAN TUGAS AKHIR SKRIPSI PRODI KEPERAWATAN ANESTESIOLOGI PROGRAM SARJANA T...
PANDUAN TUGAS AKHIR SKRIPSI PRODI KEPERAWATAN ANESTESIOLOGI PROGRAM SARJANA T...AdekKhazelia
 
penyuluhan terkait kanker payudara oleh mahasiswa k3s
penyuluhan terkait kanker payudara oleh mahasiswa k3spenyuluhan terkait kanker payudara oleh mahasiswa k3s
penyuluhan terkait kanker payudara oleh mahasiswa k3smwk57khb29
 
materi tentang sistem imun tubuh manusia
materi tentang sistem  imun tubuh manusiamateri tentang sistem  imun tubuh manusia
materi tentang sistem imun tubuh manusiastvitania08
 
Laporan Kasus - Tonsilitis Kronik Eksaserbasi Akut.pptx
Laporan Kasus - Tonsilitis Kronik Eksaserbasi Akut.pptxLaporan Kasus - Tonsilitis Kronik Eksaserbasi Akut.pptx
Laporan Kasus - Tonsilitis Kronik Eksaserbasi Akut.pptxkaiba5
 
SWAMEDIKASI ALERGI PRODI SARJANA FARMASI.pdf
SWAMEDIKASI ALERGI PRODI SARJANA FARMASI.pdfSWAMEDIKASI ALERGI PRODI SARJANA FARMASI.pdf
SWAMEDIKASI ALERGI PRODI SARJANA FARMASI.pdfFatimaZalamatulInzan
 

Recently uploaded (19)

Abses paru - Diagnosis, tatalaksana, prognosis
Abses paru - Diagnosis, tatalaksana, prognosisAbses paru - Diagnosis, tatalaksana, prognosis
Abses paru - Diagnosis, tatalaksana, prognosis
 
MPI 3. Pengendalian Penyakit pada JH 2023 Kadar.pptx
MPI 3. Pengendalian Penyakit pada JH 2023 Kadar.pptxMPI 3. Pengendalian Penyakit pada JH 2023 Kadar.pptx
MPI 3. Pengendalian Penyakit pada JH 2023 Kadar.pptx
 
PERHITUNGAN_DAN_KATEGORI_STATUS_GIZI.ppt
PERHITUNGAN_DAN_KATEGORI_STATUS_GIZI.pptPERHITUNGAN_DAN_KATEGORI_STATUS_GIZI.ppt
PERHITUNGAN_DAN_KATEGORI_STATUS_GIZI.ppt
 
Strategi_Pengendalian_RisikoZSFADXSCFQ.pdf
Strategi_Pengendalian_RisikoZSFADXSCFQ.pdfStrategi_Pengendalian_RisikoZSFADXSCFQ.pdf
Strategi_Pengendalian_RisikoZSFADXSCFQ.pdf
 
Toksikologi obat dan macam-macam obat yang toksik dan berbahaya.ppt
Toksikologi obat dan macam-macam obat yang toksik dan berbahaya.pptToksikologi obat dan macam-macam obat yang toksik dan berbahaya.ppt
Toksikologi obat dan macam-macam obat yang toksik dan berbahaya.ppt
 
SEDIAAN EMULSI : DEFINISI, TIPE EMULSI, JENIS EMULGATOR DAN CARA PEMBUATAN
SEDIAAN EMULSI : DEFINISI, TIPE EMULSI, JENIS EMULGATOR DAN CARA PEMBUATANSEDIAAN EMULSI : DEFINISI, TIPE EMULSI, JENIS EMULGATOR DAN CARA PEMBUATAN
SEDIAAN EMULSI : DEFINISI, TIPE EMULSI, JENIS EMULGATOR DAN CARA PEMBUATAN
 
456720224-1-Antenatal Care-Terpadu-10-T-ppt.ppt
456720224-1-Antenatal Care-Terpadu-10-T-ppt.ppt456720224-1-Antenatal Care-Terpadu-10-T-ppt.ppt
456720224-1-Antenatal Care-Terpadu-10-T-ppt.ppt
 
PPT KONTRASEPSI KB HORMONAL DAN NON HORMONAL
PPT KONTRASEPSI KB HORMONAL DAN NON HORMONALPPT KONTRASEPSI KB HORMONAL DAN NON HORMONAL
PPT KONTRASEPSI KB HORMONAL DAN NON HORMONAL
 
obat sistem saraf pusat analgesik antipiretik
obat sistem saraf pusat analgesik antipiretikobat sistem saraf pusat analgesik antipiretik
obat sistem saraf pusat analgesik antipiretik
 
anatomi fisiologi sistem penginderaan.ppt
anatomi fisiologi sistem penginderaan.pptanatomi fisiologi sistem penginderaan.ppt
anatomi fisiologi sistem penginderaan.ppt
 
PPT presentasi tentang ekshumasi stase forensik
PPT presentasi tentang ekshumasi stase forensikPPT presentasi tentang ekshumasi stase forensik
PPT presentasi tentang ekshumasi stase forensik
 
KDM NUTRISI, AKTUALISASI, REWARD DAN PUNISHMENT.pptx
KDM NUTRISI, AKTUALISASI, REWARD DAN PUNISHMENT.pptxKDM NUTRISI, AKTUALISASI, REWARD DAN PUNISHMENT.pptx
KDM NUTRISI, AKTUALISASI, REWARD DAN PUNISHMENT.pptx
 
konsep nutrisi pada pasien dengan gangguan kardiovaskuler.pptx
konsep nutrisi pada pasien dengan gangguan kardiovaskuler.pptxkonsep nutrisi pada pasien dengan gangguan kardiovaskuler.pptx
konsep nutrisi pada pasien dengan gangguan kardiovaskuler.pptx
 
Pelajaran Distosia Bahu pada persalinann
Pelajaran Distosia Bahu pada persalinannPelajaran Distosia Bahu pada persalinann
Pelajaran Distosia Bahu pada persalinann
 
PANDUAN TUGAS AKHIR SKRIPSI PRODI KEPERAWATAN ANESTESIOLOGI PROGRAM SARJANA T...
PANDUAN TUGAS AKHIR SKRIPSI PRODI KEPERAWATAN ANESTESIOLOGI PROGRAM SARJANA T...PANDUAN TUGAS AKHIR SKRIPSI PRODI KEPERAWATAN ANESTESIOLOGI PROGRAM SARJANA T...
PANDUAN TUGAS AKHIR SKRIPSI PRODI KEPERAWATAN ANESTESIOLOGI PROGRAM SARJANA T...
 
penyuluhan terkait kanker payudara oleh mahasiswa k3s
penyuluhan terkait kanker payudara oleh mahasiswa k3spenyuluhan terkait kanker payudara oleh mahasiswa k3s
penyuluhan terkait kanker payudara oleh mahasiswa k3s
 
materi tentang sistem imun tubuh manusia
materi tentang sistem  imun tubuh manusiamateri tentang sistem  imun tubuh manusia
materi tentang sistem imun tubuh manusia
 
Laporan Kasus - Tonsilitis Kronik Eksaserbasi Akut.pptx
Laporan Kasus - Tonsilitis Kronik Eksaserbasi Akut.pptxLaporan Kasus - Tonsilitis Kronik Eksaserbasi Akut.pptx
Laporan Kasus - Tonsilitis Kronik Eksaserbasi Akut.pptx
 
SWAMEDIKASI ALERGI PRODI SARJANA FARMASI.pdf
SWAMEDIKASI ALERGI PRODI SARJANA FARMASI.pdfSWAMEDIKASI ALERGI PRODI SARJANA FARMASI.pdf
SWAMEDIKASI ALERGI PRODI SARJANA FARMASI.pdf
 

PNEUMONIA PADA ANAK

  • 1. PNEUMONIA oleh NITA RAHMATUNNISA Pembimbing: dr. Rizki Sp.P Kepaniteraan klinik rsud cilegon
  • 2. PENDAHULUAN Infeksi saluran napas bawah masih tetap merupakan masalah utama dalam bidang kesehatan, baik di negara yang sedang berkembang maupun yang sudah maju. WHO 1999 menyebutkan bahwa penyebab kematian tertinggi akibat penyakit infeksi didunia adalah infeksi saluran napas akut termasuk pneumonia dan influenza. Indonesia menduduki peringkat ke-6 dunia untuk kasus pneumonia pada balita dengan jumlah penderita mencapai 6 juta jiwa
  • 3. Definisi  Pneumonia adalah penyakit pernapasan akut yang menyebabkan perubahan gambaran radiologis paru.  Penyakit ini dikelompokan berdasarkan tempat terjadinya penularan, karena hal ini mempengaruhi kemnungkinan mikroorganisme patogen penyebab sehingga bisa menentukan terapi empiris yang paling tepat  Menurut PDPI  suatu peradangan paru yang disebabkan oleh mikroorganisme (bakteri, virus, jamur, parasit).  Pneumonia yang disebabkan oleh Mycobacterium tuberculosis tidak termasuk.  Peradangan paru yang disebabkan oleh nonmikroorganisme (bahan kimia, radiasi, aspirasi bahan toksik, obat-obatan dan lain-lain) disebut pneumonitis.2
  • 4. EPIDEMIOLOGI Penyebaran pneumonia hampir mencakup semua usia, dengan prevalensi tertinggi terjadi pada usia lebih dari 65 tahun atau kurang dari 2 tahun, dan pada pasien dengan gangguan kesehatan. Pada tahun 2013, pneumonia diperkirakan telah membunuh 935.000 anak dibawah usia 5 tahun. Berdasarkan data WHO/UNICEF tahun 2006 dalam “Pneumonia: The Forgotten Killer of Children”, Indonesia menduduki peringkat ke-6 dunia untuk kasus pneumonia pada balita dengan jumlah penderita mencapai 6 juta jiwa.
  • 5. ETIOLOGI Bakteri Gram(+) : Streptococcus pneumoniae (pnemokokus), Streptococcus piogenes, Staphylococcus aureus Gram(-) : Klebsiela pneumonia, Legionella, Haemophilus influenza. Virus Influenza virus, Parainfluenza virus, Syncytial adenovirus, chicken- pox (cacar air), Rhinovirus, Sitomegalovirus, Virus herpes simpleks, Hanta virus. Fungi Aspergilus, Fikomisetes, Blastomisetes dermatitidis, Histoplasma kapsulatum. Aspirasi Makanan, kerosene (bensin, minyak tanah), cairan amnion, benda asing beberapa kota di Indonesia menunjukkan bahwa bakteri yang ditemukan dari pemeriksaan dahak penderita pneumonia komuniti
  • 7. PATOGENESIS  Beberapa cara mikroorganisme mencapai permukaan:  Inokulasi langsung  Penyebaran melalui pembuluh darah  Inhalasi bahan aerosol  Kolonisasi dipermukaan mukosa  Terdapat empat stadium anatomic dari pneumonia terbagi atas:  Stadium Kongesti (4 – 12 jam pertama)  Stadium Hepatisasi Merah (48 jam selanjutnya)  Stadium Hepatisasi Kelabu (Konsolidasi)  Stadium Akhir (Resolusi)
  • 9. DIAGNOSIS • 1.Batuk • 2.Sputum produktif • 3. Demam (suhu>38 0c) Gejala Mayor: • 1. sesak napas • 2. nyeri dada • 3. konsolidasi paru pada pemeriksaan fisik • 4. jumlah leukosit >12.000/L Gejala Minor: • didahului oleh ISPA selama beberapa hari  demam, menggigil, suhu tubuh kadang-kadang melebihi 40º C, sakit tenggorokan, nyeri otot dan sendi. Juga disertai batuk, dengan sputum mukoid atau purulen, kadang-kadang berdarah.2 Gambaran klinis: • I: dada terlihat bagian yang sakit tertinggal waktu bernafas • P: fremitus dapat mengeras, • Pi: redup • A: suara napas bronkovesikuler sampai bronchial yang kadang- kadang melemah. Mungkin disertai ronkhi halus, yang kemudian menjadi ronkhi basah kasar pada stadium resolusi. Pf:
  • 10. • Pada pemeriksaan laboratorium:  leukosit,  LED. • Untuk menentukan diagnosis etiologi diperlukan pemeriksaan dahak, kultur darah dan serologi. Kultur darah dapat positif pada 20-25% penderita yang tidak diobati. • Anlalisa gas darah menunjukkan hipoksemia dan hiperkarbia, pada stadium lanjut dapat terjadi asidosis respiratorik. Pemeriksaan Laboratorium • Perselubungan/konsolidasi homogen atau inhomogen sesuai dengan lobus atau segment paru secara anantomis. • Batasnya tegas, walaupun pada mulanya kurang jelas. • Volume paru tidak berubah • Silhouette sign (+) : untuk menentukan letak lesi paru ; batas lesi dengan jantung hilang, berarti lesi tersebut berdampingan dengan jantung atau di lobus medius kanan. • Seringkali terjadi komplikasi efusi pleura. • Bila terjadinya pada lobus inferior, maka sinus phrenicocostalis yang paling akhir terkena. • Pada permulaan sering masih terlihat vaskuler. • Pada masa resolusi sering tampak Air Bronchogram Sign (terperangkapnya udara pada bronkus karena tidanya pertukaran udara pada alveolus). Gambaran Radiologis
  • 11.
  • 12. DIAGNOSIS BANDING Tuberculosis Paru (TB) : Gejala klinis TB antara lain batuk lama yang produktif (durasi lebih dari 3 minggu), nyeri dada, dan hemoptisis dan gejala sistemik meliputi demam, menggigil, keringat malam, lemas, hilang nafsu makan dan penurunan berat badan.
  • 13. Atelektasis: Atelektasis adalah istilah yang berarti pengembangan paru yang tidak sempurna dan menyiratkan arti bahwa alveolus pada bagian paru yang terserang tidak mengandung udara dan kolaps. Memberikan gambaran yang mirip dengan pneumonia tanpa air bronchogram. Namun terdapat penarikan jantung, trakea, dan mediastinum ke arah yang sakit karena adanya pengurangan volume interkostal space menjadi lebih sempit dan pengecilan dari seluruh atau sebagian paru-paru yang sakit. Sehingga akan tampak thorax asimetris
  • 14. Efusi Pleura: Memberi gambaran yang mirip dengan pneumonia, tanpa air bronchogram. Terdapat penambahan volume sehingga terjadi pendorongan jantung, trakea, dan mediastinum kearah yang sehat. Rongga thorax membesar. Pada edusi pleura sebagian akan tampak meniscus sign (+) tanda khas pada efusi pleura
  • 15. TATALAKSANA Tabel 3. Rekomendasi Terapi Empiris (ATS 2001) 8 Kategori Keterangan Kuman Penyebab Obat Pilihan I Obat Pilihan II Kategori I Usia penderita < 65 tahun -Penyakit Penyerta (-) -Dt berobat jalan -S.pneumonia, -M.pneumonia, C.pneumonia -H.influenzae -Legionale sp -S.aureus -M,tuberculosis -Batang Gram (-) - Klaritromisin 2x250 mg - -Azitromisin 1x500mg - Rositromisin 2x150 mg atau 1x300 mg - Siprofloksasin 2x500mg atau Ofloksasin 2x400mg - Levofloksasin 1x500mg atau Moxifloxacin 1x400mg - Doksisiklin 2x100mg Kategori II -Usia penderita > 65 tahun - Peny. Penyerta (+) -Dapat berobat jalan -S.pneumonia H.influenzae Batang gram(-) Aerob S.aures M.catarrhalis Legionalle sp -Sepalospporin generasi 2 -Trimetroprim +Kotrimoksazol -Betalaktam -Makrolid -Levofloksasin -Gatifloksasin -Moxyfloksasin Kategori III -Pneumonia berat. - Perlu dirawat di RS,tapi tidak perlu di ICU -S.pneumoniae -H.influenzae -Polimikroba termasuk Aerob -Batang Gram (-) -Legionalla sp -S.aureus -M.pneumoniae - Sefalosporin Generasi 2 atau 3 - Betalaktam + Penghambat Betalaktamase +makrolid -Piperasilin + tazobaktam -Sulferason Kategori IV -Pneumonia berat -Perlu dirawat di ICU -S.pneumonia -Legionella sp -Batang Gram (-) aerob -M.pneumonia -Virus -H.influenzae - M.tuberculosis -Jamur endemic - Sefalosporin generasi 3 (anti pseudomonas) + makrolid - Sefalosporin generasi 4 - Sefalosporin generasi 3 + kuinolon -Carbapenem/ meropenem -Vankomicin -Linesolid -Teikoplanin
  • 16. TATALAKSANA Terapi Suportif Umum • 1. Terapi O2 untuk mencapai PaO2 80-100 mmHg atau saturasi 95-96% berdasarkan pemeriksaan analisis gas darah. • 2. Humidifikasi dengan nebulizer untuk pengenceran dahak yang kental, dapat disertai nebulizer untuk pemberian bronkodilator bila terdapat bronkospasme. • 3. Fisioterapi dada • 4. Pengaturan cairan • 5. Pemberian kortikosteroid pada fase sepsis berat perlu diberikan • 6. Obat inotropik seperti dobutamin atau dopamin kadang-kadang diperlukan bila terdapat komplikasi gangguan sirkulasi atau gagal ginjal prerenal. • Ventilasi mekanis, indikasi intubasi dan pemasangan ventilator pada pneumonia adalah: • a. Hipoksemia persisten meskipun telah diberikan O2 100% dengan menggunakaan masker. • b. Gagal napas yang ditandai oleh peningkatan respiratory distress, dengan atau didapat asidosis respiratorik. • c. Respiratory arrest. • d. Retensi sputum yang sulit diatasi secara konservatif. • 8. Drainase empiema bila ada. • 9. Bila terdapat gagal napas, diberikan nutrisi dengan kalori yang cukup yang didapatkan terutama dari lemak (>50%), hingga dapat dihindari pembentukan CO2 yang berlebihan.
  • 17. Terapi Sulih (switch therapy) • Masa perawatan di rumah sakit sebaiknya dipersingkat dengan perubahan obat suntik ke oral dilanjutkan dengan berobat jalan, hal ini untuk mengurangi biaya perawatan dan mencegah infeksi nosokomial. • Perubahan ini dapat diberikan secara sequential (obat sama, potensi sama), switch over (obat berbeda, potensi sama) dan step down (obat sama atau berbeda, potensi lebih rendah). Kriteria untuk Pneumonia terkait stabilitas klinis adalah : 12 • 1. Temp ≤ 37,8 C, Kesadaran baik • 2. Denyut jantung ≤ 100 denyut / menit, • 3. Respirasi rate≤ 24 napas / menit • 4. Tekanan darah sistolik ≥ 90 mmHg • 5. Saturasi O2 arteri ≥ 90% atau pO2 ≥ 60 mmHg pada ruang udara, • 6. Kemampuan untuk mengambil asupan oral.
  • 18. KOMPLIKASI Efusi pleura dan empiema. Terjadi pada sekitar 45% kasus. Cairannya transudat dan steril. Terkadang pada infeksi bakterial terjadi empiema dengan cairan eksudat. Komplikasi sistemik. Dapat terjadi akibat invasi kuman atau bakteriemia berupa meningitis. Dapat juga terjadi dehidrasi dan hiponatremia, anemia pada infeksi kronik, peninggIan ureum dan enzim hati. Kadang-kadang terjadi peninggian fostase alkali dan bilirubin akibat adanya kolestasis intrahepatik. Hipoksemia akibat gangguan difusi. Abses Paru terbentuk akibat eksudat di alveolus paru sehingga terjadi infeksi oleh kuman anaerob dan bakteri gram negative. Pneumonia kronik yang dapat terjadi bila pneumonia berlangsung lebih dari 4-6 minggu akibat kuman anaerob S. aureus, dan kuman Gram (-) seperti Pseudomonas aeruginosa. Bronkiektasis. Biasanya terjadi karena pneunomia pada masa anak-anak tetapi dapat juga oleh infeksi berulang di lokasi bronkus distal pada cystic fibrosis atau hipogamaglobulinemia, tuberkulosis, atau pneumonia nekrotikans. 10
  • 19. PROGNOSIS Angka morbiditas dan mortalitas pneumonia menurun sejak ditemukannya antibiotik. Faktor yang berperan adalah patogenitas kuman, usia, penyakit dasar dan kondisi pasien. Secara umum angka kematian pneumonia pneumokokus adalah sebesar 5%, namun dapat meningkat menjadi 60% pada orang tua dengan kondisi yang buruk misalnya gangguan imunologis, sirosis hepatis, penyakit paru obstruktif kronik, atau kanker. Adanya leukopenia, ikterus, terkenanya 3 atau lebih lobus dan komplikasi ekstraparu merupakan petanda prognosis yang buruk. Kuman gram negatif menimbulkan prognosis yang lebih jelek.
  • 20. PENCEGAHAN Pola hidup sehat termasuk tidak merokok Vaksinasi (vaksin pneumokokal dan vaksin influenza) • Sampai saat ini masih perlu dilakukan penelitian tentang efektivitinya. Pemberian vaksin tersebut diutamakan untuk golongan risiko tinggi misalnya usia lanjut, penyakit kronik , diabetes, penyakit jantung koroner, PPOK, HIV, dll. Vaksinasi ulang direkomendasikan setelah > 2 tahun. • Efek samping vaksinasi yang terjadi antara lain reaksi lokal dan reaksi yang jarang terjadi yaitu hipersensitiviti tipe 3.
  • 21. KESIMPULAN Pneumonia Infeksi parenkim paru yang dapat menyerang segala usia Paling banyak disebabkan oleh infeksibakteri Diagnosis  gejala klinis, p.fisik, p.penunjang Tatalaksana  antibiotik yang sesuai & terapi suportif Prognosisnya baik jika mendapat terapi antibiotik yang adekuat, faktor predisposisi pasien dan ada tidaknya komplikasi yang menyertai.