1. Aqui começa a apresentação
Kelompok 1
ASUHAN KEPERAWATAN PADA
PNEUNONIA
Disusun Oleh :
1. Agiska Mayzella 6. Rizky Meta
2. Andi Warni 7. Samsir Mappa
3. Anik sri Hartatik 8. Windy Ermaya
4. Fitri arum
5. Reza fatharoni
PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN (STIKes)
PERTAMEDIKA
2. BAB 1
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Pneumonia adalah salah satu penyakit peradangan akut parenkim paru yang biasanya dari satu infeksi saluran
pernafasan bawah akut, dengan gejala batuk disertai sesak nafas yang disebabkan agen infeksius seperti virus, bakteri,
fungi (microplasma) dan aspirasi substansi asing berupa radang paru-paru yang disertai eksudasi dan konsolidasi dan dapat
dilihat melalui gambaran radiologis (Nursalam, 2015).
Menurut WHO (World Health Organnization) pneumonia adalah bentuk infeksi pernafasan akut yang menyerang
paru-paru pada bagian alveoli yang berfungsi sebagai tempat pertukaran O2 dan CO2, ketika pasien menderita
pneumonia alveoli akan dipenuhi cairan dan nanah yang membuat pernafasan terasa menyakitkan dan membatasi
asupan oksigen. Secara klinis pneumonia didefinisikan sebagai suatu peradangan parenkim paru distal dari bronkiolus
terminalis yang mencakup bronkiolus respiratorius dan alveoli serta menimbulkan konsolidasi jaringan paru dan
gangguan pertukaran gas setempat (Sudoyo, 2015).
3. A. DEFINISI
Pneumonia adalah salah satu penyakit peradangan akut
parenkim paru yang biasanya dari satu infeksi saluran
pernafasan bawah akut, dengan gejala batuk disertai sesak
nafas yang disebabkan agen infeksius seperti virus, bakteri,
fungi (microplasma) dan aspirasi substansi asing berupa
radang paru-paru yang disertai eksudasi dan konsolidasi dan
dapat dilihat melalui gambaran radiologis (Nursalam, 2015).
4. Lanjutan
Menurut WHO (World Health Organnization) pneumonia
adalah bentuk infeksi pernafasan akut yang menyerang paru-paru
pada bagian alveoli yang berfungsi sebagai tempat pertukaran O2
dan CO2, ketika pasien menderita pneumonia alveoli akan
dipenuhi cairan dan nanah yang membuat pernafasan terasa
menyakitkan dan membatasi asupan oksigen. Secara klinis
pneumonia didefinisikan sebagai suatu peradangan parenkim paru
distal dari bronkiolus terminalis yang mencakup bronkiolus
respiratorius dan alveoli serta menimbulkan
konsolidasi jaringan paru dan gangguan pertukaran gas setempat
(Sudoyo, 2015).
5. ETIOLOGI
Penyebab pneumonia pada orang dewasa dan usia lanjut
umumnya adalah bakteri. Penyebab paling umum pneumonia di
Amerika Serikat yaitu bakteri Streptococcus pneumonia, atau
Pneumococcus.Sedangkan pneumonia yang disebabkan karena virus
umumnya adalah Respiratory Syncytial Virus, rhinovirus, Herpes
Simplex Virus, Severe Acute Respiratory Syndrome
(SARS)(Nursalam, 2016).
6. Lanjutan..
Menurut (Padila, 2013) penyebab dari pneumonia yaitu;
a. Bakteri
Bakteri biasanya didapatkan pada usia lanjut. Organisme gram positif
seperti: streptococcus pneumonia, S.aerous, dan streptococcus pyogenesis.
a. Virus
Virus influenza yang menyebar melalui transmisi droplet citomegalo,
virus ini dikenal sebagai penyebab utama kejadian pneumonia virus.
a. Jamur
Jamur disebabkan oleh infeksi yang menyebar melalui penghirupan udara
mengandung spora biasanya ditemukan pada kotoran burung. 6
a. Protozoa
Menimbulkan terjadinya pneumocystis carini pneumoni (PCP) biasanya
menjangkiti pasien yang mengalami immunosupresi
7. A. Patofisiologi
Patofisiologi pneumonia Agent penyebab pneumonia
masuk ke paru – paru melalui inhalasi atau pun aliran
darah. Diawali dari saluran pernafasan dan akhirnya
masuk ke saluran pernapasan bawah. Reaksi peradangan
timbul pada dinding bronkhus menyebabkan sel berisi
eksudat dan sel epitel menjadi rusak. Kondisi tersebut
berlansung lama sehingga dapat menyebabkan etelektasis
(Suratun & Santa, 2013). Reaksi inflamasi dapat terjadi
di alveoli, yang menghasilkan eksudat yang mengganggu
jalan napas, bronkospasme dapat terjadi apabila pasien
menderita penyakit jalan napas reaktif (Smeltzer & Bare,
2013).
8. Melhores Centros
A. Klasifikasi
Klasifikasi pneumonia berdasarkan klinis dan epidemilogi sertaletak anatomi (Nursalam,
2016) sebagai berikut:
a.Klasifikasi pneumonia berdasarkan klinis dan epidemiologi
1) Pneumonia Komunitas (PK) adalah pneumonia infeksius pada seseorang yang tidak menjalani
rawat inap di rumah sakit.
2) Pneumonia Nosokomial (PN) adalah pneumonia yang diperoleh selama perawatan di rumah
sakit atau sesudahnya karena penyakit lain atau prosedur.
3) Pneumonia aspirasi disebabkan oleh aspirasi oral atau bahan dari lambung, baik ketika makan
atau setelah muntah. Hasil inflamasi pada paru bukan merupakan infeksi tetapi dapat menjadi
infeksi karena bahan teraspirasi mungkin mengandung bakteri aerobic atau penyebab lain dari
pneumonia.
4) Pneumonia pada penderita immunocompromised adalah pneumonia yang terjadi pada penderita
yang mempunyai daya tahan tubuh lemah.
9. B .Klasifikasi pneumonia berdasarkan letak anatomi
1. Pneumonia lobaris
Pneumonia lobaris melibatkan seluruh atau satu bagian besar dari satu atau lebih lobus paru. Bila
kedua paru terkena, maka dikenal sebagai pneumonia bilateral atau “ganda”.
2. Pneumonia lobularis (bronkopneumonia)
Bronkopneumonia terjadi pada ujung akhir bronkiolus, yang tersumbat oleh eksudat
mukopurulen untuk membentuk bercak konsolidasi dalam lobus yang berada didekatnya.
3. Pneumonia interstisial
Proses implamasi yang terjadi di dalam dinding alveolar (interstisium) dan jaringan peribronkial
serta interlobular.
10. Tanda dan gejala
Menurut Mandan (2019) tanda gejala yang timbul pada
pneumonia antara lain:
a. Demam menggigil
b. Mual dan tidak nafsu makan
c. Batuk kental dan produktif
d. Sesak napas
e. Ronchi
f. Mengalami lemas/ kelelahan
g. Orthopnea
11. Pemeriksaan penunjang :
a. Radiologi
b. Laboratorium
c. Mikrobiologi
d. Analisa Gas Darah
e. Tes serologi
Penatalaksanaan
Penatalaksanaan medis secara umum untuk pneumonia menurut
Digiulio, Jackson, & Keogh, 2014 :
a. Memberikan oksigen jika diperlukan.
b. Untuk infeksi bakterial, memberikan antibiotik seperti
macrolides (azithomycin, clarithomicyn), fluoroquinolones
(levofloxacin, moxifloxacin), beta-lactams (amoxilin atau
clavulanate, cefotaxime, ceftriaxone, cefuroxime axetil,
cefpodoxime, ampicillin atau sulbactam), atau ketolide
(telithromycin).
c. Memberikan antipiretik jika demam, seperti Acitaminophen,
ibuprofen.
d. Memberikan bronkodilator untuk menjaga jalur udara tetap
terbuka, memperkuat aliran udara jika perlu seperti albuterol,
metaproteranol, levabuterol via nebulizer atau metered dose
inhaler.
e. Menambah asupan cairan untuk membantu menghilangkan
sekresi dan mencegah dehidrasi.
12. A. Pengkajian Keperawatan
1. Identitas
2. Keluhan Utama
3. Riwayat Penyakit Sekarang
4. Riwayat Penyakit Dahulu
5. Riwayat Nutrisi
6. Riwayat Kesehatan Keluarga
7. Aktivitas/ Istirahat
8. Makanan / Cairan
9. Pemeriksaan Fisik
a. pengukuran panjang badan, berat badan
b. keadaan umum
c. Kepala
d. Mata
a. Sistem pencernaan
b. Sistem Pernafasan
c. Sistem kardiovaskuler
d. Sistem integumen
e. Sistem perkemihan
KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN
Dalam proses keperawatan terdiri dari lima tahap yang berurutan dan saling berhubungan, yaitu
pengkajian, diagnosis, perencanaan, implementasi, dan evaluasi (Iyer, etc,dalam Nursalam, 2009).
13. A. Diagnosa Keperawatan
a. Bersihan jalan nafas tidak efektif
berhubungan dengan sekresi yang
tertahan (D.0001)
Definisi
Ketidak mampuan
membersihkan sekret atau
obstruksi jalan nafas untuk
mempertahankan jalan
nafas tetap paten.
1) Tanda mayor dan minor
a) Tanda mayor
(1).Tanda mayor objektif:
(a) Batuk tidak efektif atau tidak
mampu batuk
(b) Sputum berlebih / obstruksi
dijalan nafas
(c) Mengi, wheezing dan / atau
ronkhi kering.
a) Tanda minor
(1).Tanda minor subjektif:
(a) Dispnea
(b) Sulit bicara
(c) Ortopnea
(2).Tanda minor objektif:
a) Gelisah
b) Sianosis
c) Bunyi nafas menurun
d) Frekuensi nafas berubah
e) Pola nafas berubah
Kondisi klinis terkait
a) Infeksi salurannafas
DiagnosaKeperawatan
Diagnosa Keperawatan, Tujuan, Kriteria Hasil,
Rencana Intervensi
14. B. Gangguan pertukaran gas
berhubungan dengan perubahan
membrane alveolus-kapiler
(D.0003)
1) Definisi
Kelebihan atau
kekurangan
oksigenasi dan/atau
eliminasi
karbondioksida pada
membran alveolus-
kapiler.
1) Tanda mayor dan minor
a) Tanda mayor
(1).Tanda mayor subjektif
(a) Dispnea
(2).Tanda mayor objektif
(a) PCO2 meningkat / menurun
(b) PO2 menurun
(c) Takikardi
(d) PH arteri meningkat / menurun
(e) Bunyi nafas tambahan
B) Tanda minor
(1).Tanda minor subjektif
(a)Pusing
(b)Penglihatan kabur
(a) Sianosis
(b) Diaforesis
(c) Gelisah
(d) Nafas cuping hidung
(e) Pola nafas abnormal
(cepat/lambat,
regular/ireguler,
dalam/dangkal)
(f) Warna kulit abnormal
(g) Kesadaran menurun
1) Kondisi klinis terkait
a) Penyakit paru obstruktif
kronis (PPOK)
b) Pneumonia
c) Infeksi saluran nafas
15. C. Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan hambatan upaya
nafas (D.0005)
1) Definisi
Inspirasi dan /atau ekspirasi yang
tidak memberikan ventilasiadekuat.
1) Tanda mayor dan minor
a) Tanda mayor
(1).Tanda mayor subjektif
(a) Dispnea
).Tanda mayor ojektif
(a) Penggunaan otot bantu pernafasan
(b) fase ekspirasi memanjang
(c) Pola nafas abnormal (missal takipnea,
bradipnea,hiperventilasi)
a) Tanda minor
(1).Tanda minor subjektif
(a)ortopnea
(2).Tanda minor objektif
(a) Pernafasan pursed-lip
(b) Pernafasaan cuping hidung
(c) Diameter thoraks anterior–posterior
meningkat
(d) Kapasitas vital menurun
(e) Tekanan ekspirasi menurun
(f) Tekanan inspirasi menurun
(g) Ekskursi dada berubah
a) Depresi system saraf pusat
b) Cedera kepala
c) Trauma thoraks
d) Gullian barre syndrome
e) Sklerosis multipel
f) Stroke
g) Intoksidasi alcohol
16. Intervensi Keperawatan
Intervensi keperawatan adalah segala treatment yang dikerjakan oleh perawat yang didasarkan
pada pengetahuan dan penilaian kelinis untuk mencapai luaran (outcome) yang diharapkan (Tim Pokja
SIKI DPP PPNI, 2018). Intervensi keperawatan pada kasus pneumonia berdasarkan buku Standar
Intervensi Keperawatan Indonesia sebagai berikut:
a. Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan sekresi tertahan
(D.0001)
Tujuan: setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan
bersihan jalan nafas meningkat L.01001
Kriteria hasil: L.01001
1) Batuk efektif meningkat
2) Produksi sputum menurun
3) Mengi menurun
4) Wheezingmenurun
5) Dispnea menurun
6) Sianosis menurun
7) frekuensi nafas membaik
8) polanafasmembaik
17. Intervensi keperawatan:Latihan batuk efektif 1.01006
1) Observasi
a) Identifikasi kemampuan batuk
b) Monitor adanya retensi sputum
c) Monitor tanda dan gejala infeksi saluran nafas
d) Monitor input dan output cairan (mis. jumlah dan karakteristik)
2) Terapeutik
a) Atur posisi semi-fowler atau fowler
b) Pasang perlak dan bengkok di pangkuan pasien
c) Buang sekret pada tempat sputum
3) Edukasi
a) Jelaskan tujuan dan prosedur batuk efektif
b) Anjurkan tarik nafas dalam melalui hidung selama 4 detik, ditahan selama 2 detik,
kemudian keluarkan dari mulut dengan bibir mecucu (dibulatkan) selam 8 detik.
c) Anjurkan tarik nafas dalam hingga 3 kali.
d) Anjurkan batuk dengan kuat langsung setelah tarik nafasdalam yang ke-3
4) Kolaborasi
a) Kolaborasi pemberian mukolitik atau ekspektoran, jikaperlu.
18. a. Gangguan pertukarangas
berhubungan
dengan
perubahanmembrane
alveolus-kapiler (D.0003)
Tujuan:setelah
dilakukan tindakan
keperawatan
diharapkan pertukaran
gas meningkat.
Kriteria hasil: L.01003
1) Dispneamenurun
2) Bunyinafastambahanmenurun
3) Pusingmenurun
4) Penglihatankaburmenurun
5) Nafascupinghidungmenurun
6) PCO2danPO2membaik
7) Takikardimembaik
8) Sianosismembaik
9) Polanafasmembaik
Intervensi keperawatan: Pemantauan
respirasi 1.01014
1) Observasi
a) Monitor frekuensi, irama, kedalaman dan
upaya nafas
b) MonitorMonitor kemampuan
batuk efektif
c) Monitor adanya produksi sputum
d) Monitor adanya sumbatan jalan nafas
e) Palpasi kesimetrisan ekspansi paru
f) Auskultasi bunyi nafas
g) Monitor saturasi oksigen
h) Monitor AGD
i) Monitor hasil x-ray toraks
2) Terapeutik
a) Atur interval pemantuan respirasi sesuai
kondisi pasien
b) Dokumentasikan hasil pemantauan
3) Edukasi
a) Jelaskan tujuan dan prosedur pemantauaan
b) Informasikan hasil pemantauan, jika perlu
19. a. Pola nafas tidak efektif
berhubungan dengan hambatan
upaya nafas (D.0005)
Tujuan: setelah dilakukan
tindakan keperawatan
diharapkan polanafas
membaik L.010004 Kriteria
hasil:
1) Kapasitas vital meningkat
2) Tekanan ekspirasi meningkat
3) Tekanan inspirasi meningkat
4) Dispneamenurun
5) Penggunaan otot bantu nafas
menurun
6) Pernafasan cuping hidung
menurun
7) Frekuensi nafas membaik
8) Kedalaman nafas membaik
Intervensi keperawatan: Manajemen jalan
nafas 1.01011
1) Observasi
a) Monitorpola nafas (frekuensi,
kedalaman,usaha nafas)
b) Monitor bunyi nafas tambahan
(misalnya gurgling, mengi,wheezing,
ronki)
c) Monitor sputum(jumlah, warna,
aroma)
2) Terapeutik
a) Posisikansemi-fowler atau fowler
b) Berikan minumhangat
c) Lakukan fisioterapidada, jika perlu
d) Lakukanpenghisapan lendir kurang
dari 15 detik
e) Berikanoksigen, jika perlu
3) Edukasi
a) Anjurkan asupan cairan 2000ml/hari,
jika tidakkontraindikasi
b) Ajarkanteknik batuk efektif
4) Kolaborasi
a) Kolaborasi pemberian bronkodilator,
ekspektoran,mukolitik. jika perlu.
20. A. Implementasi Keperawatan
Implementasi merupakan tahap proses keperawatan di mana perawat
memberikan intervensi keperawatan langsung dan tidak langsung terhadap klien
(Perry, 2009).
Implementasi merupakan tahap keempat dari proses keperawatan dimana
rencana keperawatan dilaksanakan melaksanakan intervensi/aktivitas yang telah
ditentukan, pada tahap ini perawat siap untuk melaksanakan intervensi dan
aktivitas yang telah dicatat dalam rencana perawatan klien. Agar implementasi
perencanaan dapat tepat waktu dan efektif terhadap biaya, pertama-tama harus
mengidentifikasi prioritas perawatan klien, kemudian bila perawatan telah
dilaksanakan, memantau dan mencatat respons pasien terhadap setiap intervensi
dan mengkomunikasikan informasi ini kepada penyedia perawatan kesehatan
lainnya. Kemudian, dengan menggunakan data, dapat mengevaluasi dan merevisi
rencana perawatan dalam tahap proses keperawatan berikutnya (Wilkinson.M.J,
2012).
21. Evaluasi Keperawatan
Menurut Nursalam (2009: 135-137), evaluasi adalah tindakan intelektual untuk melengkapi proses
keperawatan yang menandakan keberhasilan dari diagnosa keperawatan, rencana intervensi, dan
implementasinya.
Evaluasi terbagi atas dua jenis, yaitu evaluasi formatif dan evaluasi sumatif. Evaluasi formatif berfokus
pada aktivitas proses keperawatan dan hasil tindakan keperawatan. Dijelaskan oleh (Hidayat, 2009),
perumusan evaluasi formatif dikenal dengan istilah SOAP meliputi:
S : Subjektif, merupakan data perkembangan keadaan yang didasarkan pada apa yang dirasakan,
dikeluhkan, dan dikemukakan pasien.
O : Objektif, merupakan data perkembangan yang bisa diamati dan diukur oleh perawat atau tim
kesehatan lain.
A : Assasement atau analisis
Kedua jenis data tersebut, baik subjektif maupun objektif dinilai dan dianalisis, apakah
berkembang ke arah perbaikan atau kemunduran.Hasil analisis dapat menguraikan sampai
dimana masalah yang ada dapat diatasi atau adakah perkembangan masalah baru yang
menimbulkan diagnosa keperawatan baru.
P : Planning atau perencanaan
Rencana penanganan pasien dalam hal ini didasarkan pada hasil analisis di atas yang berisi
melanjutkan rencana sebelumnya apabila keadaan atau masalah pasien belum teratasi dan
membuat rencana baru bila rencana awal tidak efektif.