SlideShare a Scribd company logo
1 of 32
1
LAPORAN KASUS
I. IDENTITAS PASIEN
Nama : Tn R
Umur : 47 tahun
Alamat : Tegalrejo 8/3, Karanganyar
No RM : 01145306
Tanggal masuk RS : 19-8-2012
Tanggal keluar RS : 2-9-2012
II. RIWAYAT PENYAKIT
a. Riwayat penyakit sekarang (Allow anamnesa)
Keluhan utama : Penurunan kesadaran
Sejak ± 1 hari SMRS pasien tidak sadar. Pasien dalam keadaan tidur
bila dibangunkan hanya membuka mata, tidak bisa diajak
berkomunikasi, trauma kepala (-), lumpuh sebagian tubuh (-), keringat
dingin (-), kejang (-), muntah (-), demam (-), batuk (-), pilek (-).
Sebelum tidak sadar pasien mengeluh lemas, perut sebah (+), mata
tampak kuning (+), nyeri dada (-), jantung berdebar (-), perut
membuncit (+), kedua kaki bengkak (+), BAK kurang, warna seperti
teh, nyeri (-), panas (-), anyang-anyangan (-), BAK berpasir / keluar
batu (-), BAB hitam (-), seperti dempul (-), darah (-), lendir (-).
b. Riwayat penyakit dahulu
- Sejak ± 3 bulan SMRS pasien sering dirawat karena hipoglikemi
atau trombosit turun
- 1.5 tahun SMRS pasien dirawat karena sakit liver
- 3 tahun SMRS pasien dirawat muntah darah dan BAB hitam dan
dinyatakan sakit liver (+)
- R. kebiasaan minum obat anti nyeri (-)
2
- R. hipertensi (-)
- R. alergi (-)
c. Riwayat penyakit keluarga
Tidak ada keluarga yang menderita sakit liver
III. PERJALANAN PENYAKIT
a. KU : Sakit berat, somnolen, gizi kesan cukup
b. Vital sign : TD: 110/60 mm Hg RR: 20x/menit
N: 56 x/ menit S: 36°
c. BB : 72 kg TB: 170 cm
d. Mata : Slera ikterik +/+ conjuctiva pucat +/+
e. Hidung : Nafas cuping hidung -/- , terpasang selang nasogastrik
f. Mulut : Papil lidah atrofi (-)
g. Leher : Kelenjar getah bening tidak membesar, Jugular venus
Pressure Right + 2 cm
h. Thorax : Simetris, retraksi (-), spider navy (-), atropi musculus
pectoralis (-)
j. Jantung : I : Iktus cordis tidak tampak
P : Iktus cordis teraba di intercosta space II 2
cm medial linea media clavicula sinister,
tidak kuat angkat
P : Batas jantung kanan kesan tidak melebar
A : Bising jantung I-II normal, regular, gallop (-),
murmur (-)
k. Paru- paru : I : Pergerakan dada kanan = dada kiri
P : Fremitus kanan = fremitus kiri
P : Sonor // sonor
A : Suara paru vesikular +/+, suara paru tambahan
-/-
l. Abdomen : I : Dinding perut // dinding dada
3
P : Supel, nyeri tekan (+) epigastrium, hepar/
limpa tidak teraba, ballottement -/-
P : Tympani, pekak alih (+), pekak sisi (+), area
traubel pekak, liver span 7 cm
A : Bising usus (+) normal
h. Ektremitas : Oedem -/- Akaral dingin -/-
+/+ -/-
IV. HASIL PEMERIKSAAN PENUNJANG
Tabel 1. Hasil Pemeriksaan Laboratorium
PEMERIKSAAN 19-8-2012 Harga rujukan
HEMATOLOGI Cito
Hb(g/dl) 10.0 13.5-17.5
HCT(%) 31 33-45
WBC(103
/uL) 4.8 4.5-11.0
PLT(103
/uL) 73 15-450
RBC(106
/uL) 2.85 4.50-5.90
Golongan darah O
KIMIA KLINIK
Glukosa darah sewaktu 80 60-140
SGOT 100 0-35
SGPT 66 0-45
Kreatinin 1.9 0.9-1.3
Ureum 35 <50
Elektrolit
Natrium 133 136-145
Kalium 5.8 3.3- 5.1
Klorida 106 98-106
SEROLOGI HEPATITIS
HbsAg Reaktif Non reaktif
4
ASSEMENT
a. Penurunan kesadaran DD enselofati hepatikum grade IV
b. Sirosis hepatis dekompensata ec hepatitis B kronis
c. Azotemia
d. Compensated cordis
e. Imbalance elektrolit
f. Bradikardi
g. Hepatitis B
TERAPI
a. Bed rest total
b. O2 2 lt/ menit
c. Diet sonde 1900 kkal, rendah protein 36 gram/hari
d. IUVD D5 % 20 tpm + 12.5 unit Insulin
e. IUVD Komafusin hepar 1 flas/hari
f. Inj Sulfas Atropin 1 amp ekstra
g. Inj D40% 2 flas + 40 IU Insulin
h. Curcuma 3x 1
i. Furosemid 40 mg 1-0-0
j. Spironolacton 100 mg 1-0-0
k. Sirup lactulac 3x1 C
PLAN
a. Vital sign /jam
b. Glukosa darah sewaktu/ 6 jam
c. Balance cairan/ 4 jam
d. Pemeriksaan elektrolit post koreksi
5
Hasil pemeriksaan lanjutan
a. Hasil laboratorium terlampir
b. Serum elektroforesis tanggal 22-8-2012
Gambar 1. Serum elektroforesis pasien Tn. R
Total protein : 5.4 g/dl
Albumin : 1.5 g/dl
Globulin : 3.9 g/dl
Kesimpulan : Hipoalbumin, Hipergamaglobulinemia
c. Ultrasonografi tanggal 23-8-2012
Hepar : Bentuk dan ukuran normal, permukaan tidak
rata, tepi tumpul, echogenitas normochoic,
parenkim hepar homogen, vena hepatica tidak
melebar, vena porta melebar (1.6 cm), duktus
biliar normal, masa/ nodul (-)
Kandung empedu : Bentuk dan ukuran normal, permukaan rata,
dinding menebal, sludge (-), batu (-)
Pankreas : Bentuk dan ukuran normal
6
Lien : Bentuk dan ukuran membesar, permukaan rata,
dinding tidak menebal, parenkim homogen,
vena lienalis tidak melebar
Ginjal : Ren kanan ukuran normal, ekhogenitas
parenkim normal, batas korteks dan medula
jelas, tidak ada batu dan masa
Lain- lain : Ascites (+), efusi pleura (-)
Kesan : Sirosis hepatis dan hipertensi portal
d. Gambaran Darah tepi tanggal 23-8-2012
Gambar 2.Gambaran darah tepi, pembesaran 10x10, pengecatan wright – giemsa
Gambar 3. Gambaran darah tepi, pembesaran 40x10, pengecatan wright – giemsa
7
Gambar 4. Gambaran darah tepi , pembesaran 100x10, pengecatan wright – giemsa
Panah : monosit teraktifasi
Hematologi
Hb : 9.4 g/dl
HCT : 27.6 %
WBC : 3.4 103
/L
PLT : 35 103
/L
RBC : 2.50 103
/L
Hasil pembacaan GDT tanggal 23-8-2012
Eritrosit : Hipokrom, sebagian populasi normokrom (post
terapi/tranfusi?), mikrosit, anisopoikilositosis,
normosit, polikromasi, ovalosit, sel burr, sel target, sel
pensil, eritroblas(-)
Lekosit : Jumlah menurun, hipergranulasi netrofil (+), monosit
teraktivasi (+), sel muda(-)
Trombosit : Jumlah menurun, trombosit besar (+), penyebaran
merata
Simpulan : Suspek pansitopenia bersamaan dengan proses infeksi
Saran : Serum elektroforesis
e. Poli endoskopi tanggal 25-8-2012
Esofagogastrodeudonoskopi dan ligasi varises esofagus grade III dan
gastropati
8
V. DIAGNOSIS KLINIS
a. Penurunan kesadaran DD : Enselopati hepatikum grade IV
Neurologik disorder
b. Klinis: Sirosis hepatis dekompensata e.c hepatitis B kronis
c. Azotemia
d. Compensated cordis
e. Imbalance elektrolit
f. Bradikardi
g. Hepatitis B
9
VI. KERANGKA PEMIKIRAN
Pasien, laki-laki, 47 tahun, dengan penurunan kesadaran
↓
An Anamnesa:
Pasien tidak sadar. Sebelum tidak sadar
mengeluh lemas. perut sebah (+), mata
tampak kuning (+), perut membuncit (+),
kedua kaki bengkak (+), BAK seperti teh
(+), berkurang
Riwayat Riwayat hipoglikemi (+), riwayat trombosit
turun (+), riwayat sakit liver (+)
RPK:
Riwayat penyakit liver (+)
Pemeriksaan USG
Kesan : sirosis hepatis
dan hipertensi portal
Pemeriksaan laboratorium
Hematologi: Hb↓ , trombosit ↓ ,
retikulosit ↑, PT /aPTT ↑
Kimia: enzim transminase ↑, kreatinin
↑, natrium ↓, kalium ↑, kalsium ↓, total
protein ↓, albumin ↓, LDL ↓, HDL ↓,
TIBC ↑ , GGT ↑, bilirubin Total/
direk, indirek ↑
Serologi: HbsAg reaktif, feritin ↑
Sekresi: lekosit urin ↑, eritrosit urin ↑,
urobilinogen (+), silinder urin ↑
GDT: Suspek pansitopenia bersamaan
dengan proses infeksi
SPE: hipoalbumin, hipergamaglobulin
Pemeriksaan lanjutan
Pemeriksaan fisik
N: 56 x/menit
Mata: sklera ikterik (+), conjunctiva
pucat (+)
Abdomen : pekak alih (+), pekak sisi
(+), area traubel pekak, liver span 7
cm, nyeri tekan (+) epigastrium,
Ekstremitas: oedem ektremitas inferior
(+)
Enselofati hepatikum, sirosis hepatis
dekompensata, hepatitis B kronis
Endoskopi
Esofagogastrodeudonos
kopi dan ligasi varises
esofagus grade III dan
gastropati
10
VI. PELACAKAN ETIOLOGI
Plan
Laboratorium :
- Pemeriksaan BGA
- Pemeriksaan STfR
- Pemeriksaan hs CRP
- Pemeriksaan Anti HBc
- Pemeriksaan Anti HBe
VII. SIMPULAN
Pasien laki laki 47 tahun
Anamnesa Penurunan kesadaran ,mata tampak kuning, perut
membuncit, sebah, kedua kaki bengkak (+), BAK
seperti teh (+), volume berkurang
Pemeriksaan fisik Ikterik, anemik, asites, nyeri tekan epigastrium,
oedem ekstremitas inferior
Pemeriksaan laboratorium Anemia, trombositopeni, retikulosit ↑, enzim
transminase ↑, kreatinin ↑, natrium ↓, kalium ↑,
kalsium ↓, total protein ↓, albumin ↓, LDL ↓, HDL ↓,
TIBC ↑ , GGT ↑, bilirubin Total/ direk/ indirek ↑,
HbsAg reaktif, ferritin ↑ , lekosit urin ↑, eritrosit urin
↑, urobilinogen (+), silinder urin ↑
GDT: Suspek pansitopenia bersamaan dengan proses
infeksi
SPE: hipoalbumin, hipergamaglobulin
Hasil USG Pemeriksaan USG
Kesan : Sirosis hepatis dan hipertensi portal
Hasil Endoskopi Endoskopi
Esofagogastrodeudonoskopi dan ligasi varises
eofagus grade III dan gastropati
Enselofati hepatikum, sirosis hepatis
dekompensata, hepatitis B kronis
11
LANDASAN TEORI
I. Sirosis hepatis
Merupakan penyakit hati menahun yang difus ditandai dengan
pembentukan jaringan ikat dan nodul. Angka kejadian di indonesia pria
lebih banyak menderita sirosis dibanding wanita, pada dekade kelima.
Klasifikasi terdiri atas: 1. Etiologi 2. Morfologi 3. Fungsional
Klasifikasi etiologi antara lain disebabkan hepatitis virus B dan C, alkohol,
metabolik. Klasifikasi morfologi adalah sirosis mikronodular,
makronodular, campuran. Klasifikasi fungsional adalah kompensasi dan
dekompensasi (Tarigan, 1997; Nurjanah 2009).
Pasien ini menurut klasifikasi etiologi disebabkan hepatitis virus B dan
klasifikasi fungsional adalah sirosis hepatis dekompensasi
Manifestasi klinis tergantung pada fase penyakitnya. Pada fase
kompensasi sempurna pasien tidak mengeluh sama sekali atau samar
samar. Pada fase dekompensasi gejala lebih menonjol terutama bila timbul
komplikasi kegagalan hati dan hipertensi porta (Nurjanah, 2009).
Pemeriksaan jasmani yaitu hati akan membesar pada awal sirosis dan
mengecil pada stdium lanjut, konsistensi kenyal, tumpul dan sakit tekan,
limfa juga membesar, terjadi ascites, spider nevi, caput medusa,
ginekomastia, eritema palmaris (Tarigan, 1997)
Pemeriksaan penunjang meliputi pemeriksaan laboratorium yaitu
anemia, trombositopenia, leukopeni, kenaikan kadar enzim transminase,
kenaikan gama glutamil transferase, kenaikan alkali posfatase, albumin
yang rendah, hiponatremia, Protrombin time memanjang, penurunan gula
darah dan marker serologi seperti HbsAg/ HbeAg/ Anti HBc/ HBV DNA
12
penting untuk untuk menentukan etiologi. Alfa Feto Protein (AFP)
digunakan untuk mengetahui perkembangan kearah keganasan (Tarigan,
1997).
Pasien ini terdapat anemia hipokrom mikrositer dan
trombositopeni. Mekanisme trombositopeni sirosis yaitu penurunan
produksi tombosit, peningkatan penghancuran trombosit atau peningkatan
kebutuhan trombosit sedang anemia sirosis bisa anemia normokrom
normositer, hipokrom mikrositer atau hipokrom makrositer. Sirosis hepatis
dapat terjadi anemia, trombositopeni, leukopeni terjadi akibat
splenomegali kongestif berkaitan dengan hipertensi porta sehingga terjadi
hipersplenisme (Witter et al., 2008; Nurjanah, 2009).
Serum glutamate oxaloacetate transminase (SGOT) terutama
terdapat di jantung, juga terdapat hati, otot rangka, ginjal dan otak. Serum
glutamate pyruvate transminase (SGPT) terutama terdapat di hati dan
juga terdapat di ginjal. Enzim SGOT dan SGPT merupakan petanda
kerusakan sel hati karena keduanya terdapat di hepatosit. Kenaikan kadar
enzim transminase bukan merupakan petunjuk yang khas dari berat dan
luasnya parenkim hati pada sirosis hepatis (Sacher & McPherson, 2004;
Nurjanah, 2009). Alkaline phosfatase (ALP) dan gama glutamil
transferase (GGT) meningkat tidak terlalu tinggi pada sirosis. Peningkatan
kurang 2-3 kali batas atas normal (Tarigan, 1997; Nurjanah, 2009). Hal ini
sesuai dengan pasien ini yang terdapat peningkatan SGOT, SGPT dan
GGT
Bilirubin adalah produk penguraian hem. Bilirubin masuk di hati
dan mengalami konjugasi dengan glukoronida kemudian diekresi
kedalam usus melalui empedu dan dikonversi menjadi sterkobilinogen dan
sterkobilin dimana ada yang diekresi di feses dan direabsorbsi dan
diekresi dalam urin sebagai urobilinogen dan urobilin. Sirosis hepatis
terjadi disfungsi hepatoseluler sehingga bisa terjadi gangguan konjugasi
dengan glukoronida sehingga bilirubin indirek (unconjugated) atau
gangguan transport bilirubin dalam kanalikuli sehingga terjadi
13
peningkatan bilirubin direk (conjugated). Bilirubin direk yang meningkat
didapatkan pada urin sehingga urobilinogen urin meningkat (Sacher &
McPherson, 2004; Nurjanah, 2009). Hal ini sesuai juga dengan yang
didapatkan pada pasien ini yaitu hiperbilirubinemia dan urobilinogenuria.
Adapun hipoalbumin yang rendah pada pasien ini menimbulkan ascites.
Sintesis albumin turun sesuai perburukan sirosis. Hal ini berperan
menimbukan oedem dan ascites karena albumin berperan dalam tekanan
onkotik plasma (Dufour, 2006).
Fungsi hati lain adalah sintesis faktor koagulasi yaitu fibrinogen,
protrombin, faktor V, VII, IX, X. Kelainan hati lanjut menyebabkan
gangguan pada faktor tersebut dan menyebabkan pemeriksaan PT
memanjang (Dufour, 2006). Hal ini juga didapatkan pada pasien ini yaitu
pemanjangan PT dan juga aPTT.
Hati juga berperan dalam metabolisme karbohidrat. Simpanan
glikogen di hati merupakan sumber glukosa untuk mempertahankan kadar
glukosa darah normal. Hati juga berperan dalam glukoneogenesis. Sirosis
hepatis berat bisa terjadi hipoglikemi karena ketidakmampuan jaringan
hati untuk membentuk glukosa (Sacher & McPherson, 2004).
Hati berperan dalam metabolisme lipid dan lipoprotein. Hati
bertanggung jawab dalam pembentukan apolipoprotein, yang akan
membentuk fraksi lipoprotein. Hati juga mereabsorbsi fraksi lipoprotein
pada berbagai fase transfortasi dan pembersihanya. Hati mengubah asam
lemak bebas menjadi trigliserida dan mengesterfikasi kolesterol. Kelainan
metabolisme lipid di hati bermanisfestasi sebagai pengendapan lemak di
hati (Sacher & McPherson, 2004). Pasien ini terjadi penurunan HDL dan
LDL dan sering hipoglikemi karena fungsi hati dalam metabolisme lipid
dan karbohidrat menurun. Hiponatremi terutama pada sirosis dengan
asites, dikaitkan dengan ketidakmampuan ekresi air bebas (Nurjanah,
2009). Hal ini juga didapatkan pada pasien ini
Pemeriksaan penunjang lainya adalah radiologi untuk mengetahui
hipertensi potal, endoskopi dan Ultrasonografi (USG). Diagnosis sirosis
14
hati terdiri atas pemeriksaan fisis, laboratorium, pemeriksaan penunjang
lain. Gold standar untuk diagnosis sirosis hepatis adalah biopsi hati.
Tetapi mengingat resikonya, jika pemeriksaan fisik, laboratorium, USG
sudah mengarah ke sirosis, biopsi tidak diperlukan (Nurjanah, 2009).
Komplikasi sirosis hepatis meliputi kegagalan hati, hipertensi
potal, ascites, enselofati, sindrom hepato renal, hepatoma, peritonitis
bakterial spontan (Tarigan, 1997; Nurjanah, 2009). Hal ini juga dijumpai
pada pasien ini, yaitu kegagalan hati, ascites dan enselopati hepatikum.
Enselopati hepatikum didefinisikan sebagai gangguan pada fungsi
sistem saraf pusat karena insulfisiensi hepar berat. Hal ini ditandai dengan
manifestasi neuropsikiatri yang reversible. Patogenesis enselopati
hepatikum belum jelas terungkap. Prinsip utama berhubungan nitrogen
yang dipecah dari usus menuju sirkulasi sistemik kemudian
mempengaruhi neurotransmisi otak yang menyebabkan penurunan
kesadaran dan gangguan tingkah laku. Nitrogen adalah hasil dari
penurunan fungsi hati atau portal systemic shunts (Blei et al., 2001;
Cervera et al., 2003). Faktor pencetus enselopati hepatikum yaitu obat
sedatif, pedarahan gastrointestinal, infeksi, obstipasi dan protein yang
berlebihan (Akil, 1997).
Sindrom hepatorenal terjadi jika ganguan fungsi ginjal sekunder
pada penyakit hati berat baik akut atau kronis. Hal ini disebabkan
gangguan peredaran darah berupa peningkatan resistensi vaskular karena
hipertensi portal menyebabkan vasodilatasi arteri sirkulasi splanknikus
sehingga ginjal terganggu(Gines & Schier, 2009).
Kemungkinan timbulnya karsinoma hepatoseluler pada sirosis
hepatis adalah adanya hiperplasi noduler yang berubah menjadi adenomata
multipel kemudian menjadi karsinoma multipel. Prognosis sirosis hati
tegantung pada luasnya kerusakan hati, beratnya hipertensi portal dan
timbulnya komplikasi yang lain. Klasifikasi Child Pugh juga digunakan
untuk menilai prognosis sirosis (Nurjanah, 1997; Tarigan, 2009).
15
Tabel 2. Klasifikasi Child sirosis hepatis dalam terminologi cadangan
fungsi hati (Tarigan, 1997)
I
II. Hepatitis B
Adalah infeksi hati yang disebabkan virus hepatitis B. Virus
hepatitis B adalah virus DNA yang berlapis ganda (double shelled)
dengan diameter 42 nm, termasuk famili hepadnaviridae. Bagian luar
virus terdiri HbsAg dan bagian dalam nukleokapsid yang terdiri HbcAg.
Nukleokapsid terdapat kode genetik virus hepatitis B yang terdiri DNA
untai ganda (double stranded) (Ganem & Prince, 2004; Soemoharjo,
2008)
Penularan virus hepatitis B bisa horisontal dengan parenteral atau
nonparenteral ataupun vertikal dari ibu dengan HbSAg positif. Faktor
resiko penularan infeksi hepatitis B adalah penyalahguna obat,
homoseks, bayi yang lahir dari ibu dengan HbsAg positif, karyawan RS,
pasien immunocompromised, penderita yang sering mendapat tranfusi
darah, karyawan rumah perawatan keterbelakangan mental (Soemoharjo,
2008). Sekitar 20 % pasien hepatitis kronik berkembang menjadi sirosis
(EASL, 2009).
Infeksi virus hepatitis B terjadi saat virus utuk masuk dalam
hepatosit, dan kode genetik masuk dalam inti sel hati dan
memerintahkan sel hati untuk membentuk komponen VHB (Soemoharjo,
2008).
Derajat kerusakan Minimal Sedang Berat
Bil Serum(mmol/dl) <35 35-50 >50
Albumin serum(gr/dl) >35 30-35 <30
Ascites Nihil Mudah
dikontrol
Sukar
Enselopati Nihil Minimal Berat/koma
Nutrisi Sempurna Baik Kurang/kurus
16
Gejala klinik infeksi hepatitis B beragam, bisa simtomatik atau
asimtomatik tergantung ketahanan tubuh dalam membersihkan virus
dalam darah dan hati. Mulai inactiv carier stage sampai hepatitis kronis
yang dapat berkembang menjadi sirosis dan hepatocellular carcinoma
(Ganem & Prince, 2004; EASL, 2009)
Petanda serologik hepatitis B meliputi (Ganem & Prince, 2004;
Soemoharjo, 2008)
a. HbsAg yang merupakan selubung luar partikel VHB, HbsAg
positif menunjukan infeksi hepatitis B. HbsAg menetap lebih dari 6 bulan
menandakan terjadinya hepatitis B kronis
b. Anti HBs merupakan antibodi terhadap HbsAg. Anti HBs positif
menunjukan kebal terhadap infeksi hepatitis B atau karena imunisasi
c. Anti HBc merupakan antibodi terhadap protein core. Anti HBc
positif menunjukan infeksi VHB saat ini atau infeksi di masa lampau
d. HBeAg merupakan protein non struktural dari virus hepatitis B
yang disekresikan dalam darah. HBeAg positif menunjukan aktifitas
replikasi virus hepatitis B pada seorang dengan HbsAg (+)
e. Anti Hbe yang positif menunjukan virus hepatitis B dalam masa
nonreplikasi
f. DNA HBV adalah penanda jumlah virus (viral load). DNA VHB
positif menunjukan adanya partikel VHB yang utuh (partikel dane) dalam
tubuh penderita.
17
Gambar 5: gambaran serologi infeksi hepatitis B kronik (Ganem &
Prince, 2004)
Patogenesis hepatitis B menjadi sirosis hepatis meliputi kolaps
lobulus hati, pembentukan fibrous septa, dan regenerasi nodular. Fibrosis
terjadi setelah nekrosis hepatoseluler yang menyebabkan interface
hepatitis pada zona I yang dikuti jembatan fibrosis. Nekrosis luas pada
zona III menyebabkan jembatan fibrosis yang menghubungkan vena
sentralis dan segitiga portal, nekrosis fokal menyebabkan fibrosis fokal.
Kematian sel hati akan diikuti pembentukan nodul yang merusak arsitektur
hati (Soemoharjo, 2008). Pasien ini menderita sirosis hepatis yang
disebabkan hepatitis B kronis dengan HbsAg reaktif lebih dari 6 bulan dan
HbeAg negatif.
III. Anemia penyakit kronis
Anemia yang sering terjadi pada pasien dengan infeksi, inflamasi atau
penyakit neoplastik yang terjadi lebih dari 1 atau 2 bulan. Anemia yang
terjadi dari derajat ringan sampai sedang. Pasien ini didapatkan anemia
penyakit kronis derajat sedang. Hal yang berperan dalam terjadinya
anemia penyakit kronik yaitu pemendekan masa hidup eritrosit,
penghancuran eritrosit, gangguan metabolisme besi, respon eritropoetin
terganggu (Weiss & Goodnough, 2005; Greer et al., 2009)
Tabel 3: Anemia penyakit kronis perlu dibedakan dibedakan dengan
anemia defisisensi besi
Variabel Anemia
penyakit kronik
Anemia
defisiensi besi
Iron Menurun Menurun
Transferin Menurun-Normal Meningkat
Saturasi Transferin Menurun Menurun
Ferritin Normal –
Meningkat
Menurun
STfR Normal Meningkat
Rasio STfR dan log
ferritin
Rendah (< 1) Tinggi (>2)
(Weiss & Goodnough, 2005)
18
Pemeriksaan cadangan besi sumsum tulang merupakan alat penunjang
diagnostik yang paling baik untuk membedakannya anemia defisiensi besi
dan anemia penyakit kronis. Anemia defisiensi besi didapatkan cadangan
besi yang sangat berkurang dan pada anemia penyakit kronis didapatkan
cadangan besi yang meningkat. Namun karena invasif, prosedur tersebut
tidak digunakan dalam pelayanan rutin. Reseptor transferin terlarut (STfR)
lebih banyak digunakan dibandingkan pemeriksaan sumsum tulang untuk
mengetahui cadangan besi (Greer et al., 2009).
19
DAFTAR PUSTAKA
Akil M.A.H, 1997 Koma Hepatik. Dalam: Noer S, Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam jilid I,
Balai penerbit FKUI, Jakarta, edisi 3, Pp: 300-309
Blei T.A, Cordoba J, et al, 2001. Hepatic Enchelopathy: practice guidelines. Chicago,
Am. J Gastroenterol, Pp. 1969-1973
Cervera J.L, Amelda P, et al, 2003: Hepatic Encephalopaty: a review. Mexico city,
Journal of Gastroenterol, Pp.122-129
EASL, 2009. Management of Chronic Hepatitis B: EASL clinical practice guidelines.
Switzerland, Journal of Hepatol, Pp. 227-242
Duffour R, 2006. Liver disease: Tietz Textbook of Clinical Chemistry and Molecular
Diagnostics. Elseiver Inc. Missouri, Pp. 1777-1829
Ganem D & Prince M.A, 2004. Hepatitis B Virus Infection - Natural History and Clinical
Consequences, N Engln J Med, Pp. 1118-1123
Gines P & Schier W.R, 2009: Renal Failure in Cirrhosis. Barcelona, N Engln J Med, p.
1279-1280
Greer J.P, Foerster J, et al, 2009. Anemias Secondary to Chronic Disease and Systemic
Disorders. Wintrobe’s Clinical Hematology 12th Edition, Chapter 45
Nurjanah S, 2009. Sirosis hati. Dalam: Sudoyo, A.W, Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam
jilid I. Balai penerbit FKUI, Jakarta, edisi 5, hal: 668- 672
Saccer A.R & McPherson A.R, 2004. Tinjauan Klinis Hasil Pemeriksaan Laboratorium.
EGC, Jakarta, edisi 11, Pp: 360-383
Soemoharjo S, 2008. Hepatitis Virus B. EGC, Mataram, Pp: 2- 40
Tarigan P, 1997. Sirosis Hati. Dalam: Noer S, Buku Ajar Imu Penyakit Dalam jilid I.
Balai penerbit FKUI, Jakarta, edisi 5, Pp: 271-273
Weiss G & Goodnough L.T, 2005. Anemia of chronic disease. Innsbruck, N Engln J Med,
Pp. 1011-1023.
Witter P, Freson K, et al, 2008. Blood Platelet Number and Function in Chronic liver
Disease and Cirrhosis. Leuven. Aliment Pharmacol Ther,Pp. 1017-1029
20
LAMPIRAN
PARAMETER 21/8/12 22/8/12 23/8/12 24/8/12 25/8/12 27/8/12 30/8/12 RUJUKAN
R R R C R R R
HEMATOLOGI
Hemoglobin (g/dl) 10.3 8.9 10.9 9.7 13.5-17.5
Hematokrit (%) 31 25 32 29 33-45
Leukosit (ribu/ul) 6.5 6.4 7.1 5.5 4.5-14.5
Trombosit (ribu/ul) 57 72 50 42 150-450
Eritrosit (juta/ul) 2.93 2.33 2.89 2.60 4.50-5.90
MCV (/um) 105.1 80-96
MCH (pg) 35.2 28-33
MCHC (g/dl) 33.5 33-36
RDW (%) 18.4 11.6-14.6
HDW (g/dl) 3.3 2.2-3.2
MPV (fl) 7.6 7.2-11.1
PDW (%) 52 25-65
Eosinofil (%) 1.90 0-4%
Basofil (%) 0.20 0-2%
Netrofil (%) 68.40 55-80%
Limfosit (%) 19.90 22-44%
Monosit (%) 8.00 0-7%
LUC (%) 1.73
Retikulosit 4.61 0.50-1.50
HEMOSTATIS
PT (Detik) 22.3 25.1 10.0-15.0
APTT (Detik) 43.2 38.0 20.0-40.0
INR 1.74 2.140
KIMIA KLINIK
Glukosa Puasa 75
GD2jpp -
Ureum (mg/dl) 38 < 50
Kreatinin (mg/dl) 0.9 0.9-1.3
Protein total (g/dl) 4.7 5.4 6.4-8.3
Albumin (g/dl) 1.7 1.5 1.7 1.7 3.5-5.2
Bilirubin Tot (mg/dl) 3.05 0.00-1.00
Bilirubin direk (mg/dl) 1.89 0.00-0.30
Bilirubin indirek
(mg/dl)
1.16 0.00-0.70
GGT (u/L) 71 < 55
ALP (u/L) 70 53-128
Asam urat (mg/dl) 5.5 2.4-6.1
Kolesterol total
(mg/dl)
99 50-200
21
LDL (mg/dl) 42 97-202
HDL (mg/dl) 22
30-64
Trigliserida (mg/dl) 49 < 150
Besi (SI) (ug/dl) 114 27-138
TIBC (ug/dl) 143 228-428
Saturasi transferin (%) 79.7 15-45
Elek : Na (mmol/L) 135 135 137 136-145
K (mmol/L) 5.3 4.4 4.7 3.3-5.1
Ca (mmol/L) 1.10 1.11 1.17 1.17-1.29
Sero : HBeAg NR Non reaktif
Ferritin(ng/ml) 822.7 20-200
AFP(ng/ml) 4.76 <5.81
SEKRESI
MAKROSKOPIS
Warna yellow
Kejernihan Sl
cloudy
KIMIA URIN
BJ 1.015 1.015-1.025
pH 6.0 4.5-8
Leukosit(/uL) 75 Negatif
Nitrit negatif Negatif
Protein(mg/dl) negatif Negatif
Glukosa(mg/dl) normal Normal
Keton(mg/dl) negatif Negatif
Urobilinogen(mg/dl) 1 Normal
Bilirubin(mg/dl) negatif Negatif
Eritrosit(/uL) 50 Negatif
MIKROSKOPIK
Eritrosit (/uL) 104.9 0-6.4
Eritrosit (/LPB) 19 0-5
Leukosit (/uL) 24.1 0-5.8
Leukosit (/LPB) 4 0-12
Epitel(/uL) 9.2 0.0-3.5
Epitel/LPB 2 0-2
Ep. squamous (/LPB) 1-2 Negatif
Ep. Transisional
(/LPB)
- Negatif
Ep. Bulat (/LPB) - Negatif
Silinder (/uL) 0.60 0.00-0.47
Silinder (LPK) 2 0-3
Hyalin (/LPK) 0 0-3
Granulated (/LPK) - Negatif
Leukosit (/LPK) - Negatif
Bakter i(/uL) 7.9 0.0-2150
Kristal (/uL) 0.3 0.0-0.0
22
Yeast like cel (/uL) 0.0 0.0-0.0
Sperma (u/l) 0.0 0.0-0.0
Konduktivitas
(mS/cm)
7,5 3.0-32.0
Lain lain Kristal amorf
23
FOLLOW UP
a. KU : Lemah, Compos mentis
b. Vital sign : TD: 110/60 mm Hg RR: 20x/menit
N: 70 x/ menit S: 36°
c. Mata : Slera ikterik +/+ conjuctiva pucat +/+
d. Hidung : Nafas cuping hidung -/- , terpasang selang nasogastrik
e. Mulut : Papil lidah atrofi (-)
f. Leher : Kelenjar getah bening tidak membesar, Jugular venus
Pressure Right + 2 cm
h. Thorax : Simetris, retraksi (-), spider navy (-), atropi musculus
pectoralis (-)
k. Jantung : I : Iktus cordis tidak tampak
P : Iktus cordis teraba di intercosta space II 2
cm medial linea media clavicula sinister,
tidak kuat angkat
P : Batas jantung kanan kesan tidak melebar
A : Bising jantung I-II normal, regular, gallop (-),
murmur (-)
k. Paru- paru : I : Pergerakan dada kanan = dada kiri
P : Fremitus kanan = fremitus kiri
P : Sonor // sonor
A : Suara paru vesikular +/+, suara paru tambahan
-/-
l. Abdomen : I : Dinding perut // dinding dada
P : Supel, nyeri tekan (+) epigastrium, hepar/
limpa tidak teraba, ballottement -/-
P : Tympani, pekak alih (+), pekak sisi (+), area
traubel pekak, liver span 7 cm
A : Bising usus (+) normal
h. Ektremitas : Oedem -/- Akaral dingin -/-
-/- -/-
24
ASSESMENT
a. Enselopati hepatikum (perbaikan)
b. Sirosis hepatis decompensata ec Hepatitis B
c. Azotemia
d. Compensated kordis
e. Inbalance elektrolit (ringan)
f. Hipoalbumin
TERAPI
- Bed rest
- O2 2 lt/mnt
- IVFD D5% + 12.5 IU insulin 20tpm
- Inj ceftriaxone 1 gr/12 jam
- IVFD Comafuchsin 1 fl/hari
- Inj Hepamez 2 amp dalam 200cc D5%
- Tranfusi albumin 20 % 100cc
- Curcuma 3X1
- Spironolacton 100 mg 1-0-0
- Sucralfat syr 3XI C
- Inj vit K 1 amp/8 jam
- Lactulac syr 3X1 C
- Lansoprazol 30 mg 1-0-1
- Curcuma 3x1
- Furosesmid 40 mg 1x 1
PLAN
- USG Abdomen
- Balance cairan per 4 jam
25
21/8/12 22/8/12 23/8/12 24/8/12 25/8/12 27/8/12 30/8/12 HARGA
RUJUKAN
R R R C R R R
HEMATOLOGI
Hb (g/dl) 10.3 8.9 10.9 9.7 13.5-17.5
Hct (%) 31 25 32 29 33-45
WBC (103
/uL) 6.5 6.4 7.1 5.5 4.5-14.5
PLT (103
/uL) 57 72 50 42 150-450
RBC (106
/uL) 2.93 2.33 2.89 2.60 4.50-5.90
INDEX ERITROSIT
MCV (/um) 105.1 80-96
MCH (pg) 35.2 28-33
MCHC (g/dl) 33.5 33-36
RDW (%) 18.4 11.6-14.6
HDW (g/dl) 3.3 2.2-3.2
MPV (fl) 7.6 7.2-11.1
PDW (%) 52 25-65
HITUNG JENIS
Eosinofil (%) 1.90 0-4%
Basofil (%) 0.20 0-2%
Netrofil (%) 68.40 55-80%
Limfosit (%) 19.90 22-44%
Monosit (%) 8.00 0-7%
LUC (%) 1.70
Gol. Darah
Retikulosit 4.61 0.50-1.50
HEMOSTASIS
PT 22.3 25.1 10.0-15.0
APTT 43.2 38.0 20.0-40.0
26
KIMIA KLINIK
Glukosa Puasa 75
GD2jpp -
Ureum (mg/dl) 38 < 50
Kreatinin (mg/dl) 0.9 0.9-1.3
Protein total (g/dl) 4.7 5.4 6.4-8.3
Albumin (g/dl) 1.7 1.5 1.7 1.7 3.5-5.2
Globulin (g/dl) 3.0 3.9 -
Bilirubin Tot (mg/dl) 3.05 0.00-1.00
Bilirubin direk (mg/dl) 1.89 0.00-0.30
Bilirubin indirek (mg/dl) 1.16 0.00-0.70
GGT (u/L) 71 < 55
ALP (u/L) 70 53-128
Asam urat (mg/dl) 5.5 2.4-6.1
Kolesterol total (mg/dl) 99 50-200
LDL (mg/dl) 42 97-202
HDL (mg/dl) 22 30-64
Trigliserida (mg/dl) 49 < 150
Besi (SI) (ug/dl) 114 27-138
INR 1.74 2.140
27
TIBC (ug/dl) 143 228-428
Saturasi transferin (%) 79.7 15-45
Natrium (mmol/L) 135 135 137 136-145
Kalium (mmol/L) 5.3 4.4 4.7 3.3-5.1
Kalsium Ion(mmol/L) 1.12 1.11 1.17 1.17-1.29
SEROLOGI HARGA RUJUKAN
HbeAg Non reaktif Non reaktif
Ferritin(ng/ml) 822.7 20-200
AFP(ng/ml) 4.76 <5.81
SEKRESI
MAKROSKOPIS
Warna yellow
Kejernihan Sl cloudy
KIMIA URIN
Berat jenis 1.015 1.015-1.025
PH 6.0 4.5-8
Leukosit( /ul) 75 Negatif
Nitrit negatif Negatif
Protein(mg/dl) negatif Negatif
Glukosa(mg/dl) normal Normal
Keton(mg/dl) negatif Negatif
28
Urobilinogen(mg/dl) 1 Normal
Bilirubin(mg/dl) negatif Negatif
Eritrosit( /ul) 50 Negatif
MIKROSKOPIS
Eritrosit( /ul) 104.9 0-6.4
Eritrosit ( /LPB) 19 0-5
Leukosit ( /ul) 24.1 0-5.8
Leukosit( /LPB) 4 0-12
Epitel ( /UL) 9.2 0-3.5
Epitel ( /LPB) 2 0-2
Epitel squamus( /LPB) 1-2 Negatif
Epitel transisional(
/LPB)
- Negatif
Epitel bulat( /LPB) - Negatif
SILINDER
Silinder ( /ul) 0.60 0-0.47
Silinder( /LPK) 2 0-3
hyaline( /LPK) 0 0-3
granulated( /LPK) - Negatif
lekosit( /LPK) - Negatif
Bakteri( /ul) 7.9 0-2150
kristal( /ul) 0.3 0.0
Yeast like cell( /ul) 0.0 0.0
29
Sperma( /ul) 0.0 0.0
Konduktifitas(mS/cm) 7.5 3.0-32.0
Lain lain
Kristal
amorf(+)
30
31
32

More Related Content

What's hot

Laporan kolelitiasis
Laporan kolelitiasisLaporan kolelitiasis
Laporan kolelitiasisHerlan Boga
 
Morning Report Neurology
Morning Report NeurologyMorning Report Neurology
Morning Report NeurologyPhil Adit R
 
Case Report diare Akut Dehidrasi Ringan Sedang ppt
Case Report diare Akut Dehidrasi Ringan Sedang pptCase Report diare Akut Dehidrasi Ringan Sedang ppt
Case Report diare Akut Dehidrasi Ringan Sedang pptSyscha Lumempouw
 
Laporan Kasus Stroke Hemoragik
Laporan Kasus Stroke HemoragikLaporan Kasus Stroke Hemoragik
Laporan Kasus Stroke HemoragikAulia Amani
 
Materi iv 10 langkah tata laksana gizi buruk
Materi iv 10 langkah tata laksana gizi burukMateri iv 10 langkah tata laksana gizi buruk
Materi iv 10 langkah tata laksana gizi burukJoni Iswanto
 
Laporan kasus encelopati hepatikum/dr Diana Arwati
Laporan kasus encelopati hepatikum/dr Diana Arwati Laporan kasus encelopati hepatikum/dr Diana Arwati
Laporan kasus encelopati hepatikum/dr Diana Arwati Diana Arwati
 
Patofisiologi hipertensi
Patofisiologi hipertensiPatofisiologi hipertensi
Patofisiologi hipertensiSofiaNofianti
 
SINDROME NEFROTIK
SINDROME NEFROTIKSINDROME NEFROTIK
SINDROME NEFROTIKPhil Adit R
 
Laporan Kasus Bedah Anak : Hernia Inguinalis Lateralis Dekstra Reponibilis
Laporan Kasus Bedah Anak : Hernia Inguinalis Lateralis Dekstra ReponibilisLaporan Kasus Bedah Anak : Hernia Inguinalis Lateralis Dekstra Reponibilis
Laporan Kasus Bedah Anak : Hernia Inguinalis Lateralis Dekstra ReponibilisTenri Ashari Wanahari
 
BAB II Case Report diare Akut Dehidrasi Ringan Sedang
BAB II Case Report diare Akut Dehidrasi Ringan SedangBAB II Case Report diare Akut Dehidrasi Ringan Sedang
BAB II Case Report diare Akut Dehidrasi Ringan SedangSyscha Lumempouw
 
Diare Akut Non Dehidrasi
Diare Akut Non DehidrasiDiare Akut Non Dehidrasi
Diare Akut Non DehidrasiUsqi Krizdiana
 
Patofisiologi dhf
Patofisiologi dhfPatofisiologi dhf
Patofisiologi dhfDwi Andini
 
7. peritonitis
7. peritonitis7. peritonitis
7. peritonitisPradasary
 

What's hot (20)

Laporan kolelitiasis
Laporan kolelitiasisLaporan kolelitiasis
Laporan kolelitiasis
 
Pemeriksaan fisik thorax
Pemeriksaan fisik thoraxPemeriksaan fisik thorax
Pemeriksaan fisik thorax
 
Morning Report Neurology
Morning Report NeurologyMorning Report Neurology
Morning Report Neurology
 
Laporan kasus ppok
Laporan kasus ppokLaporan kasus ppok
Laporan kasus ppok
 
Case Report diare Akut Dehidrasi Ringan Sedang ppt
Case Report diare Akut Dehidrasi Ringan Sedang pptCase Report diare Akut Dehidrasi Ringan Sedang ppt
Case Report diare Akut Dehidrasi Ringan Sedang ppt
 
Laporan Kasus Stroke Hemoragik
Laporan Kasus Stroke HemoragikLaporan Kasus Stroke Hemoragik
Laporan Kasus Stroke Hemoragik
 
Isk
IskIsk
Isk
 
Materi iv 10 langkah tata laksana gizi buruk
Materi iv 10 langkah tata laksana gizi burukMateri iv 10 langkah tata laksana gizi buruk
Materi iv 10 langkah tata laksana gizi buruk
 
Laporan kasus encelopati hepatikum/dr Diana Arwati
Laporan kasus encelopati hepatikum/dr Diana Arwati Laporan kasus encelopati hepatikum/dr Diana Arwati
Laporan kasus encelopati hepatikum/dr Diana Arwati
 
Patofisiologi hipertensi
Patofisiologi hipertensiPatofisiologi hipertensi
Patofisiologi hipertensi
 
Demam tifoid anak
Demam tifoid anakDemam tifoid anak
Demam tifoid anak
 
SINDROME NEFROTIK
SINDROME NEFROTIKSINDROME NEFROTIK
SINDROME NEFROTIK
 
Laporan Kasus Bedah Anak : Hernia Inguinalis Lateralis Dekstra Reponibilis
Laporan Kasus Bedah Anak : Hernia Inguinalis Lateralis Dekstra ReponibilisLaporan Kasus Bedah Anak : Hernia Inguinalis Lateralis Dekstra Reponibilis
Laporan Kasus Bedah Anak : Hernia Inguinalis Lateralis Dekstra Reponibilis
 
Pemeriksaan fisik abdomen anang
Pemeriksaan fisik abdomen anangPemeriksaan fisik abdomen anang
Pemeriksaan fisik abdomen anang
 
Appendicitis)
Appendicitis)Appendicitis)
Appendicitis)
 
Hipotiroid
HipotiroidHipotiroid
Hipotiroid
 
BAB II Case Report diare Akut Dehidrasi Ringan Sedang
BAB II Case Report diare Akut Dehidrasi Ringan SedangBAB II Case Report diare Akut Dehidrasi Ringan Sedang
BAB II Case Report diare Akut Dehidrasi Ringan Sedang
 
Diare Akut Non Dehidrasi
Diare Akut Non DehidrasiDiare Akut Non Dehidrasi
Diare Akut Non Dehidrasi
 
Patofisiologi dhf
Patofisiologi dhfPatofisiologi dhf
Patofisiologi dhf
 
7. peritonitis
7. peritonitis7. peritonitis
7. peritonitis
 

Viewers also liked

Laporan hepatitis ascites
Laporan hepatitis ascitesLaporan hepatitis ascites
Laporan hepatitis ascitesRatna Arditya
 
Laporan skenario a blok 6 (Sirosis hepatis)
Laporan skenario a blok 6 (Sirosis hepatis)Laporan skenario a blok 6 (Sirosis hepatis)
Laporan skenario a blok 6 (Sirosis hepatis)Amanda Putri Utami
 
Makalah sirosis hepatis
Makalah sirosis hepatisMakalah sirosis hepatis
Makalah sirosis hepatisKANDA IZUL
 
Asuhan keperawatan klien dengan serosis hepatis
Asuhan keperawatan klien dengan serosis hepatisAsuhan keperawatan klien dengan serosis hepatis
Asuhan keperawatan klien dengan serosis hepatisOperator Warnet Vast Raha
 
Acoplamiento y fusión de las vesículas a su célula diana
Acoplamiento y fusión de las vesículas a su célula dianaAcoplamiento y fusión de las vesículas a su célula diana
Acoplamiento y fusión de las vesículas a su célula dianaDaniela Muro
 
Laporan kasus kolitis
Laporan kasus kolitisLaporan kasus kolitis
Laporan kasus kolitisKharima SD
 
99905517 hipertensi-urgensi
99905517 hipertensi-urgensi99905517 hipertensi-urgensi
99905517 hipertensi-urgensiBriliant Nissa
 
Responsi sirosis hati rkg
Responsi sirosis hati  rkgResponsi sirosis hati  rkg
Responsi sirosis hati rkgRudy Kg
 
Laporan pendahuluan hipertensi
Laporan pendahuluan hipertensiLaporan pendahuluan hipertensi
Laporan pendahuluan hipertensiYabniel Lit Jingga
 
Laporan pendahuluan kolelitiasis
Laporan pendahuluan kolelitiasisLaporan pendahuluan kolelitiasis
Laporan pendahuluan kolelitiasisHaryani Nuravindari
 
HEMOGLOBIN DISORDERS
HEMOGLOBIN DISORDERSHEMOGLOBIN DISORDERS
HEMOGLOBIN DISORDERSrahul singh
 
Anemia pds patklin
Anemia pds patklinAnemia pds patklin
Anemia pds patklinAmat Rajasa
 
Isi atlas sedimen urin
Isi atlas sedimen urinIsi atlas sedimen urin
Isi atlas sedimen urinMita Yurike
 
Liver imaging snapshots role of CT USG MRI in liver imaging.
Liver imaging snapshots role of CT USG MRI in liver imaging.Liver imaging snapshots role of CT USG MRI in liver imaging.
Liver imaging snapshots role of CT USG MRI in liver imaging.Krishna Kiran Karanth
 

Viewers also liked (20)

Laporan hepatitis ascites
Laporan hepatitis ascitesLaporan hepatitis ascites
Laporan hepatitis ascites
 
Kasus hati hepatitis
Kasus hati hepatitisKasus hati hepatitis
Kasus hati hepatitis
 
Laporan skenario a blok 6 (Sirosis hepatis)
Laporan skenario a blok 6 (Sirosis hepatis)Laporan skenario a blok 6 (Sirosis hepatis)
Laporan skenario a blok 6 (Sirosis hepatis)
 
Makalah sirosis hepatis
Makalah sirosis hepatisMakalah sirosis hepatis
Makalah sirosis hepatis
 
Cardiac sirosis
Cardiac sirosisCardiac sirosis
Cardiac sirosis
 
Asuhan keperawatan klien dengan serosis hepatis
Asuhan keperawatan klien dengan serosis hepatisAsuhan keperawatan klien dengan serosis hepatis
Asuhan keperawatan klien dengan serosis hepatis
 
Acoplamiento y fusión de las vesículas a su célula diana
Acoplamiento y fusión de las vesículas a su célula dianaAcoplamiento y fusión de las vesículas a su célula diana
Acoplamiento y fusión de las vesículas a su célula diana
 
Woc sirosis hati
Woc sirosis hatiWoc sirosis hati
Woc sirosis hati
 
Laporan kasus kolitis
Laporan kasus kolitisLaporan kasus kolitis
Laporan kasus kolitis
 
99905517 hipertensi-urgensi
99905517 hipertensi-urgensi99905517 hipertensi-urgensi
99905517 hipertensi-urgensi
 
Responsi sirosis hati rkg
Responsi sirosis hati  rkgResponsi sirosis hati  rkg
Responsi sirosis hati rkg
 
Laporan pendahuluan hipertensi
Laporan pendahuluan hipertensiLaporan pendahuluan hipertensi
Laporan pendahuluan hipertensi
 
Laporan kasus gastritis
Laporan kasus gastritisLaporan kasus gastritis
Laporan kasus gastritis
 
Laporan pendahuluan kolelitiasis
Laporan pendahuluan kolelitiasisLaporan pendahuluan kolelitiasis
Laporan pendahuluan kolelitiasis
 
HEMOGLOBIN DISORDERS
HEMOGLOBIN DISORDERSHEMOGLOBIN DISORDERS
HEMOGLOBIN DISORDERS
 
Anemia pds patklin
Anemia pds patklinAnemia pds patklin
Anemia pds patklin
 
Isi atlas sedimen urin
Isi atlas sedimen urinIsi atlas sedimen urin
Isi atlas sedimen urin
 
Liver imaging snapshots role of CT USG MRI in liver imaging.
Liver imaging snapshots role of CT USG MRI in liver imaging.Liver imaging snapshots role of CT USG MRI in liver imaging.
Liver imaging snapshots role of CT USG MRI in liver imaging.
 
Patologi klinik (5,6)
Patologi klinik (5,6)Patologi klinik (5,6)
Patologi klinik (5,6)
 
Ultrasound liver
Ultrasound liverUltrasound liver
Ultrasound liver
 

Similar to Laporan kasus sirosis hepatis, diana

Kasus Kecil Interna : Hematemesis Melena, Klinis Sirosis Hepatis
Kasus Kecil Interna : Hematemesis Melena, Klinis Sirosis HepatisKasus Kecil Interna : Hematemesis Melena, Klinis Sirosis Hepatis
Kasus Kecil Interna : Hematemesis Melena, Klinis Sirosis HepatisTenri Ashari Wanahari
 
Henoch-Schonlein Purpura
Henoch-Schonlein PurpuraHenoch-Schonlein Purpura
Henoch-Schonlein PurpuraArgo Dio
 
91722104 case-dr-andi-fajar
91722104 case-dr-andi-fajar91722104 case-dr-andi-fajar
91722104 case-dr-andi-fajarhomeworkping4
 
Dokumen tips laporan_kasus_ckd_562babf2d
Dokumen tips laporan_kasus_ckd_562babf2dDokumen tips laporan_kasus_ckd_562babf2d
Dokumen tips laporan_kasus_ckd_562babf2dnajmiatulislami
 
Nurtika CBD Diare Kronis.pptx
Nurtika CBD Diare Kronis.pptxNurtika CBD Diare Kronis.pptx
Nurtika CBD Diare Kronis.pptxNurtika2
 
Lapsus interna ckd
Lapsus interna ckdLapsus interna ckd
Lapsus interna ckdRenitaArdani
 
Case Thyroid Heart Disease
Case Thyroid Heart DiseaseCase Thyroid Heart Disease
Case Thyroid Heart DiseaseDondy Juliansyah
 
Status pasien sindrom nefrotik
Status pasien sindrom nefrotikStatus pasien sindrom nefrotik
Status pasien sindrom nefrotikFiqha Rosa
 
PPT CRS Fikri Arfu Riza.pptx
PPT CRS Fikri Arfu Riza.pptxPPT CRS Fikri Arfu Riza.pptx
PPT CRS Fikri Arfu Riza.pptxAlisiaNurjannah
 
Omi anteroseptal dan hypertension heart disease (hhd)
Omi anteroseptal dan hypertension heart disease (hhd)Omi anteroseptal dan hypertension heart disease (hhd)
Omi anteroseptal dan hypertension heart disease (hhd)Yessi Perlitasari
 
Case report
Case reportCase report
Case reportraisalia
 
Laporan Kasus DVT.pptx
Laporan Kasus DVT.pptxLaporan Kasus DVT.pptx
Laporan Kasus DVT.pptxClassicNeil
 
234901205 case-report-bedah-jaka
234901205 case-report-bedah-jaka234901205 case-report-bedah-jaka
234901205 case-report-bedah-jakahomeworkping3
 

Similar to Laporan kasus sirosis hepatis, diana (20)

Kasus Kecil Interna : Hematemesis Melena, Klinis Sirosis Hepatis
Kasus Kecil Interna : Hematemesis Melena, Klinis Sirosis HepatisKasus Kecil Interna : Hematemesis Melena, Klinis Sirosis Hepatis
Kasus Kecil Interna : Hematemesis Melena, Klinis Sirosis Hepatis
 
Kolelitiasis lapsus Rezza.docx
Kolelitiasis lapsus Rezza.docxKolelitiasis lapsus Rezza.docx
Kolelitiasis lapsus Rezza.docx
 
Kasus Kecil Interna : Diare Kronik
Kasus Kecil Interna : Diare KronikKasus Kecil Interna : Diare Kronik
Kasus Kecil Interna : Diare Kronik
 
Henoch-Schonlein Purpura
Henoch-Schonlein PurpuraHenoch-Schonlein Purpura
Henoch-Schonlein Purpura
 
laporan kasus.doc
laporan kasus.doclaporan kasus.doc
laporan kasus.doc
 
91722104 case-dr-andi-fajar
91722104 case-dr-andi-fajar91722104 case-dr-andi-fajar
91722104 case-dr-andi-fajar
 
Dokumen tips laporan_kasus_ckd_562babf2d
Dokumen tips laporan_kasus_ckd_562babf2dDokumen tips laporan_kasus_ckd_562babf2d
Dokumen tips laporan_kasus_ckd_562babf2d
 
Nurtika CBD Diare Kronis.pptx
Nurtika CBD Diare Kronis.pptxNurtika CBD Diare Kronis.pptx
Nurtika CBD Diare Kronis.pptx
 
Lapsus interna ckd
Lapsus interna ckdLapsus interna ckd
Lapsus interna ckd
 
Case Thyroid Heart Disease
Case Thyroid Heart DiseaseCase Thyroid Heart Disease
Case Thyroid Heart Disease
 
Status pasien sindrom nefrotik
Status pasien sindrom nefrotikStatus pasien sindrom nefrotik
Status pasien sindrom nefrotik
 
CRS dan CSS Gallstone(1).pptx
CRS dan CSS Gallstone(1).pptxCRS dan CSS Gallstone(1).pptx
CRS dan CSS Gallstone(1).pptx
 
219107733 case-ckd
219107733 case-ckd219107733 case-ckd
219107733 case-ckd
 
PPT CRS Fikri Arfu Riza.pptx
PPT CRS Fikri Arfu Riza.pptxPPT CRS Fikri Arfu Riza.pptx
PPT CRS Fikri Arfu Riza.pptx
 
Omi anteroseptal dan hypertension heart disease (hhd)
Omi anteroseptal dan hypertension heart disease (hhd)Omi anteroseptal dan hypertension heart disease (hhd)
Omi anteroseptal dan hypertension heart disease (hhd)
 
Case report
Case reportCase report
Case report
 
Laporan Kasus DVT.pptx
Laporan Kasus DVT.pptxLaporan Kasus DVT.pptx
Laporan Kasus DVT.pptx
 
234901205 case-report-bedah-jaka
234901205 case-report-bedah-jaka234901205 case-report-bedah-jaka
234901205 case-report-bedah-jaka
 
Hepatoma lepas bangsal imam
Hepatoma lepas bangsal imamHepatoma lepas bangsal imam
Hepatoma lepas bangsal imam
 
lapsusneuro.pptx
lapsusneuro.pptxlapsusneuro.pptx
lapsusneuro.pptx
 

Laporan kasus sirosis hepatis, diana

  • 1. 1 LAPORAN KASUS I. IDENTITAS PASIEN Nama : Tn R Umur : 47 tahun Alamat : Tegalrejo 8/3, Karanganyar No RM : 01145306 Tanggal masuk RS : 19-8-2012 Tanggal keluar RS : 2-9-2012 II. RIWAYAT PENYAKIT a. Riwayat penyakit sekarang (Allow anamnesa) Keluhan utama : Penurunan kesadaran Sejak ± 1 hari SMRS pasien tidak sadar. Pasien dalam keadaan tidur bila dibangunkan hanya membuka mata, tidak bisa diajak berkomunikasi, trauma kepala (-), lumpuh sebagian tubuh (-), keringat dingin (-), kejang (-), muntah (-), demam (-), batuk (-), pilek (-). Sebelum tidak sadar pasien mengeluh lemas, perut sebah (+), mata tampak kuning (+), nyeri dada (-), jantung berdebar (-), perut membuncit (+), kedua kaki bengkak (+), BAK kurang, warna seperti teh, nyeri (-), panas (-), anyang-anyangan (-), BAK berpasir / keluar batu (-), BAB hitam (-), seperti dempul (-), darah (-), lendir (-). b. Riwayat penyakit dahulu - Sejak ± 3 bulan SMRS pasien sering dirawat karena hipoglikemi atau trombosit turun - 1.5 tahun SMRS pasien dirawat karena sakit liver - 3 tahun SMRS pasien dirawat muntah darah dan BAB hitam dan dinyatakan sakit liver (+) - R. kebiasaan minum obat anti nyeri (-)
  • 2. 2 - R. hipertensi (-) - R. alergi (-) c. Riwayat penyakit keluarga Tidak ada keluarga yang menderita sakit liver III. PERJALANAN PENYAKIT a. KU : Sakit berat, somnolen, gizi kesan cukup b. Vital sign : TD: 110/60 mm Hg RR: 20x/menit N: 56 x/ menit S: 36° c. BB : 72 kg TB: 170 cm d. Mata : Slera ikterik +/+ conjuctiva pucat +/+ e. Hidung : Nafas cuping hidung -/- , terpasang selang nasogastrik f. Mulut : Papil lidah atrofi (-) g. Leher : Kelenjar getah bening tidak membesar, Jugular venus Pressure Right + 2 cm h. Thorax : Simetris, retraksi (-), spider navy (-), atropi musculus pectoralis (-) j. Jantung : I : Iktus cordis tidak tampak P : Iktus cordis teraba di intercosta space II 2 cm medial linea media clavicula sinister, tidak kuat angkat P : Batas jantung kanan kesan tidak melebar A : Bising jantung I-II normal, regular, gallop (-), murmur (-) k. Paru- paru : I : Pergerakan dada kanan = dada kiri P : Fremitus kanan = fremitus kiri P : Sonor // sonor A : Suara paru vesikular +/+, suara paru tambahan -/- l. Abdomen : I : Dinding perut // dinding dada
  • 3. 3 P : Supel, nyeri tekan (+) epigastrium, hepar/ limpa tidak teraba, ballottement -/- P : Tympani, pekak alih (+), pekak sisi (+), area traubel pekak, liver span 7 cm A : Bising usus (+) normal h. Ektremitas : Oedem -/- Akaral dingin -/- +/+ -/- IV. HASIL PEMERIKSAAN PENUNJANG Tabel 1. Hasil Pemeriksaan Laboratorium PEMERIKSAAN 19-8-2012 Harga rujukan HEMATOLOGI Cito Hb(g/dl) 10.0 13.5-17.5 HCT(%) 31 33-45 WBC(103 /uL) 4.8 4.5-11.0 PLT(103 /uL) 73 15-450 RBC(106 /uL) 2.85 4.50-5.90 Golongan darah O KIMIA KLINIK Glukosa darah sewaktu 80 60-140 SGOT 100 0-35 SGPT 66 0-45 Kreatinin 1.9 0.9-1.3 Ureum 35 <50 Elektrolit Natrium 133 136-145 Kalium 5.8 3.3- 5.1 Klorida 106 98-106 SEROLOGI HEPATITIS HbsAg Reaktif Non reaktif
  • 4. 4 ASSEMENT a. Penurunan kesadaran DD enselofati hepatikum grade IV b. Sirosis hepatis dekompensata ec hepatitis B kronis c. Azotemia d. Compensated cordis e. Imbalance elektrolit f. Bradikardi g. Hepatitis B TERAPI a. Bed rest total b. O2 2 lt/ menit c. Diet sonde 1900 kkal, rendah protein 36 gram/hari d. IUVD D5 % 20 tpm + 12.5 unit Insulin e. IUVD Komafusin hepar 1 flas/hari f. Inj Sulfas Atropin 1 amp ekstra g. Inj D40% 2 flas + 40 IU Insulin h. Curcuma 3x 1 i. Furosemid 40 mg 1-0-0 j. Spironolacton 100 mg 1-0-0 k. Sirup lactulac 3x1 C PLAN a. Vital sign /jam b. Glukosa darah sewaktu/ 6 jam c. Balance cairan/ 4 jam d. Pemeriksaan elektrolit post koreksi
  • 5. 5 Hasil pemeriksaan lanjutan a. Hasil laboratorium terlampir b. Serum elektroforesis tanggal 22-8-2012 Gambar 1. Serum elektroforesis pasien Tn. R Total protein : 5.4 g/dl Albumin : 1.5 g/dl Globulin : 3.9 g/dl Kesimpulan : Hipoalbumin, Hipergamaglobulinemia c. Ultrasonografi tanggal 23-8-2012 Hepar : Bentuk dan ukuran normal, permukaan tidak rata, tepi tumpul, echogenitas normochoic, parenkim hepar homogen, vena hepatica tidak melebar, vena porta melebar (1.6 cm), duktus biliar normal, masa/ nodul (-) Kandung empedu : Bentuk dan ukuran normal, permukaan rata, dinding menebal, sludge (-), batu (-) Pankreas : Bentuk dan ukuran normal
  • 6. 6 Lien : Bentuk dan ukuran membesar, permukaan rata, dinding tidak menebal, parenkim homogen, vena lienalis tidak melebar Ginjal : Ren kanan ukuran normal, ekhogenitas parenkim normal, batas korteks dan medula jelas, tidak ada batu dan masa Lain- lain : Ascites (+), efusi pleura (-) Kesan : Sirosis hepatis dan hipertensi portal d. Gambaran Darah tepi tanggal 23-8-2012 Gambar 2.Gambaran darah tepi, pembesaran 10x10, pengecatan wright – giemsa Gambar 3. Gambaran darah tepi, pembesaran 40x10, pengecatan wright – giemsa
  • 7. 7 Gambar 4. Gambaran darah tepi , pembesaran 100x10, pengecatan wright – giemsa Panah : monosit teraktifasi Hematologi Hb : 9.4 g/dl HCT : 27.6 % WBC : 3.4 103 /L PLT : 35 103 /L RBC : 2.50 103 /L Hasil pembacaan GDT tanggal 23-8-2012 Eritrosit : Hipokrom, sebagian populasi normokrom (post terapi/tranfusi?), mikrosit, anisopoikilositosis, normosit, polikromasi, ovalosit, sel burr, sel target, sel pensil, eritroblas(-) Lekosit : Jumlah menurun, hipergranulasi netrofil (+), monosit teraktivasi (+), sel muda(-) Trombosit : Jumlah menurun, trombosit besar (+), penyebaran merata Simpulan : Suspek pansitopenia bersamaan dengan proses infeksi Saran : Serum elektroforesis e. Poli endoskopi tanggal 25-8-2012 Esofagogastrodeudonoskopi dan ligasi varises esofagus grade III dan gastropati
  • 8. 8 V. DIAGNOSIS KLINIS a. Penurunan kesadaran DD : Enselopati hepatikum grade IV Neurologik disorder b. Klinis: Sirosis hepatis dekompensata e.c hepatitis B kronis c. Azotemia d. Compensated cordis e. Imbalance elektrolit f. Bradikardi g. Hepatitis B
  • 9. 9 VI. KERANGKA PEMIKIRAN Pasien, laki-laki, 47 tahun, dengan penurunan kesadaran ↓ An Anamnesa: Pasien tidak sadar. Sebelum tidak sadar mengeluh lemas. perut sebah (+), mata tampak kuning (+), perut membuncit (+), kedua kaki bengkak (+), BAK seperti teh (+), berkurang Riwayat Riwayat hipoglikemi (+), riwayat trombosit turun (+), riwayat sakit liver (+) RPK: Riwayat penyakit liver (+) Pemeriksaan USG Kesan : sirosis hepatis dan hipertensi portal Pemeriksaan laboratorium Hematologi: Hb↓ , trombosit ↓ , retikulosit ↑, PT /aPTT ↑ Kimia: enzim transminase ↑, kreatinin ↑, natrium ↓, kalium ↑, kalsium ↓, total protein ↓, albumin ↓, LDL ↓, HDL ↓, TIBC ↑ , GGT ↑, bilirubin Total/ direk, indirek ↑ Serologi: HbsAg reaktif, feritin ↑ Sekresi: lekosit urin ↑, eritrosit urin ↑, urobilinogen (+), silinder urin ↑ GDT: Suspek pansitopenia bersamaan dengan proses infeksi SPE: hipoalbumin, hipergamaglobulin Pemeriksaan lanjutan Pemeriksaan fisik N: 56 x/menit Mata: sklera ikterik (+), conjunctiva pucat (+) Abdomen : pekak alih (+), pekak sisi (+), area traubel pekak, liver span 7 cm, nyeri tekan (+) epigastrium, Ekstremitas: oedem ektremitas inferior (+) Enselofati hepatikum, sirosis hepatis dekompensata, hepatitis B kronis Endoskopi Esofagogastrodeudonos kopi dan ligasi varises esofagus grade III dan gastropati
  • 10. 10 VI. PELACAKAN ETIOLOGI Plan Laboratorium : - Pemeriksaan BGA - Pemeriksaan STfR - Pemeriksaan hs CRP - Pemeriksaan Anti HBc - Pemeriksaan Anti HBe VII. SIMPULAN Pasien laki laki 47 tahun Anamnesa Penurunan kesadaran ,mata tampak kuning, perut membuncit, sebah, kedua kaki bengkak (+), BAK seperti teh (+), volume berkurang Pemeriksaan fisik Ikterik, anemik, asites, nyeri tekan epigastrium, oedem ekstremitas inferior Pemeriksaan laboratorium Anemia, trombositopeni, retikulosit ↑, enzim transminase ↑, kreatinin ↑, natrium ↓, kalium ↑, kalsium ↓, total protein ↓, albumin ↓, LDL ↓, HDL ↓, TIBC ↑ , GGT ↑, bilirubin Total/ direk/ indirek ↑, HbsAg reaktif, ferritin ↑ , lekosit urin ↑, eritrosit urin ↑, urobilinogen (+), silinder urin ↑ GDT: Suspek pansitopenia bersamaan dengan proses infeksi SPE: hipoalbumin, hipergamaglobulin Hasil USG Pemeriksaan USG Kesan : Sirosis hepatis dan hipertensi portal Hasil Endoskopi Endoskopi Esofagogastrodeudonoskopi dan ligasi varises eofagus grade III dan gastropati Enselofati hepatikum, sirosis hepatis dekompensata, hepatitis B kronis
  • 11. 11 LANDASAN TEORI I. Sirosis hepatis Merupakan penyakit hati menahun yang difus ditandai dengan pembentukan jaringan ikat dan nodul. Angka kejadian di indonesia pria lebih banyak menderita sirosis dibanding wanita, pada dekade kelima. Klasifikasi terdiri atas: 1. Etiologi 2. Morfologi 3. Fungsional Klasifikasi etiologi antara lain disebabkan hepatitis virus B dan C, alkohol, metabolik. Klasifikasi morfologi adalah sirosis mikronodular, makronodular, campuran. Klasifikasi fungsional adalah kompensasi dan dekompensasi (Tarigan, 1997; Nurjanah 2009). Pasien ini menurut klasifikasi etiologi disebabkan hepatitis virus B dan klasifikasi fungsional adalah sirosis hepatis dekompensasi Manifestasi klinis tergantung pada fase penyakitnya. Pada fase kompensasi sempurna pasien tidak mengeluh sama sekali atau samar samar. Pada fase dekompensasi gejala lebih menonjol terutama bila timbul komplikasi kegagalan hati dan hipertensi porta (Nurjanah, 2009). Pemeriksaan jasmani yaitu hati akan membesar pada awal sirosis dan mengecil pada stdium lanjut, konsistensi kenyal, tumpul dan sakit tekan, limfa juga membesar, terjadi ascites, spider nevi, caput medusa, ginekomastia, eritema palmaris (Tarigan, 1997) Pemeriksaan penunjang meliputi pemeriksaan laboratorium yaitu anemia, trombositopenia, leukopeni, kenaikan kadar enzim transminase, kenaikan gama glutamil transferase, kenaikan alkali posfatase, albumin yang rendah, hiponatremia, Protrombin time memanjang, penurunan gula darah dan marker serologi seperti HbsAg/ HbeAg/ Anti HBc/ HBV DNA
  • 12. 12 penting untuk untuk menentukan etiologi. Alfa Feto Protein (AFP) digunakan untuk mengetahui perkembangan kearah keganasan (Tarigan, 1997). Pasien ini terdapat anemia hipokrom mikrositer dan trombositopeni. Mekanisme trombositopeni sirosis yaitu penurunan produksi tombosit, peningkatan penghancuran trombosit atau peningkatan kebutuhan trombosit sedang anemia sirosis bisa anemia normokrom normositer, hipokrom mikrositer atau hipokrom makrositer. Sirosis hepatis dapat terjadi anemia, trombositopeni, leukopeni terjadi akibat splenomegali kongestif berkaitan dengan hipertensi porta sehingga terjadi hipersplenisme (Witter et al., 2008; Nurjanah, 2009). Serum glutamate oxaloacetate transminase (SGOT) terutama terdapat di jantung, juga terdapat hati, otot rangka, ginjal dan otak. Serum glutamate pyruvate transminase (SGPT) terutama terdapat di hati dan juga terdapat di ginjal. Enzim SGOT dan SGPT merupakan petanda kerusakan sel hati karena keduanya terdapat di hepatosit. Kenaikan kadar enzim transminase bukan merupakan petunjuk yang khas dari berat dan luasnya parenkim hati pada sirosis hepatis (Sacher & McPherson, 2004; Nurjanah, 2009). Alkaline phosfatase (ALP) dan gama glutamil transferase (GGT) meningkat tidak terlalu tinggi pada sirosis. Peningkatan kurang 2-3 kali batas atas normal (Tarigan, 1997; Nurjanah, 2009). Hal ini sesuai dengan pasien ini yang terdapat peningkatan SGOT, SGPT dan GGT Bilirubin adalah produk penguraian hem. Bilirubin masuk di hati dan mengalami konjugasi dengan glukoronida kemudian diekresi kedalam usus melalui empedu dan dikonversi menjadi sterkobilinogen dan sterkobilin dimana ada yang diekresi di feses dan direabsorbsi dan diekresi dalam urin sebagai urobilinogen dan urobilin. Sirosis hepatis terjadi disfungsi hepatoseluler sehingga bisa terjadi gangguan konjugasi dengan glukoronida sehingga bilirubin indirek (unconjugated) atau gangguan transport bilirubin dalam kanalikuli sehingga terjadi
  • 13. 13 peningkatan bilirubin direk (conjugated). Bilirubin direk yang meningkat didapatkan pada urin sehingga urobilinogen urin meningkat (Sacher & McPherson, 2004; Nurjanah, 2009). Hal ini sesuai juga dengan yang didapatkan pada pasien ini yaitu hiperbilirubinemia dan urobilinogenuria. Adapun hipoalbumin yang rendah pada pasien ini menimbulkan ascites. Sintesis albumin turun sesuai perburukan sirosis. Hal ini berperan menimbukan oedem dan ascites karena albumin berperan dalam tekanan onkotik plasma (Dufour, 2006). Fungsi hati lain adalah sintesis faktor koagulasi yaitu fibrinogen, protrombin, faktor V, VII, IX, X. Kelainan hati lanjut menyebabkan gangguan pada faktor tersebut dan menyebabkan pemeriksaan PT memanjang (Dufour, 2006). Hal ini juga didapatkan pada pasien ini yaitu pemanjangan PT dan juga aPTT. Hati juga berperan dalam metabolisme karbohidrat. Simpanan glikogen di hati merupakan sumber glukosa untuk mempertahankan kadar glukosa darah normal. Hati juga berperan dalam glukoneogenesis. Sirosis hepatis berat bisa terjadi hipoglikemi karena ketidakmampuan jaringan hati untuk membentuk glukosa (Sacher & McPherson, 2004). Hati berperan dalam metabolisme lipid dan lipoprotein. Hati bertanggung jawab dalam pembentukan apolipoprotein, yang akan membentuk fraksi lipoprotein. Hati juga mereabsorbsi fraksi lipoprotein pada berbagai fase transfortasi dan pembersihanya. Hati mengubah asam lemak bebas menjadi trigliserida dan mengesterfikasi kolesterol. Kelainan metabolisme lipid di hati bermanisfestasi sebagai pengendapan lemak di hati (Sacher & McPherson, 2004). Pasien ini terjadi penurunan HDL dan LDL dan sering hipoglikemi karena fungsi hati dalam metabolisme lipid dan karbohidrat menurun. Hiponatremi terutama pada sirosis dengan asites, dikaitkan dengan ketidakmampuan ekresi air bebas (Nurjanah, 2009). Hal ini juga didapatkan pada pasien ini Pemeriksaan penunjang lainya adalah radiologi untuk mengetahui hipertensi potal, endoskopi dan Ultrasonografi (USG). Diagnosis sirosis
  • 14. 14 hati terdiri atas pemeriksaan fisis, laboratorium, pemeriksaan penunjang lain. Gold standar untuk diagnosis sirosis hepatis adalah biopsi hati. Tetapi mengingat resikonya, jika pemeriksaan fisik, laboratorium, USG sudah mengarah ke sirosis, biopsi tidak diperlukan (Nurjanah, 2009). Komplikasi sirosis hepatis meliputi kegagalan hati, hipertensi potal, ascites, enselofati, sindrom hepato renal, hepatoma, peritonitis bakterial spontan (Tarigan, 1997; Nurjanah, 2009). Hal ini juga dijumpai pada pasien ini, yaitu kegagalan hati, ascites dan enselopati hepatikum. Enselopati hepatikum didefinisikan sebagai gangguan pada fungsi sistem saraf pusat karena insulfisiensi hepar berat. Hal ini ditandai dengan manifestasi neuropsikiatri yang reversible. Patogenesis enselopati hepatikum belum jelas terungkap. Prinsip utama berhubungan nitrogen yang dipecah dari usus menuju sirkulasi sistemik kemudian mempengaruhi neurotransmisi otak yang menyebabkan penurunan kesadaran dan gangguan tingkah laku. Nitrogen adalah hasil dari penurunan fungsi hati atau portal systemic shunts (Blei et al., 2001; Cervera et al., 2003). Faktor pencetus enselopati hepatikum yaitu obat sedatif, pedarahan gastrointestinal, infeksi, obstipasi dan protein yang berlebihan (Akil, 1997). Sindrom hepatorenal terjadi jika ganguan fungsi ginjal sekunder pada penyakit hati berat baik akut atau kronis. Hal ini disebabkan gangguan peredaran darah berupa peningkatan resistensi vaskular karena hipertensi portal menyebabkan vasodilatasi arteri sirkulasi splanknikus sehingga ginjal terganggu(Gines & Schier, 2009). Kemungkinan timbulnya karsinoma hepatoseluler pada sirosis hepatis adalah adanya hiperplasi noduler yang berubah menjadi adenomata multipel kemudian menjadi karsinoma multipel. Prognosis sirosis hati tegantung pada luasnya kerusakan hati, beratnya hipertensi portal dan timbulnya komplikasi yang lain. Klasifikasi Child Pugh juga digunakan untuk menilai prognosis sirosis (Nurjanah, 1997; Tarigan, 2009).
  • 15. 15 Tabel 2. Klasifikasi Child sirosis hepatis dalam terminologi cadangan fungsi hati (Tarigan, 1997) I II. Hepatitis B Adalah infeksi hati yang disebabkan virus hepatitis B. Virus hepatitis B adalah virus DNA yang berlapis ganda (double shelled) dengan diameter 42 nm, termasuk famili hepadnaviridae. Bagian luar virus terdiri HbsAg dan bagian dalam nukleokapsid yang terdiri HbcAg. Nukleokapsid terdapat kode genetik virus hepatitis B yang terdiri DNA untai ganda (double stranded) (Ganem & Prince, 2004; Soemoharjo, 2008) Penularan virus hepatitis B bisa horisontal dengan parenteral atau nonparenteral ataupun vertikal dari ibu dengan HbSAg positif. Faktor resiko penularan infeksi hepatitis B adalah penyalahguna obat, homoseks, bayi yang lahir dari ibu dengan HbsAg positif, karyawan RS, pasien immunocompromised, penderita yang sering mendapat tranfusi darah, karyawan rumah perawatan keterbelakangan mental (Soemoharjo, 2008). Sekitar 20 % pasien hepatitis kronik berkembang menjadi sirosis (EASL, 2009). Infeksi virus hepatitis B terjadi saat virus utuk masuk dalam hepatosit, dan kode genetik masuk dalam inti sel hati dan memerintahkan sel hati untuk membentuk komponen VHB (Soemoharjo, 2008). Derajat kerusakan Minimal Sedang Berat Bil Serum(mmol/dl) <35 35-50 >50 Albumin serum(gr/dl) >35 30-35 <30 Ascites Nihil Mudah dikontrol Sukar Enselopati Nihil Minimal Berat/koma Nutrisi Sempurna Baik Kurang/kurus
  • 16. 16 Gejala klinik infeksi hepatitis B beragam, bisa simtomatik atau asimtomatik tergantung ketahanan tubuh dalam membersihkan virus dalam darah dan hati. Mulai inactiv carier stage sampai hepatitis kronis yang dapat berkembang menjadi sirosis dan hepatocellular carcinoma (Ganem & Prince, 2004; EASL, 2009) Petanda serologik hepatitis B meliputi (Ganem & Prince, 2004; Soemoharjo, 2008) a. HbsAg yang merupakan selubung luar partikel VHB, HbsAg positif menunjukan infeksi hepatitis B. HbsAg menetap lebih dari 6 bulan menandakan terjadinya hepatitis B kronis b. Anti HBs merupakan antibodi terhadap HbsAg. Anti HBs positif menunjukan kebal terhadap infeksi hepatitis B atau karena imunisasi c. Anti HBc merupakan antibodi terhadap protein core. Anti HBc positif menunjukan infeksi VHB saat ini atau infeksi di masa lampau d. HBeAg merupakan protein non struktural dari virus hepatitis B yang disekresikan dalam darah. HBeAg positif menunjukan aktifitas replikasi virus hepatitis B pada seorang dengan HbsAg (+) e. Anti Hbe yang positif menunjukan virus hepatitis B dalam masa nonreplikasi f. DNA HBV adalah penanda jumlah virus (viral load). DNA VHB positif menunjukan adanya partikel VHB yang utuh (partikel dane) dalam tubuh penderita.
  • 17. 17 Gambar 5: gambaran serologi infeksi hepatitis B kronik (Ganem & Prince, 2004) Patogenesis hepatitis B menjadi sirosis hepatis meliputi kolaps lobulus hati, pembentukan fibrous septa, dan regenerasi nodular. Fibrosis terjadi setelah nekrosis hepatoseluler yang menyebabkan interface hepatitis pada zona I yang dikuti jembatan fibrosis. Nekrosis luas pada zona III menyebabkan jembatan fibrosis yang menghubungkan vena sentralis dan segitiga portal, nekrosis fokal menyebabkan fibrosis fokal. Kematian sel hati akan diikuti pembentukan nodul yang merusak arsitektur hati (Soemoharjo, 2008). Pasien ini menderita sirosis hepatis yang disebabkan hepatitis B kronis dengan HbsAg reaktif lebih dari 6 bulan dan HbeAg negatif. III. Anemia penyakit kronis Anemia yang sering terjadi pada pasien dengan infeksi, inflamasi atau penyakit neoplastik yang terjadi lebih dari 1 atau 2 bulan. Anemia yang terjadi dari derajat ringan sampai sedang. Pasien ini didapatkan anemia penyakit kronis derajat sedang. Hal yang berperan dalam terjadinya anemia penyakit kronik yaitu pemendekan masa hidup eritrosit, penghancuran eritrosit, gangguan metabolisme besi, respon eritropoetin terganggu (Weiss & Goodnough, 2005; Greer et al., 2009) Tabel 3: Anemia penyakit kronis perlu dibedakan dibedakan dengan anemia defisisensi besi Variabel Anemia penyakit kronik Anemia defisiensi besi Iron Menurun Menurun Transferin Menurun-Normal Meningkat Saturasi Transferin Menurun Menurun Ferritin Normal – Meningkat Menurun STfR Normal Meningkat Rasio STfR dan log ferritin Rendah (< 1) Tinggi (>2) (Weiss & Goodnough, 2005)
  • 18. 18 Pemeriksaan cadangan besi sumsum tulang merupakan alat penunjang diagnostik yang paling baik untuk membedakannya anemia defisiensi besi dan anemia penyakit kronis. Anemia defisiensi besi didapatkan cadangan besi yang sangat berkurang dan pada anemia penyakit kronis didapatkan cadangan besi yang meningkat. Namun karena invasif, prosedur tersebut tidak digunakan dalam pelayanan rutin. Reseptor transferin terlarut (STfR) lebih banyak digunakan dibandingkan pemeriksaan sumsum tulang untuk mengetahui cadangan besi (Greer et al., 2009).
  • 19. 19 DAFTAR PUSTAKA Akil M.A.H, 1997 Koma Hepatik. Dalam: Noer S, Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam jilid I, Balai penerbit FKUI, Jakarta, edisi 3, Pp: 300-309 Blei T.A, Cordoba J, et al, 2001. Hepatic Enchelopathy: practice guidelines. Chicago, Am. J Gastroenterol, Pp. 1969-1973 Cervera J.L, Amelda P, et al, 2003: Hepatic Encephalopaty: a review. Mexico city, Journal of Gastroenterol, Pp.122-129 EASL, 2009. Management of Chronic Hepatitis B: EASL clinical practice guidelines. Switzerland, Journal of Hepatol, Pp. 227-242 Duffour R, 2006. Liver disease: Tietz Textbook of Clinical Chemistry and Molecular Diagnostics. Elseiver Inc. Missouri, Pp. 1777-1829 Ganem D & Prince M.A, 2004. Hepatitis B Virus Infection - Natural History and Clinical Consequences, N Engln J Med, Pp. 1118-1123 Gines P & Schier W.R, 2009: Renal Failure in Cirrhosis. Barcelona, N Engln J Med, p. 1279-1280 Greer J.P, Foerster J, et al, 2009. Anemias Secondary to Chronic Disease and Systemic Disorders. Wintrobe’s Clinical Hematology 12th Edition, Chapter 45 Nurjanah S, 2009. Sirosis hati. Dalam: Sudoyo, A.W, Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam jilid I. Balai penerbit FKUI, Jakarta, edisi 5, hal: 668- 672 Saccer A.R & McPherson A.R, 2004. Tinjauan Klinis Hasil Pemeriksaan Laboratorium. EGC, Jakarta, edisi 11, Pp: 360-383 Soemoharjo S, 2008. Hepatitis Virus B. EGC, Mataram, Pp: 2- 40 Tarigan P, 1997. Sirosis Hati. Dalam: Noer S, Buku Ajar Imu Penyakit Dalam jilid I. Balai penerbit FKUI, Jakarta, edisi 5, Pp: 271-273 Weiss G & Goodnough L.T, 2005. Anemia of chronic disease. Innsbruck, N Engln J Med, Pp. 1011-1023. Witter P, Freson K, et al, 2008. Blood Platelet Number and Function in Chronic liver Disease and Cirrhosis. Leuven. Aliment Pharmacol Ther,Pp. 1017-1029
  • 20. 20 LAMPIRAN PARAMETER 21/8/12 22/8/12 23/8/12 24/8/12 25/8/12 27/8/12 30/8/12 RUJUKAN R R R C R R R HEMATOLOGI Hemoglobin (g/dl) 10.3 8.9 10.9 9.7 13.5-17.5 Hematokrit (%) 31 25 32 29 33-45 Leukosit (ribu/ul) 6.5 6.4 7.1 5.5 4.5-14.5 Trombosit (ribu/ul) 57 72 50 42 150-450 Eritrosit (juta/ul) 2.93 2.33 2.89 2.60 4.50-5.90 MCV (/um) 105.1 80-96 MCH (pg) 35.2 28-33 MCHC (g/dl) 33.5 33-36 RDW (%) 18.4 11.6-14.6 HDW (g/dl) 3.3 2.2-3.2 MPV (fl) 7.6 7.2-11.1 PDW (%) 52 25-65 Eosinofil (%) 1.90 0-4% Basofil (%) 0.20 0-2% Netrofil (%) 68.40 55-80% Limfosit (%) 19.90 22-44% Monosit (%) 8.00 0-7% LUC (%) 1.73 Retikulosit 4.61 0.50-1.50 HEMOSTATIS PT (Detik) 22.3 25.1 10.0-15.0 APTT (Detik) 43.2 38.0 20.0-40.0 INR 1.74 2.140 KIMIA KLINIK Glukosa Puasa 75 GD2jpp - Ureum (mg/dl) 38 < 50 Kreatinin (mg/dl) 0.9 0.9-1.3 Protein total (g/dl) 4.7 5.4 6.4-8.3 Albumin (g/dl) 1.7 1.5 1.7 1.7 3.5-5.2 Bilirubin Tot (mg/dl) 3.05 0.00-1.00 Bilirubin direk (mg/dl) 1.89 0.00-0.30 Bilirubin indirek (mg/dl) 1.16 0.00-0.70 GGT (u/L) 71 < 55 ALP (u/L) 70 53-128 Asam urat (mg/dl) 5.5 2.4-6.1 Kolesterol total (mg/dl) 99 50-200
  • 21. 21 LDL (mg/dl) 42 97-202 HDL (mg/dl) 22 30-64 Trigliserida (mg/dl) 49 < 150 Besi (SI) (ug/dl) 114 27-138 TIBC (ug/dl) 143 228-428 Saturasi transferin (%) 79.7 15-45 Elek : Na (mmol/L) 135 135 137 136-145 K (mmol/L) 5.3 4.4 4.7 3.3-5.1 Ca (mmol/L) 1.10 1.11 1.17 1.17-1.29 Sero : HBeAg NR Non reaktif Ferritin(ng/ml) 822.7 20-200 AFP(ng/ml) 4.76 <5.81 SEKRESI MAKROSKOPIS Warna yellow Kejernihan Sl cloudy KIMIA URIN BJ 1.015 1.015-1.025 pH 6.0 4.5-8 Leukosit(/uL) 75 Negatif Nitrit negatif Negatif Protein(mg/dl) negatif Negatif Glukosa(mg/dl) normal Normal Keton(mg/dl) negatif Negatif Urobilinogen(mg/dl) 1 Normal Bilirubin(mg/dl) negatif Negatif Eritrosit(/uL) 50 Negatif MIKROSKOPIK Eritrosit (/uL) 104.9 0-6.4 Eritrosit (/LPB) 19 0-5 Leukosit (/uL) 24.1 0-5.8 Leukosit (/LPB) 4 0-12 Epitel(/uL) 9.2 0.0-3.5 Epitel/LPB 2 0-2 Ep. squamous (/LPB) 1-2 Negatif Ep. Transisional (/LPB) - Negatif Ep. Bulat (/LPB) - Negatif Silinder (/uL) 0.60 0.00-0.47 Silinder (LPK) 2 0-3 Hyalin (/LPK) 0 0-3 Granulated (/LPK) - Negatif Leukosit (/LPK) - Negatif Bakter i(/uL) 7.9 0.0-2150 Kristal (/uL) 0.3 0.0-0.0
  • 22. 22 Yeast like cel (/uL) 0.0 0.0-0.0 Sperma (u/l) 0.0 0.0-0.0 Konduktivitas (mS/cm) 7,5 3.0-32.0 Lain lain Kristal amorf
  • 23. 23 FOLLOW UP a. KU : Lemah, Compos mentis b. Vital sign : TD: 110/60 mm Hg RR: 20x/menit N: 70 x/ menit S: 36° c. Mata : Slera ikterik +/+ conjuctiva pucat +/+ d. Hidung : Nafas cuping hidung -/- , terpasang selang nasogastrik e. Mulut : Papil lidah atrofi (-) f. Leher : Kelenjar getah bening tidak membesar, Jugular venus Pressure Right + 2 cm h. Thorax : Simetris, retraksi (-), spider navy (-), atropi musculus pectoralis (-) k. Jantung : I : Iktus cordis tidak tampak P : Iktus cordis teraba di intercosta space II 2 cm medial linea media clavicula sinister, tidak kuat angkat P : Batas jantung kanan kesan tidak melebar A : Bising jantung I-II normal, regular, gallop (-), murmur (-) k. Paru- paru : I : Pergerakan dada kanan = dada kiri P : Fremitus kanan = fremitus kiri P : Sonor // sonor A : Suara paru vesikular +/+, suara paru tambahan -/- l. Abdomen : I : Dinding perut // dinding dada P : Supel, nyeri tekan (+) epigastrium, hepar/ limpa tidak teraba, ballottement -/- P : Tympani, pekak alih (+), pekak sisi (+), area traubel pekak, liver span 7 cm A : Bising usus (+) normal h. Ektremitas : Oedem -/- Akaral dingin -/- -/- -/-
  • 24. 24 ASSESMENT a. Enselopati hepatikum (perbaikan) b. Sirosis hepatis decompensata ec Hepatitis B c. Azotemia d. Compensated kordis e. Inbalance elektrolit (ringan) f. Hipoalbumin TERAPI - Bed rest - O2 2 lt/mnt - IVFD D5% + 12.5 IU insulin 20tpm - Inj ceftriaxone 1 gr/12 jam - IVFD Comafuchsin 1 fl/hari - Inj Hepamez 2 amp dalam 200cc D5% - Tranfusi albumin 20 % 100cc - Curcuma 3X1 - Spironolacton 100 mg 1-0-0 - Sucralfat syr 3XI C - Inj vit K 1 amp/8 jam - Lactulac syr 3X1 C - Lansoprazol 30 mg 1-0-1 - Curcuma 3x1 - Furosesmid 40 mg 1x 1 PLAN - USG Abdomen - Balance cairan per 4 jam
  • 25. 25 21/8/12 22/8/12 23/8/12 24/8/12 25/8/12 27/8/12 30/8/12 HARGA RUJUKAN R R R C R R R HEMATOLOGI Hb (g/dl) 10.3 8.9 10.9 9.7 13.5-17.5 Hct (%) 31 25 32 29 33-45 WBC (103 /uL) 6.5 6.4 7.1 5.5 4.5-14.5 PLT (103 /uL) 57 72 50 42 150-450 RBC (106 /uL) 2.93 2.33 2.89 2.60 4.50-5.90 INDEX ERITROSIT MCV (/um) 105.1 80-96 MCH (pg) 35.2 28-33 MCHC (g/dl) 33.5 33-36 RDW (%) 18.4 11.6-14.6 HDW (g/dl) 3.3 2.2-3.2 MPV (fl) 7.6 7.2-11.1 PDW (%) 52 25-65 HITUNG JENIS Eosinofil (%) 1.90 0-4% Basofil (%) 0.20 0-2% Netrofil (%) 68.40 55-80% Limfosit (%) 19.90 22-44% Monosit (%) 8.00 0-7% LUC (%) 1.70 Gol. Darah Retikulosit 4.61 0.50-1.50 HEMOSTASIS PT 22.3 25.1 10.0-15.0 APTT 43.2 38.0 20.0-40.0
  • 26. 26 KIMIA KLINIK Glukosa Puasa 75 GD2jpp - Ureum (mg/dl) 38 < 50 Kreatinin (mg/dl) 0.9 0.9-1.3 Protein total (g/dl) 4.7 5.4 6.4-8.3 Albumin (g/dl) 1.7 1.5 1.7 1.7 3.5-5.2 Globulin (g/dl) 3.0 3.9 - Bilirubin Tot (mg/dl) 3.05 0.00-1.00 Bilirubin direk (mg/dl) 1.89 0.00-0.30 Bilirubin indirek (mg/dl) 1.16 0.00-0.70 GGT (u/L) 71 < 55 ALP (u/L) 70 53-128 Asam urat (mg/dl) 5.5 2.4-6.1 Kolesterol total (mg/dl) 99 50-200 LDL (mg/dl) 42 97-202 HDL (mg/dl) 22 30-64 Trigliserida (mg/dl) 49 < 150 Besi (SI) (ug/dl) 114 27-138 INR 1.74 2.140
  • 27. 27 TIBC (ug/dl) 143 228-428 Saturasi transferin (%) 79.7 15-45 Natrium (mmol/L) 135 135 137 136-145 Kalium (mmol/L) 5.3 4.4 4.7 3.3-5.1 Kalsium Ion(mmol/L) 1.12 1.11 1.17 1.17-1.29 SEROLOGI HARGA RUJUKAN HbeAg Non reaktif Non reaktif Ferritin(ng/ml) 822.7 20-200 AFP(ng/ml) 4.76 <5.81 SEKRESI MAKROSKOPIS Warna yellow Kejernihan Sl cloudy KIMIA URIN Berat jenis 1.015 1.015-1.025 PH 6.0 4.5-8 Leukosit( /ul) 75 Negatif Nitrit negatif Negatif Protein(mg/dl) negatif Negatif Glukosa(mg/dl) normal Normal Keton(mg/dl) negatif Negatif
  • 28. 28 Urobilinogen(mg/dl) 1 Normal Bilirubin(mg/dl) negatif Negatif Eritrosit( /ul) 50 Negatif MIKROSKOPIS Eritrosit( /ul) 104.9 0-6.4 Eritrosit ( /LPB) 19 0-5 Leukosit ( /ul) 24.1 0-5.8 Leukosit( /LPB) 4 0-12 Epitel ( /UL) 9.2 0-3.5 Epitel ( /LPB) 2 0-2 Epitel squamus( /LPB) 1-2 Negatif Epitel transisional( /LPB) - Negatif Epitel bulat( /LPB) - Negatif SILINDER Silinder ( /ul) 0.60 0-0.47 Silinder( /LPK) 2 0-3 hyaline( /LPK) 0 0-3 granulated( /LPK) - Negatif lekosit( /LPK) - Negatif Bakteri( /ul) 7.9 0-2150 kristal( /ul) 0.3 0.0 Yeast like cell( /ul) 0.0 0.0
  • 29. 29 Sperma( /ul) 0.0 0.0 Konduktifitas(mS/cm) 7.5 3.0-32.0 Lain lain Kristal amorf(+)
  • 30. 30
  • 31. 31
  • 32. 32