SlideShare a Scribd company logo
1 of 26
1
MAKALAH
MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH
(PROBLEM-BASED LEARNING)
Disusun oleh :
Kelompok IV
Agustin Setiani (RSA1C317016)
Febryanti Violita (RSA1C317014)
Dosen pengampu:
Dwi Agus Kurniawan, S.pd., M.Pd.
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN FISIKA PGMIPA-U
JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN
ALAM
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS JAMBI
2018
2
KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan kami kemudahan
sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan tepat waktu. Tanpa
pertolongan-Nya tentunya kami tidak akan sanggup untuk menyelesaikan makalah
ini dengan baik. Shalawat serta salam semoga terlimpah curahkan kepada baginda
tercinta kita yaitu Nabi Muhammad SAW yang kita nanti-natikan syafa’atnya di
akhirat nanti.
Penulis mengucapkan syukur kepada Allah SWT atas limpahan nikmat
sehat-Nya, baik itu berupa sehar fisik maupun akal pikiran, sehingga penulis
mampu untuk menyelesaikan pembuatan makalah dari mata kuliah Strategi
belajar dan mengajar fisika “Model pembelajaran berbasis masalah ( problem –
based learning )”.
Penulis tentu menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna
dan masih banyak terdapat kesalahan serta kekurangan di dalamnya. Untuk itu,
penulis mengharapkan kritik serta saran dari pembaca untuk makalah ini, supaya
makalah ini nantinya dapat menjadi makalah yang lebih baik lagi. Demikian, dan
apabila terdapat banyak kesalahan pada makalah ini penulis mohon maaf yang
sebesar-besarnya.
Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak khususnya
kepada guru Bahasa Indonesia kami Bapak Tanjun yang telah membimbing kami
dalam menulis makalah ini.Demikian, semoga makalah ini dapat bermanfaat.
Terima kasih.
Jambi , 31 oktober 2018
Penyusun
3
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I : PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang..................................................................................................1
1.2 Tujuan...............................................................................................................2
BAB II : LITERATUR
2.1 Kajian Pustaka
2.1.1 Pengertian Problem-Based Learning (PBL) ..................................................3
2.1.2 Tujuan Pembelajaran Problem-Based Learning (PBL) ................................6
2.1.3 Karakteristik Problem-Based Learning (PBL) .............................................7
2.1.4 Kelebihan Problem-Based Learning (PBL) ................................................. 7
2.1.5 Kekurangan Problem-Based Learning (PBL) ...............................................8
2.1.6 Metode Pengajaran Sintaks Problem-Baseb Learning (PBL)......................10
2.1.7 Metode Pengajaran Sistem Sosial Problem-Baseb Learning (PBL)............13
2.1.8 Metode Pengajaran Prinsip-Prinsip Reaksi Problem-Baseb Learning (PBL)
.....................................................................................................................14
2.1.9 Metode Pengajaran Sistem Pendukung Problem-Baseb Learning (PBL)....15
2.2 Kajian Kritis....................................................................................................18
BAB III : PENUTUP
3.1 Kesimpulan..................................................................................................... 21
3.2 Saran................................................................................................................22
4
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pada proses pembelajaran di kelas hingga saat ini masih juga ditemukan
pengajar yang memposisikan peserta didik sebagai objek belajar, bukan sebagai
individu yang harus dikembangkan potensi yang dimilikinya. Hal ini dapat
mematikan potensi peserta didik. Dan dalam keadaan tersebut peserta didik hanya
mendengarkan pidato guru di depan kelas, sehingga mudah sekali peserta didik
merasa bosan dengan materi yang diberikan. Akibatnya, peserta didik tidak paham
dengan apa yang baru saja disampaikan oleh guru.
Pada model pembelajaran berbasis masalah berbeda dengan model
pembelajaran yang lainnya, dalam model pembelajaran ini, peranan guru adalah
menyodorkan berbagai masalah, memberikan pertanyaan, dan memfasilitasi
investigasi dan dialog. Guru memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk
menetapkan topik masalah yang akan dibahas, walaupun sebenarnya guru telah
menetapkan topik masalah apa yang harus dibahas. Hal yang paling utama adalah
guru menyediakan perancah atau kerangka pendukung yang dapat meningkatkan
kemampuan penyelidikan dan intelegensi peserta didik dalam berpikir. Proses
pembelajaran diarahkan agar peserta didik mampu menyelesaikan masalah secara
sistematis dan logis. Model pembelajaran ini dapat terjadi jika guru dapat
menciptakan lingkungan kelas yang terbuka dan jujur, karena kelas itu sendiri
merupakan tempat pertukaran ide-ide peserta didik dalam menanggapi berbagai
masalah.
Jika dilihat dari sudut pandang psikologi belajar, model pembelajaran ini
berdasarkan pada psikologi kognitif yang berakar dari asumsi bahwa belajar
adalah proses perubahan tingkah laku berkat adanya pengalaman. Melalui model
pembelajaran ini peserta didik dapat berkembang secara utuh, artinya bukan hanya
5
perkembangan kognitif, tetapi peserta didik juga akan berkembang dalam bidang
affektif dan psikomotorik secara otomatis melalui masalah yang dihadapi.
Model pembelajaran berbasis masalah mengambil psikologi kognitif sebagai
dukungan teoritisnya. Fokus pembelajaran pada model ini menekankan pada apa
yang peserta didik pikirkan selama mereka terlibat dalam proses pembelajaran,
bukan pada apa yang mereka kerjakan dalam proses pembelajaran.
Seperti halnya model pembelajaran kooperatif, model pembelajaran berbasis
masalah ini menemukan akar intelektualnya dalam karya John Dewey. Di dalam
Democracy and Education (1916), Dewey mendiskripsikan pandangan tentang
pendidikan dengan sekolah sebagai cermin masyarakat yang lebih besar dan kelas
akan menjadi laboratorium untuk penyelidikan dan pengentasan masalah
kehidupan nyata. Pedagogis Dewey mendorong guru untuk melibatkan peserta
didik dalam berbagai proyek berorientasi masalah dan membantu mereka
menyelidiki berbagai masalah sosial dan intelektual penting.
1.2 Tujuan
Tujuan penulisan makalah ini tidak lain adalah untuk mengetahui :
1. Pengertian Problem-Based Learning
2. Tujuan Problem-Based Learning
3. Karakteristik Problem-Based Learning
4. Langkah-Langkah Problem-Based Learning
5. Peran Problem-Based Learning
6. Penggunaan Problem-Based Learning
7. Kelebihan Problem-Based Learning
8. Kekurangan Problem-Based Learning
6
BAB II
LITERATUR
2.1 Kajian Pustaka
2.1.1 Pengertian Problem Based Learning (PBL)
Pembelajaran adalah interaksi antara pendidik , peserta didik, dan sumber
belajar di dalam lingkungan belajar tertentu. Belajar merupakan proses perubahan
perilaku yang relative permanen sebagi akibat dari pengalaman dan adanya
perubahan jangka panjang dalam representasi atau asosiasi mental sebagai hasil
dari pengalaman. Definisi belajar cukup banyak, perbedaan tersebut karena
adanya perbedaan perspektif dari berbagai teori berkembang . Teori-teori tersebut
di antaranya behaviorisme ,kognitivisme maupun konstruktivisme, sehingga
masing-masing paham menimbulkan implikasi yang berbeda juga pada proses
belajar mengajar.
Model problem based-learning sebagai tipe pembelajaran konstruktif yang
dapat meningkatkan dan menumbuhkan kemampuan berpikir kristis dan kreatif
dimana tujuan akhirnya ialah untuk membentuk kemampuan pemecahan masalah
seseorang dan mampu mengambil keputusan yang beralasan di dalam situasi asing
(Huriah , 2018, p. 1 dan 11).
Pembelajaran berbasis masalah (PBL) adalah strategi pembelajaran yang
menarik. Daripada membaca atau mendengar tentang fakta dan konsep yang
mendefinisikan bidang studi akademik, siswa memecahkan masalah realistis
(meskipun, simulasi) yang mencerminkan keputusan dan dilema wajah orang
setiap hari Banyak yang berpendapat bahwa PBL adalah strategi pembelajaran
yang kuat dan menarik yang mengarah pada pembelajaran berkelanjutan dan
dapat dipindah tangankan (Mergendoller, 2006, p.2).
Problem-based learning (PBL) is an appéaling instructional strategy. Rather
than reading or hearing about the facts and concepts that define an academic
field of study, students solve realistic (albeit,simulated) problems that reflect the
decisions and dilemmas peo- ple face every day Many argue that PBL is a
7
powerful and engaging learning strategy that leads to sustained and
transferable learning.
Problem-based learning adalah sebuah model pembelajran yang
beorientasi untuk memecahkan masalah. PBL sebagai model pembelajaran
berusaha meneguhkan berbagai situasi bermasalah yangauntentik dan bermakna
kepadasiswa,yang dapat berfungsikan dalam melakukan penyelidikan. Dalam
proses PBL dilakukan sebagai kolaboratif,dimana siswa belajar dalam kelompok
kecil yangterfasilitasi, sebagaimana mereka bekerja secara individu (Muniroh,
2015, p. 37).
PBL merupakan suatu model pembelajaran dimana peserta didik
mengerjakan permasalahan yang otentik dengan maksud untuk menyusun
pengetahuan mereka sendiri, mengembangkan inkuiri dan ketrampilan lebih
tinggi, mengembangkan kemandirian dan percaya diri. Dengan demikian PBL
merupakan suatu model instruksional antara guru dengan peserta didik melalui
pemecahan masalah berdasarkan pengalaman peserta didik itu sendiri. Peserta
didik dalam PBL diberi kesempatan untuk mengembangkan kemampuannya
dalam berpikir. Sedangkan guru hanya berperan fasilitator, dalam hal ini
memfasilitasi konstruksi dalam mengkolaborasi pengetahuan peserta didik.
Diharapkan nantinya dengan model ini peserta didik mampu menyelesaikan
permasalahan yang dihadapi berdasarkan pengalamannya. (Hariyati et all, 2013,
p.723).
Pembelajaran berbasis masalah adalah salah satu yang paling baik
dijelaskan metode pembelajaran interaktif, dan banyak klaim itu lebih efektif
daripada metode tradisional dalam hal kemampuan belajar sepanjang hayat, dan
lebih menyenangkan. Di awal 1990-an, empat tinjauan sistematis medi sarjana.
Pendidikan cal berhati-hati mendukung jangka pendek dan hasil jangka panjang
dari pembelajaran berbasis masalah dibandingkan dengan pembelajaran
tradisional. Sejak itu, banyak kurikulum medis telah berubah menjadi masalah
berdasarkan pembelajaran, tetapi ulasan terbaru telah mempertanyakan nilai
pembelajaran berbasis masalah di tingkat sarjana pendidikan kedokteran.
8
Pendidikan kedokteran pascasarjana dan berkelanjutan berbeda dari
pendidikan sarjana di mana mereka pergi di luar peningkatan pengetahuan dan
keterampilan untuk meningkatkan kompetensi dokter dan kinerja dalam praktik,
akhirnya mengarah ke kesehatan pasien yang lebih baik. Masalah pembelajaran
berbasis mungkin juga efektif dalam konteks ini. Ada beberapa bukti bahwa sesi
interaktif bisa mengubah praktik profesional, tetapi ada beberapa uji coba yang
dilakukan dengan baik.
Kami tidak dapat menemukan ulasan tentang efektivitas pembelajaran
berbasis masalah dalam melanjutkan medis pendidikan. Studi evaluasi yang
terkendali menyediakan bukti terbaik tentang efektivitas metode pendidikan,
sejalan dengan pergerakan bukti medis terbaik education. Oleh karena itu kami
melakukan sistematis tinjauan literatur untuk mencari tahu apakah ada bukti
bahwa pembelajaran berbasis masalah dalam melanjutkan medis pendidikan itu
efektif (Smitts , 2002, p.153).
Problem based learning is one of the best described methods of interactive
learning, and many claim it is more effective than traditional methods in terms of
lifelong learning skills, and is more fun. In the early 1990s, four systematic reviews
of undergraduate medical education cautiously supported the short term andlong
term outcomes of problem based learning compared with traditional learning.Since
then, many medical curricula have changed to problembased learning, but a recent
review has questioned the value of problem based learning in undergraduate
medical education.
Postgraduate and continuing medical education differ from undergraduate
education in that they go beyond increasing knowledge and skills to improving
physician competence and performance in practice, ultimately leading to better
patient health.Problem based learning may also be effective in this context. There is
some evidence that interactive sessions can change professional practice, but there
have been few well conducted trials.
We could find no reviews of the effectiveness of problem based learning in
continuing medical education. Controlled evaluation studies provide the best
evidence of effectiveness of educational methods, in line with the movement of best
evidence medical education. We therefore conducted a systematic review of the
9
literature to find out if there is evidence that problem based learning in continuing
medical education is effective.
Belajar berdasarkan masalah atau PBL adalah startegi pembelajaran yang
dasar filosofinya konstruktivisme. PBL dirancang berdasarkan masalah riil
kehidupan yang bersifat ill-structured, terbuka, dan mendua PBL dapat
membangkitkan minat siswa, nyata, dan sesuai untuk membangun kemampuan
intelektual. bahwa PBL dapat melatih kecakapan berpikir tingkat tinggi siswa
(Arnyana, 2006, p.501).
Pembelajaran berbasis masalah pada tingkat yang paling mendasar adalah
metode pembelajaran yang ditandai dengan penggunaan siswa untuk belajar
keterampilan pemecahan masalah dan memperoleh pengetahuan tentang dasar dan
ilmu klinis. “Garis besar dasar dari proses pembelajaran berbasis masalah adalah
menghadapi masalah pertama, pemecahan masalah dengan keterampilan
penalaran klinis dan mengidentifikasi kebutuhan belajar dalam proses interaktif,
belajar mandiri, menerapkan pengetahuan yang baru diperoleh untuk masalah, dan
meringkas apa yang telah dipelajari” (Albanese dan Mitcell , 1993, p.53).
Difining what exactly constitutes PBL was a confusing and somewhat
contentioustask.The complexity of defining PBL is reflected in the fact that barrows
(1986) felt it necessary to develop a taxonomy of PBL types to help clarify the
situation.The following constitutes our best attempt at synthesizing a definition from
key sources.
Problem-based learning at its most fundamental level is an instructional method
characterized by the use of students to learn problem solving skills and acquire
knowledge about the basic and the clinical sciences. “The basic outline of the
problem-based learning process is encountering the problem first, problem-solving
with clinical reasoning skills and identifying learning needs in an interactive
process, self study, applying newly gained knowledge to the problem, and
summarizing what has been learned.
2.1.2 Tujuan Pembelajaran Problem-Based Learning (PBL)
Menurut Huriah (2018, p. 11) Tujuan problem based learning, diantaranya :
1. Menghasilkan pengetahuan yang terpadu, diterapkan dan cakupan
pembelajaran yang luas
2. Mengembangkan kemandirian, dan keterampilan di dalam belajar seumur
hidup
10
3. Mengembangkan keterampilan praktis seseorang, profesional, dan
interpersonal
4. Mengembangkan motivasi belajar, bertanya, dan memahami
5. Awal masuk situasi ke dalambudaya dan nilai-nilai kesehatan dan
menumbuhkan kepedulian sosial dan sikap profesional
6. Mengembangkan kerja sama dan keterampilan secara tim
7. Meningkatkan kemampuan beradaptasi dan berpartisipasi dalam
perubahan
8. Mengembangkan kemampuan pemecahan masalah, mengambil keputusan
dalam situasi asing
9. Meningkatkan kemampuan seseorang di dalam berfikir kritis dan berfikir
kreatif.
2.1.3 Karakteristik Problem-Based Learning (PBL)
Menurut (Sudewi et all, 2014, p. 2-3) karakteristik Problem-Based Learning
sebagai berikut .
1. Proses pembelajaran bersifat student-centered,
2. Proses pembelajaran berlangsung pada kelompok kecil,
3. Guru berperan sebagai fasilitator atau pembimbing,
4. Permasalahan-permasalahan yang disajikan merupakan stimulus
pembelajaran,
5. Informasi barudiperoleh dari belajar secara mandiri (self-directed
learning), dan
6. Masalah merupakan wahana untuk mengembangkan keterampilan pemecahan
masalah.
2.1.4 Kelebihan Problem-Based Learning (PBL)
Menurut Huriah (2018, p.23) Kelebihan problem based learning :
a. PBL berpusat pada mahasiswa: memotivasi pembelajaran aktif, meningkatkan
pemahaman, dan stimulus seseorang untuk terus belajar selama hidupnya.
b. Kompetensi umum : PBL memfasilitasi mahasiswa untuk mengembangkan sikap
dan keterampilan umum yang dikehendaki di masa mendatang
c. Integrasi : PBL memfasilitasi integrasi kurikulum inti
d. Motivasi : PBLmenyenangkan bagi tutor dan mahasiswa serta prosesnya
melibatkan mahasiswa dalam proses pembelajaran
e. Pembelajaran mendalam : PBL meningkatkan kemampuan pemahaman
mendalam bagi mahasiswa
11
f. Pendekatan kontrukstif : mahasiswa aktif berdasarkan pengetahuan dan
membangun kerangka konseptual dari pengetahuan tersebut
Menurut Sudewi (2014, p.3) keuntungan model PBL adalah:
(1) Menyediakan kesempatan kepada peserta didik untuk melakukan
penelitian;
(2) Membangun keterampilan berpikir kritis;
(3) Mengenal content materi subyek dan membangun tujuan sesuai konsep;
(4) Memberdayakan peserta didik menjadi seseorang ahli dalam bidang
tertentu;
(5) Memungkinkan peserta didik menghasilkan lebih dari satu bentuk solusi;
(6) Menyatakan ketidaktentuan dan kebutuhan untuk mengembangkan
asumsi; dan
(7) Memotivasi peserta didik belajar.
Menurut Wasonowati (2014, p.68) Model PBL dipilih karena mempunyai
beberapa kelebihan, antara lain adalah:
1) Pemecahan masalah yang diberikan dapat menantang dan membangkitkan
kemampuan berpikir kritis siswa serta memberikan kepuasan untuk
menemukan suatu pengetahuan baru,
2) Pembelajaran dengan model PBL dianggap lebih menyenangkan dan lebih
disukai siswa,
3) Model PBL dapat meningkatkan aktivitas siswa dalam proses
pembelajaran, dan
4) Model PBL dapat memberikan kesempatan siswa untuk menerapkan
pengetahuan yang mereka miliki ke dalam dunia nyata.
2.1.5 Kekurangan Problem-Based Learning (PBL)
Menurut Huriah (2018, p. 23) Kekurangan Problem based learning :
a. Tutor yang tidak dapat mengajar : tutor merasa nyaman dengan metode
tradisional sehingga kemungkinan PBL akan terasa membosankan dan
sulit
b. Sumber daya manusia : lebih banyak staf yang terlibat dalam proses
turorial ini
12
c. Sumber-sumber lain : sebagian besar mahasiswa memerlukan akses pada
perpustakaan yang sama dan internet secara bersamaan pula
d. Model peran : kemungkinan mahasiswa mengalami kekurangan akses
pada dosen yang berkualitas dimana dalam kurikulum tradisional
memberikan kuliah dalam kelompok besar
e. Informasi berlebihan : mahasiswa kemungkinan tidak yankin dengan
seberapa banyak belajar mandiri yang diperlukan dan informasi apa yang
relevan dan berguna.
Menurut Baden dan Wilkie (2006, p.4) Banyak kekhawatiran yang
dikemukakan oleh para delegasi pada konferensi pembelajaran berbasis masalah
di seluruh dunia termasuk apakah PBL-online akan :
 Mempengaruhi keberadaan pembelajaran berbasis masalah tatap muka
karena PBL-online akan dilihat sebagai tujuan biaya yang lebih efektif
 Menghilangkan beberapa tujuan asli dari pembelajaran berbasis masalah
karena beberapa bentuk pembelajaran berbasis masalah online cenderung
fokus pada pemecahan masalah yang ditetapkan secara sempit yang gagal
mendorong siswa untuk menjadi penanya independen yang memiliki
pembelajaran sendiri.
 Mengurangi dampak pembelajaran dalam tim, dalam hal siswa belajar
untuk bekerja meskipun kesulitan tim dan konflik dalam cara yang
dibutuhkan pembelajaran berbasis masalah tatap muka.
Many of the concerns raised by delegates at problem-based learning conferences
around the world include whether PBLonline will :
 Affect the existence of face-to-face problem-based learning sincePBLonline will
be seen as being more cost effective
 Destroy some of the original aims of problem-based learning since some forms
of online problem-based learning tend to focus on solving narrowly defined
problems that fail to encourage student to be independent inquirers who own
their learning
 Reduce the impact of learning in teams, in terms of students learning to work
though team difficulties and conflicts in the way required by face-to-face
problem-based learning.
13
2.1.6 Model Pengajaran Sintaks Problem-Based Learning (PBL)
Menurut Eggen and Kauchak (2016, p. 308) Merencanakan pelajaran
untuk Pembelajaran Berbasis-Masalah tak jauh beda dengan merencanakan
pelajaran untuk Pembelajaran Berbasis-Masalah. Akan tetapi, “topik” Anda lebih
kompleks dan abstrak dibandingkan mengajarkan satu konsep.
Model ini dimulai dengan menghadapkan (menghadapi adalah makna
penggunaannya dalam penelitian ilmiah- lebih memperjelas sesuatu yang akan
dipelajari bukannya menghadapinya dalam gerakan yang agak tidak baik yang
diajarkan kepada para pendebat) para mahasiswa dengan masalah menstimulasi.
Konfrontasi dapat disajikan secara verbal, ataumungkin menjadi pengalaman
nyata; konfrontasi dapat muncul secara alamiah, atau dapat disajikan oleh guru.
Jika siswa-siswa bereaksi, guru mendasarkan perhatiannya pada perbedaan-
perbedaan dalam reaksi mereka- pendirian apa yang mereka ambil, apa yang
mereka pahami, bagaimana mereka mengatur segala hal, dan apa yang mereka
rasakan. Ketika siswa-siswa mulai tertarik pada perbedaan dalam reaksi, guru
menarik para siswa ke arah perumusan dan penyusunan masalah untuk diri
mereka sendiri. Kemudian, para siswa menganalisis peran-peran yang diperlukan,
mengatur diri mereka sendiri, bertindak, dan melaporkan hasilnya. Akhirnya,
kelompok mengevaluasi solusinya dalam hal tujuan aslinya. Siklus berulang
dengan sendirinya, baik berhadapan dengan yang lain atau dengan masalah lain
yang menumbuhkan investigasi dengan sendirinya (Joyce et all, 2016, p.401).
Merencanakan Pelajaran untuk Pembelajaran
Berbasis-Masalah
Mengidentifikasi
topik
Menentukan tujuan
belajar
Mengidentifikasi
masalah
Mengakses materi
14
Menurut Neville (2008, p.3-4) Sebagai pemikiran terakhir dalam
penyelesaian perdebatan antara mereka yang baik untuk atau melawan
konstruktivis. Dengan pendekatan PBL, seseorang sebenarnya bisa
mempertimbangkan penggunaan yang sebenarnya dari kasus tutorial sebagai
fokus untuk belajar. Argumen utama dari anticonstructivists adalah bahwa
pemecahan masalah. Pencarian adalah cara yang tidak efisien untuk mengubah
ingatan jangka panjang karena fungsinya adalah mencari solusi masalah, bukan
mengubah memori jangka panjang. Dengan kata lain, masalah terpecahkan
mencari overburdens kapasitas memori kerja yang terbatas.
Namun, proses mengerjakan kasus tutorial dalam lingkungan PBL jauh
melampaui sekadar mencoba memecahkan masalah. Schmidt menjelaskan proses
7 langkah yang melambangkan proses PBL:
 Mengklarifikasi dan menyetujui definisi kerja yang tidak jelas istilah dan
konsep;
 Mendefinisikan masalah, menyetujui fenomena apa yang diperlukan
penjelasan;
 Menganalisis implikasi komponen, penjelasan yang disarankan (melalui
brainstorming) dan mengembangkan hipotesis kerja;
 Mendiskusikan, mengevaluasi, dan mengatur penjelasan yang mungkin
dalam hipotesis kerja;
 Menghasilkan dan memprioritaskan tujuan pembelajaran;
 Pergi dan meneliti tujuan-tujuan ini di antara tutorial;
 Melaporkan kembali pada tutorial berikutnya, mensintesis penjelasan
komprehensif tentang fenomena dan pengajuan kembali disintesis
informasi yang baru diperoleh untuk masalah.
As a final thought in the resolution of the debate between those who are either
for or against a constructivist PBL approach, one could in fact consider the actual
use of the tutorial case as focus for learning. The main argument of the
anticonstructivists is that a problem-solving search is an inefficient way of altering
long-term memory because its function is to find a problem solution, not alter long-
term memory. In other words, a problemsolving search overburdens limited working
memory capacity.
15
However, the process of working on a tutorial case in a PBL environment goes
far beyond simply trying to solve a problem. Schmidt described a 7-step process that
typifies the PBL process:
 Clarifying and agreeing on working definitions of unclear terms and concepts ;
 Defining the problems, agreeing which phenomena require explanation ;
 Analyzing component implications, suggested explanations (through
brainstorming) and developing a working hypothesis;
 Discussing, evaluating and arranging the possible explanations in a working
hypothesis ;
 Generating and prioritizing learning objectives;
 Going away and researching these objectives between tutorials ;
 Reporting back at the next tutorial,synthesizing a comprehensive explanation of
the phenomena and reapplying synthesized newly acquired information to the
problems.
Menurut Sadia (2007, p.6-7 ) Langkah-langkah yang perlu diperhatikan
dalam merancang program pembelajaran problem based learning sehingga
proses pembelajaran benar-benar menjadi berpusat pada siswa (student-
centered) adalah sebagai berikut.
1) Fokuskan permasalahan (problem) sekitar pembelajaran konsep-konsep
sains yang esensial dan strategis.
2) Berikan kesempatan kepada siswa untuk mengevaluasi gagasannya
melalui eksperiment atau studi lapangan. Siswa akan menggali data-data
yang diperlukan untuk memecahlkan masalah yang dihadapinya.
3) Berikan kesempatan kepada siswa untuk mengelola data yang mereka
miliki, yang merupakan proses latihan metakognisi.
4) Berikan kesempatan kepada mahasiswa untuk mempresentasikan solusi-
solusi yang mereka kemukakan. Penyajiannya dapat dilakukan dalam
bentuk seminar atau publikasi (jurnal ilmiah) atau dalam bentuk penyajian
poster.
Menurut Muniroh (2015,p. 41) Ada beragam pendapat dalam mengungkapkan
tahapan pembelajaran PBL, yang mempunyai karakteristiknya masing-masing,
16
kelebihan dan kekurangan. menunjukkan setidaknya ada lima sintaks
pembelajaran berbasis masalah, seperti di bawah ini :
1. Mengorientasi siswa pada permasalahannya
2. Mengorganisasikan siswa untuk meneliti
3. Membantu penyelidikan mandiri dan kelompok
4. Mengembangkan dan mempersentasikan exhibit dan artefak
5. Menganalisis dan mengevaluasi proses pemecahan masalah
2.1.7 Metode Pengajaran Sistem Sosial Problem-Based Learning (PBL)
Sistem sosial bersifat demokratis, dipandu oleh keputusan-keputusan yang
dikembangkan dari, atau setidaknya divalidasi oleh, pengalaman kelompok-
dalam batas-batas dan dalam hubungan dengan fenomena membingungkan yang
diidentifikasi oleh guru sebagai objek untuk kajian. Kegiatan-kegiatan kelompok
muncul dengan jumlah struktur eksternal minimal yang diberikan oleh guru.
Siswa dan guru memiliki status sama kecuali untuk perbedaan-perbedaan peran.
Situasi tersebut merupakan salah satu dari alasan dan negoisasi (Joyce et all,
2016, p.402).
Dalam tahap kedua pembelajaran berbasis masalah, ketika kelas sedang
memecahkan masalah, guru bertindak sebagai pemandu, atau fasilitator. Guru
mengatur klimaks, membantu siswa untuk terhubung ke permasalahan, mengatur
struktur kerja, mengulas permasalahan siswa, mengulas kembali permasalahan
siswa, memfasilitasi produksi produk atau kinerja dan mendorongnya untuk
menemukan solusi dengan sendirinya.
Di sini, sebagian besar pekerjaan dilakukan di belakang panggung.
Instruktur harus memeriksa sumber daya yang tersedia untuk penelitian dan
memperingatkan personil sekolah jika mereka akan diaktivasi oleh siswa. Jika
bagian dari pekerjaan siswa akan menjadi presentasi sebelum dewan kota, dewan
sekolah, atau kelompok lain, guru prerlu mengukur penerimaan kelompok-
kelompok ini ketika didekati oleh siswa (Delisle ,1997, p.16).
17
2.1.8 Metode Pengajaran Prinsip-Prinsip Reaksi Problem-Based Learning
(PBL)
Menurut Joyce et all (2016, p.402-403) Peran guru dalam investigasi
kelompok adalah peran sebagai konselor, konsultan, dan pengkritik yang ramah.
Guru harus memandu dan merefleksikan pengalaman kelompok pada tiga level:
level pemecahan masalah atau level tugas (Apakah sifat masalah tersebut?
Apakah faktor-faktor yang terlibat?), level manajemen kelompok (Informasi apa
yang kita perlukan sekarang? Bagaimana kita mengatur diri kita sendiri untuk
mendapatkannya?), dan level makna individual (Bagaimana Anda merasakan
tentang kesimpulan-kesimpulan ini? Apa yang kalian kerjakan secara berbeda
sebagai akibat dari mengetahui tentang...?). Peran pengajaran ini sulit dan sensitif,
karena inti daripenelitian adalah kegiatan siswa- masalah tidak dapat dipaksakan.
Pada saat yang bersamaan, guru harus : (1) memfasilitasi proses kelompok, (2)
turut serta dalam kelompok untuk menyalurkan energinya kepada kegiatan-
kegiatan pendidikan yang berpotensi, dan (3) mengawasi kegiatan-kegiatan
pendidikan ini sehinga makna pribadi datang dari pengalaman. Interverensi oleh
guru sebaiknya minimal kecuali kelompok tersebut mengalami hambatan serius.
Guru yang menggunakan PBL menghadapi tugas yang sulit untuk
membimbing tanpa memimpin dan membantu dengan mengarahkannya.
Pekerjaan semacam itu melibatkan pembimbingan siswa melalui proses
pengembangan, menentukan apa yang mereka ketahui dan apa yang harus mereka
ketahui,dan memutuskan bagaimana mereka manjawab pertanyaan mereka
sendiri. Sebagai siswa penelitian dan pemecahan masalah, para guru menawarkan
saran ketika para siswa tampak terjebak dan mengusulkan alternatif lain ketika
penelitian atau solusi mereka tampak tidak memadai (Delisle ,1997, p.16).
In the second stage of problem-based learning, when the class works on the
problem, the teacher assumes the role of guide, or facilitator. The teacher sets the
climate, help students connect to the problem, sets up a work structure, visits the
problem with students, revisits the problem,facilitates the production of a product or
a performance, and encourages self-evaluation.
18
Here, too, much of the work takes place backstage.The instructor must check on
the resources available for research and alert school personnel if they will be
contacted by students. If part of students’ work will be a presentation before the city
council, school board, or another group, the teacher will need to gauge these
groups’ receptiveness at being approached by students.
Teachers using PBL face difficult task of guiding without leading and assisting
without directing. Such work involves guiding students through the process of
developing possible solutions, determining what they know and what they must find
out, and deciding how they could answer their own questions. As students research
and problem solve, teachers offer suggestions when students seem stuck and propose
alternatives when their research or solutions do not appear to be adequate.
2.1.6 Model Pengajaran Sistem Pendukung Problem-Based Learning (PBL)
Sistem pendukung untuk investigasi kelompok sebaiknya bersifat ekstensif
dan bertanggung jawab terhadap kebutuhan siswa. Sekolah perlu dilengkapi
dengan perpustakaan yang bagus dengan berbagai jenis media; perpustakaan
sebaiknya juga mampu memberikan akses ke sumber daya dari luar. Anak-anak
sebaiknya didorong untuk meneliti dan mengontak smber daya di luar dinding
sekolah. Satu alasan bagi penelitian kooperatif jenis ini yang sifatnya relatif jarang
adalah sistem pendukungnyatidak cukup untuk mempertahankan tingkat
penelitian (Joyce etall, 2016, p.403).
Kesuksesan pembelajaran berbasis-masalah tergantung pada
kemampuannya menghadapkan murid dengan masalah-masalah realistis yang
akan membantu mereka mengembangkan keterampilan pemecahan masalah dan
kemampuan untuk mandiri (self direction). Satu tujuan penting kala menggunakan
model ini adalah membawa dunia nyata ke ruangkelas untuk diselidiki dan
dianalisa.
Akan tetapi, kebanyakan masalah yang disajikan di dalam buku teks sudah
terumuskan jelas dan juga rutin. Lagi pula, informasi yang dibutuhkan untuk
memecahkan masalahbiasanya sudah dimasukkan. Bahkan operasi pemecahannya
kerap tersirat di dalam kata-kata yang ada, seperti dalam pertanyaan, “Berapa
banyak lagi?” yang menyiratkan pengurangan. Kurangnya pengalaman ini
membantu menjelaskan mengapa para murid tidak menjadi pemecah masalah
19
yang lebih baik. Juga, ini membantu kita memahami mengapa murid-murid Scott
dan Laura berupaya keras menghadapi masalah-masalah yang mereka coba
pecahkan.
Untuk menghadapi isu-isu ini, para pakar telah berusaha memenfaatkan
teknologi untuk menyajikan masalah-masalah rumit dunia nyata. Salah satu upaya
yang paling terkenal adalah seri yang berjudul The Adventures of Jasper
Woodbury, yang diciptakan oleh kelompok Cognition and Technology di
Vanderbilt. Seri ini terdiri dari 12 pertualangan berbasis-cakram video yang
berfokus pada penemuan masalah dan pemecahan masalah (Eggen and Kauchak,
2016, p. 322).
Menurut Mills and Treagust(2003, p.4) Pembelajaran berbasis masalah telah
digunakan untuk pelatihan profesional dalam kedokteran sejak tahun 1960-an dan
sekarang digunakan secara luas di bidang itu. Itu juga diimplementasikan dalam
profesi kesehatan terkait. Telah disarankan oleh banyak orang sebagai solusi
untuk masalah pendidikan teknik yang dibahas di atas, dan telah
diimplementasikan secara terbatas dalam beberapa program rekayasa.
Desain adalah salah satu proses dan kegiatan mendasar dalam rekayasa (dan
pada dasarnya semua kegiatan rekayasa lainnya berhubungan dengan itu misalnya
implementasi atau konstruksi desain atau proses dan pemeliharaan fasilitas atau
produk). Strategi untuk desain mengajar seperti yang telah dipraktekkan di
program rekayasa selama bertahun-tahun (meskipun seperti yang dinyatakan
dalam masalah kritis no.2, tidak pada tingkat yang cukup) memiliki banyak
kesamaan dengan masalah berbasis strategi pembelajaran. Ini telah diringkas oleh
Williams & Williams [9] sebagai berikut:
 Keduanya memiliki banyak fase atau tahapan untuk dilalui selama proyek
atau masalah.
 Keduanya mulai dengan masalah atau situasi yang teridentifikasi yang
mengarahkan area siswa atau konteks pembelajaran.
 Penelitian yang diprakarsai siswa diandalkan untuk siswa untuk maju
melalui proyek serta untuk pembelajaran mereka sendiri.
20
 Keduanya membutuhkan tingkat inisiatif siswa yang tinggi, siswa perlu
mengembangkan motivasi dan keterampilan organisasi.
 Keduanya meminjamkan diri untuk proyek jangka panjang, PBL dapat
digunakan secara singkat kerangka waktu tetapi ini tidak mengurangi
kemampuannya untuk digunakan secara efektif dalam jangka waktu yang
lebih lama, seperti biasanya dikaitkan dengan teknologi proyek.
 Keduanya terbuka untuk hasil, memungkinkan siswa kesempatan untuk
memilih, setelah penelitian yang sesuai hasil itu menarik minat mereka.
 Keterampilan pengamatan diidentifikasi sebagai memiliki prioritas tinggi,
terutama di tahap awal selama identifikasi masalah.
 Refleksi siswa merupakan aspek penting dari kedua model, siswa didorong
untuk mengevaluasi sepenuhnya hasil yang telah mereka capai.
 Keduanya bergantung pada kerja kelompok.
Problem-based learning has been used for professional training in medicine
since the 1960’s and is now used extensively in that field. It has also been
implemented in related health professions. It has been suggested by many as a
solution to the engineering education issues discussed above, and has been
implemented to a limited extent in some engineering programs.
Design is one of the fundamental processes and activities in engineering (and
basically all other engineering activities relate to it e.g. implementation or
construction of designs or processes and maintenance of facilities or products). The
strategy for teaching design as has been practiced in engineering programs for
many years (although as stated in critical issue no.2, not to a sufficient extent) has
many similarities with the problem-based learning strategy. These have been
summarised by Williams & Williams [9] as follows:
 Both have a large number of phases or stages through which to pass during the
project or problem.
 Both start with an identified problem or situation which directs the students’
area or context of study.
 Student initiated research is relied upon for the student to progress through the
project as well as for their own learning.
 Both require high levels of student initiative,students need to develop motivation
and organisation skills.
21
 Both lend themselves to long-term projects, PBL may be used over a short time
frame but this does not detract from its ability to be used effectively over a
longer time frame, as is usually associated with technology projects.
 Both are open ended with regard to outcomes, allowing the student the
opportunity to choose, after appropriate research an outcome that interests
them.
 Observational skills are identified as having a high priority, especially in the
initial stages during identification of the problem.
 Student reflection is an important aspect of both models, the student is
encouraged to evaluate fully the outcome they have achieved.
 Both rely upon group work
2.2 Kajian Kritis
Dari beberapa kutipan diatas dapat disimpulkan bahwa Problem-Based
Learning adalah suatu metode pembelajaran yang menggunakan permasalahan
untuk pembelajarannya. Siswa dituntut untuk memecahkan masalah mereka
sendiri, sehingga siswa lebih aktif di dalam kelas.
Tujuan dari metode ini adalah untuk menghasilkan pengetahuan yang
terpadu, mengembangkan kemandirian, mengembangkan keterampilan,
mengembangkan motivasi belajar, mengembangkan kepedulian sosial,
mengembangkan kerja sama, meningkatkan adaptasi, mampu memecahkan
masalah, dan meningkatkan kemampuan berfikir kritis.
Karakteristik metode ini yaitu student centered, membentuk kelompok kecil,
guru sebagai fasilitator, permasalahan menstimulus pelajaran, perolehan informasi
secara mandiri, dan mengembangkan keterampilan.
Kelebihan metode ini ialah memotivasi siswa untuk aktif, memberi peluang
siswa untuk mengembangkan kreatifitas dan keterampilan, memfasilitasi integrasi
kurikulum, menguntungkan bagi guru karena metodenya berpusat ke siswa,
meningkatkan kemampuan berfikir kritis, membangun konsep pengetahuan
sendiri.
Kelemahan metode ini ialah tutor yang tidak biasa menggunakan metode ini
akan kewalahan, banyak orang yang terlibat, siswa memerlukan pengetahuan dari
22
buku atau internet, siswa kurang komunikasi dengan guru, iswa tidak yakin akan
informasi yang di dapat.
Metode Pembelajaran Sintaks Problem-Based Learning diantaranya yaitu
mengorientasi siswa pada permasalahannya, mengorganisasikan siswa untuk
meneliti, membantu penyelidikan mandiri dan kelompok, mengembangkan dan
mempersentasikan exhibit dan artefak, dan menganalisis dan mengevaluasi proses
pemecahan masalah.
Metode Pengajaran Sistem Sosial Problem-Based Learning yaitu guru
berperan sebagai fasilitator yang berwenang untuk mengarahkan siswa untuk
memecahkan permasalahan yang telah diberikan dengan menggunakan metode-
metode atau tahapan yang sesuai.
Metode Pengajaran Prinsip-Prinsip Reaksi Problem-Based Learning yaitu
Guru melibatkan siswa melalui proses pengembangan, menentukan apa yang
mereka ketahui dan apa yang harus mereka ketahui,dan memutuskan bagaimana
mereka manjawab pertanyaan mereka sendiri. Sebagai siswa penelitian dan
pemecahan masalah, para guru menawarkan saran ketika para siswa tampak
terjebak dan mengusulkan alternatif lain ketika penelitian atau solusi mereka
tampak tidak memadai.
Metode Pembelajaran Sistem Pendukung Problem-Based Learning
mendukung penggunaan teknologi guna untuk membantu penyampaian materi
selama proses pembelajaran berlangsung.
23
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Problem-Based Learning adalah suatu metode pembelajaran yang
menggunakan permasalahan untuk pembelajarannya. Siswa dituntut untuk
memecahkan masalah mereka sendiri, sehingga siswa lebih aktif di dalam kelas.
Tujuan dari metode ini adalah untuk, menghasilkan pengetahuan yang
terpadu, mengembangkan kemandirian, mengembangkan keterampilan,
mengembangkan motivasi belajar, mengembangkan kepedulian sosial,
mengembangkan kerja sama, meningkatkan adaptasi, mampu memecahkan
masalah, meningkatkan kemampuan berfikir kritis.
Karakteristik metode ini yaitu student centered, membentuk kelompok kecil,
guru sebagai fasilitator, permasalahan menstimulus pelajaran, perolehan informasi
secara mandiri, mengembangkan keterampilan.
Langkah-langkah PBL yaitu mengklarifikasi definisi kerja, menganalisis
implikasi, diskusi, evaluasi, dan hipotesis kerja, menghasilkan tujuan
pembelajaran, meneliti tujuan pembelajaran, melaporkan kembali, mensintesis
masalah.
Peran Guru adalah sebagai pemandu atau fasilitator ytang berwenang untuk
mengarahkan siswa untuk memecahkan permasalahan yang telah diberikan
dengan menggunakan metode-metode atau tahapan yang sesuai.
Kelebihan metode ini ialah memotovasi siswa untuk aktif, memberi peluang
siswa untuk mengembangkan kreatifitas dan keterampilan, memfasilitasi integrasi
kurikulum, menguntungkan bagi guru karena metodenya berpusat ke siswa,
meningkatkan kemampuan berfikir kritis, membangun konsep pengetahuan
sendiri.
24
Kelemahan metode ini ialah tutor yang tidak biasa menggunakan metode ini akan
kewalahan, banyak orang yang terlibat, siswa memerlukan pengetahuan dari buku
atau internet, siswa kurang komunikasi dengan guru, siswa tidak yakin akan
informasi yang di dapat.
3.2 Saran
Model pembelajaran merupakan komponen yang penting dalam proses
belajar dan pembelajaran, karena minat siswa dalam belajar tergantung dengan
bagaimana guru tersebut menyampaikan materi yang diajarkannya. Oleh karena
itu, sebaiknya pendidik memilih dengan bijak dengan mempertimbangkan
beberapa factor untuk memilih model pembelajaran yang akan menjadi dasar
dalam menyampaikan materi pembelajarannya.
25
DAFTAR PUSTAKA
Albanese Dan Mitchell. (1993). Problem Based Learning : A Review
Of Literature On Its Outcomes And Implementation Issues.
Academic Medicine, Vol.(68), No.(1).
Arnyana. (2006). Pengaruh Penerapan Strategi Pembelajaran Inovatif
Pada Pelajaran Biologi Terhadap Kemampuan Berpikir Kreatif
Siswa SMA. Jurnal Pendidikan dan Pengajaran IKIP Negeri
Singaraja, No. (3) ISSN 0215 – 8250.
Baden and Wilkie. (2006). Problem-Based Learning Online. New York,
USA: OZGraft.S.A.
Delisle. (1997). How to use Problem Based Learning in the Classroom.
Beauregard St : ASCD.
Eggen and Kauchack. (2016). Strategi dan Model Pembelajaran. Jakarta :
PT.Indeks.
Hariyati et all. (2013). Efektivitas Model Pembelajaran Kooperatif Tipe
Team Assisted Individualization (Tai) Dan Problem Based
Learning (Pbl) Pada Prestasi Belajar Matematika Ditinjau Dari
Multiple Intelligences Siswa Smp Kabupaten Lampung Timur
Tahun Pelajaran 2012/2013. Jurnal Elektronik Pembelajaran
Matematika, Vol. (01), No. (7) ISSN: 2339-1685.
Huriah. (2018). Metode Student Center Learning Aplikasi pada
Pendidikan Keperawatan. Jakarta :Prenadamedia Group.
Joyce et all. (2016). Model of Teaching edisi kesembilan. Yogyakarta :
Pustaka Pelajar
Mergendoller et All. (2006). The Effectiveness Of Problem-Based
Instruction: AComparative Study Of Instructional Methods
And Student Characteristics. Interdisciplinary Journal Of
` Problem-Based Learning, Vol.(1).
26
Mills And Treagust. (2003). Engineering Education – Is Problembased Or
Project-Based Learning The Answer? Australasian Journal Of
Engineering Education Issn 1324-5821
Muniroh. (2015). Academic Engagement. Yogyakarta : PT.LkiS Printing
Cemerlang.
Neville. (2008). Problem-Based Learning And Medical Education Forty
Years On A Review Of Its Effects On Knowledge And Clinical
Performance. Medical Principles and Practice, ISSN :1011–7571
Sadia. (2007). Pengembangan Kemampuan Berpikir Formal Siswa
Sma Melalui Penerapan Model Pembelajaran “Problem Based
Learning ” Dan “Cycle Learning” Dalam Pembelajaran
Fisika. Jurnal Pendidikan dan Pengajaran UNDIKSHA No.(1)
ISSN 0215 – 8250.
Smits et all. (2002). Problem based learning in continuing medical
education:a review of controlled evaluation studies. BMJ, Vol.
(324)
Sudewi et all. (2014). Studi Komparasi Penggunaan Model Pembelajaran
Problem Based Learning (Pbl) Dan Kooperatif Tipe Group
Investigation (Gi) Terhadap Hasil Belajar Berdasarkan Taksonomi
Bloom.e-Journal Program Pascasarjana Universitas Pendidikan
Ganesha Program Studi IPA, Vol. (4).
Wasonowati et all. (2014). Penerapan Model Problem Based Learning
(Pbl)Pada Pembelajaran Hukum - Hukum Dasar Kimia Ditinjau
Dari Aktivitas Dan Hasil Belajar Siswa Kelas X Ipa Sma Negeri 2
Surakarta Tahun Pelajaran 2013/2014. Jurnal Pendidikan Kimia
(JPK), Vol. (3), No. (3) ISSN 2337- 9995.

More Related Content

What's hot

Penyusunan bahan ajar (KELOMPOK 9)
Penyusunan bahan ajar (KELOMPOK 9)Penyusunan bahan ajar (KELOMPOK 9)
Penyusunan bahan ajar (KELOMPOK 9)Nastiti Rahajeng
 
Contoh RPP menggunakan Framework UbD
Contoh RPP menggunakan Framework UbDContoh RPP menggunakan Framework UbD
Contoh RPP menggunakan Framework UbDUwes Chaeruman
 
penilaian acuan norma (PAN) dan penilaian acuan patokan (PAP)
penilaian acuan norma (PAN) dan penilaian acuan patokan (PAP)penilaian acuan norma (PAN) dan penilaian acuan patokan (PAP)
penilaian acuan norma (PAN) dan penilaian acuan patokan (PAP)universitas negeri padang
 
Pengertian Wacana dan Alat-alat Wacana
Pengertian Wacana dan Alat-alat Wacana Pengertian Wacana dan Alat-alat Wacana
Pengertian Wacana dan Alat-alat Wacana Eman Syukur
 
Objek dalam Penelitian Tindakan Kelas - smst VI
Objek dalam Penelitian Tindakan Kelas - smst VIObjek dalam Penelitian Tindakan Kelas - smst VI
Objek dalam Penelitian Tindakan Kelas - smst VIQonita Aliyatunnuha
 
LK 1.2 Eksplorasi Penyebab Masalah.pdf
LK 1.2 Eksplorasi Penyebab Masalah.pdfLK 1.2 Eksplorasi Penyebab Masalah.pdf
LK 1.2 Eksplorasi Penyebab Masalah.pdfadenurosita
 
Ppt pemebelajaran terpadu model shared
Ppt pemebelajaran terpadu model sharedPpt pemebelajaran terpadu model shared
Ppt pemebelajaran terpadu model sharedrizka_pratiwi
 
faktor faktor yg mempengaruhi keberhasilan belajar mengajar
faktor faktor yg mempengaruhi keberhasilan belajar mengajarfaktor faktor yg mempengaruhi keberhasilan belajar mengajar
faktor faktor yg mempengaruhi keberhasilan belajar mengajarYuli Yanti
 
Teori Piaget, Ausubel, dan Brunner
Teori Piaget, Ausubel, dan BrunnerTeori Piaget, Ausubel, dan Brunner
Teori Piaget, Ausubel, dan BrunnerDimas Dwi Senggono S
 
LK. 2.1 Eksplorasi Alternatif Solusi.docx
LK. 2.1 Eksplorasi Alternatif Solusi.docxLK. 2.1 Eksplorasi Alternatif Solusi.docx
LK. 2.1 Eksplorasi Alternatif Solusi.docxAndiqbal
 
LK. 1.1. Identifikasi Masalah_ida nurlaila.pdf
LK. 1.1. Identifikasi Masalah_ida nurlaila.pdfLK. 1.1. Identifikasi Masalah_ida nurlaila.pdf
LK. 1.1. Identifikasi Masalah_ida nurlaila.pdfIdaNurlaila4
 
LK 1.2 Eksplorasi Masalah.docx
LK 1.2  Eksplorasi Masalah.docxLK 1.2  Eksplorasi Masalah.docx
LK 1.2 Eksplorasi Masalah.docxIrmadaBoheaIR
 
1. materi shared based on_fogarty_yunita
1. materi shared based on_fogarty_yunita1. materi shared based on_fogarty_yunita
1. materi shared based on_fogarty_yunitaYunita Anggraeni
 
Model-model Pengembangan Kurikulum
Model-model Pengembangan KurikulumModel-model Pengembangan Kurikulum
Model-model Pengembangan KurikulumArief Kurniatama
 
Tugas rancangan media pembelajaran
Tugas rancangan media pembelajaranTugas rancangan media pembelajaran
Tugas rancangan media pembelajaranhuzaipah
 
Model pengembangan-kurikulum-taba
Model pengembangan-kurikulum-tabaModel pengembangan-kurikulum-taba
Model pengembangan-kurikulum-tabaPrincess Indry
 
Teori Belajar Kognitif dan Penerapannya dalam Pembelajaran
Teori Belajar Kognitif dan Penerapannya dalam PembelajaranTeori Belajar Kognitif dan Penerapannya dalam Pembelajaran
Teori Belajar Kognitif dan Penerapannya dalam PembelajaranFitri Yusmaniah
 
Modul 3. pengembangan asesmen alternatif
Modul 3. pengembangan asesmen alternatifModul 3. pengembangan asesmen alternatif
Modul 3. pengembangan asesmen alternatifNaita Novia Sari
 
Model pembelajaran clis
Model pembelajaran clisModel pembelajaran clis
Model pembelajaran clismartinrusmaja
 

What's hot (20)

Penyusunan bahan ajar (KELOMPOK 9)
Penyusunan bahan ajar (KELOMPOK 9)Penyusunan bahan ajar (KELOMPOK 9)
Penyusunan bahan ajar (KELOMPOK 9)
 
Contoh RPP menggunakan Framework UbD
Contoh RPP menggunakan Framework UbDContoh RPP menggunakan Framework UbD
Contoh RPP menggunakan Framework UbD
 
penilaian acuan norma (PAN) dan penilaian acuan patokan (PAP)
penilaian acuan norma (PAN) dan penilaian acuan patokan (PAP)penilaian acuan norma (PAN) dan penilaian acuan patokan (PAP)
penilaian acuan norma (PAN) dan penilaian acuan patokan (PAP)
 
Pengertian Wacana dan Alat-alat Wacana
Pengertian Wacana dan Alat-alat Wacana Pengertian Wacana dan Alat-alat Wacana
Pengertian Wacana dan Alat-alat Wacana
 
Topik 3_Aksi Nyata.pdf
Topik 3_Aksi Nyata.pdfTopik 3_Aksi Nyata.pdf
Topik 3_Aksi Nyata.pdf
 
Objek dalam Penelitian Tindakan Kelas - smst VI
Objek dalam Penelitian Tindakan Kelas - smst VIObjek dalam Penelitian Tindakan Kelas - smst VI
Objek dalam Penelitian Tindakan Kelas - smst VI
 
LK 1.2 Eksplorasi Penyebab Masalah.pdf
LK 1.2 Eksplorasi Penyebab Masalah.pdfLK 1.2 Eksplorasi Penyebab Masalah.pdf
LK 1.2 Eksplorasi Penyebab Masalah.pdf
 
Ppt pemebelajaran terpadu model shared
Ppt pemebelajaran terpadu model sharedPpt pemebelajaran terpadu model shared
Ppt pemebelajaran terpadu model shared
 
faktor faktor yg mempengaruhi keberhasilan belajar mengajar
faktor faktor yg mempengaruhi keberhasilan belajar mengajarfaktor faktor yg mempengaruhi keberhasilan belajar mengajar
faktor faktor yg mempengaruhi keberhasilan belajar mengajar
 
Teori Piaget, Ausubel, dan Brunner
Teori Piaget, Ausubel, dan BrunnerTeori Piaget, Ausubel, dan Brunner
Teori Piaget, Ausubel, dan Brunner
 
LK. 2.1 Eksplorasi Alternatif Solusi.docx
LK. 2.1 Eksplorasi Alternatif Solusi.docxLK. 2.1 Eksplorasi Alternatif Solusi.docx
LK. 2.1 Eksplorasi Alternatif Solusi.docx
 
LK. 1.1. Identifikasi Masalah_ida nurlaila.pdf
LK. 1.1. Identifikasi Masalah_ida nurlaila.pdfLK. 1.1. Identifikasi Masalah_ida nurlaila.pdf
LK. 1.1. Identifikasi Masalah_ida nurlaila.pdf
 
LK 1.2 Eksplorasi Masalah.docx
LK 1.2  Eksplorasi Masalah.docxLK 1.2  Eksplorasi Masalah.docx
LK 1.2 Eksplorasi Masalah.docx
 
1. materi shared based on_fogarty_yunita
1. materi shared based on_fogarty_yunita1. materi shared based on_fogarty_yunita
1. materi shared based on_fogarty_yunita
 
Model-model Pengembangan Kurikulum
Model-model Pengembangan KurikulumModel-model Pengembangan Kurikulum
Model-model Pengembangan Kurikulum
 
Tugas rancangan media pembelajaran
Tugas rancangan media pembelajaranTugas rancangan media pembelajaran
Tugas rancangan media pembelajaran
 
Model pengembangan-kurikulum-taba
Model pengembangan-kurikulum-tabaModel pengembangan-kurikulum-taba
Model pengembangan-kurikulum-taba
 
Teori Belajar Kognitif dan Penerapannya dalam Pembelajaran
Teori Belajar Kognitif dan Penerapannya dalam PembelajaranTeori Belajar Kognitif dan Penerapannya dalam Pembelajaran
Teori Belajar Kognitif dan Penerapannya dalam Pembelajaran
 
Modul 3. pengembangan asesmen alternatif
Modul 3. pengembangan asesmen alternatifModul 3. pengembangan asesmen alternatif
Modul 3. pengembangan asesmen alternatif
 
Model pembelajaran clis
Model pembelajaran clisModel pembelajaran clis
Model pembelajaran clis
 

Similar to PBL Model

MAKALAH MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH ( PROBLEM BASED LEARNING ) TERLEN...
MAKALAH MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH ( PROBLEM BASED LEARNING ) TERLEN...MAKALAH MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH ( PROBLEM BASED LEARNING ) TERLEN...
MAKALAH MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH ( PROBLEM BASED LEARNING ) TERLEN...Musdalifah yusuf
 
PPT KELOMPOK 1_KONTEMPORER_PSPM A 2018.pptx
PPT KELOMPOK 1_KONTEMPORER_PSPM A 2018.pptxPPT KELOMPOK 1_KONTEMPORER_PSPM A 2018.pptx
PPT KELOMPOK 1_KONTEMPORER_PSPM A 2018.pptxWindySitanggang1
 
Best Practice Meningkatkan Motivasi dan Minat Belajar Peserta Didik.pdf
Best Practice  Meningkatkan Motivasi dan Minat Belajar Peserta Didik.pdfBest Practice  Meningkatkan Motivasi dan Minat Belajar Peserta Didik.pdf
Best Practice Meningkatkan Motivasi dan Minat Belajar Peserta Didik.pdfDwiAstuti765533
 
Model pembelajaran berbasis masalah 1
Model pembelajaran berbasis masalah 1Model pembelajaran berbasis masalah 1
Model pembelajaran berbasis masalah 1Taryadi Taryadi
 
Makalah dppm
Makalah dppmMakalah dppm
Makalah dppmaditin
 
PPT_MODEL_BERBASIS_MASALAH_pptx.pptx
PPT_MODEL_BERBASIS_MASALAH_pptx.pptxPPT_MODEL_BERBASIS_MASALAH_pptx.pptx
PPT_MODEL_BERBASIS_MASALAH_pptx.pptxdinariawansutopo1
 
1. Produk Buku Model CBL.pdf
1. Produk Buku Model CBL.pdf1. Produk Buku Model CBL.pdf
1. Produk Buku Model CBL.pdfssuserf1b2bd
 
PEMBELAJARAN MATEMATIKA BERBASIS MASALAH (Gina Nur Hidayani 0903655))
PEMBELAJARAN MATEMATIKA BERBASIS MASALAH (Gina Nur Hidayani 0903655))PEMBELAJARAN MATEMATIKA BERBASIS MASALAH (Gina Nur Hidayani 0903655))
PEMBELAJARAN MATEMATIKA BERBASIS MASALAH (Gina Nur Hidayani 0903655))Interest_Matematika_2011
 
Problem based learning
Problem based learningProblem based learning
Problem based learningZuha Farhana
 
Best Practice_Andrian.pdf
Best Practice_Andrian.pdfBest Practice_Andrian.pdf
Best Practice_Andrian.pdfandriansuhaimi
 
Makalah dppm
Makalah dppmMakalah dppm
Makalah dppmaditin
 
Model Pembelajaran Berbasis Masalah (PBL)
Model Pembelajaran Berbasis Masalah (PBL)Model Pembelajaran Berbasis Masalah (PBL)
Model Pembelajaran Berbasis Masalah (PBL)Andi Rafiah S
 
Miftahus Surur LK. 2.2 Menentukan Solusi.pdf
Miftahus Surur LK. 2.2 Menentukan Solusi.pdfMiftahus Surur LK. 2.2 Menentukan Solusi.pdf
Miftahus Surur LK. 2.2 Menentukan Solusi.pdfMiftahusSurur19
 
Model Pembelajaran Problem Based Leraning
Model Pembelajaran Problem Based LeraningModel Pembelajaran Problem Based Leraning
Model Pembelajaran Problem Based LeraningIka Rose
 
Makalah Pendekatan Pembelajaran dan RPP
Makalah Pendekatan Pembelajaran dan RPPMakalah Pendekatan Pembelajaran dan RPP
Makalah Pendekatan Pembelajaran dan RPPaditin
 

Similar to PBL Model (20)

MAKALAH MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH ( PROBLEM BASED LEARNING ) TERLEN...
MAKALAH MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH ( PROBLEM BASED LEARNING ) TERLEN...MAKALAH MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH ( PROBLEM BASED LEARNING ) TERLEN...
MAKALAH MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH ( PROBLEM BASED LEARNING ) TERLEN...
 
PPT KELOMPOK 1_KONTEMPORER_PSPM A 2018.pptx
PPT KELOMPOK 1_KONTEMPORER_PSPM A 2018.pptxPPT KELOMPOK 1_KONTEMPORER_PSPM A 2018.pptx
PPT KELOMPOK 1_KONTEMPORER_PSPM A 2018.pptx
 
Best Practice Meningkatkan Motivasi dan Minat Belajar Peserta Didik.pdf
Best Practice  Meningkatkan Motivasi dan Minat Belajar Peserta Didik.pdfBest Practice  Meningkatkan Motivasi dan Minat Belajar Peserta Didik.pdf
Best Practice Meningkatkan Motivasi dan Minat Belajar Peserta Didik.pdf
 
model pembelajaran berbasis masalah
model pembelajaran berbasis masalahmodel pembelajaran berbasis masalah
model pembelajaran berbasis masalah
 
Pbl
PblPbl
Pbl
 
Model pembelajaran berbasis masalah 1
Model pembelajaran berbasis masalah 1Model pembelajaran berbasis masalah 1
Model pembelajaran berbasis masalah 1
 
Bab.2.pdf
Bab.2.pdfBab.2.pdf
Bab.2.pdf
 
Makalah dppm
Makalah dppmMakalah dppm
Makalah dppm
 
PPT_MODEL_BERBASIS_MASALAH_pptx.pptx
PPT_MODEL_BERBASIS_MASALAH_pptx.pptxPPT_MODEL_BERBASIS_MASALAH_pptx.pptx
PPT_MODEL_BERBASIS_MASALAH_pptx.pptx
 
Bab ii ok
Bab ii okBab ii ok
Bab ii ok
 
1. Produk Buku Model CBL.pdf
1. Produk Buku Model CBL.pdf1. Produk Buku Model CBL.pdf
1. Produk Buku Model CBL.pdf
 
PEMBELAJARAN MATEMATIKA BERBASIS MASALAH (Gina Nur Hidayani 0903655))
PEMBELAJARAN MATEMATIKA BERBASIS MASALAH (Gina Nur Hidayani 0903655))PEMBELAJARAN MATEMATIKA BERBASIS MASALAH (Gina Nur Hidayani 0903655))
PEMBELAJARAN MATEMATIKA BERBASIS MASALAH (Gina Nur Hidayani 0903655))
 
Problem based learning
Problem based learningProblem based learning
Problem based learning
 
Best Practice_Andrian.pdf
Best Practice_Andrian.pdfBest Practice_Andrian.pdf
Best Practice_Andrian.pdf
 
Makalah dppm
Makalah dppmMakalah dppm
Makalah dppm
 
Model Pembelajaran Berbasis Masalah (PBL)
Model Pembelajaran Berbasis Masalah (PBL)Model Pembelajaran Berbasis Masalah (PBL)
Model Pembelajaran Berbasis Masalah (PBL)
 
Miftahus Surur LK. 2.2 Menentukan Solusi.pdf
Miftahus Surur LK. 2.2 Menentukan Solusi.pdfMiftahus Surur LK. 2.2 Menentukan Solusi.pdf
Miftahus Surur LK. 2.2 Menentukan Solusi.pdf
 
Kelompok ii pbl
Kelompok ii pblKelompok ii pbl
Kelompok ii pbl
 
Model Pembelajaran Problem Based Leraning
Model Pembelajaran Problem Based LeraningModel Pembelajaran Problem Based Leraning
Model Pembelajaran Problem Based Leraning
 
Makalah Pendekatan Pembelajaran dan RPP
Makalah Pendekatan Pembelajaran dan RPPMakalah Pendekatan Pembelajaran dan RPP
Makalah Pendekatan Pembelajaran dan RPP
 

More from sintaroyani

Makalah model pengawasan laku
Makalah model pengawasan lakuMakalah model pengawasan laku
Makalah model pengawasan lakusintaroyani
 
Model pencapaian konsep
Model pencapaian konsepModel pencapaian konsep
Model pencapaian konsepsintaroyani
 
Konsep pengayaan
Konsep pengayaan Konsep pengayaan
Konsep pengayaan sintaroyani
 
Teams games tournament 1
Teams games tournament 1Teams games tournament 1
Teams games tournament 1sintaroyani
 
Teams games tournamen
Teams games tournamenTeams games tournamen
Teams games tournamensintaroyani
 
Model pencapaian konsep
Model pencapaian konsepModel pencapaian konsep
Model pencapaian konsepsintaroyani
 
Makalah model konsiderasi
Makalah model konsiderasiMakalah model konsiderasi
Makalah model konsiderasisintaroyani
 
Makalah model pembelajaran nht
Makalah model pembelajaran nhtMakalah model pembelajaran nht
Makalah model pembelajaran nhtsintaroyani
 
Tesis Isi perkembangan peserta didik
Tesis Isi perkembangan peserta didikTesis Isi perkembangan peserta didik
Tesis Isi perkembangan peserta didiksintaroyani
 
Makna Psikologi Perkembangan Peserta Didik
Makna Psikologi Perkembangan Peserta DidikMakna Psikologi Perkembangan Peserta Didik
Makna Psikologi Perkembangan Peserta Didiksintaroyani
 
Ringkasan Materi Kuliah PERKEMBANGAN PESERTA DIDIK
Ringkasan Materi Kuliah PERKEMBANGAN  PESERTA DIDIKRingkasan Materi Kuliah PERKEMBANGAN  PESERTA DIDIK
Ringkasan Materi Kuliah PERKEMBANGAN PESERTA DIDIKsintaroyani
 
Buku Perkembangan Peserta Didik
Buku Perkembangan Peserta DidikBuku Perkembangan Peserta Didik
Buku Perkembangan Peserta Didiksintaroyani
 
Jurnal pendidikan maret 2011, volume 3 nomor 1
Jurnal pendidikan maret 2011, volume 3 nomor 1Jurnal pendidikan maret 2011, volume 3 nomor 1
Jurnal pendidikan maret 2011, volume 3 nomor 1sintaroyani
 

More from sintaroyani (16)

Makalah model pengawasan laku
Makalah model pengawasan lakuMakalah model pengawasan laku
Makalah model pengawasan laku
 
Model pencapaian konsep
Model pencapaian konsepModel pencapaian konsep
Model pencapaian konsep
 
Konsep pengayaan
Konsep pengayaan Konsep pengayaan
Konsep pengayaan
 
Teams games tournament 1
Teams games tournament 1Teams games tournament 1
Teams games tournament 1
 
Teams games tournamen
Teams games tournamenTeams games tournamen
Teams games tournamen
 
Synectik
SynectikSynectik
Synectik
 
Model pencapaian konsep
Model pencapaian konsepModel pencapaian konsep
Model pencapaian konsep
 
Model inquiry
Model inquiryModel inquiry
Model inquiry
 
Makalah model konsiderasi
Makalah model konsiderasiMakalah model konsiderasi
Makalah model konsiderasi
 
Makalah humas 1
Makalah humas 1Makalah humas 1
Makalah humas 1
 
Makalah model pembelajaran nht
Makalah model pembelajaran nhtMakalah model pembelajaran nht
Makalah model pembelajaran nht
 
Tesis Isi perkembangan peserta didik
Tesis Isi perkembangan peserta didikTesis Isi perkembangan peserta didik
Tesis Isi perkembangan peserta didik
 
Makna Psikologi Perkembangan Peserta Didik
Makna Psikologi Perkembangan Peserta DidikMakna Psikologi Perkembangan Peserta Didik
Makna Psikologi Perkembangan Peserta Didik
 
Ringkasan Materi Kuliah PERKEMBANGAN PESERTA DIDIK
Ringkasan Materi Kuliah PERKEMBANGAN  PESERTA DIDIKRingkasan Materi Kuliah PERKEMBANGAN  PESERTA DIDIK
Ringkasan Materi Kuliah PERKEMBANGAN PESERTA DIDIK
 
Buku Perkembangan Peserta Didik
Buku Perkembangan Peserta DidikBuku Perkembangan Peserta Didik
Buku Perkembangan Peserta Didik
 
Jurnal pendidikan maret 2011, volume 3 nomor 1
Jurnal pendidikan maret 2011, volume 3 nomor 1Jurnal pendidikan maret 2011, volume 3 nomor 1
Jurnal pendidikan maret 2011, volume 3 nomor 1
 

Recently uploaded

04-Gemelli.- kehamilan ganda- duo atau triplet
04-Gemelli.- kehamilan ganda- duo atau triplet04-Gemelli.- kehamilan ganda- duo atau triplet
04-Gemelli.- kehamilan ganda- duo atau tripletMelianaJayasaputra
 
Materi Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptx
Materi Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptxMateri Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptx
Materi Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptxRezaWahyuni6
 
Kelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdf
Kelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdfKelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdf
Kelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdfCloverash1
 
HARMONI DALAM EKOSISTEM KELAS V SEKOLAH DASAR.pdf
HARMONI DALAM EKOSISTEM KELAS V SEKOLAH DASAR.pdfHARMONI DALAM EKOSISTEM KELAS V SEKOLAH DASAR.pdf
HARMONI DALAM EKOSISTEM KELAS V SEKOLAH DASAR.pdfkustiyantidew94
 
adap penggunaan media sosial dalam kehidupan sehari-hari.pptx
adap penggunaan media sosial dalam kehidupan sehari-hari.pptxadap penggunaan media sosial dalam kehidupan sehari-hari.pptx
adap penggunaan media sosial dalam kehidupan sehari-hari.pptxmtsmampunbarub4
 
Topik 1 - Pengenalan Penghayatan Etika dan Peradaban Acuan Malaysia.pptx
Topik 1 - Pengenalan Penghayatan Etika dan Peradaban Acuan Malaysia.pptxTopik 1 - Pengenalan Penghayatan Etika dan Peradaban Acuan Malaysia.pptx
Topik 1 - Pengenalan Penghayatan Etika dan Peradaban Acuan Malaysia.pptxsyafnasir
 
PPT Integrasi Islam & Ilmu Pengetahuan.pptx
PPT Integrasi Islam & Ilmu Pengetahuan.pptxPPT Integrasi Islam & Ilmu Pengetahuan.pptx
PPT Integrasi Islam & Ilmu Pengetahuan.pptxnerow98
 
Jurnal Dwi mingguan modul 1.2-gurupenggerak.pptx
Jurnal Dwi mingguan modul 1.2-gurupenggerak.pptxJurnal Dwi mingguan modul 1.2-gurupenggerak.pptx
Jurnal Dwi mingguan modul 1.2-gurupenggerak.pptxBambang440423
 
Kelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdf
Kelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdfKelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdf
Kelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdftsaniasalftn18
 
Model Manajemen Strategi Public Relations
Model Manajemen Strategi Public RelationsModel Manajemen Strategi Public Relations
Model Manajemen Strategi Public RelationsAdePutraTunggali
 
alat-alat liturgi dalam Gereja Katolik.pptx
alat-alat liturgi dalam Gereja Katolik.pptxalat-alat liturgi dalam Gereja Katolik.pptx
alat-alat liturgi dalam Gereja Katolik.pptxRioNahak1
 
polinomial dan suku banyak kelas 11..ppt
polinomial dan suku banyak kelas 11..pptpolinomial dan suku banyak kelas 11..ppt
polinomial dan suku banyak kelas 11..pptGirl38
 
MATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATAS
MATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATASMATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATAS
MATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATASKurniawan Dirham
 
Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5
Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5
Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5KIKI TRISNA MUKTI
 
PPT Materi Jenis - Jenis Alat Pembayaran Tunai dan Non-tunai.pptx
PPT Materi Jenis - Jenis Alat Pembayaran Tunai dan Non-tunai.pptxPPT Materi Jenis - Jenis Alat Pembayaran Tunai dan Non-tunai.pptx
PPT Materi Jenis - Jenis Alat Pembayaran Tunai dan Non-tunai.pptxHeruFebrianto3
 
Membuat Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di dalam Kelas
Membuat Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di dalam KelasMembuat Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di dalam Kelas
Membuat Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di dalam KelasHardaminOde2
 
Edukasi Haji 2023 pembinaan jemaah hajii
Edukasi Haji 2023 pembinaan jemaah hajiiEdukasi Haji 2023 pembinaan jemaah hajii
Edukasi Haji 2023 pembinaan jemaah hajiiIntanHanifah4
 
Lembar Observasi Pembelajaran di Kelas.docx
Lembar Observasi Pembelajaran di  Kelas.docxLembar Observasi Pembelajaran di  Kelas.docx
Lembar Observasi Pembelajaran di Kelas.docxbkandrisaputra
 
Kelompok 4 : Karakteristik Negara Inggris
Kelompok 4 : Karakteristik Negara InggrisKelompok 4 : Karakteristik Negara Inggris
Kelompok 4 : Karakteristik Negara InggrisNazla aulia
 
Materi Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptx
Materi Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptxMateri Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptx
Materi Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptxRezaWahyuni6
 

Recently uploaded (20)

04-Gemelli.- kehamilan ganda- duo atau triplet
04-Gemelli.- kehamilan ganda- duo atau triplet04-Gemelli.- kehamilan ganda- duo atau triplet
04-Gemelli.- kehamilan ganda- duo atau triplet
 
Materi Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptx
Materi Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptxMateri Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptx
Materi Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptx
 
Kelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdf
Kelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdfKelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdf
Kelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdf
 
HARMONI DALAM EKOSISTEM KELAS V SEKOLAH DASAR.pdf
HARMONI DALAM EKOSISTEM KELAS V SEKOLAH DASAR.pdfHARMONI DALAM EKOSISTEM KELAS V SEKOLAH DASAR.pdf
HARMONI DALAM EKOSISTEM KELAS V SEKOLAH DASAR.pdf
 
adap penggunaan media sosial dalam kehidupan sehari-hari.pptx
adap penggunaan media sosial dalam kehidupan sehari-hari.pptxadap penggunaan media sosial dalam kehidupan sehari-hari.pptx
adap penggunaan media sosial dalam kehidupan sehari-hari.pptx
 
Topik 1 - Pengenalan Penghayatan Etika dan Peradaban Acuan Malaysia.pptx
Topik 1 - Pengenalan Penghayatan Etika dan Peradaban Acuan Malaysia.pptxTopik 1 - Pengenalan Penghayatan Etika dan Peradaban Acuan Malaysia.pptx
Topik 1 - Pengenalan Penghayatan Etika dan Peradaban Acuan Malaysia.pptx
 
PPT Integrasi Islam & Ilmu Pengetahuan.pptx
PPT Integrasi Islam & Ilmu Pengetahuan.pptxPPT Integrasi Islam & Ilmu Pengetahuan.pptx
PPT Integrasi Islam & Ilmu Pengetahuan.pptx
 
Jurnal Dwi mingguan modul 1.2-gurupenggerak.pptx
Jurnal Dwi mingguan modul 1.2-gurupenggerak.pptxJurnal Dwi mingguan modul 1.2-gurupenggerak.pptx
Jurnal Dwi mingguan modul 1.2-gurupenggerak.pptx
 
Kelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdf
Kelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdfKelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdf
Kelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdf
 
Model Manajemen Strategi Public Relations
Model Manajemen Strategi Public RelationsModel Manajemen Strategi Public Relations
Model Manajemen Strategi Public Relations
 
alat-alat liturgi dalam Gereja Katolik.pptx
alat-alat liturgi dalam Gereja Katolik.pptxalat-alat liturgi dalam Gereja Katolik.pptx
alat-alat liturgi dalam Gereja Katolik.pptx
 
polinomial dan suku banyak kelas 11..ppt
polinomial dan suku banyak kelas 11..pptpolinomial dan suku banyak kelas 11..ppt
polinomial dan suku banyak kelas 11..ppt
 
MATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATAS
MATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATASMATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATAS
MATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATAS
 
Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5
Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5
Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5
 
PPT Materi Jenis - Jenis Alat Pembayaran Tunai dan Non-tunai.pptx
PPT Materi Jenis - Jenis Alat Pembayaran Tunai dan Non-tunai.pptxPPT Materi Jenis - Jenis Alat Pembayaran Tunai dan Non-tunai.pptx
PPT Materi Jenis - Jenis Alat Pembayaran Tunai dan Non-tunai.pptx
 
Membuat Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di dalam Kelas
Membuat Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di dalam KelasMembuat Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di dalam Kelas
Membuat Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di dalam Kelas
 
Edukasi Haji 2023 pembinaan jemaah hajii
Edukasi Haji 2023 pembinaan jemaah hajiiEdukasi Haji 2023 pembinaan jemaah hajii
Edukasi Haji 2023 pembinaan jemaah hajii
 
Lembar Observasi Pembelajaran di Kelas.docx
Lembar Observasi Pembelajaran di  Kelas.docxLembar Observasi Pembelajaran di  Kelas.docx
Lembar Observasi Pembelajaran di Kelas.docx
 
Kelompok 4 : Karakteristik Negara Inggris
Kelompok 4 : Karakteristik Negara InggrisKelompok 4 : Karakteristik Negara Inggris
Kelompok 4 : Karakteristik Negara Inggris
 
Materi Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptx
Materi Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptxMateri Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptx
Materi Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptx
 

PBL Model

  • 1. 1 MAKALAH MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH (PROBLEM-BASED LEARNING) Disusun oleh : Kelompok IV Agustin Setiani (RSA1C317016) Febryanti Violita (RSA1C317014) Dosen pengampu: Dwi Agus Kurniawan, S.pd., M.Pd. PROGRAM STUDI PENDIDIKAN FISIKA PGMIPA-U JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS JAMBI 2018
  • 2. 2 KATA PENGANTAR Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan kami kemudahan sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan tepat waktu. Tanpa pertolongan-Nya tentunya kami tidak akan sanggup untuk menyelesaikan makalah ini dengan baik. Shalawat serta salam semoga terlimpah curahkan kepada baginda tercinta kita yaitu Nabi Muhammad SAW yang kita nanti-natikan syafa’atnya di akhirat nanti. Penulis mengucapkan syukur kepada Allah SWT atas limpahan nikmat sehat-Nya, baik itu berupa sehar fisik maupun akal pikiran, sehingga penulis mampu untuk menyelesaikan pembuatan makalah dari mata kuliah Strategi belajar dan mengajar fisika “Model pembelajaran berbasis masalah ( problem – based learning )”. Penulis tentu menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna dan masih banyak terdapat kesalahan serta kekurangan di dalamnya. Untuk itu, penulis mengharapkan kritik serta saran dari pembaca untuk makalah ini, supaya makalah ini nantinya dapat menjadi makalah yang lebih baik lagi. Demikian, dan apabila terdapat banyak kesalahan pada makalah ini penulis mohon maaf yang sebesar-besarnya. Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak khususnya kepada guru Bahasa Indonesia kami Bapak Tanjun yang telah membimbing kami dalam menulis makalah ini.Demikian, semoga makalah ini dapat bermanfaat. Terima kasih. Jambi , 31 oktober 2018 Penyusun
  • 3. 3 DAFTAR ISI KATA PENGANTAR DAFTAR ISI BAB I : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang..................................................................................................1 1.2 Tujuan...............................................................................................................2 BAB II : LITERATUR 2.1 Kajian Pustaka 2.1.1 Pengertian Problem-Based Learning (PBL) ..................................................3 2.1.2 Tujuan Pembelajaran Problem-Based Learning (PBL) ................................6 2.1.3 Karakteristik Problem-Based Learning (PBL) .............................................7 2.1.4 Kelebihan Problem-Based Learning (PBL) ................................................. 7 2.1.5 Kekurangan Problem-Based Learning (PBL) ...............................................8 2.1.6 Metode Pengajaran Sintaks Problem-Baseb Learning (PBL)......................10 2.1.7 Metode Pengajaran Sistem Sosial Problem-Baseb Learning (PBL)............13 2.1.8 Metode Pengajaran Prinsip-Prinsip Reaksi Problem-Baseb Learning (PBL) .....................................................................................................................14 2.1.9 Metode Pengajaran Sistem Pendukung Problem-Baseb Learning (PBL)....15 2.2 Kajian Kritis....................................................................................................18 BAB III : PENUTUP 3.1 Kesimpulan..................................................................................................... 21 3.2 Saran................................................................................................................22
  • 4. 4 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada proses pembelajaran di kelas hingga saat ini masih juga ditemukan pengajar yang memposisikan peserta didik sebagai objek belajar, bukan sebagai individu yang harus dikembangkan potensi yang dimilikinya. Hal ini dapat mematikan potensi peserta didik. Dan dalam keadaan tersebut peserta didik hanya mendengarkan pidato guru di depan kelas, sehingga mudah sekali peserta didik merasa bosan dengan materi yang diberikan. Akibatnya, peserta didik tidak paham dengan apa yang baru saja disampaikan oleh guru. Pada model pembelajaran berbasis masalah berbeda dengan model pembelajaran yang lainnya, dalam model pembelajaran ini, peranan guru adalah menyodorkan berbagai masalah, memberikan pertanyaan, dan memfasilitasi investigasi dan dialog. Guru memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk menetapkan topik masalah yang akan dibahas, walaupun sebenarnya guru telah menetapkan topik masalah apa yang harus dibahas. Hal yang paling utama adalah guru menyediakan perancah atau kerangka pendukung yang dapat meningkatkan kemampuan penyelidikan dan intelegensi peserta didik dalam berpikir. Proses pembelajaran diarahkan agar peserta didik mampu menyelesaikan masalah secara sistematis dan logis. Model pembelajaran ini dapat terjadi jika guru dapat menciptakan lingkungan kelas yang terbuka dan jujur, karena kelas itu sendiri merupakan tempat pertukaran ide-ide peserta didik dalam menanggapi berbagai masalah. Jika dilihat dari sudut pandang psikologi belajar, model pembelajaran ini berdasarkan pada psikologi kognitif yang berakar dari asumsi bahwa belajar adalah proses perubahan tingkah laku berkat adanya pengalaman. Melalui model pembelajaran ini peserta didik dapat berkembang secara utuh, artinya bukan hanya
  • 5. 5 perkembangan kognitif, tetapi peserta didik juga akan berkembang dalam bidang affektif dan psikomotorik secara otomatis melalui masalah yang dihadapi. Model pembelajaran berbasis masalah mengambil psikologi kognitif sebagai dukungan teoritisnya. Fokus pembelajaran pada model ini menekankan pada apa yang peserta didik pikirkan selama mereka terlibat dalam proses pembelajaran, bukan pada apa yang mereka kerjakan dalam proses pembelajaran. Seperti halnya model pembelajaran kooperatif, model pembelajaran berbasis masalah ini menemukan akar intelektualnya dalam karya John Dewey. Di dalam Democracy and Education (1916), Dewey mendiskripsikan pandangan tentang pendidikan dengan sekolah sebagai cermin masyarakat yang lebih besar dan kelas akan menjadi laboratorium untuk penyelidikan dan pengentasan masalah kehidupan nyata. Pedagogis Dewey mendorong guru untuk melibatkan peserta didik dalam berbagai proyek berorientasi masalah dan membantu mereka menyelidiki berbagai masalah sosial dan intelektual penting. 1.2 Tujuan Tujuan penulisan makalah ini tidak lain adalah untuk mengetahui : 1. Pengertian Problem-Based Learning 2. Tujuan Problem-Based Learning 3. Karakteristik Problem-Based Learning 4. Langkah-Langkah Problem-Based Learning 5. Peran Problem-Based Learning 6. Penggunaan Problem-Based Learning 7. Kelebihan Problem-Based Learning 8. Kekurangan Problem-Based Learning
  • 6. 6 BAB II LITERATUR 2.1 Kajian Pustaka 2.1.1 Pengertian Problem Based Learning (PBL) Pembelajaran adalah interaksi antara pendidik , peserta didik, dan sumber belajar di dalam lingkungan belajar tertentu. Belajar merupakan proses perubahan perilaku yang relative permanen sebagi akibat dari pengalaman dan adanya perubahan jangka panjang dalam representasi atau asosiasi mental sebagai hasil dari pengalaman. Definisi belajar cukup banyak, perbedaan tersebut karena adanya perbedaan perspektif dari berbagai teori berkembang . Teori-teori tersebut di antaranya behaviorisme ,kognitivisme maupun konstruktivisme, sehingga masing-masing paham menimbulkan implikasi yang berbeda juga pada proses belajar mengajar. Model problem based-learning sebagai tipe pembelajaran konstruktif yang dapat meningkatkan dan menumbuhkan kemampuan berpikir kristis dan kreatif dimana tujuan akhirnya ialah untuk membentuk kemampuan pemecahan masalah seseorang dan mampu mengambil keputusan yang beralasan di dalam situasi asing (Huriah , 2018, p. 1 dan 11). Pembelajaran berbasis masalah (PBL) adalah strategi pembelajaran yang menarik. Daripada membaca atau mendengar tentang fakta dan konsep yang mendefinisikan bidang studi akademik, siswa memecahkan masalah realistis (meskipun, simulasi) yang mencerminkan keputusan dan dilema wajah orang setiap hari Banyak yang berpendapat bahwa PBL adalah strategi pembelajaran yang kuat dan menarik yang mengarah pada pembelajaran berkelanjutan dan dapat dipindah tangankan (Mergendoller, 2006, p.2). Problem-based learning (PBL) is an appéaling instructional strategy. Rather than reading or hearing about the facts and concepts that define an academic field of study, students solve realistic (albeit,simulated) problems that reflect the decisions and dilemmas peo- ple face every day Many argue that PBL is a
  • 7. 7 powerful and engaging learning strategy that leads to sustained and transferable learning. Problem-based learning adalah sebuah model pembelajran yang beorientasi untuk memecahkan masalah. PBL sebagai model pembelajaran berusaha meneguhkan berbagai situasi bermasalah yangauntentik dan bermakna kepadasiswa,yang dapat berfungsikan dalam melakukan penyelidikan. Dalam proses PBL dilakukan sebagai kolaboratif,dimana siswa belajar dalam kelompok kecil yangterfasilitasi, sebagaimana mereka bekerja secara individu (Muniroh, 2015, p. 37). PBL merupakan suatu model pembelajaran dimana peserta didik mengerjakan permasalahan yang otentik dengan maksud untuk menyusun pengetahuan mereka sendiri, mengembangkan inkuiri dan ketrampilan lebih tinggi, mengembangkan kemandirian dan percaya diri. Dengan demikian PBL merupakan suatu model instruksional antara guru dengan peserta didik melalui pemecahan masalah berdasarkan pengalaman peserta didik itu sendiri. Peserta didik dalam PBL diberi kesempatan untuk mengembangkan kemampuannya dalam berpikir. Sedangkan guru hanya berperan fasilitator, dalam hal ini memfasilitasi konstruksi dalam mengkolaborasi pengetahuan peserta didik. Diharapkan nantinya dengan model ini peserta didik mampu menyelesaikan permasalahan yang dihadapi berdasarkan pengalamannya. (Hariyati et all, 2013, p.723). Pembelajaran berbasis masalah adalah salah satu yang paling baik dijelaskan metode pembelajaran interaktif, dan banyak klaim itu lebih efektif daripada metode tradisional dalam hal kemampuan belajar sepanjang hayat, dan lebih menyenangkan. Di awal 1990-an, empat tinjauan sistematis medi sarjana. Pendidikan cal berhati-hati mendukung jangka pendek dan hasil jangka panjang dari pembelajaran berbasis masalah dibandingkan dengan pembelajaran tradisional. Sejak itu, banyak kurikulum medis telah berubah menjadi masalah berdasarkan pembelajaran, tetapi ulasan terbaru telah mempertanyakan nilai pembelajaran berbasis masalah di tingkat sarjana pendidikan kedokteran.
  • 8. 8 Pendidikan kedokteran pascasarjana dan berkelanjutan berbeda dari pendidikan sarjana di mana mereka pergi di luar peningkatan pengetahuan dan keterampilan untuk meningkatkan kompetensi dokter dan kinerja dalam praktik, akhirnya mengarah ke kesehatan pasien yang lebih baik. Masalah pembelajaran berbasis mungkin juga efektif dalam konteks ini. Ada beberapa bukti bahwa sesi interaktif bisa mengubah praktik profesional, tetapi ada beberapa uji coba yang dilakukan dengan baik. Kami tidak dapat menemukan ulasan tentang efektivitas pembelajaran berbasis masalah dalam melanjutkan medis pendidikan. Studi evaluasi yang terkendali menyediakan bukti terbaik tentang efektivitas metode pendidikan, sejalan dengan pergerakan bukti medis terbaik education. Oleh karena itu kami melakukan sistematis tinjauan literatur untuk mencari tahu apakah ada bukti bahwa pembelajaran berbasis masalah dalam melanjutkan medis pendidikan itu efektif (Smitts , 2002, p.153). Problem based learning is one of the best described methods of interactive learning, and many claim it is more effective than traditional methods in terms of lifelong learning skills, and is more fun. In the early 1990s, four systematic reviews of undergraduate medical education cautiously supported the short term andlong term outcomes of problem based learning compared with traditional learning.Since then, many medical curricula have changed to problembased learning, but a recent review has questioned the value of problem based learning in undergraduate medical education. Postgraduate and continuing medical education differ from undergraduate education in that they go beyond increasing knowledge and skills to improving physician competence and performance in practice, ultimately leading to better patient health.Problem based learning may also be effective in this context. There is some evidence that interactive sessions can change professional practice, but there have been few well conducted trials. We could find no reviews of the effectiveness of problem based learning in continuing medical education. Controlled evaluation studies provide the best evidence of effectiveness of educational methods, in line with the movement of best evidence medical education. We therefore conducted a systematic review of the
  • 9. 9 literature to find out if there is evidence that problem based learning in continuing medical education is effective. Belajar berdasarkan masalah atau PBL adalah startegi pembelajaran yang dasar filosofinya konstruktivisme. PBL dirancang berdasarkan masalah riil kehidupan yang bersifat ill-structured, terbuka, dan mendua PBL dapat membangkitkan minat siswa, nyata, dan sesuai untuk membangun kemampuan intelektual. bahwa PBL dapat melatih kecakapan berpikir tingkat tinggi siswa (Arnyana, 2006, p.501). Pembelajaran berbasis masalah pada tingkat yang paling mendasar adalah metode pembelajaran yang ditandai dengan penggunaan siswa untuk belajar keterampilan pemecahan masalah dan memperoleh pengetahuan tentang dasar dan ilmu klinis. “Garis besar dasar dari proses pembelajaran berbasis masalah adalah menghadapi masalah pertama, pemecahan masalah dengan keterampilan penalaran klinis dan mengidentifikasi kebutuhan belajar dalam proses interaktif, belajar mandiri, menerapkan pengetahuan yang baru diperoleh untuk masalah, dan meringkas apa yang telah dipelajari” (Albanese dan Mitcell , 1993, p.53). Difining what exactly constitutes PBL was a confusing and somewhat contentioustask.The complexity of defining PBL is reflected in the fact that barrows (1986) felt it necessary to develop a taxonomy of PBL types to help clarify the situation.The following constitutes our best attempt at synthesizing a definition from key sources. Problem-based learning at its most fundamental level is an instructional method characterized by the use of students to learn problem solving skills and acquire knowledge about the basic and the clinical sciences. “The basic outline of the problem-based learning process is encountering the problem first, problem-solving with clinical reasoning skills and identifying learning needs in an interactive process, self study, applying newly gained knowledge to the problem, and summarizing what has been learned. 2.1.2 Tujuan Pembelajaran Problem-Based Learning (PBL) Menurut Huriah (2018, p. 11) Tujuan problem based learning, diantaranya : 1. Menghasilkan pengetahuan yang terpadu, diterapkan dan cakupan pembelajaran yang luas 2. Mengembangkan kemandirian, dan keterampilan di dalam belajar seumur hidup
  • 10. 10 3. Mengembangkan keterampilan praktis seseorang, profesional, dan interpersonal 4. Mengembangkan motivasi belajar, bertanya, dan memahami 5. Awal masuk situasi ke dalambudaya dan nilai-nilai kesehatan dan menumbuhkan kepedulian sosial dan sikap profesional 6. Mengembangkan kerja sama dan keterampilan secara tim 7. Meningkatkan kemampuan beradaptasi dan berpartisipasi dalam perubahan 8. Mengembangkan kemampuan pemecahan masalah, mengambil keputusan dalam situasi asing 9. Meningkatkan kemampuan seseorang di dalam berfikir kritis dan berfikir kreatif. 2.1.3 Karakteristik Problem-Based Learning (PBL) Menurut (Sudewi et all, 2014, p. 2-3) karakteristik Problem-Based Learning sebagai berikut . 1. Proses pembelajaran bersifat student-centered, 2. Proses pembelajaran berlangsung pada kelompok kecil, 3. Guru berperan sebagai fasilitator atau pembimbing, 4. Permasalahan-permasalahan yang disajikan merupakan stimulus pembelajaran, 5. Informasi barudiperoleh dari belajar secara mandiri (self-directed learning), dan 6. Masalah merupakan wahana untuk mengembangkan keterampilan pemecahan masalah. 2.1.4 Kelebihan Problem-Based Learning (PBL) Menurut Huriah (2018, p.23) Kelebihan problem based learning : a. PBL berpusat pada mahasiswa: memotivasi pembelajaran aktif, meningkatkan pemahaman, dan stimulus seseorang untuk terus belajar selama hidupnya. b. Kompetensi umum : PBL memfasilitasi mahasiswa untuk mengembangkan sikap dan keterampilan umum yang dikehendaki di masa mendatang c. Integrasi : PBL memfasilitasi integrasi kurikulum inti d. Motivasi : PBLmenyenangkan bagi tutor dan mahasiswa serta prosesnya melibatkan mahasiswa dalam proses pembelajaran e. Pembelajaran mendalam : PBL meningkatkan kemampuan pemahaman mendalam bagi mahasiswa
  • 11. 11 f. Pendekatan kontrukstif : mahasiswa aktif berdasarkan pengetahuan dan membangun kerangka konseptual dari pengetahuan tersebut Menurut Sudewi (2014, p.3) keuntungan model PBL adalah: (1) Menyediakan kesempatan kepada peserta didik untuk melakukan penelitian; (2) Membangun keterampilan berpikir kritis; (3) Mengenal content materi subyek dan membangun tujuan sesuai konsep; (4) Memberdayakan peserta didik menjadi seseorang ahli dalam bidang tertentu; (5) Memungkinkan peserta didik menghasilkan lebih dari satu bentuk solusi; (6) Menyatakan ketidaktentuan dan kebutuhan untuk mengembangkan asumsi; dan (7) Memotivasi peserta didik belajar. Menurut Wasonowati (2014, p.68) Model PBL dipilih karena mempunyai beberapa kelebihan, antara lain adalah: 1) Pemecahan masalah yang diberikan dapat menantang dan membangkitkan kemampuan berpikir kritis siswa serta memberikan kepuasan untuk menemukan suatu pengetahuan baru, 2) Pembelajaran dengan model PBL dianggap lebih menyenangkan dan lebih disukai siswa, 3) Model PBL dapat meningkatkan aktivitas siswa dalam proses pembelajaran, dan 4) Model PBL dapat memberikan kesempatan siswa untuk menerapkan pengetahuan yang mereka miliki ke dalam dunia nyata. 2.1.5 Kekurangan Problem-Based Learning (PBL) Menurut Huriah (2018, p. 23) Kekurangan Problem based learning : a. Tutor yang tidak dapat mengajar : tutor merasa nyaman dengan metode tradisional sehingga kemungkinan PBL akan terasa membosankan dan sulit b. Sumber daya manusia : lebih banyak staf yang terlibat dalam proses turorial ini
  • 12. 12 c. Sumber-sumber lain : sebagian besar mahasiswa memerlukan akses pada perpustakaan yang sama dan internet secara bersamaan pula d. Model peran : kemungkinan mahasiswa mengalami kekurangan akses pada dosen yang berkualitas dimana dalam kurikulum tradisional memberikan kuliah dalam kelompok besar e. Informasi berlebihan : mahasiswa kemungkinan tidak yankin dengan seberapa banyak belajar mandiri yang diperlukan dan informasi apa yang relevan dan berguna. Menurut Baden dan Wilkie (2006, p.4) Banyak kekhawatiran yang dikemukakan oleh para delegasi pada konferensi pembelajaran berbasis masalah di seluruh dunia termasuk apakah PBL-online akan :  Mempengaruhi keberadaan pembelajaran berbasis masalah tatap muka karena PBL-online akan dilihat sebagai tujuan biaya yang lebih efektif  Menghilangkan beberapa tujuan asli dari pembelajaran berbasis masalah karena beberapa bentuk pembelajaran berbasis masalah online cenderung fokus pada pemecahan masalah yang ditetapkan secara sempit yang gagal mendorong siswa untuk menjadi penanya independen yang memiliki pembelajaran sendiri.  Mengurangi dampak pembelajaran dalam tim, dalam hal siswa belajar untuk bekerja meskipun kesulitan tim dan konflik dalam cara yang dibutuhkan pembelajaran berbasis masalah tatap muka. Many of the concerns raised by delegates at problem-based learning conferences around the world include whether PBLonline will :  Affect the existence of face-to-face problem-based learning sincePBLonline will be seen as being more cost effective  Destroy some of the original aims of problem-based learning since some forms of online problem-based learning tend to focus on solving narrowly defined problems that fail to encourage student to be independent inquirers who own their learning  Reduce the impact of learning in teams, in terms of students learning to work though team difficulties and conflicts in the way required by face-to-face problem-based learning.
  • 13. 13 2.1.6 Model Pengajaran Sintaks Problem-Based Learning (PBL) Menurut Eggen and Kauchak (2016, p. 308) Merencanakan pelajaran untuk Pembelajaran Berbasis-Masalah tak jauh beda dengan merencanakan pelajaran untuk Pembelajaran Berbasis-Masalah. Akan tetapi, “topik” Anda lebih kompleks dan abstrak dibandingkan mengajarkan satu konsep. Model ini dimulai dengan menghadapkan (menghadapi adalah makna penggunaannya dalam penelitian ilmiah- lebih memperjelas sesuatu yang akan dipelajari bukannya menghadapinya dalam gerakan yang agak tidak baik yang diajarkan kepada para pendebat) para mahasiswa dengan masalah menstimulasi. Konfrontasi dapat disajikan secara verbal, ataumungkin menjadi pengalaman nyata; konfrontasi dapat muncul secara alamiah, atau dapat disajikan oleh guru. Jika siswa-siswa bereaksi, guru mendasarkan perhatiannya pada perbedaan- perbedaan dalam reaksi mereka- pendirian apa yang mereka ambil, apa yang mereka pahami, bagaimana mereka mengatur segala hal, dan apa yang mereka rasakan. Ketika siswa-siswa mulai tertarik pada perbedaan dalam reaksi, guru menarik para siswa ke arah perumusan dan penyusunan masalah untuk diri mereka sendiri. Kemudian, para siswa menganalisis peran-peran yang diperlukan, mengatur diri mereka sendiri, bertindak, dan melaporkan hasilnya. Akhirnya, kelompok mengevaluasi solusinya dalam hal tujuan aslinya. Siklus berulang dengan sendirinya, baik berhadapan dengan yang lain atau dengan masalah lain yang menumbuhkan investigasi dengan sendirinya (Joyce et all, 2016, p.401). Merencanakan Pelajaran untuk Pembelajaran Berbasis-Masalah Mengidentifikasi topik Menentukan tujuan belajar Mengidentifikasi masalah Mengakses materi
  • 14. 14 Menurut Neville (2008, p.3-4) Sebagai pemikiran terakhir dalam penyelesaian perdebatan antara mereka yang baik untuk atau melawan konstruktivis. Dengan pendekatan PBL, seseorang sebenarnya bisa mempertimbangkan penggunaan yang sebenarnya dari kasus tutorial sebagai fokus untuk belajar. Argumen utama dari anticonstructivists adalah bahwa pemecahan masalah. Pencarian adalah cara yang tidak efisien untuk mengubah ingatan jangka panjang karena fungsinya adalah mencari solusi masalah, bukan mengubah memori jangka panjang. Dengan kata lain, masalah terpecahkan mencari overburdens kapasitas memori kerja yang terbatas. Namun, proses mengerjakan kasus tutorial dalam lingkungan PBL jauh melampaui sekadar mencoba memecahkan masalah. Schmidt menjelaskan proses 7 langkah yang melambangkan proses PBL:  Mengklarifikasi dan menyetujui definisi kerja yang tidak jelas istilah dan konsep;  Mendefinisikan masalah, menyetujui fenomena apa yang diperlukan penjelasan;  Menganalisis implikasi komponen, penjelasan yang disarankan (melalui brainstorming) dan mengembangkan hipotesis kerja;  Mendiskusikan, mengevaluasi, dan mengatur penjelasan yang mungkin dalam hipotesis kerja;  Menghasilkan dan memprioritaskan tujuan pembelajaran;  Pergi dan meneliti tujuan-tujuan ini di antara tutorial;  Melaporkan kembali pada tutorial berikutnya, mensintesis penjelasan komprehensif tentang fenomena dan pengajuan kembali disintesis informasi yang baru diperoleh untuk masalah. As a final thought in the resolution of the debate between those who are either for or against a constructivist PBL approach, one could in fact consider the actual use of the tutorial case as focus for learning. The main argument of the anticonstructivists is that a problem-solving search is an inefficient way of altering long-term memory because its function is to find a problem solution, not alter long- term memory. In other words, a problemsolving search overburdens limited working memory capacity.
  • 15. 15 However, the process of working on a tutorial case in a PBL environment goes far beyond simply trying to solve a problem. Schmidt described a 7-step process that typifies the PBL process:  Clarifying and agreeing on working definitions of unclear terms and concepts ;  Defining the problems, agreeing which phenomena require explanation ;  Analyzing component implications, suggested explanations (through brainstorming) and developing a working hypothesis;  Discussing, evaluating and arranging the possible explanations in a working hypothesis ;  Generating and prioritizing learning objectives;  Going away and researching these objectives between tutorials ;  Reporting back at the next tutorial,synthesizing a comprehensive explanation of the phenomena and reapplying synthesized newly acquired information to the problems. Menurut Sadia (2007, p.6-7 ) Langkah-langkah yang perlu diperhatikan dalam merancang program pembelajaran problem based learning sehingga proses pembelajaran benar-benar menjadi berpusat pada siswa (student- centered) adalah sebagai berikut. 1) Fokuskan permasalahan (problem) sekitar pembelajaran konsep-konsep sains yang esensial dan strategis. 2) Berikan kesempatan kepada siswa untuk mengevaluasi gagasannya melalui eksperiment atau studi lapangan. Siswa akan menggali data-data yang diperlukan untuk memecahlkan masalah yang dihadapinya. 3) Berikan kesempatan kepada siswa untuk mengelola data yang mereka miliki, yang merupakan proses latihan metakognisi. 4) Berikan kesempatan kepada mahasiswa untuk mempresentasikan solusi- solusi yang mereka kemukakan. Penyajiannya dapat dilakukan dalam bentuk seminar atau publikasi (jurnal ilmiah) atau dalam bentuk penyajian poster. Menurut Muniroh (2015,p. 41) Ada beragam pendapat dalam mengungkapkan tahapan pembelajaran PBL, yang mempunyai karakteristiknya masing-masing,
  • 16. 16 kelebihan dan kekurangan. menunjukkan setidaknya ada lima sintaks pembelajaran berbasis masalah, seperti di bawah ini : 1. Mengorientasi siswa pada permasalahannya 2. Mengorganisasikan siswa untuk meneliti 3. Membantu penyelidikan mandiri dan kelompok 4. Mengembangkan dan mempersentasikan exhibit dan artefak 5. Menganalisis dan mengevaluasi proses pemecahan masalah 2.1.7 Metode Pengajaran Sistem Sosial Problem-Based Learning (PBL) Sistem sosial bersifat demokratis, dipandu oleh keputusan-keputusan yang dikembangkan dari, atau setidaknya divalidasi oleh, pengalaman kelompok- dalam batas-batas dan dalam hubungan dengan fenomena membingungkan yang diidentifikasi oleh guru sebagai objek untuk kajian. Kegiatan-kegiatan kelompok muncul dengan jumlah struktur eksternal minimal yang diberikan oleh guru. Siswa dan guru memiliki status sama kecuali untuk perbedaan-perbedaan peran. Situasi tersebut merupakan salah satu dari alasan dan negoisasi (Joyce et all, 2016, p.402). Dalam tahap kedua pembelajaran berbasis masalah, ketika kelas sedang memecahkan masalah, guru bertindak sebagai pemandu, atau fasilitator. Guru mengatur klimaks, membantu siswa untuk terhubung ke permasalahan, mengatur struktur kerja, mengulas permasalahan siswa, mengulas kembali permasalahan siswa, memfasilitasi produksi produk atau kinerja dan mendorongnya untuk menemukan solusi dengan sendirinya. Di sini, sebagian besar pekerjaan dilakukan di belakang panggung. Instruktur harus memeriksa sumber daya yang tersedia untuk penelitian dan memperingatkan personil sekolah jika mereka akan diaktivasi oleh siswa. Jika bagian dari pekerjaan siswa akan menjadi presentasi sebelum dewan kota, dewan sekolah, atau kelompok lain, guru prerlu mengukur penerimaan kelompok- kelompok ini ketika didekati oleh siswa (Delisle ,1997, p.16).
  • 17. 17 2.1.8 Metode Pengajaran Prinsip-Prinsip Reaksi Problem-Based Learning (PBL) Menurut Joyce et all (2016, p.402-403) Peran guru dalam investigasi kelompok adalah peran sebagai konselor, konsultan, dan pengkritik yang ramah. Guru harus memandu dan merefleksikan pengalaman kelompok pada tiga level: level pemecahan masalah atau level tugas (Apakah sifat masalah tersebut? Apakah faktor-faktor yang terlibat?), level manajemen kelompok (Informasi apa yang kita perlukan sekarang? Bagaimana kita mengatur diri kita sendiri untuk mendapatkannya?), dan level makna individual (Bagaimana Anda merasakan tentang kesimpulan-kesimpulan ini? Apa yang kalian kerjakan secara berbeda sebagai akibat dari mengetahui tentang...?). Peran pengajaran ini sulit dan sensitif, karena inti daripenelitian adalah kegiatan siswa- masalah tidak dapat dipaksakan. Pada saat yang bersamaan, guru harus : (1) memfasilitasi proses kelompok, (2) turut serta dalam kelompok untuk menyalurkan energinya kepada kegiatan- kegiatan pendidikan yang berpotensi, dan (3) mengawasi kegiatan-kegiatan pendidikan ini sehinga makna pribadi datang dari pengalaman. Interverensi oleh guru sebaiknya minimal kecuali kelompok tersebut mengalami hambatan serius. Guru yang menggunakan PBL menghadapi tugas yang sulit untuk membimbing tanpa memimpin dan membantu dengan mengarahkannya. Pekerjaan semacam itu melibatkan pembimbingan siswa melalui proses pengembangan, menentukan apa yang mereka ketahui dan apa yang harus mereka ketahui,dan memutuskan bagaimana mereka manjawab pertanyaan mereka sendiri. Sebagai siswa penelitian dan pemecahan masalah, para guru menawarkan saran ketika para siswa tampak terjebak dan mengusulkan alternatif lain ketika penelitian atau solusi mereka tampak tidak memadai (Delisle ,1997, p.16). In the second stage of problem-based learning, when the class works on the problem, the teacher assumes the role of guide, or facilitator. The teacher sets the climate, help students connect to the problem, sets up a work structure, visits the problem with students, revisits the problem,facilitates the production of a product or a performance, and encourages self-evaluation.
  • 18. 18 Here, too, much of the work takes place backstage.The instructor must check on the resources available for research and alert school personnel if they will be contacted by students. If part of students’ work will be a presentation before the city council, school board, or another group, the teacher will need to gauge these groups’ receptiveness at being approached by students. Teachers using PBL face difficult task of guiding without leading and assisting without directing. Such work involves guiding students through the process of developing possible solutions, determining what they know and what they must find out, and deciding how they could answer their own questions. As students research and problem solve, teachers offer suggestions when students seem stuck and propose alternatives when their research or solutions do not appear to be adequate. 2.1.6 Model Pengajaran Sistem Pendukung Problem-Based Learning (PBL) Sistem pendukung untuk investigasi kelompok sebaiknya bersifat ekstensif dan bertanggung jawab terhadap kebutuhan siswa. Sekolah perlu dilengkapi dengan perpustakaan yang bagus dengan berbagai jenis media; perpustakaan sebaiknya juga mampu memberikan akses ke sumber daya dari luar. Anak-anak sebaiknya didorong untuk meneliti dan mengontak smber daya di luar dinding sekolah. Satu alasan bagi penelitian kooperatif jenis ini yang sifatnya relatif jarang adalah sistem pendukungnyatidak cukup untuk mempertahankan tingkat penelitian (Joyce etall, 2016, p.403). Kesuksesan pembelajaran berbasis-masalah tergantung pada kemampuannya menghadapkan murid dengan masalah-masalah realistis yang akan membantu mereka mengembangkan keterampilan pemecahan masalah dan kemampuan untuk mandiri (self direction). Satu tujuan penting kala menggunakan model ini adalah membawa dunia nyata ke ruangkelas untuk diselidiki dan dianalisa. Akan tetapi, kebanyakan masalah yang disajikan di dalam buku teks sudah terumuskan jelas dan juga rutin. Lagi pula, informasi yang dibutuhkan untuk memecahkan masalahbiasanya sudah dimasukkan. Bahkan operasi pemecahannya kerap tersirat di dalam kata-kata yang ada, seperti dalam pertanyaan, “Berapa banyak lagi?” yang menyiratkan pengurangan. Kurangnya pengalaman ini membantu menjelaskan mengapa para murid tidak menjadi pemecah masalah
  • 19. 19 yang lebih baik. Juga, ini membantu kita memahami mengapa murid-murid Scott dan Laura berupaya keras menghadapi masalah-masalah yang mereka coba pecahkan. Untuk menghadapi isu-isu ini, para pakar telah berusaha memenfaatkan teknologi untuk menyajikan masalah-masalah rumit dunia nyata. Salah satu upaya yang paling terkenal adalah seri yang berjudul The Adventures of Jasper Woodbury, yang diciptakan oleh kelompok Cognition and Technology di Vanderbilt. Seri ini terdiri dari 12 pertualangan berbasis-cakram video yang berfokus pada penemuan masalah dan pemecahan masalah (Eggen and Kauchak, 2016, p. 322). Menurut Mills and Treagust(2003, p.4) Pembelajaran berbasis masalah telah digunakan untuk pelatihan profesional dalam kedokteran sejak tahun 1960-an dan sekarang digunakan secara luas di bidang itu. Itu juga diimplementasikan dalam profesi kesehatan terkait. Telah disarankan oleh banyak orang sebagai solusi untuk masalah pendidikan teknik yang dibahas di atas, dan telah diimplementasikan secara terbatas dalam beberapa program rekayasa. Desain adalah salah satu proses dan kegiatan mendasar dalam rekayasa (dan pada dasarnya semua kegiatan rekayasa lainnya berhubungan dengan itu misalnya implementasi atau konstruksi desain atau proses dan pemeliharaan fasilitas atau produk). Strategi untuk desain mengajar seperti yang telah dipraktekkan di program rekayasa selama bertahun-tahun (meskipun seperti yang dinyatakan dalam masalah kritis no.2, tidak pada tingkat yang cukup) memiliki banyak kesamaan dengan masalah berbasis strategi pembelajaran. Ini telah diringkas oleh Williams & Williams [9] sebagai berikut:  Keduanya memiliki banyak fase atau tahapan untuk dilalui selama proyek atau masalah.  Keduanya mulai dengan masalah atau situasi yang teridentifikasi yang mengarahkan area siswa atau konteks pembelajaran.  Penelitian yang diprakarsai siswa diandalkan untuk siswa untuk maju melalui proyek serta untuk pembelajaran mereka sendiri.
  • 20. 20  Keduanya membutuhkan tingkat inisiatif siswa yang tinggi, siswa perlu mengembangkan motivasi dan keterampilan organisasi.  Keduanya meminjamkan diri untuk proyek jangka panjang, PBL dapat digunakan secara singkat kerangka waktu tetapi ini tidak mengurangi kemampuannya untuk digunakan secara efektif dalam jangka waktu yang lebih lama, seperti biasanya dikaitkan dengan teknologi proyek.  Keduanya terbuka untuk hasil, memungkinkan siswa kesempatan untuk memilih, setelah penelitian yang sesuai hasil itu menarik minat mereka.  Keterampilan pengamatan diidentifikasi sebagai memiliki prioritas tinggi, terutama di tahap awal selama identifikasi masalah.  Refleksi siswa merupakan aspek penting dari kedua model, siswa didorong untuk mengevaluasi sepenuhnya hasil yang telah mereka capai.  Keduanya bergantung pada kerja kelompok. Problem-based learning has been used for professional training in medicine since the 1960’s and is now used extensively in that field. It has also been implemented in related health professions. It has been suggested by many as a solution to the engineering education issues discussed above, and has been implemented to a limited extent in some engineering programs. Design is one of the fundamental processes and activities in engineering (and basically all other engineering activities relate to it e.g. implementation or construction of designs or processes and maintenance of facilities or products). The strategy for teaching design as has been practiced in engineering programs for many years (although as stated in critical issue no.2, not to a sufficient extent) has many similarities with the problem-based learning strategy. These have been summarised by Williams & Williams [9] as follows:  Both have a large number of phases or stages through which to pass during the project or problem.  Both start with an identified problem or situation which directs the students’ area or context of study.  Student initiated research is relied upon for the student to progress through the project as well as for their own learning.  Both require high levels of student initiative,students need to develop motivation and organisation skills.
  • 21. 21  Both lend themselves to long-term projects, PBL may be used over a short time frame but this does not detract from its ability to be used effectively over a longer time frame, as is usually associated with technology projects.  Both are open ended with regard to outcomes, allowing the student the opportunity to choose, after appropriate research an outcome that interests them.  Observational skills are identified as having a high priority, especially in the initial stages during identification of the problem.  Student reflection is an important aspect of both models, the student is encouraged to evaluate fully the outcome they have achieved.  Both rely upon group work 2.2 Kajian Kritis Dari beberapa kutipan diatas dapat disimpulkan bahwa Problem-Based Learning adalah suatu metode pembelajaran yang menggunakan permasalahan untuk pembelajarannya. Siswa dituntut untuk memecahkan masalah mereka sendiri, sehingga siswa lebih aktif di dalam kelas. Tujuan dari metode ini adalah untuk menghasilkan pengetahuan yang terpadu, mengembangkan kemandirian, mengembangkan keterampilan, mengembangkan motivasi belajar, mengembangkan kepedulian sosial, mengembangkan kerja sama, meningkatkan adaptasi, mampu memecahkan masalah, dan meningkatkan kemampuan berfikir kritis. Karakteristik metode ini yaitu student centered, membentuk kelompok kecil, guru sebagai fasilitator, permasalahan menstimulus pelajaran, perolehan informasi secara mandiri, dan mengembangkan keterampilan. Kelebihan metode ini ialah memotivasi siswa untuk aktif, memberi peluang siswa untuk mengembangkan kreatifitas dan keterampilan, memfasilitasi integrasi kurikulum, menguntungkan bagi guru karena metodenya berpusat ke siswa, meningkatkan kemampuan berfikir kritis, membangun konsep pengetahuan sendiri. Kelemahan metode ini ialah tutor yang tidak biasa menggunakan metode ini akan kewalahan, banyak orang yang terlibat, siswa memerlukan pengetahuan dari
  • 22. 22 buku atau internet, siswa kurang komunikasi dengan guru, iswa tidak yakin akan informasi yang di dapat. Metode Pembelajaran Sintaks Problem-Based Learning diantaranya yaitu mengorientasi siswa pada permasalahannya, mengorganisasikan siswa untuk meneliti, membantu penyelidikan mandiri dan kelompok, mengembangkan dan mempersentasikan exhibit dan artefak, dan menganalisis dan mengevaluasi proses pemecahan masalah. Metode Pengajaran Sistem Sosial Problem-Based Learning yaitu guru berperan sebagai fasilitator yang berwenang untuk mengarahkan siswa untuk memecahkan permasalahan yang telah diberikan dengan menggunakan metode- metode atau tahapan yang sesuai. Metode Pengajaran Prinsip-Prinsip Reaksi Problem-Based Learning yaitu Guru melibatkan siswa melalui proses pengembangan, menentukan apa yang mereka ketahui dan apa yang harus mereka ketahui,dan memutuskan bagaimana mereka manjawab pertanyaan mereka sendiri. Sebagai siswa penelitian dan pemecahan masalah, para guru menawarkan saran ketika para siswa tampak terjebak dan mengusulkan alternatif lain ketika penelitian atau solusi mereka tampak tidak memadai. Metode Pembelajaran Sistem Pendukung Problem-Based Learning mendukung penggunaan teknologi guna untuk membantu penyampaian materi selama proses pembelajaran berlangsung.
  • 23. 23 BAB III PENUTUP 3.1 Kesimpulan Problem-Based Learning adalah suatu metode pembelajaran yang menggunakan permasalahan untuk pembelajarannya. Siswa dituntut untuk memecahkan masalah mereka sendiri, sehingga siswa lebih aktif di dalam kelas. Tujuan dari metode ini adalah untuk, menghasilkan pengetahuan yang terpadu, mengembangkan kemandirian, mengembangkan keterampilan, mengembangkan motivasi belajar, mengembangkan kepedulian sosial, mengembangkan kerja sama, meningkatkan adaptasi, mampu memecahkan masalah, meningkatkan kemampuan berfikir kritis. Karakteristik metode ini yaitu student centered, membentuk kelompok kecil, guru sebagai fasilitator, permasalahan menstimulus pelajaran, perolehan informasi secara mandiri, mengembangkan keterampilan. Langkah-langkah PBL yaitu mengklarifikasi definisi kerja, menganalisis implikasi, diskusi, evaluasi, dan hipotesis kerja, menghasilkan tujuan pembelajaran, meneliti tujuan pembelajaran, melaporkan kembali, mensintesis masalah. Peran Guru adalah sebagai pemandu atau fasilitator ytang berwenang untuk mengarahkan siswa untuk memecahkan permasalahan yang telah diberikan dengan menggunakan metode-metode atau tahapan yang sesuai. Kelebihan metode ini ialah memotovasi siswa untuk aktif, memberi peluang siswa untuk mengembangkan kreatifitas dan keterampilan, memfasilitasi integrasi kurikulum, menguntungkan bagi guru karena metodenya berpusat ke siswa, meningkatkan kemampuan berfikir kritis, membangun konsep pengetahuan sendiri.
  • 24. 24 Kelemahan metode ini ialah tutor yang tidak biasa menggunakan metode ini akan kewalahan, banyak orang yang terlibat, siswa memerlukan pengetahuan dari buku atau internet, siswa kurang komunikasi dengan guru, siswa tidak yakin akan informasi yang di dapat. 3.2 Saran Model pembelajaran merupakan komponen yang penting dalam proses belajar dan pembelajaran, karena minat siswa dalam belajar tergantung dengan bagaimana guru tersebut menyampaikan materi yang diajarkannya. Oleh karena itu, sebaiknya pendidik memilih dengan bijak dengan mempertimbangkan beberapa factor untuk memilih model pembelajaran yang akan menjadi dasar dalam menyampaikan materi pembelajarannya.
  • 25. 25 DAFTAR PUSTAKA Albanese Dan Mitchell. (1993). Problem Based Learning : A Review Of Literature On Its Outcomes And Implementation Issues. Academic Medicine, Vol.(68), No.(1). Arnyana. (2006). Pengaruh Penerapan Strategi Pembelajaran Inovatif Pada Pelajaran Biologi Terhadap Kemampuan Berpikir Kreatif Siswa SMA. Jurnal Pendidikan dan Pengajaran IKIP Negeri Singaraja, No. (3) ISSN 0215 – 8250. Baden and Wilkie. (2006). Problem-Based Learning Online. New York, USA: OZGraft.S.A. Delisle. (1997). How to use Problem Based Learning in the Classroom. Beauregard St : ASCD. Eggen and Kauchack. (2016). Strategi dan Model Pembelajaran. Jakarta : PT.Indeks. Hariyati et all. (2013). Efektivitas Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Team Assisted Individualization (Tai) Dan Problem Based Learning (Pbl) Pada Prestasi Belajar Matematika Ditinjau Dari Multiple Intelligences Siswa Smp Kabupaten Lampung Timur Tahun Pelajaran 2012/2013. Jurnal Elektronik Pembelajaran Matematika, Vol. (01), No. (7) ISSN: 2339-1685. Huriah. (2018). Metode Student Center Learning Aplikasi pada Pendidikan Keperawatan. Jakarta :Prenadamedia Group. Joyce et all. (2016). Model of Teaching edisi kesembilan. Yogyakarta : Pustaka Pelajar Mergendoller et All. (2006). The Effectiveness Of Problem-Based Instruction: AComparative Study Of Instructional Methods And Student Characteristics. Interdisciplinary Journal Of ` Problem-Based Learning, Vol.(1).
  • 26. 26 Mills And Treagust. (2003). Engineering Education – Is Problembased Or Project-Based Learning The Answer? Australasian Journal Of Engineering Education Issn 1324-5821 Muniroh. (2015). Academic Engagement. Yogyakarta : PT.LkiS Printing Cemerlang. Neville. (2008). Problem-Based Learning And Medical Education Forty Years On A Review Of Its Effects On Knowledge And Clinical Performance. Medical Principles and Practice, ISSN :1011–7571 Sadia. (2007). Pengembangan Kemampuan Berpikir Formal Siswa Sma Melalui Penerapan Model Pembelajaran “Problem Based Learning ” Dan “Cycle Learning” Dalam Pembelajaran Fisika. Jurnal Pendidikan dan Pengajaran UNDIKSHA No.(1) ISSN 0215 – 8250. Smits et all. (2002). Problem based learning in continuing medical education:a review of controlled evaluation studies. BMJ, Vol. (324) Sudewi et all. (2014). Studi Komparasi Penggunaan Model Pembelajaran Problem Based Learning (Pbl) Dan Kooperatif Tipe Group Investigation (Gi) Terhadap Hasil Belajar Berdasarkan Taksonomi Bloom.e-Journal Program Pascasarjana Universitas Pendidikan Ganesha Program Studi IPA, Vol. (4). Wasonowati et all. (2014). Penerapan Model Problem Based Learning (Pbl)Pada Pembelajaran Hukum - Hukum Dasar Kimia Ditinjau Dari Aktivitas Dan Hasil Belajar Siswa Kelas X Ipa Sma Negeri 2 Surakarta Tahun Pelajaran 2013/2014. Jurnal Pendidikan Kimia (JPK), Vol. (3), No. (3) ISSN 2337- 9995.