SlideShare a Scribd company logo
1 of 18
1
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Perkembangan pengetahuan saat ini telah melaju dengan pesat dan erat hubungannya
dengan perkembangan teknologi. Maka seharusnya seorang guru harus mampu menyesuaikan
kondisi perkembangan yang telah ada saat ini dengan lebih mengembangkan sesuatu
pembelajaran atau metode yang harus dilakukan ketika melakukan pembelajaran kepada
siswanya. Seorang guru di tuntut mempunyai pengetahuan, keterampilan dan sikap
professional dalam memberikan pembelajaran terhadap siswa-siswanya saat digunakan dalam
proses pembelajaran.
Dapat dikatakan berhasil atau tidaknya kegiatan pembelajaran, tergantung pada efektif
tidaknya metode pembelajaran yang dipergunakan oleh guru dalam proses pembelajaran.
Pembelajaran yang dilakukan terkesan monoton dan tidak menggairahkan siswa untuk belajar
lebih aktif lagi. Hal itu mengakibatkan siswa kurang berminat untuk mengikuti dan
melaksanakan proses pembelajaran, sehingga tujuan pembelajaran yang diinginkan tidak
dapat tercapai secara optimal.
Dalam proses kegiatan pembelajaran terdapat berbagai jenis strategi pembelajaran yang
dapat digunakan oleh guru. Strategi pembelajaran tersebut dapat diklasifikasi dengan
menggunakan berbagai dasar (titik tolak) klasifikasi. Bagi seorang guru pemahaman tentang
berbagai dasar klasifikasi tersebut disamping bermanfaat sebagai kerangka acuan untuk
memahami dengan lebih baik setiap strategi pembelajaran, juga pada gilirannya akan sangat
bermanfaat didalam memilih serta menggunakan setiap jenis trategi pembelajarann tersebut
secara lebih efektif didalam penciptaan sistem lingkungan belajar-mengajar.
Terdapat beberapa strategi pembelajaran yang dapat digunakan dalam proses
pembelajaran. Dalam memilih metode pembelajaran, guru tidak boleh memilih secara asal-
asalan. Strategi yang digunakan haruslah strategi yang direncanakan berdasarkan
pertimbangan perbedaan individu diantara siswa, yang dapat memberi feedback dan inisiatif
murid untuk memecahkan masalah yang dihadapinya.
2
1.2 Tujuan
Adapun tujuan dari penulisan makalah ini sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui Pengertian Model pengajaran Induktif.
2. Untuk mengetahui Model Pengajaran Induktif.
3. Untuk mengetahui Tahapan-Tahapan dalam Model Pengajaran Induktif.
4. Untuk mengetahui Strategi Pengajaran Model Induktif.
5. Untuk mengetahui Prinsip Pengajaran Model Induktif.
3
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Kajian Model Induktif
2.1.1 Pengertian Model Induktif
Berpikir merupakan sebuah proses yang membuahkan pengetahuan. Proses ini
merupakan serangkaian gerak pemikiran dengan mengikuti jalan pemikiran tertentu agar
sampai pada sebuah kesimpulan yaitu berupa pengetahuan. Oleh karena itu, proses berpikir
memerlukan sarana tertentu yang disebut dengan sarana berpikir ilmiah. Sarana berpikir
ilmiah merupakan alat yang membantu kegiatan ilmiah dalam berbagai langkah yang harus
ditempuh. Pada langkah tertentu biasanya diperlukan sarana tertentu pula. Tanpa penguasaan
sarana berpikir ilmiah kita tidak akan dapat melaksanakan kegiatan berpikir ilmiah yang baik.
Untuk dapat melakukan kegiatan berpikir ilmiah dengan baik diperlukan sarana berpikir
ilmiah berupa : bahasa ilmiah, logika dan matematika, serta logika dan statistika. Bahasa
ilmiah merupakan alat komunikasi verbal yang dipakai dalam seluruh proses berpikir ilmiah.
Bahasa merupakan alat berpikir dan alat komunikasi untuk menyampaikan jalan pikiran dari
seluruh proses berpikir ilmiah kepada orang lain. Logika dan statistika mempunyai peran
penting dalam berpikir induktif untuk mencari konsep-konsep yang berlaku umum
(Sari,2016:80-81).
Penalaran induktif adalah proses penalaran dari fakta-fakta atau observasi-observasi
spesifik untuk mencapai kesimpulan yang dapat menjelaskan fakta-fakta tersebut secara
koheren. Penarikan kesimpulan yang bertolak dari hal-hal yang khusus atau spesifik ke hal-
hal yang bersifat umum. Demikian juga dengan Tim PPPG (dalam Shadiq : 2004)
mengemukakan bahwa penalaran induktif merupakan suatu kegiatan, suatu proses atau suatu
aktivitas berpikir untuk menarik kesimpulan atau membuat suatu pernyataan baru yang
bersifat umum berdasar pada beberapa pernyataan khusus yang diketahui benar. Dengan
demikian penalaran induktif diartikan sebagai suatu proses atau aktivitas berpikir untuk
menarik kesimpulan atau membuat suatu pernyataan baru yang bersifat umum berdasarkan
pada beberapa pernyataan khusus yang diketahui benar (Theresia,2015:70).
4
Pembelajaran dengan pendekatan induktif dimulai dengan melakukan pengamatan
terhadap hal-hal khusus dan menginterpretasikannya, menganalisis kasus, atau memberi
masalah kontekstual, siswa dibimbing memahami konsep, aturan-aturan, dan prosedur-
prosedur berdasar pengamatan siswa sendiri. Hal ini sejalan dengan Hudoyo (2001) yang
mengatakan bahwa pendekatan induktif berperan dari hal-hal yang bersifat konkret ke yang
bersifat abstrak, dari contoh-contoh khusus ke rumus umum. Setelah siswa memahami dan
merumuskan suatu konsep berdasarkna sejumlah contoh konkret, maka kemudian siswa akan
sampai kepada proses generalisasi. Major (Dahiana, 2010) berpendapat bahwa pembelajaran
dengan pendekatan induktif efektif untuk mengajarkan konsep. Pembelajaran diawali dengan
memberikan contoh-contoh atau kasus khusus menuju pada kesimpulan atau generalisasi.
Siswa melakukan sejumlah pengamatan yang kemudian membangun suatu konsep atau
generalisasi. Siswa tidak harus memiliki pengetahuan utama berupa abstraksi, tetapi siswa
akan sampai pada abstraksi tersebut setelah mengamati dan menganalisis apa yang diamati.
Pendekatan induktif dirancang berlandaskan teori kontruktivisme, karena pada rancangan
sintaks pembelajaran didominasi dengan kegiatan siswa dalam mengkonstruksi pengetahuan
matematika berdasarkan pengalaman siswa sendiri. Siswa melakukan pengamatan pada hal-
hal khusus, misalnya contoh-contoh suatu konsep dan menuliskan konsep tersebut dengan
bahasa siswa sendiri. Sehingga siswa belajar mengkonstruksi pengetahuan matematis
menggunakan pola pikir induktif (Aisyah,2016:5-6).
Penalaran induktif adalah cara berfikir untuk menarik kesimpulan dari pengamatan
terhadap hal yang bersifat partikular kedalam gejala-gejala yang bersifat umum atau
universal. Sehingga dapat dikatakan bahwa penalaran ini bertolak dari kenyataan yang
bersifat terbatas dan khusus lalu diakhiri dengan statemen yang bersifat komplek dan umum.
Generalisasi adalah salah satu ciri yang paling khas dalam metode induksi. Hanya saja,
generalisasi di sini tidak berarti dengan mudahnya suatu proposisi yang diangkat dari suatu
individu dibawa untuk digeneralisasikan terhadap suatu komunitas yang lebih luas. Justru,
melalui metode ini, diberikan suatu kemungkinan untuk disimpulkan. Dalam artian, bahwa
ada kemungkinan kesimpulan itu benar tapi tidak berarti bahwa itu pasti benar, sehingga
akhirnya disinilah lahir probabilitas. Maksud probabilitas disini adalah Pernyataan yang
muatannya suatu hipotesa atau “ramalan” dengan suatu tingkat keyakinan tertentu tentang
akan terjadinya suatu kejadian dimasa yang akan datang. Penalaran model ini dipublikasikan
secara massive oleh Francis Bacon (1561-1626), Bacon yang merasa tidak puas dengan
5
penalaran deduktif, merasa kecewa kenapa, misalnya masalah jumlah gigi kuda saja harus
berdebat habis-habisan, bukannya dengan menggunakan logika induktif pemecahannya
sangat mudah? buka saja mulut-mulut kuda lalu dihitung jumlah giginya. Dalam satu sisi,
walaupun Bacon dianggap sebagai pencetus penalaran ini namun pada hakekatnya telah
berhutang budi pada sarjana muslim yang telah mengenalkan metode ini, dalam kurun waktu
antara abad 9-12 masehi. H.G. Wells menyimpulkan bahwa semangat pencarian kebenaran
ini dimulai oleh para pemikir Yunani, dan kembali dikobarkan oleh pemikir Muslim.
Sehingga estafet penalaran ini dimulai dari pemikir Yunani, disesuaikan oleh Muslim, dan
ditiru oleh Bacon. Terlepas dari perbedaan pendapat tersebut, induksi merupakan sebuah cara
berfikir yang memiliki andil besar dalam perkembangan peradaban manusia. Maka dari itu
setiap pola berfikir memiliki identitasnya masing-masing. Ciri khas dari penalaran induktif
adalah generalisasi. Generalisasi dapat dilakukan dengan dua metode yang berbeda. Pertama,
yang dikenal dengan istilah induksi lengkap, yaitu generalisasi yang dilakukan dengan
diawali hal-hal partikular yang mencakup keseluruhan jumlah dari suatu peristiwa yang
diteliti. Seperti dalam kasus: penelitian bahwa di depan setiap rumah di desa ada pohon
kelapa, kemudian digeneralisasikan dengan pernyataan umum “setiap rumah di desa memiliki
pohon kelapa.” Maka generalisasi macam ini tidak bisa diperdebatkan dan tidak pula
ragukan. Kedua, yang dilakukan dengan hanya sebagian hal partikular, atau bahkan dengan
hanya sebuah hal khusus. Poin kedua inilah yang biasa disebut dengan induksi tidak lengkap.
Dalam penalaran induksi atau penelitian ilmiah sering kali tidak memungkinkan menerapkan
induksi lengkap, oleh karena itu yang lazim digunakan adalah induksi tidak lengkap. Induksi
lengkap dicapai manakala seluruh kejadian atau premis awalnya telah diteliti dan diamati
secara mendalam. Namun jika tidak semua premis itu diamati dengan teliti, atau ada yang
terlewatkan dan terlanjur sudah diambil suatu kesimpulan umum, maka diperolehlah induksi
tidak lengkap. Bahkan manakala seseorang seusai mengamati hal-hal partikular kemudian
mengeneralisasikannya, maka sadar atau tidak, ia telah menggunakan induksi. Generalisasi di
sini mungkin benar mungkin pula salah, namun yang lebih perlu dicermati adalah agar tidak
terjadi sebuah kecerobohan generalisasi (Mustofa,2016:135-136).
2.2 Model Pengajaran Induktif
2.2.1 Sintaks
Fase Satu : Mengidentifikasi Domain
6
 Menetapkan focus dan batas penelitian awal.
 Mengklarifikasi tujuan jangka panjang.
Fade Dua : Mengumpulkan dan Menghitung Data
 Menggabungkan dan menampilkan perangkat data.
 Menghitung dan memberi label data.
Fase Tiga : Memeriksa Data
 Meneliti item-item secara menyeluruh pada perangkat data dan mengidentifikasi sifat-
sifatnya.
Fase Empat : Membentuk Konsep-Konsep dengan Mengklasifikasi
 Mengklasifikasi item-item dalam perangkat data dan saling mengungkapkan hasilnya.
 Menambahkan data ke perangkat.
 Mengklasifikasikan kembali, kemungkinan berulang kali.
Fase Lima : Menghasilkan dan Menguji Hipotesis
 Memeriksa implikasi perbedaan antara kategori-kategori.
 Mengklasifikasikan kategori-kategori, jika diperlukan.
 Mengklasifikasikan kembali matriks dua arah, serta dengan koreksi, jika diperlukan.
Fase Enam : Mengkonsolidasi dan Mentransfer
 Mencari item-item data tambahan dalam materi sumber daya.
 Mensintesis dengan menulis tentang domain, menggunakan kategori-kategori.
 Mengonversi kategori menjadi keterampilan.
2.2.2 Sistem Sosial
Model pengajaran ini memiliki keunggulan untuk struktur yang moderat. Model ini
bersifat kooperatif, tetapi guru sangat aktif, terus-menerus mengajarkan keterampilan yang
diperlukan dan menenangkan pembahasan ketika diperlukan. Ketika instruktur
mengembangkan perangkat data dan menampilkannya kepada para siswa, diperlukan control
tingkat tinggi.
2.2.3 Prinsip-Prinsip Aksi -Reaksi
Guru mengatur tugas-tugas dengan mempertimbangkan level konseptual dan apakah
siswa siap untuk melaksanakan fase-fase tertentu, dan yang penting, menggunakan proses
ketika diperlukan (Bruce joyce, 2016:102-105).
2.2.4 Sistem Pendukung
Sistem pendukung suatu model pembelajaran adalah hal-hal yang dapat
7
mendukung tercapainya tujuan pembelajaran dengan menerapkan model itu. Hal-hal yang
diamaksud berupa perangkat dan alat/bahan (Buhaerah, 2005:160)
2.3 Tahapan-Tahapan Model Induktif
Terdapat empat tahapan dalam model pembelajaran induktif, yaitu : Tahap Terbuka
(Open-Ended Phase), Tahap Konvergen (Convergent Phase), Tahap Penutupan (Closure),
dan Aplikasi (Penerapan / Application). Didalam tahap-tahap model pembeljaran induktif
terdapat tahapan yang mencerminkan aspek keterampilan metakognitif, yaitu : Fase 1 Tahap
Terbuka (Open-Ended Phase), dalam Induktif dapat dipadukan dengan tahap perencanaan
(planning) pada strategi metakognitif yang ditandai dengan observasi dan deskripsi. Dimulai
dengan menunjukkan contoh-contoh kepada siswa sehingga siswa Berpikir dan menulis apa
yang diketahui dan apa yang tidak diketahui. Fase 2 Tahap Konvergen (Convergent Phase),
dalam Induktif dapat dipadukan dengan tahap pemonitoran (monitoring) pada strategi
metakognitif yakni untuk mencapai tujuan belajar guru membimbing siswa untuk
mengidentifikasi atau mengenal pola-pola dalam contoh menggunakan beberapa pertanyaan
dengan mengecek proses pemecahan masalah dengan tujuan belajar (Aprilianti dan Sugiarto,
2014:248).
Sistem pembelajaran menggunakan kesimpulan induktif dilanjutkan dengan
melakukan serangkaian transmutasi pengetahuan ke set pelatihan yang diberikan, untuk
mendapatkan generalisasi kasus-kasus (model konsep yang diteliti). Pelajar yang diawasi
lainnya juga ada menggunakan mekanisme inferensi lain atau bahkan membatasi diri untuk
menyimpan kasus (mis.pembelajar berbasis instance; Aha et al, 1991). Tergantung pada jenis
pengetahuannya transmutasi yang dilakukan oleh pembelajar kita dapat memperoleh berbagai
jenis konsep deskripsi (atau model). Dalam kasus tertentu pembelajar menggunakan beberapa
kesimpulan induktif alternatif ada dalam literature.
Learning systems using inductive inference proceed by performing a series of
knowledge transmutations to the given training set, in order to obtain a generalisation of the
cases (a model of the concept under study). Other supervised learners exist that either use
other inference mechanisms or even limit themselves to storing the cases (e.g. instance-based
learners; Aha et al, 1991).Depending on the type of knowledge transmutations carried out by
the learnerwe can obtain different types of concept descriptions (or models). In the particular
case of learners using inductive inference several alternatives exist within the literature.( Luís
Fernando Raínho Alves Torgo, 1999 )
Inferensi induktif memungkinkan manusia untuk menjadi kuatgeneralisasi dari data
jarang ketika belajar tentang arti kata, sifat tak teramati, kausal hubungan, dan banyak aspek
lain di dunia. Akun tradisional induksi menekankan baik kekuatan pembelajaran statistik,
8
atau pentingnya kendala kuat dari pengetahuan domain terstruktur, teori atau skema intuitif.
Kami berpendapat bahwa keduanya komponen diperlukan untuk menjelaskan sifat,
penggunaan dan akuisisi pengetahuan manusia, dan kami perkenalkan kerangka Bayesian
berbasis teori untuk pemodelan pembelajaran induktif dan penalaran sebagai infer- statistic
ences atas representasi pengetahuan terstruktur.
Inductive inference allows humans to make powerful generalizations from sparse
data when learning about word meanings, unobserved properties, causal relationships, and
many other aspectsof the world.Traditional accounts of induction emphasize either the power
of statistical learning, or the importance of strong constraints from structured domain
knowledge, intuitive theories or schemas. We argue that both components are necessary to
explain the nature, use and acquisition of human knowledge,and we introduce a theory-based
Bayesian framework for modeling inductive learning and reasoning as statistical inferences
over structured knowledge representations.( Joshua B, 2006:1 )
Induksi berarti menawarkan kebenaran umum dengan menunjukkan, bahwa jika itu
benar untuk kasus tertentu. Itu benar untuk semua kasus semacam itu. Pendekatan induktif
bersifat psikologis. Metode induktif mengembangkan rasa ingin tahu dengan individu yang
membutuhkan hari. Pendekatan induktif disponsori oleh Pestalozzi dan Francis Bacon.
Pendekatan induktif didasarkan pada proses induksi dalam proses belajar mengajar. Dalam
dunia matematika, ini adalah metode membangun formula dengan bantuan sejumlah besar
contoh nyata, nyata, dan nyata. Dengan menggunakan metode pengajaran matematika ini
siswa mengikuti konten dengan minat dan pemahaman yang besar di berbagai tingkatan
terutama di tingkat dasar. Metode induktif lebih berguna dalam pelajaran aljabar, geometri,
trigonometri, dan aritmatika. Metode induktif berasal dari contoh-contoh khusus untuk aturan
umum rumus, ilustrasi konkret untuk aturan abstrak, dikenal tidak diketahui dan sederhana
hingga kompleks.
Induction means to offer a general truth by showing, that if it is true for a particular
case. It is true for all such cases. Inductive approach is psychological in nature. Inductive
method developscuriosity with in the individual which is need of the day. Inductive approach
is sponsored by Pestalozzi and Francis Bacon. Inductive approach is based on the process of
induction in teaching learning process. In the world of mathematics it is a method of
constructing a formula with the help of a sufficient number of concrete, actual and real
examples. By using this method of teaching mathematics the students follow the content with
great interest and understanding at various levels especially at elementary level. Inductive
method is more useful in algebra, geometry, trigonometry and arithmetic teaching and
learning. Inductive method proceeds from particular examples to general rules of formulae,
concrete illustration to abstract rules, known to unknown and simple to complex.
( Dr. Malik Amer Atta, 2015 :21)
Pendekatan induktif mengacu pada gaya pengenalan bahasa konteks yang
mengandung aturan sasaran di mana siswa dapat menginduksi aturan tersebut melalui
konteks dan contoh contoh praktis. Dengan kata lain, urutannya dalam pendekatan ini pergi
9
dari menciptakan situasi dan memberikan contoh kepada generalisasi di mana siswa harus
menemukan generalisasi seperti itu oleh diri mereka sendiri atau dengan bantuan guru.
Mautone (2004) mengatakan bahwa dengan pendekatan induktif, guru menunjukkan kepada
siswa mereka serangkaian contoh dan tidak ada contoh, kemudian pandu mereka untuk
memperhatikan suatu pola dan muncul dengan generalisasi atau aturan konsep. Pendekatan
induktif, pada gilirannya, bergerak dari spesifik ke umum. Para pembelajar pertama kali
ditunjukkan banyak contoh yang mengandung tertentu struktur gramatikal dalam konteks
yang berbeda dan mereka harus bekerja aturan sendiri. Selanjutnya para siswa menerapkan
aturan dengan berbagai latihan dan dalam konteks yang berbeda untuk belajar bagaimana
mereka benar-benar bekerja secara nyata penggunaan bahasa.
The inductive approach refers to the style of introducing language context containing
the target rules where students can induce such rulethrough the context and practical
examples. In other words, the sequence in this approach goes from creating a situation and
giving examples to the generalization where students should discover such generalization by
themselves or with the teacher's help.Mautone (2004) says that with and inductive approach,
teachers show their students a series of examples and non-examples, then guide them toward
noticing a pattern and coming up with the generalization or concept rule.The inductive
approach, in its turn, moves from specific to general.The learners are first shown many
examples that contain a certain grammatical structure in different contexts and they have to
work out the rules by themselves. Next the learners apply the rules with various exercises and
in different contexts to learn how they actually work in real language use. (Limris Gorat
,2013:80-81)
Pendekatan pengajaran induktif yang diarahkan adalah di mana instruksi dimulai
dengan ‘spesifik,’ biasanya satu set pengamatan atau data eksperimental. Ketika para
pembelajar mencoba menganalisis dan menafsirkan contoh-contoh spesifik, skenario khusus
dengan beberapa petunjuk dan bantuan lain dari guru, pelajar kemudian menyadari atau
menemukan generalisasi matematika, aturan, prosedur dan prinsip matematika (Prince and
Felder, 2006, p.1). Maka dengan pengajaran induktif hubungan matematika dibangun oleh
peserta didik karena mereka mengevaluasi secara kuantitatif generalisasi dalam subset yang
tepat dari semua kemungkinan kasus (Stylianides, 2011, hal. 1; Harel dan Sowder, 1998,
2007). Evaluasi kuantitatif ini mungkin melibatkan tes numerik atau uji coba hubungan dan
refleksi yang diberikan pada contoh spesifik (Morselli, 2006, hal 6). Beberapa manfaat
berasal dari eksplorasi spesifik yang induktif ini. Beberapa manfaat termasuk membangun
koneksi matematika (Morselli, 2006), menemukan pola, memberikan wawasan tentang apa
yang perlu dipecahkan selama pemecahan masalah (Harel dan Sowder, 1998) dan retensi
fakta matematika (Prince and Felder, 2006). Pemikiran induktif adalah kecenderungan
alamiah untuk mengevaluasi pernyataan matematika secara probabilistik. Berpikir induktif
kebiasaan telah terbukti mapan di antara peserta didik (CadawalladerOlsker, 2009). Setelah
ditanamkan di peserta didik kebiasaan berpikir induktif mereka telah dilaporkan sulit untuk
dihilangkan atau dibatalkan (CadawalladerOlsker, 2009; Harel and Sowder, 1998). Itu adalah
salah satu tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui tingkat pemahaman ini dengan baik
didokumentasikan keterbatasan pengajaran induktif di antara guru-guru matematika di-
layanan guru terlepas dari itu manfaat tersebut. Kami sekarang beralih ke pemikiran deduktif.
Directed inductive teaching approach is whereby instruction begins with ‘specifics,’
typically a set of observations or experimental data. As the learners try to analyse and
interpret the specific examples, specific scenarios with some hints and other assistance from
the teacher, the learners then realize or discover the mathematical generalizations, rules,
proceduresand mathematical principles (Prince and Felder, 2006, p.1). Hence with inductive
teaching mathematical relationships are built by learners as they quantitatively evaluate the
10
generalizations in a proper subset of all possible cases (Stylianides, 2011, p. 1; Harel and
Sowder, 1998, 2007). These quantitative evaluations may involve numeric tests or trials of
given relationships and reflections on the specific examples (Morselli, 2006, p. 6). Several
benefits are derived from these inductive explorations of specifics. Some of the benefits
include building mathematical connections (Morselli, 2006), discovering of patterns,
providing insights on what needs to be solved during problem solving (Harel and Sowder,
1998) and retention of mathematical facts (Prince and Felder, 2006).Inductive thinking is the
natural tendency to evaluate mathematical statements probabilistically. Inductive thinking
habits have been shown to be well established among learners (CadawalladerOlsker, 2009).
Once inculcated in learners inductive thinking habits they have been reported to be difficult to
eradicate or undo (CadawalladerOlsker, 2009; Harel and Sowder, 1998). It was one of the
goalsof this study to find out the level of grasp of this well documented limitation of inductive
teaching among in-service mathematics student teachers in spite of its aforementioned
benefits. We now turn to deductive thinking. (Zakaria Ndemo, 2017: 76)
2.4 Strategi Pembelajaran Model Induktif
Menurut (Dr.warsiman,m.pd,2016:47-48) Ia mengatakan bahwa system berpikir yang
dianggap paling baik menurutnya adalah berpikir yang dilandasi oleh cara induktif, yaitu
proses dalam berpikir berlangsung dari hal hal bersifat khusus ke hal hal yang bersifat
umum. Proses belajar yang demikian menuntut agar suatu simpulan ditarik atas dasar adanya
fakta fakta yang kongkret sebanyak banyaknya . semakin banyak fakta yang terkumpul akan
semakin mendukung suatu simpulan yang akurat. Menurut Dahar (1996:6) suatu teori yang di
dasari oleh kontruksi induktif akan bekerja dari bawah ke atas . lebih lanjut ia mencontohkan
bahwa penelitian yang berangkat dari teori induktif akan menghasilkan rumusan teori yang
mencakup pernyataan yang lebih rendah tingkatannya. Menurut(Moedjiono dan dimyati,
1992:113) Model induktif sebenarnya di rancang untuk mengembangkan proses berpikir yang
induktif . berpikir induktif yang di maksud adalah berpikir yang di rancang menurut pola
penalaran setapak demi setapak. Pola penalaran yang demikian ini dengan perkembangan
proses berpikir anak, bahwa anak pada umumnya memiliki kemampuan berpikir secara
gradual,terutama anak pada masa masa pencarian jati diri (Ali dan Asrun, 2006:8). Bahkan
pada masa tersebut anak mengalami saat transisi intelektual, yakni dari kemampuan berpikir
konkret berangsur angsur menuju pada kemampuan berpikir abstrak.
Model berfikir induktif jika di hubungkan dengan proses pembelajaran setidaknya memiliki
tiga strategi yaitu :
1. Pembentukan pengertian dan pembentukan konsep. Pada fase ini langkah
pembelajaran yang di tempuh adalah mengenalkan masalah dan menguraikan masalah
menjadi bagian bagian yang lebih kecil. Kemudian mengelompokkan fakta fakta yang
serupa dan tidak serupa menjadi suatu kumpulan selanjutnya adalah menentukan
susunan fakta tersebut .
2. Interprestasi data . pada fase ini langkah pembelajaran dilakukan dengan memberikan
pengetahuan tentang rincian fakta dan hubungan antar fakta, lalu menerangkan hal hal
yang ada hubungannya dengan dukungan pada perkiraan atau hipotesis dan ramalan.
11
3. Penerapan prinsip, pada fase ini langkah pembelajaran yang di ambil adalah membuat
perkiraan atau hipotesis dan ramalan tersebut, dan yang terakhir adalah pemeriksaan
ramalan.
Menurut (Firmina angela nai,2017:243) Strategi induktif merupakan cara
pembelajaran yang di kembangkan atas dasar pemikiran induktif yakni pemikiran
untuk menarik suatu simpulan dari data yang teramati. Model ini menekankan
pengalaman lapangan seperti mengamati suatu gejala, mencoba suatu proses , dan
menyimpulkan . model ini dapat di gunakan untuk belajar semua mata pelajaran , di
kembangkan untuk meningkatkan kemampuan siswa dalam mengolah informasi dan
di kembangkan atas dasar pemikiran bahwa kemampuan berpikir dapat di ajarkan.
Aktifitas berpikir (pembentukan konsep),merupakan suatu transaksi aktif antara
individu dengan data . proses bepikir merupakan suatu urutan tahapan yang beraturan
artinya untuk menguasai keterampilan berpikir tertentu , prasyarat tertentu harus di
kuasai terlebih dahulu.
2.5 Prinsip Model Pembelajaran Induktif
Model ini direancang untuk memanfaatkan kemampuan anak laki-laki untuk berpikir
secara induktif. PWIM memungkinkan mereka untuk melakuka generalisasi yang membentuk
dasar analisis sruktural dan fonetik. Dan itu menghormati kemampuan berpikir mereka.
Dengan demikian, prinsip utama dari model adalah bahwa siswa memiliki kemampuan untuk
membuat generalisasi yang dapat membantu mereka untuk menguasai konvensi bahasa
urutan instruksional dari siklus model dan mendaur ulang melalui kegiatan-kegiatan berikut :
para siswa mempelajari gambar yang dipilih oleh guru mengidentifikasi apa yang mereka
lihat dalam gambar untuk guru untuk memberi label membaca dan meninjau kata-kata yang
dihasilkan menggunakan bagan kata gambar untuk membaca kumpulan kata-kata mereka
sendiri kata-kata klasifikasi menurut properti mereka dapat mengidentifikasi dan
mengembangkan judul, kalimat, dan paragraf tentang gambar mereka.
The picture word inductive model can be used to teach phonics and spelling both
inductively and explicitly.However, the model is designed to capitalize on hildren’s ability to
think inductively. The PWIM enables them to buid generalizations that form the basis of
sructural and phonetic analysis. And it respects their ability to think. Thus, a major principle
of the model is that students have the capability to make generalizations that can help them to
master the conventions of language.the instructional sequence of the model cycles and
recycles through the following activities: The students study a picture selected by the teacher
identify what they see in the picture for the teacher to label read and review the words
generated use the picture word chart to read their own sets of word classify words according
12
to properties they can identify and develop titles, sentences, and paragraphs about their
picture (Calhoun, 1999:21-22).
Meskipun belum menjadi isu yang jauh lebih menonjol dalam ILP daripada perdebatan yang
eksplisit, pertanyaan mengenai keefektifan metode pembelajaran induktif sebagai lawan
deduktif adalah untaian penelitian yang sangat menjanjikan dalam penelitian pragmatik.
Sebenarnya, ini bisa dilihat sebagai perpanjangan atau penyempurnaan dari perdebatan
implisit-eksplisit karena dibutuhkan analisis desain instruksional selangkah lebih maju,
mengatasi masalah urutan instruksi dan peran kegiatan peningkatan kesadaran di kelas.
Although as yet a much less prominent issue in ILP than the explicitimplicit debate,
the question concerning the effectiveness of inductive as opposed to deductive teaching
methods is a highly promising strand of research in acquisitional pragmatics resaerch. In
fact, it could be seen as the extension or refinement of the explicit-implicit debate since it
takes the analysis of instructional designs one step further, addressing issues of the
sequencing of instruction and the role of consciousness-raising activities in the classroom
(Glaser,2014:58-59).
2.6 Kajian Kritis
Pembelajaran induktif adalah sebuah pembelajaran yang bersifat langsung tapi sangat
efektif untuk membantu siswa mengembangkan keterampilan berpikir tingkat tinggi dan
keterampilan berpikir kritis. Model pembelajaran induktif adalah sebuah pembelajaran yang
bersifat langsung tapi sangat efektif untuk membantu siswa mengembangkan keterampilan
berpikir tingkat tinggi dan keterampilan berpikir kritis. Pada model pembelajaran induktif
guru langsung memberikan presentasi informasi-informasi yang akan memberikan ilustrasi-
ilustrasi tentang topik yang akan dipelajari siswa, selanjutnya guru membimbing siswa untuk
menemukan pola-pola tertentu dari ilustrasi-ilustrasi yang diberikan. Model pembelajaran
induktif dirancang berlandaskan teori konstruktivisme dalam belajar. Model ini
membutuhkan guru yang terampil dalam bertanya (questioning) dalam penerapannya.
Melalui pertanyaan-pertanyaan inilah guru akan membimbing siswa membangun pemahaman
terhadap materi pelajaran dengan cara berpikir dan membangun ide. Tingkat keefektifan
model pembelajaran induktif ini, jadinya-sangat tergantung pada keterampilan guru dalam
bertanya dan mengarahkan pembelajaran, dimana guru harus menjadi pembimbing
Struktur sosial dalam pembelajaran menjadi ciri lingkungan kelas yang sangat dibutuhkan
untuk belajar melalui model pembelajaran induktif. Model pembelajaran induktif
mensyaratkan sebuah lingkungan belajar yang mana di dalamnya siswa merasa bebas dan
terlepas dari resiko takut dan malu saat memberikan pendapat, bertanya, membuat konklusi
dan jawaban. Mereka harus bebas dari kritik tajam yang dapat menjatuhkan semangat belajar.
13
Model ini dikembangkan atas dasar beberapa postulat sebagai berikut:
1. Berpikir merupakan suatu transaksi aktif antara individu dengan data. Artinya, dalam
seting kelas, bahan-bahan ajar merupakan sarana bagi siswa untuk mengembangkan operasi
kognitiftertentu.
Dalam seting tersebut, dimana siswa belajar mengorganisasikan fakta ke dalam suatu sistem
konsep,yaitu:
 Saling menghubung-hubungkan data yang diperoleh satu sama lain serta membuat
kesimpulan berdasarkan hubungan-hubungan tersebut
 Menarik kesimpulan berdasarkan fakta-fakta yang telah diketahuinya dalam rangka
membangun hipotesis,dan
 Memprediksi dan menjelaskan suatu fenomena tertentu. Guru, dalam hal ini, dapat
membantu proses internalisasi dan konseptualisasi berdasarkan informasi tersebut
2. Proses berpikir merupakan suatu urutan tahapan yang beraturan (lawful). Artinya, agar
dapat menguasai keterampilan berpikir tertentu, prasyarat tertentu harus dikuasai terlebih
dahulu, dan urutan tahapan ini tidak bisa dibalik. Oleh karenanya, konsep tahapan beraturan
ini memerlukan strategi mengajar tertentu agar dapat mengendalikan tahapan-tahapan
tersebut. Peran guru dalam pembelajaran :
Saat pembelajaran berlangsung dengan menggunakan model pembelajaran induktif, guru
telah menyiapkan perangkat-perangkat yang akan membuat siswa beraktivitas dan
mengobarkan semangat siswa untuk melakukan observasi terhadap ilustrasi-ilustrasi yang
diberikan, melalui pertanyaan-pertanyaan yang diberikan oleh guru. Sekali lagi, diingatkan,
bahwa model pembelajaran induktif memerlukan keterampilan bertanya yang bagus dari
guru. Selain itu guru juga harus menjaga siswa agar perhatian mereka tetap pada tugas belajar
yang diberikan, dan selalu menunjukkan ekspektasi positif terhadap pencapaian hasil belajar
siswa-siswanya. Kesuksesan proses belajar mengajar dengan menggunakan model
pembelajaran induktif juga bergantung pada contoh-contoh /ilustrasi yang digunakan oleh
guru serta kemampuan guru membimbing siswa untuk melakukan analisis terhadap
contoh/ilustrasi.
Kelebihan Model Pembelajaran Induktif
1. Pada model pembelajaran induktif guru langsung memberikan presentasi informasi-
informasi yang akan memberikan ilustrasi-ilustrasi tentang topik yang akan dipelajari
siswa, sehingga siswa mempunyai parameter dalam pencapaian tujuan pembelajaran.
2. Ketika siswa telah mempunyai gambaran umum tentang materi pembelajaran, guru
membimbing siswa untuk menemukan pola-pola tertentu dari ilustrasi-ilustrasi yang
14
diberikan tersebut sehingga pemerataan pemahaman siswa lebih luas dengan adanya
pertanyaan-pertanyaan antara siswa denganguru
3. Model pembelajaran induktif menjadi sangat efektif untuk memicu keterlibatan yang
lebih mendalam dalam hal proses belajar karena proses tanya jawab tersebut.
Kelemahan Model Pembelajaran Induktif
1. Model ini membutuhkan guru yang terampil dalam bertanya (questioning) sehingga
kesuksesan pembelajaran hamper sepenuhnya ditentukan kemampuan guru dalam
memberikan ilustrasi-ilustrasi.
2. Tingkat keefektifan model pembelajaran induktif ini, jadinya-sangat tergantung pada
keterampilan guru dalam bertanya dan mengarahkan pembelajaran, dimana guru harus
menjadi pembimbing yang akan untuk membuat siswa berpikir
3. Model pembelajaran ini sangat tergantung pada lingkungan eksternal, guru harus bisa
menciptakan kondisi dan situasi belajar yang kondusif agar siswa merasa aman dan
tak malu/takut mengeluarkan pendapatnya. Jika syarat-syarat ini tidak terpenuhi,
maka tujuan pembelajaran tidak akan tercapai secarasempurna
4. Saat pembelajaran berlangsung dengan menggunakan model pembelajaran induktif,
guru harus telah menyiapkan perangkat-perangkat yang akan membuat siswa
beraktivitas dan mengobarkan semangat siswa untuk melakukan observasi terhadap
ilustrasi-ilustrasi yang diberikan, melalui pertanyaan-pertanyaan yang diberikan oleh
guru. Dengan metode ini maka kemandirian siswa tidak dapat berkembangoptimal.
5. Guru harus menjaga siswa agar perhatian mereka tetap pada tugas belajar yang
diberikan, sehingga peran guru sangat vital dalam mengontrol proses belajar siswa.
6. Kesuksesan proses belajar mengajar dengan menggunakan model pembelajaran
induktif bergantung pada contoh-contoh atau ilustrasi yang digunakan oleh guru.
7. Pembelajaran tidak dapat berjalan bila guru dan muridnya tidak suka membaca,
sehingga tidak mempunyai pilihan dalam proses induktif.
15
BAB III
PENUTUP
3.1 kesimpulan
Dari pembahasan di atas dapat di simpulkan bahwa :
1. Pengertian Model pembelajaran induktif adalah sebuah pembelajaran yang
bersifat langsung tapi sangat efektif untuk membantu siswa mengembangkan
keterampilan berpikir tingkat tinggi dan keterampilan berpikir kritis. Pada
model pembelajaran induktif guru langsung memberikan presentasi informasi-
informasi yang akan memberikan ilustrasi-ilustrasi tentang topik yang akan
dipelajari siswa, selanjutnya guru membimbing siswa untuk menemukan pola-
pola tertentu dari ilustrasi-ilustrasi yang diberikan. Model pembelajaran
induktif dirancang berlandaskan teori konstruktivisme dalam belajar. Model
ini membutuhkan guru yang terampil dalam bertanya (questioning) dalam
penerapannya. Melalui pertanyaan-pertanyaan inilah guru akan membimbing
siswa membangun pemahaman terhadap materi pelajaran dengan cara berpikir
dan membangun ide. Tingkat keefektifan model pembelajaran induktif ini,
jadinya-sangat tergantung pada keterampilan guru dalam bertanya dan
mengarahkan pembelajaran, dimana guru harus menjadi pembimbing yang
akan untuk membuat siswa berpikir.
2. Tahapan-tahapan model induktif Terdapat empat tahapan dalam model
pembelajaran induktif, yaitu : Tahap Terbuka (Open-Ended Phase), Tahap
Konvergen (Convergent Phase), Tahap Penutupan (Closure), dan Aplikasi
(Penerapan / Application).
3. Strategi model pembelajaran induktif
1. Pembentukan pengertian dan pembentukan konsep. Pada fase ini
langkah pembelajaran yang di tempuh adalah mengenalkan masalah
dan menguraikan masalah menjadi bagian bagian yang lebih kecil.
Kemudian mengelompokkan fakta fakta yang serupa dan tidak serupa
menjadi suatu kumpulan selanjutnya adalah menentukan susunan fakta
tersebut .
2. Interprestasi data . pada fase ini langkah pembelajaran dilakukan
dengan memberikan pengetahuan tentang rincian fakta dan hubungan
antar fakta, lalu menerangkan hal hal yang ada hubungannya dengan
dukungan pada perkiraan atau hipotesis dan ramalan.
3. Penerapan prinsip, pada fase ini langkah pembelajaran yang di ambil
adalah membuat perkiraan atau hipotesis dan ramalan tersebut, dan
yang terakhir adalah pemeriksaan ramalan.
16
4. Prinsip pembelajaran model induktif
prinsip utama dari model adalah bahwa siswa memiliki kemampuan
untuk membuat generalisasi yang dapat membantu mereka untuk menguasai
konvensi bahasa urutan instruksional dari siklus model dan mendaur ulang
melalui kegiatan-kegiatan berikut : para siswa mempelajari gambar yang
dipilih oleh guru mengidentifikasi apa yang mereka lihat dalam gambar untuk
guru untuk memberi label membaca dan meninjau kata-kata yang dihasilkan
menggunakan bagan kata gambar untuk membaca kumpulan kata-kata mereka
sendiri kata-kata klasifikasi menurut properti mereka dapat mengidentifikasi
dan mengembangkan judul, kalimat, dan paragraf tentang gambar mereka.
3.2 Saran
Penulis menyadari bahwa masih jauh dari kata sempurna. Kedepannya
penulis akan lebih fkus dan details dalam menjelaskan tentang materi di atas
dengan sumber-sumber yang lebih banyak dan tentunya dapat
dipertanggungjwabkan. Untuk saran bisaa berisi kritik atau saran terhadap
penulisan juga bisa untuk menanggapi terhadap kesimpulan dan bahasan
makalah yang telah di jelaskan.
17
DAFTAR PUSTAKA
Aisyah ani , 2016. Study literatur:Pendekatan induktif untuk meningkatkan kemampuan
generalisasi dan self confident siswa smk. Bandung: Universitas Pendidikan
Indonesia.
Aprilianti, Nur faida fitri,2014. Penerapan model pembelajaran induktif untuk melatih
keterampilan metakognitif siswa pada materi larutan penyangga. Surabaya :
Universitas Negeri Surabaya.
Bruce Joice, 2015. Model of teaching. Yogyakarta : Pustaka Belajar
Buhaerah, dkk, 2005. Model pengajaran dan pelatihan strategi kognitif (model p2sk) yang
mengembangkan kemampuan berpikir kritis dan kreatif
Calhoun, Emily f. 1999. Teaching beginning reading and writing with the picture work
inductive model. Virginia : USA.
Dr. Malik Amer , dkk. 2015. Comparative study of inductive& deductive methods of teaching
mathematics at elementary level. Pakistan : Institute Of Education and Research
Gomal University.
Dr. Warsiman, M.Pd. 2016. Membumikan pembelajaran sastra yang humanis .Malang :
Universitas Brawijaya.
Firmina Angela Nai. 2017. Teori belajar dan pembelajaran. Yogyakarta : Budi Utama.
Glaser, Karen .2014. Inductive or Deductive. Luniburg : Universitat.
Joshua B, dkk. 2006. Theory-based Bayesian models of inductive learning and reasoning.
Department of Brain and Cognitive Sciences, Massachusetts Institute of
Technology, Cambridge, MA, USA.
Limris Gorat. 2013. The effect of using deductive approach and inductive approach in
teaching English to student on their conditional sentence mastery. Surabaya :
Universitas Katolik Widya Mandala.
Luís Fernando Raínho Alves Torgo. 1999. INDUCTIVE LEARNING OF TREE-BASED REGRESSION
MODELS. Departamen to de Ciência de Computadores Faculdade de Ciências da
Universidade do Porto Setembro de 1999.
18
Mustofa, Imron . 2016. Jendela Logika dalam Berfikir: Deduksi dan Induksi sebagai Dasar
Penalaran Ilmiah. Jurnal Pemikiran dan Pendidikan Islam Volume 6, Nomor 2.
Sari, Diah Prawitha.2016. Berpikir matematis dengan metode induktif , deduktif, analogi,
integrative dan abstrak. Jurnal matematika dan pendidikan matematika vol. 5
universitas khairun ternate.
Teresia, Maria Nike K. 2015. Penalaran deduktif dan induktif siswa dalam pemecahan
masalah trigonometri di tinjau dari tingkat IQ . Surabaya : santa maria.
Zakaria ndemo. 2017. Mathematics Undergraduate Student Teachers’ Conceptions of Guided
Inductive and Deductive Teaching Approaches. Journal of Curriculum and
Teaching Vol.6 No.2

More Related Content

What's hot

Teori belajar kognitif ( gestalt dan teori medan)
Teori belajar kognitif ( gestalt dan teori medan) Teori belajar kognitif ( gestalt dan teori medan)
Teori belajar kognitif ( gestalt dan teori medan) nftama77
 
Teori belajar menurut piaget, bruner, dan gelstat
Teori belajar menurut piaget, bruner, dan gelstatTeori belajar menurut piaget, bruner, dan gelstat
Teori belajar menurut piaget, bruner, dan gelstatYuli Sinaga
 
94189348 bab-ii-skripsi-shirli-2012-hubungan-antara-apersepsi-dengan-hasil-be...
94189348 bab-ii-skripsi-shirli-2012-hubungan-antara-apersepsi-dengan-hasil-be...94189348 bab-ii-skripsi-shirli-2012-hubungan-antara-apersepsi-dengan-hasil-be...
94189348 bab-ii-skripsi-shirli-2012-hubungan-antara-apersepsi-dengan-hasil-be...Ahmad Adnan
 
Penalaran Deduktif dan Indukitf untuk pembelajaran matematika dasar progam PGSD
Penalaran Deduktif dan Indukitf untuk pembelajaran matematika dasar progam PGSDPenalaran Deduktif dan Indukitf untuk pembelajaran matematika dasar progam PGSD
Penalaran Deduktif dan Indukitf untuk pembelajaran matematika dasar progam PGSDRosyidah L
 
teori belajar dan motivasi ok
 teori belajar dan motivasi ok teori belajar dan motivasi ok
teori belajar dan motivasi okKanu Rich
 
Teori pembelajaran kognitif
Teori pembelajaran kognitifTeori pembelajaran kognitif
Teori pembelajaran kognitifsalamoon
 
Makalah Penalaran Karangan
Makalah Penalaran KaranganMakalah Penalaran Karangan
Makalah Penalaran KaranganAnnisa Icha
 
psikologi pendidikan tentang Metode, Tujuan, dan Peranan Psikologi Pendidikan
psikologi pendidikan tentang Metode, Tujuan, dan Peranan Psikologi Pendidikanpsikologi pendidikan tentang Metode, Tujuan, dan Peranan Psikologi Pendidikan
psikologi pendidikan tentang Metode, Tujuan, dan Peranan Psikologi PendidikanNadya Ayunisa
 
Teori belajar Kognitivisme, Behaviorisme, Humanisme, Dan Konstruktivisme
Teori belajar Kognitivisme, Behaviorisme, Humanisme, Dan KonstruktivismeTeori belajar Kognitivisme, Behaviorisme, Humanisme, Dan Konstruktivisme
Teori belajar Kognitivisme, Behaviorisme, Humanisme, Dan KonstruktivismePratiwiKartikaSari
 
Teori Kognitivistik
Teori KognitivistikTeori Kognitivistik
Teori Kognitivistik3ry21
 
Penalaran induktif dan deduktif
Penalaran induktif dan deduktif Penalaran induktif dan deduktif
Penalaran induktif dan deduktif Mentari Nita
 
Teori pembelajaran kognitif
Teori pembelajaran kognitifTeori pembelajaran kognitif
Teori pembelajaran kognitifCikgu Zatiah
 
Perbandingan antara Piagetianisme dan Ausubelianisme
Perbandingan antara Piagetianisme dan AusubelianismePerbandingan antara Piagetianisme dan Ausubelianisme
Perbandingan antara Piagetianisme dan AusubelianismeIndah KumaLa
 

What's hot (20)

Teori belajar kognitif ( gestalt dan teori medan)
Teori belajar kognitif ( gestalt dan teori medan) Teori belajar kognitif ( gestalt dan teori medan)
Teori belajar kognitif ( gestalt dan teori medan)
 
Teori belajar menurut piaget, bruner, dan gelstat
Teori belajar menurut piaget, bruner, dan gelstatTeori belajar menurut piaget, bruner, dan gelstat
Teori belajar menurut piaget, bruner, dan gelstat
 
94189348 bab-ii-skripsi-shirli-2012-hubungan-antara-apersepsi-dengan-hasil-be...
94189348 bab-ii-skripsi-shirli-2012-hubungan-antara-apersepsi-dengan-hasil-be...94189348 bab-ii-skripsi-shirli-2012-hubungan-antara-apersepsi-dengan-hasil-be...
94189348 bab-ii-skripsi-shirli-2012-hubungan-antara-apersepsi-dengan-hasil-be...
 
Penalaran Deduktif dan Indukitf untuk pembelajaran matematika dasar progam PGSD
Penalaran Deduktif dan Indukitf untuk pembelajaran matematika dasar progam PGSDPenalaran Deduktif dan Indukitf untuk pembelajaran matematika dasar progam PGSD
Penalaran Deduktif dan Indukitf untuk pembelajaran matematika dasar progam PGSD
 
teori belajar dan motivasi ok
 teori belajar dan motivasi ok teori belajar dan motivasi ok
teori belajar dan motivasi ok
 
Esei
EseiEsei
Esei
 
Teori pembelajaran kognitif
Teori pembelajaran kognitifTeori pembelajaran kognitif
Teori pembelajaran kognitif
 
Teori kognitif
Teori kognitifTeori kognitif
Teori kognitif
 
TEORI BELAJAR
TEORI BELAJARTEORI BELAJAR
TEORI BELAJAR
 
Makalah Penalaran Karangan
Makalah Penalaran KaranganMakalah Penalaran Karangan
Makalah Penalaran Karangan
 
Pp. belajar
Pp. belajarPp. belajar
Pp. belajar
 
Teori kognitif
Teori kognitif  Teori kognitif
Teori kognitif
 
psikologi pendidikan tentang Metode, Tujuan, dan Peranan Psikologi Pendidikan
psikologi pendidikan tentang Metode, Tujuan, dan Peranan Psikologi Pendidikanpsikologi pendidikan tentang Metode, Tujuan, dan Peranan Psikologi Pendidikan
psikologi pendidikan tentang Metode, Tujuan, dan Peranan Psikologi Pendidikan
 
Teori belajar Kognitivisme, Behaviorisme, Humanisme, Dan Konstruktivisme
Teori belajar Kognitivisme, Behaviorisme, Humanisme, Dan KonstruktivismeTeori belajar Kognitivisme, Behaviorisme, Humanisme, Dan Konstruktivisme
Teori belajar Kognitivisme, Behaviorisme, Humanisme, Dan Konstruktivisme
 
Teori Kognitivistik
Teori KognitivistikTeori Kognitivistik
Teori Kognitivistik
 
Teori belajar
Teori belajarTeori belajar
Teori belajar
 
Penalaran induktif dan deduktif
Penalaran induktif dan deduktif Penalaran induktif dan deduktif
Penalaran induktif dan deduktif
 
Teori kognitif
Teori kognitif Teori kognitif
Teori kognitif
 
Teori pembelajaran kognitif
Teori pembelajaran kognitifTeori pembelajaran kognitif
Teori pembelajaran kognitif
 
Perbandingan antara Piagetianisme dan Ausubelianisme
Perbandingan antara Piagetianisme dan AusubelianismePerbandingan antara Piagetianisme dan Ausubelianisme
Perbandingan antara Piagetianisme dan Ausubelianisme
 

Similar to ini menggunakan dan secara singkat menjelaskan topik dokumen yaitu mengenai pengembangan model pengajaran induktif. Judul ini juga optimal untuk pencarian kata kunci "model pengajaran induktif

Teori Belajar Bruner (Bruner)
Teori Belajar Bruner (Bruner)Teori Belajar Bruner (Bruner)
Teori Belajar Bruner (Bruner)Yoshiie Srinita
 
konsep pendekatan scientific
konsep pendekatan scientifickonsep pendekatan scientific
konsep pendekatan scientificDesy Aryanti
 
SOSIOLOGI PENDIDIKAN; KETERKAITAN ANTARA PEMBELAJARAN DAN KOGNISI, SERTA MOTI...
SOSIOLOGI PENDIDIKAN; KETERKAITAN ANTARA PEMBELAJARAN DAN KOGNISI, SERTA MOTI...SOSIOLOGI PENDIDIKAN; KETERKAITAN ANTARA PEMBELAJARAN DAN KOGNISI, SERTA MOTI...
SOSIOLOGI PENDIDIKAN; KETERKAITAN ANTARA PEMBELAJARAN DAN KOGNISI, SERTA MOTI...Dadang DjokoKaryanto
 
Strategi pengajaran sains kanak kanak secara inkuiri
Strategi pengajaran sains kanak kanak secara inkuiriStrategi pengajaran sains kanak kanak secara inkuiri
Strategi pengajaran sains kanak kanak secara inkuiriIzny Atikah
 
SOSIOLOGI PENDIDIKAN; KETERKAITAN ANTARA PEMBELAJARAN DAN KOGNISI, SERTA MOTI...
SOSIOLOGI PENDIDIKAN; KETERKAITAN ANTARA PEMBELAJARAN DAN KOGNISI, SERTA MOTI...SOSIOLOGI PENDIDIKAN; KETERKAITAN ANTARA PEMBELAJARAN DAN KOGNISI, SERTA MOTI...
SOSIOLOGI PENDIDIKAN; KETERKAITAN ANTARA PEMBELAJARAN DAN KOGNISI, SERTA MOTI...Dadang DjokoKaryanto
 
Strategi pembelajaran inquiry
Strategi pembelajaran inquiryStrategi pembelajaran inquiry
Strategi pembelajaran inquiryZahrotun Nisa'
 
Makalah kelomppk 2 teoribelajar dan pembelajaran
Makalah kelomppk 2 teoribelajar dan pembelajaranMakalah kelomppk 2 teoribelajar dan pembelajaran
Makalah kelomppk 2 teoribelajar dan pembelajaransundelubek1
 
Tugas kelompok 3 motorik
Tugas kelompok 3 motorikTugas kelompok 3 motorik
Tugas kelompok 3 motorikporja_b
 
Scaffolding pendekatan saintifik
Scaffolding pendekatan saintifikScaffolding pendekatan saintifik
Scaffolding pendekatan saintifikNurWakhidah11
 
Teori pembelajaran kognitif
Teori pembelajaran kognitifTeori pembelajaran kognitif
Teori pembelajaran kognitifPriyaRav
 
Martikulasi Pascasarjana "Teori Belajar dan Pembelajaran" M. Ifaldi Sidik
Martikulasi Pascasarjana "Teori Belajar dan Pembelajaran" M. Ifaldi SidikMartikulasi Pascasarjana "Teori Belajar dan Pembelajaran" M. Ifaldi Sidik
Martikulasi Pascasarjana "Teori Belajar dan Pembelajaran" M. Ifaldi SidikM. Ifaldi Sidik
 
Model Model Pembelajaran (1).docx
Model Model Pembelajaran (1).docxModel Model Pembelajaran (1).docx
Model Model Pembelajaran (1).docxSALMIARISAM
 
TOPIK 1 - kognitif.pptx
TOPIK 1 - kognitif.pptxTOPIK 1 - kognitif.pptx
TOPIK 1 - kognitif.pptxnarul456
 
Pembelajaran Discovery Learning
Pembelajaran Discovery LearningPembelajaran Discovery Learning
Pembelajaran Discovery LearningAndi Rafiah S
 
1.03 teori belajar dan motivasi
1.03 teori belajar dan motivasi1.03 teori belajar dan motivasi
1.03 teori belajar dan motivasiZack Razz
 

Similar to ini menggunakan dan secara singkat menjelaskan topik dokumen yaitu mengenai pengembangan model pengajaran induktif. Judul ini juga optimal untuk pencarian kata kunci "model pengajaran induktif (20)

Teori Belajar Bruner (Bruner)
Teori Belajar Bruner (Bruner)Teori Belajar Bruner (Bruner)
Teori Belajar Bruner (Bruner)
 
Modul (kb 4) saintifik
Modul (kb 4) saintifikModul (kb 4) saintifik
Modul (kb 4) saintifik
 
Dede gugun
Dede gugunDede gugun
Dede gugun
 
konsep pendekatan scientific
konsep pendekatan scientifickonsep pendekatan scientific
konsep pendekatan scientific
 
SOSIOLOGI PENDIDIKAN; KETERKAITAN ANTARA PEMBELAJARAN DAN KOGNISI, SERTA MOTI...
SOSIOLOGI PENDIDIKAN; KETERKAITAN ANTARA PEMBELAJARAN DAN KOGNISI, SERTA MOTI...SOSIOLOGI PENDIDIKAN; KETERKAITAN ANTARA PEMBELAJARAN DAN KOGNISI, SERTA MOTI...
SOSIOLOGI PENDIDIKAN; KETERKAITAN ANTARA PEMBELAJARAN DAN KOGNISI, SERTA MOTI...
 
Strategi pengajaran sains kanak kanak secara inkuiri
Strategi pengajaran sains kanak kanak secara inkuiriStrategi pengajaran sains kanak kanak secara inkuiri
Strategi pengajaran sains kanak kanak secara inkuiri
 
SOSIOLOGI PENDIDIKAN; KETERKAITAN ANTARA PEMBELAJARAN DAN KOGNISI, SERTA MOTI...
SOSIOLOGI PENDIDIKAN; KETERKAITAN ANTARA PEMBELAJARAN DAN KOGNISI, SERTA MOTI...SOSIOLOGI PENDIDIKAN; KETERKAITAN ANTARA PEMBELAJARAN DAN KOGNISI, SERTA MOTI...
SOSIOLOGI PENDIDIKAN; KETERKAITAN ANTARA PEMBELAJARAN DAN KOGNISI, SERTA MOTI...
 
Web laksmi purnayanti
Web laksmi purnayantiWeb laksmi purnayanti
Web laksmi purnayanti
 
Strategi pembelajaran inquiry
Strategi pembelajaran inquiryStrategi pembelajaran inquiry
Strategi pembelajaran inquiry
 
Makalah kelomppk 2 teoribelajar dan pembelajaran
Makalah kelomppk 2 teoribelajar dan pembelajaranMakalah kelomppk 2 teoribelajar dan pembelajaran
Makalah kelomppk 2 teoribelajar dan pembelajaran
 
Tugas kelompok 3 motorik
Tugas kelompok 3 motorikTugas kelompok 3 motorik
Tugas kelompok 3 motorik
 
Scaffolding pendekatan saintifik
Scaffolding pendekatan saintifikScaffolding pendekatan saintifik
Scaffolding pendekatan saintifik
 
Strategi pembelajaran
Strategi pembelajaranStrategi pembelajaran
Strategi pembelajaran
 
Teori pembelajaran kognitif
Teori pembelajaran kognitifTeori pembelajaran kognitif
Teori pembelajaran kognitif
 
Martikulasi Pascasarjana "Teori Belajar dan Pembelajaran" M. Ifaldi Sidik
Martikulasi Pascasarjana "Teori Belajar dan Pembelajaran" M. Ifaldi SidikMartikulasi Pascasarjana "Teori Belajar dan Pembelajaran" M. Ifaldi Sidik
Martikulasi Pascasarjana "Teori Belajar dan Pembelajaran" M. Ifaldi Sidik
 
TEORI KOGNITIVISME
TEORI KOGNITIVISMETEORI KOGNITIVISME
TEORI KOGNITIVISME
 
Model Model Pembelajaran (1).docx
Model Model Pembelajaran (1).docxModel Model Pembelajaran (1).docx
Model Model Pembelajaran (1).docx
 
TOPIK 1 - kognitif.pptx
TOPIK 1 - kognitif.pptxTOPIK 1 - kognitif.pptx
TOPIK 1 - kognitif.pptx
 
Pembelajaran Discovery Learning
Pembelajaran Discovery LearningPembelajaran Discovery Learning
Pembelajaran Discovery Learning
 
1.03 teori belajar dan motivasi
1.03 teori belajar dan motivasi1.03 teori belajar dan motivasi
1.03 teori belajar dan motivasi
 

More from sintaroyani

Makalah model pengawasan laku
Makalah model pengawasan lakuMakalah model pengawasan laku
Makalah model pengawasan lakusintaroyani
 
Model pencapaian konsep
Model pencapaian konsepModel pencapaian konsep
Model pencapaian konsepsintaroyani
 
Konsep pengayaan
Konsep pengayaan Konsep pengayaan
Konsep pengayaan sintaroyani
 
Teams games tournament 1
Teams games tournament 1Teams games tournament 1
Teams games tournament 1sintaroyani
 
Teams games tournamen
Teams games tournamenTeams games tournamen
Teams games tournamensintaroyani
 
Model pencapaian konsep
Model pencapaian konsepModel pencapaian konsep
Model pencapaian konsepsintaroyani
 
Problem based learning
Problem based learningProblem based learning
Problem based learningsintaroyani
 
Makalah model konsiderasi
Makalah model konsiderasiMakalah model konsiderasi
Makalah model konsiderasisintaroyani
 
Makalah model pembelajaran nht
Makalah model pembelajaran nhtMakalah model pembelajaran nht
Makalah model pembelajaran nhtsintaroyani
 
Tesis Isi perkembangan peserta didik
Tesis Isi perkembangan peserta didikTesis Isi perkembangan peserta didik
Tesis Isi perkembangan peserta didiksintaroyani
 
Makna Psikologi Perkembangan Peserta Didik
Makna Psikologi Perkembangan Peserta DidikMakna Psikologi Perkembangan Peserta Didik
Makna Psikologi Perkembangan Peserta Didiksintaroyani
 
Ringkasan Materi Kuliah PERKEMBANGAN PESERTA DIDIK
Ringkasan Materi Kuliah PERKEMBANGAN  PESERTA DIDIKRingkasan Materi Kuliah PERKEMBANGAN  PESERTA DIDIK
Ringkasan Materi Kuliah PERKEMBANGAN PESERTA DIDIKsintaroyani
 
Buku Perkembangan Peserta Didik
Buku Perkembangan Peserta DidikBuku Perkembangan Peserta Didik
Buku Perkembangan Peserta Didiksintaroyani
 
Jurnal pendidikan maret 2011, volume 3 nomor 1
Jurnal pendidikan maret 2011, volume 3 nomor 1Jurnal pendidikan maret 2011, volume 3 nomor 1
Jurnal pendidikan maret 2011, volume 3 nomor 1sintaroyani
 

More from sintaroyani (16)

Makalah model pengawasan laku
Makalah model pengawasan lakuMakalah model pengawasan laku
Makalah model pengawasan laku
 
Model pencapaian konsep
Model pencapaian konsepModel pencapaian konsep
Model pencapaian konsep
 
Konsep pengayaan
Konsep pengayaan Konsep pengayaan
Konsep pengayaan
 
Teams games tournament 1
Teams games tournament 1Teams games tournament 1
Teams games tournament 1
 
Teams games tournamen
Teams games tournamenTeams games tournamen
Teams games tournamen
 
Synectik
SynectikSynectik
Synectik
 
Model pencapaian konsep
Model pencapaian konsepModel pencapaian konsep
Model pencapaian konsep
 
Problem based learning
Problem based learningProblem based learning
Problem based learning
 
Model inquiry
Model inquiryModel inquiry
Model inquiry
 
Makalah model konsiderasi
Makalah model konsiderasiMakalah model konsiderasi
Makalah model konsiderasi
 
Makalah model pembelajaran nht
Makalah model pembelajaran nhtMakalah model pembelajaran nht
Makalah model pembelajaran nht
 
Tesis Isi perkembangan peserta didik
Tesis Isi perkembangan peserta didikTesis Isi perkembangan peserta didik
Tesis Isi perkembangan peserta didik
 
Makna Psikologi Perkembangan Peserta Didik
Makna Psikologi Perkembangan Peserta DidikMakna Psikologi Perkembangan Peserta Didik
Makna Psikologi Perkembangan Peserta Didik
 
Ringkasan Materi Kuliah PERKEMBANGAN PESERTA DIDIK
Ringkasan Materi Kuliah PERKEMBANGAN  PESERTA DIDIKRingkasan Materi Kuliah PERKEMBANGAN  PESERTA DIDIK
Ringkasan Materi Kuliah PERKEMBANGAN PESERTA DIDIK
 
Buku Perkembangan Peserta Didik
Buku Perkembangan Peserta DidikBuku Perkembangan Peserta Didik
Buku Perkembangan Peserta Didik
 
Jurnal pendidikan maret 2011, volume 3 nomor 1
Jurnal pendidikan maret 2011, volume 3 nomor 1Jurnal pendidikan maret 2011, volume 3 nomor 1
Jurnal pendidikan maret 2011, volume 3 nomor 1
 

Recently uploaded

Tugas 1 pembaruan dlm pembelajaran jawaban tugas tuton 1.docx
Tugas 1 pembaruan dlm pembelajaran jawaban tugas tuton 1.docxTugas 1 pembaruan dlm pembelajaran jawaban tugas tuton 1.docx
Tugas 1 pembaruan dlm pembelajaran jawaban tugas tuton 1.docxmawan5982
 
Modul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdf
Modul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdfModul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdf
Modul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdfSitiJulaeha820399
 
aku-dan-kebutuhanku-Kelas 4 SD Mapel IPAS
aku-dan-kebutuhanku-Kelas 4 SD Mapel IPASaku-dan-kebutuhanku-Kelas 4 SD Mapel IPAS
aku-dan-kebutuhanku-Kelas 4 SD Mapel IPASreskosatrio1
 
Wawasan Nusantara sebagai satu kesatuan, politik, ekonomi, sosial, budaya, d...
Wawasan Nusantara  sebagai satu kesatuan, politik, ekonomi, sosial, budaya, d...Wawasan Nusantara  sebagai satu kesatuan, politik, ekonomi, sosial, budaya, d...
Wawasan Nusantara sebagai satu kesatuan, politik, ekonomi, sosial, budaya, d...MarwanAnugrah
 
implementasu Permendikbudristek no 53 2023
implementasu Permendikbudristek no 53 2023implementasu Permendikbudristek no 53 2023
implementasu Permendikbudristek no 53 2023DodiSetiawan46
 
PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...
PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...
PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...Kanaidi ken
 
Materi Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptx
Materi Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptxMateri Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptx
Materi Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptxRezaWahyuni6
 
PPT Integrasi Islam & Ilmu Pengetahuan.pptx
PPT Integrasi Islam & Ilmu Pengetahuan.pptxPPT Integrasi Islam & Ilmu Pengetahuan.pptx
PPT Integrasi Islam & Ilmu Pengetahuan.pptxnerow98
 
Demonstrasi Kontekstual Modul 1.2. pdf
Demonstrasi Kontekstual  Modul 1.2.  pdfDemonstrasi Kontekstual  Modul 1.2.  pdf
Demonstrasi Kontekstual Modul 1.2. pdfvebronialite32
 
DEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 PENDIDIKAN GURU PENGGERAK
DEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 PENDIDIKAN GURU PENGGERAKDEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 PENDIDIKAN GURU PENGGERAK
DEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 PENDIDIKAN GURU PENGGERAKirwan461475
 
adap penggunaan media sosial dalam kehidupan sehari-hari.pptx
adap penggunaan media sosial dalam kehidupan sehari-hari.pptxadap penggunaan media sosial dalam kehidupan sehari-hari.pptx
adap penggunaan media sosial dalam kehidupan sehari-hari.pptxmtsmampunbarub4
 
DESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptx
DESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptxDESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptx
DESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptxFuzaAnggriana
 
Materi Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptx
Materi Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptxMateri Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptx
Materi Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptxRezaWahyuni6
 
Karakteristik Negara Brazil, Geografi Regional Dunia
Karakteristik Negara Brazil, Geografi Regional DuniaKarakteristik Negara Brazil, Geografi Regional Dunia
Karakteristik Negara Brazil, Geografi Regional DuniaNadia Putri Ayu
 
Lembar Observasi Pembelajaran di Kelas.docx
Lembar Observasi Pembelajaran di  Kelas.docxLembar Observasi Pembelajaran di  Kelas.docx
Lembar Observasi Pembelajaran di Kelas.docxbkandrisaputra
 
Aksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru Penggerak
Aksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru PenggerakAksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru Penggerak
Aksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru Penggeraksupriadi611
 
Kesebangunan Segitiga matematika kelas 7 kurikulum merdeka.pptx
Kesebangunan Segitiga matematika kelas 7 kurikulum merdeka.pptxKesebangunan Segitiga matematika kelas 7 kurikulum merdeka.pptx
Kesebangunan Segitiga matematika kelas 7 kurikulum merdeka.pptxDwiYuniarti14
 
Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5
Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5
Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5KIKI TRISNA MUKTI
 
Karakteristik Negara Mesir (Geografi Regional Dunia)
Karakteristik Negara Mesir (Geografi Regional Dunia)Karakteristik Negara Mesir (Geografi Regional Dunia)
Karakteristik Negara Mesir (Geografi Regional Dunia)3HerisaSintia
 
Jurnal Dwi mingguan modul 1.2-gurupenggerak.pptx
Jurnal Dwi mingguan modul 1.2-gurupenggerak.pptxJurnal Dwi mingguan modul 1.2-gurupenggerak.pptx
Jurnal Dwi mingguan modul 1.2-gurupenggerak.pptxBambang440423
 

Recently uploaded (20)

Tugas 1 pembaruan dlm pembelajaran jawaban tugas tuton 1.docx
Tugas 1 pembaruan dlm pembelajaran jawaban tugas tuton 1.docxTugas 1 pembaruan dlm pembelajaran jawaban tugas tuton 1.docx
Tugas 1 pembaruan dlm pembelajaran jawaban tugas tuton 1.docx
 
Modul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdf
Modul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdfModul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdf
Modul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdf
 
aku-dan-kebutuhanku-Kelas 4 SD Mapel IPAS
aku-dan-kebutuhanku-Kelas 4 SD Mapel IPASaku-dan-kebutuhanku-Kelas 4 SD Mapel IPAS
aku-dan-kebutuhanku-Kelas 4 SD Mapel IPAS
 
Wawasan Nusantara sebagai satu kesatuan, politik, ekonomi, sosial, budaya, d...
Wawasan Nusantara  sebagai satu kesatuan, politik, ekonomi, sosial, budaya, d...Wawasan Nusantara  sebagai satu kesatuan, politik, ekonomi, sosial, budaya, d...
Wawasan Nusantara sebagai satu kesatuan, politik, ekonomi, sosial, budaya, d...
 
implementasu Permendikbudristek no 53 2023
implementasu Permendikbudristek no 53 2023implementasu Permendikbudristek no 53 2023
implementasu Permendikbudristek no 53 2023
 
PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...
PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...
PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...
 
Materi Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptx
Materi Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptxMateri Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptx
Materi Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptx
 
PPT Integrasi Islam & Ilmu Pengetahuan.pptx
PPT Integrasi Islam & Ilmu Pengetahuan.pptxPPT Integrasi Islam & Ilmu Pengetahuan.pptx
PPT Integrasi Islam & Ilmu Pengetahuan.pptx
 
Demonstrasi Kontekstual Modul 1.2. pdf
Demonstrasi Kontekstual  Modul 1.2.  pdfDemonstrasi Kontekstual  Modul 1.2.  pdf
Demonstrasi Kontekstual Modul 1.2. pdf
 
DEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 PENDIDIKAN GURU PENGGERAK
DEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 PENDIDIKAN GURU PENGGERAKDEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 PENDIDIKAN GURU PENGGERAK
DEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 PENDIDIKAN GURU PENGGERAK
 
adap penggunaan media sosial dalam kehidupan sehari-hari.pptx
adap penggunaan media sosial dalam kehidupan sehari-hari.pptxadap penggunaan media sosial dalam kehidupan sehari-hari.pptx
adap penggunaan media sosial dalam kehidupan sehari-hari.pptx
 
DESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptx
DESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptxDESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptx
DESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptx
 
Materi Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptx
Materi Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptxMateri Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptx
Materi Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptx
 
Karakteristik Negara Brazil, Geografi Regional Dunia
Karakteristik Negara Brazil, Geografi Regional DuniaKarakteristik Negara Brazil, Geografi Regional Dunia
Karakteristik Negara Brazil, Geografi Regional Dunia
 
Lembar Observasi Pembelajaran di Kelas.docx
Lembar Observasi Pembelajaran di  Kelas.docxLembar Observasi Pembelajaran di  Kelas.docx
Lembar Observasi Pembelajaran di Kelas.docx
 
Aksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru Penggerak
Aksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru PenggerakAksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru Penggerak
Aksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru Penggerak
 
Kesebangunan Segitiga matematika kelas 7 kurikulum merdeka.pptx
Kesebangunan Segitiga matematika kelas 7 kurikulum merdeka.pptxKesebangunan Segitiga matematika kelas 7 kurikulum merdeka.pptx
Kesebangunan Segitiga matematika kelas 7 kurikulum merdeka.pptx
 
Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5
Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5
Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5
 
Karakteristik Negara Mesir (Geografi Regional Dunia)
Karakteristik Negara Mesir (Geografi Regional Dunia)Karakteristik Negara Mesir (Geografi Regional Dunia)
Karakteristik Negara Mesir (Geografi Regional Dunia)
 
Jurnal Dwi mingguan modul 1.2-gurupenggerak.pptx
Jurnal Dwi mingguan modul 1.2-gurupenggerak.pptxJurnal Dwi mingguan modul 1.2-gurupenggerak.pptx
Jurnal Dwi mingguan modul 1.2-gurupenggerak.pptx
 

ini menggunakan dan secara singkat menjelaskan topik dokumen yaitu mengenai pengembangan model pengajaran induktif. Judul ini juga optimal untuk pencarian kata kunci "model pengajaran induktif

  • 1. 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan pengetahuan saat ini telah melaju dengan pesat dan erat hubungannya dengan perkembangan teknologi. Maka seharusnya seorang guru harus mampu menyesuaikan kondisi perkembangan yang telah ada saat ini dengan lebih mengembangkan sesuatu pembelajaran atau metode yang harus dilakukan ketika melakukan pembelajaran kepada siswanya. Seorang guru di tuntut mempunyai pengetahuan, keterampilan dan sikap professional dalam memberikan pembelajaran terhadap siswa-siswanya saat digunakan dalam proses pembelajaran. Dapat dikatakan berhasil atau tidaknya kegiatan pembelajaran, tergantung pada efektif tidaknya metode pembelajaran yang dipergunakan oleh guru dalam proses pembelajaran. Pembelajaran yang dilakukan terkesan monoton dan tidak menggairahkan siswa untuk belajar lebih aktif lagi. Hal itu mengakibatkan siswa kurang berminat untuk mengikuti dan melaksanakan proses pembelajaran, sehingga tujuan pembelajaran yang diinginkan tidak dapat tercapai secara optimal. Dalam proses kegiatan pembelajaran terdapat berbagai jenis strategi pembelajaran yang dapat digunakan oleh guru. Strategi pembelajaran tersebut dapat diklasifikasi dengan menggunakan berbagai dasar (titik tolak) klasifikasi. Bagi seorang guru pemahaman tentang berbagai dasar klasifikasi tersebut disamping bermanfaat sebagai kerangka acuan untuk memahami dengan lebih baik setiap strategi pembelajaran, juga pada gilirannya akan sangat bermanfaat didalam memilih serta menggunakan setiap jenis trategi pembelajarann tersebut secara lebih efektif didalam penciptaan sistem lingkungan belajar-mengajar. Terdapat beberapa strategi pembelajaran yang dapat digunakan dalam proses pembelajaran. Dalam memilih metode pembelajaran, guru tidak boleh memilih secara asal- asalan. Strategi yang digunakan haruslah strategi yang direncanakan berdasarkan pertimbangan perbedaan individu diantara siswa, yang dapat memberi feedback dan inisiatif murid untuk memecahkan masalah yang dihadapinya.
  • 2. 2 1.2 Tujuan Adapun tujuan dari penulisan makalah ini sebagai berikut: 1. Untuk mengetahui Pengertian Model pengajaran Induktif. 2. Untuk mengetahui Model Pengajaran Induktif. 3. Untuk mengetahui Tahapan-Tahapan dalam Model Pengajaran Induktif. 4. Untuk mengetahui Strategi Pengajaran Model Induktif. 5. Untuk mengetahui Prinsip Pengajaran Model Induktif.
  • 3. 3 BAB II PEMBAHASAN 2.1 Kajian Model Induktif 2.1.1 Pengertian Model Induktif Berpikir merupakan sebuah proses yang membuahkan pengetahuan. Proses ini merupakan serangkaian gerak pemikiran dengan mengikuti jalan pemikiran tertentu agar sampai pada sebuah kesimpulan yaitu berupa pengetahuan. Oleh karena itu, proses berpikir memerlukan sarana tertentu yang disebut dengan sarana berpikir ilmiah. Sarana berpikir ilmiah merupakan alat yang membantu kegiatan ilmiah dalam berbagai langkah yang harus ditempuh. Pada langkah tertentu biasanya diperlukan sarana tertentu pula. Tanpa penguasaan sarana berpikir ilmiah kita tidak akan dapat melaksanakan kegiatan berpikir ilmiah yang baik. Untuk dapat melakukan kegiatan berpikir ilmiah dengan baik diperlukan sarana berpikir ilmiah berupa : bahasa ilmiah, logika dan matematika, serta logika dan statistika. Bahasa ilmiah merupakan alat komunikasi verbal yang dipakai dalam seluruh proses berpikir ilmiah. Bahasa merupakan alat berpikir dan alat komunikasi untuk menyampaikan jalan pikiran dari seluruh proses berpikir ilmiah kepada orang lain. Logika dan statistika mempunyai peran penting dalam berpikir induktif untuk mencari konsep-konsep yang berlaku umum (Sari,2016:80-81). Penalaran induktif adalah proses penalaran dari fakta-fakta atau observasi-observasi spesifik untuk mencapai kesimpulan yang dapat menjelaskan fakta-fakta tersebut secara koheren. Penarikan kesimpulan yang bertolak dari hal-hal yang khusus atau spesifik ke hal- hal yang bersifat umum. Demikian juga dengan Tim PPPG (dalam Shadiq : 2004) mengemukakan bahwa penalaran induktif merupakan suatu kegiatan, suatu proses atau suatu aktivitas berpikir untuk menarik kesimpulan atau membuat suatu pernyataan baru yang bersifat umum berdasar pada beberapa pernyataan khusus yang diketahui benar. Dengan demikian penalaran induktif diartikan sebagai suatu proses atau aktivitas berpikir untuk menarik kesimpulan atau membuat suatu pernyataan baru yang bersifat umum berdasarkan pada beberapa pernyataan khusus yang diketahui benar (Theresia,2015:70).
  • 4. 4 Pembelajaran dengan pendekatan induktif dimulai dengan melakukan pengamatan terhadap hal-hal khusus dan menginterpretasikannya, menganalisis kasus, atau memberi masalah kontekstual, siswa dibimbing memahami konsep, aturan-aturan, dan prosedur- prosedur berdasar pengamatan siswa sendiri. Hal ini sejalan dengan Hudoyo (2001) yang mengatakan bahwa pendekatan induktif berperan dari hal-hal yang bersifat konkret ke yang bersifat abstrak, dari contoh-contoh khusus ke rumus umum. Setelah siswa memahami dan merumuskan suatu konsep berdasarkna sejumlah contoh konkret, maka kemudian siswa akan sampai kepada proses generalisasi. Major (Dahiana, 2010) berpendapat bahwa pembelajaran dengan pendekatan induktif efektif untuk mengajarkan konsep. Pembelajaran diawali dengan memberikan contoh-contoh atau kasus khusus menuju pada kesimpulan atau generalisasi. Siswa melakukan sejumlah pengamatan yang kemudian membangun suatu konsep atau generalisasi. Siswa tidak harus memiliki pengetahuan utama berupa abstraksi, tetapi siswa akan sampai pada abstraksi tersebut setelah mengamati dan menganalisis apa yang diamati. Pendekatan induktif dirancang berlandaskan teori kontruktivisme, karena pada rancangan sintaks pembelajaran didominasi dengan kegiatan siswa dalam mengkonstruksi pengetahuan matematika berdasarkan pengalaman siswa sendiri. Siswa melakukan pengamatan pada hal- hal khusus, misalnya contoh-contoh suatu konsep dan menuliskan konsep tersebut dengan bahasa siswa sendiri. Sehingga siswa belajar mengkonstruksi pengetahuan matematis menggunakan pola pikir induktif (Aisyah,2016:5-6). Penalaran induktif adalah cara berfikir untuk menarik kesimpulan dari pengamatan terhadap hal yang bersifat partikular kedalam gejala-gejala yang bersifat umum atau universal. Sehingga dapat dikatakan bahwa penalaran ini bertolak dari kenyataan yang bersifat terbatas dan khusus lalu diakhiri dengan statemen yang bersifat komplek dan umum. Generalisasi adalah salah satu ciri yang paling khas dalam metode induksi. Hanya saja, generalisasi di sini tidak berarti dengan mudahnya suatu proposisi yang diangkat dari suatu individu dibawa untuk digeneralisasikan terhadap suatu komunitas yang lebih luas. Justru, melalui metode ini, diberikan suatu kemungkinan untuk disimpulkan. Dalam artian, bahwa ada kemungkinan kesimpulan itu benar tapi tidak berarti bahwa itu pasti benar, sehingga akhirnya disinilah lahir probabilitas. Maksud probabilitas disini adalah Pernyataan yang muatannya suatu hipotesa atau “ramalan” dengan suatu tingkat keyakinan tertentu tentang akan terjadinya suatu kejadian dimasa yang akan datang. Penalaran model ini dipublikasikan secara massive oleh Francis Bacon (1561-1626), Bacon yang merasa tidak puas dengan
  • 5. 5 penalaran deduktif, merasa kecewa kenapa, misalnya masalah jumlah gigi kuda saja harus berdebat habis-habisan, bukannya dengan menggunakan logika induktif pemecahannya sangat mudah? buka saja mulut-mulut kuda lalu dihitung jumlah giginya. Dalam satu sisi, walaupun Bacon dianggap sebagai pencetus penalaran ini namun pada hakekatnya telah berhutang budi pada sarjana muslim yang telah mengenalkan metode ini, dalam kurun waktu antara abad 9-12 masehi. H.G. Wells menyimpulkan bahwa semangat pencarian kebenaran ini dimulai oleh para pemikir Yunani, dan kembali dikobarkan oleh pemikir Muslim. Sehingga estafet penalaran ini dimulai dari pemikir Yunani, disesuaikan oleh Muslim, dan ditiru oleh Bacon. Terlepas dari perbedaan pendapat tersebut, induksi merupakan sebuah cara berfikir yang memiliki andil besar dalam perkembangan peradaban manusia. Maka dari itu setiap pola berfikir memiliki identitasnya masing-masing. Ciri khas dari penalaran induktif adalah generalisasi. Generalisasi dapat dilakukan dengan dua metode yang berbeda. Pertama, yang dikenal dengan istilah induksi lengkap, yaitu generalisasi yang dilakukan dengan diawali hal-hal partikular yang mencakup keseluruhan jumlah dari suatu peristiwa yang diteliti. Seperti dalam kasus: penelitian bahwa di depan setiap rumah di desa ada pohon kelapa, kemudian digeneralisasikan dengan pernyataan umum “setiap rumah di desa memiliki pohon kelapa.” Maka generalisasi macam ini tidak bisa diperdebatkan dan tidak pula ragukan. Kedua, yang dilakukan dengan hanya sebagian hal partikular, atau bahkan dengan hanya sebuah hal khusus. Poin kedua inilah yang biasa disebut dengan induksi tidak lengkap. Dalam penalaran induksi atau penelitian ilmiah sering kali tidak memungkinkan menerapkan induksi lengkap, oleh karena itu yang lazim digunakan adalah induksi tidak lengkap. Induksi lengkap dicapai manakala seluruh kejadian atau premis awalnya telah diteliti dan diamati secara mendalam. Namun jika tidak semua premis itu diamati dengan teliti, atau ada yang terlewatkan dan terlanjur sudah diambil suatu kesimpulan umum, maka diperolehlah induksi tidak lengkap. Bahkan manakala seseorang seusai mengamati hal-hal partikular kemudian mengeneralisasikannya, maka sadar atau tidak, ia telah menggunakan induksi. Generalisasi di sini mungkin benar mungkin pula salah, namun yang lebih perlu dicermati adalah agar tidak terjadi sebuah kecerobohan generalisasi (Mustofa,2016:135-136). 2.2 Model Pengajaran Induktif 2.2.1 Sintaks Fase Satu : Mengidentifikasi Domain
  • 6. 6  Menetapkan focus dan batas penelitian awal.  Mengklarifikasi tujuan jangka panjang. Fade Dua : Mengumpulkan dan Menghitung Data  Menggabungkan dan menampilkan perangkat data.  Menghitung dan memberi label data. Fase Tiga : Memeriksa Data  Meneliti item-item secara menyeluruh pada perangkat data dan mengidentifikasi sifat- sifatnya. Fase Empat : Membentuk Konsep-Konsep dengan Mengklasifikasi  Mengklasifikasi item-item dalam perangkat data dan saling mengungkapkan hasilnya.  Menambahkan data ke perangkat.  Mengklasifikasikan kembali, kemungkinan berulang kali. Fase Lima : Menghasilkan dan Menguji Hipotesis  Memeriksa implikasi perbedaan antara kategori-kategori.  Mengklasifikasikan kategori-kategori, jika diperlukan.  Mengklasifikasikan kembali matriks dua arah, serta dengan koreksi, jika diperlukan. Fase Enam : Mengkonsolidasi dan Mentransfer  Mencari item-item data tambahan dalam materi sumber daya.  Mensintesis dengan menulis tentang domain, menggunakan kategori-kategori.  Mengonversi kategori menjadi keterampilan. 2.2.2 Sistem Sosial Model pengajaran ini memiliki keunggulan untuk struktur yang moderat. Model ini bersifat kooperatif, tetapi guru sangat aktif, terus-menerus mengajarkan keterampilan yang diperlukan dan menenangkan pembahasan ketika diperlukan. Ketika instruktur mengembangkan perangkat data dan menampilkannya kepada para siswa, diperlukan control tingkat tinggi. 2.2.3 Prinsip-Prinsip Aksi -Reaksi Guru mengatur tugas-tugas dengan mempertimbangkan level konseptual dan apakah siswa siap untuk melaksanakan fase-fase tertentu, dan yang penting, menggunakan proses ketika diperlukan (Bruce joyce, 2016:102-105). 2.2.4 Sistem Pendukung Sistem pendukung suatu model pembelajaran adalah hal-hal yang dapat
  • 7. 7 mendukung tercapainya tujuan pembelajaran dengan menerapkan model itu. Hal-hal yang diamaksud berupa perangkat dan alat/bahan (Buhaerah, 2005:160) 2.3 Tahapan-Tahapan Model Induktif Terdapat empat tahapan dalam model pembelajaran induktif, yaitu : Tahap Terbuka (Open-Ended Phase), Tahap Konvergen (Convergent Phase), Tahap Penutupan (Closure), dan Aplikasi (Penerapan / Application). Didalam tahap-tahap model pembeljaran induktif terdapat tahapan yang mencerminkan aspek keterampilan metakognitif, yaitu : Fase 1 Tahap Terbuka (Open-Ended Phase), dalam Induktif dapat dipadukan dengan tahap perencanaan (planning) pada strategi metakognitif yang ditandai dengan observasi dan deskripsi. Dimulai dengan menunjukkan contoh-contoh kepada siswa sehingga siswa Berpikir dan menulis apa yang diketahui dan apa yang tidak diketahui. Fase 2 Tahap Konvergen (Convergent Phase), dalam Induktif dapat dipadukan dengan tahap pemonitoran (monitoring) pada strategi metakognitif yakni untuk mencapai tujuan belajar guru membimbing siswa untuk mengidentifikasi atau mengenal pola-pola dalam contoh menggunakan beberapa pertanyaan dengan mengecek proses pemecahan masalah dengan tujuan belajar (Aprilianti dan Sugiarto, 2014:248). Sistem pembelajaran menggunakan kesimpulan induktif dilanjutkan dengan melakukan serangkaian transmutasi pengetahuan ke set pelatihan yang diberikan, untuk mendapatkan generalisasi kasus-kasus (model konsep yang diteliti). Pelajar yang diawasi lainnya juga ada menggunakan mekanisme inferensi lain atau bahkan membatasi diri untuk menyimpan kasus (mis.pembelajar berbasis instance; Aha et al, 1991). Tergantung pada jenis pengetahuannya transmutasi yang dilakukan oleh pembelajar kita dapat memperoleh berbagai jenis konsep deskripsi (atau model). Dalam kasus tertentu pembelajar menggunakan beberapa kesimpulan induktif alternatif ada dalam literature. Learning systems using inductive inference proceed by performing a series of knowledge transmutations to the given training set, in order to obtain a generalisation of the cases (a model of the concept under study). Other supervised learners exist that either use other inference mechanisms or even limit themselves to storing the cases (e.g. instance-based learners; Aha et al, 1991).Depending on the type of knowledge transmutations carried out by the learnerwe can obtain different types of concept descriptions (or models). In the particular case of learners using inductive inference several alternatives exist within the literature.( Luís Fernando Raínho Alves Torgo, 1999 ) Inferensi induktif memungkinkan manusia untuk menjadi kuatgeneralisasi dari data jarang ketika belajar tentang arti kata, sifat tak teramati, kausal hubungan, dan banyak aspek lain di dunia. Akun tradisional induksi menekankan baik kekuatan pembelajaran statistik,
  • 8. 8 atau pentingnya kendala kuat dari pengetahuan domain terstruktur, teori atau skema intuitif. Kami berpendapat bahwa keduanya komponen diperlukan untuk menjelaskan sifat, penggunaan dan akuisisi pengetahuan manusia, dan kami perkenalkan kerangka Bayesian berbasis teori untuk pemodelan pembelajaran induktif dan penalaran sebagai infer- statistic ences atas representasi pengetahuan terstruktur. Inductive inference allows humans to make powerful generalizations from sparse data when learning about word meanings, unobserved properties, causal relationships, and many other aspectsof the world.Traditional accounts of induction emphasize either the power of statistical learning, or the importance of strong constraints from structured domain knowledge, intuitive theories or schemas. We argue that both components are necessary to explain the nature, use and acquisition of human knowledge,and we introduce a theory-based Bayesian framework for modeling inductive learning and reasoning as statistical inferences over structured knowledge representations.( Joshua B, 2006:1 ) Induksi berarti menawarkan kebenaran umum dengan menunjukkan, bahwa jika itu benar untuk kasus tertentu. Itu benar untuk semua kasus semacam itu. Pendekatan induktif bersifat psikologis. Metode induktif mengembangkan rasa ingin tahu dengan individu yang membutuhkan hari. Pendekatan induktif disponsori oleh Pestalozzi dan Francis Bacon. Pendekatan induktif didasarkan pada proses induksi dalam proses belajar mengajar. Dalam dunia matematika, ini adalah metode membangun formula dengan bantuan sejumlah besar contoh nyata, nyata, dan nyata. Dengan menggunakan metode pengajaran matematika ini siswa mengikuti konten dengan minat dan pemahaman yang besar di berbagai tingkatan terutama di tingkat dasar. Metode induktif lebih berguna dalam pelajaran aljabar, geometri, trigonometri, dan aritmatika. Metode induktif berasal dari contoh-contoh khusus untuk aturan umum rumus, ilustrasi konkret untuk aturan abstrak, dikenal tidak diketahui dan sederhana hingga kompleks. Induction means to offer a general truth by showing, that if it is true for a particular case. It is true for all such cases. Inductive approach is psychological in nature. Inductive method developscuriosity with in the individual which is need of the day. Inductive approach is sponsored by Pestalozzi and Francis Bacon. Inductive approach is based on the process of induction in teaching learning process. In the world of mathematics it is a method of constructing a formula with the help of a sufficient number of concrete, actual and real examples. By using this method of teaching mathematics the students follow the content with great interest and understanding at various levels especially at elementary level. Inductive method is more useful in algebra, geometry, trigonometry and arithmetic teaching and learning. Inductive method proceeds from particular examples to general rules of formulae, concrete illustration to abstract rules, known to unknown and simple to complex. ( Dr. Malik Amer Atta, 2015 :21) Pendekatan induktif mengacu pada gaya pengenalan bahasa konteks yang mengandung aturan sasaran di mana siswa dapat menginduksi aturan tersebut melalui konteks dan contoh contoh praktis. Dengan kata lain, urutannya dalam pendekatan ini pergi
  • 9. 9 dari menciptakan situasi dan memberikan contoh kepada generalisasi di mana siswa harus menemukan generalisasi seperti itu oleh diri mereka sendiri atau dengan bantuan guru. Mautone (2004) mengatakan bahwa dengan pendekatan induktif, guru menunjukkan kepada siswa mereka serangkaian contoh dan tidak ada contoh, kemudian pandu mereka untuk memperhatikan suatu pola dan muncul dengan generalisasi atau aturan konsep. Pendekatan induktif, pada gilirannya, bergerak dari spesifik ke umum. Para pembelajar pertama kali ditunjukkan banyak contoh yang mengandung tertentu struktur gramatikal dalam konteks yang berbeda dan mereka harus bekerja aturan sendiri. Selanjutnya para siswa menerapkan aturan dengan berbagai latihan dan dalam konteks yang berbeda untuk belajar bagaimana mereka benar-benar bekerja secara nyata penggunaan bahasa. The inductive approach refers to the style of introducing language context containing the target rules where students can induce such rulethrough the context and practical examples. In other words, the sequence in this approach goes from creating a situation and giving examples to the generalization where students should discover such generalization by themselves or with the teacher's help.Mautone (2004) says that with and inductive approach, teachers show their students a series of examples and non-examples, then guide them toward noticing a pattern and coming up with the generalization or concept rule.The inductive approach, in its turn, moves from specific to general.The learners are first shown many examples that contain a certain grammatical structure in different contexts and they have to work out the rules by themselves. Next the learners apply the rules with various exercises and in different contexts to learn how they actually work in real language use. (Limris Gorat ,2013:80-81) Pendekatan pengajaran induktif yang diarahkan adalah di mana instruksi dimulai dengan ‘spesifik,’ biasanya satu set pengamatan atau data eksperimental. Ketika para pembelajar mencoba menganalisis dan menafsirkan contoh-contoh spesifik, skenario khusus dengan beberapa petunjuk dan bantuan lain dari guru, pelajar kemudian menyadari atau menemukan generalisasi matematika, aturan, prosedur dan prinsip matematika (Prince and Felder, 2006, p.1). Maka dengan pengajaran induktif hubungan matematika dibangun oleh peserta didik karena mereka mengevaluasi secara kuantitatif generalisasi dalam subset yang tepat dari semua kemungkinan kasus (Stylianides, 2011, hal. 1; Harel dan Sowder, 1998, 2007). Evaluasi kuantitatif ini mungkin melibatkan tes numerik atau uji coba hubungan dan refleksi yang diberikan pada contoh spesifik (Morselli, 2006, hal 6). Beberapa manfaat berasal dari eksplorasi spesifik yang induktif ini. Beberapa manfaat termasuk membangun koneksi matematika (Morselli, 2006), menemukan pola, memberikan wawasan tentang apa yang perlu dipecahkan selama pemecahan masalah (Harel dan Sowder, 1998) dan retensi fakta matematika (Prince and Felder, 2006). Pemikiran induktif adalah kecenderungan alamiah untuk mengevaluasi pernyataan matematika secara probabilistik. Berpikir induktif kebiasaan telah terbukti mapan di antara peserta didik (CadawalladerOlsker, 2009). Setelah ditanamkan di peserta didik kebiasaan berpikir induktif mereka telah dilaporkan sulit untuk dihilangkan atau dibatalkan (CadawalladerOlsker, 2009; Harel and Sowder, 1998). Itu adalah salah satu tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui tingkat pemahaman ini dengan baik didokumentasikan keterbatasan pengajaran induktif di antara guru-guru matematika di- layanan guru terlepas dari itu manfaat tersebut. Kami sekarang beralih ke pemikiran deduktif. Directed inductive teaching approach is whereby instruction begins with ‘specifics,’ typically a set of observations or experimental data. As the learners try to analyse and interpret the specific examples, specific scenarios with some hints and other assistance from the teacher, the learners then realize or discover the mathematical generalizations, rules, proceduresand mathematical principles (Prince and Felder, 2006, p.1). Hence with inductive teaching mathematical relationships are built by learners as they quantitatively evaluate the
  • 10. 10 generalizations in a proper subset of all possible cases (Stylianides, 2011, p. 1; Harel and Sowder, 1998, 2007). These quantitative evaluations may involve numeric tests or trials of given relationships and reflections on the specific examples (Morselli, 2006, p. 6). Several benefits are derived from these inductive explorations of specifics. Some of the benefits include building mathematical connections (Morselli, 2006), discovering of patterns, providing insights on what needs to be solved during problem solving (Harel and Sowder, 1998) and retention of mathematical facts (Prince and Felder, 2006).Inductive thinking is the natural tendency to evaluate mathematical statements probabilistically. Inductive thinking habits have been shown to be well established among learners (CadawalladerOlsker, 2009). Once inculcated in learners inductive thinking habits they have been reported to be difficult to eradicate or undo (CadawalladerOlsker, 2009; Harel and Sowder, 1998). It was one of the goalsof this study to find out the level of grasp of this well documented limitation of inductive teaching among in-service mathematics student teachers in spite of its aforementioned benefits. We now turn to deductive thinking. (Zakaria Ndemo, 2017: 76) 2.4 Strategi Pembelajaran Model Induktif Menurut (Dr.warsiman,m.pd,2016:47-48) Ia mengatakan bahwa system berpikir yang dianggap paling baik menurutnya adalah berpikir yang dilandasi oleh cara induktif, yaitu proses dalam berpikir berlangsung dari hal hal bersifat khusus ke hal hal yang bersifat umum. Proses belajar yang demikian menuntut agar suatu simpulan ditarik atas dasar adanya fakta fakta yang kongkret sebanyak banyaknya . semakin banyak fakta yang terkumpul akan semakin mendukung suatu simpulan yang akurat. Menurut Dahar (1996:6) suatu teori yang di dasari oleh kontruksi induktif akan bekerja dari bawah ke atas . lebih lanjut ia mencontohkan bahwa penelitian yang berangkat dari teori induktif akan menghasilkan rumusan teori yang mencakup pernyataan yang lebih rendah tingkatannya. Menurut(Moedjiono dan dimyati, 1992:113) Model induktif sebenarnya di rancang untuk mengembangkan proses berpikir yang induktif . berpikir induktif yang di maksud adalah berpikir yang di rancang menurut pola penalaran setapak demi setapak. Pola penalaran yang demikian ini dengan perkembangan proses berpikir anak, bahwa anak pada umumnya memiliki kemampuan berpikir secara gradual,terutama anak pada masa masa pencarian jati diri (Ali dan Asrun, 2006:8). Bahkan pada masa tersebut anak mengalami saat transisi intelektual, yakni dari kemampuan berpikir konkret berangsur angsur menuju pada kemampuan berpikir abstrak. Model berfikir induktif jika di hubungkan dengan proses pembelajaran setidaknya memiliki tiga strategi yaitu : 1. Pembentukan pengertian dan pembentukan konsep. Pada fase ini langkah pembelajaran yang di tempuh adalah mengenalkan masalah dan menguraikan masalah menjadi bagian bagian yang lebih kecil. Kemudian mengelompokkan fakta fakta yang serupa dan tidak serupa menjadi suatu kumpulan selanjutnya adalah menentukan susunan fakta tersebut . 2. Interprestasi data . pada fase ini langkah pembelajaran dilakukan dengan memberikan pengetahuan tentang rincian fakta dan hubungan antar fakta, lalu menerangkan hal hal yang ada hubungannya dengan dukungan pada perkiraan atau hipotesis dan ramalan.
  • 11. 11 3. Penerapan prinsip, pada fase ini langkah pembelajaran yang di ambil adalah membuat perkiraan atau hipotesis dan ramalan tersebut, dan yang terakhir adalah pemeriksaan ramalan. Menurut (Firmina angela nai,2017:243) Strategi induktif merupakan cara pembelajaran yang di kembangkan atas dasar pemikiran induktif yakni pemikiran untuk menarik suatu simpulan dari data yang teramati. Model ini menekankan pengalaman lapangan seperti mengamati suatu gejala, mencoba suatu proses , dan menyimpulkan . model ini dapat di gunakan untuk belajar semua mata pelajaran , di kembangkan untuk meningkatkan kemampuan siswa dalam mengolah informasi dan di kembangkan atas dasar pemikiran bahwa kemampuan berpikir dapat di ajarkan. Aktifitas berpikir (pembentukan konsep),merupakan suatu transaksi aktif antara individu dengan data . proses bepikir merupakan suatu urutan tahapan yang beraturan artinya untuk menguasai keterampilan berpikir tertentu , prasyarat tertentu harus di kuasai terlebih dahulu. 2.5 Prinsip Model Pembelajaran Induktif Model ini direancang untuk memanfaatkan kemampuan anak laki-laki untuk berpikir secara induktif. PWIM memungkinkan mereka untuk melakuka generalisasi yang membentuk dasar analisis sruktural dan fonetik. Dan itu menghormati kemampuan berpikir mereka. Dengan demikian, prinsip utama dari model adalah bahwa siswa memiliki kemampuan untuk membuat generalisasi yang dapat membantu mereka untuk menguasai konvensi bahasa urutan instruksional dari siklus model dan mendaur ulang melalui kegiatan-kegiatan berikut : para siswa mempelajari gambar yang dipilih oleh guru mengidentifikasi apa yang mereka lihat dalam gambar untuk guru untuk memberi label membaca dan meninjau kata-kata yang dihasilkan menggunakan bagan kata gambar untuk membaca kumpulan kata-kata mereka sendiri kata-kata klasifikasi menurut properti mereka dapat mengidentifikasi dan mengembangkan judul, kalimat, dan paragraf tentang gambar mereka. The picture word inductive model can be used to teach phonics and spelling both inductively and explicitly.However, the model is designed to capitalize on hildren’s ability to think inductively. The PWIM enables them to buid generalizations that form the basis of sructural and phonetic analysis. And it respects their ability to think. Thus, a major principle of the model is that students have the capability to make generalizations that can help them to master the conventions of language.the instructional sequence of the model cycles and recycles through the following activities: The students study a picture selected by the teacher identify what they see in the picture for the teacher to label read and review the words generated use the picture word chart to read their own sets of word classify words according
  • 12. 12 to properties they can identify and develop titles, sentences, and paragraphs about their picture (Calhoun, 1999:21-22). Meskipun belum menjadi isu yang jauh lebih menonjol dalam ILP daripada perdebatan yang eksplisit, pertanyaan mengenai keefektifan metode pembelajaran induktif sebagai lawan deduktif adalah untaian penelitian yang sangat menjanjikan dalam penelitian pragmatik. Sebenarnya, ini bisa dilihat sebagai perpanjangan atau penyempurnaan dari perdebatan implisit-eksplisit karena dibutuhkan analisis desain instruksional selangkah lebih maju, mengatasi masalah urutan instruksi dan peran kegiatan peningkatan kesadaran di kelas. Although as yet a much less prominent issue in ILP than the explicitimplicit debate, the question concerning the effectiveness of inductive as opposed to deductive teaching methods is a highly promising strand of research in acquisitional pragmatics resaerch. In fact, it could be seen as the extension or refinement of the explicit-implicit debate since it takes the analysis of instructional designs one step further, addressing issues of the sequencing of instruction and the role of consciousness-raising activities in the classroom (Glaser,2014:58-59). 2.6 Kajian Kritis Pembelajaran induktif adalah sebuah pembelajaran yang bersifat langsung tapi sangat efektif untuk membantu siswa mengembangkan keterampilan berpikir tingkat tinggi dan keterampilan berpikir kritis. Model pembelajaran induktif adalah sebuah pembelajaran yang bersifat langsung tapi sangat efektif untuk membantu siswa mengembangkan keterampilan berpikir tingkat tinggi dan keterampilan berpikir kritis. Pada model pembelajaran induktif guru langsung memberikan presentasi informasi-informasi yang akan memberikan ilustrasi- ilustrasi tentang topik yang akan dipelajari siswa, selanjutnya guru membimbing siswa untuk menemukan pola-pola tertentu dari ilustrasi-ilustrasi yang diberikan. Model pembelajaran induktif dirancang berlandaskan teori konstruktivisme dalam belajar. Model ini membutuhkan guru yang terampil dalam bertanya (questioning) dalam penerapannya. Melalui pertanyaan-pertanyaan inilah guru akan membimbing siswa membangun pemahaman terhadap materi pelajaran dengan cara berpikir dan membangun ide. Tingkat keefektifan model pembelajaran induktif ini, jadinya-sangat tergantung pada keterampilan guru dalam bertanya dan mengarahkan pembelajaran, dimana guru harus menjadi pembimbing Struktur sosial dalam pembelajaran menjadi ciri lingkungan kelas yang sangat dibutuhkan untuk belajar melalui model pembelajaran induktif. Model pembelajaran induktif mensyaratkan sebuah lingkungan belajar yang mana di dalamnya siswa merasa bebas dan terlepas dari resiko takut dan malu saat memberikan pendapat, bertanya, membuat konklusi dan jawaban. Mereka harus bebas dari kritik tajam yang dapat menjatuhkan semangat belajar.
  • 13. 13 Model ini dikembangkan atas dasar beberapa postulat sebagai berikut: 1. Berpikir merupakan suatu transaksi aktif antara individu dengan data. Artinya, dalam seting kelas, bahan-bahan ajar merupakan sarana bagi siswa untuk mengembangkan operasi kognitiftertentu. Dalam seting tersebut, dimana siswa belajar mengorganisasikan fakta ke dalam suatu sistem konsep,yaitu:  Saling menghubung-hubungkan data yang diperoleh satu sama lain serta membuat kesimpulan berdasarkan hubungan-hubungan tersebut  Menarik kesimpulan berdasarkan fakta-fakta yang telah diketahuinya dalam rangka membangun hipotesis,dan  Memprediksi dan menjelaskan suatu fenomena tertentu. Guru, dalam hal ini, dapat membantu proses internalisasi dan konseptualisasi berdasarkan informasi tersebut 2. Proses berpikir merupakan suatu urutan tahapan yang beraturan (lawful). Artinya, agar dapat menguasai keterampilan berpikir tertentu, prasyarat tertentu harus dikuasai terlebih dahulu, dan urutan tahapan ini tidak bisa dibalik. Oleh karenanya, konsep tahapan beraturan ini memerlukan strategi mengajar tertentu agar dapat mengendalikan tahapan-tahapan tersebut. Peran guru dalam pembelajaran : Saat pembelajaran berlangsung dengan menggunakan model pembelajaran induktif, guru telah menyiapkan perangkat-perangkat yang akan membuat siswa beraktivitas dan mengobarkan semangat siswa untuk melakukan observasi terhadap ilustrasi-ilustrasi yang diberikan, melalui pertanyaan-pertanyaan yang diberikan oleh guru. Sekali lagi, diingatkan, bahwa model pembelajaran induktif memerlukan keterampilan bertanya yang bagus dari guru. Selain itu guru juga harus menjaga siswa agar perhatian mereka tetap pada tugas belajar yang diberikan, dan selalu menunjukkan ekspektasi positif terhadap pencapaian hasil belajar siswa-siswanya. Kesuksesan proses belajar mengajar dengan menggunakan model pembelajaran induktif juga bergantung pada contoh-contoh /ilustrasi yang digunakan oleh guru serta kemampuan guru membimbing siswa untuk melakukan analisis terhadap contoh/ilustrasi. Kelebihan Model Pembelajaran Induktif 1. Pada model pembelajaran induktif guru langsung memberikan presentasi informasi- informasi yang akan memberikan ilustrasi-ilustrasi tentang topik yang akan dipelajari siswa, sehingga siswa mempunyai parameter dalam pencapaian tujuan pembelajaran. 2. Ketika siswa telah mempunyai gambaran umum tentang materi pembelajaran, guru membimbing siswa untuk menemukan pola-pola tertentu dari ilustrasi-ilustrasi yang
  • 14. 14 diberikan tersebut sehingga pemerataan pemahaman siswa lebih luas dengan adanya pertanyaan-pertanyaan antara siswa denganguru 3. Model pembelajaran induktif menjadi sangat efektif untuk memicu keterlibatan yang lebih mendalam dalam hal proses belajar karena proses tanya jawab tersebut. Kelemahan Model Pembelajaran Induktif 1. Model ini membutuhkan guru yang terampil dalam bertanya (questioning) sehingga kesuksesan pembelajaran hamper sepenuhnya ditentukan kemampuan guru dalam memberikan ilustrasi-ilustrasi. 2. Tingkat keefektifan model pembelajaran induktif ini, jadinya-sangat tergantung pada keterampilan guru dalam bertanya dan mengarahkan pembelajaran, dimana guru harus menjadi pembimbing yang akan untuk membuat siswa berpikir 3. Model pembelajaran ini sangat tergantung pada lingkungan eksternal, guru harus bisa menciptakan kondisi dan situasi belajar yang kondusif agar siswa merasa aman dan tak malu/takut mengeluarkan pendapatnya. Jika syarat-syarat ini tidak terpenuhi, maka tujuan pembelajaran tidak akan tercapai secarasempurna 4. Saat pembelajaran berlangsung dengan menggunakan model pembelajaran induktif, guru harus telah menyiapkan perangkat-perangkat yang akan membuat siswa beraktivitas dan mengobarkan semangat siswa untuk melakukan observasi terhadap ilustrasi-ilustrasi yang diberikan, melalui pertanyaan-pertanyaan yang diberikan oleh guru. Dengan metode ini maka kemandirian siswa tidak dapat berkembangoptimal. 5. Guru harus menjaga siswa agar perhatian mereka tetap pada tugas belajar yang diberikan, sehingga peran guru sangat vital dalam mengontrol proses belajar siswa. 6. Kesuksesan proses belajar mengajar dengan menggunakan model pembelajaran induktif bergantung pada contoh-contoh atau ilustrasi yang digunakan oleh guru. 7. Pembelajaran tidak dapat berjalan bila guru dan muridnya tidak suka membaca, sehingga tidak mempunyai pilihan dalam proses induktif.
  • 15. 15 BAB III PENUTUP 3.1 kesimpulan Dari pembahasan di atas dapat di simpulkan bahwa : 1. Pengertian Model pembelajaran induktif adalah sebuah pembelajaran yang bersifat langsung tapi sangat efektif untuk membantu siswa mengembangkan keterampilan berpikir tingkat tinggi dan keterampilan berpikir kritis. Pada model pembelajaran induktif guru langsung memberikan presentasi informasi- informasi yang akan memberikan ilustrasi-ilustrasi tentang topik yang akan dipelajari siswa, selanjutnya guru membimbing siswa untuk menemukan pola- pola tertentu dari ilustrasi-ilustrasi yang diberikan. Model pembelajaran induktif dirancang berlandaskan teori konstruktivisme dalam belajar. Model ini membutuhkan guru yang terampil dalam bertanya (questioning) dalam penerapannya. Melalui pertanyaan-pertanyaan inilah guru akan membimbing siswa membangun pemahaman terhadap materi pelajaran dengan cara berpikir dan membangun ide. Tingkat keefektifan model pembelajaran induktif ini, jadinya-sangat tergantung pada keterampilan guru dalam bertanya dan mengarahkan pembelajaran, dimana guru harus menjadi pembimbing yang akan untuk membuat siswa berpikir. 2. Tahapan-tahapan model induktif Terdapat empat tahapan dalam model pembelajaran induktif, yaitu : Tahap Terbuka (Open-Ended Phase), Tahap Konvergen (Convergent Phase), Tahap Penutupan (Closure), dan Aplikasi (Penerapan / Application). 3. Strategi model pembelajaran induktif 1. Pembentukan pengertian dan pembentukan konsep. Pada fase ini langkah pembelajaran yang di tempuh adalah mengenalkan masalah dan menguraikan masalah menjadi bagian bagian yang lebih kecil. Kemudian mengelompokkan fakta fakta yang serupa dan tidak serupa menjadi suatu kumpulan selanjutnya adalah menentukan susunan fakta tersebut . 2. Interprestasi data . pada fase ini langkah pembelajaran dilakukan dengan memberikan pengetahuan tentang rincian fakta dan hubungan antar fakta, lalu menerangkan hal hal yang ada hubungannya dengan dukungan pada perkiraan atau hipotesis dan ramalan. 3. Penerapan prinsip, pada fase ini langkah pembelajaran yang di ambil adalah membuat perkiraan atau hipotesis dan ramalan tersebut, dan yang terakhir adalah pemeriksaan ramalan.
  • 16. 16 4. Prinsip pembelajaran model induktif prinsip utama dari model adalah bahwa siswa memiliki kemampuan untuk membuat generalisasi yang dapat membantu mereka untuk menguasai konvensi bahasa urutan instruksional dari siklus model dan mendaur ulang melalui kegiatan-kegiatan berikut : para siswa mempelajari gambar yang dipilih oleh guru mengidentifikasi apa yang mereka lihat dalam gambar untuk guru untuk memberi label membaca dan meninjau kata-kata yang dihasilkan menggunakan bagan kata gambar untuk membaca kumpulan kata-kata mereka sendiri kata-kata klasifikasi menurut properti mereka dapat mengidentifikasi dan mengembangkan judul, kalimat, dan paragraf tentang gambar mereka. 3.2 Saran Penulis menyadari bahwa masih jauh dari kata sempurna. Kedepannya penulis akan lebih fkus dan details dalam menjelaskan tentang materi di atas dengan sumber-sumber yang lebih banyak dan tentunya dapat dipertanggungjwabkan. Untuk saran bisaa berisi kritik atau saran terhadap penulisan juga bisa untuk menanggapi terhadap kesimpulan dan bahasan makalah yang telah di jelaskan.
  • 17. 17 DAFTAR PUSTAKA Aisyah ani , 2016. Study literatur:Pendekatan induktif untuk meningkatkan kemampuan generalisasi dan self confident siswa smk. Bandung: Universitas Pendidikan Indonesia. Aprilianti, Nur faida fitri,2014. Penerapan model pembelajaran induktif untuk melatih keterampilan metakognitif siswa pada materi larutan penyangga. Surabaya : Universitas Negeri Surabaya. Bruce Joice, 2015. Model of teaching. Yogyakarta : Pustaka Belajar Buhaerah, dkk, 2005. Model pengajaran dan pelatihan strategi kognitif (model p2sk) yang mengembangkan kemampuan berpikir kritis dan kreatif Calhoun, Emily f. 1999. Teaching beginning reading and writing with the picture work inductive model. Virginia : USA. Dr. Malik Amer , dkk. 2015. Comparative study of inductive& deductive methods of teaching mathematics at elementary level. Pakistan : Institute Of Education and Research Gomal University. Dr. Warsiman, M.Pd. 2016. Membumikan pembelajaran sastra yang humanis .Malang : Universitas Brawijaya. Firmina Angela Nai. 2017. Teori belajar dan pembelajaran. Yogyakarta : Budi Utama. Glaser, Karen .2014. Inductive or Deductive. Luniburg : Universitat. Joshua B, dkk. 2006. Theory-based Bayesian models of inductive learning and reasoning. Department of Brain and Cognitive Sciences, Massachusetts Institute of Technology, Cambridge, MA, USA. Limris Gorat. 2013. The effect of using deductive approach and inductive approach in teaching English to student on their conditional sentence mastery. Surabaya : Universitas Katolik Widya Mandala. Luís Fernando Raínho Alves Torgo. 1999. INDUCTIVE LEARNING OF TREE-BASED REGRESSION MODELS. Departamen to de Ciência de Computadores Faculdade de Ciências da Universidade do Porto Setembro de 1999.
  • 18. 18 Mustofa, Imron . 2016. Jendela Logika dalam Berfikir: Deduksi dan Induksi sebagai Dasar Penalaran Ilmiah. Jurnal Pemikiran dan Pendidikan Islam Volume 6, Nomor 2. Sari, Diah Prawitha.2016. Berpikir matematis dengan metode induktif , deduktif, analogi, integrative dan abstrak. Jurnal matematika dan pendidikan matematika vol. 5 universitas khairun ternate. Teresia, Maria Nike K. 2015. Penalaran deduktif dan induktif siswa dalam pemecahan masalah trigonometri di tinjau dari tingkat IQ . Surabaya : santa maria. Zakaria ndemo. 2017. Mathematics Undergraduate Student Teachers’ Conceptions of Guided Inductive and Deductive Teaching Approaches. Journal of Curriculum and Teaching Vol.6 No.2