1. LK 3.1 Menyusun Best Practices
Menyusun Cerita Praktik Baik (Best Practice)
Menggunakan Metode Star (Situasi, Tantangan, Aksi, Refleksi Hasil Dan Dampak)Terkait Pengalaman Mengatasi
Permasalahan Siswa Dalam Pembelajaran
Lokasi SMANEGERI TERAWAS
Lingkup Pendidikan Sekolah Menengah Atas
Tujuan yang ingindicapai Meningkatkan minat dan motivasi belajar siswa pada materi elektrolisis
dengan menggunakan model pembelajaran Problem Based Learning
(PBL) dan berbantuan video pembelajaran
Penulis ANDRIAN, S.Si
Tanggal Senin, 29 Agustus 2022
Situasi:
Kondisi yang menjadi latar
belakang masalah,mengapa
praktik ini penting untuk
dibagikan, apa yang menjadi
peran dan tanggung
jawab anda dalam praktik
ini.
a. Latar belakang masalah
Dalam praktik pembelajaran yang selama ini dilakukan, guru
menggunakan buku siswa dan buku guru sebagai buku panduan mengajar. guru
menyakini bahwa buku tersebut sudah sesuai dan baik digunakan di kelas
karena diterbitkan oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. Ternyata,
dalam praktiknya, guru mengalami beberapa kesulitan seperti materi dan tugas
tidak sesuai dengan latar belakang siswa. Selain itu, guru masih berfokus pada
penguasaan pengetahuan kognitif yang lebih mementingkan hafalan materi.
Dengan demikian proses berpikir siswa masih dalam level C1 (mengingat),
memahami (C2), dan C3 (menerapkan). Guru hampir tidak pernah melaksanakan
pembelajaran yang berorientasi pada keterampilan berpikir tingkat tinggi
(higher order thingking skills /HOTS). guru juga jarang menggunakan media
pembelajaran. Dampaknya, suasana pembelajaran di kelas menjadi kaku dan
siswa tampak tidak ceria.
Proses pembelajaran dikatakan berhasil apabila siswa mampu menerima
dan paham terhadap kegiatan pembelajaran yang telah dilakukan. Dalam proses
pembelajaran, guru harus dapat menyampaikan materi yang menarik agar
materi dapat dipahami dan dimengerti siswa sehingga tujuan belajar dapat
tercapai. Guru diharapkan mampu memberikan materi dengan metode yang
menyenangkan, sehingga proses pembelajaran bisa bermakna dan peserta
didik dapat termotivasi untuk mengikuti pembelajaran. Keterbatasan
dan lemahnya kreatifitas guru dalam merencanakan pembelajaran,
membuat media pembelajaran, dan mengelola kegiatan pembelajaran
menggunakan model pembelajaran yang variatif yang sesuai dengan
karakter siswa di kelas, menjadi penyebab kurangnya motivasi peserta
didik dalam mengikuti pembelajaran. Padahal, motivasi belajar siswa itu
sendiri merupakan salah satu aspek yang mempengaruhi keberhasilan belajar.
Motivasi merupakan perubahan energi yang terdapat pada diri siswa
yang mendorong siswa untuk mengaktifkan, menuntun, dan
mempertahankan perilaku dari waktu ke waktu (Fitriani 2017; Wulandari
dkk. 2013; Sjukur 2012). Indikator motivasi (Daud 2012) terdiri dari:
1) dorongan berprestasi
2) optimis
3) komitmen
4) inisiatif
2. Selama ini pembelajaran di kelas berlangsung secara konvensional masih
berfokus pada guru sebagai sumber utama pengetahuan (teacher centered),
kemudian ceramah dan penugasan menjadi pilihan utama strategi belajar.
Padahal, proses pembelajaran yang cenderung teacher centered ini tidak
bisa memberikan kesempatan pada siswa untuk mengkonstruksi
pengetahuan dan mengungkapkan kreasi berpikirnya, sehingga kemudian
siswa menjadi lebih pasif untuk mengikuti pembelajaran di kelas. Padahal
harapannya pembelajaran itu seharusnya berpusat pada siswa (student
centered) karena siswa akan lebih cepat paham terhadap suatu materi
khususnya materi elektrolisis ketika mereka dilibatkan langsung pada
pembelajaran. Berdasarkan observasi yang dilakukan oleh guru, diperoleh
informasi bahwa siswa cenderung kurang aktif dan kurang termotivasi
dalam mengikuti proses pembelajaran di kelas. Hal ini ditandai dengan
siswa yang sering bercanda tanpa menghiraukan guru, siswa bermain gawai
ketika pembelajaran berlangsung, melakukan aktifitas lain dan bahkan
siswa tidur saat guru sedang menjelaskan di depan kelas. Rendahnya
motivasi belajar tentunya akan berpengaruh pada pencapaian kompetensi
siswa, hal ini juga dapat menyebabkan rendahnya pemahaman konsep
siswa. Untuk meningkatkan motivasi belajar dan pemahaman konsep,
diperlukan suatu model pembelajaran yang mampu membuat siswa
mengkonstruksi pengetahuannya sendiri agar siswa lebih termotivasi untuk
mengikuti serangkaian pembelajaran yang dilakukan di dalam kelas.
Pelaksanaan pembelajaran kimia khususnya materi elektrolisis akan
jauh lebih baik jika siswa dihadapkan dengan masalah kimia yang ada di dalam
kehidupan sehari- hari. Namun, sampai saat ini ternyata masih belum sesuai yag
diharapkan karena pemahaman konsep kimia yang masih sering
mengecewakan. Sering siswa merasa materi kimia adalah sesuatu yang
kurang menarik karena terlalu abstrak dan sulit untuk dipelajari. Hal
inilah yang menyebabkan pemahaman siswa terhadap suatu materi kimia
menjadi sangat rendah dan bingung ketika dihadapkan pada dunia nyata.
Berbeda dengan pembelajaran kontekstual yang berpijak pada pandangan
konstruktivisme yang mengarahkan bagaimana cara menghubungkan
materi pelajaran kimia pada kehidupan sehari-hari. Guru dalam
pembelajaran bertindak untuk mengatur, menyiapkan dan membantu siswa
sehingga tercipta kondisi belajar yang kondusif. Agar upaya tersebut berhasil
maka harus dipilih model pembelajaran yang sesuai dengan situasi dan
kondisi siswa serta lingkungan belajar agar siswa dapat aktif, interaktif, dan
kreatif dalam proses pembelajaran. Model pembelajaran yang digunakan
guru seharusnya dapat membantu proses analisis siswa. Salah satu model
pembelajaran yang dapat mengaktifkan serta memenuhi kebutuhan belajar
siswa yang beragam yaitu model PBL (Problem Based Learning). PBL adalah
model pembelajaran yang memperkenalkan masalah di awal pembelajaran,
masalah tersebut kemudian digunakan sebagai bahan untuk memotivasi
sekaligus menyampaikan konsep kepada siswa. PBL menggunakan masalah
otentik sebagai konteks untuk penyelidikan mendalam tentang apa yangsiswa
butuhkan dan apa yang harus diketahui (Ramlawati dkk. 2017). PBL adalah
model pembelajaran yang dapat memberi tantangan baru pada siswa untuk
bekerja secara kolaboratif dalam kelompok untuk mencari solusi atas
masalah kontekstual yang nyata serta dapat mengembangkan ketrampilan
berpikir kritis tingkat tinggi.
3. Selain itu, model pembelajaran ini memberikan kesempatan kepada
siswa untuk lebih aktif berkreasi dalam mengeksplor pengetahuannya
sehingga meningkatkan kepercayaan diri siswa dalam belajar baik secara
mandiri maupun kelompok.
b. Mengapa praktik ini penting untuk dibagikan?
Praktik ini menjadi penting dibagikan karena dengan menerapkan model
pembelajaran inovatif Problem Based Learning yang berpusat pada siswa
(student centered learning) pada saat proses pembelajaran akan berdampak
pada peningkatan motivasi siswa untuk belajar mandiri secara
berkelompok dalam menemukan konsep materi pembelajaran yang
diharapkan dan juga dapat meningkatkan kemampuan berpikir kritis
(kemampuan berpikir tingkat tinggi). Dengan meningkatnya motivasi siswa
selama pembelajaran ini akan menjadikan siswa merasasenang dalam belajar
yang akhirnya akan berdampak pada kebermaknaan proses pembelajaran dan
juga keberhasilan proses belajar siswa.
c. Peran dan tanggungjawab
Peran dan tanggungjawab saya pada best practice ini adalah sebagai
seorang pendidik (guru) mata pelajaran kimia, harus bisa meningkatkan
keberhasilan belajar siswa sesuai dengan tujuan pembelajaran, dengan
kompetensi yang dipelajarinya dan tetap dengan dilandasi karakterreligius,
karakter budaya lokal dan karakter kebangsaan.
Tantangan:
Apa saja yang menjadi
tantangan untuk mencapai
tujuan tersebut? Siapa saja
yang terlibat?
Tantangan yang dihadapi adalah:
• Kemampuan pendidik dalam membuat perencanaan pembelajaran
menyesuaikan dengan karakteristik peserta didik di kelasnya dan juga
materiyangakandiajarkan.
• Penguasaan materi kimia khususnya materi elektrolisis dari konsep faktual
hingga metakognitif dan kemampuan guru untuk memberikan pertanyaan
pemantik yang mampu membuat siswa berpikir kritis dan juga
memfasilitasi siswa ketika ada masalah yang sulit dipecahkan.
• Kemampuan pendidik dalam melakukan pengelolaan kelas, mulai dari
pembuatan kesepakatan dalam pembelajaran, dan pelaksanaan kegiatan
pembelajaran sesuai yang direncanakan.
• Kemampuan pendidik dalam memberikan kalimat motivasi dan bimbingan
terkait bijak dalam menggunakan gawai. Kemampuan pendidik dalam bidang
teknologi untuk menghasilkan media pembelajaran yang bisa memfasilitasi
peserta didik sesuai gaya belajarnya (misal dalam bentuk modul yang
menarik, power point dan juga video pembelajaran)
• Kemampuan pengelolaan waktu yang terbatas untuk memaksimalkan
proses pembelajaran, mulai dari diskusi, sampai presentasi
• Kemampuan siswa dalam berfikir kritis
• Kemampuan siswa dalam mengidentifikasi dan merumuskan masalah
dari media yang diberikan
• Kemampuan siswa dalam berkomunikasi dan mengemukakan
pendapat pada forum diskusi
Yang terlibat:
• Kepala Sekolah, yang memberi izin
• Rekan sejawat, sebagai dokumentator (kameramen) dan observer
• Peserta didik
4. Aksi:
Langkah-langkah apa
yang dilakukan untuk
menghadapi tantangan
tersebut/ strategi apa
yang digunakan/
bagaimana prosesnya,
siapa saja yang terlibat /
Apa saja sumber daya
atau materi yang
diperlukan untuk
melaksanakan strategi
ini
a. Langkah untuk menghadapi tantangan:
• Membuat perencanaan desain dan perangkat pembelajaran kontekstual
yang menarik dan berpusat pada siswa.
• Selalu meng-upgrade pengetahuan ilmu kimia sehingga menguasai materi yang
akan diajarkan (dari faktual hingga metakognitif)
• Mempelajari mengenai kemampuan high order thinking skill dan indikator
yang mencakup kemampuan HOTS berpikir kritis untuk kemudian
diterapkan pada perangkat pembelajaran yag sudahdirencanakan.
• Membuat media pembelajaran yang menarik dengan menggunakan aplikasi
Canva premium dan belajar menggunakan platform online yang tentunya
akan menarik perhatian siswa.
• Mengkonsultasikannya desain dan perangkat pembelajaran pada dosen
pembimbing dan juga guru pamong, kemudian merevisi sesuai dengan saran
dan arahan dari pembimbing.
• Kreatif dan inovatif didalam menggunakan sumber daya yang ada untuk
bisa mengakomodir kebutuhan belajar siswa memilih
• Media pembelajaran yang tepat yaitu sesuai dengan kemampuan dan
karakteristik siswa media pembelajaran yang akan digunakan dapat diberikan
lebih awal kepada siswa agar siswa dapat belajar terlebih dahulu sebelum
proses pembelajaran berlangsung
• Siswa diajarkan terlebih dahulu materi yang akan dibuat medianya
• Mendorong siswa untuk banyak bertanya
• Menumbuhkan rasa keingintahuan siswa dengan memberikan topik yang
menarik
• Melakukan kesepakatan pembelajaran (termasuk dalam penentuan waktu)
agar penggunaan waktu untuk kegiatan belajar lebih efektif.
• Memperbaiki manajemen penggunaan waktu agar kegiatan pembelajaran
berlangsung sesuai dengan rencana pembelajaran yang sudah dibuat.
b. Strategi:
• Melakukan kolaborasi dengan rekan sejawat untuk penyusunan perangkat
dan instrumen yang akan digunakan saat pembelajaran
• Memaksimalkan peran aktif siswa dalam proses pembelajaran di kelas
• Mendorong dan memotivasi siswa dalam bentuk permainan dan
pemberian reward (berupa kalimat pujian, piagam penghargaan, atau barang)
c. Proses:
• Menyusun desain pembelajaran yang akan dilaksanakan
• Menyiapkan perangkat pembelajaran yang dibutuhkan meliputi RPP, LKPD,
Bahan Ajar, Media Pembelajaran, Instrumen Penilaian da platform yang
digunakan.
• Menerapkan LKPD dan bahan ajar yang sudah disiapkan dalam platform
yang digunakan pada saat proses pembelajaran
• Menanyakan kondisi siswa untuk memberikan semangat, dan juga
menanyakan kesiapan peserta didik untuk menerima pembelajaran.
• Memberikan apersepsi pada siswa, agar mereka dapat mempunyai
imajinasi mengenai materi yang akan dipelajari hari ini, sehingga mereka
akan lebih siap dan paham pada materi tersebut.
• Memberikan pertanyaan pemantik pada siswa, mulai dari pertayaan
faktual hingga metakognitif untuk mengembangkan kemampuanberpikir
5. kritis pada siswa.
• Membimbing siswa baik secara individu maupun kelompok selama proses
pembelajaran dalam diskusi kelompok untuk menyelesaikanpermasalahan
dalam LKPD guna menemukan konsep materi pelajaran yang diharapkan.
Dalam hal ini siswa belajar untuk meningkatkan kemampuan berliterasi,
berpikir kritis, kreatif, kolaboratif dan komunikatif.
• Melakukan observasi sikap dan ketrampilan selama proses
pembelajaran.
• Memberikan kesempatan kepada siswa untuk mempresentasikan hasil diskusi
kelompok di depan kelas yang nantinya akan ditanggapi oleh kelompok lain.
Dalam hal ini siswa belajar untuk berpikir kritis dan komunikatif dalam
mengemukakan pendapat
• Mengevaluasi hasil diskusi kelompok siswa dengan menggunakan quiz
(team games tournament) serta memberikan penguatan terhadap konsep
yang telah ditemukan secara mandiri oleh siswa sehingga diharapkan
pembelajaran menjadi lebih bermakna.
• Memberikan reward pada kelompok terbaik dan siswa teraktif, untuk
meningkatkan motivasi seluruh siswa
• Melakukan refleksi masing-masing siswa terkait dengan proses
pembelajaran yang sudah dilakukan.
• Mengevaluasi penguasaan materi HOTS berpikir kritis siswa, dan angket
motivasi siswa
d. Yang terlibat:
• Rekan sejawat
• Peserta didik
e. Sumber daya yang dimiliki:
• Input siswa yang memiliki gaya belajar yang beraneka ragam (sesuaidengan
hasil tes diagnostik siswa)
• Kemauan untuk meningkatkan peran aktif siswa selama proses
pembelajaran
• Kemauan untuk memberikan pengalaman belajar yang bermakna kepada
siswa
• Rekan sejawat yang aktif mendukung
• Sarana dan prasarana yang mendukung untuk melaksanakan aksi
6. Refleksi Hasil dan dampak
Bagaimana dampak dari aksi
dari Langkah- langkah yang
dilakukan? Apakah hasilnya
efektif? Atau tidak efektif?
Mengapa? Bagaimana
respon orang lain terkait
dengan strategi yang
dilakukan, Apa yang
menjadi faktor keberhasilan
atau ketidakberhasilan dari
strategi yang dilakukan?Apa
pembelajaran dari
keseluruhan proses
tersebut?
a. Dampak aksi:
• Siswa menjadi lebih aktif dalam proses pembelajaran
• Siswa tidak bosan dalam mengikuti proses pembelajaran
• Pembelajaran menjadi lebih menyenangkan, aktif, dan bermakna untuk
siswa.
• Siswa semakin tertantang, bersemangat dan kreatif dalam belajar
• Motivasi belajar siswa meningkat
• Keberhasilan belajar siswa meningkat
• Siswa dapat menjawab pertanyaan dari tingkat faktual hingga
metakognitif (kemampuan berpikir kritis – kemampuan berpikir
tingkat tinggi)
• Siswa berani mempresentasikan hasil diskusi di depan kelas dengan
baik dan benar
• Pembelajaran yang berpusat pada siswa dapat terlaksana
b. Hasil efektif:
• Motivasi belajar siswa meningkat
• Kemampuan berpikir kritis meningkat
c. Hasil tidak efektif:
Melepas ketergantungan dengan internet
Penyebab:
Dengan segala kemudahan yang diperoleh siswa di dalam belajar melalui
gawai membuat siswa kurang efektif dalam mengeksplorasi alternatif-
alternatif solusi.
d. Respon orang lain:
• Mendukung pembelajaran berpusat pada siswa yang
memfasilitasi untuk dapat mengkonstruksi pengetahuannya sendiri
• Mendukung proses pembelajaran yang inovatif, menarik, serta
penggunaan teknologi di dalamnya
• Mendukung pembuatan media pembelajaran yang disesuaikan dengan
karakter peserta didik di kelas
e. Faktor pendukung keberhasilan:
• Dukungan manajemen sekolah, melalui kebijakan dan juga jadwal pelajaran
yang bisa mendukung pengembangan kemampuan literasi, berpikir
kritis, dan kemampuan 4C.
• Keuletan dan kesabaran pendidik dalam melakukan inovasi
pelaksanaan proses pembelajaran.
• Keseriusan pendidik dalam menerapkan pembelajaran sesuai yang
telah direncanakan
• Peserta didik yang konsisten dan mempunyai komitmen untuk terus
belajar
• Sarana dan prasarana sekolah yang mendukung proses pembelajaran.
7. f. Faktor ketidakberhasilan:
• Masih adanya pendidik yang mengajar dengan
model pembelajaran berpusat pada guru dengan metode ceramah
• Masih adanya pendidik yang tidak merencanakan pembelajaran yang akan
dilakukan
• Pendidik tidak kreatif dan inovatif di dalam memanfaatkan teknologi
untuk pembelajaran
g. Pembelajaran yang bisa diambil:
• Bahwa peserta didik adalah bukan selembar kertas kosong yang bisa diisi
tulisan oleh guru, bahwa peserta didik sudah memiliki kemampuan, bakat
dan minatnya masing-masing serta tugas guru adalah meningkatkan dan
mengasah kemampuan, bakat dan minat siswa tersebut melalui proses
pembelajaran. Karena selama pembelajaran siswa akan berproses untuk
meningkatkan kemampuan berkolaborasi, berkomunikasi, kreatif dan
berpikir kritis dalam sebuah diskusi kelompok yang pada akhirnya
memberikan pengalaman yang bermakna untuk membekali diri mereka
dalam mencapai tujuan hidupnya.
• Langkah-langkah PBL mampu membuat siswa belajar secara aktif serta
membuat siswa memiliki sifat yang optimis, komitmen dan berinisiatif
tinggi. Hal ini dibuktikan dengan kemampuan siswa dalam
mempresentasikan hasil diskusinya dan siswa dapat menguasai materi yang
akan dipresentasikan.
• Melalui PBL, siswa dituntut belajar secara kolaboratif dan membuat
suatu karya sehingga siswa lebih antusias dalam belajar (memenuhi
indikator pertama dan kedua motivasi yaitu dorongan berprestasi dan
optimis), siswa dituntut untuk mencari solusi dalam memecahkan
masalah melalui berbagai referensi (memenuhi indikator ketiga
yaitu komitmen), mengkomunikasikan hasil eksperimen membuat
siswa tidak segan untuk bertanya maupun menjawab pertanyaan dari
guru (memenuhi indikator keempat yaitu inisiatif tinggi).
• Guru meningkatkan kemampuannya dalam mengembangkan dan
menyampaikan materi serta dalam mengelola kelas dengan menerapkan
pembelajaran inovatif, sehingga proses dan hasil pembelajaran dapat
terus meningkat.
• Guru yang belum menerapkan model Problem Based Learning (PBL)
dapat menerapkan model tersebut dalam pembelajaran kimia dengan
variasi pembelajaran yang menarik sehingga dapat meningkatkan
perhatian motivasi dan keaktifan siswa untuk memahami materi yang
disajikan.