Makalah model pembelajaran Makalah model pembelajaran Makalah model pembelajaran Makalah model pembelajaran Makalah model pembelajaran Makalah model pembelajaran Makalah model pembelajaran
Modul Ajar Bahasa Indonesia - Menulis Puisi Spontanitas - Fase D.docx
MAKALAH MODEL NHT
1. MAKALAH
MODEL PEMBELAJARAN NHT
(NUMBERED HEADS TOGETHER)
Dibuat Untuk Tugas Strategi Belajar Mengajar Fisika
Disusun oleh :
Kelompok VI
Yohana Liando Tiarma Sihotang (RSA1C317005)
Rini Siski Fitriani (RSA1C317009)
Dosen pengampu :
Dwi Agus Kurniawan, S.Pd., M.Pd.
PROGRAM STUDI PENDDIKAN FISIKA PGMIPA-U
JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN
ALAM
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS JAMBI
2018
2. KATA PENGANTAR
Segala puji syukur bagi Allah SWT yang senantiasa melimpahkan rahmat dan
karunia-Nya. Sebaik-baiknya shalawat serta salam semoga Allah limpahkan kepada
Nabi Besar Muhammad SAW, beserta seluruh keluarga dan sahabatnya. Apapun
yang tergelar di alam semesta ini adalah rahmat-Nya sehingga penulis dapat
menyelesaikan makalah yang berjudul Model pembelajaranNHT yang dibimbing oleh
Bapak Dwi Agus Kurniawan, S.Si.
Makalah ini membahas mengenai materi model pembelajaran NHT. Penulis
menuliskannya dengan mengambil dari beberapa sumber dari buku maupun jurnal
dan membuat gagasan dari beberapa sumber tersebut.
Penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah
membantu dalam penyelesaian makalah ini, sehingga tersusun makalah yang sampai
dihadapan pembaca saat ini. Atas segala kebaikan yang mereka berikan, mudah-
mudahan Allah menganugerahi pahala yang besar pada hari ketika harta atau pun
keturunan tidak bermanfaat, kecuali mereka yang datang menghadap Allah dengan
kalbu yang bersih.
Penulis menyadari sepenuhnya makalah ini masih banyak kekurangan. Oleh
karenanya sangant diharapkan bagi pembaca untuk menyampaikan saran atau kritik
yang bersifat membangun demi tercapainya makalah yang lebih baik untuk
selanjutya.
Jambi, November 2018
Penulis
3. DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR …………………………………………………………….…. i
DAFTAR ISI ……………..……………………………………………………......... ii
BAB I PENDAHULUAN ………………………………………………………….... 1
1.1 Latar Belakang …………………………………………………………….......… 1
1.2 Tujuan……………………………………………………………………......…... 2
BAB II LITERATUR ………..…………………………………………………...…. 3
2.1 Kajian Teoritik ………..……………………………………………………...….. 3
2.1.1 Pengertian Model Pembelajaran Number Head Together (NHT) ? ....... 3
2.1.2 Sintaks Model Pembelajaran tipe (NHT) ? …….................................... 6
2.1.3 Analisis Model Pembelajaran Number Head Together (NHT) ? …….. 7
2.1.4 Tujuan Model Pembelajaran Number Head Together (NHT) ?............. 8
2.1.5 Manfaat Model Pembelajaran NHT ? …………………………..….… 12
2.1.6 Kekurangan dan Kelebiahan Model Pembelajaran NHT ? ………….. 19
2.2 Kajian Kritis ……………………………………………………………………. 20
BAB III PENUTUP ……………………………………………………………….. 25
3.1 Kesimpulan …………………………………………………………………..… 25
3.2 Saran …………….…………………………………………………………...… 28
DAFTAR PUSTAKA…………..…………………………………………………... 29
4. BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pendidikan merupakan salah satu faktor penunjang yang sangat penting
bagi perkembangan peradaban manusia dalam suatu bangsa. Bangsa yang
mempunyai peradaban maju adalah bangsa yang mempunyai sumber daya manusia
yang berkualitas. Oleh karena itu, agar bangsa Indonesia saat ini memiliki sumber
daya manusia yang berkualitas, tentunya harus dilakukan suatu usaha untuk
meningkatkan mutu dan kualitas sistem pendidikan secara menyeluruh. Dalam dunia
pendidikan saat ini jarang digunakan model-model pembelajaran, oleh karena itu
kami bermaksud mengingatkan para guru pada model pembelajaran Number Head
Together (NHT) agar mereka mengetahui dan mengaplikasikan dalam mengajar.
Model pembelajaran merupakan salah satu konsep mengajar. Dimana
konsep mengajar merupakan suatu proses kompleks, tidak hanya sekedar
menyampaikan informasi dari guru pada siswa, banyak kegiatan maupun tindakan
yang harus dilakukan, terutama bila diinginkan hasil belajar yang lebih baik pada
seluruh siswa, oleh karena rumusan yang dapat meliputi seluruh kegiatan dan
tindakan dalam pembuatan mengajar itu sendiri. Model pembelajaran juga merupakan
landasan praktik pembelajaran berdasarkan hasil penurunan teori psikologi
pendidikan dan teori belajar yang dirancang berdasarkan analisis terhadap
implementasi kurikulum dan impikasinya pada tingkat opersional dikelas. Maka
berbagai model pembelajaran yang banyak dirancang oleh para guru untuk dapat
membantu peserta didik dalam mendapatkan informasi, ide-ide, keterampilan, cara
berpikir dan mengekspresikan ide.
Pembelajaran kooperatif merupakan strategi pembelajaran yang
mengutamakan adanya kerjasama antar siswa dalam kelompok untuk mencapai
tujuan pembelajaran. Salah satu model pembelajaran kooperatif yaitu tipe NHT
5. (Numbered Heads Together). Model ini adalah model yang mudah atau bisa dibilang
cukup mudah , namun banyak orang mengetahui pertama kalinya adalah dengan
nama Numbered Heads Together atau disingkat (NHT), tidak hanya itu saja, NHT
juga banyak sekali digunakan sebagai bahan penelitian tindakan kelas (PTK).
1.2 Tujuan
Adapun tujuan dari penulisan makalah ini sebagai berikut :
1. Untuk mengetahui Pengertian Model Pembelajaran Number Head Together (NHT)
2. Untuk mengetahui Sintaks Model Pembelajaran Kooperatif Tipe NHT
3. Untuk mengetahui Analisis Model Pembelajaran NHT
4. Untuk mengetahui Tujuan Model Pembelajaran NHT
5. Untuk mengetahui Manfaat Model Pembelajaran NHT
6. Untuk Mengetahui Kekurangan dan Kelebihan Model Pembelajaran NHT
6. BAB II
LITERATUR
2.1 Kajian Teoritik
2.1.1 Pengertian Number Head Together (NHT)
Penggunaan model pembelajaran merupakan salah satu cara yang tepat untuk
meningkatkan hasil belajar siswa. Pemilihan model pembelajaran yang baik sangat
menentukan keberhasilan guru dalam proses belajar menganjar. Terdapat beragam
model pembelajaran yang dapat digunakan sebagai atribut pembelajaran, diantaranya
Numbered Heads Together (NHT). Model pembelajaran ini dapat menciptakan
pembelajaran yang menyenangkan sesuai dengan tujuan pembelajaran.
Model pembelajaran NHT memiliki tupokasi mengasah kemandirian siswa.
Pengembangan kemandirian siswa tercermin dari pelaksanaan model pembelajaran
NHT yang dilakukan dengan cara penomoran terhadap masing-masing siswa,
sehingga setiap siswa bertanggung jawab atas materi yang diberikan. Sehingga model
NHT ini mengacu pada keterlibatan total siswa (individual).
Pembelajaran kooperatif merupakan suatu pembelajaran yang didasarkan
kepada paham kontruktivisme. Model pembelajaran kooperatif adalah model
pembelajaran dengan penekanan pada aspek sosial melalui kelompok-kelompok kecil
yang terdiri dari 4 sampai 6 siswa yang sederajad secara heterogen untuk
menghasilkan pemikiran dan tantangan miskonsepsi siswa sebagai unsur
kuncinya(Alie, Nurhayati Husein, 2013 : 584).
NHT adalah salah satu tipe dari pembelajaran kooperatif dengan sintaks :
pengarahan, buat kelompok heterogen dan tiap siswa memiliki nomor tertentu,
berikan persoalan materi bahan ajar (untuk tiap kelompok sama tapi untuk tiap siswa
tidak sama sesuai dengan nomor siswa, tiap siswa dengan nomor sama mendapat
tugas yang sama) kemudian bekerja kelompok, presentase kelompok dengan nomor
siswa yang sama sesuai dengan masing-masing sehingga terjadi diskusi kelas, kuis
7. individual dan buat skor perkembangan tiap siswa, umumkan hasil kuis dan beri
reward (Erman,2008 : 19).
Pembelajaran kooperatif tipe NHT merupakan salah satu tipe pembelajaran
kooperatif yang menekankan pada struktur khusus yang dirancang untuk
mempengaruhi pola interaksi siswa dan memiliki tujuan untuk meningkatkan
penguasaan akademik. Tipe ini dikembangkan oleh Kagen dalam Ibrahim (2000)
dengan melibatkan para siswa dalam menelaah materi yang tercakup dalam suatu
pelajaran dan mengecek pemahaman mereka terhadap isi pelajaran tersebut (Siregar,
Faridah Anum, 2012 : 35).
Pembelajaran dianggap dapat mengatasi masalah adalah model pembelajaran
yang menggabungkan kegiatan siswa membaca bahan pelajaran dan membangun peta
konsep tentang materi-materi pembelajaran yang mereka baca sebelum belajar di
kelas, dan guru seharusnya menerapan model pembelajaran kooperatif di kelas yang
diberi nama tahapan pembelajaran dengan Remap Coople, yaitu singkatan dari
membaca, pemetaan konsep, dan pembelajaran kooperatif. Melalui kegiatan tersebut,
siswa diharapkan dapat untuk membaca materi pelajaran sebelum proses
pembelajaran di kelas. Ada lima elemen model pembelajaran kooperatif yang ada
diterapkan untuk mencapai hasil maksimal, termasuk interpedensi positif, tanggung
jawab individu, tatap muka, komunikasi, proses evaluasi, dan proses evaluasi
kelompok. Di akhir proses belajar, siswa diminta untuk melengkapi peta konsep yang
dibuat sebelumya. Peta konsep membantu siswa meningkatkan dan meringkas
rangkaian materi pelajaran.
Number Heads Together (NHT) adalah salah satu jenis pembelajaran
kooperatif yang dapat dipilih untuk Remap Coople, jadi nama model pembelajaran ini
adalah Remap NHT. Lamgkah-langkah pembelajaran NHT adalah penomoran,
peranyaaan, berpikir bersama, dan menjawab. Dalam model pembelajaran NHT ,
guru memeriksa pemahaman siswa dari membaca aktivitas siswa dengan
menggunakan pertanyaan. NHT menekankan kontribusi setiap siswa untuk menjawab
8. pertanyaan guru. Setiap siswa harus bertanggung jawab untuk mempresentasikan
pengetahuan mereka. Sayangnya tidak semua siswa memiliki kesempatan untuk
mempresentasikan pengetahuan mereka disetiap pembelajaran karna kendala waktu.
Oleh karena itu, NHT dikombinasikan dengan peta konsep, agar setiap siswa
memiliki kesempatan untuk mengekspresikan pengetahuan mereka secara tertulis.
Peta konsep sering digunakan dalam pendidikan sebagai alat untuk
mempresentasikan pengetahuan dalam pembelajaran. Peta konsep adalah metode
yang sangat baik untuk membantu penggambaran atau spasial konsep yang sulit
dipahami dan keterkaitannya, dan memungkinkan seorang siswa yang
mengembangkan kemampuan untuk berorganisasi dan kelompok informasi dengan
cara yang baik. Guru dapat memverifikasi dan menganalisis hasil peta konsep siswa.
Dengan menganalisis peta konsep siswa, guru dapat menilai proses belajar dan
berpikir bahwa siswa termasuk berpikir kritis . Dasar untuk pemetaan konsep
dimasukkan ke teori asimilasi. Bagian dari konsep ini termasuk teori yang bermakna
sebagaii metode mengidentifikasi proses menggabungkan pengetahuan baru dengan
yang ada pengetahuan dan penataan kembali pengetahuan ini sampai menjadi
bermakna dan berguna untuk pelajar.
The learning that considered to be overcome those problems is a learning model that
combines students activities of reading the lesson materials and constructing a concept map
about the lesson materials they read before learning in the classroom, and teacher should
applying of cooperative learning models in the classroom. It was given the name of those
learning stageswith Remap Coople ,i.e. the abbreviation from reading,concept mapping , and
cooperative learning. Through those activities, students are expected to read the course
materials before lesson processes in the class. There are five elements of cooperative learning
model that were applied to achieve maximum results, including positive interdependence,
individual, responsibility, face to fac, communication, and the group evaluation process At
the end of the learning process, students are requested to complete the concept map that was
created before. Stated that concept maps help students improve and summarize the course
materials.
9. Numbered Heads Together (NHT) is one type of cooperative learning that could be chosen
for Remap Coople, so the name of learning models is Remap NHT. The learning steps of NHT
were numbering, questioning, thinking together and answering. In NHT learning model,
teacher check students understanding from reading activity of students by using questions.
NHT emphasize the contribution of each student to answer a teacher’s question. Each
students should be responsible to present their knowledge in every lesson due to time
constraints. Therefore, NHT combined with the concept maps, in order to every student has
the opportunity to express their knowledge in every lesson due to time constaints. Therefore,
NHT combined with the concept maps, in order to every student has the opportunity to
express their knowledge in written.
Concept maps are opten used in education as a tool for representing knowledge in learner
understand difficult concept and their interrelationships and allows a student to develop the
ability to organize and group information in a meaningful way (Senita,2008) teachers can
verify and analize the results of students concept maps. Analyzing the students concept maps,
teacher can assess students learning and thinking proceses including critical thinking. The
basis for concept mappng is incorporated to assimilation theory. The part of this concept
includes meaningful theory as a method of of identifying a process of incorporating new
knowledge with exixting knowledge and reordering of this knowledge until it becomes
meaningful and useful for the learner.
(Mahanal, Susriyati, dkk, 2016 : 5).
2.1.2 Sintaks Model Pembelajaran Kooperatif tipe NHT
Menurut Mariyaningsih (2018:57-58) Model pembelajaran koopertif tipe
NHT atau penomoran berpikir bersama dilaksanakan dengan tujuan untuk melibatkan
lebih banyak siswa dalam menelaah materi yang tercakup dalam suatu pelajaran
tersebut. Model pembelajaran ini dirancang untuk memengaruhi pola interaksi siswa
dan merupkan salah satu alternative terhadap kelas tradisional. Model pembelajaran
NHT merupakan model yang mengutamakan berbagai aktivitas siswa dalam mencari
dan mengolah serta melaporkan informasi yang diperoleh dari berbagai sumber. Pada
dasarnya model ini dibuat ini agar siswa dapt saling sama bergantung pada
kelompok-kelompok kecil secara koopertif. Berikut ini akan disajikan langkah-
langkah dalam model pembelajaran kooperatif tipe NHT.
10. a. Penomoran
Kelas dibagi dalam beberapa kelompok (terdiri dari 3-5 siswa), setiap siswa
dalam kelompok mendapat nomoe. Adapun dasar dalam pembentukan
kelompok tersebut bias dilakukan berdasarkan nilai tes, perbedaan jenis
kelamin, sifat, dll.
b. Pemberian tugas/pertanyaan
Guru memberikan tugas untuk dikerjakan masing-masing kelompok dan
memastikan bahwa setiap kelompok memiliki sumber informasi yang relevan
seperti buku paket, modul dan lainnya sehingga siswa mampu menyelasaikan
tugas yang diberikan guru.
c. Berpikir bersama
Setiap kelompok menyatukan pendapatnya terhadap jawaban pertanyaan dan
meyakinkan bahwa setiap kelompok anggota dapat mengerjakan atau
mengetahui jawaban. Pada tahap ini masing-masing siswa dalam setiap
kelompok berpikir bersama dalam usaha menemukan jawaban yang tepat.
d. Menjawab
Guru memanggil nomor tertentu, kemudian bagi siswa yang nomornya sesuai
dengan yang dipanggil mengacungkan tangan dan mencoba enjawab
pertanyaan untuk seluruh kelas.
e. Tanggapan
Tanggapan dari siswa lain perlu didengarkan. Siswa yang nomornya tidak
disebut berusaha memberi tanggapan atas jawaban dari siswa yang
menyampaikan hasil kerja kelompoknya, jika sudah selesai guru dapat
menunjuk nomor berikutnya.
Menurut Alie,Husain Nurhayati (2013: 586) Salah satu usaha yang dapat
dilakukan adalah dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe NHT
guna menciptakan pembelajaran yang efektif dan menyenangkan sehingga hasil
belajar siswa dapat meningkat. Adapun langkah –langkah belajar NHT adalah :
a. Pendahuluan
11. Fase 1 : Persiapan
1) Guru melakukan apersepsi
2) Guru menjelaskan tentang model pembelajaran NHT.
3) Guru menyampaikan tujuan pembelajaran .
4) Guru memberikan motivasi.
b. Kegiatan inti
Fase 2 : Pelaksanaan pembelajaran kooperatif tipe NHT
Tahap pertama
1) Penomoran: Guru membagi siswa dalam kelompok yang beranggotakan 4
orang dan kepada setiap anggota diberi nomor 1-4.
2) Siswa bergabung dengan anggotanya masing-masing.
Tahap kedua
Mengajukan pertanyaan: Guru mengajukan pertanyaan berupa tugas untuk
mengerjakan soal-soal di LKS(Lembar Kerja Siswa).
Tahap ketiga
Berpikir bersama: Siswa berpikir bersama dan menyatukan pendapatnya terhadap
jawaban pertanyaan dalam LKS tersebut dan menyakinkan tiap anggota dalam
timnya mengetahui jawaban tersebut.
Tahap keempat:
1) Menjawab: Guru memanggil siswa dengan nomor tertentu,kemudian siswa
yang nomornya sesuai mengacungkan tangan nya dan mencoba untuk
menjawab pertanyaan atau mempresentasekan hasil diskusi kelompok nya
untuk seluruh kelas. Kelompok lain diberi kesempatan untuk berpendapat dan
bertanya terhadap hasil diskusi kelompok tersebut.
2) Guru mengamati hasil yang diperoleh masing-masing kelompok dan
memberikan semangat bagi kelompok yang belum berhasil dengan baik.
12. Guru memberikan soal latiham sebagai pemantapan terhadap hasil dari
pengerjaan LKS.
c. Penutup
1. Siswa bersama guru menyimpukan materi yang telah diajarkan.
2. Guru memberikan tugas rumah.
3. Guru mengingatkan siswa untuk mempelajari kembali materi yang telah
diajarkan dan materi selanjutnya.
Menurut Srilahir, dkk (2017 :5) Adapun langkah-langkah metode Numbered
Heads Together (NHT) adalah:
a. Siswa dibagi menjadi kelompok-kelompok belajar, setiap siswa dalam
setiap kelompok mendapat nomor.
b. Guru atau dosen memberikan tugas dan masing-masing kelompok yang
telah ditentukan mengerjakan nya tugasnya tersebut.
c. Kelompok melakukan diskusi mengenai jawaban yang benar serta
memastikan bahwa setiap anggota kelompok dapat mengerjakannya dan
atau mengetahui jawabannya.
d. Guru atau dosen memanggil salah satu nomor siswa/mahasiswa dengan
nomor yang dipanggil tersebut melaporkan hasil kerjasama yang telah
mereka kerjakan.
e. Adanya tanggapan dari teman yang lain,kemudian guru atau dosen
menunjuk atau melakukan penunjukkan nomor yang lain.
f. Membuat kesimpulan dari pelaksanaan pembelajaran dengan
menggunakan metode Numbered Heads Together (NHT).
Pendekatan NHT memberikan kesempatan bagi siswa untuk berbagai ide,dan
juga pertimbangan bagi siswa untuk berbagi ide,dan juga pertimbangkan jawaban
yang paling tepat . langkah pertama dalam metode ini adalah penomoran, siswa dapat
membagi kelas menjadi kelompok-kelompok kecil. Jumlah grup tergantung pada
jumlah konsep yang akan dipelajari misalnya, jika kelas terdiri dari 30 siswa da nada
13. 5 konsep yang akan dipelajari,maka akan ada 5 kelompok masing-masing 6 orang,dan
masing-masing orang disetiap kelompok diberi nomor dari 1 hingga 6. Setelah
kelompok terbentuk,masing-masing akan diberikan pertanyaan oleh guru. Setelah ini
selesai,semua orang membawa mereka berpikir bersama untuk berdiskusi dan
memikirkan pertanyaan yang diberikan kepada mereka. Untuk langkah kedua, guru
mengambil nomor dan kemudian memanggil siswa itu sesuai dengan jumlah itu dari
setiap kelompok untuk maju dan menjawab pertanyaan sebelum diajukan. Hal ini
dilakukan terus menerus sampai setiap siswa diberikan kesempatan untuk
menjelaskan sudut pandang mereka. Tergantung pada jawabannya,maka guru bisa
mengembangkan diskusi yang lebih mendalam,mengembangkan pengetahuan siswa.
The NHT approach provides an opportunity for students to share ideas,as well as consider
the most appropriate answer. The first step in this method is numbering the students and
dividing the class into small groups. The numbers of groups depends on the number of groups
depends on the number of concepts to be studied. For example, if a class consists of 30
studentsand there are 5 concepts to be studied ,then there will be 5 groupps of 6 people each,
and each person in each group is numbered from 1 to 6. After the groups are formed, each
one will be provided with questions by the teacher. After this is done, everyone brings their
heads together to discuss and to think about the question s they were given . for the secon
step, the teacher pick a number and then calls the student that corresponds to that numbers
from each group to come forward and answer the question. Previously posed. This is done
continuously until every student has bee given the opport? Unity to explain their point of
view. Depending on the answers,the teacher can then develop a more in depth
discussion,developing the studentsi knowledge.
(Wora,Veronica Marta,dkk.2017:96).
2.1.3 Analisis Model Pembelajaran Kooeratif Tipe NHT
A. Sistem Sosial
Sistem sosial bersifat demokratis, dipandu oleh keputusan-keputusan yang
dikembangkan dari, atau setidaknya divalidasi oleh, pengalaman kelompok – dalam
batas-batas dan dalam hubungan dengan fenomena membingungkan yang
14. diidentifikasi oleh guru sebagai objek untuk kajian. Kegiatan-kegiatan kelompok
muncul dengan jumlah struktur eksternal minimal yang diberikan oleh guru. Siswa
dan guru memiliki status sama kecuali untuk perbedaan-perbedaan peran. Situasi
tersebut merupakan salah satu dari alasan dan negoisasi.
B. Prinsip-prinsip Reaksi
Peran guru dalam investigasi kelompok adalah peran sebagai konselor,
konsultan, dan pengkritik yang ramah. Guru harus memandu dan merefleksikan
pengalaman kelompok pada tiga level: level pemecahan masalah atau tugas (Apakah
sifat masalah tersebut ? Apakah fakor-faktor yang terlibat?), level manajemen
kelompok (Informasi apa yang akan kita perlukan sekarang? Bagaimana kita
mengatur diri kita sendiri untuk mendapatkannya?), dan level makna individual (
Bagaimana Anda merasakan tentang kesimpulan-kesimpulan ini? Apa yang kalian
kerjakan secara berbeda sebagai akibat dari mengetahui tentang….?. Peran
pengajaran ini sulit dan sensitive, karena inti dari penelitian adalah kegiatan siswa –
masalah tidak dapat dipaksakan. Pada saat bersamaan, guru: (1) memfasilitasi proses
kelompok, (2) turut serta dalam kelompok untuk menyalurkan energinya kepada
kegiatan-kegiatan pendidikan ini sehingga makna pribadi datang dari pengalaman.
Interverensi oleh gru sebaiknya minimal kecuali kelompok tersebut mengalami
hambatan serius. Meskipun materi dipersiapkan untuk orang-orang yang memimpin
kelompok terapi, materi dituliskan dalam level umum dan memberikan banyak saran
yang bermanfaat bagi mereka yang mengharapkan untuk membentuk kelas yang
dikelilingi penelitian kelompok.
C. Sistem Pendukung
Sistem pendukung untuk investigasi kelompok sebaiknya bersifat ekstensif
dan bertanggung jawab terhadap kebutuhan siswa. Sekolah perlu dilengkapi dengan
perpustakaan yang bagus dengan berbagai jenis media; perpustakaan sebaiknya juga
mampu memberikan akses ke sumber daya dari luar. Anak-anak sebaiknya didorong
untuk meneliti dan mengontak sumber daya di luar didnding sekolah. Satu alasan
15. bagi penelitian kooperatif jenis ini yang sifatnya relative jarang adalah system
pendukumgnya tidak cukup untuk mempertahankan tingkat penelitian (Joyce, Bruce,
2016 : 402-404).
2.1.4 Tujuan Model pembelajaran NHT
Tujuan belajar penting bagi guru dan siswa sendiri. Dalam desain
instruksional guru merumuskan tujuan instruksional khusus atau sasaran belajar
siswa. Rumusan tersebut disesuaikan dengan perilaku yang hendaknya dapat
dilakukan siswa. Sebagai ilustrasi, misalnya guru merumuskan sasaran belajar
sebagai “siswa dapat menyebutkan ciri khas suatu prosa atau puisi.” Sasaran belajar
tersebut berfaedah bagi guru untuk membelajarkan siswa. Dalam hal ini, ada
kesejajaran pada sasaran belajar (rumusan guru, dan diinformasikan kepada siswa)
dengan tujuan belajar siswa (Dimyati dan Mudjiono, 2013 : 23).
Menurut Alie, Nurhayati Husein (2013 : 584-585) Struktur tujuan suatu
pelajaran adalah jumlah saling ketergantungan yang dibutuhkan siswa saat mereka
mengerjakan tugas mereka. Terdapat tiga macam struktur tujuan yang telah berhasil
diidentifikasi adalah sebagai berikut :
a. Individualistik, jika pencapaian tujuan itu tidak memerlukan interaksi dengan
orang lain dan tidak bergantung pada baik buruknya pencapaian orang lain.
Siswa yakin upaya mereka sendiri untuk mencapai tujuan tidak ada
hubungannya dengan upaya siswa lain dalam mencapai tujuan tersebut.
b. Kompetitif, terjadi bila seorang siswa dapat mencapai suatu tujuan jika dan
hanya jika siswa lain tidak mencapai tujuan tersebut. Dengan demikian setiap
usaha yang dilakukan oleh suatu individu untuk mencapai tujuan merupakan
saingan bagi individu lainnya.
c. Kooperatif, terjadi jika siswa dapat mencapai tujuan mereka hanya jika siswa
lain dengan siapa mereka bekerja sama mencapai tujuan tersebut. Siswa yakin
bahwa tujuan mereka akan tercapai jika siswa lainnya juga mencapai tujuan
tersebut.
16. NHT sebagai model pembelajaran pada dasarnya merupakan sebuah variasi
diskusi kelompok. Adapun ciri khas dari NHT adalah guru hanya menunjuk seorang
siswa yang mewakili kelompoknya. Dalam menunjuk siswa tersebut, guru tanpa
memberi tahu terlebih dahulu siapa yang akan mewakili kelompok tersebut. Dengan
cara tersebut akan menjamin keterlibatan semua siswa dan merupakan upaya yang
sangat baik untuk meningkatkan tanggung jawab individual dalam diskusi kelompok.
Selain itu model pembelajarn NHT memberi kesempatan kepada siswa untuk
membagikan ide-ide dan mempertimbangkan jawaban yang paling tepat.
Dengan adanya keterlibatan total semua siswa tentunya akan berdampak
positif terhadap motivasi belajar siswa. Siswa akan berusaha memahami konsep-
konsep ataupun memecahkan permasalahan yang disajikan oleh guru seperti yang
diungkapkan Ibrahim, dkk dalam Aziza (2007 : 21) bahwa dengan belajar kooperatif
akan memperbaiki prestasi siswa atau tugas-tugas akademik penting lainnya serta
akan memberi keuntungan baik pada siswa kelompok bawah maupun kelompok atas
yang bekerja bersama menyelesaikan tugas-tugas akademis.
Kurangnya pemahaman dan praktik terbaik dari pelaksanaan berbagai siswa
berpusat model pembelajaran membuat para guru tidak dapat merancang kegiatan
yang relevan. Kenyataanya mengungkapkan bahwa itu benar diperlukan untuk
menyediakan model pembelajaran dan bahan yang cocok untuk menyediakan model
pembelajaran dan bahan yang cocok untuk pengembangan karakteristik siswa sekolah
dasar. Berdasarkan tingkat pengembangan Piaget, sekolah dasar siswa berada pada
tingkat operasioanal konkrit yang membutuhkan interaksi sosial termasuk dengan
guru dan teman pembelajaran sains. Koperatif model adalah kontruktivisme dan
kolaboratif yang mendorong siswa untuk berinteraksi dengan orang lain (1).
Koperatif membantu siswa untuk mengembangkan pemahaman mereka ketika
melakukan interksi sosial dalam kelompok dan presentasi, salah satu model ini adalah
Numbered Heads Together (NHT), yang dipertimbangkan relevan untuk siswa
sekolah dasar. NHT menekankan tanggung jawab anggota untuk melakukan tugasnya
berdasarkan nomor mereka. Para siswa harus menunjukkan kemampuan mereka dan
17. menggunakan strategi apapun untuk mengungkapkan kemampuan tanggung jawab
mereka. Siswa juga dilatih untuk memahami setiap tugas secara komprehensif. Oleh
karena itu, tanggung jawab siswa tidak hanya pada pyoyek individu, tetapi juga
sebagai anggota tertentu kelompok. Proses ini mendorong kemampuan siswa untuk
memecahkan masalah dan kelengkapan siswa. Dengan demikian, NHT dapat
meningkatkan pencapaian kognitif siswa. Selain itu, NHT memberikan kontribusi
peningkatan keterampilan sosial siswa, dengan guru dan rekan-rekan selama
pembelajaran.
The lack of understanding and best practices of the implementation of various student-
centered learning models makes the teacher cannot design a relevant activity. The reality
reveals that it is necessary to provide learning models and materials which are suitable for
the development of elementary school students’ characteristic. Based on Piaget’s
development lvel,elementary school students are at the level of concrete operational which
needs a social interaction including with teachers and peers to understand the concept
learned,especially in science learning. The cooperative model is a contructivism and
collaborative which encourages students to interact with other people (1) cooperative helps
students to develop their understanding when doing social interaction in a group and
presentation, one of this model is Numbered Heads Together (NHT), which considered
relevant for elementary school students. NHT emphasizes members’ responsibility to do their
tasks based on their number. Students are to show their capability and use any strategies to
reveal their responsibility. Students are alsotrained to understand every tasks
comprehensively. Hence, the students’ responsibility is not merely on the individual project,
but also as a member of a particular group.This process encourages students’ability to solve
problems and students comprehensiveness. Thus NHT can improve students; social skill
improvement, when they interact woth teachers and peers during the laming(2).
(Leassa, Marleny dan Corebima Aloysius Duran, 2017 : 2)
Hasil uji coba skala besar menunjukkan bahwa modul tematik berdasarkan
model pembelajaran kooperatif NHT dapat meningkatkan pencapaian kognitif siswa,
tidak hanya pada tingkat kognitif rendah tetapi juga pada yang tertinggi. Kognitif
kemampuan yang didapat oleh para siswa setelah menggunakan model ini adalah
kemampuan untuk menganalisa, untuk mengevaluasi dan membuat. Hasil ini sangat
18. berdeda dari kondisi belajar sebelumya, dimana siswa hanya mengembangkan
kemampuan kognitif rendah (C1-C2), yang hanya menghafal suatu konsep. NHT
dapat digunakan untuk meningkatakan kualitas siswa dengan mengintregasikan
simulasi metode, aktivitas trial and error, dan bermain peran dalam pembelajaran.
Penelitian sebelumya temuan oleh Maheady et al. (2002 : 57) menekankan
pentingnya NHT sebagai satu model pembelajaran kooperatif yang memungkinkan
siswa secara aktif terlibat dalam pembelajaran dengan mengajukan pertanyaan.
Model pembelajaran ini telah terbukti efektif untuk meningkatkan kemampuan
kognitif dan perilaku belajar siswa. Itu menempatkan pelajar lambat dalam linkungan
yang ramah, dimana mereka dapat berpartisipasi aktif kelompok dan diskusi
kelompok dan berbagi ide dengan peserta didik cepat. Mahaedy et al. (2006 : 37)
menemukan bahwa NHT memiliki potensi untuk meningkatkan kinerja seorang siswa
sebagai individu di ruang kelas heterogen, dimana siswa dari berbagai kognitif
disatukan.
The results of the lare scale try-out indicate that the thematic module based on the NHT-
cooperative learning model could improve students’ cognitive achievement, not only at low
cognitive level but also at the highest one. The cognitive abilities gained by the students after
using this module werw he ability to analyse, to evaluate ant to create. This result was
surprisingly different from the previous learning conditions ability (C1-C2), which is only to
memorize a concept. NHT can be used to improved students’ achievement by integrating the
simulation method, trial and error activities, and role play into learning. The previous
research findings by Maheady et al. (2002 : 57) emphasized the importance of NHT as one of
the cooperative learning models that allow the teacher to get students actively involved in
learning by asking questions. This learning by model has been proven effective to improve
students’ cognitive abilities and learning behaviours. It puts slow learnes in a friendly
environment,in which they can actively participate in teams and group discussions and share
ideaswith fast learners. Mahaedy et al. (2006 : 37) found that NHT has potentials to increase
the performance of a students as an individual in a heterogenic classroom, where students
from various cognitive levels are put together.
(Talakua, Melvie dkk, 2016 : 182-183).
19. 2.1.5 Manfaat model pembelajaran NHT
Pembelajaran dengan menggunakan NHT lebih baik dari pembelajaran
sebelumya. Adapun alasan respom positif siswa antara lain :
1. Suasana tidak begitu membosankan dan tidak membuat kantuk,
2. Program pembelajaranya jelas dan lebih asyik,
3. Lebih jelas dalammemahami materi,
Ketika kepuasan belajar meningkat maka mengindikasikan aktivitas pada proses
belajar dan hasil belajar juga meningkat karena hal tersebut merupakan
cerminan/tanggapan siswa terhadap proses pembelajaran. Respon positif siswa
terhadap kegiatan pembelajaran menyebabkan tumbuhnya minat belajar siswa
sehingga memiliki keinginan siswa untuk belajar. Minat belajar siswa berpengaruh
terhadap motivasi belajar dan kemudahan memahami materi pelajaran. Motivasi tidak
hanya penting agar sswa terlibat dalam kegiatan akademik, tetapi juga penting dalam
menetukan seberapa banyak menyerap informasi untuk belajar dan menggunakan
proses kognitif yang lebih tinggi dalam mempelajari materi, sehingga siswa akan
menyerap dan mengedeankan materi tersebut dengan lebih baik. Jadi keinginan untuk
belajar menyebabkan siswa mudah dan dapat memahami serta mempelajari materi
pelajaran. Dengan metode pembelajaran NHT siswa dilatih untuk berbagi informasi,
mendengar dengan cermat serta berbicara sesuai pendapat mereka masing-masing,
sehingga siswa dapat lebih aktif dalam pelajaran (Baskoro, Febri, dkk, 2013 : 90).
Perbedaan dalam pembelajaran NHT, guru telah menyediakan peta pikiran
yang akan mengarahkan untuk konsep informasi baru untuk dipelajari,
memberdayakan otak untuk dapat memvisualisasikan, menjelaskan dan menyatukan
pendapat peserta didik dan memberikan kesimpulan dari pembelajaran. Dalam
pebelajaran NHT ini, guru juga meluangkan waktu dengan menampilkan video
instruksional yang akan memotivasi siswa serta melakukan pengayaan pada akhir
pelajaran. Jadi belajar NHT lebih berorientasi pada otak yang meningkatkan
kemampuan berpikir visual siswa. Penerapan karakteristik pembelajaran.
20. Pembelajaran NHT dalam proses pembelajaran di kelas akan mengahasilkan
kemampuan berpikir visual siswa lebih baik daripada siswa yang mendapatkan
pembelajaran TPS karena dalam pembelajaran NHT siswa secara aktf terlibat baik
secara fisik maupun secara mental dalam membangun pemikiran mereka dan
menyelidiki dengan lingkungan mereka untuk memecahkan masalah.
The difference is in learning NHT teachers have provided a mind mapthat will direct students
to the concept of new information to be learned,empowering the brain to be able to visualize,
explainand unify the opinions of learners and provide conclusions from the learning. In this
NHT learning the teacher also takes the time by displaying instructional videos that will
motivate the students as well as carry out the enrichment atthat the of the lesson. Thus
learning NHT is more oriented to the brain that improves student’s visual thinking skills. The
application of learning characteristic of NHT learning in the learning process in the
classroom will result in visual thingking ability of the students better than the students who
get the TPS learning because in the NHT learning the studebts are actively involved both
physically and mentally in constructing their thingking and investigating with their
environment solve the problem.
(Tarigan, Flora Astyana Puri,dkk, 2017 : 80)
Secara umum, pengetahuan diatur dengan menghubungkan konsep yang
berbeda satu sama lain. Kita berpendapat bahwa ada dua jenis hubungan konseptual :
statis dan dinamis. Statis hubungan mengatur pengetahuan dengan mengelompokkan
barang serupa di bawah konsep yang sama dengan mencatat rasa memiliki konsep
tersebut pada konsep yang lebih abstrak sebagai super ordinat atau mengidentifikasi
subkategorinya sendiri. Misalnya kategori “kursi” adalah bagian dari ordinat kategori
“furniture” dan mungkin memiliki sub kategori “kursi halaman” dan “kursi ruang
makan”. “Selain itu, hubungan yang bermakna statis dapat didasarkan pada
perpotongan dua konstruk dari domain yang berbeda. Misalnya, “desain” dan “kursi”
membutuhkan “desain.” Pengelompokan pengetahuan berdasarkan hubungan statis
sering menghasilkan susunan konsep yang hierarkis, yang sangat tipikal dengan
sebagian besar peta konsep.
21. In geberal, knowledge is organized by relating different concepts to one another. We argue
that there are two types of conceptual relationships : static and dynamic.the static the
relationship organizesthe knowledge by grouping similar items under the same concept and
noting the belongingness of the concept to more abstract construct as a super-
ordinateor identifying is own sub-categories. For example, category “chair” is a part of a
super-ordinate category “furniture” and may have subcategories of “lawn chair” and
“dining room chair.” In addition, static meaningful relationships could be based on
intersecting two construc from different domains. For example, “design” and “chair” may be
interested by noting that “chair’ requires “design.” Organization of knowledge based on
static relationshipsoften result in hierarchical arrangement of concepts,which is very typical
of most Concept Maps.
(Ollington, Gerald F,2008 : 207)
2.1.7 Kelebihan dan Kekurangan Model Pembelajaran NHT
Menurut Alie, Nurhayati Husain (2013 : 585) Kelebihan dalam penggunaan model
pembelajaran kooperatif tipe NHT sebagai berikut:
a. Setiap siswa menjadi siap semua
b. Dapat melakukan diskusi dengan sungguh-sungguh.
c. Siswa yang pandai dapat mengajari siswa yang kurang pandai.
Kelemahan dalam penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe NHT adalah
sebagai contoh berikut :
a. Kemungkinan nomor yang dipanggil dipanggil lagi oleh guru.
b. Tidak semua anggota kelompok dipanggil oleh guru.
Apa yang dapat dipelajari selama diskusi didalam kelas? Mereka belajar
mendekati masalah atau topic secara rasional, memonitor proses pemikiran mereka
sendiri, dan mempertanyakan asumsi implisit mereka. Seperti pelajar yang terkena
Soractic metode, mereka mungkin menemukan bahwa mereka tidak berpikiran
terbuka atau rasional tentang beberapa topic seperti yang mereka pikirkan. Oleh
22. dengan memodelkan cara berpikir yang diingkan dalam area konten, seorang
pemimpin diskusi yang terampil dapat dengan lembut membimbing dan membentuk
pemikiran siswa. Guru perguruan tinggi dengan mendorong siswa untuk berpikir
seperto kritik sastra, ahli biologi, ilmuwan politik, atau matematikawan. Berlatih
dalam pemikiran “seolah-olah” dapat menghasilkan wacana intelektual yang lebih
dan lebih baik lagi.
What can students learn about thinking during class discussion? They learn to approach a
problem or topic rationally, monitor their own thinking processes, and question their implicit
assumptions. As with learners exposed to the Soractc method, they may discover that they are not
as open-minded or rational about some topics as they had thought. By modeling a desired wat of
thinking within the content area, a skilled discussion leader can gently guide and shape students
thinking. College teachers thus prompt students to think like literary critics, biologists, political
scientists, or mathematicians.Practice in “as if” thinking can lead to better and better intellectual
discourse.
(B.D. Bhatt,2002 : 152).
2.2 Kajian Kritis
Pembelajaran kooperatif merupakan strategi pembelajaran yang menutamakan
adanya kerjasama antar siswa dalam kelompok untuk mencapai tujuan pembelajaran.
Para siswa dibagi kedalam kelompok-kelompok kecil dan diarahkan untuk
mempelajari materi pelajaran yang telah ditentukan. Tujuan dibentuknya kelompok
kooperatif adalah untuk memberikan kesempatan kepada siswa agar dapat terlibat
secara aktif dalam proses berpikir dan dalam kegiatan-kegiatan belajar. Dalam hal ini
sebagian besar aktivitas pembeajaran berpusat pada siswa, yakni mempelajari materi
pelajaran serta berdiskusi untuk memecahkan masalah.
Pembelajaran kooperatif tipe NHT merupakan salah satu tipe pembelajaran
kooperatif yang menekankan pada struktur khusus yang dirancang untuk
23. mempengaruhi pola interaksi siswa dan memiliki tujuan untuk meningkatkan
penguasaan akademik.
Sintaks
Langkah-langkah pembelajaran tipe NHT
1. Persiapan
Dalam tahap ini guru mempersiapkan rancangan pelajaran dengan membuat
Scenario Pelajaran (SP), Lembar Kerja Siswa (LKS) yang sesuai dengan
model pembelajaran kooperatif tipe NHT.
2. Pembentukan kelompok
Guru membagi para siswa dalam beberapa kelompok yang beranggotakan 3-5
orang siswa. Guru memberi nomor kepada setiap siswa dalam kelompok dan
nama kelompok yang berbeda.
3. Tiap kelompok memiliki buku panduan
Dalam pembentukan kelompok, tiap kelompok harus memiliki buku anduan
agar bias mengerjakan LKS yang telah diberikan oleh guru.
4. Diskusi masalah
Guru membagikan LKS kepada setiap siswa. Dalam kerja kelompok setiap
siswa berpikir bersama untuk menggambarkan dan meyakinkan bahwa tiap
orang mengetahui jawaban dari pertanyaan yang ada pada LKS.
5. Memanggil nomor anggota atau pemberian jawaban
Dalam tahap ini, guru menyebut satu nomor dan para siswa dari tiap
kelompok dengan nomor yang sama mengangkat tangan dan menyiapkan
jawaban siswa dikelas.
6. Memberi kesimpulan
Guru bersama siswa menyimpulkan jawaban akhir dari semua pertanyaan
yang berhubungan dengan materi yang disajikan.
7. Persiapan
24. Dalam tahap ini guru mempersiapkan rancangan pelajaran dengan membuat
Scenario Pelajaran (SP), Lembar Kerja Siswa (LKS) yang sesuai dengan
model pembelajaran kooperatif tipe NHT.
8. Pembentukan kelompok
Guru membagi para siswa dalam beberapa kelompok yang beranggotakan 3-5
orang siswa. Guru memberi nomor kepada setiap siswa dalam kelompok dan
nama kelompok yang berbeda.
9. Tiap kelompok memiliki buku panduan
Dalam pembentukan kelompok, tiap kelompok harus memiliki buku anduan
agar bias mengerjakan LKS yang telah diberikan oleh guru.
10. Diskusi masalah
Guru membagikan LKS kepada setiap siswa. Dalam kerja kelompok setiap
siswa berpikir bersama untuk menggambarkan dan meyakinkan bahwa tiap
orang mengetahui jawaban dari pertanyaan yang ada pada LKS.
11. Memanggil nomor anggota atau pemberian jawaban
Dalam tahap ini, guru menyebut satu nomor dan para siswa dari tiap
kelompok dengan nomor yang sama mengangkat tangan dan menyiapkan
jawaban siswa dikelas.
12. Memberi kesimpulan
Guru bersama siswa menyimpulkan jawaban akhir dari semua pertanyaan
yang berhubungan dengan materi yang disajikan.
Sistem Sosial
Sistem didasarkan pada proses demokratis dan keputusan kelompok, dengan
struktur eksternal yang rendah. Kebingungan harus bersifat asli-ia harus dipaksakan.
Pertukaran autentik bersifat sangat penting. Suasana merupakan salah satu alasan dan
negoisasi.
25. Prinsip-prinsip Reaksi
Guru berperan fasilitatif yang diarahkan pada proses kelompok (membantu
para pembelajar merumuskan rencana, tindakan, mengelola kelompok) dan syarat
penelitian (kesadaran akan metode). Guru berfungsi sebagai konselor akademik.
Siswa bereaksi terhadap situasi yang membingungkan dan memeriksa sifat reaksinya
yang umum dan berbeda. Siswa-siswa menetukan jenis informasi apa yang mereka
perlukan untuk mendekati masalah dan berlanjut untuk mengumpulkan data yang
relevan. Siswa menhasilkan hipotesis dan mengumpulkan informasi yang diperlukan
untuk mengujinya. Siswa mengevaluasi hasilnya dan meneruskan penelitianya atau
memulai rangkaian penelitian baru. Pengajaran sentral berpindah untuk membangun
lingkungan sosial yang kooperatif dan mengajarkan kepada siswa tentang
keterampilan negoisasi serta resolusi konflik yang diperlukn untuk memecahkan
masalah secara demokratis. Selain itu, guru perlu memandu siswa dalam metode
pengumpulan dan analisis data, membantu mereka membingkai hipotesis yang dapat
diuji, dan memutuskan apa yang merupakan tes hipoteis yang masuk akal. Karena
kelompok-kelompok cukup bervariasi kebutuhannya akan struktur dan
kohesivitasnya, guru tidak dapat berperilaku secara mekanis, tetapi harus “membaca”
perilaku sosial dan akademik siswa serta memberikan bantuan sehingga tetap
mempertahankan penelitian untuk terus berjalan tanpa mendiamkannya.
Sistem Pendukung
Lingkungan harus mampu merespons berbagai tuntutan pembelajaran. Guru
dan siswa harus mampu merangkai apa yang mereka perlukan ketika mereka
memerlukannya.
Tujuan yang hendak dicapai dalam pembelajaran kooperatif tipe NHT yaitu :
1. Hasil belajar akademik structural
Bertujuan untuk meningkatkan kinerja siswa dalam tugas-tugas akademik.
2. Pengakuan adanya keragaman
26. Bertujuan agar siswa dapat menerima teman-temannya yang mempunyai
berbagai latar belakang.
3. Pengembangan keterampilan social
Bertujuan untuk mengembangkan keterampilan sosial siswa.
Manfaat model pembelajaran model NHT :
1. Rasa harga diri menjadi lebih tinggi
2. Memperbaiki kehadiran
3. Penerimaan terhadap individu menjadi lebih besar
4. Perilaku menggangu menjadi lebih besar
5. Konflik antar pribadi berkurang
6. Pemahaan yang lebih mendalam
7. Menigkatkan kebaikan budi, kepekaan dan toleransi
8. Hasil belajar lebih tinggi.
Kelebihan dan kekurangan model pembelajaran NHT
Kelebihan
1. Terjadinya interaksi antar siswa melalui diskusi/siswa secara bersama dalam
menyelesaikan masalah yanga dihadapi.
2. Siswa pandai maupun siswa yang kurang pandai sama-sama memperoleh
manfaat melalui aktivitas belajar kooperatif.
3. Dengan bekerja secara kooperatif ini, kemungkinan konstruksi pengetahuan
akan menjadi lebih besar/kemungkinan untuk siswa dapat sampai pada
kesimpulan yang diharapkan.
4. Dapat memberikan kesempatan kepada siswa untuk menggunakan
keterampilan bertanya, berdiskusi, dan mengembangkan bkat kepemimpinan.
Kekurangan
27. 1. Siswa yang pandai akan cenderung mendominasi sehingga dapat
menimbulkan sikap minderndan pasif dari siswa yang lemah.
2. Proses diskusi dapat berjalan lancer jika ada siswa yang sekedar menyalin
pekerjaan siswa yang pandai tanpa memiliki pemahaman yang memadai.
3. Pengelompokan siswa memerlukan pengaturan tempat duduk yang berbeda-
beda serta membutuhkan waktu khusus.
28. BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Pembelajaran kooperatif tipe Numbered heads Together (NHT) merupakan
salah satu tipe pembelajaran kooperatif yang menekankan pada struktur khusus yang
dirancang untuk mempengaruhi pola interaksi siswa dan memiliki tujuan untuk
meningkatkan penguasaan akademik.
Sintaks
Langkah-langkah model pembelajaran NHT :
b. Pendahuluan
Fase 1 : Persiapan
5) Guru melakukan apersepsi
6) Guru menjelaskan tentang model pembelajaran NHT.
7) Guru menyampaikan tujuan pembelajaran .
8) Guru memberikan motivasi.
d. Kegiatan inti
Fase 2 : Pelaksanaan pembelajaran kooperatif tipe NHT
Tahap pertama
3) Penomoran: Guru membagi siswa dalam kelompok yang beranggotakan 4
orang dan kepada setiap anggota diberi nomor 1-4.
4) Siswa bergabung dengan anggotanya masing-masing.
Tahap kedua
Mengajukan pertanyaan: Guru mengajukan pertanyaan berupa tugas untuk
mengerjakan soal-soal di LKS(Lembar Kerja Siswa).
Tahap ketiga
29. Berpikir bersama: Siswa berpikir bersama dan menyatukan pendapatnya terhadap
jawaban pertanyaan dalam LKS tersebut dan menyakinkan tiap anggota dalam
timnya mengetahui jawaban tersebut.
Tahap keempat:
3) Menjawab: Guru memanggil siswa dengan nomor tertentu,kemudian siswa
yang nomornya sesuai mengacungkan tangan nya dan mencoba untuk
menjawab pertanyaan atau mempresentasekan hasil diskusi kelompok nya
untuk seluruh kelas. Kelompok lain diberi kesempatan untuk berpendapat dan
bertanya terhadap hasil diskusi kelompok tersebut.
4) Guru mengamati hasil yang diperoleh masing-masing kelompok dan
memberikan semangat bagi kelompok yang belum berhasil dengan baik.
Guru memberikan soal latiham sebagai pemantapan terhadap hasil dari
pengerjaan LKS.
e. Penutup
4. Siswa bersama guru menyimpukan materi yang telah diajarkan.
5. Guru memberikan tugas rumah.
6. Guru mengingatkan siswa untuk mempelajari kembali materi yang telah
diajarkan dan materi selanjutnya.
Sistem Sosial
Sistem didasarkan pada proses demokratis dan keputusan kelompok,
dengan struktur eksternal yang rendah. Kebingungan harus bersifat asli-ia
harus dipaksakan. Pertukaran autentik bersifat sangat penting. Suasana
merupakan salah satu alasan dan negoisasi.
Prinsip-prinsip Reaksi
Guru berperan fasilitatif yang diarahkan pada proses kelompok
(membantu para pembelajar merumuskan rencana, tindakan, mengelola
kelompok) dan syarat penelitian (kesadaran akan metode). Guru berfungsi
30. sebagai konselor akademik. Siswa bereaksi terhadap situasi yang
membingungkan dan memeriksa sifat reaksinya yang umum dan berbeda.
Siswa-siswa menetukan jenis informasi apa yang mereka perlukan untuk
mendekati masalah dan berlanjut untuk mengumpulkan data yang relevan.
Siswa menhasilkan hipotesis dan mengumpulkan informasi yang diperlukan
untuk mengujinya. Siswa mengevaluasi hasilnya dan meneruskan penelitianya
atau memulai rangkaian penelitian baru. Pengajaran sentral berpindah untuk
membangun lingkungan sosial yang kooperatif dan mengajarkan kepada siswa
tentang keterampilan negoisasi serta resolusi konflik yang diperlukn untuk
memecahkan masalah secara demokratis. Selain itu, guru perlu memandu
siswa dalam metode pengumpulan dan analisis data, membantu mereka
membingkai hipotesis yang dapat diuji, dan memutuskan apa yang merupakan
tes hipoteis yang masuk akal. Karena kelompok-kelompok cukup bervariasi
kebutuhannya akan struktur dan kohesivitasnya, guru tidak dapat berperilaku
secara mekanis, tetapi harus “membaca” perilaku sosial dan akademik siswa
serta memberikan bantuan sehingga tetap mempertahankan penelitian untuk
terus berjalan tanpa mendiamkannya.
Sistem Pendukung
Lingkungan harus mampu merespons berbagai tuntutan pembelajaran.
Guru dan siswa harus mampu merangkai apa yang mereka perlukan ketika
mereka memerlukannya.
Manfaat model pembelajaran NHT bagi siswa yaitu rasa harga diri menjadi
lebih tinggi, memperbaiki kehadiran, penerimaan terhadap individu menjadi lebih
besar, perilaku mengganggu menjadi lebih kecil, konflik antara pribadi berkurang,
pemahaman yang lebih mendalam, meningkatkan kebaikan budi, kepekaan dan
toleransi, dan hasil belajar lebih tinggi.
Kelebihan dan kelemahan model pembelajaran NHT, yaitu :
31. Kelebihan
a. Setiap siswa menjadi siap semua
b. Dapat melakukan diskusi dengan sungguh-sungguh.
c. Siswa yang pandai dapat mengajari siswa yang kurang pandai
Kelemahan
a. Kemungkinan nomor yang dipanggil dipanggil lagi oleh guru.
b. Tidak semua anggota kelompok dipanggil oleh guru.
3.2 Saran
Dalam pembelajaran di Indonesia dibutuhkan guru yang kreatif dan dapat
mengatur siswanya serta dapat mengenal siswanya sehingga menerapkan
system pembelajaran yang sesuai.
Penulis menyadari bahwa masih jauh dari kata sempurna. Kedepannya
penulis akan lebih focus dan detail dalam menjelaskan tentang materi di atas
dengan sumber-sumber yang lebih banyak dan tentunya dapat
dipertanggungjawabkan. Untuk saran bisa berisi kritik atau saran terhadap
penulisan juga bisa untuk menanggapi terhadap kesimpulan dan bahasan
makalah yang telah dijelaskan.
32. DAFTAR PUSTAKA
Alie, Nurhayati Husain. 2008. Penggunaan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe
NHT Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Kelas X2 SMA Negeri 3
Gorontalo Pada Materi Jarak Pada Ruang. Jurnal Entropi. Vol.VII No.
B.D. Bhatt.2002. Modern Methods Of Teaching. India : Kanishka Publisher
Baskoro, Febri, dkk. 2013. Upaya Peningkatan Aktivitas dan Prestasi Belajar
dengan Model Pembelajaran NHT (Numbered Head Together) Dilengkapi
LKS Pada Materi Termokimia Siswa Kelas XI IPA-3 SMA Negeri 6 Surakarta.
Jurnal Pendidikan Kimia. Vol 2 No. 2 ISSN 2337-9995.
Dimyati dan Mudjiono.2013. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta : PT Rineka Cipta.
Joyce, Bruce, dkk. 2016. Models Of Teaching. Yogyakarta : Pustaka Pelajar.
Lahir, Sri, dkk. 2017. Peningkatan Prestasi Belajar Melalui Model Pembelajaran
yang tepat pada Sekolah Dasar Sampai Perguruan Tinggi. Jurnal Eunomika.
Vol 01 No 01.
Leasa, Marleny and Corebima, Aloyius Duran. 2017. The Effect of Numbered Heads
Together (NHT) Cooperative Learning Model On The Cognitive Achievement
Of Students With Different Academic Ability. Journal Of Physics.
795(2017)012071.
Mahanal, Susriyati, dkk. 2016. Improving Students’ Critical Thinking Skills Through
Remap NHT In Biology Classroom. Vol 17 Issue 1.
Maryaningsih, Nining dan Hidayati, Mistina. 2018. Teori dan Praktik Berbagai
Model dan Metode Pembelajaran Menerapkan Inovasi Pembelajaran di
Kelas-Kelas Inspiratif. Surakarta : CV Oase Group.
33. Ollington, Gerald.2008. Teachers and Teaching : Strategies, Innovations and
Problem solving. 2008. New York : Nova Science Publisher.
Siregar, Faridah Anum. 2012. Pengaruh Model Tipe NHT Terhadap Hasil Belajar
Siswa Kelas VII SMP Negeri 18 Medan. Jurnal Pendidikan Fisika. Vol 1 No 1
p-ISSN 2252-732x c-2301-7651.
Suherman, Erman. 2008. Model Belajar dan Pembelajaran Berorientasi Kompetensi
Siswa. Jurnal Pendidikan dan Budaya. Vol 5 No 2 ISSN 1412-579x.
Talakua, Melvie, dkk. 2016. The Development Of A Thematic Module Based On
Numbered Heads Together (NHT) Cooperative Learning Model For
Elementary Students In Ambon Molucas- Indonesia. The Develpoment a
Thematic Module. DOI : 10.15804/tner 2016.46.4.15.
Tarigan, Flora Astyna Putri. 2017. The Difference In Improving Students,
Mathematics Understanding and Ability Of Visual Thinking By Using
Cooperative Learning Model Types Think Pair Shared (TPS) and Number
Head Together (NHT) At SDN Percobaan Medan. Journal Of Research
Method Education. Vol 7 Issue 6.
Wora, Veronika Marta, dkk.2017. Student Improvement By Applying The Numbered
Heads Together (NHT) Approach to Basic Subject Of Vocational
Competence in a Vocational High School In Indonesia. Vol 8 No 2, pp. 94-
102,2017.