SlideShare a Scribd company logo
1 of 104
Download to read offline
1
Buku Panduan Model CBL
BAB I
PENDAHULUAN
BAB Ini Membahas:
A.
DEFINISI
MODEL
B.
RASIONALITAS
2
Buku Panduan Model CBL
Model didefinisikan sebagai sturktur konseptual sebagai pada suatu
bidang yang telah berhasil dikembangkan dan telah daapt diimplementasikan
terutama dalam langkah membimbing peneltiian dalam bidang lain yang
belum berkembang. Model juga didefenisikan sebagai konsep yang digunakan
untuk mempresentasikan sesuatu yang nyata yang dikonversi menjadi sesuatu
yang lebih komperhensif. Mark and Goodson (1976:235).
Model pembelajaran disitilahkan menjadi sesutu yang mengarah pada
pendekatan pembelajaran, baik berupa tujuan, lingkungan, sintaks, dan tujuan
pengolahan. Model memiliki beberapa jenis seperti model pembelajaran
langsung, model pembelajaran berbasis masalah, model kooperatif, model
diskusi dan model pembelajaran strategi. Pada umumnya semua model
pembelajaran, setiap dosen harus tebuka dengan mahasiswa dalam hal
pembelajaran. Sehingga dosen juga mampu mengarahkan mahasiswa
melakukan lebih baik dengan cara mereka sendiri, sehingga mahasiswa
mampu secara bertahap memahami model itu sendiri.
Pembelajaran berbasis kompetensi memiliki karekteristik untuk
membuat pendidik agar memberikan inovasi dan penambahan masukkan untuk
menentukan metode dalam proses pembelajaran yang baik. Aronson dan
Patnoe (2011:68), menyatakan bahwa siswa yang diajarkan menggunakan
model jigsaw menunjukkan peningkatan akademik yang lebih besar daripada
siswa yang diajarkan dengan model konvensional. Model pembelajaran
Competency Based Learning (CBL) yang digagas ini menggunakan perpaduan
antara model pembelaran Problem Based Learning dan model pembelajaran
kolaboartif tipe jigsaw.
1. Pengertian Model Problem Based Learning (PBL)
Problem Based Learning ialah model pembelajaran yang menggunakan
masalah sebagai pendekatan tahap pertama untuk menemukan pengetahuan
yang baru. Savin-Baden (2004), mengemukakan bahwa pembelajaran
berbasis masalah dengan pendekatan pedagogis menggunakan masalah
sebagai pemicu dalam proses pembelajaran. PBL juga mensyaratkan siswa
A Definisi Model CBL
3
Buku Panduan Model CBL
bekerja secara kooperatif di kelas. Siswa fokus pada penyelesaian masalah
menjadi karekteristik poin utama PBL. Ertmer (2015), memberikan
pendapat bahwa PBL, menyiratkan siswa memecahkan masalah dengan
cara mengikuti langkah metode ilmiah, sehingga mereka dapat belajar
pemecahan masalah pada saat yang sama mereka memiliki keterampilan
yang diperlukan untuk menyelesaikannya. Model Problem Based Learning
dalam proses pembelajaranya menciptakan masalah sebenarnya terhadap
siswa karena mulai dari proses pertama pembelajaran, melakukan tinjauan
lapangan serta uji coba di lab hingga kepada diskusi dan presentasi
pengajuan masalah berfokus kepada untuk mencari solusi terbaik dalam
proses memcahkan masalah. Dalam program pembelajaran berbasis
masalah ini, merancang agar siswa memperoleh keterampilan dalam
pemecahan masalah dengan membeerikan masalah diawal pembelajaran,
menyelesaikan masalah, dan memiliki strategi dan keterampilan sebagai
bagian dari tim sehingga terbentuk kolaborasi yang erat dan positif.
Pendekatan sistemik digunakan dalam memecahkan masalah atau
tantangan yang dibutuhkan dalam kehidupan sehari-hari (Amir, 2009).
Pendapat lain, Duch, Groh & Allen, (2001) menyatakan bahwa
permsalahan yang disampaikan dalam kelas PBL, disamping kurang
terstruktur juga kompleks dan realistik. Masalah memerlukan kreativitas
mahasiswa menentukan apa gambaran kebutuhan yang diperlukan, kenapa,
apakah informasi yang berkaitan dan apa langkah yang dibutuhkan
terhadap menyelesaikan masalah. Mahasiswa harus memberikan pilihan
informasi yang ada karena tidak semua informasi yang didapatkan
berhubungan dengan masalah dalam PBL yang akan diselesaikan.
Tahapan yang akan dilaksanakan pada model pembelajaran berbasis
masalah dapat dilihat pada Tabel 1.1 di bawah ini:
Tabel 1.1 Tahapan Pembelajaran Problem Based Learning (PBL)
Tahapan Pembelajaran Kegiatan Dosen
Tahap 1
Orientasi peserta didik pada
masalah
Dosen memberikan penjelasan tujuan
pembelajaran, logistik yang dibutuhakn,
mengajukan demosntrasi atau cerita
untuk menimbulkan masalah,
memotivasi mahasiswa untuk terlibat
dalam aktivitas pemecahan masalah.
4
Buku Panduan Model CBL
Tabel 1.1 Tahapan Pembelajaran Problem Based Learning (PBL) Lanjutan
Tahapan Pembelajaran Kegiatan Dosen
Tahap 2
Mengorganisasi peserta didik
Dosen membagi mahasiswa ke dalam
kelompok, membantu mahasiswa
mendefinisikan dan mengorganisasikan
tugas belajar yang berhubungan dengan
masalah.
Tahap 3
Membimbing penyelidikan
individu maupun kelompok
Dosen mendorong peserta didik untuk
mengumpulkan informasi yang
dibutuhkan, melaksanakan eksperimen
dan penyelidikan untuk mendapatkan
penjelasan dan pemecahan masalah.
Tahap 4
Mengembangkan dan menyajikan
hasil
Dosen membantu mahasiswa dalam
merencanakan dan menyiapkan laporan,
dokumentasi, atau model, dan
membantu mereka berbagi tugas dengan
sesama temannya.
Tahap 5
Menganalisis dan mengevaluasi
proses dan hasil pemecahan
masalah
Dosen membantu mahasiswa untuk
melakukan refleksi atau evaluasi
terhadap proses dan hasil penyelidikan
yang mereka lakukan.
Sumber: (Trianto, 2007)
2. Pengertian Model Pembelajaran Collaborative Jigsaw
Rusman (2012:218) menyatakan bahwa “pembelajaran kooperatif
tipe jigsaw merupakan model belajar kooperatif dengan cara siswa belajar
dalam kelompok kecil yang terdiri dari empat sampai enam orang secara
heterogen di mana siswa saling bekerja sama saling ketergantungan positif
serta bertanggung jawab secara mandiri.
Sedangkan Isjoni (2013:54) menyatakan bahwa model
pembelajaran kooperatif tipe jigsaw merupakan salah satu model
pembelajaran yang mendorong siswa aktif dan saling membantu dalam
menguasai materi pelajaran untuk mencapai prestasi yang maksimal.
Sementara itu menurut Shoimin (2014:90) model pembelajaran kooperatif
tipe jigsaw menitikberatkan pada kerja kelompok dalam bentuk
kelompok kecil. Dalam penerapan model pembelajaran kooperatif tipe
jigsaw, setiap anggota kelompok diberi bagian materi yang harus
dipelajari oleh seluruh kelompok dan menjadi pakar di bagiannya.
Dalam model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw, para siswa
mempelajari bagian-bagian yang berbeda dengan yang dipelajari oleh
5
Buku Panduan Model CBL
teman satu timnya. Hal ini berguna untuk membantu para ahli menguasai
informasi yang unik, sehingga membuat tim sangat menghargai kontribusi
tiap anggotanya.
Secara garis besar, sintak model pembelajaran kooperatif tipe
jigsaw ditunjukkan pada Tabel 1.2 di bawah ini:
Tabel 1.2 Sintak Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw
Fase-fase Perilaku Guru
Fase 1
Menyampaikan tujuan dan
memotivasi siswa
Guru menyampaikan semua tujuan
pembelajaran yang ingin dicapai
pada pembelajaran tersebut dan
memotivasi siswa belajar.
Fase 2
Menyajikan Informasi
Guru menyajikan informasi
kepada siswa dengan jalan
menyuguhkan berbagai fakta,
pengalaman yang berkaitan
langsung dengan materi
pelajaran.
Fase 3
Group atau kelompok asal/dasar
Siswa dikelompokkan menjadi
kelompok asal/dasar dengan
anggota 5 sampai 6 orang dengan
kemampuan akademik yang
heterogen. Setiap anggota
kelompok diberikan sub pokok
bahasan atau topik yang berbeda
untuk mereka pelajari.
Fase 4
Kelompok ahli atau export grouip
Guru menyuruh siswa yang
mendapat topik sama berdiskusi
dalam kelompok ahli
Fase 5
Tim ahli kembali
pada kelompok
Siswa kembali ke kelompok
asal/dasar untuk menjelaskan
apa yang mereka dapatkan
dalam kelompok ahli.
Fase 6
Evaluasi
Semua siswa diberikan tes yang
melingkupi semua topik.
Fase 7
Memberikan penghargaan
Guru memberikan
penghargaan baik secara
individu maupun kelompok.
(Sumber: Rusman, 2012)
3. ”Pengertian Model Competency Based Learning
Kompetensi (Competence) menurut Hall dan Jones (Muslich,
2011:15) adalah pernyataan yang menggambarkan penampilan suatu
kemampuan tertemtu secara bulat yang merupakan perpaduan antara
pengetahuan dan kemampuan yang dapat diamati dan diukur. Berdasarkan
6
Buku Panduan Model CBL
PP Nomor 32 Tahun 2013, kompetensi diartikan sebagai perangkar sikap,
pengetahuan dan keterampilan yang harus dimiliki, dihayati dan dikuasai
oleh peserta didik setelah proses pembelajaran.
Menurut Hall, G. E and H. L. Jones (1976:29) kompetensinya
merupakan pernyataan yang menggambarkan penampilan kapasitas
tertentu secara bulat, yang merupakan kombinasi dari pengetahuan dan
kemampuan yang diamati dan diukur.
Sistem pembelajaran dihadapi dengan banyak masalah. Model
pembelajaran Competency Based Learning dapat meningkatkan
kemampuan untuk menghadapi dan menyelesaikan masalah yang
berdasarkan pada masalah dari proses pembelajaran mahasiswa terhadap
matakuliah, untuk menambah kemampuan cara berfikir tingkat tinggi.
Suasana kondusif, terbuka, negosiasi, dan demokratis merupakan kondisi
yang tetap harus dipelihara.
Pembelajaran berbasis kompetensi adalah pendekatan terhadap
pendidikan yang berfokus pada demonstrasi hasil belajar yang diinginkan
siswa sebagai pusat proses pembelajaran. Hal ini terutama berkaitan
dengan perkembangan mahasiswa melalui kurikulum dengan kecepatan,
kedalaman, dan lain-lain mereka sendiri. Karena kompetensi terbukti,
siswa terus mengalami kemajuan.
Kompetensi ialah suatu keahlian akan tugas, keterampilan, sikap,
dan apresiasi yang diperlukan untuk menunjang. Pernyataan di atas dapat
dipaparkan sebagai: “… competencies for vocational and technical
education are those tasks, skills, attitudes, values, and appreciations that
are deemed critical to successful employment”. Dari penjelasan tersebut
kompetensi memiliki agregat pengetahuan, keterampilan, dan sikap yang
mampu mendukung keberhasilan dalam melakukan pekerjaan, dan untuk
mencapai kompetensi lulusan diperlukan kurikulum.
Robert A. Roe (2001), menyatakan bahwa kompetensi adalah:
Competence is defined as the ability to adequately perform a task, duty or
role. Competence integrates knowledge, skills, personal values and
attitudes. Competence builds on knowledge and skills and is acquired
through work experience and learning by doing. Dari definisi tersebut
7
Buku Panduan Model CBL
kompetensi dapat digambarkan sebagai kemampuan untuk melaksanakan
satu peran atau tugas, kemampuan mengintegrasikan pengetahuan,
ketrampilan-ketrampilan, sikap-sikap dan nilai-nilai pribadi, dan
kemampuan untuk membangun pengetahuan dan keterampilan yang
didasarkan pada pengalaman dan pembelajaran yang dilakukan.
Book, P. (2014) menyatakan bahwa: Pembelajaran berbasis
kompetensi dimulai dengan mengidentifikasi kompetensi atau
keterampilan tertentu, dan memungkinkan peserta didik untuk
mengembangkan penguasaan setiap kompetensi atau keterampilan pada
langkah mereka sendiri, biasanya bekerja dengan seorang mentor.
Peserta didik dapat mengembangkan hanya kompetensi atau
keterampilan yang mereka rasa mereka butuhkan (yang semakin mereka
dapat menerima 'lencana' atau beberapa bentuk pengakuan yang
divalidasi), atau dapat menggabungkan seluruh rangkaian kompetensi
menjadi kualifikasi penuh, seperti sertifikat, diploma atau semakin penuh.
Peserta didik bekerja secara individual, biasanya online, bukan dalam
kelompok.
Jika peserta didik dapat menunjukkan bahwa mereka telah
memiliki penguasaan kompetensi atau keterampilan tertentu, melalui tes
atau beberapa bentuk penilaian pembelajaran sebelumnya, mereka
mungkin diizinkan untuk pindah ke tingkat kompetensi berikutnya tanpa
harus mengulangi program studi yang ditentukan untuk siswa. kompetensi
sebelumnya. Pembelajaran berbasis kompetensi mencoba melepaskan diri
dari model kelas yang dijadwalkan secara teratur, di mana siswa
mempelajari materi pelajaran yang sama dengan kecepatan yang sama
dalam kelompok mahasiswa yang sama.
Nilai pembelajaran berbasis kompetensi untuk mengembangkan
keterampilan praktis atau kejuruan atau kompetensi lebih jelas, tetapi
pembelajaran berbasis kompetensi semakin digunakan untuk pendidikan
yang membutuhkan pengembangan keterampilan yang lebih abstrak atau
akademik, kadang-kadang dikombinasikan dengan kursus atau program
berbasis kelompok lainnya.
8
Buku Panduan Model CBL
3.1 Prinsip Model Competency Based Learning
a. Bertujaun pada proses belajar
1) Siswa menjadi tujuan pembelajaran.
2) Subjek Pembelajaran adalah siswa.
3) Memperhatikan perbedaan dan kecepatan siswa
b. Terpadu
1) Proses pengelolaan pembelajaran dilakukan secara terpadu.
2) Kompetensi menjadi hasil akhir pembelajaran
c. Individual
1) Peluang untuk melakukan pembelajaran secara individual
d. Ketuntasan
1) Bertujuan pada keberhasilan belajar
2) Perlahan-lahan maju secara terus-menerus
e. Pemecahan masalah
1) Pemecahan masalah yang terjadi di masyarakat dijadikan
tujuan.
2) Pembelajaran Kontekstual
f. Pengalaman dijadikan dasar Pembelajaran
9
Buku Panduan Model CBL
Pendekatan filosofis untuk menjelaskan suatu masalah dapat diterapkan
dalam aspek-aspek kehidupan manusia, termasuk dalarn pendidikan. Filsafat
tidak hanya melahirkan pengetahuan banu, melainkan juga melahirkan filsafat
pendidikan. Filsafat pendidikan adalah filsafat terapan untuk memecahkan
masalah-masalah pendidikan yang dihadapi. John Dewey (1964) berpendapat
bahwa filsafat merupakan teon umum tentang pendidikan. Filsafat sebagai
suatu sistem berpikir akan menjawab persoalan-persoalan pendidikan yang
bersifat filosofis dan memerlukan jawaban filosofis pula.
Teori dan praktek pendidikan memiliki spektrum yang sangat luas
mencakup seluruh pemikiran dan pengalaman tentang tujuan, proses, serta
hasil pendidikan. Pendidikan dapat dipelajari secara empirik berdasarkan
pengalaman maupun melalui perenungan dengan melihat makna pendidikan
dalam konteks yang lebih luas.
Perguruan Tinggi Negeri maupun Swasta, merupakan bagian dari
penunjang pendidikan nasional, karena melaksanakan peran pendidikan yang
bertujuan mencapai insan yang memiliki ilmu dengan adab yang baik. Proses
belajar yang dilakukan memberikan dampak yang begitu signifikan dalam
meluluskan sejumlah sarjana dengan berbagai jurusan bidang ilmu
pengetahuan. Pada waktu yang akan datang diharapkan siap bersaing
menghadapi dunia kerja pada setiap tahunnya demi tercapainya perkembangan
ekonomi yang baik. Lulusan yang dihasilkan diharapkan benar-benar mampu
menghadapi dunia kerja yang sudah semakin maju dalam menjalani kemajuan
teknologi yang terus berkembang. Hal ini berdampak kepada lulusan yang
terus dituntut untuk dapat menjadi lulusan yang menguasai ilmu yang dapat
diterapkan dalam dunia kerja sehingga dapat terus bersaing untuk memajukan
perekonomian bangsa ini.
Pada STMIK Triguna Dharma Medan jurusan Sistem Informasi
semester VI terdapat kurikulum yang di dalamnya memiliki mata kuliah
Sistem Pendukung Keputusan di mana hasil belajar yang ada setiap
semesternya masih belum baik dikarenakan beberapa faktor dari model
pembelajaran yang dilaksanakan dan beberapa faktor lain seperti fasilitas yang
B Rasionalitas
10
Buku Panduan Model CBL
digunakan, dan salah satu faktor yang tidak bisa diabaikan ialah rendahnya
minat belajar mahasiswa.
Model pembelajaran CBL adalah proses mengajar menggunakan
pendekatan kelompok dimana proses dilakukan dalam bentuk bekerja
bersama-sama untuk menciptakan konsep dan membawa mahasiswa fokus
terhadap peristiwa atau masalah yang ada. Keterampilan berpikir kritis perlu
dikembangkan sebagai wahana penemuan dan pengembangan konsep, prinsip
dan teori dalam memahami matakuliah sistem pendukung keputusan.
Pada tahap selanjutnya konsep pembelajaran yang digunakan terhadap
mahasiswa dengan berbasis analisis pada matakuliah sistem pendukung
keputusan, nantinya diharapkan setiap mahasiswa dan peserta didik
mempunyai skill atau kemampuan dalam bidang analisis, konsep perancangan
dan penyelesaian terhadap permasalahan-permasalahan sistem pendukung
keputusan. Dari peninjauan di lapangan kenyataannya mahasiswa mengalami
kendala untuk mengintegrasikan antara konsep algoritma dan analisis terhadap
rancangan pemrogramannya. Dari permasalahan tersebut dengan demikian
dibutuhkan suatu model pembelajaran yang terpadu agar bias memberikan
solusi terkait permasalahan dalam memahami metode dan konsep algoritma
untuk menganalisis, dan juga penjelasan dalam perancangan terhadap
algoritma yang digunakan.
Pengemban Model Compentency Based Learning Berbasis Android ini
merupakan suatu model pembelajaran berlandaskan atas teori belajar
koneksionisme dan konektivisme. Koneksionisme terkait dengan pemahaman
terkait materi-materi dalam satu mata kuliah yang saling terhubung antara
stimulus dan respon sedangkan teori belajar Konektivisme memiliki peran
sebagai teori yang mengintegrasikan antara Teknologi dan Strategi
Pembelajaran. Dari bagian Resource Sharing Project, piranti sistem yang
digunakan untuk mampu menjembatani antara pemahaman anlaisis dan
pemahaman di dalam merancang Project di bidang Resource Sharing.
Guna meningkatkan motivasi belajar peserta didik dalam pembelajaran,
mendorong kemampuan mereka untuk melakukan pekerjaan penting, dan
mereka perlu untuk dihargai. Meningkatkan kemampuan pemecahan masalah.
Membuat peserta didik menjadi lebih aktif dan berhasil memecahkan problem-
11
Buku Panduan Model CBL
problem yang kompleks. Meningkatkan kolaborasi. Mendorong peserta didik
untuk mengembangkan dan mempraktikkan keterampilan komunikasi.
Meningkatkan keterampilan peserta didik dalam mengelola sumber.
Memberikan pengalaman kepada peserta didik pembelajaran dan praktik
dalam mengorganisasi proyek, dan membuat alokasi waktu dan sumber-
sumber lain seperti perlengkapan untuk menyelesaikan tugas. Menyediakan
pengalaman belajar yang melibatkan peserta didik secara kompleks dan
dirancang untuk berkembang sesuai dunia nyata. Melibatkan para peserta didik
untuk belajar mengambil informasi dan menunjukkan pengetahuan yang
dimiliki, kemudian diimplementasikan dengan dunia nyata. Membuat suasana
belajar menjadi menyenangkan, sehingga peserta didik maupun pendidik
menikmati proses pembelajaran. Dengan model pembelajaran competency
based learning merupakan salah satu dari solusinya.
Pendidikan teknologi dan kejuruan adalah pendidikan untuk
menyiapkan dan mengembangkan kerja produktif. Pendidikan kejuruan dapat
diklasifikasikan ke dalam jenis pendidikan khusus (specialized education)
karena kelompok pelajaran atau program yang disediakan hanya dipilih oleh
orang-orang yang memiliki minat khusus untuk mempersiapkan dirinya bagi
lapangan pekerjaan di masa mendatang. Agar lapangan kerja khusus ini dapat
sukses maka pendidikan kejuruan dimaksudkan untuk menyiapkan tenaga
terampil yang dibutuhkan di masyarakat untuk menghadapi perkembangan
teknologi di era literasi digital dan revolusi industri 4.0.
Perkembangan pendidikan di dunia tidak lepas dari adanya
perkembangan revolusi industri pada saat ini, dikarenakan secara tidak
langsung perubahan tatanan ekonomi turut merubah tatanan pendidikan di
suatu negara. Revolusi industri dimuloai dari 1) Revolusi industri 1.0 terjadi
pada abad ke 18 melalui penemuan mesin uap, sehingga memungkinkan
barang dapat diproduksi secara masal, 2) Revolusi industri 2.0 terjasi pada
abad ke 19-20 melalui penggunaan listrik yang membuat biaya produksi
menjadi murah, 3) Revolusi industri 3.0 terjadi pada sekitar tahun 1970an
melalui penggunaan komputerisasi, dan 4) Revolusi industri 4.0 sediri terjadi
pada tahun 2010an melalui rekayasa intelegensia dan internet of thing sebagai
12
Buku Panduan Model CBL
tulang punggung pergerakan konektivitas manusia dan mesin (Prayetno dan
Trisyanti, 2018).
Gambar 1.1 Perkembangan Revolusi Industri 4.0
Sumber: (Prayetno dan Trisyanti, 2018)
Diketahui bahwa fokus keahlian bidang pendidikan abad 21 saat ini
meliputi creativity critical thingking, communication dan collaboration atau
yang dikenal dengan 4Cs.
Gambar 1.2 Keterampilan abad 21
Sumber: Triling and Fadel (2009:119)
Berkaitan dengan kondisi itu, pemerintah telah menerbitkan Kerangka
Kualifikasi Nasional Indonesia (KKNI) dalam bentuk Peraturan Presiden
Nomor 8 Tahun 2012, dan Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2012 tentang
Pendidikan Tinggi, dan mendorong semua perguruan tinggi untuk
menyesuaikan diri dengan ketentuan tersebut. Perguruan Tinggi merupakan
13
Buku Panduan Model CBL
lembaga yang sangat diharapkan perannya dalam menghasilkan sumberdaya
manusia yang berkualitas. Sehubungan dengan hal tersebut, maka kurikulum
menjadi bagian yang sangat penting untuk dikembangkan sesuai dengan
tuntutan dan perkembangan zaman.
Berdasarkan aspek kurikulum pemerintah juga telah merumuskan
Kerangka Kualifikasi Nasional Indonesia (KKNI) seperti terlihat pada gambar
di bawah ini:
Gambar 1.3 Kerangka Kualifikasi Nasional Indonesia (KKNI)
Sumber: Permendikbud No. 73 Tahun 2013
Dari gambar di atas untuk level KKNI Sarjana (S1) diharapkan memiliki
okupasi kemampuan di bidang teknisi Teknisi atau Analis. Merujuk dari KKNI
tersebut, Asosiasi Perguruan Tinggi Komputer (APTIKOM) merumuskan
dengan kualifikasi Sarjana (S1) harus memiliki 3 hal baik dari perspektif
pengetahuan, keterampilan umum dan keterampilan khusus. Untuk pengetahuan
lulusan sarjana harus menguasai konsep teoritis bidang pengetahuan sistem
informasi secara umum, menguasai konsep teoritis yang mengkaji, mempunyai
pengetahuan dan penyusunan, serta pengetahuan sesuai dengan capaian
pembelajar. Dari aspek keterampilan umum, pebelajar harus memiliki
kemampuan analisis dan desain kaidah software dan hardware serta algoritma
dengan menggunakan tools dan lain-lain.
14
Buku Panduan Model CBL
BAB II
TEORI CBL
A.
TEORI BELAJAR
B.
MODEL PEMBELAJARAN
C.
KERANGKA KONSEPTUAL
15
Buku Panduan Model CBL
Robbert M Gagne (1988:8) menyatakan bahwa, “Belajar adalah
perubahan dalam disposisi atau kapasitas manusia, yang bertahan selama
periode waktu tertentu, dan yang tidak hanya dapat dianggap sebagai proses
pertumbuhan”. Perkembangan yang diakibatkan sebagai hasil dari proses dari
memaknai kejadian dilingkungan didefinisikan sebagai belajar, juga
merupakan kegiatan kompleks yang melibatkan stimulasi lingkungan dan
proses kognitif peserta didik.
Perilaku fisik dan mental manusia dalam memahami lingkungan yang
dinamis berupa fenomena yang terjadi dilingkungan sekitar, baik berupa
kondisi masyarakat lingkungan sekitar, benda dan makhluk hidup lainnya
didefinisikan sebagai sesuatu hal yang bisa dipelajari dan dijadikan media
untuk belajar.
Para ahli dan telah banyak mendefinisikan dan menterjemahkan
tentang pembelajaran dan prosesnya secara Hariyanto dan Suryono (2011:9)
mengungkapkan bahwa dalam prosesnya pembelajaran akan membuat
perubahan terhadap sikap dan perilaku, peningkatan kompetensi, dan
penambahan ilmu pengetahuan. Menurut Berliner & Calfee (1996) perubahan
sikap dan kepribadian yang disebabkan hasil belajar dimaknai sebagai proses
dan hasil dari belajar. Demikian pula, Slavin (2000) mendefinisikan bahwa
pengalaman dalam kehidupan akan mengakibatkan perubahan pada diri
pembelajar sebagai dampak dari proses belajar. Pertumbuhan fisik karena usia
dan kematangan fisik tidak termasuk hasil belajar, tetapi perilaku yang
disebabkan oleh hasil belajar.
Pengalaman belajar bisa fisik, psikologis, dan sosial, beberapa ahli
pendidikan lainnya, mengemukakan pandangan yang berbeda terhadap
pengertian belajar. Kelompok ahli behavioristik yang dipelapori oleh
Throndike, Watson, Hull, Guihree, dan Skinner (Elliot et al., 1996)
memandang bahwa belajar itu adalah perubahan perilaku (tingkah laku)
sebagai hasil dari interaksi antara stimulus dan respon. Pada penganut aliran
kognitif, antara lain Peaget, Brunner, dan Ausebel (Elliot et al., 1996)
A Teori Belajar
16
Buku Panduan Model CBL
menganggap bahwa belajar tidak hanya melibatkan hubungan antara stimulus
dan respons, tetapi juga persepsi dan pemahaman siswa.
Pada sisi lain penganut teori kontruktivisme, memandang bahwa
belajar adalah usaha pemberian makna oleh peserta didik terhadap pengalaman
yang diperolehnya melalui asimilasi dan akomodasi yang mutakhir
(Budiningsih, 2005), Slavin (2011;3) menyatakan, “mahasiswa harus
membangun pengetahuan dalam pikiran mereka sendiri. Sementara para ahli
teori belajar humanistik memandang bahwa manusia memiliki potensi diri
yang harus dikembangkan dan dihargai (Ansyar, 1989).
Seperangkat kegiatan yang mempengaruhi pengetahuan dan
kemampuan peserta didik merupakan definisi pembelajaran Anni (2009),
sedangkan Berliner & Calfee (1996) mendefinisikan bahwa pembelajaran
merupakan rangkaian proses eksternal seseorang yang didesain untuk
mendukung proses internal belajar.
Berdasarkan definisi para ahli yang dipaparkan di atas dapat
disimpulkan belajar adalah rangkaian proses kegiatan yang mengakibatkan
perubahan dalam diri seseorang dan bertambahnya pengetahuan dan
kemampuan dan kompetensi dirinya sebagai hasil dari aktifitas yang dilakukan
secara sadar. Perbandingan antara perilaku sebelum dan sesudah melakukan
kegiatan belajar perlu dilakukan untuk mengukur seseorang telah belajar atau
belum. Maka dari itu agar peserta didik bisa mencapai tujuan pendidikan maka
pembelajaran haruslah dianggap sebagai serangkaian proses kegiatan yang
direncana dan dilakukan secara sadar oleh pendidik dan sistem pendidikannya.
Menurut Marx & Goodson, (1976:235) model didefinisikan sebagai
struktur konseptual pada suatu bidang yang telah berhasil dikembangkan dan
telah dapat diimplementasikan, terutama dalam rangka membimbing penelitian
dalam bidang lain yang belum berkembang. Model juga didefinisikan sebagai
konsep yang digunakan untuk mempresentasikan sesuatu yang nyata yang
dikonversi menjadi sesuatu yang lebih komprehensif (Marx & Goodson,
1976:235).
Mayers (2004:95) menyatakan bahwa model pembelajaran merupakan
rencana keseluruhan, atau pola untuk membantu peserta didik mempelajari
jenis pengetahuan, sikap atau keterampilan tertentu. Seirama dengan pendapat
17
Buku Panduan Model CBL
tersebut Joyce & Weil (2003:385) mendefinisikan model sebagai rencana yang
dapat digunakan untuk merancang pembelajaran tatap muka dikelas,
pembelajaran dengan media dan program yang berbasis computer.
Berdasarkan dua pendapat tersebut dapat diartikan bahwa model merupakan
sebuah pola terencana yang digunakan sebagai pedoman dalam merencanakan
proses belajar sehingga bisa membantu peserta didik belajar lebih spesifik
beerbagai ilmu pengetahuan, keterampilan dan etika.
Model pembelajaran diistilahkan sebagai sesuatu yang mengarah pada
pendekatan pembelajaran, baik berupa tujuan, lingkungan, sintaks dan sistem
pengolahan. Joyce et.al, (2009:11) mengatakan bahwa model merupakan
deskripsi dari lingkungan belajar yang menggambarkan perencanaan
kurikulum, kursus-kursus, rancangan unit pembelajaran, perlengkapan belajar,
buku-buku pelajaran, program multimedia, dan bantuan belajar melalui
program komputer. Hakikat mengajar menurut Joyce el.al (2009:7) adalah
membantu peserta didik memperoleh informasi, keterampilan, nilai-nilai,
merubah pola berpikir, dan belajar bagaimana cara belajar..
18
Buku Panduan Model CBL
Kompetensi secara umum didefinisikan menunjukkan citra seseorang
dengan keterampilan dalam mengelola pekerjaan, atau lebih khusus lagi,
kemampuan untuk merencanakan serangkaian kegiatan untuk mencapai target.
Dalam hal ini, istilah kompetensi pertama mengacu pada kemampuan umum
untuk melakukan pekerjaan dengan kompeten. Kedua, istilah kompetensi
mengacu pada seperangkat perilaku yang harus ditunjukkan oleh orang yang
bersangkutan untuk melakukan tugas dan fungsi sesuai posisinya secara
kompeten.
Kompetensi diartikan sebagai karakteristik dasar seseorang yang
memungkinkannya menghasilkan kinerja yang unggul dalam pekerjaannya.
Boyatzis & Dubuc, (1982) mengungkapkan bahwa orang yang komoeten
adalah orang yang mempunyai keahlian dan mampu bekerja dengan mudah,
cepat, intuitif dan sangat jarang membuat kesalahan. Boyatzis & Dubuc,
(1982) telah menunjukkan bahwa efektivitas adalah kemampuan seseorang
untuk memastikan bahwa orang memenuhi pekerjaan yang diperlukan dalam
organisasi untuk mencapai hasil yang diinginkan. Ketika ahli mendefinisikan
sebagai orang dengan keterampilan atau pengetahuan tingkat tinggi dalam
mata pelajaran tertentu, diperoleh melalui pengalaman dan proses pelatihan.
Berdasarkan uraian di atas, kompetensi bermakna mencakup bagian
dari kepribadian yang melekat erat pada seseorang dengan perilaku yang dapat
diprediksi dalam berbagai situasi dan tugas. Memprediksi siapa yang
berperilaku baik atau tidak baik dan dapat diukur sesuai dengan kriteria atau
standar yang digunakan. Analisis kompetensi terutama untuk pengembangan
karir, tetapi penentuan tingkat keterampilan diperlukan untuk menentukan
efektivitas tingkat kinerja yang diharapkan. Menurut Boulter et.al.(1996)
kompetensi dibagi beberapa level sebagai berikut skill, self-image, self-
concept, trail dan motive.
Kompetensi (skill) kemampuan untuk melakukan tugas dengan baik,
misalnya seseorang programmer komputer. Pengetahuan adalah informasi
yang dimiliki seseorang untuk bidang tertentu, seperti bahasa komputer. Peran
B Model Pembajaran
19
Buku Panduan Model CBL
sosial adalah sikap dan nilai-nilai yang dimiliki seseorang dan disoroti dalam
masyarakat (ekspresi nilai-nilai), misalnya: pemimpin.
Self-image merupakan citra seseorang tentang dirinya, yang
mencerminkan teladan identitasnya: memandang diri sendiri sebagai seorang
ahli. Ciri tersebut merupakan ciri abadi seseorang yang mendorong orang
untuk berperilaku, misalnya: percaya diri. Motivasi adalah dorongan untuk
berperilaku secara konstitusional, karena perilaku seperti itu praktis, misalnya:
melakukan perilaku.
Keterampilan dan pengetahuan kompetensi cenderung lebih terlihat dan
relatif jelas pada permukaan karateristik yang dimiliki manusia. Peran sosial
dan citra diri cenderung cukup terlihat dan dapat dikendalikan oleh perilaku
luar. Sementara sifat dan motivasi lebih dalam di pusat kepribadian.
Keterampilan dan pengetahuan keterampilan cenderung lebih terlihat
dan relatif jelas tentang fitur permukaan yang dimiliki manusia. Peran sosial
dan citra diri cenderung cukup terlihat dan dapat dikendalikan oleh perilaku
eksternal. Sementara sifat dan motivasi lebih dalam di pusat kepribadian.
Relatif mudah untuk mengembangkan pengetahuan dan keterampilan,
misalnya dengan program pelatihan untuk meningkatkan tingkat kemampuan
sumber daya manusia. Sedangkan motivasi dari keterampilan dan sifat-sifat
ada dalam kepribadian, sehingga cukup sulit untuk mengevaluasi dan
megembangkan. Salah satu cara paling efektif adalah memilih karakteristik ini
dalam proses seleksi. Gagasan tentang diri dan peran sosial terletak diantara
keduanya dan dapat dimodifikasi oleh formasi, bahkan jika psikotropi
membtuhkan waktu yang lebih lama dan lebih sulit.
Berdasarkan pendapat para ahli disimpulkan bahwa kompetensi
didefinisikan sebagai pengetahuan, keterampilan, dan kemampuan yang
dikuasai oleh seseorang yang mengambil bagian didalamnya, sehingga ia dapat
mengadopsi perilaku kognitif, emosi, dan psikomotor yang terbaik.
Keterampilan yang harus dikuasai siswa harus diekspresikan dengan cara yang
dapat dievaluasi sebagai manifestasi hasil belajar siswa yang merujuk pada
pengalaman langsung. Siswa harus menyadari tujuan pembelajaran dan tingkat
kemahiran secara eksplisit sebagai kriteria untuk mencapai kompetensi. Hasil
penilaian kompetensi harus dilakukan secara objektif, berdasarkan kinerja
20
Buku Panduan Model CBL
siswa, dengan bukti pengetahuan tentang pengetahuan, keterampilan, nila-nilai
dan sikap yang dihasilkan dari pembelajaran. Dalam pembelajaran misalnya
ada kebutuhan untuk mengembangkan alat pembelajaran berbasis
keterampilan sehingga semuanya dapat dilakukan tidak hanya subyektif tetapi
juga pertimbangan yang lebih objektif dan adil.
Keterampilan lulusan, sering disebut sebagai standar kompetensi,
adalah keterampilan yang biasanya perlu dikuasai oleh ulusan. Menurut Hall &
Jones (1976:29) kompetensinya merupakan pernyataan yang menggambarkan
penampilan kapasitas tertentu secara bulat, yang merupakan kombinasi dari
pengetahuan dan kemampuan yang diamati dan diukur. Kompetensi lulusan
adalah modal utama untuk bersaing secara global, karena persaingan yang
terjadi adalah dalam kapasitas sumber daya manusia. Oleh karena itu,
penerapan pendidikan berbasis kompetensi harus menghasilkan lulusan yang
mampu bersaing di tingkat global.
Menghadapi persaingan global, maka keterampilan lulusan yang
singkron dengan kebutuhan pasar merupakan modal utama, karena dalam
kapasitas sumber daya manusia itulah persaingan yang terjadi. Oleh karena itu,
Implementasi pendidikan berbasis keterampilan harus mengasilkan lulusan
yang kompeten sehingga bisa bersaing di tingkat global.
Kualifikasi kompetensi lulusan yang diharapkan standarisasinya
mencakup kompetensi afektif, kofnitif, dan psikomotor. Standarisasi ini
digunakan untuk menilai kelulusan siswa di unit pengajaran tertentu,
khususnya untuk pendidikan kejuruan, sekolah, tetapi juga dibimbing oleh
standar kompetensi untuk melakukan tugas atau pekerjaan di dunia
kerja/industri (Nizwardi, 2014:102).
Menurut RISTEKDIKTI makna kompetensi di lingkungan
industri/kerja sesuai dengan definisi capaian pembelajaran yang dirumuskan
pada KKNI. “kompetensi” KKNI dirumuskan dalam istilah “capaian
pembelajaran”, dimana keterampilan itu termasuk atau merupakan bagian dari
hasil belajar. Namun di lingkungan industri/kerja menggunakan istilah
kompetensi, yang dimaknai sebagai batasan kapasitas, termasuk yang
berkaitan dengan uji dan sertifikat keterampilan. Dalam konteks kualifikasi
21
Buku Panduan Model CBL
internasional, istilah “hasil pembelajaran” digunakan untuk menggambarkan
kemampuan setiap tingkat kualifikasi.
Standar Kompetensi Lulusan merupakan referensi utama untuk
pengembangan standar untuk konten pengajaran, standar penilaian, standar
untuk guru, standar untuk fasilitas dan infrastruktur pembelajaran, standar
manajemen pembelajaran dan standar pendanaan pembelajaran.
Kompetensi sering digunakan sebagai standar dasar untuk
keterampilan, pengetahuan, keterampilan dan kemampuan yang dibutuhkan
untuk berhasil di tempat kerja sebagai ukuran penilaian keterampilan.
Kompetensi dapat didefinisikan sebagai keterampilan di bidang pengetahuan
tertentu, sikap dan kemampuan atau kinerja tinggi. Fitur-fitur ini tidak dapat
dengan mudah diamati, tetapi sebenarnya ada, dalam bentuk pernyataan
perilaku yang dapat menggambarkan contoh keterampilan. Pengetahuan,
keterampilan dan kemampuan (bakat) diperlukan untuk melakukan tugas atau
tugas tertentu yang ditentukan dalam prosedur kerja. (Sanghi, 2007).
Terdapat banyak definisi kompetensi dengan perbedaan yang tidak
mencolok, namun umumnya berupa perilakunya dapat diamati di tempat kerja.
Hal ini dapat ditunjukkan berupa kriteria kompetensi melalui kinerja yang
tinggi dan efektif. Karakteristik kompetensi terdiri atas: (a) motif, merupakan
suatu konsistensi berpikir atau keinginan seseorang yang menghasilkan suatu
tindakan, motif menggerakan secara langsung dan terseleksi atau memilih
tingkah laku ke arah tertentu yang menghasilkan kegiatan atau tujuan yang
berbeda dengan orang lain: (b) karakter, merupakan konsistensi dalam
merespon secara fisik terhadap lingkungan yang disebabkan adanya perubahan
situasi dan informasi: (c) keterampilan, yaitu kemampuan untuk menampilkan
suatu tugas secara fisik atau mental: (d) pengetahuan, yaitu proses memaknai
pada bidang tertentu yang diakibatkan informasi: (e) komsep diri, adalah sikap,
nilai-nilai atau gambaran diri seseorang. Sanghi, 2007).
Pengertian kompetensi yang bersumber dari R.Yuvaraj, (2011), adalah
sebagai berikut: (a) kompetensi didefinisikan sebagai perwujudan kinerja
tinggi pada suatu pekerjaan, situasi dan peranan tertentu yang disebabkan
perubahan karakteristik dasar seseorang; (b) kompetensi terdiri atas kelompok
pengetahuan, sikap dan keterampilan yang mengakibatkan seseorang mampu
22
Buku Panduan Model CBL
melakukan sesuatu; (c) kompetensi merupakan motif pengetahuan umum,
karakter, peran sosial atau suatu keterampilan seseorang dihubungkan dengan
kinerja tinggi pada suatu pekerjaan; (d) Kinerja manajerial yang efektif yang
dihasilkan karakteristik seseorang dalam bekerja dimaknai sebagai
kompetensi; dan (e) kompetensi adalah suatu kesatuan keterampilan yang
dihubungkan dengan pengetahuan, sifat-sifat yang dihasilkan seseorang.
Abbas (2008) menguraikan bahwa terdapat empat komponen
kompetensi, yaitu: (1) keterampilan, adalah kemampuan yang diperoleh
melalui praktik, kemampuan ini berupa keterampilan keuangan seperti
penganggaran, atau keterampilan lisan seperti malakukan presentasi; (2)
pengetahuan, adalah memahami yang diperoleh melalui proses belajar,
pengetahuan merujuk pada isi informasi yang relevan dengan kinerja
pekerjaan, pengetahuan adalah apa yang dimilii seseorang agar dapat
melakukan pekerjaan, seperti pengetahuan tentang kebijakan dan prosedur
untuk proses perekrutan; (3) karakter personal, adalah suatu karakteristik yang
melekat pada seseorang yang dibawa pada pekerjaan, yang menggambarkan
alasan mendasar tentang pengetahuan dan keterampilan yang dapat
dikembangkan; dan (4) perilaku, adalah menampilkan beberapa kompetensi
yang dapat diamati, seperti keterampilan, pengetahuan dan karakter personal.
Kompetensi yang ditampilkan merupakan suatu ungkpan yang sangat penting
sehingga merupakan suatu kesatuan kegiatan yang layak untuk diamati,
diajarkan, dipelajari dan diukur.
Pengembangan kompetensi di Britain United Kingdom menurut
(NCVER, 2003) dan Scottish Qualification Authory (2003) serupa dengan
model di Australia, hanya saja disebut dengan core skill atau key skills dan
juga employability skill. Key skills merupakan suatu yang relevan dengan
belajar dan karir seseorang untuk kehidupan personalnya melalui penekanan
terhadap aplikasinya pada employabilitas. McNaughton (2007), kompetensi
menggunakan istilah key competencis (kompetensi kunci) dengan
berlandaskan pada core values (nilai-nilai pokok) yang direkomendasikan oleh
The Civilian Peace Service Canada. Core values meliputi: empati, rendah hati,
kematangan pribadi, pendapat yang logis, ketulusan niat, adil. Key
competencies, mencakup sebelas, yaitu komunikasi, konsiliasi, analisis
23
Buku Panduan Model CBL
konflik, fasilitasi, mediasi, negosiasi, perencanaan kegiatan, membangun
kedamaian, keamanan personal, berfikir strategis dan kerja kelompok.
Kompetensi kunci harus memenuhi tiga kriteria yaitu: (a) harus memiliki nilai
outcome bagi individu dan sosial; (b) membantu individu memenuhi
permintaan pasar kerja pada konteks variasi yang luas; dan (c) sangat penting
bukan hanya untuk spesialis tapi untuk semua individu (Organization for
EconomicCorporation and Development/OECD, 2005).
Klasifikasi kompetensi kunci menurut Organization for Economic
Corporation and Development/OECD (2005) antara lain: (a) interaktif dalam
menggunakan alat untuk kebutuhan individu dan kelompok yang dipergunakan
secara luas dalam berinteraksi secara efektif dengan lingkungan fisik dengan
menggunakan bahasa yang pengimplementasiannya dalam bentuk budaya dan
teknologi informasi; (b) Peningkatkan kemampuan individu untuk
memasukkan orang lain dan berkomunikasi dengan orang yang berbeda dari
asal yang berbeda atau banyak; dan (c) bertindak secara mandiri dan
mempunyai kemampuan untuk bertanggung jawab daalam situasi lingkungan
sosial yang multi.
Penggunaan alat (tool) secara interaktif terdiri atas tiga kompetensi,
OECD (2005) yaitu: (1) menggunakan bahasa, simbol dan teks secara
interaktif. Kompetensi ini merupakan kompetensi kunci yang fokus pada
keefektifan dalam kemampuan berbicara, menulis dan kemampuan matematika
dan kemampuan matematika lainnya yang beragam. Kompetensi kunci ini
diistilahkan dengan kompetensi komunikasi; (2) menggunakan pengetahuan
dan informasi secara interaktif mencakup empat, yaitu mengakui dan
menentukan apa yang tidak diketahui, identifikasi dan akses sumber informasi
yang tepat, evaluasi tentang kualitas ketepatan dan nilai informasi yang
digunakan sebagai sumber, organisasikan pengetahuan dan informasi; (3)
menggunakan teknologi secara interaktif. Pada kompetensi ini individu
diharapkan mengikuti perkembangan teknologi pada kehidupan sehari-hari.
Alasan yang dapat dipakai sebagai patokan yaitu transformasi tentang
teknologi informasi dan komunikasi yang mengakibatkan akses dan interaksi
dengan orang lain. Kompetensi yang dibutuhkan adalah keterampilan dasar
teknis seperti mampu menggunakan internet, mengirim email dan lain-lain.
24
Buku Panduan Model CBL
Interaktif dalam kelompok yang heterogen, terdiri atas tiga kompetensi
OECD (2005) yaitu: (1) berhubungan dengan orang lain, dengan dua tuntutan
yang harus dimiliki yaitu empati dan efektif mengatur emosi; (2) mampu kerja
sama dengan kelompok kerja, berupa beberapa komponen yang dibutuhkan
yaitu kemampuan untuk menyampaikan ide dan mendengarkan pendapat orang
lain, mengerti dinamika perbedaan dan ketentuan pada suatu agenda,
kemampuan membangun kerja sama ataau kelompok, berkelanjutan,
kekampuan bernegosiasi, kapasitas untuk membuat keputusan dari banyak
perbedaan opini; dan (3) kemampuan mengatur dan menyelesaikan konflik.
Kualifikasi Kerja Nasional Indonesia (KKNI) merupakan kerangka
kerja kualifikasi keterampilan yang memungkinkan untuk menyandingkan,
menyamakan dan mengintegrasikan bidang pendidikan dan pelatihan kejuruan
dan pengalaman kerja untuk mengenali keterampilan profesional dalam fungsi
struktur kerja diberbagai sektor. KKNI adalah uraian hasil belajar yang akan
dikuasai oleh lulusan pendidikan kejuruan, pendidikan tinggi, lembaga
pelatihan dan pembelajaran mandiri. KKNI membagi hasil belajar dari
pendidikan, pelatihan, atau pengalaman menjadi sembilan tingkat
keterampilan. Level pertama sesuai dengan level terendah dan level sembilan
ke level tertinggi.
Lulusan perguruan tinggi harus memiliki kualifikasi level 5 dan 6.
Level deskripsi KKNI di atas menunjukkan bahwa kualifikasi lulusan
pendidikan kejuruan mencakup keterampilan, pengetahuan, keterampilan
komunikasi, dan tingkat kemahiran otonomi. Tetapi pihak-pihak yang terkait
dengan akreditasi, sertifikasi, pengetahuan keterampilan, pengguna tenaga
kerja tampaknya tidak mau bereaksi terhadap keberadaan KKNI, karena ini
adalah satu hal relatif baru.
Dari kombinasi beberapa referensi: Aitken, Appleby, Butler et.al.
(2014); Allen & Ramaekers (2008); dan BAN PT (2009), maka pada
penelitian ini digunakan variable observed/indikator untuk kompetensi lulusan
yaitu: (1) pengetahuan dan pemahaman; (2) penerapan pengetahuan dan
pemahaman; (3) memberi penilaian; (4) keterampilan komunikasi; dan (5)
keterampilan belajar. Dimana kemampuan bahasa Inggris, penggunaan
25
Buku Panduan Model CBL
teknologi informasi dan value (integritas) tercakup pada indikator
communication skills.
Sebagai indikator dari kompetensi lulusan yang tercakup dalam
instrumen kompetensi lulusan yang diacu dari beberapa referensi tersebut,
yaitu meiliputi:
a. Pengetahuan dan pemahaman, keterampilan profesional dan mempunyai
kemampuan untuk menemukan ide atau keterampilan pemecahan masalah
yang serta mampu untuk mengikuti pengembangan pengetahuan teknis
yang mendukung perkerjaan.
b. Aplikasi pengetahuan dan pemahaman: Penerapan pengetahuan dan
pemahaman keterampilan profesional (keterampilan teknis) di tempat kerja,
termasuk memiliki pengetahuan yang relevan ditempat kerja; mampu
menganalisis masalah dan mengevaluasi informasi yang relevan untuk
penyelesaian masalah dan mampu menyaring informasi yang diperlukan
dari sejumlah data;
c. Menggunakan penilaian untuk membuat keputusan, termasuk, memiliki
pemikiran kritis dengan menggunakan logika dan pemikiran untuk
mengidentifikasi kekuatan dan kelemahan argumen, kemampuan
memecahkan masalah dan mengambil solusi terbaik untuk memecahkan
masalah, mampu menafsirkan dan menjelaskan penggunaan data dari
informasi yang didapatkan;
d. Komunikasi, kompetensinya meliputi kemampuan untuk
mengkomunikasikan informasi dan gagasan dalam bentuk laporan, piawai
berkomunikasi dengan orang lain untuk bertukar informasi secara efektif,
serta mampu menggunakan teknologi informasi saat ini sesuai dengan
posisinya
e. Integritas: kemampuan untuk memahami nilai-nilai, sikap, karakteristik
sikap profesional dan menggunakan metode dan prosedur yang tepat untuk
mempelajari atau mengajarkan sesuatu yang baru.
Kompetensi lulusan sangat dipengaruhi oleh mutu pembelajaran di
institusi pendidikan, seperti yang dinyatakan dalam White Paper dari
pemerintah Inggris tentang The Future of Higher Education (Sheerman,
Chaytor, Davey et.al., 2012:78) bahwa pengajaran dan pembelajaran yang
26
Buku Panduan Model CBL
efektif sangat penting jika kita ingin mempromosikan keunggulan dan peluang
dalam pendidikan tinggi.
Smaldino, Lowther, & Russell, (2015) menegaskan bahwa hasil
pembelajaran diperoleh melalui proses yang berintegrasi dengan lingkungan
belajar berupa fasilitas fisik, lingkungan akademik, sistem pembelajaran,
media & teknologi serta dosen. Proses tersebut dihasilkan dalam bentuk
pengembangan kompetensi baru, pengetahuan dan perubahan sikap.
Dalam pembelajaran yang efektif dan bermakna peserta didik
dilibatkan secara aktif, karena peserta didik adalah pusat dari kegiatan
pembelajaran serta pembentukan kompetensi dan karakter. Model
pembelajaran sangat erat kaitannya dengan gaya belajar peserta didik dan gaya
mengajar guru. Usahaguru dalam membelajarkan peserta didik merupakan
bagian yang sangat penting dalam mencapai keberhasilan tujuan pembelajaran
yang sudah direncanakan.Oleh karena itu pemilihan berbagai metode, strategi,
teknik maupun model pembelajaran merupakan suatu hal yang utama.
Ada beberapa model pembelajaran di bawah ini:
1. Menurut Jonhson dalam Sugiyanto (2007) Contextual Teaching and
Learning (CTL) adalah mendorong sebuah proses pendidikan yang
bertujuan untuk mendorong para siswa melihat makna di dalam materi
akademik yang mereka pelajari dengan cara menghubungkan subjek
akademik dengan konteks dalam kehidupan keseharian mereka.
2. Model Problem Based Learning (PBL) adalah model pembelajaran yang
menyajikan masalah kontekstual sehingga merangsang peserta didik untuk
belajar. dalam kelas yang menerapkan pembelajaran berbasiss masalah,
peserta didik dalam tim untuk memecahkan masalah dunia nyata (real
world).
3. Model pembelajaran picture and picture adalah suatu model belajar yang
menggunakan gambar dan dipasangkan atau diurutkan menjadi urutan
logis. Model pembelajaran ini mengandalkan gambar sebagai media
pembelajaran. Isarani: 58 model pembelajaran inovatif (Referensi guru
dalam menentukan model pembelajaran). ( Media Persada, 2011: 1).
27
Buku Panduan Model CBL
Pembelajaran dapat juga didefinisikan sebagai proses pendewasaan
anak melalui proses belajar. Pelaksanaan pembelajaran pada intinya tidak
akan pernah lepas dari strategi pengelolaan pembelajaran. Strategi
pengelolaan pembelajaran sangat penting dalam pembelajaran secara
keseluruhan.
Efektivitas pembelajaran tidak akan maksimal bila strategi pengelolaan
kelas tidak diperhatikan, meskipun perencanaan pengorganisasian dan
penyampaian belajarnya sudah terlaksana sebagaimanapun baiknya.
Pembelajaran pendidikan jasmani juga tidak akan dapat berjalan baik bila
tidak ada strategi pengelolaan kelasnya tidak diperhatikan.
Pendidikan jasmani pada hakikatnya adalah proses pendidikan yang
memanfaatkan aktivitas fisik untuk menghasilkan perubahan holistik dalam
kualitas individu, baik dalam hal fisik, mental, serta emosional. Pendidikan
jasmani memperlakukan anak sebagai sebuah kesatuan utuh, makhluk total,
dari pada hanya menganggapnya sebagai seseorang yang terpisah kualitas
fisik dan mentalnya. Lebih lanjut menurut J. Matakupan (1996: 77)
menyatakan bahwa Pendidikan Jasmani merupakan usaha pendidikan dengan
menggunakan otot-otot besar, sehinggga proses pendidikan dapat
berlangsung tanpa gangguan. Menurut Gabbard, LeBlanc, Lowy, yang
dikutip J. Matakupan (1996: 78), bahwa pertumbuhan dan perkembangan
yang dipacu melalui aktivitas jasmani akan mempengaruhi:
1. Ranah kognitif : Kemampuan berpikir yang diwujudkan dalam aktif
bertanya, kreatif, kemampuan menghubung-hubungkan kemampuan
memahami, menyadari gerak, dan penguatan akademik.
2. Ranah psikomotor : Keterampilan gerak dan peningkatan keterampilan
gerak yang juga menyangkut biologik dan kesegaran jasmani serta
kesehatan.
3. Ranah afektif :Menurut Anarino dan kawan-kawan, adalah kekuatan otot,
daya tahan otot, kelenturan, dan daya tahan kardiovaskuler.
4. Ranah jasmani : Menurut Anarino dan kawan-kawan, adalah kekuatan
otot, daya tahan otot, kelenturan, dan daya tahan kardiovaskuler
C Kerangka Konseptual
28
Buku Panduan Model CBL
Pendekatan kontekstual merupakan suatu konsep belajar dimana guru
menghadirkan situasi dunia nyata ke dalam kelas dan mendorong siswa
membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan
penerapannya dalam kehidupan mereka sebagai anggota masyarakat. Dengan
konsep itu, hasil pembelajaran diharapkan lebih bermakna bagi siswa. Proses
pembelajaran berlangsung alamiah dalam bentuk kegiatan siswa bekerja dan
mengalami, bukan transfer pengetahuan dari guru ke siswa. Strategi
pembelajaran lebih dipentingkan daripada hasil belajar. Hasil pembelajaran
diharapkan lebih bermakna bagi anak untuk memecahkan persoalan, berpikir
kritis, dan melaksanakan observasi serta menarik kesimpulan dalam kehidupan
jangka panjangnya (Nurhadi, Yasin, dan Senduk 2004: 4).
Contextual Teaching and Learning (CTL) adalah sebuah sistem yang
menyeluruh. CTL terdiri dari bagian-bagian yang saling terhubung. Jika
bagian-bagian ini terjalin satu sama lain, maka akan dihasilkan pengaruh yang
melebihi hasil yang diberikan bagian-bagiannya secara terpisah. Bagian-
bagian CTL yang terpisah melibatkan proses-proses yang berbeda, yang ketika
digunakan secara bersama-sama, memampukan para siswa membuat hubungan
yang menghasilkan makna. Setiap bagian CTL yang berbeda-beda ini
memberikan sumbangan dalam menolong siswa memahami tugas sekolah.
Secara bersama-sama, mereka membentuk suatu sistem yang memungkinkan
para siswa melihat makna di dalamnya, dan mengingat materi akademik
(Johnson, 2009: 65).
Filosofi pembelajaran kontekstual berakar dari paham progresivisme
John Dewey. Intinya, siswa akan belajar dengan baik apabila apa yang mereka
pelajari berhubungan dengan apa yang telah mereka ketahui, serta proses
belajar akan produktif jika siswa terlibat aktif dalam proses belajar di sekolah.
Landasan filosofis CTL adalah konstruktivisme, yaitu filosofi belajar
yang menekankan bahwa belajar tidak hanya sekedar menghafal, tetapi
merekonstruksikan atau membangun pengetahuan dan keterampilan baru lewat
fakta-fakta atau proporsi yang mereka alami dalam kehidupannya. Melalui
paham konstruktivisme, siswa diharapkan dapat membangun pemahaman
sendiri dari pengalaman/pengetahuan terdahulu (asimilasi).
29
Buku Panduan Model CBL
Pemahaman yang mendalam dikembangkan melalui pengalaman belajar
bermakna (akomodasi). Siswa diharapkan mampu mempraktikkan
pengetahuan/pengalaman yang telah diperoleh dalam konteks kehidupan.
Siswa diharapkan juga melakukan refleksi terhadap strategi pengembangan
pengetahuan tersebut. Dengan demikian, siswa dapat memiliki pemahaman
yang berbeda terhadap pengetahuan yang dipelajari. Pemahaman ini diperoleh
siswa karena ia dihadapkan kepada lingkungan belajar yang bebas yang
merupakan unsur yang sangat essensial.
Pembelajaran menurut Agus Suprijono (2011: 13) diartikan sebagai
upaya guru mengorganisir lingkungan dan menyediakan fasilitas belajar bagi
peserta didik untuk mempelajarinya. Sedangkan pembelajaran menurut
Martinis Yamin dan Bansu I. Ansari (2009) yaitu kemampuan dalam
mengelola secara operasional dan efisien terhadap komponen – komponen
yang berkaitan dengan pembelajaran, komponen – komponen tersebut antara
lain guru, siswa, pembina sekolah, sarana prasarana dan proses pembelajaran.
Di dalam pembelajaran terjadi proses interaksi antara pendidik dengan peserta
didik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar untuk mencapai tujuan
pembelajaran. Berdasarkan berbagai pendapat di atas yang dimaksud
pembelajaran adalah upaya guru dalam mengorganisir komponen – komponen
pembelajaran bagi peserta didik untuk mencapai tujuan pembelajaran sehingga
dapat membantu peserta didik belajar dengan baik. Dalam peningkatan
kualitas pembelajaran harus memperhatikan komponen–komponen yang
mempengaruhi proses pembelajaran. Komponen–komponen pembelajaran
tersebut dapat di uraikan sebagai berikut:
1. Tujuan Pembelajran
Tujuan dalam pembelajaran merupakan komponen yang paling penting
yang harus di tetapkan dalam proses pembelajaran yang mempunyai
fungsi sebagai tolak ukur keberhasilan pembelajaran. Menurut Chris
Kyriacou (2011: 44) tujuan pembelajaran merupakan upaya perubahan
tingkah laku siswa yang berlangsung sebagai akibat dari keterlibatannya
dalam sebuah pengalaman pendidikan. Sedangkan menurut Daryanto
(2008: 58) tujuan pembelajaran (tujuan instruksional) yaitu tujuan yang
30
Buku Panduan Model CBL
menggambarkan pengetahuan, kemampuan, keterampilan dan sikap yang
harus dimiliki siswa sebagai akibat dari hasil pembelajaran.
2. Perencanaan Pembelajaran
Seorang guru dituntut untuk mempunyai kompetensi dalam memahami
kurikulum. Undang-Undang Guru dan Dosen Nomor 14 Tahun 2005 yang
terdapat isi bahwa dalam melaksanakan tugas keprofesionalan guru
berkewajiban merencanakan pembelajaran, melaksanakan proses
pembelajran yang bermutu, serta menilai dan mengevaluasi hasil
pembelajaran. Pemahaman kurikulum yang baik oleh guru diharapkan
mampu mengembangkan perangkat perencanaan pembelajaran sehingga
dapat melaksanakan pembelajaran dengan efektif. Perencanaan
pembelajaran merupakan kompetensi yang harus dimiliki seorang guru
sebelum melaksanakan kegiatan pembelajaran.
3. Pelaksanaan Pembelajaran
Tahap pelaksanaan pembelajaran merupakan tahap inti dari serangkaian
kegiatan pembelajaran. Pelaksanaan pembelajaran meliputi kegiatan
mencerna isi atau pesan-pesan yang tertuang dalam standar kompetensi
dan kompetensi dasar agar dapat terserap dengan optimal. Pelaksanaan
pembelajaran merupakan kegiatan yang dilakukan dalam upaya mencapai
tujuan pembelajaran. Melaksanakan pembelajaran merupakan
implementasi perencanaan pembelajaran. Proses pembelajaran yang baik
sangat bergantung kepada perencanaan pembelajaran. Pelaksanaan
pembelajaran diperbolehkan melakukan improvisasi tetapi tidak
menyimpang dari RPP yang telah dibuat. Pelaksanaan pembelajaran
merupakan proses yang sangat penting, karena dalam pelaksanaan
pembelajaran terdapat pendukung-pendukung yang dapat memengaruhi
proses pembelajaran.
4. Metode Pembelajaran
Metode pembelajaran merupakan cara melakukan atau menyajikan,
menguraikan, dan memberi latihan isi pelajaran kepada siswa untuk
mencapai tujuan tertentu. Metode pembelajaran yang ditetapkan guru
memungkinkan siswa untuk belajar proses, bukan hanya belajar produk.
Belajar produk pada umumnya hanya menekankan pada segi kognitif.
31
Buku Panduan Model CBL
Sedangkan belajar proses dapat memungkinkan tercapainya tujuan belajar
baik segi kognitif, afektif, maupun psikomotor. Oleh karena itu, metode
pembelajaran pembelajaran diarahkan untuk mencapai sasaran tersebut,
yaitu lebih banyak menekankan pembelajaran melalui proses.
5. Media Pembelajaran
Media pembelajaran adalah sarana penyampaian pesan pembelajaran
kaitannya dengan model pembelajaran langsung yaitu dengan cara guru
berperan sebagai penyampai informasi dan dalam hal ini guru seyogyanya
menggunakan berbagai media yang sesuai. Media pembelajaran adalah
alat bantu proses belajar mengajar. Segala sesuatu yang dapat
dipergunakan untuk merangsang pikiran, perasaan, perhatian dan
kemampuan atau ketrampilan pebelajar sehingga dapat mendorong
terjadinya proses belajar. Media merupakan salah satu alat untuk
mempertinggi proses interaksi guru dengan siswa dan interaksi siswa
dengan lingkungan dan sebagai alat bantu mengajar dapat menunjang
penggunaan metode mengajar yang digunakan oleh guru dalam
pembelajaran. AECD (Suliani, 2011:4) mengartikan media segala benda
yang dapat dimanipulasi, dilihat, didengar, dibaca, atau dibicarakan
beserta instrumen yang dipergunakan untuk kegiatan tersebut. Brown
(Suliani, 2011:4) menyatakan bahwa media yang digunakan dengan baik
dalam kegiatan belajar mengajar dapat memengaruhi efektivitas program
instruksional. Media pembelajaran merupakan segala bentuk alat yang
disediakan guru untuk mendorong siswa belajar secara cepat, tepat,
mudah, benar.
f. Evaluasi Pembelajaran
Terdapat beberapa istilah yang sering disalah artikan dalam kegiatan
evaluasi yaitu: evaluasi, penilaian, pengukuran, dan tes. Dalam UU No.
20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional Bab I, Pasal I Ayat
21 dijelaskan bahwa “Evaluasi pendidikan adalah kegiatan pengendalian,
penjaminan, dan penetapan mutu pendidikan terhadap berbagai
komponen pendidikan pada setiap jalur, jenjang dan jenis pendidikan
sebagai bentuk pertanggungjawaban penyelenggaraan pendidikan.
32
Buku Panduan Model CBL
Asrul Dkk (2014:4) Berdasarkan pengetian evaluasi diatas menjelaskan
pengertian evaluasi merupakan suatu proses bukan suatu hasil (produk).
Hasil yang diperoleh dari kegiatan evaluasi adalah gambaran kualitas
daripada sesuatu, baik yang menyangkut tentang nilai atau arti.
Sedangkangkan kegiatan untuk sampai kepada pemberian nilai dan arti
itu adalah evaluasi. Gambaran kualitas yang dimaksud merupakan
merupakan konsekuensi logis dari proses evaluasi yang dilakukan. Proses
tersebut tentu dilakukan secara sistematis dan berkelanjutan, terencana
sesuai prosedur dan aturan serta terus menerus.
Proses belajar mengajar pada dasarnya adalah interaksi yang terjadi
antara guru dan siswa untuk mencapai tujuan pendidikan. Guru sebagai
pengarah dan pembimbing, sedang siswa sebagai orang yang mengalami dan
terlibat aktif untuk memperoleh perubahan yang terjadi pada diri siswa setelah
mengikuti proses belajar mengajar, maka guru bertugas melakukan suatu
kegiatan yaitu penilaian atau evaluasi atas ketercapaian siswa dalam belajar.
Selain memiliki kemampuan untuk menyusun bahan pelajaran dan
keterampilan menyajikan bahan untuk mengkondisikan keaktifan belajar
siswa, guru diharuskan memiliki kemampuan mengevaluasi ketercapaian
belajar siswa, karena evaluasi merupakan salah satu komponen penting dari
kegiatan belajar mengajar. Dalam hubungannya dengan pembelajaran
dijelaskan oleh Harjanto (2005: 277) evaluasi pembelajaran adalah penilaian
atau penaksiran terhadap pertumbuhan dan kemajuan peserta didik kearah
tujuan-tujuan yang telah ditetapkan dalam hukum. Hasil penilaian ini dapat
dinyatakan secara kuantitatif maupun kualitatif. Dari pengertian tersebut dapat
diketahui salah satu tujuan evaluasi pembelajaran adalah untuk mendapatkan
data pembuktian yang akan mengukur sampai dimana tingkat kemampuan dan
pemahaman peserta didik dalam mencapai tujuan pembelajaran. Dengan
demikian evaluasi menempati posisi yang sangat penting dalam proses
pembelajaran. Karena dengan adanya evaluasi keberhasilan pembelajaran
dapat diketahui.
33
Buku Panduan Model CBL
BAB III
METODE SPK
A.
PENDAHULUAN SPK
C.
AGORITMA
METODE
B.
TEKNIK DATA
SAMPLING
34
Buku Panduan Model CBL
a. Metode SPK
Sistem merupakan kumpulan sub-sub sistem (elemen) yang saling
berkorelasi satu dengan yang lainnya untuk mencapai tujuan tertentu. Sebagai
contoh: Sebuah perusahaan memiliki sistem manajerial yang terdidi dari
bottom management, middle management, dan top management yang memiliki
tujuan untuk mencapai kemajuan masyarakat. Sistem pendukung keputusan
dapat di artikan sebagai suatu sistem yang di rancang yang digunakan untuk
mendukung manajemen di dalam pengambilan keputusan.
Konsep Sistem Pendukung Keputusan (SPK) pertama kali
diungkapkan pada tahun 1971 oleh Michael Scoot Morton (Turban, 2001)
dengan istilah Management Decision System. Kemudian sejumlah perusahaan,
lembaga penelitian dan perguruan tinggi mulai melakukan penelitian dan
membangun Sistem Pendukung Keputusan, sehingga dari produksi yang
dihasilkan dapat disimpulkan bahwa sistem ini merupakan suatu sistem
berbasis komputer yang ditujukan untuk membantu pengambilan keputusan
dalam memanfaatkan data dan model tertentu untuk memecahkan berbagai
persoalan yang tidak terstruktur.
Little (Turban, 2001) mendefinisikan Sistem Pendukung Keputusan
sebagai suatu suatu informasi berbasis komputer yang menghasilkan berbagai
alternatif keputusan untuk membantu manajemen dalam menangani berbagai
permasalahan yang terstruktur maupun tidak terstruktur dengan menggunakan
data dan model.
Moore dan Chang (Turban, 2001) berpendapat bahwa konsep struktur
pada definisi awal Sistem Pendukung Keputusan (bahwa Sistem Pendukung
Keputusan dapat menangani situasi semistruktur dan tidak terstruktur), sebuah
masalah dapat dijelaskan sebagai masalah terstruktur dan tidak terstruktur
hanya dengan memperhatikan si pengambil keputusan atau suatu spesifik. Jadi
mereka mendefinisikan DSS sebagai sistem yang dapat diperluas untuk
mampu mendukung analisis data ad hoc dan pemodelan keputusan,
berorientasi terhadap perencanaan masa depan, dan digunakan pada interval
yang tidak reguler dan tak terencana.
A Pendahuluan
35
Buku Panduan Model CBL
Bonczek, dkk (Turban, 2001) mendefinisikan Sistem Pendukung
Keputusan sebagai sistem berbasis komputer yang terdiri dari tiga komponen
yang saling berinteraksi: sistem bahasa (mekanisme untuk memberikan
komunikasi antar pengguna dan komponen Sistem Pendukung Keputusan yang
lain), sistem pengetahuan (repositori pengetahuan domain masalah yang ada
entah sebagai data atau sebagai prosedur) dan sistem pemrosesan masalah
(hubungan antara komponen lainnya terdiri dari satu atau lebih kapabilitas
manipulasi masalah umum yang diperlukan untuk pengambilan keputusan).
Konsep – konsep yang diberikan oleh definisi tersebut sangat penting untuk
memahami hubungan antara Sistem Pendukung Keputusan dan pengetahuan.
Dari berbagai definisi diatas dapat disimpulkan bahwa Sistem
Pendukung Keputusan adalah suatu sistem informasi spesifik yang ditujukan
untuk membantu manajemen dalam mengambil keputusan yang berkaitan
dengan persoalan yang bersifat semi terstruktur. Sistem ini memiliki fasilitas
untuk menghasilkan berbagai alternatif yang secara interaktif digunakan oleh
pemakai.
Tujuan Sistem Pendukung Keputusan (SPK) dikemukakan oleh Peter
G.W Keen dan Scott Morton di dalam buku Model dan Sistem Informasi
(Mc.Leod R, Jr, 1996) yaitu:
a. Membantu manajer membuat keputusan untuk memecahkan masalah semi
terstruktur.
b. Mendukung penilaian manajer bukan mencoba untuk menggantikannya
c. Meningkatkan efektivitas pengambilan keputusan manajer daripada
efisiensinya.
Komponen-komponen Sistem Pendukung Keputusan terdiri dari:
a. Data Management. Termasuk database, yang mengandung data yang
relevan untuk pelbagai situasi dan diatur oleh software yang disebut
Database Management Systems (DBMS).
b. Model Management. Melibatkan model finansial, statistikal, management
science, atau pelbagai model kuantitatif lainnya, sehingga dapat
memberikan ke sistem suatu kemampuan analitis, dan manajemen software
yang diperlukan.
36
Buku Panduan Model CBL
c. Communication (dialog subsystem). User dapat berkomunikasi dan
memnberikan perintah pada DSS melalui subsistem ini. Ini berarti
menyediakan antarmuka.
d. Knowledge Management. Subsistem optional ini dapat mendukung
subsistem lain atau bertindak sebagai komponen yang berdiri sendiri.
37
Buku Panduan Model CBL
Data merupakan kumpulan fakta yang direpresentasikan ke dalam
bentuk karakter baik huruf, angka dan lainnya yang dapat diproses menjadi
sebuah informasi. Sesuai dengan kaidah penelitian untuk Data Collecting
(pengumpulan data) bisa melalui observasi, angket, wawancara dengan
stakeholder dan lain-lain.
Bobot merupakan nilai atau value dari sebuah indikator kriteria. Dalam
pembobotan dalam analisa dan perancangan sebuah sistem pendukung
keputusan perlu diperhatikan sumber pembobotan dan teknik dalam pemberian
bobot.
Sumber pembobotan dari setiap kriteria, sub kriteria(indikator)
penyebab sebuah masalah yang dikaji harus bersumber dari standar
operasional (standar baku) dan pemangku kebijakan dari case study (studi
kasus) yang dibahas. Dan apabila pembobotan setiap kriteria, sub kriteria
(indikator) penyebab sebuah masalah tidak terdapat pada institusi dimana
peneliti melakukan kajian, maka researcher(peneliti) dapat memberikan
masukan berupa asumsi walaupun harus melalui uji validitas bobot kriteria.
Teknik di dalam memberikan pembobotan harus berdasarkan skala
prioritas atau tingkat kepentingan karena metode-metode penyelesaian
masalah dalam sistem pendukung keputusan sangat sensitif terhadap output
(keluaran) dari hasil analisa.
Dalam konsep pembobotan tentunya dalam hal ini terbagi atas 2(dua)
elemen yaitu:
1. Pembobotan dari setiap Kriteria
2. Pembobotan dari setiap Nilai Alternatif
Adapun beberapa kaidah yang digunakan dalam pembobotan kriteria
dalam sebuah sistem pendukung keputusan yaitu:
1. Pendekatan Persentase. Memiliki range nilai 0 s/d 100% dengan catatan
nilai ∑ = 100%
2. Pendekatan Fuzzy Logic. Memiliki range nilai 0 s/d 1
B Teknik Data Sampling
38
Buku Panduan Model CBL
3. Pendekatan Nilai Aktual. Memiliki range nilai 0 s/d 10 atau 0 s/d 100
dengan normalisasi ∑ = 100% kecuali metode Profile Matching yang
memiliki nilai aktual dari 0 s/d 5.
39
Buku Panduan Model CBL
1. Metode Weight Sum Model (WSM )
Metode WSM adalah salah satu metode yang sangat sederhana dan mudah
dimengerti penerapannya dikarenakan pada konsep metode ini hanya
melakukan perkalian di antara Bobot Kriteria (Wj) dan Nilai Alternatif
(Xij). Metode termasuk dalam kategori Multi-Criteria Decison Making
dalam mengevaluasi nilai pada setiap alternatif.
Adapun algoritma penyelesaian dari metode ini adalah: Mengidentifikasi
terlebih dahulu dari Kriteria dan Alternatif yang digunakan dalam
penyelesaian Masalah. dan Menghitung Nilai WSM-Score. Adapun rumus
yang digunakan dalam metode ini yaitu:
Dimana :
n = jumlah kriteria
wj = bobot dari setiap kriteria
xij = nilai matrik x
Contoh soal dari metode WSM dengan bobot kriteria sebagai berikut:
Tabel 3.1 dibawah ini menampilkan jenis kriteria dan bobot nilai kriteria
yang digunakan pada contoh soal dengan metode WSM.
Tabel 3.1. Nilai Bobot Kriteria Metode WSM (Wj)
No Kriteria Nilai Bobot (Wj)
1 Penghasilan (K1) 0.30
2 Kebutuhan Makan (K2) 0.25
3 Kebutuhan Pakaian (K3) 0.20
4 Kepemilikan Rumah (K4) 0.10
5 Jumlah Tanggungan (K5) 0.10
6 Sarana Transportasi Keluarga (K6) 0.05
Dan berdasarkan hasil penilaian yang dilakukan oleh responden
maka diberikanlah nilai dari setiap kriteria. Tabel 3.2 akan menampilkan
bobot nilai dari kriteria Penghasilan sebagai berikut:
C Algoritma Metode
40
Buku Panduan Model CBL
Tabel 3.2. Kriteria Penghasilan (K1)
No Keterangan Bobot Nilai
1 >Rp 3.000.000 1
2 Rp 1.600.000 – Rp 3.000.000 0.75
3 Rp 500.000 – Rp 1.500.000 0.5
4 <Rp 500.000 0.25
Tabel 3.3 akan menampilkan bobot nilai dari kriteria kebutuhan makan
sebagai berikut:
Tabel 3.3. Kebutuhan Makan (K2)
No Keterangan Bobot Nilai
1 Pada umumnya anggota keluarga makan 2 kali
sehari atau lebih.
1
2 Pada umumnya anggota keluarga makan
kurang dari 2 kali sehari.
0.25
Tabel 3.4 akan menampilkan bobot nilai dari kriteria kebutuhan pakaian
sebagai berikut:
Tabel 3.4. Kriteria Kebutuhan Pakaian (K3)
No Keterangan Bobot Nilai
1 Setahun terakhir anggota keluarga menerima
minimal satu stel pakaian baru.
1
2 Anggota keluarga hanya memiliki pakaian
berbeda dirumah / pergi/bekerja / sekolah.
0.25
Tabel 3.5 akan menampilkan bobot nilai dari kriteria kepemilikan rumah
sebagai berikut:
Tabel 3.5. Kriteria Kepemilikan Rumah(K4)
No Keterangan Bobot Nilai
1 Rumah Sendiri 1
2 Rumah Orang Tua 0.75
3 Rumah Sewa 0.25
Tabel 3.6 akan menampilkan bobot nilai dari kriteria Jumlah
Tanggungan sebagai berikut:
Tabel 3.6. Kriteria Jumlah Tanggungan (K5)
No Keterangan Bobot Nilai
1 Tidak Ada 1
2 1 Orang 0.75
3 2 – 3 Orang 0.5
4 4 – 5 Orang 0.25
5 >5 Orang 0.1
41
Buku Panduan Model CBL
Tabel 3.7 akan menampilkan bobot nilai dari kriteria sarana tranfortasi
keluarga sebagai berikut:
Tabel 3.7. Kriteria Sarana Transportasi Keluarga (K6)
No Keterangan Bobot Nilai
1 Mobil Pribadi 1
2 Sepeda Motor 0.75
3 Angkutan Umum 0.25
Kemudian diberikanlah data alternatif untuk melakukan
perhitungan pada metode WSM seperti pada Tabel 2.18 berikut ini:
Tabel 3.8. Data Alternatif
No Nama K1 K2 K3 K4 K5 K6
1 Suwargo 5Jt >2x Ada Rumah
Sendiri
3 Sepeda
Motor
2 Sutrisno 800 rb <2x Tidak
Ada
Rumah
Sewa
4 Angkutan
Umum
3 Indra 900 rb >2x Ada Rumah
Sewa
2 Sepeda
Motor
4 Sahrul 4 Jt >2x Ada Rumah
Orang Tua
4 Sepeda
Motor
5 Marinah 2.5 Jt <2x Tidak
Ada
Rumah
Sewa
5 Angkutan
Umum
6 Marulli 2.1 Jt <2x Tidak
Ada
Rumah
Orang Tua
0 Angkutan
Umum
7 Cahyadi 2.8 Jt <2x Tidak
Ada
Rumah
Sewa
5 Angkutan
Umum
8 Sunandar 1.8 Jt >2x Ada Rumah
Sewa
5 Sepeda
Motor
9 Zulfahmi 400 rb <2x Tidak
Ada
Rumah
Sendiri
2 Angkutan
Umum
10 Yudi 2 jt >2x Ada Rumah
Sewa
3 Sepeda
Motor
Kemudian data awal dari hasil konfersi dapat dilihat pada Tabel 2.19
seperti di bawah ini:
Tabel 3.9. Data Awal Hasil Konfersi
No Nama Kepala Keluarga K1 K2 K3 K4 K5 K6
1 Keluarga Bapak Suwargo 1 1 1 1 0.5 0.75
2 Keluarga Bapak Sutrisno 0.5 0.25 0.25 0.25 0.25 0.25
3 Keluarga Bapak Indra 0.5 1 1 0.25 0.5 0.75
4 Keluarga Bapak Sahrul 1 1 1 0.75 0.25 0.75
5 Keluarga Ibu Marinah 0.75 0.25 0.25 0.25 0.25 0.25
6 Keluarga BapakMarulli 0.75 0.25 0.25 0.75 1 0.25
7 Keluarga Bapak Cahyadi 0.75 0.25 0.25 0.25 0.25 0.25
8 Keluarga Bapak Sunandar 0.75 1 1 0.25 0.25 0.75
9 Keluarga Bapak Zulfahmi 0.25 0.25 0.25 1 0.5 0.25
10 Keluarga Bapak Yudi 0.75 1 1 0.25 0.5 0.75
42
Buku Panduan Model CBL
Setelah ditentukan nilai kriteria dan nilai alternatif maka langkah
berikutnya ialah menghitung nilai WSM score dari masing-masing
alternatif.
Nilai WSM-Score Keluarga Bapak Suwargo
= (0.30*1) + (0.25*1) + (0.20*1) + (0.10*1) + (0.10*0.5) + (0.05*0.75)
= 0.9375
Nilai WSM-Score Keluarga Bapak Sutrisno
= (0.30*0.5) + (0.25*0.25) + (0.20*0.25) + (0.10*0.25) + (0.10*0.25) +
(0.05*0.25) = 0.325
Nilai WSM-Score Keluarga Bapak Indra
= (0.30*0.5) + (0.25*1) + (0.20*1) + (0.10*0.25) + (0.10*0.5) +
(0.05*0.75) = 0.7125
Nilai WSM-Score Keluarga Bapak Sahrul
= (0.30*1) + (0.25*1) + (0.20*1) + (0.10*0.75) + (0.10*0.25) +
(0.05*0.75)
= 0.8875
Nilai WSM-Score Keluarga Ibu Marinah
= (0.30*0.75) + (0.25*0.25) + (0.20*0.5) + (0.10*0.25) + (0.10*0.25) +
(0.05*0.25) = 0.45
Nilai WSM-Score Keluarga BapakMarulli
= (0.30*0.75) + (0.25*0.25) + (0.20*0.25) + (0.10*0.75) + (0.10*1) +
(0.05*0.25) = 0.525
Nilai WSM-Score Keluarga Bapak Cahyadi
= (0.30*0.75) + (0.25*0.25) + (0.20*0.25) + (0.10*0.25) + (0.10*0.25) +
(0.05*0.25) = 0.4
Nilai WSM-Score Keluarga Bapak Sunandar
= (0.30*0.75) + (0.25*1) + (0.20*1) + (0.10*0.25) + (0.10*0.25) +
(0.05*0.75) = 0.7625
Nilai WSM-Score Keluarga Bapak Zulfahmi
= (0.30*0.25) + (0.25*0.25) + (0.20*0.25) + (0.10*1) + (0.10*0.5) +
(0.05*0.25) = 0.35
Nilai WSM-Score Keluarga Bapak Yudi
43
Buku Panduan Model CBL
= (0.30*0.75) + (0.25*1) + (0.20*1) + (0.10*0.25) + (0.10*0.5) +
(0.05*0.75) = 0.7875
Berdasarkan perhitungan di atas maka dilakukanlah sebuah
perangkingan yang dapat dilihat pada Tabel berikut ini:
Hasil perhitungan dengan metode WSM dapat dilihat pada Tabel 2.20
sepserti dibawah ini:
Tabel 3.10. Perangkingan Metode WSM
No Alternatif Nilai Bobot Keterangan
1 Keluarga Bapak Suwargo 0.9375 Sejahtera
2 Keluarga Bapak Sutrisno 0.325 Pra Sejahtera
3 Keluarga Bapak Indra 0.7125 Pra Sejahtera
4 Keluarga Bapak Sahrul 0.8875 Sejahtera
5 Keluarga Ibu Marinah 0.45 Pra Sejahtera
6 Keluarga BapakMarulli 0.525 Pra Sejahtera
7 Keluarga Bapak Cahyadi 0.4 Pra Sejahtera
8 Keluarga Bapak Sunandar 0.7625 Sejahtera.
9 Keluarga Bapak Zulfahmi 0.35 Pra Sejahtera
10 Keluarga Bapak Yudi 0.7875 Sejahtera.
Keterangan:
Jika nilai bobotnya ≤ 0.75 maka katerangannya Keluarga Pra
Sejahtera dan jika nilai bobotnya > 0.75 maka keterangannya Keluarga
Sejahtera.
2. Metode Weight Product (WP)
Weight Product (WP) ialah metode sederhana dengan melakukan
perkalian untuk menyatukan rating atribut, di mana setiap rating setiap
atribut akan dipangkatkan dengan bobot atribut yang bersangkutan. Proses
yang dilakukan dikatakan sebagai proses normalisasi.
Weight Product memiliki algortima penyelesaia seperti di bawah in:
1. Menentukan kriteria yang akan digunakan.
2. Melakukan normalisasi setiap nilai alternatif (nilai vektor).
3. Melakukan perhitungan nilai bobot preferensi dari setiap alternatif.
Contoh soal dari metode WP dengan bobot kriteria dapat dilihat
pada Tabel 3.11 di bawah ini:
Tabel 3.11. Tabel Kriteria WP
Kriteria Nilai
Harga 5
Kualitas 4
44
Buku Panduan Model CBL
Bahan 3
Kriteria Nilai
Motif 2
Warna 1
Pada kasus ini akan digunakan 5 alternatif data pakaian baby.
Serperti yang ada pada Tabel 3.12 dibawah ini:
Tabel 3.12. Alternatif WP
Alternatif
Spesifikasi
Simbol
Harga Kualitas Bahan Motif Warna
Libby 350.000
Sangat
Baik
Sangat
Lembut
Bordir
Sablon
Terang A
Velvet 300.000
Sangat
Baik
Lembut Print Terang B
Chiyo 250.000 Baik Lembut Sablon Terang C
Moms Gift 200.000 Sedang Sedang Polos Sedang D
Boboho 150.000 Sedang Kasar Corak Terang E
Pada saat observasi data telah diberikan bobot awal dalam pemilihan
merk pakaian bayi sebagai berikut:
Bobot Awal atau W = 5 4 3 2 1
Adapun rumus perbaikan bobot dalam metode WP adalah sebagai
berikut:
=
∑
Keterangan:
Wj = Bobot
∑ wj = jumlah semua bobot
Lalu dilakukanlah proses pembobotan
Untuk Harga:
W1 = = = 0.33
Untuk Kualitas:
W2 =
4
5 + 4 + 3 + 2 + 1
=
4
15
= 0.27
Untuk Bahan:
W3 =
3
5 + 4 + 3 + 2 + 1
=
3
15
= 0.2
Untuk Motif:
45
Buku Panduan Model CBL
W4 =
2
5 + 4 + 3 + 2 + 1
=
2
15
= 0.13
Untuk Warna:
W5 =
1
5 + 4 + 3 + 2 + 1
=
1
15
= 0.07
Dari Proses pembobotan di atas di dapatkanlah bobot akhir sebagai
berikut:
Untuk Harga: 0.33
Untuk Kulitas: 0.27
Untuk Bahan: 0.2
Untuk Motif: 0.13
Untuk Warna: 0,07
Berikut nama kriteria dan nilai bobot kriteria yang digunakan pada
metode WP yang dapat dilihat pada Tabel 2.23 di bawah ini:
Tabel 3.13. Nilai Bobot Kriteria WP
No Nama Kriteria Bobot Faktor
1. Harga 0.33
2. Kualitas 0.27
3. Bahan 0.2
4. Motif 0.13
5. Warna 0.07
Jumlah 1
Untuk Factor Evaluation diperoleh dari hasil observasi terhadap
beberapa merk pakaian bayi. Misalnya saja ada 5 merk yang masuk
seleksi dalam pemilihan yaitu Liby, Velvet, Chiyu, Moms Gift, Boboho.
Kelima merk tersebut telah memperoleh nilai pada proses penyeleksian
yang telah dilakukan.
Daftar nilai kelima merk tersebut dapat dilihat pada Tabel 2.24 sebagai
berikut:
Tabel 3.14. Penialaian dari Setiap alternatif
Factor Harga Kualitas Bahan Motif Warna
Liby 90 80 70 70 80
Velvet 90 80 80 70 90
Chiyo 90 90 80 80 80
Moms Gift 80 80 80 80 80
Boboho 80 80 70 80 90
46
Buku Panduan Model CBL
Lakukan tahapan normalisasi dari setiap nilai alternatif (nilai vektor)
sebagai berikut:
Liby = (900,33
) * (800,27
) * (700,2
) * (700,13
) * (800,07
) = 79,585
Velvet = (900,33
) * (800,27
) * (800,2
) * (700,13
) * (900,07
) = 82,416
Chiyo = (900,33
) * (900,27
) * (800,2
) * (800,13
) * (800,07
) = 85,858
Moms Gift= (800,33
) * (800,27
) * (800,2
) * (800,13
) * (800,07
) = 80
Boboho = (800,33
) * (800,27
) * (700,2
) * (800,13
) * (900,07
) = 78,537
Setelah melakukan tahapan normalisasi kemudian lakukan
perhitungan nilai bobot preferensi dari setiap alternatif, sebagai berikut:
Nilai Preferensi Vi untuk Merek Liby
=
79,585
79,585 + 82,416 + 85,858 + 80 + 78,537
=
79,585
406,396
= 0,1958
Nilai Preferensi Vi untuk Merk Velvet
=
82,416
79,585 + 82,416 + 85,858 + 80 + 78,537
=
82,416
406,396
= 0,2028
Nilai Preferensi Vi untuk Merk Chiyo
=
82,858
79,585 + 82,416 + 85,858 + 80 + 78,537
=
82,858
406,396
= 0,2113
Nilai Preferensi Vi untuk Merk Moms Gift
=
80
79,585 + 82,416 + 85,858 + 80 + 78,537
=
80
406,396
= 0,1969
Nilai Preferensi Vi untuk Merk Boboho
=
78,537
79,585 + 82,416 + 85,858 + 80 + 78,537
=
78,537
406,396
= 0,1933
Dari hasil perhitungan yang dilakukan berdasarkan metode WP didapat
nilai dari ke lima merk pakaian bayi yang terlihat pada Table 2.25
sebagai berikut:
Tabel 3.15. Perangkingan Berdasarkan Nilai Preferensi
No Merk Nilai Preferensi Rangking
1. Liby 0,1958 4
2. Velvet 0,2028 2
3. Chiyo 0,2113 1
4. Mom Gift 0,1969 3
5. Boboho 0,1933 5
47
Buku Panduan Model CBL
3. Metode SMART
Edward di tahun 1977 mengemukakan metode SMART (Simple
Multi Attribute Rating Technique) sebagai metode pengambilan keputusan
yang multiatribut. Ketika pengambilan keputusan maka akan memilih
alternatif yang cocok dengan tujuan yang sudah ditetapkan. Kemudian
alternatif merupakan sekumpulan atribut dan setiap atribut akan diberikan
nilai dengan skala yang sudah ditentukan.
Pemberian nilai bobot SMART memakai skala antara 0 hingga 1,
agar memudahkan hitungan dan perbandingan nilai pada setiap alternatif.
Formula pada metode SMART ialah sebagai berikut:
U(ai)∑J
m
=1) = ( )
Keterangan:
Wj= Nilai Pembobotan Kriteria ke- j dan K- kriteria
U(ai) = nilai Utility kriteria ke-i untuk kriteria ke-i
Di mana i= 1, 2,......m
Adapun algoritma penyelesaian dari Metode SMART:
a. Menentukan Jumlah Kriteria dari Keputusan yang akan diambil
b. Pemberian nilai 0-100 sesuai tingkat kepentingan dan melakukan
normalisasi (Wj/∑Wj)
c. Memberikan nilai kriteria untuk setiap alternatif
d. Melakukan perhitungan nilai Utility untuk setiap kriteria.
Ui (ai) = 100 ( - ) %
( - )
Keterangan:
Ui(ai) = nilai utility kriteria ke-1 untuk kriteria ke-i
Cmax = nilai kriteria maksimal
Cmin = nilai kriteria minimal
Couti = nilai kriteria ke-i
Agar kita lebih memahami dari penjelasan metode ini berikut ini adalah
contoh soal dari Metode SMART (Simple Multi Attribute Rating
Technique).
48
Buku Panduan Model CBL
Ada 3 tipe handphone yang akan di analisis untuk melihat sejauh
mana daya serap konsumen selama ini terhadap 3 tipe handphone tersebut.
Berikut ini adalah Tabel properti dari handphone tersebut. Adapun tipe
kita sebut HP1, HP2, dan HP3. Adapun faktor-faktor dan kriteria yang
dijadikan sebagai acuan terlihat pada Tabel 2.26 di bawah ini:
Tabel 3.16. Nilai Bobot Kriteria Metode SMART
No Nama Kriteria Nilai Bobot
1 Harga 0,45
2 Kamera 0,25
3 Memori 0,15
4 Berat 0,1
5 Keunikan 0,05
Dari hasil analisa dan sampel data yang di dapat oleh tim marketing
menggunakan kuesioner, berikut ini adalah penilaian konsumen terhadap
HP1, HP2 dan HP3 dengan range penilaian yaitu antara 1-100 yaitu:
Tabel 3.17 akan menampilkan rangkuman penilaian responden terhadap
HP1 sebagai berikut:
Tabel 3.17. Penilaian Respoden Terhadap Hp1
No Nama Kriteria Nilai Kriteria
1 Harga 100
2 Kamera 80
3 Memori 80
4 Berat 90
5 Keunikan 90
Tabel 3.18 akan menampilkan rangkuman penilaian responden terhadap
HP2 sebagai berikut:
Tabel 3.18. Penilaian Respoden Terhadap Hp2
No Nama Kriteria Nilai Kriteria
1 Harga 80
2 Kamera 80
No Nama Kriteria Nilai Kriteria
3 Memori 80
4 Berat 90
5 Keunikan 90
Tabel 2.29 akan menampilkan rangkuman penilaian responden terhadap
HP3 sebagai berikut:
Tabel 3.19. Penilaian Respoden Terhadap Hp3
49
Buku Panduan Model CBL
No Nama Kriteria Nilai Kriteria
1 Harga 90
2 Kamera 90
3 Memori 90
4 Berat 90
5 Keunikan 90
Berikut formula untuk nilai Utility Ui(ai) = 100
( )
( )
%
Dari formula yang digunakan maka didapatkanlah nilai utility, seperti
Tabel 3.20 di bawah ini untuk nilai utility Hp1, berikut datanya:
Tabel 3.20. Nilai Utility dari Hp1
No Nama Kriteria Nilai Ui(ai)
1 Harga 100 =100
( )
( )
= 0
2 Kamera 80 =100
( )
( )
= 20
3 Memori 80 =100
( )
( )
= 20
4 Berat 90 =100
( )
( )
= 10
5 Keunikan 90 =100
( )
( )
= 10
Tabel 3.21 di bawah ini menjelaskan nilai utility dari Hp2, berikut
datanya:
Tabel 3.21. Nilai Utility dari Hp2
No Nama Kriteria Nilai Ui(ai)
1 Harga 80 =100
( )
( )
= 20
2 Kamera 80 =100
( )
( )
= 20
3 Memori 80 =100
( )
( )
= 20
4 Berat 90 =100
( )
( )
= 10
5 Keunikan 90 =100
( )
( )
= 10
Tabel 3.22 di bawah ini menjelaskan nilai utility dari Hp2, berikut
datanya:
Tabel 3.22. Nilai Utility dari Hp3
No Nama Kriteria Nilai Ui(ai)
1 Harga 90 =100
( )
( )
= 10
2 Kamera 90 =100
( )
( )
= 10
3 Memori 90 =100
( )
( )
= 10
50
Buku Panduan Model CBL
4 Berat 90 =100
( )
( )
= 10
5 Keunikan 90 =100
( )
( )
= 10
Kemudian menghitung nilai U(ai)=∑ Wj*Ui(ai), berikut adalah
Tabel perhitungan nilainya.
Tabel 3.23 di bawah ini menampilkan total nilai utility dari Hp1, berikut
datanya:
Tabel 3.23. Total Nilai Utilty Hp1
No Nama Kriteria Ui(ai) Wj Ui(ai)
1 Harga =100
( )
( )
= 0 0,45 0
2 Kamera =100
( )
( )
= 20 0,25 5
3 Memori =100
( )
( )
= 20 0,15 3
4 Berat =100
( )
( )
= 10 0,1 2
5 Keunikan =100
( )
( )
= 10 0,05 0,5
Total 9,5
Tabel 3.24 di bawah ini menampilkan total nilai utility dari Hp2, berikut
datanya:
Tabel 3.24. Total Nilai Utilty Hp2
No Nama Kriteria Ui(ai) Wj Ui(ai)
1 Harga =100
( )
( )
= 20 0,45 9
2 Kamera =100
( )
( )
= 20 0,25 5
3 Memori =100
( )
( )
= 20 0,15 3
4 Berat =100
( )
( )
= 10 0,1 1
5 Keunikan =100
( )
( )
= 10 0,05 0,5
Total 18,5
Tabel 3.25 di bawah ini menampilkan total nilai utility dari Hp3, berikut
datanya:
Tabel 3.25. Total Nilai Utilty Hp3
No Nama Kriteria Ui(ai) Wj Ui(ai)
1 Harga =100
( )
( )
= 10 0,45 4,5
2 Kamera =100
( )
( )
= 10 0,25 2,5
51
Buku Panduan Model CBL
3 Memori =100
( )
( )
= 10 0,15 1,5
4 Berat =100
( )
( )
= 10 0,1 1
5 Keunikan =100
( )
( )
= 10 0,05 0,5
Total 10
Melihat dari hasil di atas berikut ini perangkingannya. Adapun sesuai
dengan metode di atas yang dijadikan sebagai prioritas adalah yang
memiliki nilai terendah, yang dapat dilihat pada Tabel 3.36 sebagai
berikut:
Tabel 3.26. Perangkingan Metode SMART
No Hasil Akhir Keterangan
1 Hp1 = 9,5 Rangking 1
2 Hp2 = 18,5 Rangking 3
3 Hp3 = 10 Rangking 2
Berdasarkan Tabel di atas maka merk HP1 = 9.5 menjadi prioritas untuk
di promosikan dan ditingkatkan produksinya.
4. Metode Profile Mathing (PM)
Metode Profile Matching merupakan salah satu metode yang
sederhana dalam sistem pendukung keputusan dengan membandingkan
GAP antara nilai Alternatif dan kriteria. Ada beberapa hal yang diketahui
tentang Analisi GAP, salah satu diantaranya adalah Tabel nilai bobot GAP.
Selain itu analysis GAP ini juga harus memahami konsep Skala Prioritas,
karena di dalam pembuatan bobot dengan range 0-5 berdasarkan prioritas
setiap kriteria.
Dalam penentuan pemindahan tugas pegawai dengan menggunakan
metode Profile Matching diperlukan kriteria-kriteria dan bobot untuk
melakukan perhitungannya sehingga akan didapat alternatif terbaik, dalam
hal ini alternatif yang dimaksud adalah pegawai yang akan dipindah
tugaskan berdasarkan kriteria-kriteria yang ditentukan.
Berdasarkan banyaknya pegawai yang ada maka diambil 10 pegawai
sebagai contoh data awal untuk penerapan metode Profile Matching dalam
penentuan pegawai yang terdapat pada Tabel 3.37 dibawah ini:
Tabel 3.27. Data Alternatif
No Pegawai Lama Kerja Disiplin Kerja Loyalitas Kerjasama
1 Rido
Manurung
8 Tahun Kurang Disiplin Sangat Baik Cukup baik
52
Buku Panduan Model CBL
2 Fahri Hamzah 4 Tahun Sangat Disiplin Cukup baik Cukup baik
3 Boby Nasution 12 Tahun Disiplin Kurang Baik Sangat Baik
4 Joko Susilo 6 Tahun Kurang Disiplin Sangat Baik Cukup baik
5 Raja Mukti 8 Tahun Sangat Disiplin Kurang Baik Sangat Baik
6 Gusti Etama 6 Tahun Cukup Disiplin Sangat Baik Baik
7 Surya Jaya 11 Tahun Kurang Disiplin Cukup baik Kurang Baik
8 Febrianto 4 Tahun Disiplin Kurang Baik Sangat Baik
9 Rianto S 7 Tahun Kurang Disiplin Sangat Baik Cukup baik
10 Raihan 4 Tahun Cukup Disiplin Sangat Baik Cukup baik
Untuk mempermudah pegawai dalam pengambilan keputusan untuk
menentukan pemindahan tugas pegawai, maka perlu diperhatikan kriteria-
kriteria sebagai persyaratan untuk penentuan pemindahan tugas pegawai
tersebut. Ada empat kriteria yang diajukan acuan dalam pengambilan
keputusan penentuan pemindahan tugas pegawai dapat dilihat pada Tabel
3.28 dibawah ini:
Tabel 3.28 Kriteria PM
Kriteria Ketentuan Kriteria
C1 Lama Bekerja
C2 Disiplin Kerja
C3 Loyalitas
C4 Kerjasama
Rating kecocokan untuk setiap alternatif pada setiap kriteria adalah
sebagai berikut:
Sangat tinggi (ST) = 5
Tinggi (T) = 4
Cukup (C) = 3
Rendah (R) = 2
Sangat rendah (SR) = 1
Berdasarkan kriteria yang telah ditentukan maka diperoleh nilai setiap
kriteria dalam bentuk nilai rill dan akan dinilai dari nilai Sangat Tinggi
(ST), Tinggi (T), Cukup (C), Rendah (R), dan Sangat Rendah (SR) adalah
sebagai berikut:
1. Kriteria Lama Bekerja (C1)
Lama bekerja pegawai merupakan faktor yang penting untuk
menentukan pegawai tersebut akan dipindahkan atau tidak, semakin lama
pegawai tersebut bekerja maka akan semakin baik pegawai tersebut akan
53
Buku Panduan Model CBL
dipindahkan. Berikut data lama bekerja pegawai yang dapat dilihat pada
Tabel 3.29 di bawah ini:
Tabel 3.29. Nilai Lama Bekerja
C1 Nilai
< 2 Tahun 1
3 – 5 Tahun 2
6 – 7 Tahun 3
8 - 10Tahun 4
>11 Tahun 5
2. Kriteria Disiplin Kerja (C2)
Disiplin kerja merupakan faktor yang peting demi kelangsungan hidup
suatu perusahaan, semangkin banyak baik disiplin kerja yang dimiliki
pegawai akan mendukung semakin baik pula nilai yang akan diberikan.
Seperti pada tebel 2.40 di bawah ini:
Tabel 3.30. Nilai Disiplin Kerja
C2 Nilai
Tidak Disiplin 1
Kurang Disiplin 2
Cukup Disiplin 3
Disiplin 4
Sangat Disiplin 5
3. Kriteria Loyalitas (C3)
Loyalitas merupakan sebagai tindakan memberi atau menunjukkan
dukungan dan kepatuhan yang teguh dan konstan kepada seseorang atau
institusi dimana pegawai itu bekerja. Seperti pada penjelasan Tabel 2.41 di
bawah ini:
Tabel 3.31. Nilai Loyalitas
C3 Nilai
Tidak Baik 1
Kurang Baik 2
Cukup baik 3
Baik 4
Sangat Baik 5
54
Buku Panduan Model CBL
4. Kriteria Kerjasama (C4)
Kerjasama merupakan salah satu kriteria penting untuk menentukan
pemindahan tugas pegawai. Seperti pada penjelasan Tabel 2.42 di bawah
ini:
Tabel 3.32. Nilai Kerjasama
C4 Nilai
Tidak Baik 1
Kurang Baik 2
Cukup baik 3
Baik 4
Sangat Baik 5
Metode Profile Matching dalam prosesnya memerlukan kriteria yang
akan dijadikan bahan perhitungan pada proses perankingan. Selain bobot
kriteria, pada proses penilaian menggunakan metode Profile Matching juga
dibutuhkan nilai Profile yang menggunakan Tabel GAP yang bisa dilihat
pada Tabel 3.33 sebagai berikut:
Tabel 3.33. Bobot Nilai GAP
No Selisih Gap Bobot Nilai Keterangan
1 0 6 Kompetensi sesuai yang dibutuhkan
2 1 5,5 Kompetensi individu kelebihan 1 tingkat/level
3 -1 5 Kompetensi individu kurang 1 tingkat/level
4 2 4,5 Kompetensi individu kelebihan 2 tingkat/level
5 -2 4 Kompetensi individu kurang 2 tingkat/level
6 3 3,5 Kompetensi individu kelebihan 3 tingkat/level
7 -3 3 Kompetensi individu kurang 3 tingkat/level
8 4 2,5 Kompetensi individu kelebihan 4 tingkat/level
9 -4 2 Kompetensi individu kurang 4 tingkat/level
10 5 1,5 Kompetensi individu kelebihan 5 tingkat/level
11 -5 1 Kompetensi individu kurang 5 tingkat/level
Kemudian pemberian nilai kriteria yang bisa dilihat pada Tabel 2.44 di
bawah ini:
Tabel 3.34. Kriteria Penilaian
Simbol Kriteria Profile Bobot
C1 Lama Bekerja 2 15 % = 0.15
C2 Disiplin Kerja 5 35 % = 0.35
C3 Loyalitas 3 20 % = 0.20
C4 Kerjasama 4 30 % = 0.30
55
Buku Panduan Model CBL
Dari masing-masing kriteria tersebut telah ditentukan nilai profile dan
nilai bobotnya. Jumlah nilai bobot dari semua kriteria harus genap 100 %
atau 1.
Berdasarkan banyaknya pegawai yang ada maka diambil 10 pegawai
sebagai contoh untuk penerapan metode Profile Matching dalam penentuan
pegawai yang akan dipindah tugaskan. Data penilaian terhadap setiap
kriteria dari setiap pegawai tersebut dilakukan dengan mengacu kepada
Tabel GAP dan kemudian dimasukkan ke dalam Tabel 2.45 sebagai berikut:
Tabel 3.35. Data Nilai Pegawai
No Alternatif Ke- Pegawai C1 C2 C3 C4
1 1 Rido Manurung 4 2 5 3
2 2 Fahri Hamzah 2 5 3 3
3 3 Boby Nasution 5 4 2 5
4 4 Joko Susilo 3 2 5 3
5 5 Raja Mukti 4 5 2 5
6 6 Gusti Etama 3 3 5 4
7 7 Surya Jaya 5 2 3 2
8 8 Febrianto 2 4 2 5
9 9 Rianto S 3 2 5 3
10 10 Raihan 2 3 5 3
Selanjutnya adalah menghitung nilai GAP antara profile subjek
dengan profile yang dibutuhkan dengan mengurangkan nilai profile
alternatif dengan nilai profile kriteria. Seperti pada Tabel 2.46 di bawah ini:
Tabel 2.46. Nilai GAP
No Alternatif Ke- Nama C1 C2 C3 C4
1 1 Rido Manurung 4 2 5 3
2 2 Fahri Hamzah 2 5 3 3
3 3 Boby Nasution 5 4 2 5
4 4 Joko Susilo 3 2 5 3
5 5 Raja Mukti 4 5 2 5
6 6 Gusti Etama 3 3 5 4
7 7 Surya Jaya 5 2 3 2
8 8 Febrianto 2 4 2 5
9 9 Rianto S 3 2 5 3
10 10 Raihan 2 3 5 3
Profile 2 5 3 4
1 1 Rido Manurung 2 -3 2 -1
2 2 Fahri Hamzah 0 0 0 -1
3 3 Boby Nasution 3 -1 -1 1
56
Buku Panduan Model CBL
4 4 Joko Susilo 1 -3 2 -1
5 5 Raja Mukti 2 0 -1 1
6 6 Gusti Etama 1 -2 2 0
7 7 Surya Jaya 3 -3 0 -2
8 8 Febrianto 0 -1 -1 1
9 9 Rianto S 1 -3 2 -1
10 10 Raihan 0 -2 2 -1
Selanjutnya menghitung Nilai Maping GAP yang bersumber dari
analisis GAP. Hasil perhitungan dapat dilihat pada Tabel 2.47 di bawah ini:
Tabel 3.37. Maping GAP
No Alternatif Ke- Nama C1 C2 C3 C4
1 1 Rido Manurung 4.5 3 4.5 5
2 2 Fahri Hamzah 6 6 6 5
3 3 Boby Nasution 3.5 5 5 5.5
5 5 Joko Susilo 5.5 3 4.5 5
6 6 Raja Mukti 4.5 6 5 5.5
7 7 Gusti Etama 5.5 4 4.5 6
8 8 Surya Jaya 3.5 3 6 4
9 9 Febrianto 6 5 5 5.5
10 10 Rianto S 5.5 3 4.5 5
Kemudian nilai menghitung akhir.
Nilai Akhir = (C1*15%) + (C2*35%) + (C3*20%) + (C4*30%) (2)
A1 = (4.5*15%) + (3*35%) + (4.5*20%) + (5*30%) = 4.125
A2 = (6*15%) + (6*35%) + (6*20%) + (5*30%) = 5.7
A3 = (3.5*15%) + (5*35%) + (5*20%) + (5.5*30%) = 4.925
A4 = (5.5*15%) + (3*35%) + (4.5*20%) + (5*30%) = 4.275
A5 = (4.5*15%) + (6*35%) + (5*20%) + (5.5*30%) = 5.425
A6 = (5.5*15%) + (4*35%) + (4.5*20%) + (6*30%) = 4.925
A7 = (3.5*15%) + (3*35%) + (6*20%) + (4*30%) = 3.975
A8 = (6*15%) + (5*35%) + (5*20%) + (5.5*30%) = 5.3
A9 = (5.5*15%) + (3*35%) + (4.5*20%) + (5*30%) = 4.275
A10 = (6*15%) + (4*35%) + (4.5*20%) + (5*30%) = 4.7
Setelah diketahui nilai akhir maka dibuatlah perangkingan seperti Tabel
3.38 di bawah ini:
57
Buku Panduan Model CBL
Tabel 3.38 Perangkingan Analisis PM
No Nama Nilai Akhir Ranking Keterangan
1 Fahri Hamzah 5,7 1 Dipindah Tugaskan
2 Raja Mukti 5,425 2 Dipindah Tugaskan
3 Febrianto 5,3 3 Dipindah Tugaskan
4 Boby Nasution 4,925 4 Tidak Dipindah Tugaskan
5 Gusti Etama 4,925 5 Tidak Dipindah Tugaskan
6 Raihan 4,7 6 Tidak Dipindah Tugaskan
7 Joko Susilo 4,275 7 Tidak Dipindah Tugaskan
8 Rianto S 4,275 8 Tidak Dipindah Tugaskan
9 Rido Manurung 4,125 9 Tidak Dipindah Tugaskan
10 Surya Jaya 3,975 10 Tidak Dipindah Tugaskan
5. Metode Oreste
Metode Oreste merupakan salah satu metode dalam sistem pendukung
keputusan yang terbilang baru. Metode ini merupakan pengembangan dari
beberapa metode lain yang terhimpun dalam metode Multi Attribute
Decision Making (MADM). Dalam metode ini terdapat hal yang unit yaitu
dengan mengadopsi Besson Rank. Besson Rank merupakan pendekatan
untuk membuat skala prioritas dari setiap indikator kriteria, dimana apabila
terdapat nilai kriteria maka dalam perangkingannya menggunakan
pendekatan rata-rata.
Adapun algoritma penyelesaian metode Oreste yaitu sebagai berikut:
1. Mendefinisikan terlebih dahulu kriteria-kriteria yang akan dijadikan
sebagai tolak ukur penyelesaian masalah
2. Mengubah setiap data alternatif ke dalam Besson Rank
3. Menghitung Nilai Distance Score setiap pasangan alternatif
4. Menghitung Nilai Preferensi (Vi) = Distance Score * Wj
5. Melakukan perangkingan
Untuk dapat lebih memahami metode ini berikut ini adalah contoh kasus
dari metode Oreste yaitu sebagai berikut:
Pada bagian marketing di perusahaan yang bergerak di bidang
perangkat teknologi ingin ekspansi dan mengembangkan pangsa pasar di
berbagai daerah. Adapun perangkat teknologi yang sedang dianalisis yaitu
Laptop. Ada 3 tipe laptop yang akan di analisis untuk melihat sejauh mana
58
Buku Panduan Model CBL
daya serap konsumen selama ini terhadap 3 tipe laptop tersebut. Berikut ini
adalah Tabel properti dari handphone tersebut. Adapun tipe kita sebut
laptop1, laptop2, dan laptop3.
Adapun faktor-faktor dan kriteria yang dijadikan sebagai acuan
terlihat pada Tabel 3.39 di bawah ini yaitu:
Tabel 3.39. Kriteria Metode Oreste
No Nama Kriteria Nilai Bobot
1 Harga 0,45
2 Kamera 0,25
3 Memori 0,15
4 Berat 0,1
5 Keunikan 0,05
Dan berdasarkan hasil penilaian oleh responden yang disebut alternatif di
bawah ini adalah Tabel 3.40 untuk nilai alternatifnya:
Tabel 3.40. Penilaian Alternatif Metode Oreste
No Alternatif Kriteria
C1 C2 C3 C4 C5
1 Laptop1 80 70 80 70 90
2 Laptop2 80 80 70 70 90
3 Laptop3 90 70 80 70 80
Kemudian melakukan perhitungan nilai besson Rank untuk setiap kriteria.
Di bawah ini adalah Tabel 3.41 untuk nilai besson Rank kriteria 1, dengan
data sebagai berikut:
Tabel 3.41. Nilai Bobot Kriteria Metode Oreste (Kriteria 1)
No Alternatif Nilai Alternatif Keterangan
1 Laptop1 80 Rangking 2,5
2 Laptop2 80 Rangking 2,5
3 Laptop3 90 Rangking 1
Keterangan:
Karena nilai Alternatif laptop1 dan laptop 2 sama, maka dalam
perangkingannya yaitu: Rangking 2 dan 3. Mean = (2+3)/2 = 2.5
Di bawah ini adalah Tabel 3.42 untuk nilai besson Rank kriteria 2, dengan
data sebagai berikut:
Tabel 3.42. Nilai Bobot Kriteria Metode Oreste (Kriteria 2)
No Alternatif Nilai Alternatif Keterangan
1 Laptop1 70 Rangking 2,5
2 Laptop2 80 Rangking 1
59
Buku Panduan Model CBL
3 Laptop3 70 Rangking 2,5
Keterangan :
Karena nilai Alternatif laptop 1 dan laptop 2 sama, maka dalam
perangkingannya yaitu: Rangking 2 dan 3. Mean = (2+3)/2 = 2.5
Di bawah ini adalah Tabel 2.52 untuk nilai besson Rank kriteria 3, dengan
data sebagai berikut:
Tabel 3.42. Nilai Bobot Kriteria Metode Oreste (Kriteria 3)
No Alternatif Nilai Alternatif Keterangan
1 Laptop1 80 Rangking 1,5
2 Laptop2 70 Rangking 3
3 Laptop3 80 Rangking 1,5
Keterangan :
Karena nilai Alternatif laptop 1 dan laptop 2 sama, maka dalam
perangkingannya yaitu: Rangking 2 dan 3. Mean = (1+2)/2 = 1.5
Di bawah ini adalah Tabel 3.43 untuk nilai besson Rank kriteria 4, dengan
data sebagai berikut:
Tabel 3.43. Nilai Bobot Kriteria Metode Oreste (Kriteria 4)
No Alternatif Nilai Alternatif Keterangan
1 Laptop1 70 Rangking 2
2 Laptop2 70 Rangking 2
3 Laptop3 70 Rangking 2
Keterangan :
Karena nilai Alternatif laptop 1, laptop 2, laptop 3 sama, maka dalam
perangkingannya yaitu: Rangking 1, 2 dan 3. Mean = (1+2+3)/2 = 2
Di bawah ini adalah Tabel 3.44 untuk nilai besson Rank kriteria 1, dengan
data sebagai berikut:
Tabel 3.44. Nilai Bobot Kriteria Metode Oreste (Kriteria 5)
No Alternatif Nilai Alternatif Keterangan
1 Laptop1 90 Rangking 1,5
2 Laptop2 90 Rangking 1,5
3 Laptop3 80 Rangking 3
Keterangan :
Karena nilai Alternatif laptop 1 dan laptop 2 sama, maka dalam
perangkingannya yaitu: Rangking 1 dan 2. Mean = (1+2)/2 = 1.5
Maka berikut ini adalah hasil normalisasi dari kriteria pada metode
oreste yang dapat dilihat pada Tabel 2.56 sebagai berikut:
Tabel 3.45. Nilai Normalisasi terhadap Kriteria
60
Buku Panduan Model CBL
No Alternatif Kriteria
C1 C2 C3 C4 C5
1 Laptop1 2,5 2,5 1,5 2 1,5
2 Laptop2 2,5 1 3 2 1,5
3 Laptop3 1 2,5 1,5 2 3
Kemudian Menghitung nilai Distance Score D(aj,cj) =[½ r cj R + ½
r cj (a)R Setiap pasangan alternatif dan kriteria sebagai skor jarak dan untuk
posisi ideal ditempati oleh alternatif terbaik serta kriteria yang paling
penting. Skor ini merupakan nilai rata-rat Besson Rank R cj kriteria cj
alternatif a dalam kriteria Cj. Diketahui R=3 dan Cj (a) ] 1/r dan Besson
Rank r cj (a).
Maka,
D (a1 , c1) = ([ ½*2.5^] + [ ½*1^3]) akar 3 = 2.026
D (a2 ,c1) = ([ ½*2.5^3] + [ ½*1^3]) akar 3 = 2.026
D (a3 , c1) = ([ ½*1^3] + [ ½*1^3]) akar 3 = 1
D (a1 , c2) = ([ ½*2.5^3] + [ ½*2^3]) akar 3 = 2.277
D (a2 , c2) = ([ ½*1^3] + [ ½*2^3]) akar 3 = 1.651
D (a3 , c2) = ([ ½*2.5^3] + [ ½*2^3]) akar 3 = 2.277
D (a1 , c3) = ([ ½*1.5^3] + [ ½*3^3]) akar 3 = 2.476
D (a2 , c3) = ([ ½*3^3] + [ ½*3^]) akar 3 = 3.000
D (a3 , c3) = ([ ½*1.5^3] + [ ½*3^3]) akar 3 = 2.476
D (a1 , c4) = ([ ½*2^3] + [ ½*4^3]) akar 3 = 3.302
D (a2 , c4) = ([ ½*2^3] + [ ½*4^3]) akar 3 = 3.302
D (a3 , c4) = ([ ½*2^3] + [ ½*4^3]) akar 3 = 3.302
D (a1 , c5) = ([ ½*1.5^3] + [ ½*5^3]) akar 3 = 4.003
D (a2 , c5) = ([ ½*1.5^3] + [ ½*5^3]) akar 3 = 4.003
D (a3 , c5) = ([ ½*3^3] + [ ½*5^3]) akar 3 = 4.235
Berikut ini adalah hasil akumulasi nilai Distance Scorenya yang daapt dilihat
pada Tabel 3.46 sebagai berikut:
Tabel 3.46. Nilai Akumulasi Distance Scorenya
No Alternatif Kriteria
C1 C2 C3 C4 C5
1 Laptop1 2,026 2,277 2,476 3,302 4,003
2 Laptop2 2,026 1,651 3 3,302 4,003
3 Laptop3 1 2,277 2,476 3,302 4,235
Kemudian Menghitung Nilai Preferensi dari Nilai Distance Score
61
Buku Panduan Model CBL
V1 = (2.026 * 0.45) + (2.277* 0.25) + (2.476*0.15) + (3.302*0.10) +
(4.003*0.05) = 2.3826
V2 = (2.026 * 0.45) + (1.651* 0.25) + (3*0.15) + (3.302*0.10) +
(4.003*0.05) = 2.3045
V3 = (1 * 0.45) + (2.277* 0.25) + (2.476*0.15) + (3.302*0.10) +
(4.235*0.05) = 1.9327
Hasil dari perhitungan dengan metode oreste di rangkingkan dengan
mengambil nilai terendah sebagai rangking tertinggi yang dapat dilihat pada
Tabel 3.47 di bawah ini:
Tabel 3.47. Perangkingan Metode Oreste
No Nama Alternatif Nilai Prefrensi Rangking
1 Laptop 1 2.3826 Rangking 3
2 Laptop 2 2.3045 Rangking 2
3 Laptop 3 1.9327 Rangking 1
6. Metode Hybrida
Metode Hybrid (Metode AHP dan SAW) merupakan metode yang
fundamental selain metode MFEP (Multi Factor Evaluation Process).
Metode ini terlihat memiliki proses penyelesaian yang merupakan
penggabungan metode Analythical Hierarchy Process (AHP) dan metode
Simple Additive Weighting (SAW). Adapun algoritma penyelesaian
metode ini yaitu:
Adapun algoritma penyelesaian metode Analythical Hierarchy
Process (AHP) yaitu sebagai berikut:
a. Mendefinisikan terlebih dahulu kriteria-kriteria yang akan di jadikan
sebagai tolak ukur penyelesaian masalah dan menentukan tingkat
kepentingan dari setiap kriteria.
b. Menghitung Nilai Matriks Perbandingan dari masing-masing kriteria
berdasarkan Tabel nilai kepentingan (Tabel saaty)
c. Menghitung nilai bobot kriteria (Wj)
d. Menghitung nilai bobot preferensi (Vi) : (lihat rumus yang digunakan
pada metode Simple Additive Weighting)
e. Perangkingkan
62
Buku Panduan Model CBL
Agar lebih memahami berikut ini adalah contoh soal untuk
penyelesaian Metode Metode Hybrid (Metode AHP dan SAW) yaitu:
Contoh Soal: Pada bagian marketing di perusahaan yang bergerak di
bidang perangkat teknologi ingin ekspansi dan mengembangkan pangsa
pasar di berbagai daerah. Adapun perangkat teknologi yang sedang di
analisis yaitu Handphone. Ada 4 tipe handphone yang akan di analisis
untuk melihat sejauh mana daya serap konsumen selama ini terhadap 4
tipe handphone tersebut. Berikut ini adalah Tabel 3.48 properti dari
handphone tersebut. Adapun tipe kita sebut HP1, HP2, HP3 dan HP4.
Tabel 3.48. Prpoperti HP untuk masing-masing Alternatif Metode Hybrid
Alternatif
Harga Memori Warna Kamera Berat Kenunikan
(Juta) (MB) (Kb) (MP) (Gram)
HP1 2,3 35 256 2 126 1
HP2 3,1 42 256 3,2 116 3
Hp3 3,7 40 256 3,2 134 5
Hp4 4,7 90 16000 2 191 7
Variable K1 K2 K3 K4 K5 K6
Penyelesaian:
Menentukan skala prioritas dari setiap kriteria. Dalam hal ini berdasarkan
evaluasi tim marketing: K1(Harga) merupakan prioritas Utama, kemudian
K6(Keunikan) dan K5(Berat) merupakan prioritas Kedua serta
K2(Memori), K3(Warna) dan K4(Kamera) merupakan prioritas terakhir.
Maka masalah di atas dapat di dekomposikan kedalam tangga prioritas
seperti gambar di bawah ini:
Gambar 3.1 Tangga Prioritas Metode Hybrid
Kemudian Menghitung Nilai Pairwise Matrix (Matriks Perbandingan
Berpasangan) dari setiap kriteria. Berikut ini adalah Tabel 3.49 matriks
perbandingan berpasangan dari kriteria di atas yaitu sebagai berikut.
K2, K3, K4
K1
K6, K5
1. Produk Buku Model CBL.pdf
1. Produk Buku Model CBL.pdf
1. Produk Buku Model CBL.pdf
1. Produk Buku Model CBL.pdf
1. Produk Buku Model CBL.pdf
1. Produk Buku Model CBL.pdf
1. Produk Buku Model CBL.pdf
1. Produk Buku Model CBL.pdf
1. Produk Buku Model CBL.pdf
1. Produk Buku Model CBL.pdf
1. Produk Buku Model CBL.pdf
1. Produk Buku Model CBL.pdf
1. Produk Buku Model CBL.pdf
1. Produk Buku Model CBL.pdf
1. Produk Buku Model CBL.pdf
1. Produk Buku Model CBL.pdf
1. Produk Buku Model CBL.pdf
1. Produk Buku Model CBL.pdf
1. Produk Buku Model CBL.pdf
1. Produk Buku Model CBL.pdf
1. Produk Buku Model CBL.pdf
1. Produk Buku Model CBL.pdf
1. Produk Buku Model CBL.pdf
1. Produk Buku Model CBL.pdf
1. Produk Buku Model CBL.pdf
1. Produk Buku Model CBL.pdf
1. Produk Buku Model CBL.pdf
1. Produk Buku Model CBL.pdf
1. Produk Buku Model CBL.pdf
1. Produk Buku Model CBL.pdf
1. Produk Buku Model CBL.pdf
1. Produk Buku Model CBL.pdf
1. Produk Buku Model CBL.pdf
1. Produk Buku Model CBL.pdf
1. Produk Buku Model CBL.pdf
1. Produk Buku Model CBL.pdf
1. Produk Buku Model CBL.pdf
1. Produk Buku Model CBL.pdf
1. Produk Buku Model CBL.pdf
1. Produk Buku Model CBL.pdf
1. Produk Buku Model CBL.pdf
1. Produk Buku Model CBL.pdf

More Related Content

Similar to 1. Produk Buku Model CBL.pdf

1.3b 3.1.2b problem based learning fis
1.3b 3.1.2b problem based learning fis1.3b 3.1.2b problem based learning fis
1.3b 3.1.2b problem based learning fis
PPKHBFISIKAPATI
 
numbered head together Vanny Nurliyanthy 0903626
numbered head together Vanny Nurliyanthy 0903626numbered head together Vanny Nurliyanthy 0903626
numbered head together Vanny Nurliyanthy 0903626
Interest_Matematika_2011
 
Model pembelajaran lc
Model pembelajaran lcModel pembelajaran lc
Model pembelajaran lc
Zuha Farhana
 
Problem based learning
Problem based learningProblem based learning
Problem based learning
Zuha Farhana
 
PROBLEM BASED LEARNING.pptx
PROBLEM BASED LEARNING.pptxPROBLEM BASED LEARNING.pptx
PROBLEM BASED LEARNING.pptx
hilda405137
 

Similar to 1. Produk Buku Model CBL.pdf (20)

Bab ii
Bab iiBab ii
Bab ii
 
Problem based learning
Problem based learningProblem based learning
Problem based learning
 
Strategi Belajar Mengajar - Mulyana Sumantri
Strategi Belajar Mengajar - Mulyana SumantriStrategi Belajar Mengajar - Mulyana Sumantri
Strategi Belajar Mengajar - Mulyana Sumantri
 
2. model pemb. masalah
2. model pemb. masalah2. model pemb. masalah
2. model pemb. masalah
 
problem based learning (PBL) pembelajaran berbasis masalah
problem based learning (PBL) pembelajaran berbasis masalahproblem based learning (PBL) pembelajaran berbasis masalah
problem based learning (PBL) pembelajaran berbasis masalah
 
Strategi Belajar Mengajar (Mulyana Sumantri)
Strategi Belajar Mengajar (Mulyana Sumantri)Strategi Belajar Mengajar (Mulyana Sumantri)
Strategi Belajar Mengajar (Mulyana Sumantri)
 
1.3b 3.1.2b problem based learning fis
1.3b 3.1.2b problem based learning fis1.3b 3.1.2b problem based learning fis
1.3b 3.1.2b problem based learning fis
 
Modul model pembelajaran
Modul model pembelajaran Modul model pembelajaran
Modul model pembelajaran
 
PPT_MODEL_BERBASIS_MASALAH_pptx.pptx
PPT_MODEL_BERBASIS_MASALAH_pptx.pptxPPT_MODEL_BERBASIS_MASALAH_pptx.pptx
PPT_MODEL_BERBASIS_MASALAH_pptx.pptx
 
numbered head together Vanny Nurliyanthy 0903626
numbered head together Vanny Nurliyanthy 0903626numbered head together Vanny Nurliyanthy 0903626
numbered head together Vanny Nurliyanthy 0903626
 
Best Practice_Andrian.pdf
Best Practice_Andrian.pdfBest Practice_Andrian.pdf
Best Practice_Andrian.pdf
 
Model pembelajaran lc
Model pembelajaran lcModel pembelajaran lc
Model pembelajaran lc
 
Bab ii blm
Bab ii blmBab ii blm
Bab ii blm
 
Model model pembelajaran
Model model pembelajaranModel model pembelajaran
Model model pembelajaran
 
Deri
DeriDeri
Deri
 
PEMBELAJARAN MATEMATIKA BERBASIS MASALAH (Gina Nur Hidayani 0903655))
PEMBELAJARAN MATEMATIKA BERBASIS MASALAH (Gina Nur Hidayani 0903655))PEMBELAJARAN MATEMATIKA BERBASIS MASALAH (Gina Nur Hidayani 0903655))
PEMBELAJARAN MATEMATIKA BERBASIS MASALAH (Gina Nur Hidayani 0903655))
 
Model pembelajaran
Model pembelajaranModel pembelajaran
Model pembelajaran
 
3.2 Model-Model Pembelajaran.pptx
3.2 Model-Model Pembelajaran.pptx3.2 Model-Model Pembelajaran.pptx
3.2 Model-Model Pembelajaran.pptx
 
Problem based learning
Problem based learningProblem based learning
Problem based learning
 
PROBLEM BASED LEARNING.pptx
PROBLEM BASED LEARNING.pptxPROBLEM BASED LEARNING.pptx
PROBLEM BASED LEARNING.pptx
 

Recently uploaded

PPT SOSIALISASI PENGELOLAAN KINERJA GURU DAN KS 2024.pptx
PPT SOSIALISASI PENGELOLAAN KINERJA GURU DAN KS 2024.pptxPPT SOSIALISASI PENGELOLAAN KINERJA GURU DAN KS 2024.pptx
PPT SOSIALISASI PENGELOLAAN KINERJA GURU DAN KS 2024.pptx
MaskuratulMunawaroh
 
Laporan RHK PMM Observasi Target Perilaku.docx
Laporan RHK PMM Observasi Target Perilaku.docxLaporan RHK PMM Observasi Target Perilaku.docx
Laporan RHK PMM Observasi Target Perilaku.docx
Jajang Sulaeman
 
Surat Pribadi dan Surat Dinas 7 SMP ppt.pdf
Surat Pribadi dan Surat Dinas 7 SMP ppt.pdfSurat Pribadi dan Surat Dinas 7 SMP ppt.pdf
Surat Pribadi dan Surat Dinas 7 SMP ppt.pdf
EirinELS
 
1. Kisi-kisi PAT IPA Kelas 7 Kurmer 2024
1. Kisi-kisi PAT IPA Kelas 7 Kurmer 20241. Kisi-kisi PAT IPA Kelas 7 Kurmer 2024
1. Kisi-kisi PAT IPA Kelas 7 Kurmer 2024
DessyArliani
 

Recently uploaded (20)

Skenario Lokakarya 2 Pendidikan Guru Penggerak
Skenario Lokakarya 2 Pendidikan Guru PenggerakSkenario Lokakarya 2 Pendidikan Guru Penggerak
Skenario Lokakarya 2 Pendidikan Guru Penggerak
 
Webinar 1_Pendidikan Berjenjang Pendidikan Inklusif.pdf
Webinar 1_Pendidikan Berjenjang Pendidikan Inklusif.pdfWebinar 1_Pendidikan Berjenjang Pendidikan Inklusif.pdf
Webinar 1_Pendidikan Berjenjang Pendidikan Inklusif.pdf
 
MODUL AJAR SENI RUPA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR SENI RUPA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdfMODUL AJAR SENI RUPA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR SENI RUPA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
 
Detik-Detik Proklamasi Indonesia pada Tahun 1945
Detik-Detik Proklamasi Indonesia pada Tahun 1945Detik-Detik Proklamasi Indonesia pada Tahun 1945
Detik-Detik Proklamasi Indonesia pada Tahun 1945
 
PPT SOSIALISASI PENGELOLAAN KINERJA GURU DAN KS 2024.pptx
PPT SOSIALISASI PENGELOLAAN KINERJA GURU DAN KS 2024.pptxPPT SOSIALISASI PENGELOLAAN KINERJA GURU DAN KS 2024.pptx
PPT SOSIALISASI PENGELOLAAN KINERJA GURU DAN KS 2024.pptx
 
contoh-kisi-kisi-bahasa-inggris-kelas-9.docx
contoh-kisi-kisi-bahasa-inggris-kelas-9.docxcontoh-kisi-kisi-bahasa-inggris-kelas-9.docx
contoh-kisi-kisi-bahasa-inggris-kelas-9.docx
 
Prov.Jabar_1504_Pengumuman Seleksi Tahap 2_CGP A11 (2).pdf
Prov.Jabar_1504_Pengumuman Seleksi Tahap 2_CGP A11 (2).pdfProv.Jabar_1504_Pengumuman Seleksi Tahap 2_CGP A11 (2).pdf
Prov.Jabar_1504_Pengumuman Seleksi Tahap 2_CGP A11 (2).pdf
 
Bioteknologi Konvensional dan Modern kelas 9 SMP
Bioteknologi Konvensional dan Modern  kelas 9 SMPBioteknologi Konvensional dan Modern  kelas 9 SMP
Bioteknologi Konvensional dan Modern kelas 9 SMP
 
Intellectual Discourse Business in Islamic Perspective - Mej Dr Mohd Adib Abd...
Intellectual Discourse Business in Islamic Perspective - Mej Dr Mohd Adib Abd...Intellectual Discourse Business in Islamic Perspective - Mej Dr Mohd Adib Abd...
Intellectual Discourse Business in Islamic Perspective - Mej Dr Mohd Adib Abd...
 
Laporan RHK PMM Observasi Target Perilaku.docx
Laporan RHK PMM Observasi Target Perilaku.docxLaporan RHK PMM Observasi Target Perilaku.docx
Laporan RHK PMM Observasi Target Perilaku.docx
 
Materi Modul 1.4_Fitriani Program guru penggerak
Materi Modul 1.4_Fitriani Program guru penggerakMateri Modul 1.4_Fitriani Program guru penggerak
Materi Modul 1.4_Fitriani Program guru penggerak
 
Modul Ajar IPAS Kelas 4 Fase B Kurikulum Merdeka [abdiera.com]
Modul Ajar IPAS Kelas 4 Fase B Kurikulum Merdeka [abdiera.com]Modul Ajar IPAS Kelas 4 Fase B Kurikulum Merdeka [abdiera.com]
Modul Ajar IPAS Kelas 4 Fase B Kurikulum Merdeka [abdiera.com]
 
Aksi Nyata profil pelajar pancasila.pptx
Aksi Nyata profil pelajar pancasila.pptxAksi Nyata profil pelajar pancasila.pptx
Aksi Nyata profil pelajar pancasila.pptx
 
Surat Pribadi dan Surat Dinas 7 SMP ppt.pdf
Surat Pribadi dan Surat Dinas 7 SMP ppt.pdfSurat Pribadi dan Surat Dinas 7 SMP ppt.pdf
Surat Pribadi dan Surat Dinas 7 SMP ppt.pdf
 
SISTEM SARAF OTONOM_.SISTEM SARAF OTONOM
SISTEM SARAF OTONOM_.SISTEM SARAF OTONOMSISTEM SARAF OTONOM_.SISTEM SARAF OTONOM
SISTEM SARAF OTONOM_.SISTEM SARAF OTONOM
 
1. Kisi-kisi PAT IPA Kelas 7 Kurmer 2024
1. Kisi-kisi PAT IPA Kelas 7 Kurmer 20241. Kisi-kisi PAT IPA Kelas 7 Kurmer 2024
1. Kisi-kisi PAT IPA Kelas 7 Kurmer 2024
 
PPT PENDIDIKAN KELAS RANGKAP MODUL 3 KELOMPOK 3.pptx
PPT PENDIDIKAN KELAS RANGKAP MODUL 3 KELOMPOK 3.pptxPPT PENDIDIKAN KELAS RANGKAP MODUL 3 KELOMPOK 3.pptx
PPT PENDIDIKAN KELAS RANGKAP MODUL 3 KELOMPOK 3.pptx
 
Topik 4_Eksplorasi Konsep LK Kelompok_Pendidikan Berkelanjutan
Topik 4_Eksplorasi Konsep LK Kelompok_Pendidikan BerkelanjutanTopik 4_Eksplorasi Konsep LK Kelompok_Pendidikan Berkelanjutan
Topik 4_Eksplorasi Konsep LK Kelompok_Pendidikan Berkelanjutan
 
RENCANA + Link2 MATERI Training _"SISTEM MANAJEMEN MUTU (ISO 9001_2015)".
RENCANA + Link2 MATERI Training _"SISTEM MANAJEMEN MUTU (ISO 9001_2015)".RENCANA + Link2 MATERI Training _"SISTEM MANAJEMEN MUTU (ISO 9001_2015)".
RENCANA + Link2 MATERI Training _"SISTEM MANAJEMEN MUTU (ISO 9001_2015)".
 
AKSI NYATA TOPIK 1 MERDEKA BELAJAR. PPTX
AKSI NYATA TOPIK 1 MERDEKA BELAJAR. PPTXAKSI NYATA TOPIK 1 MERDEKA BELAJAR. PPTX
AKSI NYATA TOPIK 1 MERDEKA BELAJAR. PPTX
 

1. Produk Buku Model CBL.pdf

  • 1. 1 Buku Panduan Model CBL BAB I PENDAHULUAN BAB Ini Membahas: A. DEFINISI MODEL B. RASIONALITAS
  • 2. 2 Buku Panduan Model CBL Model didefinisikan sebagai sturktur konseptual sebagai pada suatu bidang yang telah berhasil dikembangkan dan telah daapt diimplementasikan terutama dalam langkah membimbing peneltiian dalam bidang lain yang belum berkembang. Model juga didefenisikan sebagai konsep yang digunakan untuk mempresentasikan sesuatu yang nyata yang dikonversi menjadi sesuatu yang lebih komperhensif. Mark and Goodson (1976:235). Model pembelajaran disitilahkan menjadi sesutu yang mengarah pada pendekatan pembelajaran, baik berupa tujuan, lingkungan, sintaks, dan tujuan pengolahan. Model memiliki beberapa jenis seperti model pembelajaran langsung, model pembelajaran berbasis masalah, model kooperatif, model diskusi dan model pembelajaran strategi. Pada umumnya semua model pembelajaran, setiap dosen harus tebuka dengan mahasiswa dalam hal pembelajaran. Sehingga dosen juga mampu mengarahkan mahasiswa melakukan lebih baik dengan cara mereka sendiri, sehingga mahasiswa mampu secara bertahap memahami model itu sendiri. Pembelajaran berbasis kompetensi memiliki karekteristik untuk membuat pendidik agar memberikan inovasi dan penambahan masukkan untuk menentukan metode dalam proses pembelajaran yang baik. Aronson dan Patnoe (2011:68), menyatakan bahwa siswa yang diajarkan menggunakan model jigsaw menunjukkan peningkatan akademik yang lebih besar daripada siswa yang diajarkan dengan model konvensional. Model pembelajaran Competency Based Learning (CBL) yang digagas ini menggunakan perpaduan antara model pembelaran Problem Based Learning dan model pembelajaran kolaboartif tipe jigsaw. 1. Pengertian Model Problem Based Learning (PBL) Problem Based Learning ialah model pembelajaran yang menggunakan masalah sebagai pendekatan tahap pertama untuk menemukan pengetahuan yang baru. Savin-Baden (2004), mengemukakan bahwa pembelajaran berbasis masalah dengan pendekatan pedagogis menggunakan masalah sebagai pemicu dalam proses pembelajaran. PBL juga mensyaratkan siswa A Definisi Model CBL
  • 3. 3 Buku Panduan Model CBL bekerja secara kooperatif di kelas. Siswa fokus pada penyelesaian masalah menjadi karekteristik poin utama PBL. Ertmer (2015), memberikan pendapat bahwa PBL, menyiratkan siswa memecahkan masalah dengan cara mengikuti langkah metode ilmiah, sehingga mereka dapat belajar pemecahan masalah pada saat yang sama mereka memiliki keterampilan yang diperlukan untuk menyelesaikannya. Model Problem Based Learning dalam proses pembelajaranya menciptakan masalah sebenarnya terhadap siswa karena mulai dari proses pertama pembelajaran, melakukan tinjauan lapangan serta uji coba di lab hingga kepada diskusi dan presentasi pengajuan masalah berfokus kepada untuk mencari solusi terbaik dalam proses memcahkan masalah. Dalam program pembelajaran berbasis masalah ini, merancang agar siswa memperoleh keterampilan dalam pemecahan masalah dengan membeerikan masalah diawal pembelajaran, menyelesaikan masalah, dan memiliki strategi dan keterampilan sebagai bagian dari tim sehingga terbentuk kolaborasi yang erat dan positif. Pendekatan sistemik digunakan dalam memecahkan masalah atau tantangan yang dibutuhkan dalam kehidupan sehari-hari (Amir, 2009). Pendapat lain, Duch, Groh & Allen, (2001) menyatakan bahwa permsalahan yang disampaikan dalam kelas PBL, disamping kurang terstruktur juga kompleks dan realistik. Masalah memerlukan kreativitas mahasiswa menentukan apa gambaran kebutuhan yang diperlukan, kenapa, apakah informasi yang berkaitan dan apa langkah yang dibutuhkan terhadap menyelesaikan masalah. Mahasiswa harus memberikan pilihan informasi yang ada karena tidak semua informasi yang didapatkan berhubungan dengan masalah dalam PBL yang akan diselesaikan. Tahapan yang akan dilaksanakan pada model pembelajaran berbasis masalah dapat dilihat pada Tabel 1.1 di bawah ini: Tabel 1.1 Tahapan Pembelajaran Problem Based Learning (PBL) Tahapan Pembelajaran Kegiatan Dosen Tahap 1 Orientasi peserta didik pada masalah Dosen memberikan penjelasan tujuan pembelajaran, logistik yang dibutuhakn, mengajukan demosntrasi atau cerita untuk menimbulkan masalah, memotivasi mahasiswa untuk terlibat dalam aktivitas pemecahan masalah.
  • 4. 4 Buku Panduan Model CBL Tabel 1.1 Tahapan Pembelajaran Problem Based Learning (PBL) Lanjutan Tahapan Pembelajaran Kegiatan Dosen Tahap 2 Mengorganisasi peserta didik Dosen membagi mahasiswa ke dalam kelompok, membantu mahasiswa mendefinisikan dan mengorganisasikan tugas belajar yang berhubungan dengan masalah. Tahap 3 Membimbing penyelidikan individu maupun kelompok Dosen mendorong peserta didik untuk mengumpulkan informasi yang dibutuhkan, melaksanakan eksperimen dan penyelidikan untuk mendapatkan penjelasan dan pemecahan masalah. Tahap 4 Mengembangkan dan menyajikan hasil Dosen membantu mahasiswa dalam merencanakan dan menyiapkan laporan, dokumentasi, atau model, dan membantu mereka berbagi tugas dengan sesama temannya. Tahap 5 Menganalisis dan mengevaluasi proses dan hasil pemecahan masalah Dosen membantu mahasiswa untuk melakukan refleksi atau evaluasi terhadap proses dan hasil penyelidikan yang mereka lakukan. Sumber: (Trianto, 2007) 2. Pengertian Model Pembelajaran Collaborative Jigsaw Rusman (2012:218) menyatakan bahwa “pembelajaran kooperatif tipe jigsaw merupakan model belajar kooperatif dengan cara siswa belajar dalam kelompok kecil yang terdiri dari empat sampai enam orang secara heterogen di mana siswa saling bekerja sama saling ketergantungan positif serta bertanggung jawab secara mandiri. Sedangkan Isjoni (2013:54) menyatakan bahwa model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw merupakan salah satu model pembelajaran yang mendorong siswa aktif dan saling membantu dalam menguasai materi pelajaran untuk mencapai prestasi yang maksimal. Sementara itu menurut Shoimin (2014:90) model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw menitikberatkan pada kerja kelompok dalam bentuk kelompok kecil. Dalam penerapan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw, setiap anggota kelompok diberi bagian materi yang harus dipelajari oleh seluruh kelompok dan menjadi pakar di bagiannya. Dalam model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw, para siswa mempelajari bagian-bagian yang berbeda dengan yang dipelajari oleh
  • 5. 5 Buku Panduan Model CBL teman satu timnya. Hal ini berguna untuk membantu para ahli menguasai informasi yang unik, sehingga membuat tim sangat menghargai kontribusi tiap anggotanya. Secara garis besar, sintak model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw ditunjukkan pada Tabel 1.2 di bawah ini: Tabel 1.2 Sintak Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw Fase-fase Perilaku Guru Fase 1 Menyampaikan tujuan dan memotivasi siswa Guru menyampaikan semua tujuan pembelajaran yang ingin dicapai pada pembelajaran tersebut dan memotivasi siswa belajar. Fase 2 Menyajikan Informasi Guru menyajikan informasi kepada siswa dengan jalan menyuguhkan berbagai fakta, pengalaman yang berkaitan langsung dengan materi pelajaran. Fase 3 Group atau kelompok asal/dasar Siswa dikelompokkan menjadi kelompok asal/dasar dengan anggota 5 sampai 6 orang dengan kemampuan akademik yang heterogen. Setiap anggota kelompok diberikan sub pokok bahasan atau topik yang berbeda untuk mereka pelajari. Fase 4 Kelompok ahli atau export grouip Guru menyuruh siswa yang mendapat topik sama berdiskusi dalam kelompok ahli Fase 5 Tim ahli kembali pada kelompok Siswa kembali ke kelompok asal/dasar untuk menjelaskan apa yang mereka dapatkan dalam kelompok ahli. Fase 6 Evaluasi Semua siswa diberikan tes yang melingkupi semua topik. Fase 7 Memberikan penghargaan Guru memberikan penghargaan baik secara individu maupun kelompok. (Sumber: Rusman, 2012) 3. ”Pengertian Model Competency Based Learning Kompetensi (Competence) menurut Hall dan Jones (Muslich, 2011:15) adalah pernyataan yang menggambarkan penampilan suatu kemampuan tertemtu secara bulat yang merupakan perpaduan antara pengetahuan dan kemampuan yang dapat diamati dan diukur. Berdasarkan
  • 6. 6 Buku Panduan Model CBL PP Nomor 32 Tahun 2013, kompetensi diartikan sebagai perangkar sikap, pengetahuan dan keterampilan yang harus dimiliki, dihayati dan dikuasai oleh peserta didik setelah proses pembelajaran. Menurut Hall, G. E and H. L. Jones (1976:29) kompetensinya merupakan pernyataan yang menggambarkan penampilan kapasitas tertentu secara bulat, yang merupakan kombinasi dari pengetahuan dan kemampuan yang diamati dan diukur. Sistem pembelajaran dihadapi dengan banyak masalah. Model pembelajaran Competency Based Learning dapat meningkatkan kemampuan untuk menghadapi dan menyelesaikan masalah yang berdasarkan pada masalah dari proses pembelajaran mahasiswa terhadap matakuliah, untuk menambah kemampuan cara berfikir tingkat tinggi. Suasana kondusif, terbuka, negosiasi, dan demokratis merupakan kondisi yang tetap harus dipelihara. Pembelajaran berbasis kompetensi adalah pendekatan terhadap pendidikan yang berfokus pada demonstrasi hasil belajar yang diinginkan siswa sebagai pusat proses pembelajaran. Hal ini terutama berkaitan dengan perkembangan mahasiswa melalui kurikulum dengan kecepatan, kedalaman, dan lain-lain mereka sendiri. Karena kompetensi terbukti, siswa terus mengalami kemajuan. Kompetensi ialah suatu keahlian akan tugas, keterampilan, sikap, dan apresiasi yang diperlukan untuk menunjang. Pernyataan di atas dapat dipaparkan sebagai: “… competencies for vocational and technical education are those tasks, skills, attitudes, values, and appreciations that are deemed critical to successful employment”. Dari penjelasan tersebut kompetensi memiliki agregat pengetahuan, keterampilan, dan sikap yang mampu mendukung keberhasilan dalam melakukan pekerjaan, dan untuk mencapai kompetensi lulusan diperlukan kurikulum. Robert A. Roe (2001), menyatakan bahwa kompetensi adalah: Competence is defined as the ability to adequately perform a task, duty or role. Competence integrates knowledge, skills, personal values and attitudes. Competence builds on knowledge and skills and is acquired through work experience and learning by doing. Dari definisi tersebut
  • 7. 7 Buku Panduan Model CBL kompetensi dapat digambarkan sebagai kemampuan untuk melaksanakan satu peran atau tugas, kemampuan mengintegrasikan pengetahuan, ketrampilan-ketrampilan, sikap-sikap dan nilai-nilai pribadi, dan kemampuan untuk membangun pengetahuan dan keterampilan yang didasarkan pada pengalaman dan pembelajaran yang dilakukan. Book, P. (2014) menyatakan bahwa: Pembelajaran berbasis kompetensi dimulai dengan mengidentifikasi kompetensi atau keterampilan tertentu, dan memungkinkan peserta didik untuk mengembangkan penguasaan setiap kompetensi atau keterampilan pada langkah mereka sendiri, biasanya bekerja dengan seorang mentor. Peserta didik dapat mengembangkan hanya kompetensi atau keterampilan yang mereka rasa mereka butuhkan (yang semakin mereka dapat menerima 'lencana' atau beberapa bentuk pengakuan yang divalidasi), atau dapat menggabungkan seluruh rangkaian kompetensi menjadi kualifikasi penuh, seperti sertifikat, diploma atau semakin penuh. Peserta didik bekerja secara individual, biasanya online, bukan dalam kelompok. Jika peserta didik dapat menunjukkan bahwa mereka telah memiliki penguasaan kompetensi atau keterampilan tertentu, melalui tes atau beberapa bentuk penilaian pembelajaran sebelumnya, mereka mungkin diizinkan untuk pindah ke tingkat kompetensi berikutnya tanpa harus mengulangi program studi yang ditentukan untuk siswa. kompetensi sebelumnya. Pembelajaran berbasis kompetensi mencoba melepaskan diri dari model kelas yang dijadwalkan secara teratur, di mana siswa mempelajari materi pelajaran yang sama dengan kecepatan yang sama dalam kelompok mahasiswa yang sama. Nilai pembelajaran berbasis kompetensi untuk mengembangkan keterampilan praktis atau kejuruan atau kompetensi lebih jelas, tetapi pembelajaran berbasis kompetensi semakin digunakan untuk pendidikan yang membutuhkan pengembangan keterampilan yang lebih abstrak atau akademik, kadang-kadang dikombinasikan dengan kursus atau program berbasis kelompok lainnya.
  • 8. 8 Buku Panduan Model CBL 3.1 Prinsip Model Competency Based Learning a. Bertujaun pada proses belajar 1) Siswa menjadi tujuan pembelajaran. 2) Subjek Pembelajaran adalah siswa. 3) Memperhatikan perbedaan dan kecepatan siswa b. Terpadu 1) Proses pengelolaan pembelajaran dilakukan secara terpadu. 2) Kompetensi menjadi hasil akhir pembelajaran c. Individual 1) Peluang untuk melakukan pembelajaran secara individual d. Ketuntasan 1) Bertujuan pada keberhasilan belajar 2) Perlahan-lahan maju secara terus-menerus e. Pemecahan masalah 1) Pemecahan masalah yang terjadi di masyarakat dijadikan tujuan. 2) Pembelajaran Kontekstual f. Pengalaman dijadikan dasar Pembelajaran
  • 9. 9 Buku Panduan Model CBL Pendekatan filosofis untuk menjelaskan suatu masalah dapat diterapkan dalam aspek-aspek kehidupan manusia, termasuk dalarn pendidikan. Filsafat tidak hanya melahirkan pengetahuan banu, melainkan juga melahirkan filsafat pendidikan. Filsafat pendidikan adalah filsafat terapan untuk memecahkan masalah-masalah pendidikan yang dihadapi. John Dewey (1964) berpendapat bahwa filsafat merupakan teon umum tentang pendidikan. Filsafat sebagai suatu sistem berpikir akan menjawab persoalan-persoalan pendidikan yang bersifat filosofis dan memerlukan jawaban filosofis pula. Teori dan praktek pendidikan memiliki spektrum yang sangat luas mencakup seluruh pemikiran dan pengalaman tentang tujuan, proses, serta hasil pendidikan. Pendidikan dapat dipelajari secara empirik berdasarkan pengalaman maupun melalui perenungan dengan melihat makna pendidikan dalam konteks yang lebih luas. Perguruan Tinggi Negeri maupun Swasta, merupakan bagian dari penunjang pendidikan nasional, karena melaksanakan peran pendidikan yang bertujuan mencapai insan yang memiliki ilmu dengan adab yang baik. Proses belajar yang dilakukan memberikan dampak yang begitu signifikan dalam meluluskan sejumlah sarjana dengan berbagai jurusan bidang ilmu pengetahuan. Pada waktu yang akan datang diharapkan siap bersaing menghadapi dunia kerja pada setiap tahunnya demi tercapainya perkembangan ekonomi yang baik. Lulusan yang dihasilkan diharapkan benar-benar mampu menghadapi dunia kerja yang sudah semakin maju dalam menjalani kemajuan teknologi yang terus berkembang. Hal ini berdampak kepada lulusan yang terus dituntut untuk dapat menjadi lulusan yang menguasai ilmu yang dapat diterapkan dalam dunia kerja sehingga dapat terus bersaing untuk memajukan perekonomian bangsa ini. Pada STMIK Triguna Dharma Medan jurusan Sistem Informasi semester VI terdapat kurikulum yang di dalamnya memiliki mata kuliah Sistem Pendukung Keputusan di mana hasil belajar yang ada setiap semesternya masih belum baik dikarenakan beberapa faktor dari model pembelajaran yang dilaksanakan dan beberapa faktor lain seperti fasilitas yang B Rasionalitas
  • 10. 10 Buku Panduan Model CBL digunakan, dan salah satu faktor yang tidak bisa diabaikan ialah rendahnya minat belajar mahasiswa. Model pembelajaran CBL adalah proses mengajar menggunakan pendekatan kelompok dimana proses dilakukan dalam bentuk bekerja bersama-sama untuk menciptakan konsep dan membawa mahasiswa fokus terhadap peristiwa atau masalah yang ada. Keterampilan berpikir kritis perlu dikembangkan sebagai wahana penemuan dan pengembangan konsep, prinsip dan teori dalam memahami matakuliah sistem pendukung keputusan. Pada tahap selanjutnya konsep pembelajaran yang digunakan terhadap mahasiswa dengan berbasis analisis pada matakuliah sistem pendukung keputusan, nantinya diharapkan setiap mahasiswa dan peserta didik mempunyai skill atau kemampuan dalam bidang analisis, konsep perancangan dan penyelesaian terhadap permasalahan-permasalahan sistem pendukung keputusan. Dari peninjauan di lapangan kenyataannya mahasiswa mengalami kendala untuk mengintegrasikan antara konsep algoritma dan analisis terhadap rancangan pemrogramannya. Dari permasalahan tersebut dengan demikian dibutuhkan suatu model pembelajaran yang terpadu agar bias memberikan solusi terkait permasalahan dalam memahami metode dan konsep algoritma untuk menganalisis, dan juga penjelasan dalam perancangan terhadap algoritma yang digunakan. Pengemban Model Compentency Based Learning Berbasis Android ini merupakan suatu model pembelajaran berlandaskan atas teori belajar koneksionisme dan konektivisme. Koneksionisme terkait dengan pemahaman terkait materi-materi dalam satu mata kuliah yang saling terhubung antara stimulus dan respon sedangkan teori belajar Konektivisme memiliki peran sebagai teori yang mengintegrasikan antara Teknologi dan Strategi Pembelajaran. Dari bagian Resource Sharing Project, piranti sistem yang digunakan untuk mampu menjembatani antara pemahaman anlaisis dan pemahaman di dalam merancang Project di bidang Resource Sharing. Guna meningkatkan motivasi belajar peserta didik dalam pembelajaran, mendorong kemampuan mereka untuk melakukan pekerjaan penting, dan mereka perlu untuk dihargai. Meningkatkan kemampuan pemecahan masalah. Membuat peserta didik menjadi lebih aktif dan berhasil memecahkan problem-
  • 11. 11 Buku Panduan Model CBL problem yang kompleks. Meningkatkan kolaborasi. Mendorong peserta didik untuk mengembangkan dan mempraktikkan keterampilan komunikasi. Meningkatkan keterampilan peserta didik dalam mengelola sumber. Memberikan pengalaman kepada peserta didik pembelajaran dan praktik dalam mengorganisasi proyek, dan membuat alokasi waktu dan sumber- sumber lain seperti perlengkapan untuk menyelesaikan tugas. Menyediakan pengalaman belajar yang melibatkan peserta didik secara kompleks dan dirancang untuk berkembang sesuai dunia nyata. Melibatkan para peserta didik untuk belajar mengambil informasi dan menunjukkan pengetahuan yang dimiliki, kemudian diimplementasikan dengan dunia nyata. Membuat suasana belajar menjadi menyenangkan, sehingga peserta didik maupun pendidik menikmati proses pembelajaran. Dengan model pembelajaran competency based learning merupakan salah satu dari solusinya. Pendidikan teknologi dan kejuruan adalah pendidikan untuk menyiapkan dan mengembangkan kerja produktif. Pendidikan kejuruan dapat diklasifikasikan ke dalam jenis pendidikan khusus (specialized education) karena kelompok pelajaran atau program yang disediakan hanya dipilih oleh orang-orang yang memiliki minat khusus untuk mempersiapkan dirinya bagi lapangan pekerjaan di masa mendatang. Agar lapangan kerja khusus ini dapat sukses maka pendidikan kejuruan dimaksudkan untuk menyiapkan tenaga terampil yang dibutuhkan di masyarakat untuk menghadapi perkembangan teknologi di era literasi digital dan revolusi industri 4.0. Perkembangan pendidikan di dunia tidak lepas dari adanya perkembangan revolusi industri pada saat ini, dikarenakan secara tidak langsung perubahan tatanan ekonomi turut merubah tatanan pendidikan di suatu negara. Revolusi industri dimuloai dari 1) Revolusi industri 1.0 terjadi pada abad ke 18 melalui penemuan mesin uap, sehingga memungkinkan barang dapat diproduksi secara masal, 2) Revolusi industri 2.0 terjasi pada abad ke 19-20 melalui penggunaan listrik yang membuat biaya produksi menjadi murah, 3) Revolusi industri 3.0 terjadi pada sekitar tahun 1970an melalui penggunaan komputerisasi, dan 4) Revolusi industri 4.0 sediri terjadi pada tahun 2010an melalui rekayasa intelegensia dan internet of thing sebagai
  • 12. 12 Buku Panduan Model CBL tulang punggung pergerakan konektivitas manusia dan mesin (Prayetno dan Trisyanti, 2018). Gambar 1.1 Perkembangan Revolusi Industri 4.0 Sumber: (Prayetno dan Trisyanti, 2018) Diketahui bahwa fokus keahlian bidang pendidikan abad 21 saat ini meliputi creativity critical thingking, communication dan collaboration atau yang dikenal dengan 4Cs. Gambar 1.2 Keterampilan abad 21 Sumber: Triling and Fadel (2009:119) Berkaitan dengan kondisi itu, pemerintah telah menerbitkan Kerangka Kualifikasi Nasional Indonesia (KKNI) dalam bentuk Peraturan Presiden Nomor 8 Tahun 2012, dan Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2012 tentang Pendidikan Tinggi, dan mendorong semua perguruan tinggi untuk menyesuaikan diri dengan ketentuan tersebut. Perguruan Tinggi merupakan
  • 13. 13 Buku Panduan Model CBL lembaga yang sangat diharapkan perannya dalam menghasilkan sumberdaya manusia yang berkualitas. Sehubungan dengan hal tersebut, maka kurikulum menjadi bagian yang sangat penting untuk dikembangkan sesuai dengan tuntutan dan perkembangan zaman. Berdasarkan aspek kurikulum pemerintah juga telah merumuskan Kerangka Kualifikasi Nasional Indonesia (KKNI) seperti terlihat pada gambar di bawah ini: Gambar 1.3 Kerangka Kualifikasi Nasional Indonesia (KKNI) Sumber: Permendikbud No. 73 Tahun 2013 Dari gambar di atas untuk level KKNI Sarjana (S1) diharapkan memiliki okupasi kemampuan di bidang teknisi Teknisi atau Analis. Merujuk dari KKNI tersebut, Asosiasi Perguruan Tinggi Komputer (APTIKOM) merumuskan dengan kualifikasi Sarjana (S1) harus memiliki 3 hal baik dari perspektif pengetahuan, keterampilan umum dan keterampilan khusus. Untuk pengetahuan lulusan sarjana harus menguasai konsep teoritis bidang pengetahuan sistem informasi secara umum, menguasai konsep teoritis yang mengkaji, mempunyai pengetahuan dan penyusunan, serta pengetahuan sesuai dengan capaian pembelajar. Dari aspek keterampilan umum, pebelajar harus memiliki kemampuan analisis dan desain kaidah software dan hardware serta algoritma dengan menggunakan tools dan lain-lain.
  • 14. 14 Buku Panduan Model CBL BAB II TEORI CBL A. TEORI BELAJAR B. MODEL PEMBELAJARAN C. KERANGKA KONSEPTUAL
  • 15. 15 Buku Panduan Model CBL Robbert M Gagne (1988:8) menyatakan bahwa, “Belajar adalah perubahan dalam disposisi atau kapasitas manusia, yang bertahan selama periode waktu tertentu, dan yang tidak hanya dapat dianggap sebagai proses pertumbuhan”. Perkembangan yang diakibatkan sebagai hasil dari proses dari memaknai kejadian dilingkungan didefinisikan sebagai belajar, juga merupakan kegiatan kompleks yang melibatkan stimulasi lingkungan dan proses kognitif peserta didik. Perilaku fisik dan mental manusia dalam memahami lingkungan yang dinamis berupa fenomena yang terjadi dilingkungan sekitar, baik berupa kondisi masyarakat lingkungan sekitar, benda dan makhluk hidup lainnya didefinisikan sebagai sesuatu hal yang bisa dipelajari dan dijadikan media untuk belajar. Para ahli dan telah banyak mendefinisikan dan menterjemahkan tentang pembelajaran dan prosesnya secara Hariyanto dan Suryono (2011:9) mengungkapkan bahwa dalam prosesnya pembelajaran akan membuat perubahan terhadap sikap dan perilaku, peningkatan kompetensi, dan penambahan ilmu pengetahuan. Menurut Berliner & Calfee (1996) perubahan sikap dan kepribadian yang disebabkan hasil belajar dimaknai sebagai proses dan hasil dari belajar. Demikian pula, Slavin (2000) mendefinisikan bahwa pengalaman dalam kehidupan akan mengakibatkan perubahan pada diri pembelajar sebagai dampak dari proses belajar. Pertumbuhan fisik karena usia dan kematangan fisik tidak termasuk hasil belajar, tetapi perilaku yang disebabkan oleh hasil belajar. Pengalaman belajar bisa fisik, psikologis, dan sosial, beberapa ahli pendidikan lainnya, mengemukakan pandangan yang berbeda terhadap pengertian belajar. Kelompok ahli behavioristik yang dipelapori oleh Throndike, Watson, Hull, Guihree, dan Skinner (Elliot et al., 1996) memandang bahwa belajar itu adalah perubahan perilaku (tingkah laku) sebagai hasil dari interaksi antara stimulus dan respon. Pada penganut aliran kognitif, antara lain Peaget, Brunner, dan Ausebel (Elliot et al., 1996) A Teori Belajar
  • 16. 16 Buku Panduan Model CBL menganggap bahwa belajar tidak hanya melibatkan hubungan antara stimulus dan respons, tetapi juga persepsi dan pemahaman siswa. Pada sisi lain penganut teori kontruktivisme, memandang bahwa belajar adalah usaha pemberian makna oleh peserta didik terhadap pengalaman yang diperolehnya melalui asimilasi dan akomodasi yang mutakhir (Budiningsih, 2005), Slavin (2011;3) menyatakan, “mahasiswa harus membangun pengetahuan dalam pikiran mereka sendiri. Sementara para ahli teori belajar humanistik memandang bahwa manusia memiliki potensi diri yang harus dikembangkan dan dihargai (Ansyar, 1989). Seperangkat kegiatan yang mempengaruhi pengetahuan dan kemampuan peserta didik merupakan definisi pembelajaran Anni (2009), sedangkan Berliner & Calfee (1996) mendefinisikan bahwa pembelajaran merupakan rangkaian proses eksternal seseorang yang didesain untuk mendukung proses internal belajar. Berdasarkan definisi para ahli yang dipaparkan di atas dapat disimpulkan belajar adalah rangkaian proses kegiatan yang mengakibatkan perubahan dalam diri seseorang dan bertambahnya pengetahuan dan kemampuan dan kompetensi dirinya sebagai hasil dari aktifitas yang dilakukan secara sadar. Perbandingan antara perilaku sebelum dan sesudah melakukan kegiatan belajar perlu dilakukan untuk mengukur seseorang telah belajar atau belum. Maka dari itu agar peserta didik bisa mencapai tujuan pendidikan maka pembelajaran haruslah dianggap sebagai serangkaian proses kegiatan yang direncana dan dilakukan secara sadar oleh pendidik dan sistem pendidikannya. Menurut Marx & Goodson, (1976:235) model didefinisikan sebagai struktur konseptual pada suatu bidang yang telah berhasil dikembangkan dan telah dapat diimplementasikan, terutama dalam rangka membimbing penelitian dalam bidang lain yang belum berkembang. Model juga didefinisikan sebagai konsep yang digunakan untuk mempresentasikan sesuatu yang nyata yang dikonversi menjadi sesuatu yang lebih komprehensif (Marx & Goodson, 1976:235). Mayers (2004:95) menyatakan bahwa model pembelajaran merupakan rencana keseluruhan, atau pola untuk membantu peserta didik mempelajari jenis pengetahuan, sikap atau keterampilan tertentu. Seirama dengan pendapat
  • 17. 17 Buku Panduan Model CBL tersebut Joyce & Weil (2003:385) mendefinisikan model sebagai rencana yang dapat digunakan untuk merancang pembelajaran tatap muka dikelas, pembelajaran dengan media dan program yang berbasis computer. Berdasarkan dua pendapat tersebut dapat diartikan bahwa model merupakan sebuah pola terencana yang digunakan sebagai pedoman dalam merencanakan proses belajar sehingga bisa membantu peserta didik belajar lebih spesifik beerbagai ilmu pengetahuan, keterampilan dan etika. Model pembelajaran diistilahkan sebagai sesuatu yang mengarah pada pendekatan pembelajaran, baik berupa tujuan, lingkungan, sintaks dan sistem pengolahan. Joyce et.al, (2009:11) mengatakan bahwa model merupakan deskripsi dari lingkungan belajar yang menggambarkan perencanaan kurikulum, kursus-kursus, rancangan unit pembelajaran, perlengkapan belajar, buku-buku pelajaran, program multimedia, dan bantuan belajar melalui program komputer. Hakikat mengajar menurut Joyce el.al (2009:7) adalah membantu peserta didik memperoleh informasi, keterampilan, nilai-nilai, merubah pola berpikir, dan belajar bagaimana cara belajar..
  • 18. 18 Buku Panduan Model CBL Kompetensi secara umum didefinisikan menunjukkan citra seseorang dengan keterampilan dalam mengelola pekerjaan, atau lebih khusus lagi, kemampuan untuk merencanakan serangkaian kegiatan untuk mencapai target. Dalam hal ini, istilah kompetensi pertama mengacu pada kemampuan umum untuk melakukan pekerjaan dengan kompeten. Kedua, istilah kompetensi mengacu pada seperangkat perilaku yang harus ditunjukkan oleh orang yang bersangkutan untuk melakukan tugas dan fungsi sesuai posisinya secara kompeten. Kompetensi diartikan sebagai karakteristik dasar seseorang yang memungkinkannya menghasilkan kinerja yang unggul dalam pekerjaannya. Boyatzis & Dubuc, (1982) mengungkapkan bahwa orang yang komoeten adalah orang yang mempunyai keahlian dan mampu bekerja dengan mudah, cepat, intuitif dan sangat jarang membuat kesalahan. Boyatzis & Dubuc, (1982) telah menunjukkan bahwa efektivitas adalah kemampuan seseorang untuk memastikan bahwa orang memenuhi pekerjaan yang diperlukan dalam organisasi untuk mencapai hasil yang diinginkan. Ketika ahli mendefinisikan sebagai orang dengan keterampilan atau pengetahuan tingkat tinggi dalam mata pelajaran tertentu, diperoleh melalui pengalaman dan proses pelatihan. Berdasarkan uraian di atas, kompetensi bermakna mencakup bagian dari kepribadian yang melekat erat pada seseorang dengan perilaku yang dapat diprediksi dalam berbagai situasi dan tugas. Memprediksi siapa yang berperilaku baik atau tidak baik dan dapat diukur sesuai dengan kriteria atau standar yang digunakan. Analisis kompetensi terutama untuk pengembangan karir, tetapi penentuan tingkat keterampilan diperlukan untuk menentukan efektivitas tingkat kinerja yang diharapkan. Menurut Boulter et.al.(1996) kompetensi dibagi beberapa level sebagai berikut skill, self-image, self- concept, trail dan motive. Kompetensi (skill) kemampuan untuk melakukan tugas dengan baik, misalnya seseorang programmer komputer. Pengetahuan adalah informasi yang dimiliki seseorang untuk bidang tertentu, seperti bahasa komputer. Peran B Model Pembajaran
  • 19. 19 Buku Panduan Model CBL sosial adalah sikap dan nilai-nilai yang dimiliki seseorang dan disoroti dalam masyarakat (ekspresi nilai-nilai), misalnya: pemimpin. Self-image merupakan citra seseorang tentang dirinya, yang mencerminkan teladan identitasnya: memandang diri sendiri sebagai seorang ahli. Ciri tersebut merupakan ciri abadi seseorang yang mendorong orang untuk berperilaku, misalnya: percaya diri. Motivasi adalah dorongan untuk berperilaku secara konstitusional, karena perilaku seperti itu praktis, misalnya: melakukan perilaku. Keterampilan dan pengetahuan kompetensi cenderung lebih terlihat dan relatif jelas pada permukaan karateristik yang dimiliki manusia. Peran sosial dan citra diri cenderung cukup terlihat dan dapat dikendalikan oleh perilaku luar. Sementara sifat dan motivasi lebih dalam di pusat kepribadian. Keterampilan dan pengetahuan keterampilan cenderung lebih terlihat dan relatif jelas tentang fitur permukaan yang dimiliki manusia. Peran sosial dan citra diri cenderung cukup terlihat dan dapat dikendalikan oleh perilaku eksternal. Sementara sifat dan motivasi lebih dalam di pusat kepribadian. Relatif mudah untuk mengembangkan pengetahuan dan keterampilan, misalnya dengan program pelatihan untuk meningkatkan tingkat kemampuan sumber daya manusia. Sedangkan motivasi dari keterampilan dan sifat-sifat ada dalam kepribadian, sehingga cukup sulit untuk mengevaluasi dan megembangkan. Salah satu cara paling efektif adalah memilih karakteristik ini dalam proses seleksi. Gagasan tentang diri dan peran sosial terletak diantara keduanya dan dapat dimodifikasi oleh formasi, bahkan jika psikotropi membtuhkan waktu yang lebih lama dan lebih sulit. Berdasarkan pendapat para ahli disimpulkan bahwa kompetensi didefinisikan sebagai pengetahuan, keterampilan, dan kemampuan yang dikuasai oleh seseorang yang mengambil bagian didalamnya, sehingga ia dapat mengadopsi perilaku kognitif, emosi, dan psikomotor yang terbaik. Keterampilan yang harus dikuasai siswa harus diekspresikan dengan cara yang dapat dievaluasi sebagai manifestasi hasil belajar siswa yang merujuk pada pengalaman langsung. Siswa harus menyadari tujuan pembelajaran dan tingkat kemahiran secara eksplisit sebagai kriteria untuk mencapai kompetensi. Hasil penilaian kompetensi harus dilakukan secara objektif, berdasarkan kinerja
  • 20. 20 Buku Panduan Model CBL siswa, dengan bukti pengetahuan tentang pengetahuan, keterampilan, nila-nilai dan sikap yang dihasilkan dari pembelajaran. Dalam pembelajaran misalnya ada kebutuhan untuk mengembangkan alat pembelajaran berbasis keterampilan sehingga semuanya dapat dilakukan tidak hanya subyektif tetapi juga pertimbangan yang lebih objektif dan adil. Keterampilan lulusan, sering disebut sebagai standar kompetensi, adalah keterampilan yang biasanya perlu dikuasai oleh ulusan. Menurut Hall & Jones (1976:29) kompetensinya merupakan pernyataan yang menggambarkan penampilan kapasitas tertentu secara bulat, yang merupakan kombinasi dari pengetahuan dan kemampuan yang diamati dan diukur. Kompetensi lulusan adalah modal utama untuk bersaing secara global, karena persaingan yang terjadi adalah dalam kapasitas sumber daya manusia. Oleh karena itu, penerapan pendidikan berbasis kompetensi harus menghasilkan lulusan yang mampu bersaing di tingkat global. Menghadapi persaingan global, maka keterampilan lulusan yang singkron dengan kebutuhan pasar merupakan modal utama, karena dalam kapasitas sumber daya manusia itulah persaingan yang terjadi. Oleh karena itu, Implementasi pendidikan berbasis keterampilan harus mengasilkan lulusan yang kompeten sehingga bisa bersaing di tingkat global. Kualifikasi kompetensi lulusan yang diharapkan standarisasinya mencakup kompetensi afektif, kofnitif, dan psikomotor. Standarisasi ini digunakan untuk menilai kelulusan siswa di unit pengajaran tertentu, khususnya untuk pendidikan kejuruan, sekolah, tetapi juga dibimbing oleh standar kompetensi untuk melakukan tugas atau pekerjaan di dunia kerja/industri (Nizwardi, 2014:102). Menurut RISTEKDIKTI makna kompetensi di lingkungan industri/kerja sesuai dengan definisi capaian pembelajaran yang dirumuskan pada KKNI. “kompetensi” KKNI dirumuskan dalam istilah “capaian pembelajaran”, dimana keterampilan itu termasuk atau merupakan bagian dari hasil belajar. Namun di lingkungan industri/kerja menggunakan istilah kompetensi, yang dimaknai sebagai batasan kapasitas, termasuk yang berkaitan dengan uji dan sertifikat keterampilan. Dalam konteks kualifikasi
  • 21. 21 Buku Panduan Model CBL internasional, istilah “hasil pembelajaran” digunakan untuk menggambarkan kemampuan setiap tingkat kualifikasi. Standar Kompetensi Lulusan merupakan referensi utama untuk pengembangan standar untuk konten pengajaran, standar penilaian, standar untuk guru, standar untuk fasilitas dan infrastruktur pembelajaran, standar manajemen pembelajaran dan standar pendanaan pembelajaran. Kompetensi sering digunakan sebagai standar dasar untuk keterampilan, pengetahuan, keterampilan dan kemampuan yang dibutuhkan untuk berhasil di tempat kerja sebagai ukuran penilaian keterampilan. Kompetensi dapat didefinisikan sebagai keterampilan di bidang pengetahuan tertentu, sikap dan kemampuan atau kinerja tinggi. Fitur-fitur ini tidak dapat dengan mudah diamati, tetapi sebenarnya ada, dalam bentuk pernyataan perilaku yang dapat menggambarkan contoh keterampilan. Pengetahuan, keterampilan dan kemampuan (bakat) diperlukan untuk melakukan tugas atau tugas tertentu yang ditentukan dalam prosedur kerja. (Sanghi, 2007). Terdapat banyak definisi kompetensi dengan perbedaan yang tidak mencolok, namun umumnya berupa perilakunya dapat diamati di tempat kerja. Hal ini dapat ditunjukkan berupa kriteria kompetensi melalui kinerja yang tinggi dan efektif. Karakteristik kompetensi terdiri atas: (a) motif, merupakan suatu konsistensi berpikir atau keinginan seseorang yang menghasilkan suatu tindakan, motif menggerakan secara langsung dan terseleksi atau memilih tingkah laku ke arah tertentu yang menghasilkan kegiatan atau tujuan yang berbeda dengan orang lain: (b) karakter, merupakan konsistensi dalam merespon secara fisik terhadap lingkungan yang disebabkan adanya perubahan situasi dan informasi: (c) keterampilan, yaitu kemampuan untuk menampilkan suatu tugas secara fisik atau mental: (d) pengetahuan, yaitu proses memaknai pada bidang tertentu yang diakibatkan informasi: (e) komsep diri, adalah sikap, nilai-nilai atau gambaran diri seseorang. Sanghi, 2007). Pengertian kompetensi yang bersumber dari R.Yuvaraj, (2011), adalah sebagai berikut: (a) kompetensi didefinisikan sebagai perwujudan kinerja tinggi pada suatu pekerjaan, situasi dan peranan tertentu yang disebabkan perubahan karakteristik dasar seseorang; (b) kompetensi terdiri atas kelompok pengetahuan, sikap dan keterampilan yang mengakibatkan seseorang mampu
  • 22. 22 Buku Panduan Model CBL melakukan sesuatu; (c) kompetensi merupakan motif pengetahuan umum, karakter, peran sosial atau suatu keterampilan seseorang dihubungkan dengan kinerja tinggi pada suatu pekerjaan; (d) Kinerja manajerial yang efektif yang dihasilkan karakteristik seseorang dalam bekerja dimaknai sebagai kompetensi; dan (e) kompetensi adalah suatu kesatuan keterampilan yang dihubungkan dengan pengetahuan, sifat-sifat yang dihasilkan seseorang. Abbas (2008) menguraikan bahwa terdapat empat komponen kompetensi, yaitu: (1) keterampilan, adalah kemampuan yang diperoleh melalui praktik, kemampuan ini berupa keterampilan keuangan seperti penganggaran, atau keterampilan lisan seperti malakukan presentasi; (2) pengetahuan, adalah memahami yang diperoleh melalui proses belajar, pengetahuan merujuk pada isi informasi yang relevan dengan kinerja pekerjaan, pengetahuan adalah apa yang dimilii seseorang agar dapat melakukan pekerjaan, seperti pengetahuan tentang kebijakan dan prosedur untuk proses perekrutan; (3) karakter personal, adalah suatu karakteristik yang melekat pada seseorang yang dibawa pada pekerjaan, yang menggambarkan alasan mendasar tentang pengetahuan dan keterampilan yang dapat dikembangkan; dan (4) perilaku, adalah menampilkan beberapa kompetensi yang dapat diamati, seperti keterampilan, pengetahuan dan karakter personal. Kompetensi yang ditampilkan merupakan suatu ungkpan yang sangat penting sehingga merupakan suatu kesatuan kegiatan yang layak untuk diamati, diajarkan, dipelajari dan diukur. Pengembangan kompetensi di Britain United Kingdom menurut (NCVER, 2003) dan Scottish Qualification Authory (2003) serupa dengan model di Australia, hanya saja disebut dengan core skill atau key skills dan juga employability skill. Key skills merupakan suatu yang relevan dengan belajar dan karir seseorang untuk kehidupan personalnya melalui penekanan terhadap aplikasinya pada employabilitas. McNaughton (2007), kompetensi menggunakan istilah key competencis (kompetensi kunci) dengan berlandaskan pada core values (nilai-nilai pokok) yang direkomendasikan oleh The Civilian Peace Service Canada. Core values meliputi: empati, rendah hati, kematangan pribadi, pendapat yang logis, ketulusan niat, adil. Key competencies, mencakup sebelas, yaitu komunikasi, konsiliasi, analisis
  • 23. 23 Buku Panduan Model CBL konflik, fasilitasi, mediasi, negosiasi, perencanaan kegiatan, membangun kedamaian, keamanan personal, berfikir strategis dan kerja kelompok. Kompetensi kunci harus memenuhi tiga kriteria yaitu: (a) harus memiliki nilai outcome bagi individu dan sosial; (b) membantu individu memenuhi permintaan pasar kerja pada konteks variasi yang luas; dan (c) sangat penting bukan hanya untuk spesialis tapi untuk semua individu (Organization for EconomicCorporation and Development/OECD, 2005). Klasifikasi kompetensi kunci menurut Organization for Economic Corporation and Development/OECD (2005) antara lain: (a) interaktif dalam menggunakan alat untuk kebutuhan individu dan kelompok yang dipergunakan secara luas dalam berinteraksi secara efektif dengan lingkungan fisik dengan menggunakan bahasa yang pengimplementasiannya dalam bentuk budaya dan teknologi informasi; (b) Peningkatkan kemampuan individu untuk memasukkan orang lain dan berkomunikasi dengan orang yang berbeda dari asal yang berbeda atau banyak; dan (c) bertindak secara mandiri dan mempunyai kemampuan untuk bertanggung jawab daalam situasi lingkungan sosial yang multi. Penggunaan alat (tool) secara interaktif terdiri atas tiga kompetensi, OECD (2005) yaitu: (1) menggunakan bahasa, simbol dan teks secara interaktif. Kompetensi ini merupakan kompetensi kunci yang fokus pada keefektifan dalam kemampuan berbicara, menulis dan kemampuan matematika dan kemampuan matematika lainnya yang beragam. Kompetensi kunci ini diistilahkan dengan kompetensi komunikasi; (2) menggunakan pengetahuan dan informasi secara interaktif mencakup empat, yaitu mengakui dan menentukan apa yang tidak diketahui, identifikasi dan akses sumber informasi yang tepat, evaluasi tentang kualitas ketepatan dan nilai informasi yang digunakan sebagai sumber, organisasikan pengetahuan dan informasi; (3) menggunakan teknologi secara interaktif. Pada kompetensi ini individu diharapkan mengikuti perkembangan teknologi pada kehidupan sehari-hari. Alasan yang dapat dipakai sebagai patokan yaitu transformasi tentang teknologi informasi dan komunikasi yang mengakibatkan akses dan interaksi dengan orang lain. Kompetensi yang dibutuhkan adalah keterampilan dasar teknis seperti mampu menggunakan internet, mengirim email dan lain-lain.
  • 24. 24 Buku Panduan Model CBL Interaktif dalam kelompok yang heterogen, terdiri atas tiga kompetensi OECD (2005) yaitu: (1) berhubungan dengan orang lain, dengan dua tuntutan yang harus dimiliki yaitu empati dan efektif mengatur emosi; (2) mampu kerja sama dengan kelompok kerja, berupa beberapa komponen yang dibutuhkan yaitu kemampuan untuk menyampaikan ide dan mendengarkan pendapat orang lain, mengerti dinamika perbedaan dan ketentuan pada suatu agenda, kemampuan membangun kerja sama ataau kelompok, berkelanjutan, kekampuan bernegosiasi, kapasitas untuk membuat keputusan dari banyak perbedaan opini; dan (3) kemampuan mengatur dan menyelesaikan konflik. Kualifikasi Kerja Nasional Indonesia (KKNI) merupakan kerangka kerja kualifikasi keterampilan yang memungkinkan untuk menyandingkan, menyamakan dan mengintegrasikan bidang pendidikan dan pelatihan kejuruan dan pengalaman kerja untuk mengenali keterampilan profesional dalam fungsi struktur kerja diberbagai sektor. KKNI adalah uraian hasil belajar yang akan dikuasai oleh lulusan pendidikan kejuruan, pendidikan tinggi, lembaga pelatihan dan pembelajaran mandiri. KKNI membagi hasil belajar dari pendidikan, pelatihan, atau pengalaman menjadi sembilan tingkat keterampilan. Level pertama sesuai dengan level terendah dan level sembilan ke level tertinggi. Lulusan perguruan tinggi harus memiliki kualifikasi level 5 dan 6. Level deskripsi KKNI di atas menunjukkan bahwa kualifikasi lulusan pendidikan kejuruan mencakup keterampilan, pengetahuan, keterampilan komunikasi, dan tingkat kemahiran otonomi. Tetapi pihak-pihak yang terkait dengan akreditasi, sertifikasi, pengetahuan keterampilan, pengguna tenaga kerja tampaknya tidak mau bereaksi terhadap keberadaan KKNI, karena ini adalah satu hal relatif baru. Dari kombinasi beberapa referensi: Aitken, Appleby, Butler et.al. (2014); Allen & Ramaekers (2008); dan BAN PT (2009), maka pada penelitian ini digunakan variable observed/indikator untuk kompetensi lulusan yaitu: (1) pengetahuan dan pemahaman; (2) penerapan pengetahuan dan pemahaman; (3) memberi penilaian; (4) keterampilan komunikasi; dan (5) keterampilan belajar. Dimana kemampuan bahasa Inggris, penggunaan
  • 25. 25 Buku Panduan Model CBL teknologi informasi dan value (integritas) tercakup pada indikator communication skills. Sebagai indikator dari kompetensi lulusan yang tercakup dalam instrumen kompetensi lulusan yang diacu dari beberapa referensi tersebut, yaitu meiliputi: a. Pengetahuan dan pemahaman, keterampilan profesional dan mempunyai kemampuan untuk menemukan ide atau keterampilan pemecahan masalah yang serta mampu untuk mengikuti pengembangan pengetahuan teknis yang mendukung perkerjaan. b. Aplikasi pengetahuan dan pemahaman: Penerapan pengetahuan dan pemahaman keterampilan profesional (keterampilan teknis) di tempat kerja, termasuk memiliki pengetahuan yang relevan ditempat kerja; mampu menganalisis masalah dan mengevaluasi informasi yang relevan untuk penyelesaian masalah dan mampu menyaring informasi yang diperlukan dari sejumlah data; c. Menggunakan penilaian untuk membuat keputusan, termasuk, memiliki pemikiran kritis dengan menggunakan logika dan pemikiran untuk mengidentifikasi kekuatan dan kelemahan argumen, kemampuan memecahkan masalah dan mengambil solusi terbaik untuk memecahkan masalah, mampu menafsirkan dan menjelaskan penggunaan data dari informasi yang didapatkan; d. Komunikasi, kompetensinya meliputi kemampuan untuk mengkomunikasikan informasi dan gagasan dalam bentuk laporan, piawai berkomunikasi dengan orang lain untuk bertukar informasi secara efektif, serta mampu menggunakan teknologi informasi saat ini sesuai dengan posisinya e. Integritas: kemampuan untuk memahami nilai-nilai, sikap, karakteristik sikap profesional dan menggunakan metode dan prosedur yang tepat untuk mempelajari atau mengajarkan sesuatu yang baru. Kompetensi lulusan sangat dipengaruhi oleh mutu pembelajaran di institusi pendidikan, seperti yang dinyatakan dalam White Paper dari pemerintah Inggris tentang The Future of Higher Education (Sheerman, Chaytor, Davey et.al., 2012:78) bahwa pengajaran dan pembelajaran yang
  • 26. 26 Buku Panduan Model CBL efektif sangat penting jika kita ingin mempromosikan keunggulan dan peluang dalam pendidikan tinggi. Smaldino, Lowther, & Russell, (2015) menegaskan bahwa hasil pembelajaran diperoleh melalui proses yang berintegrasi dengan lingkungan belajar berupa fasilitas fisik, lingkungan akademik, sistem pembelajaran, media & teknologi serta dosen. Proses tersebut dihasilkan dalam bentuk pengembangan kompetensi baru, pengetahuan dan perubahan sikap. Dalam pembelajaran yang efektif dan bermakna peserta didik dilibatkan secara aktif, karena peserta didik adalah pusat dari kegiatan pembelajaran serta pembentukan kompetensi dan karakter. Model pembelajaran sangat erat kaitannya dengan gaya belajar peserta didik dan gaya mengajar guru. Usahaguru dalam membelajarkan peserta didik merupakan bagian yang sangat penting dalam mencapai keberhasilan tujuan pembelajaran yang sudah direncanakan.Oleh karena itu pemilihan berbagai metode, strategi, teknik maupun model pembelajaran merupakan suatu hal yang utama. Ada beberapa model pembelajaran di bawah ini: 1. Menurut Jonhson dalam Sugiyanto (2007) Contextual Teaching and Learning (CTL) adalah mendorong sebuah proses pendidikan yang bertujuan untuk mendorong para siswa melihat makna di dalam materi akademik yang mereka pelajari dengan cara menghubungkan subjek akademik dengan konteks dalam kehidupan keseharian mereka. 2. Model Problem Based Learning (PBL) adalah model pembelajaran yang menyajikan masalah kontekstual sehingga merangsang peserta didik untuk belajar. dalam kelas yang menerapkan pembelajaran berbasiss masalah, peserta didik dalam tim untuk memecahkan masalah dunia nyata (real world). 3. Model pembelajaran picture and picture adalah suatu model belajar yang menggunakan gambar dan dipasangkan atau diurutkan menjadi urutan logis. Model pembelajaran ini mengandalkan gambar sebagai media pembelajaran. Isarani: 58 model pembelajaran inovatif (Referensi guru dalam menentukan model pembelajaran). ( Media Persada, 2011: 1).
  • 27. 27 Buku Panduan Model CBL Pembelajaran dapat juga didefinisikan sebagai proses pendewasaan anak melalui proses belajar. Pelaksanaan pembelajaran pada intinya tidak akan pernah lepas dari strategi pengelolaan pembelajaran. Strategi pengelolaan pembelajaran sangat penting dalam pembelajaran secara keseluruhan. Efektivitas pembelajaran tidak akan maksimal bila strategi pengelolaan kelas tidak diperhatikan, meskipun perencanaan pengorganisasian dan penyampaian belajarnya sudah terlaksana sebagaimanapun baiknya. Pembelajaran pendidikan jasmani juga tidak akan dapat berjalan baik bila tidak ada strategi pengelolaan kelasnya tidak diperhatikan. Pendidikan jasmani pada hakikatnya adalah proses pendidikan yang memanfaatkan aktivitas fisik untuk menghasilkan perubahan holistik dalam kualitas individu, baik dalam hal fisik, mental, serta emosional. Pendidikan jasmani memperlakukan anak sebagai sebuah kesatuan utuh, makhluk total, dari pada hanya menganggapnya sebagai seseorang yang terpisah kualitas fisik dan mentalnya. Lebih lanjut menurut J. Matakupan (1996: 77) menyatakan bahwa Pendidikan Jasmani merupakan usaha pendidikan dengan menggunakan otot-otot besar, sehinggga proses pendidikan dapat berlangsung tanpa gangguan. Menurut Gabbard, LeBlanc, Lowy, yang dikutip J. Matakupan (1996: 78), bahwa pertumbuhan dan perkembangan yang dipacu melalui aktivitas jasmani akan mempengaruhi: 1. Ranah kognitif : Kemampuan berpikir yang diwujudkan dalam aktif bertanya, kreatif, kemampuan menghubung-hubungkan kemampuan memahami, menyadari gerak, dan penguatan akademik. 2. Ranah psikomotor : Keterampilan gerak dan peningkatan keterampilan gerak yang juga menyangkut biologik dan kesegaran jasmani serta kesehatan. 3. Ranah afektif :Menurut Anarino dan kawan-kawan, adalah kekuatan otot, daya tahan otot, kelenturan, dan daya tahan kardiovaskuler. 4. Ranah jasmani : Menurut Anarino dan kawan-kawan, adalah kekuatan otot, daya tahan otot, kelenturan, dan daya tahan kardiovaskuler C Kerangka Konseptual
  • 28. 28 Buku Panduan Model CBL Pendekatan kontekstual merupakan suatu konsep belajar dimana guru menghadirkan situasi dunia nyata ke dalam kelas dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sebagai anggota masyarakat. Dengan konsep itu, hasil pembelajaran diharapkan lebih bermakna bagi siswa. Proses pembelajaran berlangsung alamiah dalam bentuk kegiatan siswa bekerja dan mengalami, bukan transfer pengetahuan dari guru ke siswa. Strategi pembelajaran lebih dipentingkan daripada hasil belajar. Hasil pembelajaran diharapkan lebih bermakna bagi anak untuk memecahkan persoalan, berpikir kritis, dan melaksanakan observasi serta menarik kesimpulan dalam kehidupan jangka panjangnya (Nurhadi, Yasin, dan Senduk 2004: 4). Contextual Teaching and Learning (CTL) adalah sebuah sistem yang menyeluruh. CTL terdiri dari bagian-bagian yang saling terhubung. Jika bagian-bagian ini terjalin satu sama lain, maka akan dihasilkan pengaruh yang melebihi hasil yang diberikan bagian-bagiannya secara terpisah. Bagian- bagian CTL yang terpisah melibatkan proses-proses yang berbeda, yang ketika digunakan secara bersama-sama, memampukan para siswa membuat hubungan yang menghasilkan makna. Setiap bagian CTL yang berbeda-beda ini memberikan sumbangan dalam menolong siswa memahami tugas sekolah. Secara bersama-sama, mereka membentuk suatu sistem yang memungkinkan para siswa melihat makna di dalamnya, dan mengingat materi akademik (Johnson, 2009: 65). Filosofi pembelajaran kontekstual berakar dari paham progresivisme John Dewey. Intinya, siswa akan belajar dengan baik apabila apa yang mereka pelajari berhubungan dengan apa yang telah mereka ketahui, serta proses belajar akan produktif jika siswa terlibat aktif dalam proses belajar di sekolah. Landasan filosofis CTL adalah konstruktivisme, yaitu filosofi belajar yang menekankan bahwa belajar tidak hanya sekedar menghafal, tetapi merekonstruksikan atau membangun pengetahuan dan keterampilan baru lewat fakta-fakta atau proporsi yang mereka alami dalam kehidupannya. Melalui paham konstruktivisme, siswa diharapkan dapat membangun pemahaman sendiri dari pengalaman/pengetahuan terdahulu (asimilasi).
  • 29. 29 Buku Panduan Model CBL Pemahaman yang mendalam dikembangkan melalui pengalaman belajar bermakna (akomodasi). Siswa diharapkan mampu mempraktikkan pengetahuan/pengalaman yang telah diperoleh dalam konteks kehidupan. Siswa diharapkan juga melakukan refleksi terhadap strategi pengembangan pengetahuan tersebut. Dengan demikian, siswa dapat memiliki pemahaman yang berbeda terhadap pengetahuan yang dipelajari. Pemahaman ini diperoleh siswa karena ia dihadapkan kepada lingkungan belajar yang bebas yang merupakan unsur yang sangat essensial. Pembelajaran menurut Agus Suprijono (2011: 13) diartikan sebagai upaya guru mengorganisir lingkungan dan menyediakan fasilitas belajar bagi peserta didik untuk mempelajarinya. Sedangkan pembelajaran menurut Martinis Yamin dan Bansu I. Ansari (2009) yaitu kemampuan dalam mengelola secara operasional dan efisien terhadap komponen – komponen yang berkaitan dengan pembelajaran, komponen – komponen tersebut antara lain guru, siswa, pembina sekolah, sarana prasarana dan proses pembelajaran. Di dalam pembelajaran terjadi proses interaksi antara pendidik dengan peserta didik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar untuk mencapai tujuan pembelajaran. Berdasarkan berbagai pendapat di atas yang dimaksud pembelajaran adalah upaya guru dalam mengorganisir komponen – komponen pembelajaran bagi peserta didik untuk mencapai tujuan pembelajaran sehingga dapat membantu peserta didik belajar dengan baik. Dalam peningkatan kualitas pembelajaran harus memperhatikan komponen–komponen yang mempengaruhi proses pembelajaran. Komponen–komponen pembelajaran tersebut dapat di uraikan sebagai berikut: 1. Tujuan Pembelajran Tujuan dalam pembelajaran merupakan komponen yang paling penting yang harus di tetapkan dalam proses pembelajaran yang mempunyai fungsi sebagai tolak ukur keberhasilan pembelajaran. Menurut Chris Kyriacou (2011: 44) tujuan pembelajaran merupakan upaya perubahan tingkah laku siswa yang berlangsung sebagai akibat dari keterlibatannya dalam sebuah pengalaman pendidikan. Sedangkan menurut Daryanto (2008: 58) tujuan pembelajaran (tujuan instruksional) yaitu tujuan yang
  • 30. 30 Buku Panduan Model CBL menggambarkan pengetahuan, kemampuan, keterampilan dan sikap yang harus dimiliki siswa sebagai akibat dari hasil pembelajaran. 2. Perencanaan Pembelajaran Seorang guru dituntut untuk mempunyai kompetensi dalam memahami kurikulum. Undang-Undang Guru dan Dosen Nomor 14 Tahun 2005 yang terdapat isi bahwa dalam melaksanakan tugas keprofesionalan guru berkewajiban merencanakan pembelajaran, melaksanakan proses pembelajran yang bermutu, serta menilai dan mengevaluasi hasil pembelajaran. Pemahaman kurikulum yang baik oleh guru diharapkan mampu mengembangkan perangkat perencanaan pembelajaran sehingga dapat melaksanakan pembelajaran dengan efektif. Perencanaan pembelajaran merupakan kompetensi yang harus dimiliki seorang guru sebelum melaksanakan kegiatan pembelajaran. 3. Pelaksanaan Pembelajaran Tahap pelaksanaan pembelajaran merupakan tahap inti dari serangkaian kegiatan pembelajaran. Pelaksanaan pembelajaran meliputi kegiatan mencerna isi atau pesan-pesan yang tertuang dalam standar kompetensi dan kompetensi dasar agar dapat terserap dengan optimal. Pelaksanaan pembelajaran merupakan kegiatan yang dilakukan dalam upaya mencapai tujuan pembelajaran. Melaksanakan pembelajaran merupakan implementasi perencanaan pembelajaran. Proses pembelajaran yang baik sangat bergantung kepada perencanaan pembelajaran. Pelaksanaan pembelajaran diperbolehkan melakukan improvisasi tetapi tidak menyimpang dari RPP yang telah dibuat. Pelaksanaan pembelajaran merupakan proses yang sangat penting, karena dalam pelaksanaan pembelajaran terdapat pendukung-pendukung yang dapat memengaruhi proses pembelajaran. 4. Metode Pembelajaran Metode pembelajaran merupakan cara melakukan atau menyajikan, menguraikan, dan memberi latihan isi pelajaran kepada siswa untuk mencapai tujuan tertentu. Metode pembelajaran yang ditetapkan guru memungkinkan siswa untuk belajar proses, bukan hanya belajar produk. Belajar produk pada umumnya hanya menekankan pada segi kognitif.
  • 31. 31 Buku Panduan Model CBL Sedangkan belajar proses dapat memungkinkan tercapainya tujuan belajar baik segi kognitif, afektif, maupun psikomotor. Oleh karena itu, metode pembelajaran pembelajaran diarahkan untuk mencapai sasaran tersebut, yaitu lebih banyak menekankan pembelajaran melalui proses. 5. Media Pembelajaran Media pembelajaran adalah sarana penyampaian pesan pembelajaran kaitannya dengan model pembelajaran langsung yaitu dengan cara guru berperan sebagai penyampai informasi dan dalam hal ini guru seyogyanya menggunakan berbagai media yang sesuai. Media pembelajaran adalah alat bantu proses belajar mengajar. Segala sesuatu yang dapat dipergunakan untuk merangsang pikiran, perasaan, perhatian dan kemampuan atau ketrampilan pebelajar sehingga dapat mendorong terjadinya proses belajar. Media merupakan salah satu alat untuk mempertinggi proses interaksi guru dengan siswa dan interaksi siswa dengan lingkungan dan sebagai alat bantu mengajar dapat menunjang penggunaan metode mengajar yang digunakan oleh guru dalam pembelajaran. AECD (Suliani, 2011:4) mengartikan media segala benda yang dapat dimanipulasi, dilihat, didengar, dibaca, atau dibicarakan beserta instrumen yang dipergunakan untuk kegiatan tersebut. Brown (Suliani, 2011:4) menyatakan bahwa media yang digunakan dengan baik dalam kegiatan belajar mengajar dapat memengaruhi efektivitas program instruksional. Media pembelajaran merupakan segala bentuk alat yang disediakan guru untuk mendorong siswa belajar secara cepat, tepat, mudah, benar. f. Evaluasi Pembelajaran Terdapat beberapa istilah yang sering disalah artikan dalam kegiatan evaluasi yaitu: evaluasi, penilaian, pengukuran, dan tes. Dalam UU No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional Bab I, Pasal I Ayat 21 dijelaskan bahwa “Evaluasi pendidikan adalah kegiatan pengendalian, penjaminan, dan penetapan mutu pendidikan terhadap berbagai komponen pendidikan pada setiap jalur, jenjang dan jenis pendidikan sebagai bentuk pertanggungjawaban penyelenggaraan pendidikan.
  • 32. 32 Buku Panduan Model CBL Asrul Dkk (2014:4) Berdasarkan pengetian evaluasi diatas menjelaskan pengertian evaluasi merupakan suatu proses bukan suatu hasil (produk). Hasil yang diperoleh dari kegiatan evaluasi adalah gambaran kualitas daripada sesuatu, baik yang menyangkut tentang nilai atau arti. Sedangkangkan kegiatan untuk sampai kepada pemberian nilai dan arti itu adalah evaluasi. Gambaran kualitas yang dimaksud merupakan merupakan konsekuensi logis dari proses evaluasi yang dilakukan. Proses tersebut tentu dilakukan secara sistematis dan berkelanjutan, terencana sesuai prosedur dan aturan serta terus menerus. Proses belajar mengajar pada dasarnya adalah interaksi yang terjadi antara guru dan siswa untuk mencapai tujuan pendidikan. Guru sebagai pengarah dan pembimbing, sedang siswa sebagai orang yang mengalami dan terlibat aktif untuk memperoleh perubahan yang terjadi pada diri siswa setelah mengikuti proses belajar mengajar, maka guru bertugas melakukan suatu kegiatan yaitu penilaian atau evaluasi atas ketercapaian siswa dalam belajar. Selain memiliki kemampuan untuk menyusun bahan pelajaran dan keterampilan menyajikan bahan untuk mengkondisikan keaktifan belajar siswa, guru diharuskan memiliki kemampuan mengevaluasi ketercapaian belajar siswa, karena evaluasi merupakan salah satu komponen penting dari kegiatan belajar mengajar. Dalam hubungannya dengan pembelajaran dijelaskan oleh Harjanto (2005: 277) evaluasi pembelajaran adalah penilaian atau penaksiran terhadap pertumbuhan dan kemajuan peserta didik kearah tujuan-tujuan yang telah ditetapkan dalam hukum. Hasil penilaian ini dapat dinyatakan secara kuantitatif maupun kualitatif. Dari pengertian tersebut dapat diketahui salah satu tujuan evaluasi pembelajaran adalah untuk mendapatkan data pembuktian yang akan mengukur sampai dimana tingkat kemampuan dan pemahaman peserta didik dalam mencapai tujuan pembelajaran. Dengan demikian evaluasi menempati posisi yang sangat penting dalam proses pembelajaran. Karena dengan adanya evaluasi keberhasilan pembelajaran dapat diketahui.
  • 33. 33 Buku Panduan Model CBL BAB III METODE SPK A. PENDAHULUAN SPK C. AGORITMA METODE B. TEKNIK DATA SAMPLING
  • 34. 34 Buku Panduan Model CBL a. Metode SPK Sistem merupakan kumpulan sub-sub sistem (elemen) yang saling berkorelasi satu dengan yang lainnya untuk mencapai tujuan tertentu. Sebagai contoh: Sebuah perusahaan memiliki sistem manajerial yang terdidi dari bottom management, middle management, dan top management yang memiliki tujuan untuk mencapai kemajuan masyarakat. Sistem pendukung keputusan dapat di artikan sebagai suatu sistem yang di rancang yang digunakan untuk mendukung manajemen di dalam pengambilan keputusan. Konsep Sistem Pendukung Keputusan (SPK) pertama kali diungkapkan pada tahun 1971 oleh Michael Scoot Morton (Turban, 2001) dengan istilah Management Decision System. Kemudian sejumlah perusahaan, lembaga penelitian dan perguruan tinggi mulai melakukan penelitian dan membangun Sistem Pendukung Keputusan, sehingga dari produksi yang dihasilkan dapat disimpulkan bahwa sistem ini merupakan suatu sistem berbasis komputer yang ditujukan untuk membantu pengambilan keputusan dalam memanfaatkan data dan model tertentu untuk memecahkan berbagai persoalan yang tidak terstruktur. Little (Turban, 2001) mendefinisikan Sistem Pendukung Keputusan sebagai suatu suatu informasi berbasis komputer yang menghasilkan berbagai alternatif keputusan untuk membantu manajemen dalam menangani berbagai permasalahan yang terstruktur maupun tidak terstruktur dengan menggunakan data dan model. Moore dan Chang (Turban, 2001) berpendapat bahwa konsep struktur pada definisi awal Sistem Pendukung Keputusan (bahwa Sistem Pendukung Keputusan dapat menangani situasi semistruktur dan tidak terstruktur), sebuah masalah dapat dijelaskan sebagai masalah terstruktur dan tidak terstruktur hanya dengan memperhatikan si pengambil keputusan atau suatu spesifik. Jadi mereka mendefinisikan DSS sebagai sistem yang dapat diperluas untuk mampu mendukung analisis data ad hoc dan pemodelan keputusan, berorientasi terhadap perencanaan masa depan, dan digunakan pada interval yang tidak reguler dan tak terencana. A Pendahuluan
  • 35. 35 Buku Panduan Model CBL Bonczek, dkk (Turban, 2001) mendefinisikan Sistem Pendukung Keputusan sebagai sistem berbasis komputer yang terdiri dari tiga komponen yang saling berinteraksi: sistem bahasa (mekanisme untuk memberikan komunikasi antar pengguna dan komponen Sistem Pendukung Keputusan yang lain), sistem pengetahuan (repositori pengetahuan domain masalah yang ada entah sebagai data atau sebagai prosedur) dan sistem pemrosesan masalah (hubungan antara komponen lainnya terdiri dari satu atau lebih kapabilitas manipulasi masalah umum yang diperlukan untuk pengambilan keputusan). Konsep – konsep yang diberikan oleh definisi tersebut sangat penting untuk memahami hubungan antara Sistem Pendukung Keputusan dan pengetahuan. Dari berbagai definisi diatas dapat disimpulkan bahwa Sistem Pendukung Keputusan adalah suatu sistem informasi spesifik yang ditujukan untuk membantu manajemen dalam mengambil keputusan yang berkaitan dengan persoalan yang bersifat semi terstruktur. Sistem ini memiliki fasilitas untuk menghasilkan berbagai alternatif yang secara interaktif digunakan oleh pemakai. Tujuan Sistem Pendukung Keputusan (SPK) dikemukakan oleh Peter G.W Keen dan Scott Morton di dalam buku Model dan Sistem Informasi (Mc.Leod R, Jr, 1996) yaitu: a. Membantu manajer membuat keputusan untuk memecahkan masalah semi terstruktur. b. Mendukung penilaian manajer bukan mencoba untuk menggantikannya c. Meningkatkan efektivitas pengambilan keputusan manajer daripada efisiensinya. Komponen-komponen Sistem Pendukung Keputusan terdiri dari: a. Data Management. Termasuk database, yang mengandung data yang relevan untuk pelbagai situasi dan diatur oleh software yang disebut Database Management Systems (DBMS). b. Model Management. Melibatkan model finansial, statistikal, management science, atau pelbagai model kuantitatif lainnya, sehingga dapat memberikan ke sistem suatu kemampuan analitis, dan manajemen software yang diperlukan.
  • 36. 36 Buku Panduan Model CBL c. Communication (dialog subsystem). User dapat berkomunikasi dan memnberikan perintah pada DSS melalui subsistem ini. Ini berarti menyediakan antarmuka. d. Knowledge Management. Subsistem optional ini dapat mendukung subsistem lain atau bertindak sebagai komponen yang berdiri sendiri.
  • 37. 37 Buku Panduan Model CBL Data merupakan kumpulan fakta yang direpresentasikan ke dalam bentuk karakter baik huruf, angka dan lainnya yang dapat diproses menjadi sebuah informasi. Sesuai dengan kaidah penelitian untuk Data Collecting (pengumpulan data) bisa melalui observasi, angket, wawancara dengan stakeholder dan lain-lain. Bobot merupakan nilai atau value dari sebuah indikator kriteria. Dalam pembobotan dalam analisa dan perancangan sebuah sistem pendukung keputusan perlu diperhatikan sumber pembobotan dan teknik dalam pemberian bobot. Sumber pembobotan dari setiap kriteria, sub kriteria(indikator) penyebab sebuah masalah yang dikaji harus bersumber dari standar operasional (standar baku) dan pemangku kebijakan dari case study (studi kasus) yang dibahas. Dan apabila pembobotan setiap kriteria, sub kriteria (indikator) penyebab sebuah masalah tidak terdapat pada institusi dimana peneliti melakukan kajian, maka researcher(peneliti) dapat memberikan masukan berupa asumsi walaupun harus melalui uji validitas bobot kriteria. Teknik di dalam memberikan pembobotan harus berdasarkan skala prioritas atau tingkat kepentingan karena metode-metode penyelesaian masalah dalam sistem pendukung keputusan sangat sensitif terhadap output (keluaran) dari hasil analisa. Dalam konsep pembobotan tentunya dalam hal ini terbagi atas 2(dua) elemen yaitu: 1. Pembobotan dari setiap Kriteria 2. Pembobotan dari setiap Nilai Alternatif Adapun beberapa kaidah yang digunakan dalam pembobotan kriteria dalam sebuah sistem pendukung keputusan yaitu: 1. Pendekatan Persentase. Memiliki range nilai 0 s/d 100% dengan catatan nilai ∑ = 100% 2. Pendekatan Fuzzy Logic. Memiliki range nilai 0 s/d 1 B Teknik Data Sampling
  • 38. 38 Buku Panduan Model CBL 3. Pendekatan Nilai Aktual. Memiliki range nilai 0 s/d 10 atau 0 s/d 100 dengan normalisasi ∑ = 100% kecuali metode Profile Matching yang memiliki nilai aktual dari 0 s/d 5.
  • 39. 39 Buku Panduan Model CBL 1. Metode Weight Sum Model (WSM ) Metode WSM adalah salah satu metode yang sangat sederhana dan mudah dimengerti penerapannya dikarenakan pada konsep metode ini hanya melakukan perkalian di antara Bobot Kriteria (Wj) dan Nilai Alternatif (Xij). Metode termasuk dalam kategori Multi-Criteria Decison Making dalam mengevaluasi nilai pada setiap alternatif. Adapun algoritma penyelesaian dari metode ini adalah: Mengidentifikasi terlebih dahulu dari Kriteria dan Alternatif yang digunakan dalam penyelesaian Masalah. dan Menghitung Nilai WSM-Score. Adapun rumus yang digunakan dalam metode ini yaitu: Dimana : n = jumlah kriteria wj = bobot dari setiap kriteria xij = nilai matrik x Contoh soal dari metode WSM dengan bobot kriteria sebagai berikut: Tabel 3.1 dibawah ini menampilkan jenis kriteria dan bobot nilai kriteria yang digunakan pada contoh soal dengan metode WSM. Tabel 3.1. Nilai Bobot Kriteria Metode WSM (Wj) No Kriteria Nilai Bobot (Wj) 1 Penghasilan (K1) 0.30 2 Kebutuhan Makan (K2) 0.25 3 Kebutuhan Pakaian (K3) 0.20 4 Kepemilikan Rumah (K4) 0.10 5 Jumlah Tanggungan (K5) 0.10 6 Sarana Transportasi Keluarga (K6) 0.05 Dan berdasarkan hasil penilaian yang dilakukan oleh responden maka diberikanlah nilai dari setiap kriteria. Tabel 3.2 akan menampilkan bobot nilai dari kriteria Penghasilan sebagai berikut: C Algoritma Metode
  • 40. 40 Buku Panduan Model CBL Tabel 3.2. Kriteria Penghasilan (K1) No Keterangan Bobot Nilai 1 >Rp 3.000.000 1 2 Rp 1.600.000 – Rp 3.000.000 0.75 3 Rp 500.000 – Rp 1.500.000 0.5 4 <Rp 500.000 0.25 Tabel 3.3 akan menampilkan bobot nilai dari kriteria kebutuhan makan sebagai berikut: Tabel 3.3. Kebutuhan Makan (K2) No Keterangan Bobot Nilai 1 Pada umumnya anggota keluarga makan 2 kali sehari atau lebih. 1 2 Pada umumnya anggota keluarga makan kurang dari 2 kali sehari. 0.25 Tabel 3.4 akan menampilkan bobot nilai dari kriteria kebutuhan pakaian sebagai berikut: Tabel 3.4. Kriteria Kebutuhan Pakaian (K3) No Keterangan Bobot Nilai 1 Setahun terakhir anggota keluarga menerima minimal satu stel pakaian baru. 1 2 Anggota keluarga hanya memiliki pakaian berbeda dirumah / pergi/bekerja / sekolah. 0.25 Tabel 3.5 akan menampilkan bobot nilai dari kriteria kepemilikan rumah sebagai berikut: Tabel 3.5. Kriteria Kepemilikan Rumah(K4) No Keterangan Bobot Nilai 1 Rumah Sendiri 1 2 Rumah Orang Tua 0.75 3 Rumah Sewa 0.25 Tabel 3.6 akan menampilkan bobot nilai dari kriteria Jumlah Tanggungan sebagai berikut: Tabel 3.6. Kriteria Jumlah Tanggungan (K5) No Keterangan Bobot Nilai 1 Tidak Ada 1 2 1 Orang 0.75 3 2 – 3 Orang 0.5 4 4 – 5 Orang 0.25 5 >5 Orang 0.1
  • 41. 41 Buku Panduan Model CBL Tabel 3.7 akan menampilkan bobot nilai dari kriteria sarana tranfortasi keluarga sebagai berikut: Tabel 3.7. Kriteria Sarana Transportasi Keluarga (K6) No Keterangan Bobot Nilai 1 Mobil Pribadi 1 2 Sepeda Motor 0.75 3 Angkutan Umum 0.25 Kemudian diberikanlah data alternatif untuk melakukan perhitungan pada metode WSM seperti pada Tabel 2.18 berikut ini: Tabel 3.8. Data Alternatif No Nama K1 K2 K3 K4 K5 K6 1 Suwargo 5Jt >2x Ada Rumah Sendiri 3 Sepeda Motor 2 Sutrisno 800 rb <2x Tidak Ada Rumah Sewa 4 Angkutan Umum 3 Indra 900 rb >2x Ada Rumah Sewa 2 Sepeda Motor 4 Sahrul 4 Jt >2x Ada Rumah Orang Tua 4 Sepeda Motor 5 Marinah 2.5 Jt <2x Tidak Ada Rumah Sewa 5 Angkutan Umum 6 Marulli 2.1 Jt <2x Tidak Ada Rumah Orang Tua 0 Angkutan Umum 7 Cahyadi 2.8 Jt <2x Tidak Ada Rumah Sewa 5 Angkutan Umum 8 Sunandar 1.8 Jt >2x Ada Rumah Sewa 5 Sepeda Motor 9 Zulfahmi 400 rb <2x Tidak Ada Rumah Sendiri 2 Angkutan Umum 10 Yudi 2 jt >2x Ada Rumah Sewa 3 Sepeda Motor Kemudian data awal dari hasil konfersi dapat dilihat pada Tabel 2.19 seperti di bawah ini: Tabel 3.9. Data Awal Hasil Konfersi No Nama Kepala Keluarga K1 K2 K3 K4 K5 K6 1 Keluarga Bapak Suwargo 1 1 1 1 0.5 0.75 2 Keluarga Bapak Sutrisno 0.5 0.25 0.25 0.25 0.25 0.25 3 Keluarga Bapak Indra 0.5 1 1 0.25 0.5 0.75 4 Keluarga Bapak Sahrul 1 1 1 0.75 0.25 0.75 5 Keluarga Ibu Marinah 0.75 0.25 0.25 0.25 0.25 0.25 6 Keluarga BapakMarulli 0.75 0.25 0.25 0.75 1 0.25 7 Keluarga Bapak Cahyadi 0.75 0.25 0.25 0.25 0.25 0.25 8 Keluarga Bapak Sunandar 0.75 1 1 0.25 0.25 0.75 9 Keluarga Bapak Zulfahmi 0.25 0.25 0.25 1 0.5 0.25 10 Keluarga Bapak Yudi 0.75 1 1 0.25 0.5 0.75
  • 42. 42 Buku Panduan Model CBL Setelah ditentukan nilai kriteria dan nilai alternatif maka langkah berikutnya ialah menghitung nilai WSM score dari masing-masing alternatif. Nilai WSM-Score Keluarga Bapak Suwargo = (0.30*1) + (0.25*1) + (0.20*1) + (0.10*1) + (0.10*0.5) + (0.05*0.75) = 0.9375 Nilai WSM-Score Keluarga Bapak Sutrisno = (0.30*0.5) + (0.25*0.25) + (0.20*0.25) + (0.10*0.25) + (0.10*0.25) + (0.05*0.25) = 0.325 Nilai WSM-Score Keluarga Bapak Indra = (0.30*0.5) + (0.25*1) + (0.20*1) + (0.10*0.25) + (0.10*0.5) + (0.05*0.75) = 0.7125 Nilai WSM-Score Keluarga Bapak Sahrul = (0.30*1) + (0.25*1) + (0.20*1) + (0.10*0.75) + (0.10*0.25) + (0.05*0.75) = 0.8875 Nilai WSM-Score Keluarga Ibu Marinah = (0.30*0.75) + (0.25*0.25) + (0.20*0.5) + (0.10*0.25) + (0.10*0.25) + (0.05*0.25) = 0.45 Nilai WSM-Score Keluarga BapakMarulli = (0.30*0.75) + (0.25*0.25) + (0.20*0.25) + (0.10*0.75) + (0.10*1) + (0.05*0.25) = 0.525 Nilai WSM-Score Keluarga Bapak Cahyadi = (0.30*0.75) + (0.25*0.25) + (0.20*0.25) + (0.10*0.25) + (0.10*0.25) + (0.05*0.25) = 0.4 Nilai WSM-Score Keluarga Bapak Sunandar = (0.30*0.75) + (0.25*1) + (0.20*1) + (0.10*0.25) + (0.10*0.25) + (0.05*0.75) = 0.7625 Nilai WSM-Score Keluarga Bapak Zulfahmi = (0.30*0.25) + (0.25*0.25) + (0.20*0.25) + (0.10*1) + (0.10*0.5) + (0.05*0.25) = 0.35 Nilai WSM-Score Keluarga Bapak Yudi
  • 43. 43 Buku Panduan Model CBL = (0.30*0.75) + (0.25*1) + (0.20*1) + (0.10*0.25) + (0.10*0.5) + (0.05*0.75) = 0.7875 Berdasarkan perhitungan di atas maka dilakukanlah sebuah perangkingan yang dapat dilihat pada Tabel berikut ini: Hasil perhitungan dengan metode WSM dapat dilihat pada Tabel 2.20 sepserti dibawah ini: Tabel 3.10. Perangkingan Metode WSM No Alternatif Nilai Bobot Keterangan 1 Keluarga Bapak Suwargo 0.9375 Sejahtera 2 Keluarga Bapak Sutrisno 0.325 Pra Sejahtera 3 Keluarga Bapak Indra 0.7125 Pra Sejahtera 4 Keluarga Bapak Sahrul 0.8875 Sejahtera 5 Keluarga Ibu Marinah 0.45 Pra Sejahtera 6 Keluarga BapakMarulli 0.525 Pra Sejahtera 7 Keluarga Bapak Cahyadi 0.4 Pra Sejahtera 8 Keluarga Bapak Sunandar 0.7625 Sejahtera. 9 Keluarga Bapak Zulfahmi 0.35 Pra Sejahtera 10 Keluarga Bapak Yudi 0.7875 Sejahtera. Keterangan: Jika nilai bobotnya ≤ 0.75 maka katerangannya Keluarga Pra Sejahtera dan jika nilai bobotnya > 0.75 maka keterangannya Keluarga Sejahtera. 2. Metode Weight Product (WP) Weight Product (WP) ialah metode sederhana dengan melakukan perkalian untuk menyatukan rating atribut, di mana setiap rating setiap atribut akan dipangkatkan dengan bobot atribut yang bersangkutan. Proses yang dilakukan dikatakan sebagai proses normalisasi. Weight Product memiliki algortima penyelesaia seperti di bawah in: 1. Menentukan kriteria yang akan digunakan. 2. Melakukan normalisasi setiap nilai alternatif (nilai vektor). 3. Melakukan perhitungan nilai bobot preferensi dari setiap alternatif. Contoh soal dari metode WP dengan bobot kriteria dapat dilihat pada Tabel 3.11 di bawah ini: Tabel 3.11. Tabel Kriteria WP Kriteria Nilai Harga 5 Kualitas 4
  • 44. 44 Buku Panduan Model CBL Bahan 3 Kriteria Nilai Motif 2 Warna 1 Pada kasus ini akan digunakan 5 alternatif data pakaian baby. Serperti yang ada pada Tabel 3.12 dibawah ini: Tabel 3.12. Alternatif WP Alternatif Spesifikasi Simbol Harga Kualitas Bahan Motif Warna Libby 350.000 Sangat Baik Sangat Lembut Bordir Sablon Terang A Velvet 300.000 Sangat Baik Lembut Print Terang B Chiyo 250.000 Baik Lembut Sablon Terang C Moms Gift 200.000 Sedang Sedang Polos Sedang D Boboho 150.000 Sedang Kasar Corak Terang E Pada saat observasi data telah diberikan bobot awal dalam pemilihan merk pakaian bayi sebagai berikut: Bobot Awal atau W = 5 4 3 2 1 Adapun rumus perbaikan bobot dalam metode WP adalah sebagai berikut: = ∑ Keterangan: Wj = Bobot ∑ wj = jumlah semua bobot Lalu dilakukanlah proses pembobotan Untuk Harga: W1 = = = 0.33 Untuk Kualitas: W2 = 4 5 + 4 + 3 + 2 + 1 = 4 15 = 0.27 Untuk Bahan: W3 = 3 5 + 4 + 3 + 2 + 1 = 3 15 = 0.2 Untuk Motif:
  • 45. 45 Buku Panduan Model CBL W4 = 2 5 + 4 + 3 + 2 + 1 = 2 15 = 0.13 Untuk Warna: W5 = 1 5 + 4 + 3 + 2 + 1 = 1 15 = 0.07 Dari Proses pembobotan di atas di dapatkanlah bobot akhir sebagai berikut: Untuk Harga: 0.33 Untuk Kulitas: 0.27 Untuk Bahan: 0.2 Untuk Motif: 0.13 Untuk Warna: 0,07 Berikut nama kriteria dan nilai bobot kriteria yang digunakan pada metode WP yang dapat dilihat pada Tabel 2.23 di bawah ini: Tabel 3.13. Nilai Bobot Kriteria WP No Nama Kriteria Bobot Faktor 1. Harga 0.33 2. Kualitas 0.27 3. Bahan 0.2 4. Motif 0.13 5. Warna 0.07 Jumlah 1 Untuk Factor Evaluation diperoleh dari hasil observasi terhadap beberapa merk pakaian bayi. Misalnya saja ada 5 merk yang masuk seleksi dalam pemilihan yaitu Liby, Velvet, Chiyu, Moms Gift, Boboho. Kelima merk tersebut telah memperoleh nilai pada proses penyeleksian yang telah dilakukan. Daftar nilai kelima merk tersebut dapat dilihat pada Tabel 2.24 sebagai berikut: Tabel 3.14. Penialaian dari Setiap alternatif Factor Harga Kualitas Bahan Motif Warna Liby 90 80 70 70 80 Velvet 90 80 80 70 90 Chiyo 90 90 80 80 80 Moms Gift 80 80 80 80 80 Boboho 80 80 70 80 90
  • 46. 46 Buku Panduan Model CBL Lakukan tahapan normalisasi dari setiap nilai alternatif (nilai vektor) sebagai berikut: Liby = (900,33 ) * (800,27 ) * (700,2 ) * (700,13 ) * (800,07 ) = 79,585 Velvet = (900,33 ) * (800,27 ) * (800,2 ) * (700,13 ) * (900,07 ) = 82,416 Chiyo = (900,33 ) * (900,27 ) * (800,2 ) * (800,13 ) * (800,07 ) = 85,858 Moms Gift= (800,33 ) * (800,27 ) * (800,2 ) * (800,13 ) * (800,07 ) = 80 Boboho = (800,33 ) * (800,27 ) * (700,2 ) * (800,13 ) * (900,07 ) = 78,537 Setelah melakukan tahapan normalisasi kemudian lakukan perhitungan nilai bobot preferensi dari setiap alternatif, sebagai berikut: Nilai Preferensi Vi untuk Merek Liby = 79,585 79,585 + 82,416 + 85,858 + 80 + 78,537 = 79,585 406,396 = 0,1958 Nilai Preferensi Vi untuk Merk Velvet = 82,416 79,585 + 82,416 + 85,858 + 80 + 78,537 = 82,416 406,396 = 0,2028 Nilai Preferensi Vi untuk Merk Chiyo = 82,858 79,585 + 82,416 + 85,858 + 80 + 78,537 = 82,858 406,396 = 0,2113 Nilai Preferensi Vi untuk Merk Moms Gift = 80 79,585 + 82,416 + 85,858 + 80 + 78,537 = 80 406,396 = 0,1969 Nilai Preferensi Vi untuk Merk Boboho = 78,537 79,585 + 82,416 + 85,858 + 80 + 78,537 = 78,537 406,396 = 0,1933 Dari hasil perhitungan yang dilakukan berdasarkan metode WP didapat nilai dari ke lima merk pakaian bayi yang terlihat pada Table 2.25 sebagai berikut: Tabel 3.15. Perangkingan Berdasarkan Nilai Preferensi No Merk Nilai Preferensi Rangking 1. Liby 0,1958 4 2. Velvet 0,2028 2 3. Chiyo 0,2113 1 4. Mom Gift 0,1969 3 5. Boboho 0,1933 5
  • 47. 47 Buku Panduan Model CBL 3. Metode SMART Edward di tahun 1977 mengemukakan metode SMART (Simple Multi Attribute Rating Technique) sebagai metode pengambilan keputusan yang multiatribut. Ketika pengambilan keputusan maka akan memilih alternatif yang cocok dengan tujuan yang sudah ditetapkan. Kemudian alternatif merupakan sekumpulan atribut dan setiap atribut akan diberikan nilai dengan skala yang sudah ditentukan. Pemberian nilai bobot SMART memakai skala antara 0 hingga 1, agar memudahkan hitungan dan perbandingan nilai pada setiap alternatif. Formula pada metode SMART ialah sebagai berikut: U(ai)∑J m =1) = ( ) Keterangan: Wj= Nilai Pembobotan Kriteria ke- j dan K- kriteria U(ai) = nilai Utility kriteria ke-i untuk kriteria ke-i Di mana i= 1, 2,......m Adapun algoritma penyelesaian dari Metode SMART: a. Menentukan Jumlah Kriteria dari Keputusan yang akan diambil b. Pemberian nilai 0-100 sesuai tingkat kepentingan dan melakukan normalisasi (Wj/∑Wj) c. Memberikan nilai kriteria untuk setiap alternatif d. Melakukan perhitungan nilai Utility untuk setiap kriteria. Ui (ai) = 100 ( - ) % ( - ) Keterangan: Ui(ai) = nilai utility kriteria ke-1 untuk kriteria ke-i Cmax = nilai kriteria maksimal Cmin = nilai kriteria minimal Couti = nilai kriteria ke-i Agar kita lebih memahami dari penjelasan metode ini berikut ini adalah contoh soal dari Metode SMART (Simple Multi Attribute Rating Technique).
  • 48. 48 Buku Panduan Model CBL Ada 3 tipe handphone yang akan di analisis untuk melihat sejauh mana daya serap konsumen selama ini terhadap 3 tipe handphone tersebut. Berikut ini adalah Tabel properti dari handphone tersebut. Adapun tipe kita sebut HP1, HP2, dan HP3. Adapun faktor-faktor dan kriteria yang dijadikan sebagai acuan terlihat pada Tabel 2.26 di bawah ini: Tabel 3.16. Nilai Bobot Kriteria Metode SMART No Nama Kriteria Nilai Bobot 1 Harga 0,45 2 Kamera 0,25 3 Memori 0,15 4 Berat 0,1 5 Keunikan 0,05 Dari hasil analisa dan sampel data yang di dapat oleh tim marketing menggunakan kuesioner, berikut ini adalah penilaian konsumen terhadap HP1, HP2 dan HP3 dengan range penilaian yaitu antara 1-100 yaitu: Tabel 3.17 akan menampilkan rangkuman penilaian responden terhadap HP1 sebagai berikut: Tabel 3.17. Penilaian Respoden Terhadap Hp1 No Nama Kriteria Nilai Kriteria 1 Harga 100 2 Kamera 80 3 Memori 80 4 Berat 90 5 Keunikan 90 Tabel 3.18 akan menampilkan rangkuman penilaian responden terhadap HP2 sebagai berikut: Tabel 3.18. Penilaian Respoden Terhadap Hp2 No Nama Kriteria Nilai Kriteria 1 Harga 80 2 Kamera 80 No Nama Kriteria Nilai Kriteria 3 Memori 80 4 Berat 90 5 Keunikan 90 Tabel 2.29 akan menampilkan rangkuman penilaian responden terhadap HP3 sebagai berikut: Tabel 3.19. Penilaian Respoden Terhadap Hp3
  • 49. 49 Buku Panduan Model CBL No Nama Kriteria Nilai Kriteria 1 Harga 90 2 Kamera 90 3 Memori 90 4 Berat 90 5 Keunikan 90 Berikut formula untuk nilai Utility Ui(ai) = 100 ( ) ( ) % Dari formula yang digunakan maka didapatkanlah nilai utility, seperti Tabel 3.20 di bawah ini untuk nilai utility Hp1, berikut datanya: Tabel 3.20. Nilai Utility dari Hp1 No Nama Kriteria Nilai Ui(ai) 1 Harga 100 =100 ( ) ( ) = 0 2 Kamera 80 =100 ( ) ( ) = 20 3 Memori 80 =100 ( ) ( ) = 20 4 Berat 90 =100 ( ) ( ) = 10 5 Keunikan 90 =100 ( ) ( ) = 10 Tabel 3.21 di bawah ini menjelaskan nilai utility dari Hp2, berikut datanya: Tabel 3.21. Nilai Utility dari Hp2 No Nama Kriteria Nilai Ui(ai) 1 Harga 80 =100 ( ) ( ) = 20 2 Kamera 80 =100 ( ) ( ) = 20 3 Memori 80 =100 ( ) ( ) = 20 4 Berat 90 =100 ( ) ( ) = 10 5 Keunikan 90 =100 ( ) ( ) = 10 Tabel 3.22 di bawah ini menjelaskan nilai utility dari Hp2, berikut datanya: Tabel 3.22. Nilai Utility dari Hp3 No Nama Kriteria Nilai Ui(ai) 1 Harga 90 =100 ( ) ( ) = 10 2 Kamera 90 =100 ( ) ( ) = 10 3 Memori 90 =100 ( ) ( ) = 10
  • 50. 50 Buku Panduan Model CBL 4 Berat 90 =100 ( ) ( ) = 10 5 Keunikan 90 =100 ( ) ( ) = 10 Kemudian menghitung nilai U(ai)=∑ Wj*Ui(ai), berikut adalah Tabel perhitungan nilainya. Tabel 3.23 di bawah ini menampilkan total nilai utility dari Hp1, berikut datanya: Tabel 3.23. Total Nilai Utilty Hp1 No Nama Kriteria Ui(ai) Wj Ui(ai) 1 Harga =100 ( ) ( ) = 0 0,45 0 2 Kamera =100 ( ) ( ) = 20 0,25 5 3 Memori =100 ( ) ( ) = 20 0,15 3 4 Berat =100 ( ) ( ) = 10 0,1 2 5 Keunikan =100 ( ) ( ) = 10 0,05 0,5 Total 9,5 Tabel 3.24 di bawah ini menampilkan total nilai utility dari Hp2, berikut datanya: Tabel 3.24. Total Nilai Utilty Hp2 No Nama Kriteria Ui(ai) Wj Ui(ai) 1 Harga =100 ( ) ( ) = 20 0,45 9 2 Kamera =100 ( ) ( ) = 20 0,25 5 3 Memori =100 ( ) ( ) = 20 0,15 3 4 Berat =100 ( ) ( ) = 10 0,1 1 5 Keunikan =100 ( ) ( ) = 10 0,05 0,5 Total 18,5 Tabel 3.25 di bawah ini menampilkan total nilai utility dari Hp3, berikut datanya: Tabel 3.25. Total Nilai Utilty Hp3 No Nama Kriteria Ui(ai) Wj Ui(ai) 1 Harga =100 ( ) ( ) = 10 0,45 4,5 2 Kamera =100 ( ) ( ) = 10 0,25 2,5
  • 51. 51 Buku Panduan Model CBL 3 Memori =100 ( ) ( ) = 10 0,15 1,5 4 Berat =100 ( ) ( ) = 10 0,1 1 5 Keunikan =100 ( ) ( ) = 10 0,05 0,5 Total 10 Melihat dari hasil di atas berikut ini perangkingannya. Adapun sesuai dengan metode di atas yang dijadikan sebagai prioritas adalah yang memiliki nilai terendah, yang dapat dilihat pada Tabel 3.36 sebagai berikut: Tabel 3.26. Perangkingan Metode SMART No Hasil Akhir Keterangan 1 Hp1 = 9,5 Rangking 1 2 Hp2 = 18,5 Rangking 3 3 Hp3 = 10 Rangking 2 Berdasarkan Tabel di atas maka merk HP1 = 9.5 menjadi prioritas untuk di promosikan dan ditingkatkan produksinya. 4. Metode Profile Mathing (PM) Metode Profile Matching merupakan salah satu metode yang sederhana dalam sistem pendukung keputusan dengan membandingkan GAP antara nilai Alternatif dan kriteria. Ada beberapa hal yang diketahui tentang Analisi GAP, salah satu diantaranya adalah Tabel nilai bobot GAP. Selain itu analysis GAP ini juga harus memahami konsep Skala Prioritas, karena di dalam pembuatan bobot dengan range 0-5 berdasarkan prioritas setiap kriteria. Dalam penentuan pemindahan tugas pegawai dengan menggunakan metode Profile Matching diperlukan kriteria-kriteria dan bobot untuk melakukan perhitungannya sehingga akan didapat alternatif terbaik, dalam hal ini alternatif yang dimaksud adalah pegawai yang akan dipindah tugaskan berdasarkan kriteria-kriteria yang ditentukan. Berdasarkan banyaknya pegawai yang ada maka diambil 10 pegawai sebagai contoh data awal untuk penerapan metode Profile Matching dalam penentuan pegawai yang terdapat pada Tabel 3.37 dibawah ini: Tabel 3.27. Data Alternatif No Pegawai Lama Kerja Disiplin Kerja Loyalitas Kerjasama 1 Rido Manurung 8 Tahun Kurang Disiplin Sangat Baik Cukup baik
  • 52. 52 Buku Panduan Model CBL 2 Fahri Hamzah 4 Tahun Sangat Disiplin Cukup baik Cukup baik 3 Boby Nasution 12 Tahun Disiplin Kurang Baik Sangat Baik 4 Joko Susilo 6 Tahun Kurang Disiplin Sangat Baik Cukup baik 5 Raja Mukti 8 Tahun Sangat Disiplin Kurang Baik Sangat Baik 6 Gusti Etama 6 Tahun Cukup Disiplin Sangat Baik Baik 7 Surya Jaya 11 Tahun Kurang Disiplin Cukup baik Kurang Baik 8 Febrianto 4 Tahun Disiplin Kurang Baik Sangat Baik 9 Rianto S 7 Tahun Kurang Disiplin Sangat Baik Cukup baik 10 Raihan 4 Tahun Cukup Disiplin Sangat Baik Cukup baik Untuk mempermudah pegawai dalam pengambilan keputusan untuk menentukan pemindahan tugas pegawai, maka perlu diperhatikan kriteria- kriteria sebagai persyaratan untuk penentuan pemindahan tugas pegawai tersebut. Ada empat kriteria yang diajukan acuan dalam pengambilan keputusan penentuan pemindahan tugas pegawai dapat dilihat pada Tabel 3.28 dibawah ini: Tabel 3.28 Kriteria PM Kriteria Ketentuan Kriteria C1 Lama Bekerja C2 Disiplin Kerja C3 Loyalitas C4 Kerjasama Rating kecocokan untuk setiap alternatif pada setiap kriteria adalah sebagai berikut: Sangat tinggi (ST) = 5 Tinggi (T) = 4 Cukup (C) = 3 Rendah (R) = 2 Sangat rendah (SR) = 1 Berdasarkan kriteria yang telah ditentukan maka diperoleh nilai setiap kriteria dalam bentuk nilai rill dan akan dinilai dari nilai Sangat Tinggi (ST), Tinggi (T), Cukup (C), Rendah (R), dan Sangat Rendah (SR) adalah sebagai berikut: 1. Kriteria Lama Bekerja (C1) Lama bekerja pegawai merupakan faktor yang penting untuk menentukan pegawai tersebut akan dipindahkan atau tidak, semakin lama pegawai tersebut bekerja maka akan semakin baik pegawai tersebut akan
  • 53. 53 Buku Panduan Model CBL dipindahkan. Berikut data lama bekerja pegawai yang dapat dilihat pada Tabel 3.29 di bawah ini: Tabel 3.29. Nilai Lama Bekerja C1 Nilai < 2 Tahun 1 3 – 5 Tahun 2 6 – 7 Tahun 3 8 - 10Tahun 4 >11 Tahun 5 2. Kriteria Disiplin Kerja (C2) Disiplin kerja merupakan faktor yang peting demi kelangsungan hidup suatu perusahaan, semangkin banyak baik disiplin kerja yang dimiliki pegawai akan mendukung semakin baik pula nilai yang akan diberikan. Seperti pada tebel 2.40 di bawah ini: Tabel 3.30. Nilai Disiplin Kerja C2 Nilai Tidak Disiplin 1 Kurang Disiplin 2 Cukup Disiplin 3 Disiplin 4 Sangat Disiplin 5 3. Kriteria Loyalitas (C3) Loyalitas merupakan sebagai tindakan memberi atau menunjukkan dukungan dan kepatuhan yang teguh dan konstan kepada seseorang atau institusi dimana pegawai itu bekerja. Seperti pada penjelasan Tabel 2.41 di bawah ini: Tabel 3.31. Nilai Loyalitas C3 Nilai Tidak Baik 1 Kurang Baik 2 Cukup baik 3 Baik 4 Sangat Baik 5
  • 54. 54 Buku Panduan Model CBL 4. Kriteria Kerjasama (C4) Kerjasama merupakan salah satu kriteria penting untuk menentukan pemindahan tugas pegawai. Seperti pada penjelasan Tabel 2.42 di bawah ini: Tabel 3.32. Nilai Kerjasama C4 Nilai Tidak Baik 1 Kurang Baik 2 Cukup baik 3 Baik 4 Sangat Baik 5 Metode Profile Matching dalam prosesnya memerlukan kriteria yang akan dijadikan bahan perhitungan pada proses perankingan. Selain bobot kriteria, pada proses penilaian menggunakan metode Profile Matching juga dibutuhkan nilai Profile yang menggunakan Tabel GAP yang bisa dilihat pada Tabel 3.33 sebagai berikut: Tabel 3.33. Bobot Nilai GAP No Selisih Gap Bobot Nilai Keterangan 1 0 6 Kompetensi sesuai yang dibutuhkan 2 1 5,5 Kompetensi individu kelebihan 1 tingkat/level 3 -1 5 Kompetensi individu kurang 1 tingkat/level 4 2 4,5 Kompetensi individu kelebihan 2 tingkat/level 5 -2 4 Kompetensi individu kurang 2 tingkat/level 6 3 3,5 Kompetensi individu kelebihan 3 tingkat/level 7 -3 3 Kompetensi individu kurang 3 tingkat/level 8 4 2,5 Kompetensi individu kelebihan 4 tingkat/level 9 -4 2 Kompetensi individu kurang 4 tingkat/level 10 5 1,5 Kompetensi individu kelebihan 5 tingkat/level 11 -5 1 Kompetensi individu kurang 5 tingkat/level Kemudian pemberian nilai kriteria yang bisa dilihat pada Tabel 2.44 di bawah ini: Tabel 3.34. Kriteria Penilaian Simbol Kriteria Profile Bobot C1 Lama Bekerja 2 15 % = 0.15 C2 Disiplin Kerja 5 35 % = 0.35 C3 Loyalitas 3 20 % = 0.20 C4 Kerjasama 4 30 % = 0.30
  • 55. 55 Buku Panduan Model CBL Dari masing-masing kriteria tersebut telah ditentukan nilai profile dan nilai bobotnya. Jumlah nilai bobot dari semua kriteria harus genap 100 % atau 1. Berdasarkan banyaknya pegawai yang ada maka diambil 10 pegawai sebagai contoh untuk penerapan metode Profile Matching dalam penentuan pegawai yang akan dipindah tugaskan. Data penilaian terhadap setiap kriteria dari setiap pegawai tersebut dilakukan dengan mengacu kepada Tabel GAP dan kemudian dimasukkan ke dalam Tabel 2.45 sebagai berikut: Tabel 3.35. Data Nilai Pegawai No Alternatif Ke- Pegawai C1 C2 C3 C4 1 1 Rido Manurung 4 2 5 3 2 2 Fahri Hamzah 2 5 3 3 3 3 Boby Nasution 5 4 2 5 4 4 Joko Susilo 3 2 5 3 5 5 Raja Mukti 4 5 2 5 6 6 Gusti Etama 3 3 5 4 7 7 Surya Jaya 5 2 3 2 8 8 Febrianto 2 4 2 5 9 9 Rianto S 3 2 5 3 10 10 Raihan 2 3 5 3 Selanjutnya adalah menghitung nilai GAP antara profile subjek dengan profile yang dibutuhkan dengan mengurangkan nilai profile alternatif dengan nilai profile kriteria. Seperti pada Tabel 2.46 di bawah ini: Tabel 2.46. Nilai GAP No Alternatif Ke- Nama C1 C2 C3 C4 1 1 Rido Manurung 4 2 5 3 2 2 Fahri Hamzah 2 5 3 3 3 3 Boby Nasution 5 4 2 5 4 4 Joko Susilo 3 2 5 3 5 5 Raja Mukti 4 5 2 5 6 6 Gusti Etama 3 3 5 4 7 7 Surya Jaya 5 2 3 2 8 8 Febrianto 2 4 2 5 9 9 Rianto S 3 2 5 3 10 10 Raihan 2 3 5 3 Profile 2 5 3 4 1 1 Rido Manurung 2 -3 2 -1 2 2 Fahri Hamzah 0 0 0 -1 3 3 Boby Nasution 3 -1 -1 1
  • 56. 56 Buku Panduan Model CBL 4 4 Joko Susilo 1 -3 2 -1 5 5 Raja Mukti 2 0 -1 1 6 6 Gusti Etama 1 -2 2 0 7 7 Surya Jaya 3 -3 0 -2 8 8 Febrianto 0 -1 -1 1 9 9 Rianto S 1 -3 2 -1 10 10 Raihan 0 -2 2 -1 Selanjutnya menghitung Nilai Maping GAP yang bersumber dari analisis GAP. Hasil perhitungan dapat dilihat pada Tabel 2.47 di bawah ini: Tabel 3.37. Maping GAP No Alternatif Ke- Nama C1 C2 C3 C4 1 1 Rido Manurung 4.5 3 4.5 5 2 2 Fahri Hamzah 6 6 6 5 3 3 Boby Nasution 3.5 5 5 5.5 5 5 Joko Susilo 5.5 3 4.5 5 6 6 Raja Mukti 4.5 6 5 5.5 7 7 Gusti Etama 5.5 4 4.5 6 8 8 Surya Jaya 3.5 3 6 4 9 9 Febrianto 6 5 5 5.5 10 10 Rianto S 5.5 3 4.5 5 Kemudian nilai menghitung akhir. Nilai Akhir = (C1*15%) + (C2*35%) + (C3*20%) + (C4*30%) (2) A1 = (4.5*15%) + (3*35%) + (4.5*20%) + (5*30%) = 4.125 A2 = (6*15%) + (6*35%) + (6*20%) + (5*30%) = 5.7 A3 = (3.5*15%) + (5*35%) + (5*20%) + (5.5*30%) = 4.925 A4 = (5.5*15%) + (3*35%) + (4.5*20%) + (5*30%) = 4.275 A5 = (4.5*15%) + (6*35%) + (5*20%) + (5.5*30%) = 5.425 A6 = (5.5*15%) + (4*35%) + (4.5*20%) + (6*30%) = 4.925 A7 = (3.5*15%) + (3*35%) + (6*20%) + (4*30%) = 3.975 A8 = (6*15%) + (5*35%) + (5*20%) + (5.5*30%) = 5.3 A9 = (5.5*15%) + (3*35%) + (4.5*20%) + (5*30%) = 4.275 A10 = (6*15%) + (4*35%) + (4.5*20%) + (5*30%) = 4.7 Setelah diketahui nilai akhir maka dibuatlah perangkingan seperti Tabel 3.38 di bawah ini:
  • 57. 57 Buku Panduan Model CBL Tabel 3.38 Perangkingan Analisis PM No Nama Nilai Akhir Ranking Keterangan 1 Fahri Hamzah 5,7 1 Dipindah Tugaskan 2 Raja Mukti 5,425 2 Dipindah Tugaskan 3 Febrianto 5,3 3 Dipindah Tugaskan 4 Boby Nasution 4,925 4 Tidak Dipindah Tugaskan 5 Gusti Etama 4,925 5 Tidak Dipindah Tugaskan 6 Raihan 4,7 6 Tidak Dipindah Tugaskan 7 Joko Susilo 4,275 7 Tidak Dipindah Tugaskan 8 Rianto S 4,275 8 Tidak Dipindah Tugaskan 9 Rido Manurung 4,125 9 Tidak Dipindah Tugaskan 10 Surya Jaya 3,975 10 Tidak Dipindah Tugaskan 5. Metode Oreste Metode Oreste merupakan salah satu metode dalam sistem pendukung keputusan yang terbilang baru. Metode ini merupakan pengembangan dari beberapa metode lain yang terhimpun dalam metode Multi Attribute Decision Making (MADM). Dalam metode ini terdapat hal yang unit yaitu dengan mengadopsi Besson Rank. Besson Rank merupakan pendekatan untuk membuat skala prioritas dari setiap indikator kriteria, dimana apabila terdapat nilai kriteria maka dalam perangkingannya menggunakan pendekatan rata-rata. Adapun algoritma penyelesaian metode Oreste yaitu sebagai berikut: 1. Mendefinisikan terlebih dahulu kriteria-kriteria yang akan dijadikan sebagai tolak ukur penyelesaian masalah 2. Mengubah setiap data alternatif ke dalam Besson Rank 3. Menghitung Nilai Distance Score setiap pasangan alternatif 4. Menghitung Nilai Preferensi (Vi) = Distance Score * Wj 5. Melakukan perangkingan Untuk dapat lebih memahami metode ini berikut ini adalah contoh kasus dari metode Oreste yaitu sebagai berikut: Pada bagian marketing di perusahaan yang bergerak di bidang perangkat teknologi ingin ekspansi dan mengembangkan pangsa pasar di berbagai daerah. Adapun perangkat teknologi yang sedang dianalisis yaitu Laptop. Ada 3 tipe laptop yang akan di analisis untuk melihat sejauh mana
  • 58. 58 Buku Panduan Model CBL daya serap konsumen selama ini terhadap 3 tipe laptop tersebut. Berikut ini adalah Tabel properti dari handphone tersebut. Adapun tipe kita sebut laptop1, laptop2, dan laptop3. Adapun faktor-faktor dan kriteria yang dijadikan sebagai acuan terlihat pada Tabel 3.39 di bawah ini yaitu: Tabel 3.39. Kriteria Metode Oreste No Nama Kriteria Nilai Bobot 1 Harga 0,45 2 Kamera 0,25 3 Memori 0,15 4 Berat 0,1 5 Keunikan 0,05 Dan berdasarkan hasil penilaian oleh responden yang disebut alternatif di bawah ini adalah Tabel 3.40 untuk nilai alternatifnya: Tabel 3.40. Penilaian Alternatif Metode Oreste No Alternatif Kriteria C1 C2 C3 C4 C5 1 Laptop1 80 70 80 70 90 2 Laptop2 80 80 70 70 90 3 Laptop3 90 70 80 70 80 Kemudian melakukan perhitungan nilai besson Rank untuk setiap kriteria. Di bawah ini adalah Tabel 3.41 untuk nilai besson Rank kriteria 1, dengan data sebagai berikut: Tabel 3.41. Nilai Bobot Kriteria Metode Oreste (Kriteria 1) No Alternatif Nilai Alternatif Keterangan 1 Laptop1 80 Rangking 2,5 2 Laptop2 80 Rangking 2,5 3 Laptop3 90 Rangking 1 Keterangan: Karena nilai Alternatif laptop1 dan laptop 2 sama, maka dalam perangkingannya yaitu: Rangking 2 dan 3. Mean = (2+3)/2 = 2.5 Di bawah ini adalah Tabel 3.42 untuk nilai besson Rank kriteria 2, dengan data sebagai berikut: Tabel 3.42. Nilai Bobot Kriteria Metode Oreste (Kriteria 2) No Alternatif Nilai Alternatif Keterangan 1 Laptop1 70 Rangking 2,5 2 Laptop2 80 Rangking 1
  • 59. 59 Buku Panduan Model CBL 3 Laptop3 70 Rangking 2,5 Keterangan : Karena nilai Alternatif laptop 1 dan laptop 2 sama, maka dalam perangkingannya yaitu: Rangking 2 dan 3. Mean = (2+3)/2 = 2.5 Di bawah ini adalah Tabel 2.52 untuk nilai besson Rank kriteria 3, dengan data sebagai berikut: Tabel 3.42. Nilai Bobot Kriteria Metode Oreste (Kriteria 3) No Alternatif Nilai Alternatif Keterangan 1 Laptop1 80 Rangking 1,5 2 Laptop2 70 Rangking 3 3 Laptop3 80 Rangking 1,5 Keterangan : Karena nilai Alternatif laptop 1 dan laptop 2 sama, maka dalam perangkingannya yaitu: Rangking 2 dan 3. Mean = (1+2)/2 = 1.5 Di bawah ini adalah Tabel 3.43 untuk nilai besson Rank kriteria 4, dengan data sebagai berikut: Tabel 3.43. Nilai Bobot Kriteria Metode Oreste (Kriteria 4) No Alternatif Nilai Alternatif Keterangan 1 Laptop1 70 Rangking 2 2 Laptop2 70 Rangking 2 3 Laptop3 70 Rangking 2 Keterangan : Karena nilai Alternatif laptop 1, laptop 2, laptop 3 sama, maka dalam perangkingannya yaitu: Rangking 1, 2 dan 3. Mean = (1+2+3)/2 = 2 Di bawah ini adalah Tabel 3.44 untuk nilai besson Rank kriteria 1, dengan data sebagai berikut: Tabel 3.44. Nilai Bobot Kriteria Metode Oreste (Kriteria 5) No Alternatif Nilai Alternatif Keterangan 1 Laptop1 90 Rangking 1,5 2 Laptop2 90 Rangking 1,5 3 Laptop3 80 Rangking 3 Keterangan : Karena nilai Alternatif laptop 1 dan laptop 2 sama, maka dalam perangkingannya yaitu: Rangking 1 dan 2. Mean = (1+2)/2 = 1.5 Maka berikut ini adalah hasil normalisasi dari kriteria pada metode oreste yang dapat dilihat pada Tabel 2.56 sebagai berikut: Tabel 3.45. Nilai Normalisasi terhadap Kriteria
  • 60. 60 Buku Panduan Model CBL No Alternatif Kriteria C1 C2 C3 C4 C5 1 Laptop1 2,5 2,5 1,5 2 1,5 2 Laptop2 2,5 1 3 2 1,5 3 Laptop3 1 2,5 1,5 2 3 Kemudian Menghitung nilai Distance Score D(aj,cj) =[½ r cj R + ½ r cj (a)R Setiap pasangan alternatif dan kriteria sebagai skor jarak dan untuk posisi ideal ditempati oleh alternatif terbaik serta kriteria yang paling penting. Skor ini merupakan nilai rata-rat Besson Rank R cj kriteria cj alternatif a dalam kriteria Cj. Diketahui R=3 dan Cj (a) ] 1/r dan Besson Rank r cj (a). Maka, D (a1 , c1) = ([ ½*2.5^] + [ ½*1^3]) akar 3 = 2.026 D (a2 ,c1) = ([ ½*2.5^3] + [ ½*1^3]) akar 3 = 2.026 D (a3 , c1) = ([ ½*1^3] + [ ½*1^3]) akar 3 = 1 D (a1 , c2) = ([ ½*2.5^3] + [ ½*2^3]) akar 3 = 2.277 D (a2 , c2) = ([ ½*1^3] + [ ½*2^3]) akar 3 = 1.651 D (a3 , c2) = ([ ½*2.5^3] + [ ½*2^3]) akar 3 = 2.277 D (a1 , c3) = ([ ½*1.5^3] + [ ½*3^3]) akar 3 = 2.476 D (a2 , c3) = ([ ½*3^3] + [ ½*3^]) akar 3 = 3.000 D (a3 , c3) = ([ ½*1.5^3] + [ ½*3^3]) akar 3 = 2.476 D (a1 , c4) = ([ ½*2^3] + [ ½*4^3]) akar 3 = 3.302 D (a2 , c4) = ([ ½*2^3] + [ ½*4^3]) akar 3 = 3.302 D (a3 , c4) = ([ ½*2^3] + [ ½*4^3]) akar 3 = 3.302 D (a1 , c5) = ([ ½*1.5^3] + [ ½*5^3]) akar 3 = 4.003 D (a2 , c5) = ([ ½*1.5^3] + [ ½*5^3]) akar 3 = 4.003 D (a3 , c5) = ([ ½*3^3] + [ ½*5^3]) akar 3 = 4.235 Berikut ini adalah hasil akumulasi nilai Distance Scorenya yang daapt dilihat pada Tabel 3.46 sebagai berikut: Tabel 3.46. Nilai Akumulasi Distance Scorenya No Alternatif Kriteria C1 C2 C3 C4 C5 1 Laptop1 2,026 2,277 2,476 3,302 4,003 2 Laptop2 2,026 1,651 3 3,302 4,003 3 Laptop3 1 2,277 2,476 3,302 4,235 Kemudian Menghitung Nilai Preferensi dari Nilai Distance Score
  • 61. 61 Buku Panduan Model CBL V1 = (2.026 * 0.45) + (2.277* 0.25) + (2.476*0.15) + (3.302*0.10) + (4.003*0.05) = 2.3826 V2 = (2.026 * 0.45) + (1.651* 0.25) + (3*0.15) + (3.302*0.10) + (4.003*0.05) = 2.3045 V3 = (1 * 0.45) + (2.277* 0.25) + (2.476*0.15) + (3.302*0.10) + (4.235*0.05) = 1.9327 Hasil dari perhitungan dengan metode oreste di rangkingkan dengan mengambil nilai terendah sebagai rangking tertinggi yang dapat dilihat pada Tabel 3.47 di bawah ini: Tabel 3.47. Perangkingan Metode Oreste No Nama Alternatif Nilai Prefrensi Rangking 1 Laptop 1 2.3826 Rangking 3 2 Laptop 2 2.3045 Rangking 2 3 Laptop 3 1.9327 Rangking 1 6. Metode Hybrida Metode Hybrid (Metode AHP dan SAW) merupakan metode yang fundamental selain metode MFEP (Multi Factor Evaluation Process). Metode ini terlihat memiliki proses penyelesaian yang merupakan penggabungan metode Analythical Hierarchy Process (AHP) dan metode Simple Additive Weighting (SAW). Adapun algoritma penyelesaian metode ini yaitu: Adapun algoritma penyelesaian metode Analythical Hierarchy Process (AHP) yaitu sebagai berikut: a. Mendefinisikan terlebih dahulu kriteria-kriteria yang akan di jadikan sebagai tolak ukur penyelesaian masalah dan menentukan tingkat kepentingan dari setiap kriteria. b. Menghitung Nilai Matriks Perbandingan dari masing-masing kriteria berdasarkan Tabel nilai kepentingan (Tabel saaty) c. Menghitung nilai bobot kriteria (Wj) d. Menghitung nilai bobot preferensi (Vi) : (lihat rumus yang digunakan pada metode Simple Additive Weighting) e. Perangkingkan
  • 62. 62 Buku Panduan Model CBL Agar lebih memahami berikut ini adalah contoh soal untuk penyelesaian Metode Metode Hybrid (Metode AHP dan SAW) yaitu: Contoh Soal: Pada bagian marketing di perusahaan yang bergerak di bidang perangkat teknologi ingin ekspansi dan mengembangkan pangsa pasar di berbagai daerah. Adapun perangkat teknologi yang sedang di analisis yaitu Handphone. Ada 4 tipe handphone yang akan di analisis untuk melihat sejauh mana daya serap konsumen selama ini terhadap 4 tipe handphone tersebut. Berikut ini adalah Tabel 3.48 properti dari handphone tersebut. Adapun tipe kita sebut HP1, HP2, HP3 dan HP4. Tabel 3.48. Prpoperti HP untuk masing-masing Alternatif Metode Hybrid Alternatif Harga Memori Warna Kamera Berat Kenunikan (Juta) (MB) (Kb) (MP) (Gram) HP1 2,3 35 256 2 126 1 HP2 3,1 42 256 3,2 116 3 Hp3 3,7 40 256 3,2 134 5 Hp4 4,7 90 16000 2 191 7 Variable K1 K2 K3 K4 K5 K6 Penyelesaian: Menentukan skala prioritas dari setiap kriteria. Dalam hal ini berdasarkan evaluasi tim marketing: K1(Harga) merupakan prioritas Utama, kemudian K6(Keunikan) dan K5(Berat) merupakan prioritas Kedua serta K2(Memori), K3(Warna) dan K4(Kamera) merupakan prioritas terakhir. Maka masalah di atas dapat di dekomposikan kedalam tangga prioritas seperti gambar di bawah ini: Gambar 3.1 Tangga Prioritas Metode Hybrid Kemudian Menghitung Nilai Pairwise Matrix (Matriks Perbandingan Berpasangan) dari setiap kriteria. Berikut ini adalah Tabel 3.49 matriks perbandingan berpasangan dari kriteria di atas yaitu sebagai berikut. K2, K3, K4 K1 K6, K5