Makalah ini membahas konsep seksualitas manusia mulai dari pengertian, fungsi, sikap terhadap kesehatan seksual, pertumbuhan dan perkembangan seksual, serta berkembangnya seksualitas dan pertalian seksual pada masa remaja dan awal perkawinan.
Asuhan Keperawatan Gagal ginjal akut & kronik.pptx
makalah konsep seksual - d3 keperawatan
1. UNTUK MEMENUHI TUGAS KEPERAWATAN DASAR 1
KONSEP SEKSUAL
KELOMPOK 7:
FAHRUNNISA
RINA RAMADHANI SUTANTO
ZAENI ROHMAN MAULANA
(D3 KEPERAWATAN)
Jl. Tamansari Km 2,5 Kota Tasikmalaya Tlp (0265)2350982
Website : www.umtas.ac.id
e-mail :kotaksuratumtas@gmail.com/info@umtas.ac.id
fb : Universitas Muhammadiyah Tasikmalaya
Twitter : UMTasik Line :cerdasberkualitas
2. KATA PENGANTAR
Pujidan syukur atas terbentuknya makalah ini. Makalah ini dibuat untuk
memenuhi tugas yang diberikan kepada kami dengan judul teori yaitu KONSEP
SEKSUAL. Makalah ini dibuat untuk memenuhi kebutuhan dosen dan
mahasiswa dalamkegiatan pembelajaran keperawatan dasar. Sehingga para
dosen dan mahasiswa mempunyaialternatif penggunaan makalah sesuai
dengan pilihan dan kualitas yang diperlukan.
Materi dalam makalah ini disampaikan dengan tersusun dan ilustrasi
yang jelas, dengan kalimat yang sederhana dan menggunakan bahasa yang
mudah dimengerti oleh kita semua. Dalam materi yang disampaikan dimakalah
ini, diharapkan mahasiswa akan mampu memahami dan mengetahui tentang
konsep seksual.
Akhirnya,kamiberharap makalah ini akan dapat memberikan manfaat
untuk kita semua. Kami menyadribahwa tak ada gading yang tak retak, maka
kritik dan saran demi perbaikan makalah ini senantiasa kami harap dan
nantikan.
Tasikmalaya, september 2016
Penulis
3. LATAR BELAKANG
Seksualitas adalah kebutuhan dasar manusia dalam manifestasi kehidupan
yang berhubungan dengan alat reproduksi. (Stevens: 1999). Sedangkan menurut
WHO dalam Mardiana (2012) seksualitas adalah suatu aspek inti manusia
sepanjang kehidupannya dan meliputi seks, identitas dan peran gender, orientasi
seksual, erotisme, kenikmatan, kemesraan dan reproduksi.
Salah satu kebutuhan mendasar yang kita ketahui adalah kebutuhan
seksualkarena kebutuhan seksualmerupakan yang harus benar-benar
terpenuhi dan apabila kebutuhan seksualini tidak terpenuhi dengan
semestinya maka akan terjadi sesuatu menympang seksual.
Karena begitu pentingnya sebuah kebutuhan seksualbagi
kelangsungan kehidupan manusia dan banyak masalah yang ditimbulkan serta
pertimbangan-pertimbangan yang sering kita jumpai. Dalam kehidupan kita
maka dariitu kami mengatakan sebuah judul makalah ini dibuat tentang
“KONSEP SEKSUAL”
4. DAFTAR ISI
BAB I
Pendahuluan
BAB II
1. Pengertian seksualitas
2. Fungsiseksualitas
3. Sikap terhadap kesehatan seksual
4. Pertumbuhan dan perkembangan seksualmanusia
5. Respon seksualitas
6. Dimensi seksual
7. Permasalahan yang berhubungan dengan seksual
8. Jenis-jenis penyimpangan pada orang dewasa
9. Bentuk abnormalitas seksualakibat dorongan seksualabnormal
10.Kehamilan dan seksual
11.Seksualitas dalam proses keperawatan
BAB III
Kesimpulan :
A. Saran
B. Penutup
BAB IV
Daftar pustaka
5. BAB I
PENDAHULUAN
. Konsep Seksualitas
Seksualitas merupakan bagian integral dari kehidupan manusia. Lingkupan
seksualitas suatu yang lebih luas daripada hanya sekedar kata seks yang
merupakan kegiatan hubungan fisik seksual. Kondisi Seksualitas yang sehat
juga menunjukkan gambaran kualitas kehidupan manusia, terkait dengan
perasaan paling dalam, akrab dan intim yang berasal dari lubuk hati yang paling
dalam, dapat berupa pengalaman, penerimaan dan ekspresi diri manusia.Seks
adalah perbedaan badani atau biologis perempuan dan laki-laki, yang sering
disebut jenis kelamin yaitu penis untuk laki-laki dan vagina untuk perempuan.
Seksualitas menyangkut berbagai dimensi yang sangat luas, yaitu dimensi
biologis, sosial, perilaku dan kultural. Seksualitas dari dimensi biologis
berkaitan dengan organ reproduksi dan alat kelamin, termasuk bagaimana
menjaga kesehatan dan memfungsikan secara optimal organ reproduksi dan
doronganseksual.
Seksualitas dari dimensi psikologis erat kaitannya dengan bagaimana
menjalankan fungsi sebagai mahluk seksual, identitas peran atau jenis. Dari
dimensi sosial dilihat pada bagaimana seksualitas muncul dalam hubungan
antar manusia, bagaimana pengaruh lingkungan dalam membentuk pandangan
tentang seksualitas yang akhirnya membentuk perilaku seks.
Dimensi perilaku menerjemahkan seksualitas menjadi perilaku seksual, yaitu
perilaku yang muncul berkaitan dengandoronganatauhasratseksual.
6. BAB II
1. PENGERTIAN SEKSUALITAS
Seksualitas adalah komponen identitas personal individu yang tidak
terpisahkan dan berkembang dan semakin matang sepanjang kehidupan
individu. Seksualitas tidak sama dengan seks. Seksualitas ialah interaksi faktor-
faktor biologis, psikologi personal, dan lingkungan. Fungsi biologis mengacu
pada kemampuan individu untuk memberi dan menerima kenikmatan dan untuk
bereproduksi. Identitas dan konsep diri seksual psikologis mengacu pada
pemahaman dalam diri individu tentang seksualitas seperti citra diri, identifikasi
sebagai pria atau wanita, dan pembelajaran peran-peran maskulin atau feminin.
Nilai atau aturan sosio budaya membantu dalam membentuk individu
berhubungan dengan dunia dan bagaimana mereka memilih berhubungan
seksual dengan orang lain.
2 aspek seksualitas:
1. Seksualitas dalam arti sempit
Dalam arti sempit seks berarti kelamin. Yang termasuk dalam kelamin adalah
sebagai berikut:
a. Alat kelamin itu sendiri
b. Kelenjar dan hormon-hormon dalam tubuh yang mempengaruhi bekerjanya
alat kelamin
c. Anggota tubuh dan ciri-ciri badaniah lainnya yang membedakan laki-laki dan
perempuan
d. Hubungan kelamin
2. Seksualitas dalam arti luas
Segala hal yang terjadi akibat dari adanya perbedaan jenis kelamin antara lain:
a) Perbedaan tingkah laku: lembut, kasar, genit, dll
b) Perbedaan atribut: pakaian, nama, dll
c) Perbedaan peran.
7. 2. FUNGSI SEKSUALITAS
1. Kesuburan
Pada beberapa kebudayaan, seorang wanita muda mungkin merasakan adanya
keinginan yang kuat untuk membuktikan kesuburannya bahkan walaupun ia
sebenarnya belum menginginkan anak pada tahap kehidupannya saat itu. Ini
adalah macam masyarakat yang secara tradisional wanita hanya dianggap layak
dinikahi apabila ia sanggup membuktikan kesuburannya.
2. Kenikmatan
Mungkin pendorong primer atau mendasar perilaku seksual adalah kenikmatan
atau kesenangan yang dirasakan yaitu suatu kombinasi kenikmatan sensual dan
kenikmatan khas seksual yang berkaitan dengan orgasme.
3. Mempererat ikatan dan meningkatkan keintiman pasangan
Dalam suatu pertalian seksual yang ekslusif, pasangan melakukan secara
bersama-sama hal-hal yang tidak ingin mereka lakukan dengan orang lain. Ini
adalah esensi dari keintiman seksual. Efektivitas seks dalam memperkuat
keintiman tersebut berakar dari risiko psikologis yang terlibat; secara khusus,
resiko ditolak, ditertawakan, mendapati bahwa dirinya tidak menarik, atau
kehilangan kendali dapat memadamkan gairah pasangan.
4. Menegaskan maskulinitas atau feminitas
Sepanjang hidup kita, terutama pada saat-saat identitas gender terancam karena
sebab lain (mis., saat menghadapi perasaan tidak diperlukan atau efek penuaan),
kita mungkin menggunakan seksualitas untuk tujuan ini.
5. Meningkatkan harga diri
Merasa secara seksual bagi orang lain, atau berhasil dalam upaya seksual,
secara umum dapat meningkatkan harga diri.
6. Mencapai kekuasaan atau dominasi dalam hubungan
Kekuasaan (power) seksualitas cenderung dianggap sebagai salah satu aspek
maskulinitas, dengan pria, baik karena alasan sosial maupun fisik, biasanya
8. berada dalam posisi dominan. Namun, seks dapat digunakan untuk
mengendalikan hubungan baik oleh pria dan wanita dan karenanya sering
merupakan aspek penting dalam dinamika hubungan. Kekuasaan tersebut
mungkin dilakukan dengan mengendalikan akses ke interaksi seksual,
menentukan bentuk pertalian seksual yang dilakukan, dan apakah proses
menimbulkan efek positif pada harga diri pasangan. Sementara dapat terus
menjadi faktor dalam suatu hubungan yang sudh berjalan, hal ini juga
merupakan aspek yang penting dan menarik dalam perilaku awal masa
“berpacaran”.
7. Mengungkapkan permusuhan
Aspek penting dalam masalah “dominasi” pada interaksi seksual pria-wanita
adalah pemakaian seksualitas untuk mengungkapkan permusuhan. Hal ini
paling relevan dalam masalah perkosaan dan penyerangan seksual. Banyak
kasus penyerangan atau pemaksaan seksual dapat dipandang sebagai perluasan
dari dominasi atau kekuasaan, biasanya oleh pria terhadap wanita. Juga terdapat
keadaan-keadaan dengan penyerangan seksual dapat dipahami sebagai suatu
ungkapan kemarahan, baik terhadap wanita itu sendiri atau terhadap wanita itu
sebagai pengganti wanita lain.
8. Mengurangi ansietas atau ketegangan
Menurunnya gairah yang biasanya terjadi setelah orgasme dapat digunakan
sebagai cara untuk mengurangi ansietas atau ketegangan.
9. Pengambilan resiko
Interaksi seksual menimbulkan berbagai risiko, berkisar dari yang relatif ringan,
misalnya ketahuan, sampai serius misalnya hamil atau infeksi menular seksual.
Adanya resiko tersebut menjadi semakin bermakna dan mengganggu dengan
terjadinya epidemi HIV dan AIDS. Bagi sebagian besar orang, kesadaran
adanya resiko akan memadamkan respon seksual sehingga mereka mudah
menghindari resiko tersebut. Namun, bagi beberapa individu, gairah yang
berkaitan dengan persepsi resiko malah meningkatkan respons seksual. Untuk
9. individu yang seperti ini, resiko seksual menjadi salah satu bentuk kesenangan
yang dicari.
10. Keuntungan materi
Prostitusi adalah bentuk yang jelas dari aktivitas seksual untuk memperoleh
keuntungan dan hal ini sering merupakan akibat dari kemiskinan. Pernikahan,
sampai masa ini masih sering dilandasi oleh keinginan untuk memperoleh satu
bentuk perlindungan dan bukan semata mata ikatan emosional komitmen untuk
hidup bersama.
10. 3. SIKAP TERHADAP KESEHATAN SEKSUALITAS
Kesehatan seksual adalah kemampuan seseorang mencapai kesejahteraan
fisik, mental dan sosial yang terkait dengan seksualitas, hal ini tercermin dari
ekspresi yang bebas namun bertanggung jawab dalam kehidupan pribadi dan
sosialnya misalnya dalam menjaga hubungan dengan teman atau pacar dalam
batasan yang diperbolehkan oleh norma dalam masyarakat atau agama. Bukan
hanya tidak adanya kecacatan, penyakit atau gangguan lainnya. Kondisi ini
hanya bisa dicapai bila hak seksual individu perempuan dan laki-laki diakui dan
dihormati.
11. 4. PERTUMBUHAN DAN PERKEMBANGAN SEX MANUSIA
Pertumbuhan dan perkembangan seks manusia disebut libido. Terdiri dari
beberapa tahap yaitu:
1. Tahap oral: Sampai mencapai umur sekitar 1-2 tahun, tingkat kepuasan seks
dengan menghisap puting susu ibu, dot botol, menghisap jari tangan, Dengan
bayi baru dapat tidur setelah disusui ibu, menghisap botol atau tidur sambil
menghisap jarinya. Oleh karena itu perilaku demikian tidak perlu dilarang.
2. Tahap anal: Kepuasan seks anak didapat melalui rangsangan anus saat buang
air besar, antara umur 3-4 tahun sering duduk lama ditoilet, sehingga
kepuasannya tercapai.
3. Tahap falik: Terjadi sekitar umur 4-5 tahun, dengan jalan mempermainkan
alat kelaminnya.
4. Tahap laten: Terjadi sekitar umur 6-12 tahun. Tingkah laku seksual seolah-
olah terbenam, karena mungkin lebih banyak bermain, mulai masuk sekolah,
dan adanya pekerjaan rumah dari sekolah, Sehingga anak-anak cepat lelah dan
lekas tertidur, untuk siap bangun pagi dan pergi ke sekolah.
5. Tahap genital: Umur anak sekaitar 12-15 tahun. Tanda seks sekunder mulai
berkembang dan keinginan seks dalam bentuk libido mulia tampak dan terus
berlangsung sampai mencapai usia lanjut. Suara mulai berubah, keinginan
dipuja dan memuja mulai muncul, keingian dicumbu dan mencumbu pun mulai
tampak. Saat ini masa yang sangat berbahaya, sehingga memerlukan perhatian
orang tua. Pada wanita telah mulai datang bulan (menstruasi) dan pria mulai
mimpi basah sehingga dapat menyebabkan kehamilan atau hamil bila mereka
melakukan hubungan seksual. Karena kematangan jiwa dan jasmani belum
mencapai tingkat dewasa, sehingga bila terjadi kehamilan yang tidak dihendaki,
memberikan dampak kejiwaan yang sangat menyedihkan. (chandranita :2009)
Berkembangnya seksualitas dan pertalian seksual
1. Remaja
12. Pada awal masa remaja, sebagian besar seksualitas berkaitan dengan penegasan
identitas gender dan harga diri. Pada saat awitan pubertas terjadi perubahan-
perubahan di tubuh yang berlangsung tanpa dapat diduga sementara perubahan-
perubahan hormon menimbulkan dampak pada reaktivitas emosi.
2. Pasangan dan awal perkawinan
Setelah perkawinan dimulai, tantangannya adalah membangun rasa aman dalam
pertalian seksual yang juga mulai kehilangan pengaruh “pengalaman barunya”.
Pada tahap inilah membangun komunikasi yang baik menjadi sangat penting
untuk kelanjutan perkembangan pertalian seksual. Apabila pasangan tidak
mengembangkan cara-cara yang memungkinkan pasangannya mengetahui apa
yang mereka nikmati dan apa yang tidak menyenangkan maka akan muncul
masalah yang seharusnya dapat dihadapi dan dipecahkan.
3. Awal menjadi orang tua
Kehamilan, dan beberapa bulan setelah kelahiran, menimbulkan kebutuhan
lebih lanjut akan penyesuaian seksual. Wanita besar kemungkinannya
mengalami penurunan keinginan seksual dan kapasitas untuk menikmati seks
menjelang akhir kehamilnya karena terjadinya perubahan-perubahan fisik dan
mekanis. Periode pascanatal, karena berbagai alasan merupakan salah satu
periode saat munculnya kesulitan-kesulitan seksual yang apabila pasangan
obesitas belum mengembangkan metode-metode yang sesuai untuk
mengatasinya, dapat menimbulkan kesulitan berkepanjangan. Masalah jangka
panjang yang paling sering dalam hali ini adalah hilangnya gairah seksual pihak
wanita.
4. Usia paruh baya
Seksualitas pada hubungan yang sudah terjalin lama biasanya menghadapi
hambatan yang berbeda-beda. Pada tahap ini sesuatu yang baru dalam hubungan
seksual telah lama hilang. Bagi banyak orang hal ini tidak menimbulkan
masalah. Mereka telah mengembangkan bentuk kenyamanan intimasi seksual
lain yang tetap menjadi bagian integral dari hubungan mereka. Tetapi bagi yang
13. lain, kualitas hubungan seksual yang rutin ini akan memakan korban. Pada
keadaan seperti ini stress di tempat kerja misalnya akan mudah menyebabkan
kelelahan dan memadamkan semua antusiasme spontan untuk melakukan
aktivitas seksual. Hubungan intim menjadi jarang dilakukan dan sebagai
konsekuensinya dapat timbul ketegangan dalam hubungan pasangan tersebut.
Pada kelompok yang lebih tua lagi masalah seksual yang kita hadapi terutama
adalah masalah ereksi pada pria dan hilangnya minat seksual pada wanita.
Proses penuaan memang menimbulkan dampak pada seksualitas tetapi tentu
tidak selalu negatif. Pasangan pada usia ini lebih kecil kemungkinannya
meminta pertolongan dalam konteks keluarga berencana atau kesehatan
reproduksi.
14. 5. RESPON TERHADAP SEKSUALITAS
Siklus respon seksual normal terdiri dari empat tahap yang terjadi
berturut-turut. “Normal” pada umumnya mengacu pada panjang siklus masing-
masing fase, dan hasil bercinta yang memuaskan. Empat tahapan siklus respon
seksual :
1. Fase kegembiraan adalah tahap pertama, yang dapat berlangsung dari
beberapa menit sampai beberapa jam. Beberapa karakteristik dari fase
kegembiraan meliputi:
a. Peningkatan ketegangan otot
b. Peningkatan denyut jantung
c. Perubahan warna kulit
d. Aliran darah ke daerah genital
e. Mulainya pelumasan Vagina
f. Testis membengkak dan skrotum mengencang
2. Fase plateau adalah fase yang meluas ke ambang orgasme. Beberapa
perubahan yang terjadi dalam fase ini meliputi:
a. Fase kegembiraan meningkat
b. Peningkatan pembengkakan dan perubahan warna vagina
c. Klitoris menjadi sangat sensitive
d. Testis naik ke dalam skrotum
e. Adanya peningkatan dalam tingkat pernapasan, denyut jantung, dan tekanan
darah
f. Meningkatnya ketegangan otot dan terjadi kejang otot
3. Fase orgasme adalah puncak dari siklus respons seksual, dan merupakan fase
terpendek, hanya berlangsung beberapa detik. Fase ini memiliki karakteristik
seperti berikut:
a. Kontraksi otot tak sadar
b. Memuncaknya denyut jantung, tekanan darah, dan tingkat pernapasan
15. c. Pada wanita, kontraksi otot vagina menguat dan kontraksi rahim berirama
d. Pada pria, kontraksi otot panggul berirama dengan bantuan kekuatan ejakulasi
e. Perubahan warna kulit ekstrem dapat terjadi di seluruh tubuh
4. Tahap terakhir, yang disebut fase resolusi, adalah ketika tubuh secara
perlahan kembali ke tingkat fisiologis normal. Fase resolusi ditandai dengan
relaksasi, keintiman,dan seringkali kelelahan. Sering kali perempuan tidak
memerlukan fase resolusi sebelum kembali ke aktivitas seksual dan kemudian
orgasme, sedangkan laki-laki memerlukan waktu pemulihan sebelum orgasme
selanjutnya. Seiring pertambahan usia laki-laki, panjang dari fase refraktori
akan sering meningkat.
16. 6. DIMENSI SEKSUALITAS
Seksualitas memiliki dimensi-dimensi. Dimensi-dimensi Seksualitas
seperti sosiokultural, dimensi agama dan etik, dimensi psikologis dan dimensi
biologis . Masing-masing dimensi tersebut akan dijelaskan sebagai berikut:
1. Dimensi Sosiokultural
Seksualitas dipengaruhi oleh norma dan peraturan kultural yang menentukan
apakah perilaku yang diterima di dalam kultur. Keragaman kultural secara
global menciptakan variabilitas yang sangat luas dalam norma seksual dan
menghadapi spectrum tentang keyakinan dan nilai yang luas. Misalnya
termasuk cara dan perilaku yang diperbolehkan selama berpacaran, apa yang
dianggap merangsang, tipe aktivitas seksual, sanksi dan larangan dalam perilaku
seksual, dengan siapa seseorang menikah dan siapa yang diizinkan untuk
menikah.
Setiap masyarakat memainkan peran yang sangat kuat dalam membentuk nilai
dan sikap seksual, juga dalam membentuk atau menghambat perkembangan dan
ekspresi seksual anggotanya. Setiap kelompok sosial mempunyai aturan dan
norma sendiri yang memandu perilaku anggotanya.
Peraturan ini menjadi bagian integral dari cara berpikir individu dan
menggarisbawahi perilaku seksual, termasuk, misalnya saja, bagaimana
seseorang menemukan pasangan hidupnya, seberapa sering mereka melakukan
hubungan seks, dan apa yang mereka lakukan ketika mereka melakukan
hubungan seks.
2. Dimensi Agama dan etik
Seksualitas juga berkaitan dengan standar pelaksanaan agama dan etik. Ide
tentang pelaksanaan seksual etik dan emosi yang berhubungan dengan
seksualitas membentuk dasar untuk pembuatan keputusan seksual. Spektrum
sikap yang ditunjukan pada seksualitas direntang dari pandangan tradisional
tentang hubungan seks yang hanya dalam perkawinan sampai sikap yang
17. memperbolehkan individu menentukan apa yang benar bagi dirinya. Keputusan
seksual yang melewati batas kode etik individu dapat mengakibatkan konflik
internal.
3. Dimensi Psikologis
Seksualitas bagaimana pun mengandung perilaku yang dipelajari. Apa yang
sesuai dan dihargai dipelajari sejak dini dalam kehidupan dengan mengamati
perilaku orangtua. Orangtua biasanya mempunyai pengaruh signifikan pertama
pada anak-anaknya.
Mereka sering mengajarkan tentang seksualitas melalui komunikasi yang halus
dan nonverbal. Seseorang memandang diri mereka sebagai makhluk seksual
berhubungan dengan apa yang telah orangtua mereka tunjukan kepada mereka
tentang tubuh dan tindakan mereka. Orangtua memperlakukan anak laki-laki
dan perempuan secara berbeda berdasarkan jender.
4. Dimensi Biologis
Seksualitas berkaitan dengan pebedaan biologis antara laki-laki dan perempuan
yang ditentukan pada masa konsepsi. Material genetic dalam telur yang telah
dibuahi terorganisir dalam kromosomyang menjadikan perbedaan seksual.
Ketika hormone seks mulai mempengaruhi jaringan janin, genitalia membentuk
karakteristik laki-laki dan perempuan. Hormon mempengaruhi individu kembali
saat pubertas, dimana anak perempuan mengalami menstruasi dan
perkembangan karakteristik seks sekunder, dan anak laki-laki mengalami
pembentukan spermatozoa (sperma) yang relatif konstan dan perkembangan
karakteristik seks sekunder.
18. 7. PERMASALAHAN YANG BERHUBUNGAN DENGAN
SEKSUAL
Adapun penyebab dari masalah seksualitas adalah antara lain:
1. Ketidaktahuan mengenai seks
Lebih dari 70% wanita di Indonesia tidak mengetahui dimana letak
klitorisnya sendiri. Sebuah hal yang sebenarnya sangat penting tetapi tidak
diketahui oleh banyak orang. Masalah ketidaktahuan terhadap seks sudah betul-
betul merakyat. Ini berpangkal dari kurangnya pendidikan seks yang sebagian
besar dari antara masyarakat tidak memperolehnya pada waktu remaja. Tidak
jarang, pengetahuan seks itu hanyalah sebatas informasi, bukan pendidikan. Itu
terjadi karena mereka tidak mendapatkan pendidikan seks di sekolah atau
lembaga formal lainnya. Akibatnya, keingintahuan soal seks didapatkannya dari
berbagai media. Untuk itu orang tua hendaknya memberikan pendidikan soal
seks kepada anak-anaknya sejak dini. Salah satunya dengan memisahkan anak-
anaknya tidur dalam satu kamar setelah berusia sepuluh tahun, sekalipun sama-
sama perempuan atau laki-laki. Demikian halnya dengan menghindarkan anak-
anaknya mandi bersama keluarga atau juga teman-temannya.
Orang tua harus menjawab jujur ketika anaknya bertanya soal seks.
Jawaban-jawaban yang diberikan hendaknya mudah dimengerti dan sesuai
dengan usia si anak. Karena itulah, orang tua dituntut membekali dirinya
dengan pengetahuan-pengetahuan tentang seks. Terlebih lagi, perubahan fisik
dan emosi anak akan terjadi pada usia 13 – 15 tahun pada pria dan 12 – 14
tahun pada wanita. Saat itulah yang dinamakan masa pubertas yaitu masa
peralihan dari masa anak-anak menjadi remaja. Pada saat itu pula, mereka mulai
tertarik kepada lawan jenisnya.
2. Kelelahan
Rasa lelah adalah momok yang paling menghantui pasangan pada jaman
ini dalam melakukan hubungan seks. Apalagi dengan meningkatnya tuntutan
hidup, sang wanita harus ikut bekerja di luar rumah demi mencukupi kebutuhan
19. sehari-hari. Pada waktu suami istri pulang dari kerja, mereka akan merasa lelah.
Dan pasangan yang sedang lelah jarang merasakan bahwa hubungan seks
menarik minat. Akhirnya mereka memilih untuk tidur. Kelelahan bisa
menyebabkan bertambahnya usaha yang diperlukan untuk memuaskan
kebutuhan lawan jenis dan merupakan beban yang membuat kesal yang
akhirnya bisa memadamkan gairah seks.
3. Konflik
Sebagian pasangan memainkan pola konflik merusak yang berwujud
sebagai perang terbuka atau tidak mau berbicara sama sekali satu sama lain.
Konflik menjadi kendala hubungan emosional mereka. Bahkan ini bisa
menggeser proses foreplay. Pasangan dapat mempertajam perselisihan mereka
dengan menghindari seks atau mengeluarkan ungkapan negatif atau
membandingkan dengan orang lain, yang sangat melukai perasaan pasangannya.
Kemarahan dan kecemasan yang tidak terpecahkan bisa menyebabkan sejumlah
masalah seksual antara lain masalah ereksi, hilang gairah atau sengaja menahan
diri untuk tidak bercinta. Perbedaan antara satu orang dan lainnya biasanya
tidak baik dan tidak juga buruk. Jadi haruslah dipandang hanya sebagai
perbedaan. Kemarahan, ketegangan atau perasaan kesal akan selalu
menghambat gairah seks.
4. Kebosanan
Seperti halnya menggosok gigi atau menyetel alarm jam, seks bisa dianggap
seperti “kerja malam”. Hubungan seks yang rutin sebelum tidur sering menjadi
berlebihan sampai ke suatu titik yang membosankan. Yang mendasari rasa
bosanitu adalah kemarahan yang disadari atau tidak disadari karena harapan
anda tidak terpenuhi. Masalah ini diderita oleh kebanyakan pasangan yang
sudah hidup bersama bertahun-tahun. Sebagian pasangan yang sudah hidup
bersama untuk jangka waktu yang lama merasa kehilangan getaran kenikmatan
yang datang ketika melakukan hubungan seks dengan pasangan yang baru.
Orang demikian melihat rayuan penguat ego, dibandingkan bila bersenggama
dengan mitra baru.
20. 8. Jenis-jenis Penyimpangan Seksual Pada Orang Dewasa
Berikut ada 20 istilah jenis perilaku seksualtidak wajar pada orang
dewasa,kita kenali bagaimana perilaku penyimpangan sex tersebut.
1. Pedofilia.
Kepuasan seksualdicapai dengan menggunakan objek anak-anak.
Penyimpangan ini ditandai dengan adanya fantasiberhubungan
seksualdengan anak dibawah usia pubertas. Haltersebut dapat
disebabkan oleh kelainan mental, seperti shizofrenia, sadisme
organik, atau gangguan kepribadian organik.
2. Eksibisionisme.
Kepuasan seksualdicapai dengan cara mempertontonkan alat
kelamin di depan umum. Hal ini biasanya dilakukan secara mendadak
di hadapan orang yang tidak dikenal, namun tidak ada upaya untuk
melakukan hubungan seksual.
3. Fetisisme.
Kepuasan seksualdicapai dengan menggunakan benda seks seperti
sepatu tinggi, pakaian dalam, stocking, atau lainnya. Disfungsiini
dapat disebabkan antara lain karena eksperimen seksualyang normal
dan bedah pergantian alat kelamin.
4. Transvestisme.
Kepuasan seksualdicapai dengan memakai pakaian lawan jenis dan
melakukan peran seks yang berlawanan, misalnya pria yang senang
menggunakan pakaian dalam wanita.
5. Transeksualisme.
Bentuk penyimpangan seksualditandai dengan perasaan tidak
senang terhadap alat kelaminnya, adanya keinginan untuk berganti
kelamin.
6. Voyerisme/Skopofilia.
Kepuasan seksualdicapai dengan melihat alat kelamin orang lain atau
aktivitas seksualyang dilakukan orang lain.
7. Masokisme.
Kepuasan seksualdicapai melalui kekerasan atau disakiti terlebih
dahulu secara fisik atau psikologis.
8. Sadisme.
21. Merupakan lawan dari masokisme. Kepuasan seksualdicapaidengan
menyakiti objeknya, baik secara fisik maupun psikologis (dengan
menyiksa pasangan). Haltersebut dapat disebabkan antara lain
karena perkosaan dan pendidikan yang salah.
9. Homoseksual dan Lesbianisme.
Penyimpangan seksualyang ditandai dengan ketertarikan secara fisik
maupun emosi kepada sesama jenis. Kepuasan seksualdicapai
melalui hubungan dengan orang berjenis kelamin sama.
10. Zoofilia.
Kepuasan seksual dicapai dengan menggunakan objek binatang.
11. Sodomi.
Kepuasan seksualdicapai dengan hubungan melalui anus.
12. Nekropilia.
Kepuasan seksualdicapai dengan menggunakan objek mayat.
13. Koprofilia.
Kepuasan seksualdicapai dengan menggunakan objek feses.
14. Urolagnia.
Kepuasan seksualdicapai dengan menggunakan objek urine yang
diminum.
15. Oral Seks/Kunilingus.
Kepuasan seksualdicapai dengan menggunakan mulut pada alat
kelamin wanita.
16. Felaksio.
Kepuasan seksualdicapai dengan menggunakan mulut pada alat
kelamin laki-laki.
17. Froterisme/Friksionisme.
Kepuasan seksualdicapai dengan cara menggosokkan penis pada
pantat wanita atau badan yang berpakaian di tempat yang penuh
sesak manusia.
18. Goronto.
Kepuasan seksualdicapai melalui hubungan dengan lansia.
19. Frottage.
Kepuasan seksualdicapai dengan cara meraba orang yang disenangi
tanpa diketahui lawan jenis.
20. Pornografi.
23. 9. BENTUK ABNORMALITAS SEKSUAL AKIBAT DORONGAN
SEKSUAL ABNORMAL
Banyak dorongan seksual abnormal yang dapat menyebabkan
terganggunya fungsi seksual atau terjadinya abnormalitas seksual. Beberapa
bentuk abnormalitas seksual akibat dorongan seksual abnormal antara lain:
1. Prostitusi. Bentuk penyimpangan seksual dengan pola dorongan seks yang
tidak wajar dan tidak terintegrasi dalam kepribadian, sehingga relasi seks
bersifat impersonal, tanpa adanya afeksi dan emosi yang berlangsung cepat, dan
tanpa adanya orgasme pada wanita. Kejadian ini dapat terjadi pada laki-laki
maupun perempuan. Pada laki-laki, prostitusi disebabkan karena keinginan
mencari variasi dalam seks, iseng, dan ingin menyalurkan kebutuhan seksual.
Pada wanita, kejadian ini dapat disebabkan oleh faktor ekonomi, adanya
disorganisasi kehidupan keluarga, dan adanya nafsu seks yang abnormal.
2. Perzinahan. Bentuk relasi seksual antara laki-laki dan wanita yang bukan
suami atau istri. Perzinahan pada wanita baru mengarah kehubungan seksual
dengan laki-laki lain setelah adanya relasi emosional atau afeksional yang
sangat kuat. Pada pria, perzinahan biasanya disebabkan oleh rasa iseng atau
dorongan untuk memuaskan seks secara sesaat.
3. Frigiditas. Merupakan ketidakmampuan wanita mengalami hasrat seksual
atau orgasme selama senggama. Frigiditas ditandai dengan berkurangnya atau
ketidaktertarikan sama sekali pada hubungan seksual atau tidak mampu
menghayati orgasme dalam koitus (hubungan intim). Beberapa faktor yang
menyebabkan frigiditas adalah kelainan dalam rahim atau vagina, adanya
hubungan yang tidak baik dengan suami, rasa cemas, bersalah, atau takut.
4. Impotensi. Ketidakmampuan pria untuk melakukan relasi seks atau senggama
atau ketidakmampuan pria dalam mencapai atau mempertahankan ereksi.
Gangguan ini banyak disebabkan oleh faktor psikologis, seperti kecemasan atau
ketakutan, pengalaman buruk masa lalu, dan persepsi seks yang salah.
5. Ejakulasi Prematur. Merupakan kondisi dimana terjadinya pembuangan
sperma yang terlalu dini sebelum zakar melakukan penetrasi dalam liang
senggama atau berlangsung ejakulasi beberapa detik sesudah penetrasi. Masalah
ini umumnya disebabkan oleh kurangnya rasa percaya diri serta kegagalan
dalam membangun hubungan suami istri.
6. Vaginismus. Peristiwa yang ditandai dengan kejang yang berupa penegangan
atau pengerasan yang sangat menyakitkan pada vagina atau kontraksi yang
24. sangat kuat sehingga penis terjepit dan tidak bisa keluar. Hal ini dapat
disebabkan oleh kelainan organis dan psikologis (ketakutan).
7. Dispareunia. Keadaan yang ditandai dengan timbulnya kesulitan dalam
melakukan senggama atau perasaan sakit pada saat koitus. Kejadian ini dapat
terjadi pada saat sperma keluar, karena kurangnya cairan vagina, dan lain-lain.
8. Anorgasme. Kondisi kegagalan dalam mencapai klimaks selama
bersenggama, biasanya bersifat psikis, ditandai dengan pengeluaran sperma
tanpa mengalami puncak kepuasan. Hal ini dapat disebabkan oleh faktor psikis
atau adanya faktor organik seperti ketidakmampuan penetrasi untuk memberi
rangsangan atau vagina yang longgar.
9. Kesukaran Koitus Pertama. Keadaan dimana terjadi kesulitan dalam
melakukan koitus pertama dapat disebabkan oleh kurangnya pengetahuan
diantara pasangan, adanya ketakutan atau rasa cemas dalam berhubungan seks,
dan lain-lain.
25. 10.KEHAMILAN DAN SEKSUAL
Perubahan kehidupan seksual dapat terjadi karena perubahan-perubahan
yang terjadi secara fisik dan mental, khususnya pada istri dan pasangan itu
umumnya. Kondisi yang lemah dari istri seperti karena mual-mual atau muntah,
nafsu makan yang menurun akan membuatnya lemah dan keinginan seksualnya
menurun. Kadang-kadang walau suami mengajak, istri sering menolak. Hanya
bila suami merasa senang dengan kehamilan itu, diadapat mengatasinya dengan
baik.
Pada wanita yang tidak mengalami muntah atau mual yang serius, maka
aktivitas seksual tidak akan terganggu. Bahkan cukup banyak dari mereka yang
justru meningkat keinginan seksual serta frekuensi hubungan seksnya karena
merasa bahagia telah hamil.Suami-istri senang bersama-sama dan ingin
menikmatinya dalam kontak seksual yang sering. Pada 3 bulan kedua, sekitar 80
persen wanita akan meningkat dorongan seksnya. Selain itu,mual atau muntah
sudah hilang. Kesehatan umumnya akan meningkat. Perasaan senang karena
hamil. Pada sebagian faktor lain ialah terjadinya pembesaran payudara yang
membuat daya tariknya meningkat. Suami akan merasa lebih bergairah melihat
istrinya yang payudaranya bertambah besar serta bahagia karena istri telah
hamil. Kedua faktor itumembuat suami juga meningkat keinginan seksnya,
sehingga pada sebagian besar pasangan kontak seksual akan jauh lebih sering pada
periodeini.
Pada 3 bulan ketiga, beban kehamilan itu sudah memberati si Ibu. Banyak wanita
yang jadi susah makan. Juga banyak keringat yang membuatnya tidak bersih,
sehingga dayatariknya pun menurun. Selain itu pada kehamilan yang mulai tua,
akan timbul peningkatancairan tubuh. Hampir semua badan letih atau bengkak.
Air ditahan dalam badan. Akibatnya,cairan vagina juga bertambah. Ada terasa
licin yang mengganggu sehingga kontak seksual menjadi kurang memuaskan.
Pada pasangan-pasangan yang saling mencintai akan senang akan kehamilan
itu, pertambahan cairan vagina tak akan mengganggu. Tetapi pada orang-orang
yang sangatmendambakan kenikmatan seksual, apalagi bila ada konflik suami
istri, maka kondisi itudapat menjadi biang keladi kekurang puasan sampai pada
hubungan seks luar nikah. Bila percekcokan atau hubungan diluar nikah sampai
terjadi, maka perlu dicari penyebabnya.Apakah pribadi suami yang
mengakibatkan pertambahan cairan vagina sebagai gara-gara atauada konflik
diantara mereka.
Pada sebagian wanita hamil berat, maka kontak seksual dirasakan
ancaman terhadap kehamilan. Bila rahim dengan bayi telah mulai menurun
kearah vagina, maka penis suamidapat membentur daerah rahim. Stimulasi yang
berat ke leher rahim akan membuat seluruhrahim bergerak seolah-seolah mau
melahirkan. Bahkan ada yang bisa gugur. Timbul kontraksi rahim yang kuat.
Kadang ada darah, ancaman keguguran menjadi kekhawatiran.Karenanya
26. sebagaian wanita menolak melakukan hubungan seksual pada akhir-
akhir kehamilan.
Pada kondisi dimana keguguran sering terjadi, maka sepantasnyalah
hubungan seks dilakukan dengan berhati-hati. Bila keguguran telah sering
terjadi dan kehamilan belum pernah berlangsung selamat, maka sebaiknya 3
bulan pertama dilarang atau berhenti melakukan hubungan seks.
Sesudah 3 bulan pertama lewat, hubungan seks dapat dicoba kembali
dengan sangat hati-hati sehingga penis diharapkan tidak membentur daerah
rahim. Namun bila terasa sakit atau keluar darah, maka sebaiknya senggama
dihentikan. Demikian juga pada akhir-akhirkehamilan. Benturan yang terlalu keras
dari penis terutama ke daerah rahim, akan membuatkontraksi rahim sangat kuat
seperti akan melahirkan. Ini membuat si Ibu ketakutan dankesakitan. Dalam
keadaan demikian hubungan seks harus dilakukan hati-hati dan jangansampai
didorong kuat-kuat. Dengan demikian penis tidak terlalu jauh masuk ke dalam
namun diharapkan keduanya masih bisamencapaikepuasan.
Tetapi sering justru cara dan sifat suami yang sulit. Ada suami yang sudah
terbiasakuat-kuat dengan harapan istri akan lebih puas padahal justru bahaya
jadi mengancam.
Kemungkinan juga karena keduanya sudah terangsang tinggi, maka
secara otomatisdan tanpa sadar mendorong sekuat-kuatnya. Akibatnya timbul
benturan penis dengan leher rahim. Inipun akan mengancam keguguran.
27. 11.SEKSUALITAS DALAM PROSES KEPERAWATAN
1. Pengkajian
Katagori :
a) klien menerima pelayanan kesehatan untuk kehamilan, dll, atau PMS
b) klien yang sakit atau dalam mendapat terapi yang kemungkinan
dapatmempengaruhi fungsi seksualnya
c) klien yang secara jelas mempunyai masalah seksual
Pengkajian seksual mencakup:
a) Riwayat Kesehatan
Seksualpertanyaan masa lalu atau tidak mengetahui apakahklien mempunyai
masalahkekhawatiran seksual.
b) PengkajianFisik
inspeksi dan palpasi
c) Identfkasi klien yang beresiko
Misalnya :
a. adanya gangguan struktur atau fungsi tubuh akibat trauma, dll
b. riwayat pnganiayaan seksual.
c. kondisiyangtidakmenyenangkan
d. terapi medikasi spesifik yang dapat menyenangkan masalah seksual.
e. gangguan aktivitas fisik sementara maupun permanen
f. konflik nilai-nilai antara kepercayaan pribadi dengan aturan religi.
2. Diagnosa Keperawatan
a. Perubahan pola seksualitas berhubungan dengan (b.d)
Ketakutan kehamilan
Efek antihipertensi
Depresi perpisahan dengan perceraian
b. Disfungsi seksual b.d
edera medulla spinalis
penyakit kronis
nyeriansietas mengenai penempatan di RSc.
c. GangguanCitra tubuhb.d
efek masektomi
disfungsi seksual
perubahan pasca persalinan
28. d.Ganguan harga diri b.d
kerentanan yang dirasakan setelah mengalami serangan infrak miokardium
pola penganiayan ketika masih kecil
3. Perencanaan
Tujuan yang dicapai mencakup :
a. mempertahankan, memperbaiki, atau meningkatkan kesehatan seksual
b. meningkatkan pengtahuan seksualitas dan kesehatan
c. mencegah PMS
d. mecegah kehamilan yang tidak diinginkan
e. meningkatkan kepuasan terhadap tingkat fungsi seksual
f.memperbaiki konsep seksual diri
4. Implementasi
Proses kesehatan seksual
a. perawat : keterampilan komuniksi yang baik
b. Topik tentang penyuluhan tergantung
c. karakteristik dan faktor yang berhubungn
d. Rujukan mungkin diperlukan
5. Evaluasi
a. Evaluasi tujuan yang telah ditentukan dalam perencanaan
b. Klien, pasangan perawat mungkin harus mengubah harapan atau
menetapkan jangkawaktu yang lebih sesuai untuk mencapai tujuan yang
ditetapkan
c. Komunikasi terbukadanharga diri yang positifdalam artian penting.
29. BABIII
PENUTUP
B. Simpulan
Sedangkan menurut WHO dalam Mardiana (2012) seksualitas adalah
suatu aspek inti manusia sepanjang kehidupannya dan meliputi seks, identitas
dan peran gender, orientasi seksual, erotisme, kenikmatan, kemesraan dan
reproduksi. Fungsi dari seksualitas itu sendiri yaitu sebagai Kesuburan,
Kenikmatan, Mempererat ikatan dan meningkatkan keintiman pasangan,
Menegaskan maskulinitas atau feminitas, Meningkatkan harga diri, Mencapai
kekuasaan atau dominasi dalam hubungan, Mengungkapkan permusuhan,
Mengurangi ansietas atau ketegangan, Pengambilan resiko, Keuntungan materi.
Seksualitas dipengaruhi oleh beberapa dimensi yakni dimensi sosiokultural,
dimensi agama dan etik, dimensi psikologis, dan dimensi biologis. Ada banyak
permasalahan seksualitas yang antara lain disebabkan oleh ketidaktahuan
mengenai seks, kelelahan, konflik, dan kebosanan.
B. Saran
Masalah seksual merupakan masalah subyektif dan karena diagnosis sering kali
bergantung pada kesadaran orang untuk memeriksakan diri, masalah/gangguan
seksual sulit sekali untuk diidentifikasi, ditangani dan dipantau, terutama jika
masalahnya bersifat psikoseksual, untuk itu sebagai seorang perawat perlu
adanya promosikesehatan seksual kepada masyarakat agar masyarakat
mengetahui dengan benar konsep seksualitas untuk meningkatkan kontrol dan
meningkatkan kesehatan seksual mereka. Apalagi kepada remaja yang rentan
terlibat dalam perilaku seksual yang beresiko yang menyebabkan infeksi
menular seksual, kehamilan tidak diharapkan, dan kesehatan seksual yang
buruk.
30. BAB IV
DAFTAR PUSTAKA
Bobak, L dkk. 2004. Buku Ajar Keperawatan Maternitas. Jakarta: EGC
Chandranita, Ida Ayu dkk. 2009. Memahami Kesehatan Reproduksi Wanita. Jakarta:
EGC
Glasier, Anna dan Ailsa Gebbie diterjemahkan oleh Brahm U. 2005. Keluarga
Berencana Dan Kesehatan Reproduksi, E/4. Jakarta: EGC
Mardiana. Aktifitas Seksual Pra Lansia dan Lansia yang Berkunjung ke Poliklinik
Geriatric RS Pusat Angkatan Udara dr. Esanawati Antariksa Jakarta Timur
tahun 2011. Skripsi. Depok. FKM UI
Reeder, Sharon J dkk diterjemahkan oleh Yati Afiyanti dkk. 2011. Keperawatan
Maternitas: Kesehatan Wanita, Bayi, & Keluarga. Jakarta: EGC
Stevens, PJM. 1999. Ilmu Keperawatan Jilid 2 Edisi 2. Jakarta: EGC
Stright, Barbara R. 2004. Keperawatan Ibu-Bayi Baru Lahir. Jakarta: EGC
http:s//www.psychologymania.com/2012/09/dimensi-seksualitas.html
Abaikan sumber dibawah ini
https://positif62.com/8-fungsi-sistem-limbik-bagi-tubuh-manusia/