Paragraf pertama membahas pengertian individu sebagai manusia perseorangan yang memiliki peranan khas dalam kepribadiannya. Paragraf kedua membahas faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan individu seperti faktor biologis, geografis, dan kebudayaan. Paragraf ketiga membahas pengertian dan fungsi-fungsi keluarga seperti pengaturan keturunan, sosialisasi, ekonomi, pelindungan, dan afeksi.
MODUL AJAR BAHASA INDONESIA KELAS 5 KURIKULUM MERDEKA.pdf
Bab 3 Individu, Keluarga dan Masyarakat
1. BAB II
PEMBAHASAN
A. Pertumbuhan Individu
2.1. Pengertian Individu
Individu berasal dari kata yunani yaitu “individium” yang artinya “tidak terbagi”.
Dalam ilmu sosial paham individu, menyangkut tabiat dengan kehidupan dan jiwa yang
majemuk, memegang peranan dalam pergaulan hidup manusia. Individu merupakan kesatuan
yang terbatas yaitu sebagai manusia perseorangan bukan sebagai manusia keseluruhan. Maka
dapat disimpulkan bahwa individu adalah manusia yang memiliki peranan khas atau spesifik
dalam kepribadiannya. Dan terdapat tiga aspek dalam individu yaitu aspek organik
jasmaniah, aspek psikis rohaniah, dan aspek sosial. Dimana aspek aspek tersebut saling
berhubungan. Apabila salah satu rusak maka akan merusak aspek lainnya.
Berkaitannya antar individu dengan individu lainnya, maka menjadi lebih bermakna
manusia apabila pola tingkah lakunya hampir identik dengan tingkah laku massa yang
bersangkutan. Proses yang meningkatakan ciri-ciri individualitas pada seseorang sampai pada
dirinya sendiri, disebut proses individualisasi atau aktualisasi diri. Dalam proses ini maka
individu terbebani berbagai peranan yang berasal dari kondisi kebersamaan hidup, yang
akhirnya muncul suatu kelompok yang akan menentukan kemantapan satu masayarakat.
Individu dalam tingkah laku menurut pola pribadinya ada tiga kemungkinan: pertama
menyimpang dari norma kolektif kehilangan individualitasnya. Kedua takluk terhadap
kolektif, dan ketiga mempengaruhi masyarakat. (Hartomo, 2004: 64). Dengan demikian
manusia merupakan mahluk individual tidak hanya dalam arti keseluruhan jiwa-raga, tetapi
merupakan pribadi yang khas, menurut corak kepribadiannya dan kecakapannya.
Individu mempunyai ciri-ciri memiliki suatu pikiran dan diri. Dimana individu
sanggup menetapkan kenyataan, interprestasi situasi, menetapkan aksi dari luar dan dalam
dirinya. Dapat diartikan sebagai proses komunikasi individu dalam berinteraksi dan
berhubungan. Individu tidak akan jelas identitasnya tanpa adanya suatu masyarakat yang
menjadi latar individu tersebut ditandai dengan dimana individu tersebut berusaha
menempatkan perilaku pada dirinya sesuai dengan norma dan kebudayaan lingkungan
2. tersebut , seperti di Indonesia individunya menjunjung tinggi perilaku sopan santun dan
beretika dalam bersosialisasi.
Individu selalu berada didalam kelompok, peranan kelompok tersebut adalah untuk
mematangkan individu tersebut menjadi seorang pribadi. Dimana prosesnya tergantung
terhadap kelompok dan lingkungan dapat menjadi faktor pendukung proses juga dapat
menjadi penghambat proses menjadi suatu pribadi. Faktor pendukung dan faktor penghambat
juga dapat berdasarkan individu itu sendiri.
2.2. Pengertian Pertumbuhan
Pertumbuhan dapat diartikan sebagai perubahan kuantitatif pada materil sesuatu
sebagai akibat dari adanya pengaruh lingkungan. Perubahan kuantitatif ini dapat berupa
pembesaran atau pertambahan dari tidak ada menjadi tidak ada, dari kecil menjadi besar dari
sedikit menjadi banyak, dari sempit menjadi luas, dan lain-lain.
Pertumbuhan adalah suatu proses bertambahnya jumlah sel tubuh suatu organisme
yang disertai dengan pertambahan ukuran, berat, serta tinggi yang bersifat irreversible (tidak
dapat kembali pada keadaan semula). Pertumbuhan lebih bersifat kuantitatif, dimana suatu
organisme yang dulunya kecil menjadi lebih besar seiring dengan pertambahan waktu.
Perkembangan adalah suatu proses differensiasi, organogenesis dan diakhiri dengan
terbentuknya individu baru yang lebih lengkap dan dewasa. Perkembangan lebih bersifat
kualitatif, dimana suatu organism yang sebelumnya masih belum matang dalam sistem
reproduksinya (dewasa), menjadi lebih dewasa dan matang dalam sistem reproduksinya
sehingga dapat melakukan perkembangbiakan.
2.3. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pertumbuhan
Ada beberapa faktor yang mempengaruhi pertumbuhan individu, yaitu:
1. Faktor Biologis
Semua manusia normal dan sehat pasti memiliki anggota tubuh yang utuh
seperti kepala, tangan, kaki, dan lainya. Hal ini dapat menjelaskan bahwa beberapa
persamaan dalam kepribadian dan perilaku. Namun ada warisan biologis yang bersifat
khusus. Artinya, setiap individu tidak semua ada yang memiliki karakteristik fisik
yang sama.
3. 2. Faktor Geografis
Setiap lingkungan fisik yang baik akan membawa kebaikan pula pada
penghuninya. Sehingga menyebabkan hubungan antar individu bisa berjalan dengan
baik dan menimbulkan kepribadian setiap individu yang baik juga. Namun jika
lingkungan fisiknya kurang baik dan tidak adanya hubungan baik dengan individu
yang lain, maka akan tercipta suatu keadaan yang tidak baik pula.
3. Faktor Kebudayaan Khusus
Perbedaan kebuadayaan dapat mempengaruhi kepribadian anggotanya.
Namun, tidak berarti semua individu yang ada didalam masyarakat yang memiliki
kebudayaan yang sama juga memiliki kepribadian yang sama juga.
Dari semua faktor-faktor di atas dan pengaruh dari lingkungan sekitar seperti
keluarga dan masyarakat maka akan memberikan pertumbuhan bagi suatu individu. Seiring
berjalannya waktu, maka terbentuklah individu yang sesuai dan dapat menyesuaikan dengan
lingkungan sekitar.
B. Fungsi Keluarga
3.1. Pengertian Fungsi Keluarga
Keluarga (bahasa Sanskerta: "kulawarga"; "ras" dan "warga" yang berarti
"anggota") adalah lingkungan yang terdapat beberapa orang yang masih memiliki hubungan
darah. Keluarga sebagai kelompok sosial terdiri dari sejumlah individu, memiliki hubungan
antar individu, terdapat ikatan, kewajiban, tanggung jawab di antara individu tersebut.
Keluarga bisa di artikan juga sebagai lembaga sosial dasar dari mana semua lembaga
atau pranata sosial lainnya berkembang. Di masyarakat mana pun di dunia,
keluarga merupakan kebutuhan manusia yang universal dan menjadi pusat terpenting
dari kegiatan dalam kehidupan individu.
Keluarga dapat dibedakan menjadi dua, yakni keluarga batih atau keluarga inti
(conjugal family) dan keluarga kerabat (consanguine family). Conjugal Family atau keluarga
batih didasarkan atas ikatan perkawinan dan terdiri dari seorang suami, istri, dan anak-anak
mereka yang belum kawin. Lain halnya dengan consanguine family. Keluarga hubungan
4. kerabat sedarah atau consanguine family tidak didasarkan pada pertalian kehidupan suami
istri, melainkan pada pertalian darah atau ikatan keturunan dari sejumlah orang kerabat.
Keluarga kerabat terdiri dari hubungan darah dari beberapa generasi yang mungkin
berdiam pada satu rumah atau mungkin pula berdiam pada tempat lain yang berjauhan.
“Kesatuan keluarga consanguine ini disebut juga sebagai extended family atau keluarga luas
Fungsi Keluarga.
3.2. Fungsi Keluarga
Beberapa fungsi keluarga diantaranya sebagai berikut:
Fungsi Pengaturan Keturunan
Dalam masyarakat orang telah terbiasa dengan fakta bahwa kebutuhan seks dapat
dipuaskan tanpa adanya prekreasi (mendapatkan anak) dengan berbagai cara, misalnya
kontrasepsi, abortus, dan teknik lainnya. Meskipun sebagian masyarakat tidak membatasi
kehidupan seks pada situasi perkawinan, tetapi semua masyarakat setuju bahwa keluarga
akan menjamin reproduksi. Karena fungsi reproduksi ini merupakan hakikat untuk
kelangsungan hidup manusia dan sebagai dasar kehidupan sosial manusia dan bukan hanya
sekadar kebutuhan biologis saja. Fungsi ini didasarkan atas pertimbangan-pertimbangan
sosial, misalnya dapat melanjutkan keturunan, dapat mewariskan harta kekayaan, serta
pemeliharaan pada hari tuanya.
Pada umumnya masyarakat mengatakan bahwa perkawinan tanpa menghasilkan anak
merupakan suatu kemalangan karena dapat menimbulkan hal-hal yang negatif. Bahkan ada
yang berpendapat bahwa semakin banyak anak semakin banyak mendapatkan
rezeki, terutama hal ini dianut oleh orang-orang Cina dan dihubungkan dengan keagamaan,
karena semakin banyak anak semakin banyak yang memuja arwah nenek moyangnya.
Fungsi Sosialisasi atau Pendidikan
Fungsi ini untuk mendidik anak mulai dari awal sampai pertumbuhan anak hingga
terbentuk personalitynya. Anak-anak lahir tanpa bekal sosial, agar si anak dapat berpartisipasi
maka harus disosialisasi oleh orang tuanya tentang nilai-nilai yang ada dalam masyarakat.
Jadi, dengan kata lain, anak-anak harus belajar norma-norma mengenai apa yang senyatanya
baik dan tidak layak dalam masyarakat. Berdasarkan hal ini, maka anak-anak harus
memperoleh standar tentang nilai-nilai apa yang diperbolehkan dan tidak, apa yang baik,
5. yang indah, yang patut, dsb. Mereka harus dapat berkomunikasi dengan anggota masyarakat
lainnya dengan menguasai sarana-sarananya.
Dalam keluarga, anak-anak mendapatkan segi-segi utama dari kepribadiannya, tingkah
lakunya, tingkah pekertinya, sikapnya, dan reaksi emosionalnya. Karena itulah keluarga
merupakan perantara antara masyarakat luas dan individu. Perlu diketahui bahwa kepribadian
seseorang itu diletakkan pada waktu yang sangat muda dan yang berpengaruh besar sekali
terhadap kepribadian seseorang adalah keluarga, khususnya seorang ibu.
Fungsi Ekonomi atau Unit Produksi
Urusan-urusan pokok untuk mendapatkan suatu kehidupan dilaksanakan keluarga sebagai
unit-unit produksi yang seringkali dengan mengadakan pembagian kerja di antara anggota-anggotanya.
Jadi, keluarga bertindak sebagai unit yang terkoordinir dalam produksi ekonomi.
Ini dapat menimbulkan adanya industri-industri rumah dimana semua anggota keluarga
terlibat di dalam kegiatan pekerjaan atau mata pencaharian yang sama. Dengan adanya fungsi
ekonomi maka hubungan di antara anggota keluarga bukan hanya sekadar hubungan yang
dilandasi kepentingan untuk melanjutkan keturunan, akan tetapi juga memandang keluarga
sebagai sistem hubungan kerja.
Suami tidak hanya sebagai kepala rumah tangga, tetapi juga sebagai kepala dalam
bekerja. Jadi, hubungan suami-istri dan anak-anak dapat dipandang sebagai teman sekerja
yang sedikit, banyak juga dipengaruhi oleh kepentingan-kepentingan dalam kerja sama.
Fungsi ini jarang sekali terlihat pada keluarga di kota dan bahkan fungsi ini dapat dikatakan
berkurang atau hilang sama sekali.
Fungsi Pelindung
Fungsi ini adalah melindungi seluruh anggota keluarga dari berbagai bahaya yang dialami
oleh suatu keluarga. Dengan adanya negara, maka fungsi ini banyak diambil alih oleh instansi
negara.
Fungsi Penentuan Status
Jika dalam masyarakat terdapat perbedaan status yang besar, maka keluarga akan
mewariskan statusnya pada tiap-tiap anggota atau individu sehingga tiap-tiap anggota
keluarga mempunyai hak-hak istimewa. Perubahan status ini biasanya melalui perkawinan.
Hak-hak istimewa keluarga, misalnya menggunakan hak milik tertentu, dan lain sebagainya.
6. Jadi, status dapat diperoleh melalui assign status maupun ascribed status. Assigned Status
adalah status sosial yang diperoleh seseorang di dalam lingkungan masyarakat yang bukan
didapat sejak lahir tetapi diberikan karena usaha dan kepercayaan masyarakat. Contohnya
seseorang yang dijadikan kepala suku, ketua adat, sesepuh, dan lainnya. Sedangkan Ascribed
Status adalah tipe status yang didapat sejak lahir seperti jenis kelamin, ras, kasta, keturunan,
suku, usia, dan lain sebagainya.
Fungsi Pemeliharaan
Keluarga pada dasarnya berkewajiban untuk memelihara anggotanya yang sakit,
menderita, dan tua. Fungsi pemeliharaan ini pada setiap masyarakat berbeda-beda, tetapi
sebagian masyarakat membebani keluarga dengan pertanggungjawaban khusus terhadap
anggotanya bila mereka tergantung pada masyarakat. Seiring dengan perkembangan
masyarakat yang makin modern dan kompleks, sebagian dari pelaksanaan fungsi
pemeliharaan ini mulai banyak diambil alih dan dilayani oleh lembaga-lembaga masyarakat,
misalnya rumah sakit, rumah-rumah yang khusus melayani orang-orang jompo.
Fungsi Afeksi
Salah satu kebutuhan dasar manusia adalah kebutuhan kasih sayang atau rasa dicintai.
Sejumlah studi telah menunjukkan bahwa kenakalan yang serius adalah salah satu ciri khas
dari anak yang sama sekali tidak pernah mendapatkan perhatian atau merasakan kasih
sayang. Di sisi lain, ketiadaan afeksi juga akan menggerogoti kemampuan seorang bayi untuk
bertahan hidup.
C. Individu, Keluarga, dan Masyarakat
4.1. Pengertian Keluarga
Keluarga berasal dari bahasa Sanskerta yaitu “kulawarga” “ras” dan “warga” yang
berarti anggota adalah lingkungan yang terdapat beberapa orang yang masih memiliki
hubungan darah. Keluarga sebagai kelompok sosial terdiri dari sejumlah individu, memiliki
hubungan antar individu, terdapat ikatan, kewajiban, tanggung jawab di antara individu
tersebut.
Keluarga adalah unit terkecil dari masyarakat yang terdiri atas kepala keluarga dan
beberapa orang yang terkumpul dan tinggal di suatu tempat di bawah suatu atap dalam
keadaan saling ketergantungan.
7. Menurut Salvicion dan Celis (1998) di dalam keluarga terdapat dua atau lebih dari
dua pribadi yang tergabung karena hubungan darah, hubungan perkawinan atau
pengangkatan, di hidupnya dalam satu rumah tangga, berinteraksi satu sama lain dan di
dalam perannya masing-masing dan menciptakan serta mempertahankan suatu kebudayaan.
Ada beberapa jenis keluarga, yakni: keluarga inti yang terdiri dari suami, istri, dan
anak atau anak-anak, keluarga conjugal yang terdiri dari pasangan dewasa (ibu dan ayah) dan
anak-anak mereka, di mana terdapat interaksi dengan kerabat dari salah satu atau dua pihak
orang tua. Selain itu terdapat juga keluarga luas yang ditarik atas dasar garis keturunan di atas
keluarga aslinya. Keluarga luas ini meliputi hubungan antara paman, bibi, keluarga kakek,
dan keluarga nenek.
Peranan keluarga menggambarkan seperangkat perilaku antar pribadi, sifat, kegiatan
yang berhubungan dengan pribadi dalam posisi dan situasi tertentu. Peranan pribadi dalam
keluarga didasari oleh harapan dan pola perilaku dari keluarga, kelompok dan masyarakat.
Berbagai peranan yang terdapat dalam keluarga adalah sebagai berikut:
Ayah sebagai suami dari istri dan anak-anak, berperan sebagai pencari nafkah,
pendidik, pelindung dan pemberi rasa aman, sebagai kepala keluarga, sebagai anggota dari
kelompok sosialnya serta sebagai anggota dari kelompok sosialnya serta sebagai anggota
masyarakat dari lingkungannya. Sebagai istri dan ibu dari anak-anaknya, ibu mempunyai
peranan untuk mengurus rumah tangga, sebagai pengasuh dan pendidik anak-anaknya,
pelindung dan sebagai salah satu kelompok dari peranan sosialnya serta sebagai anggota
masyarakat dari lingkungannya, disamping itu juga ibu dapat berperan sebagai pencari nafkah
tambahan dalam keluarganya. Anak-anak melaksanakan peranan psikosial sesuai dengan
tingkat perkembangannya baik fisik, mental, sosial, dan spiritual.
4.2. Pengertian Masyarakat
Masyarakat adalah sekelompok orang yang membentuk sebuah sistem semi tertutup
(atau semi terbuka), dimana sebagian besar interaksi adalah antara individu-individu yang
berada dalam kelompok tersebut. Kata “masyarakat” sendiri berakar dari kata dalam bahasa
Arab, musyarak. Lebih abstraknya, sebuah masyarakat adalah suatu jaringan hubungan-hubungan
antar entitas-entitas. Masyarakat adalah sebuah komunitas yang interdependen
(saling tergantung satu sama lain). Umumnya, istilah masyarakat digunakan untuk mengacu
sekelompok orang yang hidup bersama dalam satu komunitas yang teratur.
8. Masyarakat sering diorganisasikan berdasarkan cara utamanya dalam bermata
pencaharian. Pakar ilmu sosial mengidentifikasikan ada: masyarakat pemburu, masyarakat
pastoral nomadis, masyarakat bercocoktana, dan masyarakat agrikultural intensif, yang juga
disebut masyarakat peradaban. Sebagian pakar menganggap masyarakat industri dan pasca-industri
sebagai kelompok masyarakat yang terpisah dari masyarakat agrikultural tradisional.
Masyarakat dapat pula diorganisasikan berdasarkan struktur politiknya: berdasarkan urutan
kompleksitas dan besar, terdapat masyarakat band, suku, chiefdom, dan masyarakat negara.
Kata society berasal dari bahasa latin, societas, yang berarti hubungan persahabatan
dengan yang lain. Societas diturunkan dari kata socius yang berarti teman, sehingga arti
society berhubungan erat dengan kata sosial. Secara implisit, kata society mengandung
makna bahwa setiap anggotanya mempunyai perhatian dan kepentingan yang sama dalam
mencapai tujuan bersama.
4.3. Golongan Masyarakat
Masyarakat Majemuk
Dalam masyarakat majemuk manapun, mereka yang tergolong sebagai minoritas selalu
didiskriminasi. Ada yang didiskriminasi secara legal dan formal, seperti yang terjadi di
negara Afrika Selatan sebelum direformasi atau pada jaman penjajahan Belanda dan
penjajahan Jepang di Indonesia. Dan, ada yang didiskriminasi secara sosial dan budaya dalam
bentuk kebijakan pemerintah nasional dan pemerintah setempat seperti yang terjadi di
Indonesia dewasa ini. Dalam tulisan singkat ini akan ditunjukkan bahwa perjuangan hak-hak
minoritas hanya mungkin berhasil jika masyarakat majemuk Indonesia kita perjuangkan
untuk dirubah menjadi masyarakat multikultural. Karena dalam masyarakat multikultural
itulah, hak-hak untuk berbeda diakui dan dihargai. Tulisan ini akan dimulai dengan
penjelasan mengenai apa itu masyarakat Indonesia majemuk, yang seringkali salah
diidentifikasi oleh para ahli dan orang awam sebagai masyarakat multikultural. Uraian
berikutnya adalah mengenai dengan penjelasan mengenai apa itu golongan minoritas dalam
kaitan atau pertentangannya dengan golongan dominan, dan disusul dengan penjelasan
mengenai multikulturalisme. Tulisan akan diakhiri dengan saran mengenai bagaimana
memperjuangkan hak-hak minoritas di Indonesia.
Masyarakat Majemuk Indonesia
9. Masyarakat majemuk terbentuk dari dipersatukannya masyarakat-masyarakat suku
bangsa oleh sistem nasional, yang biasanya dilakukan secara paksa (by force) menjadi sebuah
bangsa dalam wadah negara. Sebelum Perang Dunia kedua, masyarakat-masyarakat negara
jajahan adalah contoh dari masyarakat majemuk. Sedangkan setelah Perang Dunia kedua
contoh-contoh dari masyarakat majemuk antara lain, Indonesia, Malaysia, Afrika Selatan, dan
Suriname. Ciri-ciri yang menyolok dan kritikal dari masyarakat majemuk adalah hubungan
antara sistem nasional atau pemerintah nasional dengan masyarakat suku bangsa, dan
hubungan di antara masyarakat suku bangsa yang dipersatukan oleh sistem nasional. Dalam
perspektif hubungan kekuatan, sistem nasional atau pemerintahan nasional adalah yang
dominan dan masyarakat-masyarakat suku bangsa adalah minoritas. Hubungan antara
pemerintah nasional dengan masyarakat suku bangsa dalam masyarakat jajahan selalu
diperantarai oleh golongan perantara, yang posisi ini di Hindia Belanda dipegang oleh
golongan Cina, Arab, dan Timur Asing lainnya untuk kepentingan pasar. Sedangkan para
sultan dan raja atau para bangsawan yang disukung oleh para birokrat (priyayi) digunakan
untuk kepentingan pemerintahan dan penguasaan. Atau dipercayakan kepada para bangsawan
dan priyayi untuk kelompok-kelompok suku bangsa yang digolongkan sebagai terbelakang
atau primitif.
Dalam masyarakat majemuk dengan demikian ada perbedaan-perbedaan sosial, budaya,
dan politik yang dikukuhkan sebagai hukum ataupun sebagai konvensi sosial yang
membedakan mereka yang tergolong sebagai dominan yang menjadi lawan dari yang
minoritas. Dalam masyarakat Hindia Belanda, pemerintah nasional atau penjajah mempunyai
kekutan iliter dan polisi yang dibarengi dengan kekuatan hukum untuk memaksakan
kepentingan-kepentingannya, yaitu mengeksploitasi sumber daya alam dan manusia. Dalam
struktur hubungan kekuatan yang berlaku secara nasional, dalalm penjajahan hindia Belanda
terdapat golongan yang paling dominan yang berada pada lapisan teratas, yaitu orang
Belanda dan orang kulit putih, disusul oleh orang Cina, Arab, dan Timur asing lainnya, dan
kemuian yang terbawah adalah mereka yang tergolong pribumi. Mereka yang tergolong
pribumi digolongkan lagi menjadi yang tergolong telah mengenal peradaban dan mereka
yang belum mengenal peradaban atau yang masih primitif. Dalam struktur yang berlaku
nasional ini terdapat struktur-struktur hubungan kekuatan dominan-minoritas yang bervariasi
sesuai konteks-konteks hubungan dan kepentingan yang berlaku.
Dalam masa pendudukan Jepang di Indonesia, pemerintah penjajahan Jepang yang
merupakan pemerintahan militer telah memposisikan diri sebagai kekuatan memaksa yang
10. maha besar dalam segala bidang kehidupan masyarakat suku bangsa yang dijajahnya. Dengan
kerakusannya yang luar biasa, seluruh wilayah jajahan Jepang di Indonesia dieksploitasi
secara habis habisan baik yang berupa sumber daya alam fisik maupun sumber daya
manusianya (ingat Romusha), yang merupakan kelompok minoritas dalam perspektif
penjajahan Jepang. Warga masyarakat Hindia Belanda yang kemudian menjadi warga
penjajahan Jepang menyadari pentingnya memerdekakan diri dari penjajahan Jepang yang
amat menyengsarakan mereka, kemerdekaan diri pada tanggal 17 Agustus 1945, dipimpin
oleh Soekarno-Hatta.
Proklamasi kemerdekaan Republik Indonesia, yang disemangati oleh Sumpah Pemuda
tahun 1928, sebetulnya merupakan terbentuknya sebuah bangsa dalam sebuah negara yaitu
Indonesia tanpa ada unsur paksaan. Pada tahun-tahun penguasaan dan pemantapan kekuasaan
pemerintah nasional barulah muncul sejumlah pemberontakan kesukubangsaan-keyakinan
keagamaan terhadap pemerintah nasional atau pemerintah pusat, seperti yang dilakukakn oleh
DI/TII di jawa Barat, DI/TII di Sulawesi Selatan, RMS, PRRI di Sumatera Barat dan
Sumatera Selatan, Permesta di Sulawesi Utara, dan berbagai pemberontakan dan upaya
memisahkan diri dari Republik Indonesia akhir-akhir ini sebagaimana yang terjadi di Aceh,
di Riau, dan di Papua, yang harus diredam secara militer. Begitu juga dengan kerusuhan
berdarah antar suku bangsa yang terjadi di kabupaten Sambas, Kalimantan Tengah, Sulawesi
Tengah, dan Maluku yang harus diredam secara paksa. Kesemuanya ini menunjukkan adanya
pemantapan pemersatuan negara Indonesia secara paksa, yang disebabkan oleh adanya
pertentangan antara sistem nasional dengan masyarakat suku bangsa dan konflik di antara
masyarakat-masyarakat suku bangsa dan keyakinan keagamaan yang berbeda di Indonesia.
4.4. Perbedaan antara Kelompok Masyarakat Non Industri dan Industri
1. Masyarakat Non Industri
Kita telah tahu secara garis besar bahwa, kelompok nasional atau organisasi
kemasyarakatan non industri dapat digolongkan menjadi dua golongan, yaitu kelompok
primer (primary group) dan kelompok sekunder (secondary group).
a. Kelompok primer
Dalam kelompok primer, interaksi antar anggota terjalin lebih intensif, lebih erat, lebih
akrab. Di karenakan para anggota kelompok sering berdialog, bertatap muka, sehingga
mereka mengenal lebih dekat, lebih akrab dalam kelompok-kelompok primer bercorak
11. kekeluargaan dan lebih berdasarkan simpati. Pembagian kerja atau pembagian tugas pada
kelompok menerima serta menjalankan tugas tidak secara paksa, lebih dititik beratkan pada
kesadaran, tanggung jawabpara anggota dan berlangsung atas dasar rasasimpati dan secara
sukarela. Contoh-contoh kelompok primer, antara lain :keluarga, rukun tetangga, kelompok
belajar,kelompok agama, dan lain sebagainya.
b. Kelompok sekunder
Antara anggota kelompok sekunder, terpaut saling hubungan tak Iangsung, formal,
juga kurang bersifat kekeluargaan. Oleh karena yaitu, sifat interaksi, pembagian kerja,
pembagian kerja antar anggota kelompok di atur atas dasar pertimbangan-pertimbangan
rasional, obyektif.
Para anggota menerima pembagian kerja/pembagian tugas atas dasar kemampuan,
keahlian tertentu, di samping dituntut dedikasi. Hal-hal semacam itu diperlukan untuk
mencapai target dan tujuan tertentu yang telah di flot dalam program-program yang telah
sama-sama disepakati. Contoh-contoh kelompok sekunder, misalnya: partai politik,
perhimpunan serikat kerja/serikat buruh, organisasi profesi dan sebagainya. Berlatar belakang
dari pengertian resmi dan tak resmi, maka tumbuh dan berkembang kelompok formal (formal
group) atau lebih akrab dengan sebutan kelompok resmi, dan kelompok tidak resmi (informal
group). Inti perbedaan yang terjadi adalah: Kelompok tidak resmi (informal group) tidak
berstatus resmi dan tidak didukung oleh Anggaran Dasar (AD) dan Anggaran Rumah tangga
(ART) seperti yang lazim berlaku pada kelompok resmi.
Namun demikian, kelompok tidak resmi juga mempunyai pembagian kerja, peranan-peranan
serta hirarki tertentu, norma-norma tertentu sebagai pedoman tingkah laku para
anggota beserta konvensi-konvensinya. Tetapi hal ini tidak dirumuskan secara tegas dan
tertulis seperti pada kelompok resmi (W.A. Gerungan, 1980 : 91). Contoh : Semua kelompok
sosial, perkumpulan-perkumpulan, atau organisasi-organisasi kemasyarakatan yang memiliki
anggota kelompok tidak resmi.
2. Masyarakat Industri
Durkheim mempergunakan variasi pembangian kerja sebagai dasar untuk
mengklasifikasikan masyarakat, sesuai dengan taraf perkembangannya. Akan tetapi lebih
12. cenderung mempergunakan dua taraf klasifikasi, yaitu yang sederhana dan yang kompleks.
Masyarakat-masyarakat yang berada di tengah kedua eksterm tadi diabaikannya (Soerjono
Soekanto, 1982 : 190). Jika pembagian kerja bertambah kompleks, suatu tanda bahwa
kapasitas masyarakat semakintinggi. Solidaritas didasarkan pada hubungan saling
ketergantungan antara kelompok-kelompok masyarakat yang telah mengenal
pengkhususan.Otonomi sejenis, juga menjadi ciri daribagian/ kelompok-kelompok
masyarakat industri. Otonomi sejenis dapat diartikan dengan kepandaian/keahlian khusus
yang dimiliki seseorang secara mandiri, sampai pada batas-batas tertentu.
Contoh-contoh : tukang roti, tukang sepatu,tukang bubut, tukang las, ahli mesin, ahli
listrik dan ahli dinamo, mereka dapat bekerja secara mandiri. Dengan timbulnya spesialisasi
fungsional, makin berkurang pula ide-ide kolektif untuk diekspresikan dan dikerjakan
bersama. Dengan demikian semakin kompleks pembagian kerja, semakin banyak timbul
kepribadian individu. Sudah barang tentu masyarakat sebagai keseluruhan memerlukan
derajat integrasi yang serasi. Akan tetapi hanya akan sampai pada batas tertentu, sesuai
dengan bertambahnya individualisme.
D. Hubungan antara Individu, Keluarga, dan Masyarakat
5.5. Makna Individu
Individu merupakan unit terkecil pembentuk masyarakat. Dalam ilmu sosial, individu
berarti juga bagian terkecil dari kelompok masyarakat yang tidak dapat dipisah lagi menjadi
bagian yang lebih kecil. Sebagai contoh, suatu keluarga terdiri dari ayah, ibu, dan anak. Ayah
merupakan individu dalam kelompok sosial tersebut, yang sudah tidak dapat dibagi lagi ke
dalam satuan yang lebih kecil.Pada dasarnya, setiap individu memiliki ciri-ciri yang berbeda.
Individu yang saling bergabung akan membentuk kelompok atau masyarakat. Individu
tersebut akan memiliki karakteristik yang sama dengan kelompok dimana dirinya bergabung.
5.6. Makna Keluarga
Keluarga dengan berbagai fungsi yang dijalankan adalah sebagai wahana dimana
seorang individu mengalami proses sosialisasi yang pertama kali, sangat penting artinya
dalam mengarahkan terbentuknya individu menjadi seorang yang berpribadi. Sebagai bagian
yang tak terpisahkan dengan masyarakat, keluarga mempunyai korelasi fungsional dengan
masyarakat tertentu, oleh karena itu dalam proses pengembangan individu menjadi seorang
yang berpribadi hendaknya diarahkan sesuai dengan struktur masyarakat yang ada, sehingga
13. seorang individu menjadi seorang yang dewasa dalam arti mampu mengendalikan diri dan
melakukan hubungan-hubungan sosial di dalam masyarakat yang cukup majemuk.
5.7. Makna Masyarakat
Masyarakat adalah kelompok manusia yang saling berinteraksi yang memiliki
prasarana untuk kegiatan tersebut dan adanya saling keterikatan untuk mencapai tujuan
bersama. Masyarakat adalah tempat kita bisa melihat dengan jelas proyeksi individu sebagai
bagian keluarga, keluarga sebagai tempat terprosesnya, dan masyarakat adalah tempat kita
melihat hasil dari proyeksi tersebut.
Individu yang berada dalam masyarakat tertentu berarti ia berada pada suatu konteks
budaya tertentu. Pada tahap inilah arti keunikan individu itu menjadi jelas dan bermakna,
artinya akan dengan mudah dirumuskan gejala-gejalanya. Karena di sini akan terlibat
individu sebagai perwujudan dirinya sendiri dan merupakan makhluk sosial sebagai
perwujudan anggota kelompok atau anggota masyarakat.
5.8. Hubungan antara Individu, Keluarga, dan Masyarakat
Aspek individu, keluarga, masyarakat adalah aspek-aspek sosial yang tidak bisa
dipisahkan. Yakni, tidak akan pernah ada keluarga dan masyarakat apabila tidak ada individu.
Sementara di pihak lain untuk mengembangkan eksistensinya sebagai manusia, maka
individu membutuhkan keluarga dan masyarakat, yaitu media di mana individu dapat
mengekspresikan aspek sosialnya serta menumbuhkembangkan perilakunya. Karena tak
dapat dipungkiri bahwa perilaku sosial suatu individu tersebut bergantung dari keluarga dan
masyarakat disekitarnya. Keluarga sebagai lingkungan pertama seorang individu memiliki
peran paling besar dalam pembentukan sikap suatu individu, sedang masyarakat merupakan
media sosialisasi seorang individu dalam menyampaikan ekspresinya secara lebih luas.
Sehingga dapat menjadi suatu tolak ukur apakah sikapnya benar atau salah dalam suatu
masyarakat tersebut.
E. Urbanisasi
6.1. Pengertian Urbanisasi
Urbanisasi adalah perpindahan penduduk dari desa ke kota. Urbanisasi adalah masalah
yang cukup serius bagi kita semua. Persebaran penduduk yang tidak merata antara desa
dengan kota akan menimbulkan berbagai permasalahan kehidupan sosial kemasyarakatan.
14. Jumlah peningkatan penduduk kota yang signifikan tanpa didukung dan diimbangi dengan
jumlah lapangan pekerjaan, fasilitas umum, aparat penegak hukum, perumahan, penyediaan
pangan, dan lain sebagainya tentu adalah suatu masalah yang harus segera dicarikan jalan
keluarnya.
Berbeda dengan perspektif ilmu kependudukan, definisi urbanisasi berarti persentase
penduduk yang tinggal di daerah perkotaan. Perpindahan manusia dari desa ke kota hanya
salah satu penyebab urbanisasi. Perpindahan itu sendiri dikategorikan 2 macam, yakni
migrasi penduduk dan mobilitas penduduk. Migrasi penduduk adalah perpindahan penduduk
dari desa ke kota yang bertujuan untuk tinggal menetap di kota, sedangkan Mobilitas
Penduduk berarti perpindahan penduduk yang hanya bersifat sementara saja atau tidak
menetap.
Untuk mendapatkan suatu niat untuk hijrah atau pergi ke kota dari desa, seseorang
biasanya harus mendapatkan pengaruh yang kuat dalam bentuk ajakan, informasi media
massa, impian pribadi, terdesak kebutuhan ekonomi, dan lain sebagainya.
Pengaruh-pengaruh tersebut bisa dalam bentuk sesuatu yang mendorong, memaksa atau
faktor pendorong seseorang untuk urbanisasi, maupun dalam bentuk yang menarik perhatian
atau faktor penarik. Di bawah ini adalah beberapa atau sebagian contoh yang pada dasarnya
dapat menggerakkan seseorang untuk melakukan urbanisasi perpindahan dari pedesaaan ke
perkotaan.
1. Faktor Penarik Terjadinya Urbanisasi
- Kehidupan kota yang lebih modern
- Sarana dan prasarana kota lebih lengkap
- Lapangan pekerjaan di kota yang lebih luas
- Pendidikan sekolah dan perguruan tinggi lebih baik dan berkualitas
2. Faktor Pendorong Terjadinya Urbanisasi
- Lahan pertanian semakin sempit
- Merasa tidak cocok dengan budaya tempat asalnya
- Menganggur karena tidak banyak lapangan pekerjaan di desa
- Terbatasnya sarana dan prasarana di desa
- Diusir dari desa asal
- Memiliki impian kuat menjadi orang kaya
15. 3. Keuntungan Urbanisasi
- Memoderenisasikan warga desa
- Menambah pengetahuan warga desa
- Menjalin kerja sama yang baik antarwarga suatu daerah
- Mengimbangi masyarakat kota dengan masyarakat desa
4. Akibat urbanisasi
- Terbentuknya suburb tempat-tempat pemukiman baru dipinggiran kota
- Makin meningkatnya tuna karya (orang-orang yang tidak mempunyai pekerjaan tetap)
- Masalah perumahan yg sempit dan tidak memenuhi persyaratan kesehatan
- Lingkungan hidup tidak sehat, timbulkan kerawanan sosial dan kriminal
6.2. Proses Terjadinya Urbanisasi
Pertama, pemerintah berkeinginan untuk sesegera mungkin meningkatkan proporsi
penduduk yang tinggal di daerah perkotaan. Hal ini berkaitan dengan kenyataan bahwa
meningkatnya penduduk daerah perkotaan akan berkaitan erat dengan meningkatnya
pertumbuhan ekonomi negara. Data memperlihatkan bahwa suatu negara atau daerah dengan
tingkat perekonomian yang lebih tinggi, juga memiliki tingkat urbanisasi yang lebih tinggi,
dan sebaliknya. Negara-negara industri pada umumnya memiliki tingkat urbanisasi di atas 75
persen. Bandingkan dengan negara berkembang yang sekarang ini. Tingkat urbanisasinya
masih sekitar 35 persen sampai dengan 40 persen saja.
Kedua, terjadinya tingkat urbanisasi yang berlebihan, atau tidak terkendali, dapat
menimbulkan berbagai permasalahan pada penduduk itu sendiri. Ukuran terkendali atau
tidaknya proses urbanisasi biasanya dikenal dengan ukuran primacy rate, yang kurang lebih
diartikan sebagai kekuatan daya tarik kota terbesar pada suatu negara atau wilayah terhadap
kota-kota di sekitarnya. Makin besar tingkat primacy menunjukkan keadaan yang kurang baik
dalam proses urbanisasi. Sayangnya data mutahir mengenai primacy rate di Indonesia tidak
tersedia.
16. BAB III
PENUTUP
7.1. Kesimpulan
Individu mempunyai peranan penting dalam sebuah lingkungan memikirkan sebuah
jalan keluar dalam memenuhi semua keinginan yang dia mau dengan cara apa pun semua ia
lakukan untuk memnuhi keinginan hasratnya, di dalam bersosialisai kita juga tidak boleh
memikirkan kepentingan diri kita sendiri karena dengannya ada sifat seperti itu lah yang akan
meembuat suatu lingkungan ada konflik. Manusia sebagai makhluk individu, tidak hanya
dalam arti makhluk keseluruhan jiwa raga, melainkan juga dalam arti bahwa tiap-tiap orang
itu merupakan pribadi (individu) yang khas menurut corak kepribadiannya, termasuk
kelebihan serta kelemahannya.
Mempunyai suatu keluarga yang harmonis dan juga dipenuhi akan rasa cinta dan
kasih sayang tentu dambaan para umat kaum manusia di dunia ini, akan tetapi semua itu
sudah tidak akan lengkap lagi bila tidak dibersamakan dengan interaksi sesama manusia
keterkaitan terhadap lingkungan sangat lah penting di karenakan demi perkembangan pola
pikir kita dan juga anggota keluarga. Kalau kita hanya berkeluarga saja tidak berbaur dengan
orang lain maka tidak akan mungkin apa bila kalau keluarga kita sedang membutuhkan orang
lain tidak ada yang membantu karena orang lain pun tidak akan tahu bila kita sedang
mengalami sebuah cobaan, seandainya kita berbaur dan juga peduli terhadap orang lain maka
tidak akan memungkinkan bila masyarakat akan membantu kesusahan kita dengan
kemampuan yang ia bisa, masyarakat di sini juga amat sangat penting dikarenakan apa bila di
suatu linkungan kita tidak mempunyai nilai kemasyarakatan yang amat peduli terhadap
sesama manusia yang berada di lingkungan susah unuk mewujudkan semua itu.
Kumpulan dari orang-orang tersebut harus ada yang mengatur untuk menjalanjan
suatu organisai dengan kepemimpinan yang handal dan juga wajib ditiru bagi masyarakat
lainnya, dengan ada semua itu maka mungkin perubahan pola pikir manusia akan berubah
untuk menciptakan lingkungan yang berdasarkan niali kebersamaan, persahabatan, dan juga
tali persaudaraan.
17. DAFTAR PUSAKA
Baron, R. A dan Donn Byrne. 2003. Psikologi Sosial. Jakarta: Erlangga
Richard R Clayton. 2003. The Family, Mariage and Social Change. hal. 58
Anita L. Vangelis.2004.Handbook of Family Comunication.USA:Lawrence Elbraum Press.
hal 349.
Jhonson, C.L. 1988. Ex Familia. New Brunswick: Rutger University Press.
Paul B. Horton. 1987.Sosiologi. Jakarta:Erlangga. Hal 266
Fr Tderique Holdert dan Gerrit Antonides, “Family Type Effects on Household Members
Decision Making”, Advances in Consumer Research Volume 24 (1997), eds. Merrie Brucks
and Deborah J. MacInnis, Provo, UT: Association for Consumer Research, Pages: 48-54
Minuchin, S (1974). Families and Family Therapy. Cambridge, MA: Harvard University
Press
(Inggris) United Nations World Urbanization Prospects, the 2009 Revision, Web Site of the
United Nations Population Division
(Inggris) Geopolis: Research group, University of Paris-Diderot, France
(Inggris) Tomorrow's Crises Today - the humanitarian dimension of urbanization, oleh IRIN
(Inggris) The Natural History of Urbanization, oleh Lewis Mumford
(Inggris) The World System urbanization dynamics, oleh Andrey Korotayev
(Inggris) Brief review of world socio-demographic trends mencakup tinjauan terhadap trend
urbanisasi global
http://id.wikipedia.org/wiki/Urbanisasi
http://pakguruonline.pendidikan.net/buku_tua_pakguru_dasar_kpdd_15.html
http://tinyurl.com/283rcnu
http://id.wikipedia.org/wiki/Keluarga