MODUL P5BK TEMA KEBEKERJAAN KENALI DUNIA KERJA.docx
Menginteraksikan gender dan kesehatan reproduksi di.ppt
1.
2. Gender adalah pembedaan
sifat,status, peran, posisi
berdasarkan jenis kelamin yang
dibuat oleh masyarakat dan
dipengaruhi oleh system
kepercayaan / penafsiran agama,
budaya, politik, system pendidikan
dan ekonomi.
3. Sex adalah karakteristik biologis
seseorang yang melekat sejak
lahir dan tidak bisa diubah . Alat-
alat biologis tersebut menjadi
dasar seseorang dikenali jenis
kelaminnya, sebagai perempuan
atau laki-laki.
Misalnya perempuan mempunyai vagina,
payudara berkelenjar mamae dan laki-laki
memiliki penis dan testis. Dalam konteks
masyarakat yang relegius, sex biasa disebut
dengan “kodrat”.
4. 1. Rendahnya tingkat pendidikan perempuan.
Enam puluh empat koma lima (64,5)
persen mereka yang berusia 10 tahun ke
atas hanya tamat SD, tidak tamat SD, dan
tidak bersekolah sama sekali, bahkan 43,9
% diantaranya buta huruf, dimana 79,6
% buta huruf adalah
perempuan.
5. 2. 74% perempuan bekerja pada sektor
informal seperti PRT (Pekerja Rumah
Tangga), “TKW (Tenaga Kerja
Wanita)”, PS (Pekerja Sex)
6. 3. Rendahnya partisipasi politik
perempuan. Hanya ada 11%
perempuan duduk di DPR-RI (61
orang dari 550) dan 19,5%
perempuan duduk di DPD (25
orang dari 128) perolehan Pemilu
2004
7. 4. Tingginya angka kematian ibu
melahirkan berkisar dari 307 – 750
per 100.000
8. 5. Hukum-hukum bias gender.
- Undang-Undang perkawinan
no.1 tahun 1974
- Perda-Perda berbasis nilai-
nilai agama dan budaya ter-
tentu
9. Budaya Patriarki
Sistem Ekonomi
Sistem kepercayaan/ penafsiran
agama
Adat
Sistem Politik
Sistem pendidikan
Dan lain-lain
10. 1. Pembedaan perempuan dan laki-
laki merupakan hal yang dibentuk
secara sosial yang dipengaruhi oleh
agama, budaya, sosial, politik,
hukum, pendidikan, dan lain-lain,
yang bisa berubah sesuai dengan
konteks waktu, tempat dan budaya
11. 2. Pembedaan tersebut telah melekat
dalam kurun waktu yang panjang
sehingga dianggap sebagai sesuatu
yang alamiah dan menjadi keyakinan
masyarakat. Jika terdapat kelompok
masyarakat yang memiliki pandangan
berbeda mengenai pembedaan laki-laki
dan perempuan tersebut, dianggap
melanggar norma bahkan berdosa
12. 3. Pembedaan yang ketat antara
perempuan dan laki-laki menimbulkan
ketidakadilan baik untuk laki-laki maupun
perempuan. Misalnya: laki-laki tidak boleh
menangis, tidak boleh bekerja di salon,
harus bekerja memenuhi nafkah keluarga.
Sementara Perempuan harus patuh
kepada suami, harus bekerja melayani
keluarga, mendidik anak, dan mengurus
rumah tangga. Akibatnya adalah
kekerasan, stereotyping, beban ganda,
pemiskinan dan diskriminasi
13. 4. Bentuk ketidakadilan gender dalam
konteks masyarakat yang patriarkis
sangat dirasakan oleh perempuan,
sehingga perempuan menjadi kelompok
yang paling tertindas dalam seluruh
aspek kehidupannya dibanding laki-laki
14. 5. Realitas yang menggambarkan
perempuan sebagai korban utama
antara lain dapat dilihat dari angka
kekerasan terhadap perempuan, baik
kekerasan fisik, seksual maupun
psikologis. Bahkan negara telah
melanggengkan kekerasan tersebut
melalui instrumen-intrumen
kebijakannya.
15. 6. Bahwa ketidakadilan gender
disebabkan dan dilestarikan oleh
berbagai faktor yang saling
berkaitan.
16. 7. Faktor-faktor yang menyebabkan dan
melestarikan ketidakadilan gender antara lain:
SISTEM EKONOMI YANG TIDAK ADIL,
SISTEM KEPERCAYAAN (AGAMA), BUDAYA
PATRIARKHI, HUKUM, SISTEM
PEMERINTAHAN, dan SISTEM PENDIDIKAN.
17. 8. Faktor-faktor tersebut terdapat
dalam kehidupan sehari-hari baik dalam
kehidupan keluarga, komunitas, maupun
negara.
18. Panduan Perempuan Laki-laki
Alat kelamin Vagina Penis
Anatomi reproduksi Sel telur, tuba
fallopii, rahim,
klitoris
Sperma
Anatomi reproduksi
pendukung (sekunder)
Payudara
Harapan ibu thd bayi Cantik, bulu mata
lentik
Ganteng, aktif
Dekorasi kamar Merah muda, bunga,
boneka
Ganteng, aktif, biru,
kapal-2an, mobil-2an
19. Pakaian/benda yg
dipakai bila.
Gaun, rok, pita,
selop
Celana, sepatu, kaos
Karakteristik saat
tumbuh
Lemah, cengeng,
lembut, pasif
Kuat, aktif, kasar,
agresid
Pilihan karir yang
diinginkan
Guru, pegawai
perpustakaan,
sekretaris,
perawat/bidan
Kepala sekolah,
teknisi, pimpinan,
dokter
Identifikasi
pasangan untuk
dinikasi
Laki-laki
Laiki-laki usia
lebih tua
Perempuan
Perempuan usia
lebih muda
20. Masyarakat mengharapkan agar ♀ dan ♂
melihat, berpikir, merasa dan bertindak dengan
cara tertentu, hanya karena mereka ♀ atau ♂.
Berbeda dg perbedaan fisik ♂ & ♀, peran gender
diciptakan oleh masyarakat. Beberapa kegitan
seperti mencuci dan menyetrika pakaian
dianggap sebagai pekerjaan ♀, namun
pembagian peran ini berbeda dari satu tempat
ke tempat lain, bergantung pada adat istiadat,
hukum dan agama, tingkat pendidikan, status
sosial dan usia.
Ex: Pada komunitas ♀ dari kelas tertentu
diharapkan bertanggungjawab pada pekerjaan
RT, semantara ♀ lain mungkin memiliki lebih
banyak pilihan pekerjaan.
21. Perbedaan peran laki-laki dan perempuan yang
dibentuk dan dikonstruksi oleh masyarakat dan
dapat berubah sesuai dengan perkembangan
zaman.
22. Perbedaan jenis kelamin yang ditentukan secara
biologis, yang ♂ secara fisik melekat pada
masing-2 jenis kelamin, laki-laki dan
perempuan.
Perbedaan jenis kelamin merupakan kodrat atau
ketentuan Tuhan, sehingga sifatnya permanen
dan universal.
♀/♂
23. Kondisi tidak adil akibat sistem dan struktur
sosial sehingga merugikan ♀/♂
Perbedaan peran dan kedudukan antara
perempuan dan laki-laki baik secara langsung
berupa perlakuan atau sikap dan tidak lengsung
berupa dampak kebijakan telah menimbulkan
berbagai ketidak-adilan yg telah berakar dlm
sejarah, adat, norma maupun dlm berbagai
struktur di masyarakat.
24. Bentuk ketidak-adilan akibat diskriminasi gender:
Marginalisasi
Banyak lap pekerjaan yg tidak menerima laki-laki →
anggapan bahwa mereka kurang teliti melakukan
pekerjaan yang memerlukan kecermatan dan
kesabaran (usaha konveksi)
Pekerjaan yg dianggap sbg pekerjaan perempuan
seperti guru TK, sekretaris atau perawat dinilai lebih
rendah dari pekerjaan laki-laki, sehingga berpengaruh
pada pembedaan gaji yg diterima oleh perempuan.
25. Sub ordinasi
Keyakinan bahwa salah satu jenis kelamin dianggap lebih
penting / utama dibandingkan jenis kelamin lainnya.
Pandangan Stereotype
Stereotype yg melahirkan ketida-adilan dan diskriminasi
bersumber dari pandangan gender yg menyangkut
pelabelan atau penandaan thd salah satu jenis kelamin
tertentu.
Ex: kaum perempuan sebagai ibu rumah tangga, Laki-laki
sebagai pencari nafkah, keramahtamahan laki-laki dinilai
sbg perayu sementara perempuan dinilai genit.
26. Kekerasan
Berbagai kekerasan terhadap perempuan sebagai
akibat perbedaan peran muncul dalam berbagai
bentuk.
Beban Kerja
Adalah beban kerja yang dilakukan oleh jenis kelamin
tertentu.
Berbagai observasi menunjukkan perempuan
mengerjakan hampir 90% dari pekerjaan dalam RT,
shg bagi yang bekerja di luar rumah, mereka tetap
harus mengerjakan pekerjaan domestik.
27. Seksualitas adalah konsep terpadu yang meliputi
kemampuan fisik seseorang dalam menerima
rangsangan dan kenikmatan seksual serta
pembentukan identitas seksual dan gender yang
melekat pada perilaku seksual yang dipahami
individu maupun masyarakat.
28. Perilaku Seksual
mencakup tindakan seksual terhadap orang lain
atau diri sendiri yang dapat diamati.
Kesehatan seksual
peningkatan kualitas hidup dan hubungan pribadi
Hak-hak seksual, termasuk hak asasi perempuan
agar secara bebas dan bertanggungjawab
mengontrol dan memutuskan hal-hal yg
berkaitan dengan seksualitasnya (kespro &
seksual, bebas dari paksaan, diskriminasi &
kekerasan)
30. Elemen ini membicarakan tentang:
Jumlah pasangan seksual, saat ini dan masa lalu
Waktu dan lamanya hub seksual selama hidup
Identitas sosial pasangan (karakteristik sosiso-
ekonomi hub)
Kondisi dalam memilih: sukarela atau terpaksa
Lamanya hubungan (berganti pasangan)
∞ jumlah dan identitas pasangan dp memprediksi
jejaring seksual dan penularan penyakit.
31. Aktifitas fisik dan mental yg menstimulus, merangsang
dan memuaskan secara jasmaniah ― berbagai cara
untuk mengekspresikan perasaan dan daya tarik pada
orang lain.
Meliputi:
Naluri alami
Frekuensi & bentuk ekspresi seksual ¤ metoda kontrasepsi u
mencegah PMS, KTD
Latar belakang suatu hubungan
Dorongan menggebu
Dororngan afeksi ( menerima ungkapan kasih sayang melalui
aktifitas seksual)
Dorongan agresif (menyakiti diri or orla)
Terpaksa
Dorongan untuk mendapatkan fasilitas
Dorongan u membuktikan fungsi/kemampuan dorongan seksual.
32. Hasil konstruksi sosial tentang seksualitas dari
pemikiran, perilaku dan kondisi seksual yg
diinterpretasikan menurut budaya setempat,
meliputi:
agresifitas, dominasi laki-laki …jantan, wanita tdk
boleh menolak ajakan suami, kepuasan suami
meruakan prioritas utama.
33. Dipengaruhi oleh pengetahuan laki-laki dan
perempuan tentang seksual, tubuhnya untuk
mendapatkan kenikmatan secara fisik dan
emosional.
Laki-laki merasa perempuan kurang tertarik
terhadap seks (penelitian)
34. Kesehatan Reproduksi adalah suatu keadaan
kesejahteraan fisik, mental dan sosial secara utuh,
tidak semata-matabebas dari penyakit atau
kecacatan dalam semua hal yang berkaitan dengan
sistem reproduksi serta fungsi dan prosesnya.
35. Pendekatan gender dan kesehatan mengenali bahawa
faktor sosial budaya, serta hubungan kekuasaan
antara laki-laki dan perempuan, merupakan faktor
penting yang berperan dalam mendukung atau
mengancam kesehatan seseorang. Faktor-faktor yang
mempengaruhi kesehatan manusia adalah Sbb :
Gender berkaitan dengan sikap dan perilaku manusia.
Ada berilaku yang berdampak positif dan negative
terhadap status kesehatan reproduksi manusia.
Ketimpangan gender diberbagai aspek kehidupan
lebih banyak dialamai oleh perempuan dari pada laki-
laki.
Kualitas kesehatan perempuan berdampak terhadap
kualitas generasi dan kondisi sosial di dalam
masyarakat.
36. Pengaruh gender terhadap kesehatan
reproduksi perempuan menikah usia muda
bagi perempuan berdampak negatif terhadap
kesehatannya. Namun menikah diusia muda
kebanyakan bukanlah keputusan mereka,
melainkan karena ketidakberdayaannya(isu
gender). Di beberapa tempat di indonesia,
kawin muda dianggap sebagai takdir yang
tidak bisa ditolak. Perempuan tidak berdaya
untuk memutuskan kawin dan dengan siapa
mereka akan menikan. Keputusan pada
umumnya ada ditangan laki-laki, ayah
ataupun keluarga laki-laki lainnya.