SlideShare a Scribd company logo
1 of 15
MAKALAH 
“TEORI PERKEMBANG AN KARIR GINZBERG” 
Diajukan sebagai syarat mengikuti Ujian Akhir Semester pada mata Kuliah 
Bimbingan Karir pendidikan Kejuruan 
Oleh 
NESSA TESIA IGGRID ( 1200103-2012) 
Dos e n Pembimbing 
Prof. Drs . H. Syahron Lubis , M. Ed, Ph. D 
Drs . Agamuddin, M.Ed, Ph.D 
PASCASARJAN PENDIDIKAN TEKNIK KEJURUAN
FAKULTAS TEKNIK 
UNIVERSITAS NEGERI PADANG 
2013 
BAB I 
PENDAHULUAN 
1.1. Latar Belakang 
Istilah karir menunjuk mencakup pada sifat developmental dari pengambilan keputusan sebagai 
suatu proses yang berlangsung seumur hidup. Konsep karir mencakup rentang waktu yang lebih 
panjang daripada pilihan okupasional (occupational choice). Konsep karir menjangkau aktivita s 
pravokasional seperti pilihan sekolah dan jurusan. 
Bimbingan karir merupakan salah satu bidang dalam bimbingan dan konseling yang ada di sekolah-sekolah 
dan juga suatu proses bantuan, layanan dan pendekatan terhadap individu (siswa/remaja), agar 
individu yang bersangkutan dapat mengenal dirinya, memahami dirinya, dan mengenal dunia kerja 
merencankan masa depan dengan bentuk kehidupan yang diharapkan untuk menentukan pilihan dan 
mengambil suatu keputusan bahwa keputusannya tersebut adalah paling tepat sesuai dengan keadaan 
dirinya. Istilah karir menunjuk mencakup pada sifat developmental dari pengambilan keputusan sebagai 
suatu proses yang berlangsung seumur hidup. Konsep karir mencakup rentang waktu yang lebih panjang
daripada pilihan okupasional (occupational choice). Konsep karir menjangkau aktivitas pravokasiona l 
seperti pilihan sekolah dan jurusan. 
Di era globalisasi seperti saat ini bimbingan karir sangatlah diperlukan bagi semua orang 
khususnya bagi para peserta didik. Contohnya, sering kali para siswa kebingungan dalam memilih 
suatu jurusan di SMA, penyebabnya tidak lain karena ia tidak paham betul dengan minat dan potensi 
yang ia miliki. Selain itu faktor lingkungan juga sangat mempengaruhi seseorang dalam mengambil 
suatu keputusan karir. Misalnya, seorang siswa sering merasa dirinya salah da lam memilih suatu 
jurusan. Hal tersebut disebabkan karena ia ikut-ikutan sama teman- temannya dalam memilih jurusan 
dan juga bisa karena dorongan dari orang tuanya. Untuk mengetahui bagaimana karir itu terjadi dan 
bagaimana karir itu berkembang maka diperlukanlah pemahaman terhadap teori karir. Salah satu teori 
tentang karir adalah Teori perkembangan Karir Ginzberg. 
Berdasarkan asumsi terhadap masalah tersebut, jelaslah sudah bahwa bimbingan karir sangatlah 
diperlukan bagi semua orang agar tidak kebingungan dalam mengambil keputusan karir. Untuk itulah 
kami membahas salah satu teori perkembangan karir dari Ginzberg ini, karena kami anggap teori ini 
sangatlah penting dalam perkembangan karir seseorang. Lebih lanjut akan kami bahas se cara riil 
dalam pembahasan. 
1.2. Rumusan Masalah 
Berdasarkan latar belakang maslah yang disampaikan di atas, rumusan maslah yang diajukan 
penulis adalah sebagai berikut. 
1.2.1. Bagaimana konsep-konsep pokok teori perkembanagan karir Ginzberg? 
1.2.2. Bagaimana proses pemilihan karir terjadi menurut teori perkembangan karir Ginzberg? 
1.2.3. Apa saja unsur-unsur teori perkembangan karir Ginzberg? 
1.2.4. Apa saja implikasi teori perkembangan karir Ginzberg dalam bimbingan konseling? 
1.3. Tujuan 
Berdasarkan latar belakang masalah dan rumusan masalah yang disampaikan, tujuan 
penulisan makalah ini adalah untuk:
1.3.1. Mengetahui konsep-konsep pokok teori perkembanagan karir Ginzberg. 
1.3.2. Mengetahui proses pemilihan karir terjadi menurut teori perkembangan karir 
Ginzberg. 
1.3.3. Mengetahui unsur-unsur teori perkembangan karir Ginzberg. 
1.3.4. Mengetahui implikasi teori perkembangan karir Ginzberg dalam bimbingan konseling.
BAB II 
PEMBAHASAN 
1.1. Konsep Teori Ginzbe rg 
Teori perkembanagn karir (development career choice theory) Ginzberg merupakan hasil kerjasama 
suatu tim yang mempelajari tentang pengaruh perkembangan terhadap pemilihan karir. Kelompok ini 
terdiri dari Eli Ginzberg yang seorang ahli ekonomi, S. Ginzburg yang seorang psikiater, S. Axelrad 
yang seorang sosiolog, dan J. Herma yang merupakan seorang psikolog. E. Ginzberg, S. Ginzburg, S. 
Axelrad, dan J. Herma memulai penelitian pada tahun 1951 dengan maksud mengembangkan suatu 
konsepsi tentang pilihan jabatan sebagai bagian dari suatu studi tentang dunia kerja. Kelompok ini 
memandang masalah pilihan jabatan dari sudut perkembangan orang muda. Menurut pandangan 
kelompok Ginzberg ini pilihan jabatan tidak hanya terjadi sekali saja, melainkan mengalami suatu 
proses perkembangan yang meliputi jangka waktu antara enam sampai lima belas tahun. 
Teori perkembangan karir (development career choice theory) dari Eli Ginzberg et. al. yang mengatakan 
bahwa anak dan remaja melewati tiga tahap pemilihan karir: fantasi, tentative dan relistis (Ginzberg, 
1972 ; Ginzberg dkk., 1951). Saat ditanya “mau jadi apa kalau sudah besar”, anak kecil mungkin 
menjawab “dokter” “pahlawan”, “guru”, “bintang film”, “bintang olahraga” atau sejumlah pekerjaan 
lainnya. Pada saat masih kecil, masa depan terkesan dapat memberikan jutaan kesempatan. Ginzberg 
berargumentasi bahwa hingga usia 11 tahun seorang anak masih dalam tahap fantasi dari pemiliha n 
karir. Dari umur 11 hingga 17 tahun, remaja ada dalam tahap tentative dari perkembangan karir, 
sebuah transisi dari tahap pengambilan keputusan realistis dari masa dewasa muda. Ginzberg 
percaya bahwa kemajuan remaja terlihat mulai dari mengevaluasi minat mereka (11 hingga 12 tahun) 
lalu mengevaluasi kemampuan mereka (13 hingga 14 tahun) sampai mengevaluasi nilai mereka (15 
hingga 16 tahun). Pemikiran berubah dari yang kurang subyektif hingga pemilihan karir yang lebih 
realistis pada usia 17 dan 18 tahun. Ginzberg menyebut usia 17 dan 18 tahun hingga awal 20-an sebagai 
tahap realistis dalam pemilihan karir. Selama masa ini, tiap orang secara ekstentif mencoba karir yang 
mungkin, lalu memfokuskan diri pada satu bidang, dan akhirnya memilih pekerjaan tertentu dalam karir 
tersebut (seperti menjadi dokter umum, atau ahli bedah ottopedik, dalam karir kedokteran). 
Dalam mengembangkan teorinya, Ginzberg et al. menginvestigasi secara empirik sejumlah sampel 
yang memiliki kebebasan memilih suatu okupasi. Sampel tersebut terdiri dari laki-laki yang berasal 
dari kelas menengah ke atas di daerah perkotaan, dari keluarga Protestan atau Katolik, yang tingka t 
pendidikanya berkisar dari kelas enam hingga pasca-sarjana. Karena pemilihan sampel tersebut sangat 
terbatas, maka konklusi hasil penelitian ini hanya dapat diaplikasikan secara terbatas pula. Secara 
spesifik, pola perkembangan karir perempuan dan etnik minoritas ataupun mereka yang berasal dari 
daerah pedesaan dan kaum miskin tidak menjadi bahan pertimbangan. Oleh karena itu, konklusi yang 
dihasilkan dari studi ini belum tentu dapat diaplikasikan pada populasi selain dari yang diwakili oleh
sampel yang disebutkan. Kelompok Ginzberg menyimpulkan bahwa pilihan okupasional merupakan 
proses perkembangan, yang pada umumnya mencakup kurun waktu selama enam hingga sepuluh 
tahun, yang dimulai dari sekitar usia 11 tahun dan berakhir sesudah usia 18 atau awal masa dewasa. 
Pengambilan keputusan karir berlangsung melalui tiga periode, yaitu fantasi, tentatif, dan realistik. 
Pokok yang dijadikan dasar bagi Ginzberg dalam membangun teorinya didasari atas pendekatan 
psikologis atas tugas-tugas perkembangan yang dilalui manusia. Konsep perkembangan dan 
pemilihan pekerjaan atau karier oleh Ginzberg dikelompokkan dalam tiga unsur yaitu: proses (bahwa 
pilihan pekerjaan itu merupakan suatu proses); irreversibilitas (bahwa pilihan pekerjaan itu tidak bisa 
diubah atau dibalik); kompromi (bahwa pilihan pekerjaan itu merupakan kompromi antara faktor-faktor 
yang terlibat yaitu minat, kemampuan, dan nilai); dan optimisasi yang merupakan 
penyempurnaan teori (individu yang mencari kecocokan kerja). 
1.2. Proses Pemilihan Karir 
Menurut Ginzberg, Ginzburg, Axelrad, dan Herna (1951), perkembangan dalam pemilihan pekerjaan 
mencakup tiga tahapan utama yaitu fantasy, tentatif, dan realistik. Dua tahap daripadanya, yaitu masa 
tentatif dan realistik masing-masing dibagi lagi menjadi beberaa tahap. Masa tentatif meliputi empat 
tahap yaitu minat, kapasitas, nilai, dan transisi. Sedangkan masa realistik terdiri dari tahap eksplorasi, 
kristalisasi, dan spesifikasi. Pembahasan lebih lengkap mengenai masa -masa pemilihan pekerjaan 
diuraikan di bawah ini. 
1. Masa fantasy 
Masa ini berlangsung pada individu dengan tahap usia sampai kira-kira 10 tahun atau 12 tahun (masa 
sekolah dasar). Pada masa ini, proses pemilihan pekerjaan masih bersifat sembarangan atau asal pilih, 
tanpa didasarkan pada pertimbangan yang masak (rasional dan objektif) mengenai kenyataan yang ada 
dan hanya berdasarkan pada kesan dan khayalan belaka. Pilihan pekerjaan pada masa ini hanya didasari 
atas kesan yang dapat melahirkan kesenangan semata, dan diperolehnya dari/mengenai orang-orang 
yang bekerja atau lingkungan kerjanya. Anak seperti ini percaya bahwa dia bisa menjadi apa saja 
berdasarkan kesan yang timbul pada orang-orang yang bekerja disekitarnya. 
Menurut Ginzberg, kegiatan bermain pada masa fantasi secara bertahap menjadi berorientasi kerja dan 
merefleksikan preferensi awal untuk jenis aktifitas tertentu. Berbagai peran okupasional tercermin 
dalam kegiatan bermain, yang menghasilkan pertimbangan nilai dalam dunia kerja. Atau dengan kata 
lain selama periode fantasi, kegiatan bermain secara bertahap menjadi berorientasi kerja dan 
merefleksikan preferensi awal untuk jenis aktivitas tertentu. Umpamanya anak umur lima tahun ingin
menjadi tentara karena kegagahannya atau menjadi dokter karena dokter itu bermobil mewah dan 
penghasilannya besar dari praktek swasta. Anak seperti ini percaya bahwa ia bisa menjadi apa saja dan 
ini berdasarkan kesan yang diperolehnya mengenai orang-orang yang bekerja atau keadaan lingkunga n 
kerjanya. 
2. Masa tentatif 
Pada masa tentatif, pilihan karir anak mengalami perkembangan. Mula-mula pertimbangan karier itu 
hanya berdasarkan kesenangan, ketertarikan, dan minat saja tanpa pertimbangan apapun sedangkan 
faktor-faktor lainnya tidak dipertimbangkan. Menyadari bahwa minatnya berubah-ubah maka anak 
mulai memikirkan dan bertanya kepada dirinya sendiri apakah dia memliki kemampuan (kapasitas) 
melakukan pekerjaan yang dia inginkan, dan apakah pekerjaan itu cocok dengan minatnya. Tahap 
berikutnya, waktu anak bertambah besar anak menyadari bahwa di dalam suatu pekerjaan yang 
dilakukan oleh seseorang itu mengandung sebuah kandungan nilai yaitu nilai pribadi dan nila i 
kemasyarakatan, bahwa kegiatan yang satu lebih mempunyai nilai daripada kegiatan lainnya. 
Masa tentatif berlangsung mencakup anak usia lebih kurang 11 tahun sampai 18 tahun atau pada 
masa anak bersekolah di SMP dan SMA. Pada masa ini, pilihan pekerjaan seseorang mengalami 
perkembangan. Masa ini oleh Ginzberg diklasifikasikan manjadi empat tahap, dimulai dari 
a. Tahap minat terjadi pada usia 11-12 tahun. Individu membuat keputusan yang lebih definitif tentang 
suka atau tidak suka. Individu cenderung melakukan pekerjaan/kegiatan hanya yang sesuai minat dan 
kesukaan mereka saja. Pertimbangan karier pun juga didasari atas kesenangan, ketertarikan atau minat 
individu terhadap objek karier, tanpa mempertimbangkan banyak faktor. Akan tetapi, setelah menyadari 
bahwa minatnya berubah-ubah (sebagai reaksi perkembangan dan interaksi lingkungannya), maka 
individu akan menanyakan kepada dirinya tentang kemampuan yang dimilikinya untuk melakukan 
suatu pekerjaan. Keadaan ini disebut sebagai tahap kapasitas. 
b. Tahap kapasitas yaitu individu menjadi sadar akan kemampuan sendiri yang terkait dengan aspirasi 
vokasional. Tahap ini berlangsung antara pada usia 13-14 tahun yakni masa dimana individu mula i 
melakukan pekerjaan/kegiatan didasarkan pada kemampuannya masing-masing. Orientasi piliha n 
pekerjaan juga pada masa ini berbentuk upaya mencocokkan kemampuan yang dimiliki dengan minat 
dan kesukaannya. 
c. Tahap nilai yaitu masa terbentuknya persepsi yang lebih jelas tentang gaya-gaya okupasiona l. 
Tahap ini berlangsung pada usia 15-16 tahun yaitu tahap dimana minat dan kapasitas itu akan 
diinterpretasikan secara sederhana oleh individu yang mulai menyadari bahwa terdapat suatu 
kandungan nilai-nila i tertentu dari suatu jenis pekerjaan, baik kandungan nilai yang bersifat priba di 
maupun serangkaian nilai yang bersifat kamasyarakatan. Kesadaran akan serangkaian kandungan
nilai ini pula yang membuat individu dapat mendiferensiasikan nilai suatu pekerjaan dengan pekerjaan 
lainnya. 
d. Tahap transisi berlangsung pada usia 17-18 tahun. Pada usia ini individu menyadari keputusannya 
tentang pilihan karir serta tanggung jawab yang menyertai karir tersebut. Individu akan memadukan 
orientasi-orientasi pilihan yang dimiliki sebelumnya (minat, kapasitas, dan nilai) untuk dapat 
direalisasikan dalam kehidupannya. Tahap ini dikenal juga dengan tahap pengenalan secara gradual 
terhadap persyaratan kerja, pengenalan minat, kemampuan, imbalan kerja, nilai, dan perspektif waktu. 
Keputusan yang menjadi pilihan itu sudah merupakan bentuk tanggung jawab dan konsekuensi pola 
karier yang dipilih. 
3. Masa realistik 
Pada tahap relistik anak melakukan eksplorasi dengan memberikan penilaian atas pengalaman-pengalaman 
kerjanya dala kaitan dengan tuntutan sebenarnya, sebagai syarat untuk bisa memasuki 
lapangan pekerjaan atau kalau tidak bekerja, untuk melanjutkan ke perguruan tinggi. Masa ini 
mencakup anak usia 18-24 tahun atau pada masa perkuliahan atau mulai bekerja. Pada masa ini, okupas i 
terhadap pekerjaan telah mengalami perkembangan yang lebih realistis. Orientasi minat, kapasitas, dan 
nilai yang dimiliki individu terhadap pekerjaan akan direfleksikan dan diintegrasikan secara runtut dan 
terstruktur dalam frame vokasional (kristalisasi pola-pola okupasi) untuk memilih jenis pekerjaan dan 
atau memilih perguruan tinggi yang sesuai dengan arah tentatif mereka (spesifikasi). Masa ini pun 
dibedakan menjadi tiga tahap yaitu : 
1. Tahap eksplorasi, yakni tahap dimana individu akan melakukan eksplorasi (menerapkan piliha n - 
pilihan yang dipikirkan pada masa tentatif akhir dan belum berani mengambil keputusan) dengan 
memberikan penilaian atas pengalaman atau kegiatan yang berhubungan dengan pekerjaan dalam 
keterkaitannya terhadap tuntutan kerja yang sebenarnya. Penilaian ini pada hakikatnya berfungsi 
sebagai acuan dan atau syarat untuk bisa memasuki lapangan pekerjaan atau untuk melanjutkan 
pendidikan ke perguruan tinggi. Tahap ini berpusat pada saat masuk ke perguruan tinggi. Pada tahap 
ini, individu mempersempit pilihan karir menjadi dua atau tiga kemungkinan tetapi pada 
umumnya masih belum menentu. 
2. Tahap kristalisasi, yakni tahap dimana penilaian yang dilakukan individu terhadap pengalaman 
atau kegiatan-kegiatan yang berhubungan dengan pekerjaan baik yang berhasil ataupun yang gagal 
akan mengental dalam bentuk pola-pola vokasional yang jelas. Pada tahap ini, individu akan mengambil 
keputusan pokok dengan mengawinkan faktor-faktor internal dan eksternal dirinya untuk sampai pada 
spesifikasi pekerjaan tertentu, termasuk tekanan keadaan yang ikut memaksa pengambilan keputusan 
itu. Tahap kristalisasi terjadi saat komitmen pada satu bidang karir tertentu sudah terbentuk. Jika ada 
perubahan arah, itu disebut “pseudo- crystallization”.
3. Tahap spesifikasi, yaitu tahap pilihan pekerjaan yang spesifik atau khusus. 
Pada tahap ini, semua segmen dalam orientasi karier yang dimulai dari orientasi minat, kapasitas, 
dan nilai, sampai tahap eksplorasi dan kristalisasi telah dijadikan pertimbangan (kompromi) yang 
matang (determinasi tugas-tugas perkembangan yang optimal) dalam memilih arah dan tujuan karier 
dimasa yang akan datang. Tahap spesifikasi terjadi bila individu sudah memilih suatu pekerjaan atau 
pelatihan profesi untuk karir tertentu. 
Berdasarkan tahap-tahap tersebut, setelah anak melakukan eksplorasi dan memadukan faktor-faktor 
internal dan eksternal, selanjutnya anak memasuki fase kristaliasi dengan mengambil keputusan, dan 
selanjutnya mengambil keputusan yang lebih spesifik. Berdasarkan teori ini, maka semakin dewasa, 
proses pemilihan pekerjaan semakin meningkat ke arah yang lebih realistik. 
Dari berbagai tahapan yang diklasifikasikan Ginzberg di atas, dapat disimpulkan bahwa pelaksanaan 
pemilihan pekerjaan yang terjadi pada individu merupakan suatu pola pilihan karier yang bertahap dan 
runtut, yang dinilai subjektif oleh individu dalam sosiokulturalnya sejak masa kanak-kanak hingga awal 
masa dewasanya. Artinya, pada saat keputusan vokasional tentatif dibuat, pilihan-pilihan yang lain akan 
dicoret. Sehingga individu yang berhasil dalam karier/pekerjaan (memiliki kepuasa n kerja) adalah 
individu yang mampu mengidentifikasi, mengarah, dan mengakomodir semua orientasi minat, 
kapasitas, dan nilai ke dalam proses kompilasi yang tepat dan dinamis. 
Kelompok Ginzberg mengakui adanya variasi individua l dalam proses pembuatan keputusan karir. Pola 
individua l perkembangan karir yang tidak sesuai dengan sebayanya disebut “menyimpang”. Terdapat 
dua penyebab utama penyimpangan itu, yaitu: 
a. Keterampilan okupasional yang sudah berkembang dengan baik secara dini sering menghasilka n 
pola karir yang dini pula yang menyimpang dari perkembangan normal. 
b. Timing untuk tahap perkembangan realistis itu mungkin secara signifikan lebih lambat datangnya 
sebagai akibat dari variabel-variabel tertentu seperti instabilitas emosi, berbagai masalah pribadi, dan 
kekayaan finansial. 
Dari penelitian ini muncul sebuah proses khas yang sistematis yang didasarkan terutama pada pola 
penyesuaian diri remaja yang mengarahkan individu ke pilihan okupasi. Pemilihan okupas i 
merupakan proses bertahap yang dinilai secara subjektif oleh individu yang bersangkutan dalam 
sosiokulturalnya sejak masa kanak-kanak hingga awal masa dewasanya. Pilihan okupasi itu dirumuska n 
selama individu melalui tahapan-tahapan sebagaimana dideskripsikan dalam penelitian ini. Pada saat 
keputusan vokasional tentatif dibuat, pilihan- pilihan lain yang potensial dicoret.
Pada awalnya, Ginzberg et al. menyatakan bahwa proses perkembangan pembuatan keputusan 
okupasional itu tidak dapat diputar balik, yaitu bahwa individu tidak dapat kembali secara kronologis 
ataupun psikologis ke masa lalu untuk mengubah keputusannya. Konklusi ini kemudian dimodifika s i. 
Individu dapat mengubah keputusannya tetapi tetap menekankan pentingnya pilihan yang dilakuka n 
secara dini dalam proses pembuatan keputusan karirnya. 
Dalam kaji ulang terhadap teorinya, Ginzberg (1984) menekankan kembali bahwa pilihan okupasiona l 
merupakan proses pembuatan keputusan seumur hidup bagi mereka yang mencari kepuasan dari 
kerjanya. Ini berarti bahwa mereka harus senantiasa menilai ulang bagaimana mereka dapat 
meningkatkan kecocokan antara perubahan tujuan karirnya dengan realita dunia kerja. 
Telah terdapat sejumlah evidensi yang mendukung prinsip utama dari teori ini. O’Hara dan Tiedeman 
(1959) menginvestigasi keempat tahap dari periode tentative (minat, kapasitas, nilai, dan transisi) dan 
menemukan bahwa tahap-tahap itu memang terjadi sesuai dengan urutan sebagaimana diteorikan, tetapi 
pada usia yang lebih dini. Studi oleh Davis, Hagan, dan Strouf (1962) dan Hollender (1967) cenderung 
mendukung konsep perkembangan vokasional, meskipun waktu dan urutan tahap-tahap tersebut belum 
sepenuhnya didukung. 
Konseptualisasi perkembangan proses pembuatan keputusan karir tersebut sangat bertentangan dengan 
pendekatan trait and faktor. Meskipun belum sepenuhnya teruji, tetapi teori ini memberikan suatu 
deskripsi tentang suatu proses perkembangan untuk pola perkembangan vokasional yang norma l 
maupun menyimpang. Teori ini lebih bersifat deskriptif daripada eksplanatori; artinya bahwa teori ini 
tidak memberikan strategi untuk memfasilitasi perkembangan karir ataupun penjelasan tentang 
proses perkembangannya. Tampaknya kegunaan utama dari teori ini adalah dalam memberikan satu 
kerangka baru untuk melakukan studi mengenai perkembangan karir. 
Diakhir pendapatnya, Ginzberg juga menyimpulkan bahwa pengambilan keputusan dalam piliha n 
karier itu berlangsung sepanjang hayat, sebagai refleksi dari perubahan minat dan tujuan-tujuan, serta 
keadaan atau tekanan yang berlangsung dalam kehidupan seseorang. Konsep ini sebagai reaksi edukatif 
Ginzberg atas kelemaham awal tentang batasan umur masa realistis dari teori yang dibangunnya . 
Sehingga diakhir pendapatnya, Ginzberg (Munandir, 1996:92) menyatakan bahwa “pemiliha n 
pekerjaan merupakan proses pengambilan keputusan yang berlangsung seumur hidup bagi mereka yang 
mencari kepuasan dari pekerjaannya. Keadaan ini mengharuskan mereka berulang-ulang melakukan 
penilaian kembali, dengan maksud mereka dapat lebih mencocokkan tujuan- tujuan karier yang 
terus berubah-ubah dengan kenyataan dunia kerja”. (Ginzberg, 1984,180). 
1.3. Unsur-Unsur Teori Ginzberg
Perkembangan karir terikat pada tiga unsur, yaitu proses, irreversibilitas, dan kompromi (Gibson dan 
Mitchell, 1995). Dari unsur proses yang berpendapat bahwa pilihan terhadap pekerjaan itu merupakan 
suatu proses, sedangkan unsur irreversibilitas merujuk pada pernyataan bahwa pilihan pekerjaan itu 
tidak dapat diubah, dibatalkan, atau dibalikkan. Sedang kompromi menyatakan bahwa pilihan pekerjaan 
merupakan kompromi dari faktor-faktor yang ada, antara kepentingan subyek dengan kepentingan nila i, 
minat, dan kemampuan. Setelah direvisi pada tahun 1970, proses yang semula berakhir pada awal masa 
dewasa atau akhir masa remaja, kemudian dirumuskan bahwa tidak demikian halnya tetapi berlangsung 
terus menerus. Mengenai irreversibilitas, adanya pembatasan pilihan tidak mesti berarti bahwa piliha n 
itu bersifat menentukan. Apa yang terjadi sebelum orang berumur 20 tahun mempengaruhi kariernya. 
Tersedianya kesempatan bisa saja menyebabkan orang berubah dalam pilihan pekerjaannya. Konsep 
kompromi juga mengalami revisi sebagai hasil temuan-temuan riset. Konsep dasar tentang kompromi 
tetap, yaitu bahwa dalam pemilihan pekerjaan ada unsur kompromi. Hanya saja, hal itu bukan peristiwa 
sekali saja. Konsep optimalisasi yang merupakan penyempurnaan teorinya berarti bahwa setiap orang 
berusaha mencari kecocokan yang paling baik antara minatnya yang terus mengalami perubahan,tujuan - 
tujuannya, dan keadaan yang juga terus berubah. Kompromi bersifat dinamis dam berlangsung seumur 
hidup. 
1.4. Implikasi Teori Ginzberg dalam Bimbingan Konseling 
Berdasarkan atas teori yang dikemukakan oleh Ginzberg, hendaknya dapat dijadikan acuan oleh guru 
pembimbing dalam memfasilitasi perkembangan siswa di sekolah. Bersumber pada pengorganisasia n 
bimbingan konseling di sekolah sebagai sistem yang memberikan pelayanan bimbingan karier kepada 
para peserta didik maka implikasi teori ini dapat berupa, antara lain: 
1. Informasi karier atau pekerjaan oleh guru pembimbing akan lebih memungkinkan siswa untuk dapat 
mengenal berbagai jenis pekerjaan dan pola karier yang dapat mereka pilih setelah menyelesaikan 
pendidikannya. Layanan seperti ini juga ditengarai dapat membantu siswa dalam mengenal 
secara seksama arah minat dan kemampuan (potensi diri) untuk difantasi dan ditentasikan hingga 
sampai pada kemampuan untuk merealisasikan orientasi-orientasi itu dimasa yang akan datang. 
Informasi karier seperti ini oleh Munandir (1996:250) dapat berkenaan dengan informasi jenis-jenis 
pekerjaan dan informasi jenis-jenis pendidikan. 
Bentuk lain materi layanan informasi karier yang juga dapat diberikan guru pembimbing adalah dengan 
penyediaan berbagai sumber informasi pekerjaan, jabatan dan karier, penyediaan papan media 
bimbingan, dan penyediaan sumber-sumber informasi jabatan (Ketut, 1984 : 238-239).
2. Pengenalan terhadap minat, kapasitas, yang dimiliki siswa dan perangkat nilai yang dianutnya akan 
sangat diperlukan oleh guru pembimbing dalam upaya mengembangkan, membina, dan mengarahkan 
siswa pada pola-pola vokasional dan atau pemilihan pendidikan yang tepat dan selaras dengan kondis i 
dan pilihan karier tersebut. 
3. Aplikasi konseling karier dengan pola pendekatan konseling behavioral yang muatannya berupa 
analisis, eksplorasi kondisi yang sesuai mengenai individu, keterampilan yang dimilikinya , minat, 
keinginan, dan nilai kemasyarakatan, tekanan, dan arah kecenderungan dunia kerjanya, akan sangat 
membantu individu dalam mencapai kecocokan dan kepuasan kerja. Dalam kegiatan konseling 
karier, penjelasan yang diberikan mengenai informasi pekerjaan ini bertujuan untuk mengukuhka n 
pilihan karier yang telah diambil individu dan membantu individu kalau ia mengalami ketidakpastia n 
antara dua pilihan yang sama-sama menarik. Informasi karier juga bermaksud memberikan dasar 
pengujian pilihan yang tepat, dan bertujuan memotivasi individu yaitu dengan cara melibatkan individu 
secara aktif dalam proses pengambilan keputusan. 
4. Perkembangan karier merupakan salah satu bagian dari keseluruhan proses perkembangan orang 
muda dan pilihan yang menyangkut jabatan di masa depan dan berlangsung selaras dengan 
perkembangan karier. Kalau proses perkembangan orang muda tidak berjalan sebagaimana mestinya , 
laju perkembangan karier juga tidak akan berjalan lancar dan banyak pilihan karier akan menunjukka n 
kekurangan yang berat. Karena itu, bimbingan karier harus direncanakan dan dikelola dengan maksud 
menunjang perkembangan karier orang muda, sesuai dengan tahap perkembangan diberbagai jenjang 
pendidikan disekolah. Secara ideal, bimbingan diberikan sebagai bagian integral dari pendidika n 
karier atau pendidikan jabatan (career education). Sifat bimbingan yang diutamakan dalam 
bimbingan karier adalah sikap perseveratif (developmental) dan sifat 
pencegahan (preventive), lebih-lebih dalam bimbingan karier yang diberikan secara kelompok. Sifat 
korektif (remedial) dapat muncul dalam konseling karier (career counseling) secara individual sesuai 
dengan kasus konkret yang dihadapi, misalnya gambaran diri yang kurang bulat, informasi jabatan yang 
tidak diolah secara tepat dan pilihan yang kurang matang. 
5. Pilihan jabatan tidak dibuat sekali saja dan tidak definitive dengan sekali memilih saja. Orang muda 
membuat suatu rangakain pilihan yang berkesimanbungan dan bertahap, dari pilihan yang masih 
bersifat agak luas dengan memilih bidang jabatan sampai jabatan tertentu dibidang itu. Pilihan-piliha n 
itu dibuat dalam lingkup lingkungan sosial, budaya, dan ekonomi tertentu, namun kontinuitas dan 
keterpaduan diantara seluruh pilihan berakar dalam gambaran diri atau kosep diri yang semakin 
berkembang. Gambaran diri merupakan garis dasar yang menyambung da n memadukan semua 
pilihan yang dibuat. Karena itu, bimbingan karier harus menunjang usaha orang muda untuk 
mengenal dirinya sendiri dengan lebih baik. Pemahaman diri ini menjadi benang merah dalam
menyusun rencana masa depan dan semua pilihan yang dibuat mendapat maknanya sebagai 
implementasi konkret dari konsep diri dalam berbagai aspeknya. 
6. Konseling karier yang berlangsung dalam pertemuan pribadi antar konselor dan konseli 
dan kerap terfokuskan pada permasalahan mengenai pilihan program studi dan/ atau pilihan jabatan, 
akan berlangsung lebih lancar bilamana orang muda telah disiapkan melaui bimbingan karier 
secara kelompok untuk menghadapi saat-saat harus dibuat suatu pilihan diantara beberapa alternatif. 
Persiapan ini meliputi aneka topik bimbingan kelompok seperti pemahaman diri, pengolahan informas i 
pendidikan (educational information), pengolahan informasi tentang dunia kerja (vocationa l 
information), pengolahan informasi pendidikan dan pekerjaan dalam keterpaduan satu sama lain (career 
information), pendalaman nilai- nilai kehidupan (values) yang terkandung dalam bidang kehidupa n 
bekerja dan memegang jabatan, serta cara yang tepat dalam mengambil suatu keputusan dengan 
memilih diantar berbagai alternatif (decision making skills). Dengan demikian, konseling karier tidak 
akan menjadi kursus kilat yang memadatkan program bimbingan karier dalam satu-dua wacana, 
yang mungkin membingungkan konseli karena dalam waktu singkat harus diperoleh informasi tentang 
lingkungan dan diri sendiri, harus ditemukan beberapa alternatif pilihan, serta harus dipelajari cara yang 
tepat untuk mengambil suaru keputusan secara tanggung jawab. Demikian pula, konselor tidak akan 
berhadapan dengan konseli yang kurang mengerti akan kompleksitas pilihan karier serta kurang 
paham akan segala faktor internal dan eksternal yang perlu dipertimbangkan. 
BAB III 
PENUTUP
3.1. Ke simpulan 
Berdasarkan materi yang sudah penulis sampaikan, dapat kami simpulkan bahwa teori perkembangan 
karir Ginzberg menyatakan ilihan karir tidak hanya terjadi sekali saja melainkan mengalami suatu 
proses perkembangan yang meliputi jangka waktu tertentu. Sehingga pilihan-pilihan yang dibuat awal 
proses perkembangan vokasional berpengaruh terhadap pilihan selanjutnya, dengan demikian suatu 
keputusan yang diambil dapat ditinjau kembali. Dalam pemilihan karir terdapat tiga tahapan utama 
yaitu fantasy, tentatif, dan realistik. Kekuatan teori ini adalah dengan melewati fase seorang individu 
secara berangsur-angsur dalam jabatan, dan sifatnya yang masih sementara sampai orang dewasa dapat 
membuat pilihan jabatan untuk mendapatkan karirnya. Kelemahannya terletak pada keterkaitan 
individu pada fase yang dilalui. 
DAFTAR PUSTAKA
Dharsana, I Ketut. 2010. Diktat Konseling Karir dan Problemtik Konseling. 
Singaraja: Jurusan Bimbingan Konseling Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Pendidikan 
Ganesha. 
Munandir. 1996. Program Bimbingan Karir di Sekolah. Jakarata : Departemen Pendidikan dan 
Kebudayaan.

More Related Content

What's hot

Teori teori perkembangan moral (piaget & kohlberg)
Teori teori perkembangan moral (piaget & kohlberg)Teori teori perkembangan moral (piaget & kohlberg)
Teori teori perkembangan moral (piaget & kohlberg)Rima Trianingsih
 
Psikologi Kepribadian Gordon Allport
Psikologi Kepribadian Gordon AllportPsikologi Kepribadian Gordon Allport
Psikologi Kepribadian Gordon AllportWulandari Rima Kumari
 
TABEL LAYANAN BK PRIBADI DAN SOSIAL
TABEL LAYANAN BK PRIBADI DAN SOSIALTABEL LAYANAN BK PRIBADI DAN SOSIAL
TABEL LAYANAN BK PRIBADI DAN SOSIALNur Arifaizal Basri
 
STUDI KASUS (DIAGNOSIS,PROGNOSIS, TREATMENT, FOLLOW UP)
STUDI KASUS (DIAGNOSIS,PROGNOSIS, TREATMENT, FOLLOW UP)STUDI KASUS (DIAGNOSIS,PROGNOSIS, TREATMENT, FOLLOW UP)
STUDI KASUS (DIAGNOSIS,PROGNOSIS, TREATMENT, FOLLOW UP)Nur Arifaizal Basri
 
Makalah kode etik psikologi
Makalah kode etik psikologiMakalah kode etik psikologi
Makalah kode etik psikologiIrvan Khoerul
 
Trait and Factor
Trait and FactorTrait and Factor
Trait and Factorheraagnita
 
Faktor faktor yang mempengaruhi perilaku
Faktor faktor yang mempengaruhi perilakuFaktor faktor yang mempengaruhi perilaku
Faktor faktor yang mempengaruhi perilakuhanafieminence
 
INTERVENSI PSIKOLOGI KLINIS
INTERVENSI PSIKOLOGI KLINISINTERVENSI PSIKOLOGI KLINIS
INTERVENSI PSIKOLOGI KLINISHusna Sholihah
 
Rpl biimbingan belajar
Rpl biimbingan belajarRpl biimbingan belajar
Rpl biimbingan belajarAfy Luna
 
Pendekata Konseling Eklektik
Pendekata Konseling EklektikPendekata Konseling Eklektik
Pendekata Konseling Eklektikpradita anggi
 
TES, PENGUKURAN, PENILAIAN DAN EVALUASI (DINI&ORNELA)
TES, PENGUKURAN, PENILAIAN DAN EVALUASI (DINI&ORNELA)TES, PENGUKURAN, PENILAIAN DAN EVALUASI (DINI&ORNELA)
TES, PENGUKURAN, PENILAIAN DAN EVALUASI (DINI&ORNELA)vina serevina
 
Pendekatan konseling individual Alfred Adler
Pendekatan konseling individual Alfred AdlerPendekatan konseling individual Alfred Adler
Pendekatan konseling individual Alfred AdlerIis Nurul Fitriyani
 

What's hot (20)

Teori teori perkembangan moral (piaget & kohlberg)
Teori teori perkembangan moral (piaget & kohlberg)Teori teori perkembangan moral (piaget & kohlberg)
Teori teori perkembangan moral (piaget & kohlberg)
 
Rpl konseling individu
Rpl konseling individuRpl konseling individu
Rpl konseling individu
 
Psikologi Kepribadian Gordon Allport
Psikologi Kepribadian Gordon AllportPsikologi Kepribadian Gordon Allport
Psikologi Kepribadian Gordon Allport
 
TABEL LAYANAN BK PRIBADI DAN SOSIAL
TABEL LAYANAN BK PRIBADI DAN SOSIALTABEL LAYANAN BK PRIBADI DAN SOSIAL
TABEL LAYANAN BK PRIBADI DAN SOSIAL
 
STUDI KASUS (DIAGNOSIS,PROGNOSIS, TREATMENT, FOLLOW UP)
STUDI KASUS (DIAGNOSIS,PROGNOSIS, TREATMENT, FOLLOW UP)STUDI KASUS (DIAGNOSIS,PROGNOSIS, TREATMENT, FOLLOW UP)
STUDI KASUS (DIAGNOSIS,PROGNOSIS, TREATMENT, FOLLOW UP)
 
Makalah kode etik psikologi
Makalah kode etik psikologiMakalah kode etik psikologi
Makalah kode etik psikologi
 
Sosiometri 1
Sosiometri 1Sosiometri 1
Sosiometri 1
 
AUM PTSDL
AUM PTSDLAUM PTSDL
AUM PTSDL
 
VERBATIM PADA KONSELING
VERBATIM PADA KONSELINGVERBATIM PADA KONSELING
VERBATIM PADA KONSELING
 
pendekatan Humanistik ppt
pendekatan Humanistik pptpendekatan Humanistik ppt
pendekatan Humanistik ppt
 
Trait and Factor
Trait and FactorTrait and Factor
Trait and Factor
 
Faktor faktor yang mempengaruhi perilaku
Faktor faktor yang mempengaruhi perilakuFaktor faktor yang mempengaruhi perilaku
Faktor faktor yang mempengaruhi perilaku
 
INTERVENSI PSIKOLOGI KLINIS
INTERVENSI PSIKOLOGI KLINISINTERVENSI PSIKOLOGI KLINIS
INTERVENSI PSIKOLOGI KLINIS
 
Teori belajar b.f skinner
Teori belajar b.f skinnerTeori belajar b.f skinner
Teori belajar b.f skinner
 
Rpl biimbingan belajar
Rpl biimbingan belajarRpl biimbingan belajar
Rpl biimbingan belajar
 
Pendekata Konseling Eklektik
Pendekata Konseling EklektikPendekata Konseling Eklektik
Pendekata Konseling Eklektik
 
PENDEKATAN TEORI REALITA
PENDEKATAN TEORI REALITAPENDEKATAN TEORI REALITA
PENDEKATAN TEORI REALITA
 
TES, PENGUKURAN, PENILAIAN DAN EVALUASI (DINI&ORNELA)
TES, PENGUKURAN, PENILAIAN DAN EVALUASI (DINI&ORNELA)TES, PENGUKURAN, PENILAIAN DAN EVALUASI (DINI&ORNELA)
TES, PENGUKURAN, PENILAIAN DAN EVALUASI (DINI&ORNELA)
 
Tes kognitif & nonkognitif
Tes kognitif & nonkognitifTes kognitif & nonkognitif
Tes kognitif & nonkognitif
 
Pendekatan konseling individual Alfred Adler
Pendekatan konseling individual Alfred AdlerPendekatan konseling individual Alfred Adler
Pendekatan konseling individual Alfred Adler
 

Viewers also liked

JURNAL KARIER TEORI HOLLAND (REFERENSI)
JURNAL KARIER TEORI HOLLAND (REFERENSI)JURNAL KARIER TEORI HOLLAND (REFERENSI)
JURNAL KARIER TEORI HOLLAND (REFERENSI)Nur Arifaizal Basri
 
KARIR DAN PEKERJAAN PADA PERKEMBANGAN DEWASA AWAL DAN LAJUT
KARIR DAN PEKERJAAN PADA PERKEMBANGAN DEWASA AWAL DAN LAJUTKARIR DAN PEKERJAAN PADA PERKEMBANGAN DEWASA AWAL DAN LAJUT
KARIR DAN PEKERJAAN PADA PERKEMBANGAN DEWASA AWAL DAN LAJUTNur Arifaizal Basri
 
Perkembangan dan kematangan karir remaja
Perkembangan dan kematangan karir remajaPerkembangan dan kematangan karir remaja
Perkembangan dan kematangan karir remajaIFTITAH INDRIANI
 
Evaluasi program bimbingan dan konseling komprehensif (16 april 2013)
Evaluasi program bimbingan dan konseling komprehensif (16 april 2013)Evaluasi program bimbingan dan konseling komprehensif (16 april 2013)
Evaluasi program bimbingan dan konseling komprehensif (16 april 2013)Varis Ical
 
Makalah ppd
Makalah ppdMakalah ppd
Makalah ppd11007052
 
Perkembangan Kognitif pada Masa Dewasa Akhir Pekerjaan dan Pensiun
Perkembangan Kognitif pada Masa Dewasa Akhir Pekerjaan dan PensiunPerkembangan Kognitif pada Masa Dewasa Akhir Pekerjaan dan Pensiun
Perkembangan Kognitif pada Masa Dewasa Akhir Pekerjaan dan PensiunRisly Nur
 
5 tanda bahwa kamu adalah lelaki dewasa
5 tanda bahwa kamu adalah lelaki dewasa5 tanda bahwa kamu adalah lelaki dewasa
5 tanda bahwa kamu adalah lelaki dewasaAfriliyanto Agus
 
Pelaksanaan PPsi
Pelaksanaan PPsiPelaksanaan PPsi
Pelaksanaan PPsigpbsmkjk
 
16 prinsip pendidikan vokasional dari prosser
16 prinsip pendidikan vokasional dari prosser16 prinsip pendidikan vokasional dari prosser
16 prinsip pendidikan vokasional dari prosserMOHAMMAD YASIN, M.Pd
 
Manajemen karir makalah (Psikologi Sumber Daya Manusia) - Risma & Aip - UMB
Manajemen karir makalah (Psikologi Sumber Daya Manusia) - Risma & Aip - UMBManajemen karir makalah (Psikologi Sumber Daya Manusia) - Risma & Aip - UMB
Manajemen karir makalah (Psikologi Sumber Daya Manusia) - Risma & Aip - UMBUniversitas Mercubuana Jakarta
 
RPL bidang belajar
RPL bidang belajarRPL bidang belajar
RPL bidang belajarIrull15
 
PSIKOLOGI KAUNSELING penilaian dan diagnosis dalam kaunseling
PSIKOLOGI KAUNSELING penilaian dan diagnosis dalam kaunselingPSIKOLOGI KAUNSELING penilaian dan diagnosis dalam kaunseling
PSIKOLOGI KAUNSELING penilaian dan diagnosis dalam kaunselingAmin Upsi
 
Contoh soalan edu 3107
Contoh soalan edu 3107Contoh soalan edu 3107
Contoh soalan edu 3107baskin robbin
 
Inventori Minat Kerjaya
Inventori Minat Kerjaya Inventori Minat Kerjaya
Inventori Minat Kerjaya ubkktk
 
Metode Pelatihan dan Pengembangan SDM
Metode Pelatihan dan Pengembangan SDMMetode Pelatihan dan Pengembangan SDM
Metode Pelatihan dan Pengembangan SDMAsri Surbakti
 
POWER POIN PERGAULAN BEBAS
POWER POIN PERGAULAN BEBASPOWER POIN PERGAULAN BEBAS
POWER POIN PERGAULAN BEBASFirdika Arini
 
How to Motivate and Empower Globally-Competitive Teams of Content Professionals
How to Motivate and Empower Globally-Competitive Teams of Content ProfessionalsHow to Motivate and Empower Globally-Competitive Teams of Content Professionals
How to Motivate and Empower Globally-Competitive Teams of Content ProfessionalsSaiff Solutions, Inc.
 

Viewers also liked (20)

JURNAL KARIER TEORI HOLLAND (REFERENSI)
JURNAL KARIER TEORI HOLLAND (REFERENSI)JURNAL KARIER TEORI HOLLAND (REFERENSI)
JURNAL KARIER TEORI HOLLAND (REFERENSI)
 
KARIR DAN PEKERJAAN PADA PERKEMBANGAN DEWASA AWAL DAN LAJUT
KARIR DAN PEKERJAAN PADA PERKEMBANGAN DEWASA AWAL DAN LAJUTKARIR DAN PEKERJAAN PADA PERKEMBANGAN DEWASA AWAL DAN LAJUT
KARIR DAN PEKERJAAN PADA PERKEMBANGAN DEWASA AWAL DAN LAJUT
 
Resume evaluasi program bk
Resume evaluasi program bkResume evaluasi program bk
Resume evaluasi program bk
 
Perkembangan dan kematangan karir remaja
Perkembangan dan kematangan karir remajaPerkembangan dan kematangan karir remaja
Perkembangan dan kematangan karir remaja
 
Evaluasi program bimbingan dan konseling komprehensif (16 april 2013)
Evaluasi program bimbingan dan konseling komprehensif (16 april 2013)Evaluasi program bimbingan dan konseling komprehensif (16 april 2013)
Evaluasi program bimbingan dan konseling komprehensif (16 april 2013)
 
Makalah ppd
Makalah ppdMakalah ppd
Makalah ppd
 
Perkembangan Kognitif pada Masa Dewasa Akhir Pekerjaan dan Pensiun
Perkembangan Kognitif pada Masa Dewasa Akhir Pekerjaan dan PensiunPerkembangan Kognitif pada Masa Dewasa Akhir Pekerjaan dan Pensiun
Perkembangan Kognitif pada Masa Dewasa Akhir Pekerjaan dan Pensiun
 
JURNAL KARIER (REFERENSI)
JURNAL KARIER (REFERENSI)JURNAL KARIER (REFERENSI)
JURNAL KARIER (REFERENSI)
 
5 tanda bahwa kamu adalah lelaki dewasa
5 tanda bahwa kamu adalah lelaki dewasa5 tanda bahwa kamu adalah lelaki dewasa
5 tanda bahwa kamu adalah lelaki dewasa
 
Memilih perguruan tinggi
Memilih perguruan tinggiMemilih perguruan tinggi
Memilih perguruan tinggi
 
Pelaksanaan PPsi
Pelaksanaan PPsiPelaksanaan PPsi
Pelaksanaan PPsi
 
16 prinsip pendidikan vokasional dari prosser
16 prinsip pendidikan vokasional dari prosser16 prinsip pendidikan vokasional dari prosser
16 prinsip pendidikan vokasional dari prosser
 
Manajemen karir makalah (Psikologi Sumber Daya Manusia) - Risma & Aip - UMB
Manajemen karir makalah (Psikologi Sumber Daya Manusia) - Risma & Aip - UMBManajemen karir makalah (Psikologi Sumber Daya Manusia) - Risma & Aip - UMB
Manajemen karir makalah (Psikologi Sumber Daya Manusia) - Risma & Aip - UMB
 
RPL bidang belajar
RPL bidang belajarRPL bidang belajar
RPL bidang belajar
 
PSIKOLOGI KAUNSELING penilaian dan diagnosis dalam kaunseling
PSIKOLOGI KAUNSELING penilaian dan diagnosis dalam kaunselingPSIKOLOGI KAUNSELING penilaian dan diagnosis dalam kaunseling
PSIKOLOGI KAUNSELING penilaian dan diagnosis dalam kaunseling
 
Contoh soalan edu 3107
Contoh soalan edu 3107Contoh soalan edu 3107
Contoh soalan edu 3107
 
Inventori Minat Kerjaya
Inventori Minat Kerjaya Inventori Minat Kerjaya
Inventori Minat Kerjaya
 
Metode Pelatihan dan Pengembangan SDM
Metode Pelatihan dan Pengembangan SDMMetode Pelatihan dan Pengembangan SDM
Metode Pelatihan dan Pengembangan SDM
 
POWER POIN PERGAULAN BEBAS
POWER POIN PERGAULAN BEBASPOWER POIN PERGAULAN BEBAS
POWER POIN PERGAULAN BEBAS
 
How to Motivate and Empower Globally-Competitive Teams of Content Professionals
How to Motivate and Empower Globally-Competitive Teams of Content ProfessionalsHow to Motivate and Empower Globally-Competitive Teams of Content Professionals
How to Motivate and Empower Globally-Competitive Teams of Content Professionals
 

Similar to TEORI GINZBERG

Teori kaunseling kerjaya
Teori kaunseling kerjaya Teori kaunseling kerjaya
Teori kaunseling kerjaya zakwan azhar
 
Teori – teori tentang pemilihan jabatan
Teori – teori tentang pemilihan jabatanTeori – teori tentang pemilihan jabatan
Teori – teori tentang pemilihan jabatanMaftukah Ara
 
Program bimbingan karir_untuk_meningkatkan_kematan
Program bimbingan karir_untuk_meningkatkan_kematanProgram bimbingan karir_untuk_meningkatkan_kematan
Program bimbingan karir_untuk_meningkatkan_kematansyaifulSaif
 
Teori Perkembangan Kerjaya Ginzberg
Teori Perkembangan Kerjaya GinzbergTeori Perkembangan Kerjaya Ginzberg
Teori Perkembangan Kerjaya GinzbergJessika Denis
 
Karier gisberg dalam modeling (Refrensi)
Karier gisberg dalam modeling (Refrensi)Karier gisberg dalam modeling (Refrensi)
Karier gisberg dalam modeling (Refrensi)Irull15
 
Ulasan jurnal pembangunan sahsiah
Ulasan jurnal pembangunan sahsiahUlasan jurnal pembangunan sahsiah
Ulasan jurnal pembangunan sahsiahFarhana Ariffin
 
Presentation bk karier
Presentation bk karierPresentation bk karier
Presentation bk karierMela Rizkya
 
KERJA KURSUS PENDEK EDU03
KERJA KURSUS PENDEK EDU03KERJA KURSUS PENDEK EDU03
KERJA KURSUS PENDEK EDU03Rafiza Diy
 
Analisis pengaruh entrepreneurship education terhadap perilaku entrepreneur m...
Analisis pengaruh entrepreneurship education terhadap perilaku entrepreneur m...Analisis pengaruh entrepreneurship education terhadap perilaku entrepreneur m...
Analisis pengaruh entrepreneurship education terhadap perilaku entrepreneur m...MuhammadRizki900278
 
RANGKUMAN DIKTAT Andragogi UNIVERSITAS PALAGKARAYA
RANGKUMAN DIKTAT Andragogi UNIVERSITAS PALAGKARAYA RANGKUMAN DIKTAT Andragogi UNIVERSITAS PALAGKARAYA
RANGKUMAN DIKTAT Andragogi UNIVERSITAS PALAGKARAYA UNIVERSITAS PALANGKARAYA
 
Bahan+Ajar+Kajian+Kurikulum++MNRUT+MENDIKBUD.ppt
Bahan+Ajar+Kajian+Kurikulum++MNRUT+MENDIKBUD.pptBahan+Ajar+Kajian+Kurikulum++MNRUT+MENDIKBUD.ppt
Bahan+Ajar+Kajian+Kurikulum++MNRUT+MENDIKBUD.pptGusgusZatnikaSle
 
Bahan+Ajar+Kajian+Kurikulum++MNRUT+MENDIKBUD.ppt
Bahan+Ajar+Kajian+Kurikulum++MNRUT+MENDIKBUD.pptBahan+Ajar+Kajian+Kurikulum++MNRUT+MENDIKBUD.ppt
Bahan+Ajar+Kajian+Kurikulum++MNRUT+MENDIKBUD.pptJunaediJunaedi31
 
Bahan+Ajar+Kajian+Kurikulum++MNRUT+MENDIKBUD.ppt
Bahan+Ajar+Kajian+Kurikulum++MNRUT+MENDIKBUD.pptBahan+Ajar+Kajian+Kurikulum++MNRUT+MENDIKBUD.ppt
Bahan+Ajar+Kajian+Kurikulum++MNRUT+MENDIKBUD.pptssuserbf6c77
 
Pengetahuan wanita usia reproduksi tentang kontrasepsi hormonal
Pengetahuan wanita usia reproduksi tentang kontrasepsi hormonalPengetahuan wanita usia reproduksi tentang kontrasepsi hormonal
Pengetahuan wanita usia reproduksi tentang kontrasepsi hormonalyunilaili1
 
Landasan Psikologis Pendidikan
Landasan Psikologis PendidikanLandasan Psikologis Pendidikan
Landasan Psikologis PendidikanAhmad Abd Kholik
 

Similar to TEORI GINZBERG (20)

Teori kaunseling kerjaya
Teori kaunseling kerjaya Teori kaunseling kerjaya
Teori kaunseling kerjaya
 
Teori – teori tentang pemilihan jabatan
Teori – teori tentang pemilihan jabatanTeori – teori tentang pemilihan jabatan
Teori – teori tentang pemilihan jabatan
 
Program bimbingan karir_untuk_meningkatkan_kematan
Program bimbingan karir_untuk_meningkatkan_kematanProgram bimbingan karir_untuk_meningkatkan_kematan
Program bimbingan karir_untuk_meningkatkan_kematan
 
Teori Perkembangan Kerjaya Ginzberg
Teori Perkembangan Kerjaya GinzbergTeori Perkembangan Kerjaya Ginzberg
Teori Perkembangan Kerjaya Ginzberg
 
Ppt Tri Endah
Ppt Tri EndahPpt Tri Endah
Ppt Tri Endah
 
Karier gisberg dalam modeling (Refrensi)
Karier gisberg dalam modeling (Refrensi)Karier gisberg dalam modeling (Refrensi)
Karier gisberg dalam modeling (Refrensi)
 
Ulasan jurnal pembangunan sahsiah
Ulasan jurnal pembangunan sahsiahUlasan jurnal pembangunan sahsiah
Ulasan jurnal pembangunan sahsiah
 
Presentation bk karier
Presentation bk karierPresentation bk karier
Presentation bk karier
 
KERJA KURSUS PENDEK EDU03
KERJA KURSUS PENDEK EDU03KERJA KURSUS PENDEK EDU03
KERJA KURSUS PENDEK EDU03
 
Analisis pengaruh entrepreneurship education terhadap perilaku entrepreneur m...
Analisis pengaruh entrepreneurship education terhadap perilaku entrepreneur m...Analisis pengaruh entrepreneurship education terhadap perilaku entrepreneur m...
Analisis pengaruh entrepreneurship education terhadap perilaku entrepreneur m...
 
Print am 2
Print am 2Print am 2
Print am 2
 
Impilkasi peserta didik
Impilkasi peserta didikImpilkasi peserta didik
Impilkasi peserta didik
 
Exam ip
Exam ipExam ip
Exam ip
 
psikotes
psikotespsikotes
psikotes
 
RANGKUMAN DIKTAT Andragogi UNIVERSITAS PALAGKARAYA
RANGKUMAN DIKTAT Andragogi UNIVERSITAS PALAGKARAYA RANGKUMAN DIKTAT Andragogi UNIVERSITAS PALAGKARAYA
RANGKUMAN DIKTAT Andragogi UNIVERSITAS PALAGKARAYA
 
Bahan+Ajar+Kajian+Kurikulum++MNRUT+MENDIKBUD.ppt
Bahan+Ajar+Kajian+Kurikulum++MNRUT+MENDIKBUD.pptBahan+Ajar+Kajian+Kurikulum++MNRUT+MENDIKBUD.ppt
Bahan+Ajar+Kajian+Kurikulum++MNRUT+MENDIKBUD.ppt
 
Bahan+Ajar+Kajian+Kurikulum++MNRUT+MENDIKBUD.ppt
Bahan+Ajar+Kajian+Kurikulum++MNRUT+MENDIKBUD.pptBahan+Ajar+Kajian+Kurikulum++MNRUT+MENDIKBUD.ppt
Bahan+Ajar+Kajian+Kurikulum++MNRUT+MENDIKBUD.ppt
 
Bahan+Ajar+Kajian+Kurikulum++MNRUT+MENDIKBUD.ppt
Bahan+Ajar+Kajian+Kurikulum++MNRUT+MENDIKBUD.pptBahan+Ajar+Kajian+Kurikulum++MNRUT+MENDIKBUD.ppt
Bahan+Ajar+Kajian+Kurikulum++MNRUT+MENDIKBUD.ppt
 
Pengetahuan wanita usia reproduksi tentang kontrasepsi hormonal
Pengetahuan wanita usia reproduksi tentang kontrasepsi hormonalPengetahuan wanita usia reproduksi tentang kontrasepsi hormonal
Pengetahuan wanita usia reproduksi tentang kontrasepsi hormonal
 
Landasan Psikologis Pendidikan
Landasan Psikologis PendidikanLandasan Psikologis Pendidikan
Landasan Psikologis Pendidikan
 

More from nessa_ti

Makanan khas payakumbuh
Makanan khas payakumbuhMakanan khas payakumbuh
Makanan khas payakumbuhnessa_ti
 
Sayur rendang
Sayur rendangSayur rendang
Sayur rendangnessa_ti
 
Doa rasullah saw
Doa rasullah sawDoa rasullah saw
Doa rasullah sawnessa_ti
 
Dendeng badaruak payakumbuh
Dendeng badaruak payakumbuhDendeng badaruak payakumbuh
Dendeng badaruak payakumbuhnessa_ti
 
Dendeng badaruak payakumbuh
Dendeng badaruak payakumbuhDendeng badaruak payakumbuh
Dendeng badaruak payakumbuhnessa_ti
 
Cara memberi format gambar printscreen
Cara memberi format gambar printscreenCara memberi format gambar printscreen
Cara memberi format gambar printscreennessa_ti
 
Hakikat masyarakat
Hakikat masyarakatHakikat masyarakat
Hakikat masyarakatnessa_ti
 
Komparasi pendekatan sistem sentralistis dan desentralistisi
Komparasi pendekatan sistem sentralistis dan desentralistisiKomparasi pendekatan sistem sentralistis dan desentralistisi
Komparasi pendekatan sistem sentralistis dan desentralistisinessa_ti
 
Makalah pendekatan sistem
Makalah pendekatan sistemMakalah pendekatan sistem
Makalah pendekatan sistemnessa_ti
 
Menumbuhkan manusia berwirausaha
Menumbuhkan manusia berwirausahaMenumbuhkan manusia berwirausaha
Menumbuhkan manusia berwirausahanessa_ti
 
Persentasi kelompok
Persentasi kelompokPersentasi kelompok
Persentasi kelompoknessa_ti
 
Kelompok 7 teori holland tentang karir
Kelompok 7 teori holland tentang karirKelompok 7 teori holland tentang karir
Kelompok 7 teori holland tentang karirnessa_ti
 
Data ware house
Data ware houseData ware house
Data ware housenessa_ti
 
The methodology of metaevaluasi
The methodology of metaevaluasiThe methodology of metaevaluasi
The methodology of metaevaluasinessa_ti
 

More from nessa_ti (14)

Makanan khas payakumbuh
Makanan khas payakumbuhMakanan khas payakumbuh
Makanan khas payakumbuh
 
Sayur rendang
Sayur rendangSayur rendang
Sayur rendang
 
Doa rasullah saw
Doa rasullah sawDoa rasullah saw
Doa rasullah saw
 
Dendeng badaruak payakumbuh
Dendeng badaruak payakumbuhDendeng badaruak payakumbuh
Dendeng badaruak payakumbuh
 
Dendeng badaruak payakumbuh
Dendeng badaruak payakumbuhDendeng badaruak payakumbuh
Dendeng badaruak payakumbuh
 
Cara memberi format gambar printscreen
Cara memberi format gambar printscreenCara memberi format gambar printscreen
Cara memberi format gambar printscreen
 
Hakikat masyarakat
Hakikat masyarakatHakikat masyarakat
Hakikat masyarakat
 
Komparasi pendekatan sistem sentralistis dan desentralistisi
Komparasi pendekatan sistem sentralistis dan desentralistisiKomparasi pendekatan sistem sentralistis dan desentralistisi
Komparasi pendekatan sistem sentralistis dan desentralistisi
 
Makalah pendekatan sistem
Makalah pendekatan sistemMakalah pendekatan sistem
Makalah pendekatan sistem
 
Menumbuhkan manusia berwirausaha
Menumbuhkan manusia berwirausahaMenumbuhkan manusia berwirausaha
Menumbuhkan manusia berwirausaha
 
Persentasi kelompok
Persentasi kelompokPersentasi kelompok
Persentasi kelompok
 
Kelompok 7 teori holland tentang karir
Kelompok 7 teori holland tentang karirKelompok 7 teori holland tentang karir
Kelompok 7 teori holland tentang karir
 
Data ware house
Data ware houseData ware house
Data ware house
 
The methodology of metaevaluasi
The methodology of metaevaluasiThe methodology of metaevaluasi
The methodology of metaevaluasi
 

Recently uploaded

Kelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdf
Kelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdfKelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdf
Kelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdfCloverash1
 
1.2.a.6. Demonstrasi Konstektual - Modul 1.2 (Shinta Novianti - CGP A10).pdf
1.2.a.6. Demonstrasi Konstektual - Modul 1.2 (Shinta Novianti - CGP A10).pdf1.2.a.6. Demonstrasi Konstektual - Modul 1.2 (Shinta Novianti - CGP A10).pdf
1.2.a.6. Demonstrasi Konstektual - Modul 1.2 (Shinta Novianti - CGP A10).pdfShintaNovianti1
 
UNGGAH PEGANGAN LOKAKARYA DAN PENDAMPINGAN INDIVIDU DALAM KEGIATAN PEMBEKALAN...
UNGGAH PEGANGAN LOKAKARYA DAN PENDAMPINGAN INDIVIDU DALAM KEGIATAN PEMBEKALAN...UNGGAH PEGANGAN LOKAKARYA DAN PENDAMPINGAN INDIVIDU DALAM KEGIATAN PEMBEKALAN...
UNGGAH PEGANGAN LOKAKARYA DAN PENDAMPINGAN INDIVIDU DALAM KEGIATAN PEMBEKALAN...jumadsmanesi
 
Materi power point Kepemimpinan leadership .ppt
Materi power point Kepemimpinan leadership .pptMateri power point Kepemimpinan leadership .ppt
Materi power point Kepemimpinan leadership .pptAcemediadotkoM1
 
1.2.a.6 Dekon modul 1.2. DINI FITRIANI.pdf
1.2.a.6 Dekon modul 1.2. DINI FITRIANI.pdf1.2.a.6 Dekon modul 1.2. DINI FITRIANI.pdf
1.2.a.6 Dekon modul 1.2. DINI FITRIANI.pdfsandi625870
 
MATERI 1_ Modul 1 dan 2 Konsep Dasar IPA SD jadi.pptx
MATERI 1_ Modul 1 dan 2 Konsep Dasar IPA SD jadi.pptxMATERI 1_ Modul 1 dan 2 Konsep Dasar IPA SD jadi.pptx
MATERI 1_ Modul 1 dan 2 Konsep Dasar IPA SD jadi.pptxrofikpriyanto2
 
Modul Ajar Matematika Kelas 2 Fase A Kurikulum Merdeka
Modul Ajar Matematika Kelas 2 Fase A Kurikulum MerdekaModul Ajar Matematika Kelas 2 Fase A Kurikulum Merdeka
Modul Ajar Matematika Kelas 2 Fase A Kurikulum MerdekaAbdiera
 
Topik 1 - Pengenalan Penghayatan Etika dan Peradaban Acuan Malaysia.pptx
Topik 1 - Pengenalan Penghayatan Etika dan Peradaban Acuan Malaysia.pptxTopik 1 - Pengenalan Penghayatan Etika dan Peradaban Acuan Malaysia.pptx
Topik 1 - Pengenalan Penghayatan Etika dan Peradaban Acuan Malaysia.pptxsyafnasir
 
Panduan Substansi_ Pengelolaan Kinerja Kepala Sekolah Tahap Pelaksanaan.pptx
Panduan Substansi_ Pengelolaan Kinerja Kepala Sekolah Tahap Pelaksanaan.pptxPanduan Substansi_ Pengelolaan Kinerja Kepala Sekolah Tahap Pelaksanaan.pptx
Panduan Substansi_ Pengelolaan Kinerja Kepala Sekolah Tahap Pelaksanaan.pptxsudianaade137
 
AKSI NYATA Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di Kelas (1).pdf
AKSI NYATA Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di Kelas (1).pdfAKSI NYATA Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di Kelas (1).pdf
AKSI NYATA Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di Kelas (1).pdfTaqdirAlfiandi1
 
SKPM Kualiti @ Sekolah 23 Feb 22222023.pptx
SKPM Kualiti @ Sekolah 23 Feb 22222023.pptxSKPM Kualiti @ Sekolah 23 Feb 22222023.pptx
SKPM Kualiti @ Sekolah 23 Feb 22222023.pptxg66527130
 
Kelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdf
Kelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdfKelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdf
Kelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdftsaniasalftn18
 
Pertemuan 3-bioavailabilitas-dan-bioekivalensi.ppt
Pertemuan 3-bioavailabilitas-dan-bioekivalensi.pptPertemuan 3-bioavailabilitas-dan-bioekivalensi.ppt
Pertemuan 3-bioavailabilitas-dan-bioekivalensi.pptNabilahKhairunnisa6
 
Buku Saku Layanan Haji Ramah Lansia 2.pdf
Buku Saku Layanan Haji Ramah Lansia 2.pdfBuku Saku Layanan Haji Ramah Lansia 2.pdf
Buku Saku Layanan Haji Ramah Lansia 2.pdfWahyudinST
 
Membuat Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di dalam Kelas
Membuat Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di dalam KelasMembuat Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di dalam Kelas
Membuat Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di dalam KelasHardaminOde2
 
Dinamika perwujudan Pancasila sebagai Dasar Negara dan Pandangan Hidup Bangsa
Dinamika perwujudan Pancasila sebagai Dasar Negara dan Pandangan Hidup BangsaDinamika perwujudan Pancasila sebagai Dasar Negara dan Pandangan Hidup Bangsa
Dinamika perwujudan Pancasila sebagai Dasar Negara dan Pandangan Hidup BangsaEzraCalva
 
DESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptx
DESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptxDESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptx
DESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptxFuzaAnggriana
 
MODUL 2 BAHASA INDONESIA-KELOMPOK 1.pptx
MODUL 2 BAHASA INDONESIA-KELOMPOK 1.pptxMODUL 2 BAHASA INDONESIA-KELOMPOK 1.pptx
MODUL 2 BAHASA INDONESIA-KELOMPOK 1.pptxarnisariningsih98
 
POWERPOINT BAHAN AJAR SENYAWA KELAS VIII SMP
POWERPOINT BAHAN AJAR SENYAWA KELAS VIII SMPPOWERPOINT BAHAN AJAR SENYAWA KELAS VIII SMP
POWERPOINT BAHAN AJAR SENYAWA KELAS VIII SMPAnaNoorAfdilla
 
MTK BAB 5 PENGOLAHAN DATA (Materi 2).pptx
MTK BAB 5 PENGOLAHAN DATA (Materi 2).pptxMTK BAB 5 PENGOLAHAN DATA (Materi 2).pptx
MTK BAB 5 PENGOLAHAN DATA (Materi 2).pptxssuser0239c1
 

Recently uploaded (20)

Kelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdf
Kelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdfKelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdf
Kelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdf
 
1.2.a.6. Demonstrasi Konstektual - Modul 1.2 (Shinta Novianti - CGP A10).pdf
1.2.a.6. Demonstrasi Konstektual - Modul 1.2 (Shinta Novianti - CGP A10).pdf1.2.a.6. Demonstrasi Konstektual - Modul 1.2 (Shinta Novianti - CGP A10).pdf
1.2.a.6. Demonstrasi Konstektual - Modul 1.2 (Shinta Novianti - CGP A10).pdf
 
UNGGAH PEGANGAN LOKAKARYA DAN PENDAMPINGAN INDIVIDU DALAM KEGIATAN PEMBEKALAN...
UNGGAH PEGANGAN LOKAKARYA DAN PENDAMPINGAN INDIVIDU DALAM KEGIATAN PEMBEKALAN...UNGGAH PEGANGAN LOKAKARYA DAN PENDAMPINGAN INDIVIDU DALAM KEGIATAN PEMBEKALAN...
UNGGAH PEGANGAN LOKAKARYA DAN PENDAMPINGAN INDIVIDU DALAM KEGIATAN PEMBEKALAN...
 
Materi power point Kepemimpinan leadership .ppt
Materi power point Kepemimpinan leadership .pptMateri power point Kepemimpinan leadership .ppt
Materi power point Kepemimpinan leadership .ppt
 
1.2.a.6 Dekon modul 1.2. DINI FITRIANI.pdf
1.2.a.6 Dekon modul 1.2. DINI FITRIANI.pdf1.2.a.6 Dekon modul 1.2. DINI FITRIANI.pdf
1.2.a.6 Dekon modul 1.2. DINI FITRIANI.pdf
 
MATERI 1_ Modul 1 dan 2 Konsep Dasar IPA SD jadi.pptx
MATERI 1_ Modul 1 dan 2 Konsep Dasar IPA SD jadi.pptxMATERI 1_ Modul 1 dan 2 Konsep Dasar IPA SD jadi.pptx
MATERI 1_ Modul 1 dan 2 Konsep Dasar IPA SD jadi.pptx
 
Modul Ajar Matematika Kelas 2 Fase A Kurikulum Merdeka
Modul Ajar Matematika Kelas 2 Fase A Kurikulum MerdekaModul Ajar Matematika Kelas 2 Fase A Kurikulum Merdeka
Modul Ajar Matematika Kelas 2 Fase A Kurikulum Merdeka
 
Topik 1 - Pengenalan Penghayatan Etika dan Peradaban Acuan Malaysia.pptx
Topik 1 - Pengenalan Penghayatan Etika dan Peradaban Acuan Malaysia.pptxTopik 1 - Pengenalan Penghayatan Etika dan Peradaban Acuan Malaysia.pptx
Topik 1 - Pengenalan Penghayatan Etika dan Peradaban Acuan Malaysia.pptx
 
Panduan Substansi_ Pengelolaan Kinerja Kepala Sekolah Tahap Pelaksanaan.pptx
Panduan Substansi_ Pengelolaan Kinerja Kepala Sekolah Tahap Pelaksanaan.pptxPanduan Substansi_ Pengelolaan Kinerja Kepala Sekolah Tahap Pelaksanaan.pptx
Panduan Substansi_ Pengelolaan Kinerja Kepala Sekolah Tahap Pelaksanaan.pptx
 
AKSI NYATA Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di Kelas (1).pdf
AKSI NYATA Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di Kelas (1).pdfAKSI NYATA Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di Kelas (1).pdf
AKSI NYATA Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di Kelas (1).pdf
 
SKPM Kualiti @ Sekolah 23 Feb 22222023.pptx
SKPM Kualiti @ Sekolah 23 Feb 22222023.pptxSKPM Kualiti @ Sekolah 23 Feb 22222023.pptx
SKPM Kualiti @ Sekolah 23 Feb 22222023.pptx
 
Kelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdf
Kelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdfKelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdf
Kelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdf
 
Pertemuan 3-bioavailabilitas-dan-bioekivalensi.ppt
Pertemuan 3-bioavailabilitas-dan-bioekivalensi.pptPertemuan 3-bioavailabilitas-dan-bioekivalensi.ppt
Pertemuan 3-bioavailabilitas-dan-bioekivalensi.ppt
 
Buku Saku Layanan Haji Ramah Lansia 2.pdf
Buku Saku Layanan Haji Ramah Lansia 2.pdfBuku Saku Layanan Haji Ramah Lansia 2.pdf
Buku Saku Layanan Haji Ramah Lansia 2.pdf
 
Membuat Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di dalam Kelas
Membuat Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di dalam KelasMembuat Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di dalam Kelas
Membuat Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di dalam Kelas
 
Dinamika perwujudan Pancasila sebagai Dasar Negara dan Pandangan Hidup Bangsa
Dinamika perwujudan Pancasila sebagai Dasar Negara dan Pandangan Hidup BangsaDinamika perwujudan Pancasila sebagai Dasar Negara dan Pandangan Hidup Bangsa
Dinamika perwujudan Pancasila sebagai Dasar Negara dan Pandangan Hidup Bangsa
 
DESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptx
DESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptxDESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptx
DESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptx
 
MODUL 2 BAHASA INDONESIA-KELOMPOK 1.pptx
MODUL 2 BAHASA INDONESIA-KELOMPOK 1.pptxMODUL 2 BAHASA INDONESIA-KELOMPOK 1.pptx
MODUL 2 BAHASA INDONESIA-KELOMPOK 1.pptx
 
POWERPOINT BAHAN AJAR SENYAWA KELAS VIII SMP
POWERPOINT BAHAN AJAR SENYAWA KELAS VIII SMPPOWERPOINT BAHAN AJAR SENYAWA KELAS VIII SMP
POWERPOINT BAHAN AJAR SENYAWA KELAS VIII SMP
 
MTK BAB 5 PENGOLAHAN DATA (Materi 2).pptx
MTK BAB 5 PENGOLAHAN DATA (Materi 2).pptxMTK BAB 5 PENGOLAHAN DATA (Materi 2).pptx
MTK BAB 5 PENGOLAHAN DATA (Materi 2).pptx
 

TEORI GINZBERG

  • 1. MAKALAH “TEORI PERKEMBANG AN KARIR GINZBERG” Diajukan sebagai syarat mengikuti Ujian Akhir Semester pada mata Kuliah Bimbingan Karir pendidikan Kejuruan Oleh NESSA TESIA IGGRID ( 1200103-2012) Dos e n Pembimbing Prof. Drs . H. Syahron Lubis , M. Ed, Ph. D Drs . Agamuddin, M.Ed, Ph.D PASCASARJAN PENDIDIKAN TEKNIK KEJURUAN
  • 2. FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS NEGERI PADANG 2013 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Istilah karir menunjuk mencakup pada sifat developmental dari pengambilan keputusan sebagai suatu proses yang berlangsung seumur hidup. Konsep karir mencakup rentang waktu yang lebih panjang daripada pilihan okupasional (occupational choice). Konsep karir menjangkau aktivita s pravokasional seperti pilihan sekolah dan jurusan. Bimbingan karir merupakan salah satu bidang dalam bimbingan dan konseling yang ada di sekolah-sekolah dan juga suatu proses bantuan, layanan dan pendekatan terhadap individu (siswa/remaja), agar individu yang bersangkutan dapat mengenal dirinya, memahami dirinya, dan mengenal dunia kerja merencankan masa depan dengan bentuk kehidupan yang diharapkan untuk menentukan pilihan dan mengambil suatu keputusan bahwa keputusannya tersebut adalah paling tepat sesuai dengan keadaan dirinya. Istilah karir menunjuk mencakup pada sifat developmental dari pengambilan keputusan sebagai suatu proses yang berlangsung seumur hidup. Konsep karir mencakup rentang waktu yang lebih panjang
  • 3. daripada pilihan okupasional (occupational choice). Konsep karir menjangkau aktivitas pravokasiona l seperti pilihan sekolah dan jurusan. Di era globalisasi seperti saat ini bimbingan karir sangatlah diperlukan bagi semua orang khususnya bagi para peserta didik. Contohnya, sering kali para siswa kebingungan dalam memilih suatu jurusan di SMA, penyebabnya tidak lain karena ia tidak paham betul dengan minat dan potensi yang ia miliki. Selain itu faktor lingkungan juga sangat mempengaruhi seseorang dalam mengambil suatu keputusan karir. Misalnya, seorang siswa sering merasa dirinya salah da lam memilih suatu jurusan. Hal tersebut disebabkan karena ia ikut-ikutan sama teman- temannya dalam memilih jurusan dan juga bisa karena dorongan dari orang tuanya. Untuk mengetahui bagaimana karir itu terjadi dan bagaimana karir itu berkembang maka diperlukanlah pemahaman terhadap teori karir. Salah satu teori tentang karir adalah Teori perkembangan Karir Ginzberg. Berdasarkan asumsi terhadap masalah tersebut, jelaslah sudah bahwa bimbingan karir sangatlah diperlukan bagi semua orang agar tidak kebingungan dalam mengambil keputusan karir. Untuk itulah kami membahas salah satu teori perkembangan karir dari Ginzberg ini, karena kami anggap teori ini sangatlah penting dalam perkembangan karir seseorang. Lebih lanjut akan kami bahas se cara riil dalam pembahasan. 1.2. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang maslah yang disampaikan di atas, rumusan maslah yang diajukan penulis adalah sebagai berikut. 1.2.1. Bagaimana konsep-konsep pokok teori perkembanagan karir Ginzberg? 1.2.2. Bagaimana proses pemilihan karir terjadi menurut teori perkembangan karir Ginzberg? 1.2.3. Apa saja unsur-unsur teori perkembangan karir Ginzberg? 1.2.4. Apa saja implikasi teori perkembangan karir Ginzberg dalam bimbingan konseling? 1.3. Tujuan Berdasarkan latar belakang masalah dan rumusan masalah yang disampaikan, tujuan penulisan makalah ini adalah untuk:
  • 4. 1.3.1. Mengetahui konsep-konsep pokok teori perkembanagan karir Ginzberg. 1.3.2. Mengetahui proses pemilihan karir terjadi menurut teori perkembangan karir Ginzberg. 1.3.3. Mengetahui unsur-unsur teori perkembangan karir Ginzberg. 1.3.4. Mengetahui implikasi teori perkembangan karir Ginzberg dalam bimbingan konseling.
  • 5. BAB II PEMBAHASAN 1.1. Konsep Teori Ginzbe rg Teori perkembanagn karir (development career choice theory) Ginzberg merupakan hasil kerjasama suatu tim yang mempelajari tentang pengaruh perkembangan terhadap pemilihan karir. Kelompok ini terdiri dari Eli Ginzberg yang seorang ahli ekonomi, S. Ginzburg yang seorang psikiater, S. Axelrad yang seorang sosiolog, dan J. Herma yang merupakan seorang psikolog. E. Ginzberg, S. Ginzburg, S. Axelrad, dan J. Herma memulai penelitian pada tahun 1951 dengan maksud mengembangkan suatu konsepsi tentang pilihan jabatan sebagai bagian dari suatu studi tentang dunia kerja. Kelompok ini memandang masalah pilihan jabatan dari sudut perkembangan orang muda. Menurut pandangan kelompok Ginzberg ini pilihan jabatan tidak hanya terjadi sekali saja, melainkan mengalami suatu proses perkembangan yang meliputi jangka waktu antara enam sampai lima belas tahun. Teori perkembangan karir (development career choice theory) dari Eli Ginzberg et. al. yang mengatakan bahwa anak dan remaja melewati tiga tahap pemilihan karir: fantasi, tentative dan relistis (Ginzberg, 1972 ; Ginzberg dkk., 1951). Saat ditanya “mau jadi apa kalau sudah besar”, anak kecil mungkin menjawab “dokter” “pahlawan”, “guru”, “bintang film”, “bintang olahraga” atau sejumlah pekerjaan lainnya. Pada saat masih kecil, masa depan terkesan dapat memberikan jutaan kesempatan. Ginzberg berargumentasi bahwa hingga usia 11 tahun seorang anak masih dalam tahap fantasi dari pemiliha n karir. Dari umur 11 hingga 17 tahun, remaja ada dalam tahap tentative dari perkembangan karir, sebuah transisi dari tahap pengambilan keputusan realistis dari masa dewasa muda. Ginzberg percaya bahwa kemajuan remaja terlihat mulai dari mengevaluasi minat mereka (11 hingga 12 tahun) lalu mengevaluasi kemampuan mereka (13 hingga 14 tahun) sampai mengevaluasi nilai mereka (15 hingga 16 tahun). Pemikiran berubah dari yang kurang subyektif hingga pemilihan karir yang lebih realistis pada usia 17 dan 18 tahun. Ginzberg menyebut usia 17 dan 18 tahun hingga awal 20-an sebagai tahap realistis dalam pemilihan karir. Selama masa ini, tiap orang secara ekstentif mencoba karir yang mungkin, lalu memfokuskan diri pada satu bidang, dan akhirnya memilih pekerjaan tertentu dalam karir tersebut (seperti menjadi dokter umum, atau ahli bedah ottopedik, dalam karir kedokteran). Dalam mengembangkan teorinya, Ginzberg et al. menginvestigasi secara empirik sejumlah sampel yang memiliki kebebasan memilih suatu okupasi. Sampel tersebut terdiri dari laki-laki yang berasal dari kelas menengah ke atas di daerah perkotaan, dari keluarga Protestan atau Katolik, yang tingka t pendidikanya berkisar dari kelas enam hingga pasca-sarjana. Karena pemilihan sampel tersebut sangat terbatas, maka konklusi hasil penelitian ini hanya dapat diaplikasikan secara terbatas pula. Secara spesifik, pola perkembangan karir perempuan dan etnik minoritas ataupun mereka yang berasal dari daerah pedesaan dan kaum miskin tidak menjadi bahan pertimbangan. Oleh karena itu, konklusi yang dihasilkan dari studi ini belum tentu dapat diaplikasikan pada populasi selain dari yang diwakili oleh
  • 6. sampel yang disebutkan. Kelompok Ginzberg menyimpulkan bahwa pilihan okupasional merupakan proses perkembangan, yang pada umumnya mencakup kurun waktu selama enam hingga sepuluh tahun, yang dimulai dari sekitar usia 11 tahun dan berakhir sesudah usia 18 atau awal masa dewasa. Pengambilan keputusan karir berlangsung melalui tiga periode, yaitu fantasi, tentatif, dan realistik. Pokok yang dijadikan dasar bagi Ginzberg dalam membangun teorinya didasari atas pendekatan psikologis atas tugas-tugas perkembangan yang dilalui manusia. Konsep perkembangan dan pemilihan pekerjaan atau karier oleh Ginzberg dikelompokkan dalam tiga unsur yaitu: proses (bahwa pilihan pekerjaan itu merupakan suatu proses); irreversibilitas (bahwa pilihan pekerjaan itu tidak bisa diubah atau dibalik); kompromi (bahwa pilihan pekerjaan itu merupakan kompromi antara faktor-faktor yang terlibat yaitu minat, kemampuan, dan nilai); dan optimisasi yang merupakan penyempurnaan teori (individu yang mencari kecocokan kerja). 1.2. Proses Pemilihan Karir Menurut Ginzberg, Ginzburg, Axelrad, dan Herna (1951), perkembangan dalam pemilihan pekerjaan mencakup tiga tahapan utama yaitu fantasy, tentatif, dan realistik. Dua tahap daripadanya, yaitu masa tentatif dan realistik masing-masing dibagi lagi menjadi beberaa tahap. Masa tentatif meliputi empat tahap yaitu minat, kapasitas, nilai, dan transisi. Sedangkan masa realistik terdiri dari tahap eksplorasi, kristalisasi, dan spesifikasi. Pembahasan lebih lengkap mengenai masa -masa pemilihan pekerjaan diuraikan di bawah ini. 1. Masa fantasy Masa ini berlangsung pada individu dengan tahap usia sampai kira-kira 10 tahun atau 12 tahun (masa sekolah dasar). Pada masa ini, proses pemilihan pekerjaan masih bersifat sembarangan atau asal pilih, tanpa didasarkan pada pertimbangan yang masak (rasional dan objektif) mengenai kenyataan yang ada dan hanya berdasarkan pada kesan dan khayalan belaka. Pilihan pekerjaan pada masa ini hanya didasari atas kesan yang dapat melahirkan kesenangan semata, dan diperolehnya dari/mengenai orang-orang yang bekerja atau lingkungan kerjanya. Anak seperti ini percaya bahwa dia bisa menjadi apa saja berdasarkan kesan yang timbul pada orang-orang yang bekerja disekitarnya. Menurut Ginzberg, kegiatan bermain pada masa fantasi secara bertahap menjadi berorientasi kerja dan merefleksikan preferensi awal untuk jenis aktifitas tertentu. Berbagai peran okupasional tercermin dalam kegiatan bermain, yang menghasilkan pertimbangan nilai dalam dunia kerja. Atau dengan kata lain selama periode fantasi, kegiatan bermain secara bertahap menjadi berorientasi kerja dan merefleksikan preferensi awal untuk jenis aktivitas tertentu. Umpamanya anak umur lima tahun ingin
  • 7. menjadi tentara karena kegagahannya atau menjadi dokter karena dokter itu bermobil mewah dan penghasilannya besar dari praktek swasta. Anak seperti ini percaya bahwa ia bisa menjadi apa saja dan ini berdasarkan kesan yang diperolehnya mengenai orang-orang yang bekerja atau keadaan lingkunga n kerjanya. 2. Masa tentatif Pada masa tentatif, pilihan karir anak mengalami perkembangan. Mula-mula pertimbangan karier itu hanya berdasarkan kesenangan, ketertarikan, dan minat saja tanpa pertimbangan apapun sedangkan faktor-faktor lainnya tidak dipertimbangkan. Menyadari bahwa minatnya berubah-ubah maka anak mulai memikirkan dan bertanya kepada dirinya sendiri apakah dia memliki kemampuan (kapasitas) melakukan pekerjaan yang dia inginkan, dan apakah pekerjaan itu cocok dengan minatnya. Tahap berikutnya, waktu anak bertambah besar anak menyadari bahwa di dalam suatu pekerjaan yang dilakukan oleh seseorang itu mengandung sebuah kandungan nilai yaitu nilai pribadi dan nila i kemasyarakatan, bahwa kegiatan yang satu lebih mempunyai nilai daripada kegiatan lainnya. Masa tentatif berlangsung mencakup anak usia lebih kurang 11 tahun sampai 18 tahun atau pada masa anak bersekolah di SMP dan SMA. Pada masa ini, pilihan pekerjaan seseorang mengalami perkembangan. Masa ini oleh Ginzberg diklasifikasikan manjadi empat tahap, dimulai dari a. Tahap minat terjadi pada usia 11-12 tahun. Individu membuat keputusan yang lebih definitif tentang suka atau tidak suka. Individu cenderung melakukan pekerjaan/kegiatan hanya yang sesuai minat dan kesukaan mereka saja. Pertimbangan karier pun juga didasari atas kesenangan, ketertarikan atau minat individu terhadap objek karier, tanpa mempertimbangkan banyak faktor. Akan tetapi, setelah menyadari bahwa minatnya berubah-ubah (sebagai reaksi perkembangan dan interaksi lingkungannya), maka individu akan menanyakan kepada dirinya tentang kemampuan yang dimilikinya untuk melakukan suatu pekerjaan. Keadaan ini disebut sebagai tahap kapasitas. b. Tahap kapasitas yaitu individu menjadi sadar akan kemampuan sendiri yang terkait dengan aspirasi vokasional. Tahap ini berlangsung antara pada usia 13-14 tahun yakni masa dimana individu mula i melakukan pekerjaan/kegiatan didasarkan pada kemampuannya masing-masing. Orientasi piliha n pekerjaan juga pada masa ini berbentuk upaya mencocokkan kemampuan yang dimiliki dengan minat dan kesukaannya. c. Tahap nilai yaitu masa terbentuknya persepsi yang lebih jelas tentang gaya-gaya okupasiona l. Tahap ini berlangsung pada usia 15-16 tahun yaitu tahap dimana minat dan kapasitas itu akan diinterpretasikan secara sederhana oleh individu yang mulai menyadari bahwa terdapat suatu kandungan nilai-nila i tertentu dari suatu jenis pekerjaan, baik kandungan nilai yang bersifat priba di maupun serangkaian nilai yang bersifat kamasyarakatan. Kesadaran akan serangkaian kandungan
  • 8. nilai ini pula yang membuat individu dapat mendiferensiasikan nilai suatu pekerjaan dengan pekerjaan lainnya. d. Tahap transisi berlangsung pada usia 17-18 tahun. Pada usia ini individu menyadari keputusannya tentang pilihan karir serta tanggung jawab yang menyertai karir tersebut. Individu akan memadukan orientasi-orientasi pilihan yang dimiliki sebelumnya (minat, kapasitas, dan nilai) untuk dapat direalisasikan dalam kehidupannya. Tahap ini dikenal juga dengan tahap pengenalan secara gradual terhadap persyaratan kerja, pengenalan minat, kemampuan, imbalan kerja, nilai, dan perspektif waktu. Keputusan yang menjadi pilihan itu sudah merupakan bentuk tanggung jawab dan konsekuensi pola karier yang dipilih. 3. Masa realistik Pada tahap relistik anak melakukan eksplorasi dengan memberikan penilaian atas pengalaman-pengalaman kerjanya dala kaitan dengan tuntutan sebenarnya, sebagai syarat untuk bisa memasuki lapangan pekerjaan atau kalau tidak bekerja, untuk melanjutkan ke perguruan tinggi. Masa ini mencakup anak usia 18-24 tahun atau pada masa perkuliahan atau mulai bekerja. Pada masa ini, okupas i terhadap pekerjaan telah mengalami perkembangan yang lebih realistis. Orientasi minat, kapasitas, dan nilai yang dimiliki individu terhadap pekerjaan akan direfleksikan dan diintegrasikan secara runtut dan terstruktur dalam frame vokasional (kristalisasi pola-pola okupasi) untuk memilih jenis pekerjaan dan atau memilih perguruan tinggi yang sesuai dengan arah tentatif mereka (spesifikasi). Masa ini pun dibedakan menjadi tiga tahap yaitu : 1. Tahap eksplorasi, yakni tahap dimana individu akan melakukan eksplorasi (menerapkan piliha n - pilihan yang dipikirkan pada masa tentatif akhir dan belum berani mengambil keputusan) dengan memberikan penilaian atas pengalaman atau kegiatan yang berhubungan dengan pekerjaan dalam keterkaitannya terhadap tuntutan kerja yang sebenarnya. Penilaian ini pada hakikatnya berfungsi sebagai acuan dan atau syarat untuk bisa memasuki lapangan pekerjaan atau untuk melanjutkan pendidikan ke perguruan tinggi. Tahap ini berpusat pada saat masuk ke perguruan tinggi. Pada tahap ini, individu mempersempit pilihan karir menjadi dua atau tiga kemungkinan tetapi pada umumnya masih belum menentu. 2. Tahap kristalisasi, yakni tahap dimana penilaian yang dilakukan individu terhadap pengalaman atau kegiatan-kegiatan yang berhubungan dengan pekerjaan baik yang berhasil ataupun yang gagal akan mengental dalam bentuk pola-pola vokasional yang jelas. Pada tahap ini, individu akan mengambil keputusan pokok dengan mengawinkan faktor-faktor internal dan eksternal dirinya untuk sampai pada spesifikasi pekerjaan tertentu, termasuk tekanan keadaan yang ikut memaksa pengambilan keputusan itu. Tahap kristalisasi terjadi saat komitmen pada satu bidang karir tertentu sudah terbentuk. Jika ada perubahan arah, itu disebut “pseudo- crystallization”.
  • 9. 3. Tahap spesifikasi, yaitu tahap pilihan pekerjaan yang spesifik atau khusus. Pada tahap ini, semua segmen dalam orientasi karier yang dimulai dari orientasi minat, kapasitas, dan nilai, sampai tahap eksplorasi dan kristalisasi telah dijadikan pertimbangan (kompromi) yang matang (determinasi tugas-tugas perkembangan yang optimal) dalam memilih arah dan tujuan karier dimasa yang akan datang. Tahap spesifikasi terjadi bila individu sudah memilih suatu pekerjaan atau pelatihan profesi untuk karir tertentu. Berdasarkan tahap-tahap tersebut, setelah anak melakukan eksplorasi dan memadukan faktor-faktor internal dan eksternal, selanjutnya anak memasuki fase kristaliasi dengan mengambil keputusan, dan selanjutnya mengambil keputusan yang lebih spesifik. Berdasarkan teori ini, maka semakin dewasa, proses pemilihan pekerjaan semakin meningkat ke arah yang lebih realistik. Dari berbagai tahapan yang diklasifikasikan Ginzberg di atas, dapat disimpulkan bahwa pelaksanaan pemilihan pekerjaan yang terjadi pada individu merupakan suatu pola pilihan karier yang bertahap dan runtut, yang dinilai subjektif oleh individu dalam sosiokulturalnya sejak masa kanak-kanak hingga awal masa dewasanya. Artinya, pada saat keputusan vokasional tentatif dibuat, pilihan-pilihan yang lain akan dicoret. Sehingga individu yang berhasil dalam karier/pekerjaan (memiliki kepuasa n kerja) adalah individu yang mampu mengidentifikasi, mengarah, dan mengakomodir semua orientasi minat, kapasitas, dan nilai ke dalam proses kompilasi yang tepat dan dinamis. Kelompok Ginzberg mengakui adanya variasi individua l dalam proses pembuatan keputusan karir. Pola individua l perkembangan karir yang tidak sesuai dengan sebayanya disebut “menyimpang”. Terdapat dua penyebab utama penyimpangan itu, yaitu: a. Keterampilan okupasional yang sudah berkembang dengan baik secara dini sering menghasilka n pola karir yang dini pula yang menyimpang dari perkembangan normal. b. Timing untuk tahap perkembangan realistis itu mungkin secara signifikan lebih lambat datangnya sebagai akibat dari variabel-variabel tertentu seperti instabilitas emosi, berbagai masalah pribadi, dan kekayaan finansial. Dari penelitian ini muncul sebuah proses khas yang sistematis yang didasarkan terutama pada pola penyesuaian diri remaja yang mengarahkan individu ke pilihan okupasi. Pemilihan okupas i merupakan proses bertahap yang dinilai secara subjektif oleh individu yang bersangkutan dalam sosiokulturalnya sejak masa kanak-kanak hingga awal masa dewasanya. Pilihan okupasi itu dirumuska n selama individu melalui tahapan-tahapan sebagaimana dideskripsikan dalam penelitian ini. Pada saat keputusan vokasional tentatif dibuat, pilihan- pilihan lain yang potensial dicoret.
  • 10. Pada awalnya, Ginzberg et al. menyatakan bahwa proses perkembangan pembuatan keputusan okupasional itu tidak dapat diputar balik, yaitu bahwa individu tidak dapat kembali secara kronologis ataupun psikologis ke masa lalu untuk mengubah keputusannya. Konklusi ini kemudian dimodifika s i. Individu dapat mengubah keputusannya tetapi tetap menekankan pentingnya pilihan yang dilakuka n secara dini dalam proses pembuatan keputusan karirnya. Dalam kaji ulang terhadap teorinya, Ginzberg (1984) menekankan kembali bahwa pilihan okupasiona l merupakan proses pembuatan keputusan seumur hidup bagi mereka yang mencari kepuasan dari kerjanya. Ini berarti bahwa mereka harus senantiasa menilai ulang bagaimana mereka dapat meningkatkan kecocokan antara perubahan tujuan karirnya dengan realita dunia kerja. Telah terdapat sejumlah evidensi yang mendukung prinsip utama dari teori ini. O’Hara dan Tiedeman (1959) menginvestigasi keempat tahap dari periode tentative (minat, kapasitas, nilai, dan transisi) dan menemukan bahwa tahap-tahap itu memang terjadi sesuai dengan urutan sebagaimana diteorikan, tetapi pada usia yang lebih dini. Studi oleh Davis, Hagan, dan Strouf (1962) dan Hollender (1967) cenderung mendukung konsep perkembangan vokasional, meskipun waktu dan urutan tahap-tahap tersebut belum sepenuhnya didukung. Konseptualisasi perkembangan proses pembuatan keputusan karir tersebut sangat bertentangan dengan pendekatan trait and faktor. Meskipun belum sepenuhnya teruji, tetapi teori ini memberikan suatu deskripsi tentang suatu proses perkembangan untuk pola perkembangan vokasional yang norma l maupun menyimpang. Teori ini lebih bersifat deskriptif daripada eksplanatori; artinya bahwa teori ini tidak memberikan strategi untuk memfasilitasi perkembangan karir ataupun penjelasan tentang proses perkembangannya. Tampaknya kegunaan utama dari teori ini adalah dalam memberikan satu kerangka baru untuk melakukan studi mengenai perkembangan karir. Diakhir pendapatnya, Ginzberg juga menyimpulkan bahwa pengambilan keputusan dalam piliha n karier itu berlangsung sepanjang hayat, sebagai refleksi dari perubahan minat dan tujuan-tujuan, serta keadaan atau tekanan yang berlangsung dalam kehidupan seseorang. Konsep ini sebagai reaksi edukatif Ginzberg atas kelemaham awal tentang batasan umur masa realistis dari teori yang dibangunnya . Sehingga diakhir pendapatnya, Ginzberg (Munandir, 1996:92) menyatakan bahwa “pemiliha n pekerjaan merupakan proses pengambilan keputusan yang berlangsung seumur hidup bagi mereka yang mencari kepuasan dari pekerjaannya. Keadaan ini mengharuskan mereka berulang-ulang melakukan penilaian kembali, dengan maksud mereka dapat lebih mencocokkan tujuan- tujuan karier yang terus berubah-ubah dengan kenyataan dunia kerja”. (Ginzberg, 1984,180). 1.3. Unsur-Unsur Teori Ginzberg
  • 11. Perkembangan karir terikat pada tiga unsur, yaitu proses, irreversibilitas, dan kompromi (Gibson dan Mitchell, 1995). Dari unsur proses yang berpendapat bahwa pilihan terhadap pekerjaan itu merupakan suatu proses, sedangkan unsur irreversibilitas merujuk pada pernyataan bahwa pilihan pekerjaan itu tidak dapat diubah, dibatalkan, atau dibalikkan. Sedang kompromi menyatakan bahwa pilihan pekerjaan merupakan kompromi dari faktor-faktor yang ada, antara kepentingan subyek dengan kepentingan nila i, minat, dan kemampuan. Setelah direvisi pada tahun 1970, proses yang semula berakhir pada awal masa dewasa atau akhir masa remaja, kemudian dirumuskan bahwa tidak demikian halnya tetapi berlangsung terus menerus. Mengenai irreversibilitas, adanya pembatasan pilihan tidak mesti berarti bahwa piliha n itu bersifat menentukan. Apa yang terjadi sebelum orang berumur 20 tahun mempengaruhi kariernya. Tersedianya kesempatan bisa saja menyebabkan orang berubah dalam pilihan pekerjaannya. Konsep kompromi juga mengalami revisi sebagai hasil temuan-temuan riset. Konsep dasar tentang kompromi tetap, yaitu bahwa dalam pemilihan pekerjaan ada unsur kompromi. Hanya saja, hal itu bukan peristiwa sekali saja. Konsep optimalisasi yang merupakan penyempurnaan teorinya berarti bahwa setiap orang berusaha mencari kecocokan yang paling baik antara minatnya yang terus mengalami perubahan,tujuan - tujuannya, dan keadaan yang juga terus berubah. Kompromi bersifat dinamis dam berlangsung seumur hidup. 1.4. Implikasi Teori Ginzberg dalam Bimbingan Konseling Berdasarkan atas teori yang dikemukakan oleh Ginzberg, hendaknya dapat dijadikan acuan oleh guru pembimbing dalam memfasilitasi perkembangan siswa di sekolah. Bersumber pada pengorganisasia n bimbingan konseling di sekolah sebagai sistem yang memberikan pelayanan bimbingan karier kepada para peserta didik maka implikasi teori ini dapat berupa, antara lain: 1. Informasi karier atau pekerjaan oleh guru pembimbing akan lebih memungkinkan siswa untuk dapat mengenal berbagai jenis pekerjaan dan pola karier yang dapat mereka pilih setelah menyelesaikan pendidikannya. Layanan seperti ini juga ditengarai dapat membantu siswa dalam mengenal secara seksama arah minat dan kemampuan (potensi diri) untuk difantasi dan ditentasikan hingga sampai pada kemampuan untuk merealisasikan orientasi-orientasi itu dimasa yang akan datang. Informasi karier seperti ini oleh Munandir (1996:250) dapat berkenaan dengan informasi jenis-jenis pekerjaan dan informasi jenis-jenis pendidikan. Bentuk lain materi layanan informasi karier yang juga dapat diberikan guru pembimbing adalah dengan penyediaan berbagai sumber informasi pekerjaan, jabatan dan karier, penyediaan papan media bimbingan, dan penyediaan sumber-sumber informasi jabatan (Ketut, 1984 : 238-239).
  • 12. 2. Pengenalan terhadap minat, kapasitas, yang dimiliki siswa dan perangkat nilai yang dianutnya akan sangat diperlukan oleh guru pembimbing dalam upaya mengembangkan, membina, dan mengarahkan siswa pada pola-pola vokasional dan atau pemilihan pendidikan yang tepat dan selaras dengan kondis i dan pilihan karier tersebut. 3. Aplikasi konseling karier dengan pola pendekatan konseling behavioral yang muatannya berupa analisis, eksplorasi kondisi yang sesuai mengenai individu, keterampilan yang dimilikinya , minat, keinginan, dan nilai kemasyarakatan, tekanan, dan arah kecenderungan dunia kerjanya, akan sangat membantu individu dalam mencapai kecocokan dan kepuasan kerja. Dalam kegiatan konseling karier, penjelasan yang diberikan mengenai informasi pekerjaan ini bertujuan untuk mengukuhka n pilihan karier yang telah diambil individu dan membantu individu kalau ia mengalami ketidakpastia n antara dua pilihan yang sama-sama menarik. Informasi karier juga bermaksud memberikan dasar pengujian pilihan yang tepat, dan bertujuan memotivasi individu yaitu dengan cara melibatkan individu secara aktif dalam proses pengambilan keputusan. 4. Perkembangan karier merupakan salah satu bagian dari keseluruhan proses perkembangan orang muda dan pilihan yang menyangkut jabatan di masa depan dan berlangsung selaras dengan perkembangan karier. Kalau proses perkembangan orang muda tidak berjalan sebagaimana mestinya , laju perkembangan karier juga tidak akan berjalan lancar dan banyak pilihan karier akan menunjukka n kekurangan yang berat. Karena itu, bimbingan karier harus direncanakan dan dikelola dengan maksud menunjang perkembangan karier orang muda, sesuai dengan tahap perkembangan diberbagai jenjang pendidikan disekolah. Secara ideal, bimbingan diberikan sebagai bagian integral dari pendidika n karier atau pendidikan jabatan (career education). Sifat bimbingan yang diutamakan dalam bimbingan karier adalah sikap perseveratif (developmental) dan sifat pencegahan (preventive), lebih-lebih dalam bimbingan karier yang diberikan secara kelompok. Sifat korektif (remedial) dapat muncul dalam konseling karier (career counseling) secara individual sesuai dengan kasus konkret yang dihadapi, misalnya gambaran diri yang kurang bulat, informasi jabatan yang tidak diolah secara tepat dan pilihan yang kurang matang. 5. Pilihan jabatan tidak dibuat sekali saja dan tidak definitive dengan sekali memilih saja. Orang muda membuat suatu rangakain pilihan yang berkesimanbungan dan bertahap, dari pilihan yang masih bersifat agak luas dengan memilih bidang jabatan sampai jabatan tertentu dibidang itu. Pilihan-piliha n itu dibuat dalam lingkup lingkungan sosial, budaya, dan ekonomi tertentu, namun kontinuitas dan keterpaduan diantara seluruh pilihan berakar dalam gambaran diri atau kosep diri yang semakin berkembang. Gambaran diri merupakan garis dasar yang menyambung da n memadukan semua pilihan yang dibuat. Karena itu, bimbingan karier harus menunjang usaha orang muda untuk mengenal dirinya sendiri dengan lebih baik. Pemahaman diri ini menjadi benang merah dalam
  • 13. menyusun rencana masa depan dan semua pilihan yang dibuat mendapat maknanya sebagai implementasi konkret dari konsep diri dalam berbagai aspeknya. 6. Konseling karier yang berlangsung dalam pertemuan pribadi antar konselor dan konseli dan kerap terfokuskan pada permasalahan mengenai pilihan program studi dan/ atau pilihan jabatan, akan berlangsung lebih lancar bilamana orang muda telah disiapkan melaui bimbingan karier secara kelompok untuk menghadapi saat-saat harus dibuat suatu pilihan diantara beberapa alternatif. Persiapan ini meliputi aneka topik bimbingan kelompok seperti pemahaman diri, pengolahan informas i pendidikan (educational information), pengolahan informasi tentang dunia kerja (vocationa l information), pengolahan informasi pendidikan dan pekerjaan dalam keterpaduan satu sama lain (career information), pendalaman nilai- nilai kehidupan (values) yang terkandung dalam bidang kehidupa n bekerja dan memegang jabatan, serta cara yang tepat dalam mengambil suatu keputusan dengan memilih diantar berbagai alternatif (decision making skills). Dengan demikian, konseling karier tidak akan menjadi kursus kilat yang memadatkan program bimbingan karier dalam satu-dua wacana, yang mungkin membingungkan konseli karena dalam waktu singkat harus diperoleh informasi tentang lingkungan dan diri sendiri, harus ditemukan beberapa alternatif pilihan, serta harus dipelajari cara yang tepat untuk mengambil suaru keputusan secara tanggung jawab. Demikian pula, konselor tidak akan berhadapan dengan konseli yang kurang mengerti akan kompleksitas pilihan karier serta kurang paham akan segala faktor internal dan eksternal yang perlu dipertimbangkan. BAB III PENUTUP
  • 14. 3.1. Ke simpulan Berdasarkan materi yang sudah penulis sampaikan, dapat kami simpulkan bahwa teori perkembangan karir Ginzberg menyatakan ilihan karir tidak hanya terjadi sekali saja melainkan mengalami suatu proses perkembangan yang meliputi jangka waktu tertentu. Sehingga pilihan-pilihan yang dibuat awal proses perkembangan vokasional berpengaruh terhadap pilihan selanjutnya, dengan demikian suatu keputusan yang diambil dapat ditinjau kembali. Dalam pemilihan karir terdapat tiga tahapan utama yaitu fantasy, tentatif, dan realistik. Kekuatan teori ini adalah dengan melewati fase seorang individu secara berangsur-angsur dalam jabatan, dan sifatnya yang masih sementara sampai orang dewasa dapat membuat pilihan jabatan untuk mendapatkan karirnya. Kelemahannya terletak pada keterkaitan individu pada fase yang dilalui. DAFTAR PUSTAKA
  • 15. Dharsana, I Ketut. 2010. Diktat Konseling Karir dan Problemtik Konseling. Singaraja: Jurusan Bimbingan Konseling Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Pendidikan Ganesha. Munandir. 1996. Program Bimbingan Karir di Sekolah. Jakarata : Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.