Psikotes penting untuk seleksi mahasiswa menurut survei di Universitas Airlangga. Survei menunjukkan bahwa 80% mahasiswa menganggap psikotes penting walaupun tidak selalu akurat. Psikotes dianggap dapat mengukur kemampuan kognitif, emosi, dan kepribadian seseorang.
1. DISUSUN OLEH:
KELOMPOK 9
RAHMAT BAGUS S. (111011143)
ASTRI HARYANTI (111011156)
OKKY NURSAFITRI (111011129)
SHANDY MAHAPUTRA(111011161)
MAKALAH PSIKOLOGI UMUM
ANALISIS HASIL SURVEI
MENGENAI PSIKOTES DI KALANGAN
MAHASISWA UNIVERSITAS AIRLANGGA
Dosen Pembimbing : Akhmad Fatoni
FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS AIRLANGGA
2010
2. BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Persaingan untuk memasuki jenjang kehidupan yang lebih tinggi
sekarang ini semakin kompetitif dengan semakin tingginya tingkat
kesadaran masyarakat dalam hal pendidikan, mulai dari memasuki
perguruan tinggi hingga memasuki masa kerja. Semua berburu pekerjaan
bahkan pekerjaan yang tidak sesuai dengan keinginan awal mereka. Dari
hal itu semakin populerlah alat ukur yang dapat mengukur kemampuan
seseorang dalam menyelasaikan masalah yang disebut psikotes. Namun
pada kenyataannya banyak masyarakat yang masih salah kaprah dalam
mengartikan tes ini. Banyak pula orang yang belum mengetahui arti
sebenarnya tes ini.
Mahasiswa adalah aset bangsa yang harus berpikiran kritis dan
selektif dalam setiap tingkah lakunya. Karena mereka sudah dapat menjadi
contoh dalam bermasyarakat. Oleh karena itu tentunya mahasiswa dituntut
harus lebih mengerti apa yang ada di lingkungan sekitar, salah satunya
mengenai masalah pendidikan. Adanya psikotes diharapkan mampu
membantu tahap-tahap seleksi bagi calon mahasiswa ataupun karyawan
tersebut. Selain bagi calon mahasiswa dan karyawan, psikotes tersebut
juga dapat di terapkan bagi siswa-siswa sekolah yang bertujuan untuk
mengetahui seberapa kemampuan mereka. Dari situlah biasanya akan
lebih memotivasi mereka untuk belajar lebih baik.
B. Rumusan Masalah
1. Apakah yang dimaksud dengan psikotes?
2. Apa yang diukur melalui psikotes?
3. Bagaimanakah ketepatan hasil psikotes?
3. 4. Apakah psikotes penting untuk seleksi tes masuk bagi mahasiswa?
C. Tujuan
1. Mengetahui arti dan peranan psikotes dalam kehidupan masyarakat.
2. Mengetahui persepsi mahasiswa mengenai psikotes.
3. Mengetahui keefektivan psikotes menurut mahasiswa.
4. BAB II
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Penelitian ini menggunakan metode penyebaran kuisioner secara acak di
kalangan mahasiswa Universitas Airlangga untuk mengetahui tanggapan mereka
mengenai psikotes.
B. Subjek Penelitian
Subjek penelitian adalah mahasiswa yang diambil secara acak di
Universitas Airlangga Surabaya
Sample : 40 orang
5. BAB III
PEMBAHASAN
1. Pengertian Psikotes
Bila dilihat dari wujud fisiknya, suatu tes tidak lain dari sekumpulan
pertanyaan yang harus dijawab atau tugas yang harus dikerjakan yang akan
memberikan informasi mengenai aspek psikologis tertentu berdasarkan jawaban
terhadap pertanyaan-pertanyaan atau cara dan hasil subyek melakukan tugasnya.
Penjelasan ini mungkin terlalu sederhana, karena pada kenyataannya tidak
sembarang kumpulan pertanyaan cukup berharga untuk dinamakan suatu alat tes.
Banyak syarat-syarat yang harus dipenuhi terlebih dahulu agar pertanyaan itu
dapat dinamai suatu alat tes.
Anne Anastasi (1976) mengatakan bahwa tes pada dasarnya adalah suatu
pengukuran yang obyektif dan standar terhadap sampel perilaku. Brown (1976)
mengatakan bahwa tes adalah suatu prosedur yang sistematis guna mengukur
sample perilaku seseorang. Nampaknya Brown menganggap bahwa ciri sistematis
tersebut telah mencakup pengertian obyektif, standar, dan syarat-syarat kualitas
lainnya.
Definisi yang lebih lengkap dapat dikutipkan langsung dari pendapat
Cronbach yang dikemukakan dalam bukunya Essentials of psychological Testing,
yaitu: “….a systematic procedure for observing a person’s behavior and
describing it with the aid of a numerical scale or a category system” (Cronbach,
1970).
2. Hal-hal yang diukur lewat psikotes
Seringkali kita dibingungkan dengan istilah-istilah yang digunakan untuk
mengukur mental atau psikologis, baik dalam proses rekruitmen maupun
promosi. Di bawah ini dijelaskan secara ringkas apa yang dimaksudkan dengan
istilah-istilah tersebut.
6. 1. Ability (Kemampuan):
Sejauh mana seorang individu menunjukkan kapasitasnya dalam menggunakan
keterampilan/kecakapan tertentu. Ability seringkali mengacu pada aptitude dan
attainment yang dinilai bersamaan, misal, ada di tingkat mana kemampuan Anda
berbahasa Inggris saat ini (attainment) dan bagaimana potensi Anda untuk
berkembang lebih jauh pada kemampuan berbahasa Inggris tersebut (aptitude).
2. Aptitude (potensi untuk melakukan sesuatu hal):
ability atau kemampuan individu untuk menggunakan keterampilan/kecakapan
tertentu sekaligus potensinya pada aspek yang dinilai di masa yang akan datang,
misal seseorang yang mulai belajar bahasa Inggris dan cepat menangkap struktur
dan grammar, namun belum mencapai level fluency, artinya pengetahuan orang
tersebut belum mencukupi untuk level fluency, namun sudah menunjukkan potensi
untuk mencapai level tersebut. Contoh yang lain, menilai kemampuan seseorang
menjadi programmer komputer atau menilai kemampuan untuk melanjutkan
pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi, TPA (Tes Potensi Akademik).
3. Attainment (tingkat kemahiran saat ini):
Tingkat atau level pengetahuan dan ketrampilan yang telah dicapai saat ini,
misalkan nilai TOEFL 550. Contoh lain tes mengemudi (driving test), tes
berbicara dalam bahasa asing.
4. Competency:
Sekumpulan pengetahuan, ketrampilan, karakteristik pribadi, dan pengalaman
seseorang yang dinilai secara bersamaan, yang merupakan dasar penting
seseorang untuk melakukan pekerjaan X di level posisi tertentu. Misalkan untuk
memilih sales manager, salah satu kompetensi yang dinilai adalah kompetensi
negosiasi, yang artinya sales manager tersebut memiliki pengetahuan sales yang
tinggi, ketrampilan membujuk yang efektif, dan karakter pribadi yang optimis.
Kumpulan kompetensi disebut model kompetensi yang dijadikan acuan dan
7. kriteria untuk menilai apakah sales manager tersebut telah memenuhi kriteria
minimal seorang sales manager.
5. Intelligence:
Sebuah tes yang mengukur cakupan kemampuan yang dimiliki seseorang.
Apakah inteligensi hanya sebuah facet yang dapat diukur sebagai satu kesatuan (g
factor) atau terdiri dari kemampuan yang terpisah-pisah yang kemudian digabung
menjadi satu kemampuan, hingga sekarang masih menjadi perdebatan di kalangan
pakar psikologi.
6. Skill:
Untuk negara-negara berbahasa Inggris digunakan sebagai istilah yang generik,
‘being good’ dalam hal mengerjakan sesuatu, misal menggambar, menjahit atau
bisa juga dikatakan ‘being good’ dengan hal kata-kata atau teknologi. Di
Indonesia diterjemahkan dengan kata kemahiran/kecakapan/keterampilan.
7. Strength:
Setiap ‘good point’ yang dapat dipersepsikan. Misalkan seseorang dipersepsikan
memiliki kekuatan dalam hitung-menghitung, artinya aptitude-nya kemungkinan
juga tinggi untuk hal-hal yang bersifat matematika atau teknik. Contoh lain,
seseorang memiliki sensitivitas yang tinggi dalam mendengarkan orang lain,
artinya aptitude-nya untuk menangani pekerjaan yang berhubungan dengan orang
kemungkinan juga tinggi dibandingkan untuk berhubungan dengan paper-work.
Diluar istilah-istilah di atas, masih banyak istilah-istilah lain, seperti personality
testing, personality assessment, self-assessment dll, namun yang paling sering
membingungkan memang istilah-istilah di atas.
Psikotes memang satu hal yang menarik untuk dibahas karena banyak
orang merasa bahwa psikotes lah yang menggagalkan keinginan mereka untuk
bergabung dengan sebuah perusahaan, merasa psikotes adalah satu hal yang sulit
8. ditaklukkan dan membutuhkan persiapan spesial. Bagi sebagian orang psikotes
merupakan satu hal yang menakutkan atau minimal membuat mereka bertanya-
tanya apa yang harus dilakukan ketika menghadapinya.
Ketika mendapatkan panggilan untuk melaksanakan psikotes, beragam respon
yang dikeluarkan seperti berburu buku-buku sukses melaksanakan psikotes,
bertanya kepada orang yang pernah menjalaninya, bertanya kepada ahlinya
(psikolog) terkait apa yang perlu dipersiapkan atau dilakukan ketika psikotes
sampai meminta bocoran soal-soal psikotes yang “biasanya” diberikan.
Pertanyaannya adalah perlukan kita melakukan hal-hal tersebut sebelum
menghadapi psikotes…? Karena pada umumnya orang yang sudah memahami arti
dari psikotes, mereka justru tidak terlalu ribet dengan “ritual-ritual” tersebut
melainkan menyiapkan fisik dan mentalnya agar bisa lebih siap dengan psikotes
yang akan dihadapi.
Psikotes adalah tes yang dilakukan untuk mengukur aspek individu secara
psikis. Tes ini dapat berbentuk tertulis, proyektif, atau evaluasi secara verbal yang
teradministrasi untuk mengukur fungsi atau kemampuan kognitif dan emosional
seseorang. Tujuan dari dilaksanakannya tes ini adalah untuk mengukur berbagai
kemungkinan atas bermacam kemampuan orang secara mental dan faktor-faktor
yang mendukungnya, termasuk prestasi dan kemampuan, kepribadian, dan
intelegensi. Jadi sederhananya, psikotes adalah serangkaian kegiatan yang
dilakukan untuk mengetahui gambaran seseorang mulai dari kemampuan
kognitifnya, kondisi emosinya, kecenderungan-kecenderungan sikap dan hal-hal
yang mempengaruhi kecenderungan tersebut. Jadi dalam psikotes, kemampuan
yang diukur tidak melulu terkait dengan IQ seseorang. Selain tes IQ ada juga tes
kepribadian, dan wawancara. Dari integrasi tes-tes tersebut, maka akan diperoleh
gambaran mengenai orang yang di tes yang kemudian disesuaikan dengan
kebutuhan perusahaan.
Psikotes, sebuah istilah yang sudah sangat populer di kalangan awam
terutama yang hendak menghadapi tes seleksi pekerjaan, kenaikan jabatan,
penempatan, penjurusan, dll. Psikotes dipahami oleh awam sebagai rangkaian tes
psikologi untuk menilai kepribadian seseorang. Tidak ada yang salah dengan
9. pengertian tersebut, karena memang psikotes bertujuan untuk menggali dan
mendeskripsikan kepribadian seseorang. Kepribadian itu sendiri memiliki banyak
aspek, tidak hanya merujuk pada sifat/karakter seseorang. Tetapi juga dikaitkan
dengan sikap kerja, inteligensi, dan masih banyak aspek lain yang bisa dikaitkan
dengan kepribadian.
3. Ketepatan hasil psikotes
Dari hasil survey mengenai psikotes di kalangan mahasiswa Universitas
Airlangga yang diambil secara acak, menunjukkan hasil sebagai berikut:
Dari presentase tersebut menunjukkan bahwa sebagian besar mahasiswa
Universitas Airlangga menganggap bahwa hasil psikotes adalah tepat, walaupun
tidak mencapai lima puluh persen dari total sample yang diambil. Disusul oleh
mahasiswa yang menganggap bahwa hasil psikotes tidak tepat. Dari hal tersebut
dapat pula disimpulkan bahwa dari sebagian besar mahasiswa masih menganggap
bahwa hasil psikotes itu tidak tepat karena menurut mereka dapat dipelajari teknis
pengerjaannya dan berupa hal yang tidak murni dari pemikiran yang sudah dilatih.
10. 4. Peranan Psikotes
Dari hasil survey mengenai penting tidaknya psikotes di kalangan
mahasiswa Universitas Airlangga yang diambil secara acak, menunjukkan hasil
sebagai berikut:
Data tersebut menunjukkan bahwa dari empat puluh responden terdapat 32 atau
mencapai delapan puluh persen mahasiswa yang menyatakan bahwa psikotes itu
tetaplah penting. Walaupun terdapat dua puluh persen mahasiswa yang
memberikan pendapat bahwa psikotes itu tidak penting.
11. BAB IV
PENUTUP
A. Simpulan
Psikotes adalah tes yang dilakukan untuk mengukur aspek
individu secara psikis.
Dari kuisioner yang disebar secara acak pada mahasiswa
dari berbagai fakultas Universitas Airlangga diperoleh data sebagai
berikut:
A B C D E
1 6 10 7 16 6
2 34 6 * * *
3 7 9 6 5 13
4 17 12 8 3 *
5 32 8 * * *
6 17 23 * * *
7 22 9 9 * *
1. Apa itu psikotes?
2. Apakah Anda pernah mengikuti psikotes?
12. 3. Apayang diukur lewat psikotes?
4. Apakah hasil psikotes tepat?
5. Apakah psikotes penting?
13. 6. Apakah Anda melakukan persiapan sebelum psiokotes?
7. Apakah hasil psikotes selalu sesuai dengan harapan Anda?
14. Dari hasil ini dapat disimpulkan bahwa hampir semua mahasiswa
Universitas Airlangga memahami tentang psikotes. Bahkan sebagian besar bagi
mereka pernah mengikuti psikotes. Walaupun menurut mereka psikotes tidak
dapat dijadikan satu-satunya acuan dalam pengambilan keputusan, namun mereka
menganggap psikotes juga memiliki arti penting sebagai salah satu alat tes.
15. DAFTAR PUSTAKA
Azwar, Saifuddin. 1987. Test Prestasi : Fungsi dan Pengembangan Pengukuran
Prestasi Belajar. Yogyakarta: Liberty
DAFTAR REFERENSI
16. www.psikologizone.com diakses pada tanggal 2 September 2010 pukul 16.49
www.sinergioptima.com diakses pada tanggal 2 September 2010 pukul 16.49
www.consultanthr.com diakses pada tanggal 2 September 2010 pukul 15.03