Dokumen ini membandingkan pendekatan sistem sentralistis dan desentralistis dalam konteks pendidikan. Sistem sentralistis meletakkan seluruh kewenangan di pemerintah pusat, sementara sistem desentralistis melimpahkan kewenangan untuk membuat keputusan ke tingkat daerah. Kedua sistem memiliki kelebihan dan kekurangan, tetapi sistem desentralistis terbukti mampu memenuhi tujuan politik, membangun partisipasi masyarak
1. KOMPARASI PENDEKATAN SISTEM SENTRALISTIS DAN
DESENTRALISTIS
oleh
1. Nessa Tesia Iggrid
2. Amril
PASCASARJANA JURUSAN PENDIDIKAN TEKNOLOGI KEJURUAN
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS NEGERI PADANG
2013
2. DEFINISI
Secara Etomologi sentralistis = pusat /
tengah ( bahasa Inggris).
Secara terminology sentralistis adalah
seluruh wewenang terpusat pada
pemerintah pusat.
3. LATAR BELAKANG
UNDANG – UNDANG NO 22 TAHUN 1999 MENGENAI OTONOMI DAERAH.
Yang mana wewenang untuk mengurus daerah mulai dirancang oleh masing-masing
daerah itu sendiri.
4. Sentralistis adalah seluruh wewenang terpusat pada
pemerintah pusat, daerah tinggal menunggu instruksi
dari pusat untuk melaksanakan kebijakan-kebijakan
yang telah digariskan menurut Undang- Undang.
Desentralistis adalah pendelegasian wewenang dalam
membuat keputusan dan kebijakan kepada orang-orang
pada level bawah ( daerah ).
5. kelebihan Sistem sentralisasi yaitu
:
1. Jaminan terbentuknya sistem yang holistik dan koheren di seluruh
tataran organisasi karena sifatnya yang standar dan terpusat.
2. Pertukaran data dan/atau informasi dapat dilakukan dengan mudah
karena keseragaman teknologi penyimpanan data primer maupun
sekunder.
3. Potensi terjadinya anarki karena fenomena tambal sulam dan
kesulitan membangun ‘interface´ dari sejumlah sistem yang tersebar
dapat direduksi seminimum mungkin dan lain sebagainya.
6. Dengan adanya sistem sentralisasi pendidikan
telah melahirkan berbagai fenomena berikut :
1. Totaliterisme penyelenggaraan pendidikan
2. Keseragaman manajemen, sejak dalam aspek perencanaan,
pengelolaan, evaluasi, hingga model pengembangan sekolah dan
pembelajaran.
3. Keseragaman pola pembudayaan masyarakat
4. Melemahnya kebudayaan daerah
5. Kualitas manusia yang robotic, tanpa inisiatif dan kreatifitas.
7. Kelemahan sistem sentralisasi adalah dimana
sebuah kebijakan dan keputusan pemerintah
daerah dihasilkan oleh orang-orang yang berada
di pemerintah pusat sehingga waktu untuk
memutuskan suatu hal menjadi lebih lama.
8. 6 kelemahan pelaksanaan sistem
disentralisasi
1. Keterbatasan kemampuan keuangan daerah dan masyarakat (orang tua) menjadikan menurunkan
motivasi dan kreatifitas tenaga kependidikan untuk melakukan pembaruan.
2. Meningkatnya kesenjangan anggaran pendidikan.
3. Biaya administrasi pendidikan meningkat.
4. Kebijakan pemerintah daerah yang tidak memperioritaskan pendidikan, secara kumulatif
berpotensi akan menurunkan pendidikan.
5. Penggunaan otoritas masyarakat yang belum tentu memahami sepenuhnya permasalahan dan
pengelolaan pendidikan yang pada akhirnya akan menurunkan mutu pendidikan.
6. Kesenjangan sumber daya pendidikan yang tajam di karenakan perbedaan potensi daerah yang
berbeda-beda. Mengakibatkan kesenjangan mutu pendidikan serta melahirkan kecemburuan sosial.
7. Terjadinya pemindahan borok-borok pengelolaan pendidikan dari pusat ke daerah.
9. Sistem Disentralisasi Pendidikan Juga Telah
Membuktikan Keberhasilan antara lain :
1. Mampu memenuhi tujuan politis.
2. Mampu membangun partisifasi masyarakat sehingga
melahirkan pendidikan yang relevan.
3. Mampu menyelenggarakan pendidikan kondusif.
10. Contoh kasus :
Sistem Sentralistis Pendidikan : Kegiatan Ujian Nasional
Sistem Desentralistis Pendidikan : kegiatan Ujian Sekolah