2. 1. Stratifikasi Sosial
2
Stratifikasi sosialberasal dari istilah “Social Stratification”
yang berarti sistem berlapis-lapis dalam masyarakat; kata
Stratificatio n berasal dari stratum (jamaknya : strata)
yang berarti lapisan; stratifikasi sosial adalah pembedaan
penduduk atau masyarakat kedalam kelas-kelas secara
bertingkat (hierarkis) (Moeis, 2008).
PitrimA. Sorokin: “Pembedaan penduduk atau
masyarakat ke dalam kelas-kelas secara bertingkat, yang
diwujudkan dalam kelas tinggi, kelas sedang, dan kelas
rendah dengan ditandai oleh adanya ketidakseimbangan
dalam pembagian antara hak dan kewajiban serta
tanggung jawab individu dan kelompok di dalam suatu
sistem sosial”.
3. 3
Soerjono Soekamto: “ Pembedaan posisi seseorang
atau kelompok dalam kedudukan berbeda-beda
secara vertikal baik pada masyarakat tradisional
maupun masyarakat modern yang heterogen atas
dasar kedudukan yang diperoleh melalui
perjuangannya untuk melangsungkan interaksinya
dalam masyarakat”.
PaulB. HortondanChesterL. Hunt : “Sistem
perbedaan status yang berlaku dalam suatu
masyarakat”.
4. 4
Robert M.Z. Lawang: “Penggolongan orang-orang
termasuk dalam suatu sistem sosial tertentu ke dalam
lapisan-lapisan hirarkis menurut dimensi kekuasaan,
privilese dan prestise”.
HortondanHorton: “Sistem pembedaan status yang
berlaku dalam suatu masyarakat”.
BruceJ. Cohen: “Sistem yang menempatkan
seseorang sesuai dengan kualitas yang dimiliki dan
menempatkan mereka pada kelas sosial yang
sesuai”.
5. 5
AstridS. Susanto : “Hasil kebiasaan hubungan antar
manusia dan tersusun sehingga setiap orang, setiap
saat mempunyai situasi yang menentukan
hubungannya dengan orang secara vertikal maupun
mendatar dalam masyarakatnya”.
Dari beberapa pengertian/definisi stratifikasi sosial di
atas, dapat disimpulkan 3 hal, yaitu:
1. Adanya penggolong-golongan manusia secara bertingkat
(hierarchis)
2. Dasar penggolongannya adalah kedudukan atau status sosial
yang dimiliki oleh sesorang atau sekelompok orang.
3. Akibat penggolong-golongan tersebut adalah perbedaan antara
hak, kesempatan dan kewajiban.
6. 2. Timbulnya Stratifikasi Sosial
6
Karena adanyasistempenilaianataupenghargaan
terhadap berbagai hal dalam masyarakat tersebut;
berkenaan dengan potensi, kapasitas atau
kemampuanmanusiayang tidak sama satu dengan
yang lain, dengan sendirinya sesuatu yang dianggap
bernilai atau berharga itu juga menjadi keadaan yang
langka, orang akan senantiasa meraih penghargaan
itu dengan sekuat tenaga baik melalui persaingan
bahkan tidak jarang dengan melalui konflik fisik
(Moeis, 2008).
7. 7
Herdiyanto (2005), stratifikasi sosial terjadi melalui
proses sebagai berikut:
1. Terjadinyasecaraotomatis, karena faktor-faktor yang
dibawa individu sejak lahir. Misalnya, kepandaian, usia,
jenis kelamin, keturunan, sifat keaslian keanggotaan
seseorang dalam masyarakat.
2. Terjadi dengansengajauntuktujuanbersama. Biasanya
dilakukan dalam pembagian kekuasaan dan wewenang
yang resmi dalam organisasi-organisasi formal, seperti:
pemerintahan, partai politik, perusahaan, perkumpulan,
angkatan bersenjata.
8. 3. Kriteria dasar Stratifikasi Sosial.
8
Moeis (2008) : (1).Kekayaan : “Ukuran ini dapat berupa
kebendaan, barang siapa yang memiliki kekayaan
paling banyak, orang-orang itu termasuk lapisan paling
atas.Kekayaan tersebut, misalnya dapat dilihat dari
tempat tinggal, kendaraan-kendaraan, pakaian yang
dikenakan, kebiasaan dalam mencukupkan kebutuhan
rumah tangga, yang semuanya itu dianggap sebagai
status simbol kedudukan seseorang”.
(2). Kekuasaan : “Barang siapa yang memiliki
kekuasaan atau yang mempunyai wewenang terbesar,
maka orang itu menempati lapisan tertinggi dalam
masyarakat”.
9. 9
(3). Kehormatan : “Ukuran ini mungkin terlepas dari ukuran-
ukuran kekayaan dan kekuasaan, ukuran semacam ini biasanya
hidup pada bentuk-bentuk masyarakat yang masih tradisional,
orang-orang yang bersangkutan adalah individu yang dianggap
atau pernah berjasa besar dalam masyarakat, orang atau orang-
orang yang paling dihormati atau yang disegani, ada dalam
lapisan atas”.
(4). Ilmu Pengetahuan : “Ukuran ini biasanya dipakai oleh
masyarakat-masyarakat yang menghargai ilmu pengetahuan.
Akan tetapi ada kalanya ukuran tersebut menyebabkan akibat-
akibat yang negatif, oleh karena kemudian ternyata bahwa bukan
mutu ilmu pengetahuan yang dijadikan ukuran, akan tetapi gelar
kesarjanaannya”.
10. 10
Herdiyanto (2005) : “ menambah satau lagi
kriteriteria dalam straftifikasi sosial yaitu :
“Keturunan” adalah : Ukuran keturunan
terlepas dari ukuran kekayaan atau
kekuasaan.Keturunan yang dimaksud adalah
keturunan berdasarkan golongan
kebangsawanan atau kehormatan. Kaum
bangsawan akan menempati lapisan atas
seperti gelar : Andi di masyarakat Bugis,Raden
di masyarakat Jawa,Tengku di masyarakat
Aceh, dsb.
11. 3.Sifat-sifat stratifikasi.
11
Menurut Herdiyanto(2005), SoerjonoSoekanto
membedakan lapisan sosial berdasarkan
sifatnya, yaitu:
1. Stratifikasi Sosial Tertutup (ClosedSocial Stratification)
Stratifikasi ini adalah : “Stratifikasi dimana anggota dari setiap
strata sulit mengadakan mobilitas vertikal.Walaupun ada mobilitas
tetapi sangat terbatas pada mobilitas horizontal saja”. Contoh:
Sistem kasta. Kaum Sudra tidak bisa pindah posisi naik dilapisan
Brahmana. Rasialis. Kulit hitam (negro) yang dianggap di posisi
rendah tidak bisa pindah kedudukan di posisi kulit putih. Feodal.
Kaum buruh tidak bisa pindah ke posisi juragan/majikan.
12. 12
2. Stratifikasi Sosial Terbuka (OpenedSocial
Stratification) “Stratifikasi ini bersifat dinamis
karena mobilitasnya sanga besar. Setiap
anggota strata dapat bebas melakukan
mobilitas sosial, baik vertikal maupun
horizontal”. Contoh: Seorang miskin karena
usahanya bisa menjadi kaya, atau
sebaliknya.Seorang yang tidak/kurang
pendidikan akan dapat memperoleh pendidikan
asal ada niat dan usaha.
13. 13
3. Stratifikasi Sosial Campuran : “Stratifikasi sosial
campuran merupakan kombinasi antara
stratifikasi tertutup dan terbuka”. Misalnya,
seorang Bali berkasta Brahmana mempunyai
kedudukan terhormat di Bali, namun apabila ia
pindah ke Jakarta menjadi buruh, ia memperoleh
kedudukan rendah. Maka, ia harus menyesuaikan
diri dengan aturan kelompok masyarakat di
Jakarta.
14. 3.1. Kelebihan Stratifikasi Sosial
Tertutup
Masyarakatnya stabil atau konflik antar
strata hampir tidak ada karena menerima
kedudukan yang telah diperoleh tanpa
usaha itu (ascribe d status ), walaupun
kedudukan itu tidak menguntungkan.
Tujuan kehidupan masyarakat akan lebih
mudah tercapai,terutama untuk
pemenuhan kebutuhan hidupnya
15. 3.1.1. Kelemahan stratifakasi
sosial tertutup
Masyarakatnya statik dan apatis.
MENGAPA?
tidak mungkin untuk melakukan
perubahan stratifikasi sosial yang telah
ada dan yang digunakan oleh masyarakat
sebelumnya
16. 3.2. Keuntungan Stratifikasi Sosial
Terbuka
1. Memberi motivasi kepada setiap
anggota masyarakat untuk berusaha
2. Memberi kesempatan kepada setiap
anggota masyarakat untuk berusaha
3. Pendistribusian kedudukan secara
proporsional
17. 3.2.1. Kelemahan Stratifikasi Sosial Terbuka
1. Munculnya persaingan yang tidak
sehat
2. Kelas atas berpeluang lebih luas
untuk status quo
3. Peluang konflik antar kelas lebih
besar
18. 4. Unsur-unsur Lapisan
Masyarakat
18
Selo Soemardjan(1964), seorang tokoh sosiologi
Indonesia, menyatakan bahwa hal yang mewujudkan
unsur-unsur dalam teori sosiologi tentang sistem
berlapis lapis dalam masyarakat, adalah kedudukan
(status) danperanan(role).
Kedudukan dan peranan ini merupakan unsur-unsur
baku dalam sistem berlapis-lapis, juga mempunyai arti
yang penting bagi sistemsosial masyarakat.
RalphLinton(1967) mengartikan sistemsosial itu
sebagai pola-pola yang mengatur hubungan timbal
balik antar individu dalam masyarakat dan antar
individu dengan masyarakatnya, dan tingkah laku
individu-individu tersebut.
19. 19
Dalam hubungan-hubungan timbal balik tersebut,
kedudukan dan peranan individu mempunyai arti
yang penting, karena keberlangsungan hidup
masyarakat tergantung daripada keseimbangan
kepentingan kepentingan individu-individu termaksud
(Moeis, 2008)
20. 4.1. Kedudukan (Status)
20
Kedudukan, sebagaimana lazim
dipergunakan, mempunyai dua arti :
1. Secaraabstrak, kedudukanberarti : tempat
seseorang dalam suatu pola tertentu; dengan
demikian seseorang dikatakan memiliki beberapa
kedudukan, oleh karena seseorang biasanya ikut
serta dalam berbagai pola-pola kehidupan. Ex:
kedudukan A sebagai warga masyarakat
merupaka kombinasi dari segenap
kedududukannya sebagai guru, ayah, kepala
sekolah, suami dsb.
21. 21
2. Apabiladipisahkandariindividuyang
memilikinya, kedudukan hanya merupakan
kumpulan hak-hak dan kewajiban-kewajiban
termaksud hanya dapat terlaksana melalui
perantaraan individu-individu, maka agak sukar
untuk memisahkannya secara tegas dan kaku. Ex
: Hubungan pengemudi dengan tempat
mengemudi, tempat mengemudi adalah alat tetap
untuk mengemudikan mobil, sedangkan
pengemudinya dapat digantikan oleh orang lain,
yang mungkin akan dapat menjalankan mobil
tersebut secara lebih baik atau lebih buruk.
22. 22
Menurut Anonimous (2010), dalam masyarakat, sekurangnya
ada tiga macam kedudukan, yaitu :
1. AscribedStatus : “Merupakan status yang diperoleh seseorang
secara alamiah”, misalnya: Status perbedaan usia (ag e
stratificatio n),Stratifikasi berdasarkan jenis kelamin (gender) (se x
stratificatio n),Status yang didasarkan pada sistem
kekerabatan,Stratifikasi berdasarkan kelahiran (bo rn
stratificatio n),Stratifikasi berdasarkan kelompok tertentu
(g ro uping stratificatio n).
2. AchievedStatus : “Merupakan status seseorang yang
disandangnya karena diperoleh melalui perjuangan”. Contoh
model ini adalah: Stratifikasi berdasarkan jenjang pendidikan
(e ducatio n stratificatio n),Stratifikasi berdasarkan senioritas
(se nio rity stratificatio n),Stratifikasi di bidangpekerjaan (jo b
stratificatio n),Stratifikasi di bidang ekonomi (e co no m ic
stratificatio n)
23. 23
3. AssignedStatus : “Yaitu status sosial yang diperoleh
seseorang atau sekelompok orang karena pemberian, akan
tetapi dimasukkan ke dalam achie ve d status .
24. 4.2. Peranan (Role)
24
Peranan(role) merupakanaspekdinamis dari
kedudukan(status), dimana apabila seseorang
melaksanakan hak-hak serta kewajiban-
kewajibannya sesuai dengan kedudukannya maka
orang itu telah menjalankan suatu peran.
Peranan dan kedudukan (Status) itu saling
melengkapi, kedua-duanya tidak dapat dipisahkan,
oleh karena yang satu tergantung pada yang lain dan
demikian sebaliknya.
Yang membedakan dari keduanya adalah
menyangkut proses, harus ada kedudukan (Status)
terlebih dahulu baru kemudian ada peranan,
keadaan ini tidak bisa terbalik.
25. 25
Pentingnya peranan adalah : “Bahwa hal itu
mengatur perikelakuan seseorang, dan juga bahwa
peranan menyebabkan seseorang pada batas-batas
tertentu dapat meramalkan perbuatan-perbuatan
orang lain, sehingga dengan demikian, orang yang
bersangkutan akan dapat menyesuaikan
perikelakuan sendiri dengan perikelakuan orang-
orang sekelompoknya”. (Moeis, 2008)
26. 4.2.1. Peran Dalam Masyarakat
Setiap individu mempunyai peran yang
senantiasa berhubungan dengan beberapa
peran yang lain yang kemudian disebut “ se t
o f ro le ”.
Misal ; mahasiswa harus berhubungan orang
lain yang berperan sebagai dosen, petugas
administrasi, pimpinan fakultas, penjaga parkir
dan sebagainya.
27. 4.2.2. Beberapa hal yang berhubungan dengan
peran
1. Peran-peran tertentu harus dilaksanakan
kalau struktur masyarakat hendak
dipertahankan kelangsungannya
2. Peran seyogyanya dilekatkan kepada
individu yang oleh masyarakat dianggap
mampu untuk melaksanakannya. Oleh karena
itu mereka ini harus dilatih terlebih dulu
28. 3. Dalam masyarakat kadang dijumpai individu yang tak
mampu melaksanakan perannya sebagaimana
diharapkan masyarakat ro le distance (pemisahan
individu dengan perannya)
terjadi apabila individu merasa tertekan karena merasa
dirinya tidak sesuai untuk melaksanakan peran yang
diharapkan masyarakat)
4. Apabila semua orang sanggup dan mampu
melaksanakan perannya, belum tentu masyarakat akan
memberikan kesempatan yg luas bagi semua orang
29. 5. Prespektif Sosiologi Tentang
Stratifikasi Sosial
Perlukah Stratifikasi sosial atau pembedaan
anggota masyarakat ke dalam berbagai kelas
sosial itu ?
Jawaban atas pertanyaan ini sifatnya relatif:
tergantung darimana sudut kita melihatnya dan
pendekatan macam apa yang kita jadikan titik
acuan.
30. 6. Perspektif Stratifikasi
sosial
1. Perspektif/Pendekatan Fungsional
menjawab bahwa pelapisan sosial adalah
sesuatu yang inheran dan diperlukan demi
kelangsungan sistem.
2. Perspektif/Pendekatan Konflik
menjawab sebaliknya dan menyatakan
bahwa timbulnya pelapisan sosial
sesungguhnya hanyalah ulah kelompok-
kelompok elit masyarakat yang berkuasa
untuk mempertahankan dominasinya.
31. 7. Perbedaan Asumsi
1. Pendekatan Fumgsional
bertumpu kepada tradisi konservatif yang melihat stratifikasi
penting untuk memenuhi ”kebutuhan sosial” masyarakat secara
keseluruhan.
Pandangan fungsional ini yakin bahwa tanpa adanya pelapisan
sosial, masyarakat justru akan kacau karena akan ada peran-
peran sosial tertentu yang mengalami kekosongan pelaksana
atau pemeran.
2. Pendekatan Konflik
mempertanyakan eksistensi dan makna dari pengertian
“kebutuhan sosial”.
Penganut pendekatan ini umumnya curiga bahwa di balik alasan
bahwa pelapisan sosial itu dibutuhkan bagi kelangsungan
sistem sosial sebenarnya merupakan kamuflase dari
kebutuhan-kebutuhan untukmemperoleh barang dan jasa yang
bernilai dan langka.
32. 7.1. Pendekatan Fungsional
PelopornyaadalahKingsleyDavis danWilbert Moore.
stratifikasi dibutuhkan demi kelangsungan hidup masyarakat
yang membutuhkan pelbagai macam jenis pekerjaan
pelapisan sosial itu perlu ada agar masyarakat berfungsi,
berbagai lapisan dalam masyarakat bergerak bersama untuk
menjamin terpenuhinya kebutuhan masyarakat
Sistem pelapisan sebagai suatu ganjaran (atau hukuman) bagi
pelayanan yang diberikan agar memperlancar masyarakat
berfungsi.
Bagi penganut pendekatan fungsional stratifikasi sosial sebagai
suatu “keperluan”. yang muncul dari kebutuhan masyarakat
untuk menempatkan orang ke dalam posisi yang membentuk
stuktur sosial, dan mendorong agar menjalankan tugas yang
berhubungan dengan posisi tersebut.
33. 7.1.2. Dua hal yang harus dilakukan masyarakat
agar stratifikasi sosial dapat berfungsi optimal
Masyarakat harus menanamkan keinginan untuk
mengisi posisi-posisi tertentu pada individu-
individu yang sesuai untuk itu.
Setelah orang-orang merasa pada posisi-posisi
itu, masyarakat harus menanamkan keinginan
untuk menjalankan peranan yang sesuai dengan
posisi tersebut.
34. 8. Pendekatan Konflik
PelopornyaKarlMarx,
pendekatan konflik berpandangan bahwa bukan
kegunaan fungsional yang menciptakan stratifikasi
sosial, melainkan dominasi kekuasaan.
Artinya, adanya pelapisan sosial bukan dipandang
sebagai hasil konsensus--karena semua anggota
masyarakat menyetujui dan membutuhkan hal itu--
tetapi lebih dikarenakan anggota masyarakat terpaksa
harus menerima adanya perbedaan itu sebab mereka
tidak memiliki kemampuan untuk menentangnya.
35. 8.1. Bagi penganut pendekatan konflik
► Pemberian kesempatan yang tidak sama dan semua
bentuk diskriminasi dinilai menghambat orang-orang
dari strata rendah untuk mengembangkan bakat dan
potensi mereka semaksimal mungkin.
► Marx mengemukakan bahwa dasar pembentukan
kelas sosial bukanlah konsensus, tetapi penghisapan
suatu kelas oleh kelas lain yang lebih tinggi.
► Menurut Marx, di dalam masyarakat kapitalis, para
pemilik sarana produksi pada hakekatnya adalah wakil
dari kelas atas yang melakukan tekanan serta dapat
memaksakan kontrol terhadap kelas buruh yang
posisinya dalam lapisan masyarakat lebih rendah .
36. 9. Menurut Zanden ada tiga pendekatan
untuk mempelajari stratifikasi sosial.
1. PendekatanObyektif
Artinya, usaha untuk memilah-milah
masyarakat ke dalam beberapa lapisan
dilakukan menurut ukuran-ukuran yang
obyektif berupavariabel yang mudah diukur
secara kuantitatif
Beberapa pakar demografi, misalnya,
sering membagi masyarakat menurut kategori
umur, tingkat pendidikan atau perbedaan
besar penghasilan
37. 2. PendekatanSubyektif
Artinya, munculnya pelapisan sosial dalam masyarakat
tidak diukur dengan kriteria-kriteria yang obyektif,
melainkan dipilih menurut kesadaran subyektif warga
masyarakat itu sendiri.
Berbeda dengan pendekatan obyektif dimana peneliti bisa
menyusun kategori statistik,
untuk pendekatan subyektif yang tersusun adalah kategori
sosial yang ditandai oleh kesadaran jenis. Seseorang yang
menurut kriteria obyektif termasuk miskin, menurut
pendekatan subyektif ini bisa saja dianggap tidak miskin
kalau ia sendiri memang merasa bukan termasuk
kelompok masyarakat miskin.
38. 3. PendekatanReputational
Artinya, pelapisan sosial disusun dengan cara subyek
penelitian diminta menilai status orang lain dengan
jalan menempatkan orang lain tersebut ke dalamsuatu
skala tertentu.
Misal:
Untukmencari siapakah di desa tertentu yang
termasukkelas atas, peneliti yang menggunakan
pendekatan reputational bisa melakukannya dengan
cara menanyakan kepada warga desa tersebut
siapakah warga desa setempat yang paling kaya atau
menanyakan siapakah warga desa setempat yang
paling mungkin diminta pertolongan meminjamkan
uang dan sebagainya.
39. 5. Fungsi
39
Herdiyanto (2005), stratifikasi sosial dapat berfungsi
sebagai berikut :
1. Distribusi hak-hak istimewa yang obyektif, seperti
menentukan penghasilan,tingkat kekayaan, keselamatan
dan wewenang pada jabatan/pangkat/kedudukan
seseorang.
2. Sistem pertanggaan (tingkatan) pada strata yang diciptakan
masyarakat yang menyangkut prestise dan penghargaan,
misalnya pada seseorang yang menerima anugerah
penghargaan/gelar/kebangsawanan, dan sebagainya.
3. Kriteria sistem pertentangan, yaitu apakah didapat melalui
kualitas pribadi,keanggotaan kelompok, kerabat tertentu,
kepemilikan, wewenang atau kekuasaan.
40. 40
4. Penentu lambang-lambang (simbol status) atau
kedudukan, seperti tingkah laku, cara berpakaian dan
bentuk rumah.
5. Tingkat mudah tidaknya bertukar kedudukan.
6. Alat solidaritas diantara individu-individu atau kelompok
yang mendudukisistem sosial yang sama dalam
masyarakat.
41. 6.Referensi
41
Sunarto Kamanto, pengantar Sosiologi : Sebuah bunga rampai. Jakarta:
yayasan obor indonesia.
Sunarto Kamanto, pengantar Sosiologi : lembaga penerbit FEUI. Jakarta
Anonimous.2010. Stratifikasi Sosial dan Diferensiasi Sosial.Universitas
Pendidikan Indonesia.
Moeis, S. 2008. Buku Ajar Struktur Sosial:Stratifikasi Sosial. Universitas
Pendidikan Indonesia: Bandung.
Herdiyanto, A. 2005.Diferensiasi Sosial dan Stratifikasi Sosial.Diakses pada
tanggal 10 April 2014 dari
http://110.139.54.25/dir/data pdf/DIFERENSIASI SOSIAL DAN STRATIFIKASI S
.
Singgih, D. S. 2014. Prosedur Analisis Stratifikasi Sosial dalam Perspektif
Sosiologi. Universitas Airlangga.