Makalah ini membahas tentang penentuan skor dan pengolahan data hasil pengukuran dan penilaian. Terdapat penjelasan tentang Penilaian Acuan Patokan (PAP) dan Penilaian Acuan Norma (PAN) serta perbedaan dan persamaannya. Juga dijelaskan teknik pengolahan hasil tes, cara memberi skor mentah, skor total, dan konversi skor.
PENENTUAN SKOR DAN MENGOLAH DATA HASIL PENGUKURAN DAN PENILAIAN
1. TUGAS MAKALAH
PENENTUAN SKOR DAN MENGOLAH DATA HASIL
PENGUKURAN DAN PENILAIAN
Tugas ini Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Evaluasi dan
Penilaian Hasil Belajar Kimia
Dosen pengampu : Makharany Dalimunthe, M.Pd
DISUSUN
OLEH
1. Indah Santika (4171131017)
2. Linda Rosita (4173131020)
3. Febe Karen (4173131014)
4. Gilbert Alberto (4173331022)
5. Reina Intan Aprila (4173331040)
Kelompok : I (SATU)
Kelas : Kimia Dik B 2017
Jurusan : Kimia
Program : S-1 Pendidikan
PROGRAM STUDI S1 PENDIDIKAN KIMIA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
2019
2. DAFTAR ISI
Kata Pengantar
BAB IPENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah............................................................................... 1
B. Rumusan Masalah........................................................................................ 1
C. Tujuan........................................................................................................... 1
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Penilaian........................................................................................................ 2
B. Teknik Pengolahan Hasil Tes....................................................................... 3
C. Skor Total .................................................................................................... 5
D. Konversi Skor .............................................................................................. 5
E. Pengolahan Data Hasil Tes : PAP dan PAN .............................................. 6
F. Persamaan dan Perbedaan PAP dan PAN.................................................... 7
BAB III PEMBAHASAN
A. Penilaian Acuan Patokan (PAP)................................................................... 9
B. Penilaian Acuan Patokan (PAP)................................................................... 12
BAB IV PENUTUP
A. Kesimpulan.................................................................................................... 15
B. Saran ............................................................................................................ 16
DAFTAR PUSTAKA........................................................................................... 17
3. KATA PENGANTAR
Alhamdulillah puji syukur kami panjatkan kehadirat AllahSWT, karena atas berkah
dan rahmat-Nya kami bisa menyelesaikan makalah kami ini, tak lupa pula shalawat
berangkaikan salam kami hadiahkan kepada putra Abdullah buah hati Aminah ialah Nabi
besar kita Muhammad SAW, yang selalu kita harapkan syafaatnya di hari kelak, dan semoga
kita menjadi salah satu orang yang mendapatkannya kelak. Amin.
Kami menyadari bahwa dalam proses penyelesaian makalah ini tidak terlepas dari
peran dan sumbangsih pemikiran serta intervensi dari banyak pihak. Karena itu dalam
kesempatan ini, kami ingin menyampaikan terima kasih dan penghargaan sedalam-
dalamnyakepada semua pihak yang membantu kami dalam menyelesaikan penulisan makalah
ini yang tidak dapat kami sebutkan satu per satu.
Terima kasih juga kami ucapkan kepada dosen mata kuliah Evaluasi dan Penilaian
Hasil Belajar Kimia yang telah membimbing kami sehingga kami bisa menyelesaikan
makalah ini, dengan selesainya makalah ini kami berharap agar makalah ini nantinya bisa
menjadi bukti bahwa kami telah menyelesaikan tugas makalah pada 25 November 2019
Semoga makalah ini bermanfaat. Amin.
Kami menyadari bahwa dalam makalah ini masih terdapat banyak kekurangan dan
jauh dari kesempurnaan sehingga kritik dan saran yang membangun sangat kami harapkan.
Semoga makalah ini bermanfaat. Amin.
Medan, 25 November 2019
TIM PENYUSUN
4. BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Sebagai calon pendidik kita dituntut untuk bisa berkerja seprofesional mungkin, untuk
menjadi guru yang profesianal kiata di tuntut untuk menguasai hal-hal yang berkaitan
dengan proses kegiatan pembelajaran. dalam proses pembelajaran guru diharapkan mampu
menilai peserta didiknya seobjektif mungkin atau sesuai dengan kemampuan si anak,
sehingga tidak menimbulkan kontrofersi dalam penilaian tersebut.
Pada penilaian hasil belajar ada standarisasi tersendiri agar penilaian tersebut tidak
menimbulkan kontrofersi. Kita mengenal Penilaian acuan Patokan (PAP) dan Penilaian
Acuan Norma (PAN). Dua acuan penilaian inilah yang akan kita bahas pada makalah ini.
B. Rumusan Masalah
1. Apa itu Penilaian Acuan Patokan (PAP) ?
2. Apa itu Penilaian Acuan Norma (PAN) ?
3. Apa persamaan dan Perbedaan PAN dan PAP ?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui apa itu Penilaian Acuan Patokan (PAP)
2. Untuk mengetahui apa itu Penilaian Acuan Norma (PAN)
3. Untuk Mengetahui persamaan dan Perbedaan PAN dan PAP
5. BAB II
TINJAUAN TEORITIS
A. Penilaian
Penilaian atau asesmen merupakan kegiatan pengumpulan insformasi hasil belajar peseta
didik secara berkesinambungan menetapkan apakah peseta didik telah menguasai kompetensi
yang ditetapkan oleh kurikulum. Berdasarkan data dan informasi yang telah diperoleh
seorang guru dapat memberikan keputusan terhadap prestasi peseta didiknya.
Setelah data dan informasi peseta didik terkumpul, baik secara langsung mapun tidak
langsung maka langkah selanjutnya adalah melakukan pengolahan data (hasil penilaian).
Mengolah data berarti memberikan nilai dan makna terhadap data yang sudah dikumpulkan
sebagaimana dikatakan oleh Carl H. Witherington (1952) “an evaluation is a declaration that
samething has or does not have value”. Jika datanya tentang prestasi belajar, berarti
pengolahan data tersebut memberi nilai kepada peserta didik berdasarkan kualitas hasil
pekerjaannya.
Penilaian harus memberikan sumbangan positif terhadap pecapaian belajar peserta didik.
Hasil penilaian tentunya harus dapat dinyatakan dan dirasakan sebagai penghargaan kepada
peserta didik yang berhasil atau sebagai pemicu semangat belajar bagi peserta didik yang
masih harus berjuang memperoleh keberhasilan (Sudjatmiko dan Lili Nurlaili, 2003: 18).
Fenomena yang terjadi banyak guru (evaluator) yang sudah mengumpulkan data hasil tes
dari peserta didiknya, namun belum tahu bagaimana mengolahnya sehingga data tersebut
menjadi mubadzir, data tanpa makna. Sebaliknya jika ada data yang relative sedikit, tetapi
sudah mengetahui cara pengolahannya maka data tersebut akan mempunyai makna.
(Mariana, 2003).
Agar data yang terkumpul memiliki makna, guru sebagai evaluator harus benar-benar
menguasai bagaimana cara memberikan skor yang baik dan benar-benar dilakukan secara adil
sehingga tidak merugikan berbagai pihak. Mengingat begitu pentingnya pengolahan data dan
informasi yang kemudian akan memberikan makna terhadap peserta didik maka dalam
makalah ini akan mencoba memberikan pemaparan tentang “Bagaimana Pengolahan Hasil
Penilaian” yang harus dilakukan oleh seorang evaluator, agar dalam pelaksanaan penilaian
dapat dilakukan dengan benar sehingga tidak membawa kerugian kepada semua pihak.
6. Sebagaimana diamanahkan oleh Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem
Pendidikan Nasional, bahwa agar mutu pendidikan terjamin kegiatan evaluasi adalah bagian
yang tidak terpisahkan dari kegiatan pembelajaran. Tentang penilaian juga diatur di Peraturan
Pemerintah RI Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan bahwa penilaian
merupakan proses pengumpulan informasi dalam rangka mengukur pencapaian hasil belajar
peserta didik. Tanggung jawab itu tentu harus dilakukan oleh guru ketika memberikan
penilaian dan mengolah nilai berdasarkan data dan informasi terhadap peserta didik secara
obyektif sehingga tidak melakukan kesalahan.
B. Teknik Pengolahan Hasil Tes
Menurut Zainal Arifin (2006) dalam mengolah data hasil tes, ada 4 (empat) langkah
pokok yang harus ditempuh, yaitu:
Menskor, yaitu memberi skor terhadap hasil tes yang dapat diperoleh oleh peserta
didik. Untuk memperoleh skor mentah diperlukan tiga jenis alat bantu yaitu kunci
jawaban, kunci skoring dan pedoman konversi.
Mengubah skor mentah menjadi skor standard sesuai dengan norma tertentu.
Mengkonversikan skor standar ke dalam nilai baik berupa huruf maupun angka.
Melakukan analisis soal (jika diperlukan) untuk mengetahui derajat validitas dan
reliabilitas soal, tingkat kesukaran soal (difficulty index), dan daya pembeda.
Setelah melaksanakan kegiatan tes dan lembar pekerjaan peserta didik telah diperiksa
kebenaran, kesalahan dan kelengkapannya langkah selanjutnya adalah menghitung skor
mentah untuk setiap peserta didik berdasarkan rumus-rumus tertentu dan bobot setiap soal.
Kegiatan ini harus dilakukan dengan ekstra hati-hati karena menjadi dasar bagi kegiatan
pengolahan hasil tes sampai menjadi nilai prestasi. Sebelum melakukan tes, guru harus sudah
menyusun pedoman pemberian skor. Pedoman penskoran sangat penting disiapkan terutama
bentuk soal esai. Hal ini dimaksudkan untuk meminimalisir subyektivitas penilai.
Begitu juga ketika melakukan tes domain afektif dan psikomotor peserta didik , karena
harus ditentukan ukuran-ukuran sikap dan pilihan tindakan dari peserta didik dalam
menguasai kompetensi yang telah ditetapkan. Rumus penskoran yang digunakan bergantung
pada bentuk soalnya, sedangkan bobot (weight) bergantung pada tingkat kesulitan (difficulty
indek), sebagai misal sukar, sedang dan mudah. Untuk lebih jelasnya kami paparkan cara-
cara pengolahan hasil evaluasi sebagai berikut:
7. a Cara Memberi Skor Mentah untuk Tes Uraian
Dalam bentuk uraian skor mentah dicari dengan menggunakan system bobot, system
bobot itu sendiri dibagi dua cara, yaitu:
1) Bobot dinyatakan dalam system skor maksimum sesuai dengan tingkat kesukarannya.
Sebagai missal untuk soal yang mudah skor maksimumnya adalah 6, untuk skor yang
sedang skor maksimumnya 7 dan untuk skor yang tergolong sulit diberi skor
maksimum 10. Dengan demikian ketika menggunakan cara ini peserta didik tidak
mungkin mendapatkan skor 10.
2) Bobot dinyatakan dalam bilangan-bilangan tertentu sesuai dengan tingkat kesukaran
soal. Sebagai contoh; soal mudah diberi bobot 3, soal sedang diberi bobot 4 dan soal
yang sulit diberi bobot 5. Dengan menggunakan cara ini memungkinkan peserta didik
mendapatkan skor 10.
b Cara Memberikan Skor Mentah untuk Tes Objektif
Ada dua cara untuk memberikan skor pada soal tes bentuk objektif, yaitu:
1) Tanpa menggunakan rumus tebakan (Non Guessing Formula)
Cara ini digunakan apabila soal belum diketahui tingkat kebaikannya.Caranya
adalah dengan menghitung jumlah jawaban yang betul saja, setiap jawaban betul
diberi skor 1 dan jawaban salah diberi skor 0.
Jadi, skor = jumlah jawaban yang betul.
2) Menggunakan Rumus Tebakan (Guessing Formula)
Rumus ini digunakan apabila soal-soal tes itu sudah pernah diujicobakan dan
dilaksanakan sehingga dapat diketahui tingkat kebenarannya. Adapun rumus-rumus
tebakan tersebut adalah;
a Untuk item bentuk benar-salah (true-false)
Rumus: S = ∑B - ∑S
Keterangan: S = skor yang dicari
∑B = jumlah jawaban yang benar
∑S = jumlah jawaban yang salah
8. b Untuk item bentuk pilihan-ganda (multiple choice)
Rumus: S = ∑B - ∑S
n – 1
Keterangan: S = skor yang dicari
∑B = jumlah jawaban yang benar
∑S = jumlah jawaban yang salah
n = jumlah alternative jawaban yang disediakan
1 = bilangan tetap
c Untuk soal bentuk menjodohkan (matching)
Rumus: S = ∑B
Keterangan: S = skor yang dicari
∑B = jumlah jawaban yang benar
d Untuk soal bentuk jawaban singkat (short answer) dan melengkapi (completion)
Rumus: S = ∑B
Keterangan: S = skor yang dicari
∑B = jumlah jawaban yang benar
C. Skor Total (Total Score)
Skor total adalah jumlah skor yang diperoleh dari seluruh bentuk soal setelah diolah
dengan rumus tebakan (guessing formula) (Zainal Arifin, 2009: 231). Ketika misalnya
mengambil contoh di atas maka skor total siswa adalah 20 + 6 + 5 + 7 = 38. Skor ini
merupakan skor mentah (raw score). Langkah selanjutnya adalah mengolah skor mentah
tersebut menjadi nilai-nilai jadi.
D. Konversi Skor
Konversi skor adalah proses transformasi skor mentah yang dicapai peserta didik ke
dalam skor terjabar atau skor standar untuk menetapkan nilai hasil belajar yang telah
diperoleh (Safari, 2003).
9. a. Cara Memberi Skor untuk Skala Sikap
Data penilaian sikap bersumber dari catatan harian peserta didik berdasarkan pengamatan
atau observasi para evaluator. Data hasil pengamatan tersebut kemudian dilengkapi dengan
hasil penilaian berdasarkan pertanyaan langsung dan laporan pribasi.
b. Cara Memberi Skor untuk Domain Psikomotor
Dalam domain psikomotor yang diukur adalah penampilan dan kinerja.untuk
mengukurnya dapat dilakukan dengan cara menggunakan tes tindakan melalui simulasi,
unjuk kerja atau tes identifikasi. Salah satu instrument yang dapat digunakan adalah skala
penilaian yang terentang dari sangat baik (5), baik (4), cukup baik (3), kurang baik (2),
sampai pada hasil tidak baik (1).
E. Pengolahan Data Hasil Tes: PAP dan PAN
Setelah diperoleh skor setiap peserta didik, guru hendaknya tidak tergesa-gesa
menentukan prestasi belajar (nilai) peserta didik yang didasarkan pada angka yang diperoleh
setelah membagi skor dengan jumlah soal, karena cara tersebut dianggap kurang
proporsional. Misalnya, seorang peserta didik memperoleh skor 60, sementara skala yang
digunakan untuk mengisi buku rapor adalah skala 0 – 10 atau skala 0 – 5, maka skor tersebut
harus dikonversikan terlebih dahulu menjadi skor standar sebelum ditetapkan menjadi nilai
akhir.
1. Penilaian Acuan Patokan (PAP)
Pendekatan ini dititikberatkan pada apa yang dapat dilakukan oleh peserta didik. Dapat
pula dikatakan penilaian ini dititikberatkan pada kemampuan-kemampuan apa yang telah
dicapai oleh eserta didik sesudah menyelesaikan satu bagian kecil dari suatu keseluruhan
program.
Dengan demikian PAP meneliti apa yang dapat dikerjakan oleh peserta didik, bukan
membandingkan seorang peserta didik dengan teman sekelasnya, melainkan dengan suatu
kriteria atau patokan yang spesifik. Kriteria yang dimaksud adalah suatu pengalaman tingkat
belajar yang diharapkan tercapai sesudah selesai kegiatan belajar, atau sejumlah kompetensi
dasar yang telah ditetakan terlebih dahulu sebelum kegiatan belajar berlangsung. Misalnya
kriteris itu menggunakan 75% atau 80%. Bagi peserta didik yang kemampuannya berada di
10. bawah kriteria yang telah ditetapkan dinyatakan belum berhasil dan harus mendapatkan
remedial.
2. Penilaian Acuan Norma (PAN)
Dalam penilaian acuan norma, makna angka (skor) seorang peserta didik ditemukan
dengan cara membandingkan hasil belajarnya dengan hasil belajar peserta didik lainnya
dalam satu kelompok atau kelas. Peserta didik dikelompokkan berdasarkan jenjang hasil
belajar sehingga dapat diketahui kedudukan relative seorang peserta didik jika dibandingkan
dengan teman sekelasnya (Suyitno, 2013).
Tujuan penilaian acuan norma ini adalah untuk membedakan peserta didik atas
kelompok-kelompok tingkat kemampuan, mulai dari yang terendah sampai dengan yang
tertinggi. Secara ideal, pendistribusian tingkat kemampuan dalam satu kelompok
menggambarkan suatu kurva normal.
Pada umumnya, penilaian acuan norma dipergunakan untuk seleksi. Soal tes dalam
pendekatan ini dikembangkan dari bagian bahan yang diangggap oleh guru urgen sebagai
sampel dari bahan yang telah disampaikan. Guru berwenang untuk menentukan bagian mana
yang lebih urgen. Dengan demikian guru harus membatasi jumlah soal yang diperlukan,
karea tidak semua materi yang disampaikan kepada peserta didik dapat dimunculkan soal-
soalnya secara lengkap.
Soal-soal harus dibuat dengan tingkat kesukaran yang bervariasi mulai dari yang mudah
hingga yang sukar sehingga memberikan kemungkinan jawaban peserta didik bervariasi,
soal dapat menyebar, dan dapat membandingkan peserta didik antara yang satu dengan yang
lainnya.
F. Persamaan dan perbedaan PAP dan PAN
1) Persamaan PAN dan PAP
a. Penilaian acuan norma dan patokan memerlukan adanya tujuan evaluasi spesifik
sebagai penentuan fokus item yang diperlukan.
b. Keduanya memerlukan sampel yang relevan untuk digunakan sebagai subjek yang
hendak dijadikan sasaran evaluasi.
c. Untuk mendapatkan informasi yang diinginkan tentang siswa, kedua pengukuran
memerlukan berbagai item yang disusun dalam satu tes menggunakan aturan dasar
penulisan instrumen
11. d. Keduanya mempunyai syarat perumusan secara spesifik perilaku yang akan diukur
e. Keduanya dinilai kualitas dan segi validitas dan realibilitasnya
2) Perbedaan PAN dan PAP
a. Penilaian acuan norma mengukur sejumlah besar perilaku khusus dengan sedikit butir
tes untuk setiap perilaku. Sedangkan penilaian acuan patokan mengukur perilaku
khusus dalam jumlah yang terbatas dengan banyak butir untuk setiap perilaku.
b. Penilaian acuan norma menekankan perbedaan diantara peserta tes dari segi tingkat
pencapaian belajar secara relatif. Sedangkan penilaian acuan patokan menekankan
penjelasan tentang perilaku yang dapat dan yang tidak dapat dilakukan oleh setiap
peserta tes
c. Penilaian acuan norma lebih mementingkan butir-butir tes yang mempunyai tingkat
kesulitan sedang dan biasanya membuang tes yang terlalu mudah ataupun terlalu sulit.
Sedangkan penilaian acuan patokan mementingkan butir-butir tes yang relevan
dengan perilaku yang akan diukur tapa peduli dengan tingkat kesulitannya.
d. Penilaian acuan norma digunakan terutama untuk kegiatan survey. Sedangkan
penilaian acuan patokan digunakan terutama untuk penugasan.
12. BAB III
PEMBAHASAN
2) Penilaian Acuan Patokan (PAP)
Pada pendekatan Ini, lebih memfokuskan atau menitikberatkan pada hal apa saja yang
dapat dilakukan oleh peserta didik. Artinya, kemampuan-kemampuan apa yang telah dicapai
oleh peserta didik sesudah menyelesaikan satu bagian kecil dari keseluruhan program. Jadi,
penilaian acuan patokan meneliti apa yang bisa dikerjakan oleh peserta didik, dan bukan
membandingkan antara peserta didik yang satu dengan yang lain dalam kelasnya, melainkan
dengan suatu kriteria atau dengan patokan yang spesifik. Patokan yang dimaksud yakni
merupakan suatu tingkatan dalam pengalaman belajar yang diharapkan tercapai seusai
kegiatan belajar atau sejumlah kompetensi dasar yang telah diterapkan terlebih dahulu
sebelum kegiatan belajar berlangsung. Misalnya kriteria yang digunakan adalah 75% , bagi
peserta didik yang kemampuannya di bawah kriteria yang telah ditetapkan dinyatakan tidak
berhasil dan harus mendapatkan pengulangan atau remedial.
Tujuan penilaian acuan patokan adalah untuk mengukur secara pasti tujuan atau
kompetensi yang telah ditetapkan sebagai kriteria keberhasilannya. Penilaian acuan patokan
sangat bermanfaat dalam upaya meningkatkan kualitas hasil belajar dari para peserta didik,
karena dalam penilaian tersebut peserta didik diusahakan mencapai standar yang telah
ditentukan, dan hasil belajar peserta didik dapat diketahui derajat pencapaiannya. Dalam
menentukan batas kelulusan (passing grade) dalam pendekatan ini, maka setiap skor peserta
didik dibandingkan dengan skor ideal yang mungkin dicapai oleh peserta didik. Misalnya,
dalam suatu tes ditetapkan skor idealnya adalah 100, maka peserta didik yang memperoleh
skor 85 sama dengan memperoleh nilai 8,5 dalam skala 0 – 10, dan demikian seterusnya
Dalam menafsirkan pendekatan PAP, maka dapat digunakan langkah-langkah sebagai
berikut:
Skor Mentah Skor Standar
57-60 10
51-56 9
45-50 8
39-44 7
33-38 6
27-32 5
21-26 4
15-20 3
09-14 2
13. 03-08 1
a. Mencari skor ideal, yaitu skor yang mungkin dicapai oleh peserta didik, jika semua
soal dapat dijawab dengan betul.
b. Mencari rata-rata 𝑋̅ ideal dengan rumus
𝑋̅ ideal =
1
2
x ideal
c. Mencari simpangan baku (s) ideal dengan rumus:
s ideal =
1
2
x 𝑋̅ ideal
d. Menyusun pedoman konversi sesuai dengan kebutuhan
1. Skor 0 – 100 (T – skor )
T-skor = 50 + (
𝑋̅ −𝑥
𝑠
)10
Keterangan:
50 dan 10 = Bilangan tetap
x = Skor mentah yang diperoleh setiap peserta didik
𝑋̅ = rata-rata
s = simpangan baku
Contoh:
Peserta didik A memperoleh skor Mentah 35, rata-rata = 60 dan simpangan baku =
2. Dengan demikian, nilai yang diperoleh peserta didik A dalam skala nilai 0 – 100
adalah
T-skor = 50 + (
35−60
20
) 10
= 37,5
2. Konversi dengan Z – score :
Z – score adalah suatu ukuran yang menunjukkan berapa besarnya simpangan baku
seseorang berada di bawah atau di atas rata-rata dalam suatu kelompok.
Z = 50 + (
𝑋̅ −𝑥
𝑠
)
14. Contoh:
Diketahui: skor ( X ) = 35; rata-rata ( X ) = 60; simpangan baku = 20, jadi Z – skor
3. Peringkat (Ranking)
Dalam menafsirkan skor mentah, dapat pula dilakukan Dengan cara penyusunan
peringkat. Caranya adalah dengan mengurutkan skor dari yang terbesar sampai dengan
yang terkecil. Skor terbesar diberi peringkat 1, begitu seterusnya sampai dengan skor
terkecil. Skor-skor yang sama harus diberi peringkat yang sama pula. Contoh:
Diketahui: 5 (Lima) orang peserta didik memperoleh skor dalam bidang studi
Pendidikan Biologi sebagai berikut: 20, 35, 25, 25, dan 30. Untuk memberi peringkat
terhadap skor-skor tersebut dapat diikuti langkah-langkah sebagai berikut:
Z = 50 + (
35−60
20
)
= -1,25
Pertama, mengurutkan skor tersebut dari yang terbesar sampai yang terkecil
dengan diberi nomor urut sesuai dengan jumlah data.
1. 35
2. 30
3. 25
4. 25
5. 20
Kedua, memberi peringkat berdasarkan nomor urut, tetapi untuk skor yang sama
yang harus diberi peringkat yang sama.
Skor: Peringkat:
Peringkat untuk skor 25 adalah 3,5 yang diperoleh dari (3 + 4) : 2 = 3,5. Skor
selanjutnya diberi peringkat sesuai dengan nomor urut selanjutnya.
1. 35 1
2. 30 2
3. 25 3,5
4. 25 3,5
5. 20 5
15. 3) Penilaian Acuan Norma (PAN)
Pada pendekatan Penilaian Acuan Norma, makna dari angka (skor) seorang peserta
didik ditemukan dengan cara membandingkan hasil belajarnya dengan hasil belajar
peserta didik lainnya dalam kelompok/kelas. Peserta didik dikelompokkan berdasarkan
jenjang hasil belajar sehingga dapat diketahui kedudukan relatif seorang peserta didik
dibandingkan dengan teman sekelasnya. Tujuan penilaian acuan norma adalah untuk
membedakan peserta didik atas kelompok-kelompok dari tingkat kemampuan, mulai
dari yang terendah sampai dengan yang tertinggi. Secara ideal, pendistribusian tingkat
kemampuan dalam suatu kelompok menggambarkan suatu kurva normal.
Pada umumnya, PAN digunakan dalam seleksi. Soal tes dalam pendekatan ini
dikembangkan dari materi yang dianggap guru penting sebagai sampel dari materi yang
telah disampaikan. Guru memiliki kewenangan untuk menentukan bagian mana yang
dianggap penting, karena itu guru harus bisa membatasi jumlah soal yang diperlukan.
Tidak semua materi yang telah disampaikan kepada peserta didik akan dimunculkan
soal- soalnya secara lengkap. Soal-soal harus dibuat dengan tingkat kesukaran yang
bervariasi, mulai dari yang mudah sampai pada yang sukar sehingga memberikan
kemungkinan jawaban peserta didik bervariasi, soal dapat menyebar, dan dapat
membandingkan peserta didik yang satu dengan yang lainnya.
Peringkat dan klasifikasi anak yang didasarkan pada penilaian acuan norma lebih
banyak mendorong pada kompetisi daripada membangun semangat kerja sama. Dengan
kata lain, keberhasilan peserta didik hanya ditentukan oleh kelompoknya. PAN
biasanya digunakan pada akhir unit pembelajaran untuk menentukan tingkat hasil
belajar peserta didik. Pedoman konversi yang digunakan dalam pendekatan PAN sama
dengan PAP. Perbedaannya hanya terletak dalam menghitung rata-rata dan simpangan
baku (Nasution, 2011).
Dalam pendekatan PAN, rata-rata dan simpangan baku dihitung dengan rumus
statistik sesuai dengan skor mentah yang diperoleh peserta didik. Langkah-langkah
pengolahan data dengan Pendekatan Penilaian Acuan Normal (PAN) adalah sebagai
berikut:
a. Mencari skor mentah tiap peserta didik
b. Menghitung rata-rata aktual dengan rumus:
Keterangan:
16. Md = Mean
f = frekuensi
d = deviasi
fd = frekuensi kali deviasi
n = jumlah sampel
i = interval
c. Menghitung simpangan baku ( s ) aktual dengan rumus:
d. Menyusun pedoman konversi
Langkah-langkah penyelesaian:
Menyusun skor terkecil sampai dengan skor terbesar seperti berikut:
17 25 30 34 37 42 50
17 27 31 34 37 42 50
20 27 31 35 37 43 50
21 27 31 35 38 43 50
21 28 32 36 38 44
22 29 32 36 38 46
22 29 32 36 39 47
24 30 33 36 40 50
Selanjutnya data ini ditabulasikan dalam daftar distribusi frekuensi, yaitu
mengelompokkan data sesuai dengan kelas interval. Untuk membuat kelas interval
dapat digunakan rumus Sturges, adapun langkah-langkahnya adalah sebagai
berikut:
1) Mencari Rentang (Range), yakni skor terbesar dikurangi skor
terkecil.
Skor terbesar = 50
Rentang = 33
2) Mencari banyak kelas interval:
Banyak kelas = 1 + (3,3) log. N
= 1 + (3,3) log 52
= 1 + (3,3) (1,7160)
= 1 + 5,6628
= 6,6628 ≈ 7 (dibulatkan)
18. BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
1) Penilaian Acuan Patokan (PAP), Pendekatan ini dititikberatkan pada apa yang dapat
dilakukan oleh peserta didik. Dapat pula dikatakan penilaian ini dititikberatkan pada
kemampuan-kemampuan apa yang telah dicapai oleh eserta didik sesudah
menyelesaikan satu bagian kecil dari suatu keseluruhan program.
2) Penilaian Acuan Normal (PAN), PAN ialah penilaian yang membandingkan hasil
belajar mahasiswa terhadap hasil dalam kelompoknya. Pada pendekatan Penilaian
Acuan Norma, makna dari angka (skor) seorang peserta didik ditemukan dengan cara
membandingkan hasil belajarnya dengan hasil belajar peserta didik lainnya dalam
kelompok/kelas.
3) Persamaan PAN dan PAP
a. Penilaian acuan norma dan patokan memerlukan adanya tujuan evaluasi spesifik
sebagai penentuan fokus item yang diperlukan.
b. Keduanya memerlukan sampel yang relevan untuk digunakan sebagai subjek yang
hendak dijadikan sasaran evaluasi.
c. Untuk mendapatkan informasi yang diinginkan tentang siswa, kedua pengukuran
memerlukan berbagai item yang disusun dalam satu tes menggunakan aturan dasar
penulisan instrumen
d. Keduanya mempunyai syarat perumusan secara spesifik perilaku yang akan diukur
e. Keduanya dinilai kualitas dan segi validitas dan realibilitasnya
4) Perbedaan PAN dan PAP
a. Penilaian acuan norma mengukur sejumlah besar perilaku khusus dengan sedikit butir
tes untuk setiap perilaku. Sedangkan penilaian acuan patokan mengukur perilaku
khusus dalam jumlah yang terbatas dengan banyak butir untuk setiap perilaku.
b. Penilaian acuan norma menekankan perbedaan diantara peserta tes dari segi tingkat
pencapaian belajar secara relatif. Sedangkan penilaian acuan patokan menekankan
penjelasan tentang perilaku yang dapat dan yang tidak dapat dilakukan oleh setiap
peserta tes
c. Penilaian acuan norma lebih mementingkan butir-butir tes yang mempunyai tingkat
kesulitan sedang dan biasanya membuang tes yang terlalu mudah ataupun terlalu sulit.
19. Sedangkan penilaian acuan patokan mementingkan butir-butir tes yang relevan
dengan perilaku yang akan diukur tapa peduli dengan tingkat kesulitannya.
d. Penilaian acuan norma digunakan terutama untuk kegiatan survey. Sedangkan
penilaian acuan patokan digunakan terutama untuk penugasan.
B. Saran
Kami menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini, masih banyak terdapat
kekurangan dan masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu, kami mengharapkan
sumbangsi pikiran dari para pembaca demi penyempurnaan makalah ini.
20. DAFTAR PUSTAKA
Arifin, Zainal, (2006), Konsep Guru tentang Evaluasi dan Aplikasinya dalam Proses
Pembelajaran Tesis, Bandung: Program Pascasarjana UPI.
Mariana, Made Alit, (2003), Pembelajaran Remidial, Jakarta: Dinas Pendidikan Nasional
Nasution, (2011), Teknologi Pendidikan, Jakarta: Bumi Aksara.
Safari, (2003), Evaluasi Pembelajaran, Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional.
Sudjatmiko dan Nurlaili, lili, (2003), Kurikulum Berbasis Kompetensi, Jakarta: Departemen
Pendidikan Nasional.
Suyitno, Teguh, (2013), Penilaian Pembelajaran (Materi Diklat Fungsional), Semarang:
BDK.