Sistem alarm klinis digunakan untuk memonitor kondisi pasien dan memberikan peringatan dini pada kondisi membahayakan. Alarm klinis meliputi monitoring jantung, ventilator, infus dan peralatan medis lainnya. Staf harus mampu mengatur alarm sesuai kondisi pasien dan merespon dengan cepat bila teraktivasi untuk menangani masalah dan menjamin keselamatan pasien.
2. Alat medis yang digunakan
untuk
yang
perawatan
dilengkapi
pasien
dengan
sistem alarm klinis terdapat
di banyak ruang perawatan
Peralatan medis tersebut
diantaranya adalah :
- Bed Monitor
- Syringe pump
- Ventilator
3. Unit Terkait
1. IGD, ICU, PICU, NICU, CVCU, dan HCU
2. Rawat Inap / Low Care
3. KSM
4. Keperawatan
5. IPSM
6. Unit / Ruang lain yang terdapat peralatan dan monitor pasien
Standar COP.3.1
Mengurangi risiko bahaya yang terkait dengan alarm klinis dengan mengembangkan dan
menerapkan strategi pengurangan risiko untuk mengelola sistem alarm klinis yang digunakan
untuk perawatan pasien.
4. Sistem Alarm Klinis
• Sistem alarm klinis adalah suatu sistem yang digunakan untuk memonitor keadaan
klinis pasien dan memberikan peringatan (alarm) kepada profesional pemberi
asuhan (PPA) khususnya perawat dan dokter pada kondisi yang membahayakan
keselamatan pasien.
• Alarm klinis mencakup semua monitoring fisiologis pasien, patient care equipment
alarm alarm monitor jantung, monitor janin, alarm apnea, alarm infusion pump,
syringe pump, alarm ventilator, pulse oximeter, dan alarm bantuan darurat.
• Seringnya berupa bunyi alarm / lampu peringatan Tindakan yang diperlukan
dilakukan oleh tenaga medis khususnya perawat.
5. Tujuan Sistem Alarm Klinis
Mengidentifikasi alarm klinis yang
digunakan diruang perawatan
dengan fasilitas monitor pasien
Memonitor kondisi klinis pasien
khususnya pada kondisi yang
membahayakan pasien
Memberikan peringatan dini (alarm)
pada kondisi yang membahayakan
pasien
Mempercepat respon PPA terhadap
kondisi yang membahayakan pasien.
Mengurangi resiko bahaya alarm
klinis yang tidak terkelola dengan
baik
Patient Safety
Meningkatkan kualitas mutu
pelayanan
6. Alarm klinis bisa membahayakan
keselamatan pasien
jika tidak dikelola dengan baik !!!
Mekanisme
Kerja Alarm
Klinis :
• Mengetahui parameter fisiologis/patologis/kondisi
klinis penderita
• Mengetahui parameter pada alat dengan alarm
klinis
• Mengetahui cara set up/mengatur alarm klinis yang
tepat pada pasien.
• Mengidentifikasi kondisi abnormal yang terjadi
• Melakukan tindakan yang tepat
• Pelaporan alarm klinis
7. Tugas DPJP dan Pendamping DPJP
- Menentukan jenis alarm klinis pada pasien dengan klasifikasi /
populasi spesifik
- Menentukan pengaturan alarm sesuai kondisi fisiologi pasien
- Menetukan perubahan parameter alarm klinis pada kondisi
tertentu
- Melakukan penonaktifan alarm klinis pada kondisi tertentu
- Melakukan perubahan pada alarm klinis pada kondisi tertentu
- Menerima dan merespon pelaporan mengenai alarm klinis yang
terjadi pada pasien
8. - Memahami sistem alarm klinis di unit tempat bekerja
- Memahami tentang monitor / peralatan yang bisa menimbulkan
alarm klinis
- Bersama DPJP/ Pendamping DPJP melakukan pengaturan alarm
klinis disesuaikan dengan kondisi pasien dan unit kerja
- Melakukan respon yang sesuai jika alarm klinis teraktivasi
- Melakukan pelaporan pada DPJP/Pendamping DPJP jika alarm
klinis teraktivasi
- Melakukan pelaporan ke rumah sakit jika terjadi insiden yang
terkait alarm klinis
10. Sistem Alarm
Klinis di RSUD
Dr Soetomo
(1)
Staf mampu melakukan setting alarm sesuai kondisi
fisiologis dan populasi khusus pasien.
Staf mampu mengatur alarm klinis dengan baik
untuk memastikan terdengar jelas (berkaitan dengan
jarak), menghindari false alarm dan kebisingan yang
berlebih,
Staf mampu mengatur alarm klinis supaya bisa
teridentifikasi jelas terutama bila terdapat bunyi lain
di area unit tersebut. (Noise dan Competing Noise)
Rumah Sakit melakukan sosialisasi dan pelatihan ke
staf / unit yang menggunakan monitor dan peralatan
medis dengan alarm klinis
11. Sistem Alarm
Klinis di RSUD
Dr Soetomo
(2)
Staf mampu melakukan perubahan / penyesuaian
alarm sesuai bila diperlukan.
Staf tidak diperkenankan melakukan bypass,
mematikan alarm, atau merubah volume alarm
sehingga alarm tidak terdengar dengan jelas ketika
teraktifasi.
Staf tidak diperkenankan merubah ambang batas
atas dan batas bawah alarm diluar yang ditentukan
oleh panduan kecuali pada kondisi medis tertentu,
mendapat persetujuan dari DPJP dan tertulis di rekam
medis.
12. Sistem Alarm
Klinis di RSUD
Dr Soetomo
(3)
Staf melakukan identifikasi dan respon yang cepat
sesuai dengan kondisi klinis bila alarm klinis
teraktivasi dan tidak diperkenankan menonaktifkan
alarm klinis kecuali sudah mendapat persetujuan
DPJP / Pendamping DPJP
Jika terdapat kegagalan Alarm berkaitan dengan
kerusakan peralatan maka perawat unit/ruangan
melakukan : identifikasi adanya kerusakan pada alat, tidak
menggunakan pada pasien, membuat laporan work order ke
bagian maintenance medis / IPSM, alat yang mengalami
kerusakan, diberi penanda “out of service” atau “ rusak”.
Setiap kegagalan alarm klinis yang berpotensi
menyebabkan kematian, cedera serius, penyakit serius
atau perubahan dalam rencana perawatan harus
didokumentasikan dan dilaporkan.
13.
14. Monitoring dan Evaluasi
1. Kepala unit terkait melakukan monitoring / evaluasi ketidaksesuaian respon
terhadap aktivasi alarm klinis termasuk “Alarm fatigue” dan membuat
pelaporan ke rumah sakit / Komite Mutu jika terjadi insiden yang terkait dengan
alarm klinis
2. Rumah sakit melakukan evaluasi terhadap insiden yang berhubungan dengan
alarm klinis
16. a. Minimal terdiri dari 3 parameter yaitu : EKG, Saturasi dan Tekanan darah.
b. Terpasang secara terus menerus / kontinyu di pasien
c. Setting “default” parameter Dewasa dianggap normal
Monitor Pasien (Jantung dan Respirasi) :
Heart Rate batas tertinggi : 120 x/menit, Batas terendah rendah : 50
Tekanan Darah Sistolik
Tekanan Darah Diastolik
batas tertinggi : 160 mmHg, batas terendah : 80 mmHg
batas tertinggi 100 mmHg, batas terendah : 50 mmHg
Saturasi pulse batas terendah < 90%.
17. Monitor Pasien (Jantung dan Respirasi)…
d. Pediatri dan Neonatal setting default menyesuaikan (sesuai DPJP)
e. Alarm di setting untuk teraktivasi diluar parameter yang sudah ditentukan
tersebut. Jika baseline pasien keluar dari parameter defult selama monitoring
berlanjut, maka parameter perlu disesuaikan (adjusted).
f. Abnormalitas dari parameter ditunjukkan dengan level alarm warna merah dan
bunyi alarm
18. 1. Mesin yang digunakan untuk memberikan cairan / obat secara kontinyu dengan
dosis sesuai kecepatan pemberian yang sudah diatur pada mesin
2. Pada beberapa kasus digunakan untuk memberikan obat emergensi sehingga jika
terjadi perubahan kecepatan atau terhenti akan membahayakan pasien.
3. Alarm akan teraktifasi pada kondisi perubahan kecepatan (terjadi obstruksi) dan
obat mau habis dan sudah mencapai volume tertentu. Pada layar alat akan
muncul penyebab teraktivasinya alarm.
4. PPAmengidentifikasi masalah yang terjadi dan mengatasi permasalahan tersebut
(mengganti obat, menambah volume dan menghilangkan obstruksi)
Syringe Pump / Infusion Pump
19.
20. Ventilator
1. Peralatan ventilator harus ada yang bertanggung jawab untuk mengatur dan
memvalidasi batas alarm, fungsi, dan audibilitas peralatan ventilasi.
2. Parameter ventilator yang umum dipakai dengan alarm klnis antara lain : tidal
volume, peak pressure, rate dan menit volume
3. Setiap perubahan nilai dari setting yang dianggap membahayakan pasien akan
mengaktivasi alarm pada ventilator
4. Tidak diperbolehkan mematikan atau melakukan “silence alarm” tanpa
mengetahui dan mengatasi penyebab alarm berbunyi.
21.
22. Pitfalls
1. Permasalahan
a. Alarm Palsu
b. Input data tidak tepat
c. Resiko kebisingan dan alarm “fatique”
d. MematikanAlarm / memodifikasi alarm untuk tujuan tertentu
e. Pelaporan insiden internal tidak dilakukan
f. Kerusakan peralatan
Alarm Klinis sangat penting untuk dikelola
supaya tidak menimbulkan risiko bagi keselamatan pasien