DIAGNOSA BANDING PENURUNAN KESADARAN MANAJEMEN
Dipresentasikan oleh Jofizal Jannis | Neurologist| National Brain Centre
pada PIT VI IDI Kota Bogor | 10 Nopember 2013
Dokumen tersebut memberikan ringkasan tentang cedera kepala dan penanganannya di gawat darurat. Beberapa poin pentingnya adalah menjaga jalur nafas dan ventilasi pasien, menstabilkan sirkulasi darah, melakukan pemeriksaan neurologis seperti GCS dan pupil, mencegah terjadinya cedera otak sekunder, mencari kemungkinan cedera lain, dan melakukan penilaian lanjut serta konsultasi spesialis jika
Modul 3 kb1 pemeriksaan fisik sistem pencernaanUwes Chaeruman
Dokumen tersebut memberikan panduan lengkap tentang teknik pemeriksaan fisik sistem pencernaan, mulai dari persiapan, alat yang dibutuhkan, urutan pemeriksaan, hingga cara melakukan inspeksi, auskultasi, perkusi dan palpasi organ-organ dalam sistem pencernaan seperti hati dan limpa.
1. Seorang pria mengalami henti jantung saat makan malam di kapal pesiar. Dokter memberikan resusitasi jantung paru sebelum awak kapal datang dengan defibrilator otomatis. Pasien tertolong setelah menerima dua kali kejutan listrik.
2. Defibrilasi dan kardioversi menggunakan kejutan listrik untuk menghentikan aritmia jantung. Defibrilasi digunakan untuk detak ventrikel tak beraturan tanpa denyut,
EWS digunakan untuk mendeteksi dini pasien yang memburuk melalui pengukuran parameter fisiologis. Skor EWS ditentukan dari beberapa parameter dan mengindikasikan tingkat respons yang dibutuhkan, dari meningkatkan observasi hingga tim medis cepat. Tim medis cepat dilatih untuk mengidentifikasi gejala sebelum komplikasi serius dan memberikan tindakan penyelamatan dalam waktu 5 menit.
EWSS dapat membantu mendeteksi penurunan kondisi pasien dengan mengukur parameter fisiologis standar. Sistem ini telah dimodifikasi untuk pandemi COVID-19 dengan menambahkan usia sebagai faktor risiko dan membagi pasien ke dalam kategori risiko berdasarkan skor. Contoh kasus menunjukkan pentingnya penilaian tanda vital rutin dalam mengenali kegawatan pasien.
DIAGNOSA BANDING PENURUNAN KESADARAN MANAJEMEN
Dipresentasikan oleh Jofizal Jannis | Neurologist| National Brain Centre
pada PIT VI IDI Kota Bogor | 10 Nopember 2013
Dokumen tersebut memberikan ringkasan tentang cedera kepala dan penanganannya di gawat darurat. Beberapa poin pentingnya adalah menjaga jalur nafas dan ventilasi pasien, menstabilkan sirkulasi darah, melakukan pemeriksaan neurologis seperti GCS dan pupil, mencegah terjadinya cedera otak sekunder, mencari kemungkinan cedera lain, dan melakukan penilaian lanjut serta konsultasi spesialis jika
Modul 3 kb1 pemeriksaan fisik sistem pencernaanUwes Chaeruman
Dokumen tersebut memberikan panduan lengkap tentang teknik pemeriksaan fisik sistem pencernaan, mulai dari persiapan, alat yang dibutuhkan, urutan pemeriksaan, hingga cara melakukan inspeksi, auskultasi, perkusi dan palpasi organ-organ dalam sistem pencernaan seperti hati dan limpa.
1. Seorang pria mengalami henti jantung saat makan malam di kapal pesiar. Dokter memberikan resusitasi jantung paru sebelum awak kapal datang dengan defibrilator otomatis. Pasien tertolong setelah menerima dua kali kejutan listrik.
2. Defibrilasi dan kardioversi menggunakan kejutan listrik untuk menghentikan aritmia jantung. Defibrilasi digunakan untuk detak ventrikel tak beraturan tanpa denyut,
EWS digunakan untuk mendeteksi dini pasien yang memburuk melalui pengukuran parameter fisiologis. Skor EWS ditentukan dari beberapa parameter dan mengindikasikan tingkat respons yang dibutuhkan, dari meningkatkan observasi hingga tim medis cepat. Tim medis cepat dilatih untuk mengidentifikasi gejala sebelum komplikasi serius dan memberikan tindakan penyelamatan dalam waktu 5 menit.
EWSS dapat membantu mendeteksi penurunan kondisi pasien dengan mengukur parameter fisiologis standar. Sistem ini telah dimodifikasi untuk pandemi COVID-19 dengan menambahkan usia sebagai faktor risiko dan membagi pasien ke dalam kategori risiko berdasarkan skor. Contoh kasus menunjukkan pentingnya penilaian tanda vital rutin dalam mengenali kegawatan pasien.
Ventilator adalah alat bantu pernapasan yang membantu pasien bernafas dengan 3 golongan utama yaitu tekanan negative, tekanan positive, dan ekstrakorporal. Ventilator digunakan untuk mengurangi beban pernapasan, memperbaiki ventilasi paru, dan memberikan oksigenasi yang memadai."
Ventilasi mekanik digunakan untuk memperbaiki pertukaran gas dan mengurangi distress pernafasan. Terdapat berbagai parameter dan indikasi untuk menentukan penggunaan ventilasi mekanik. Ada beberapa mode dasar ventilasi mekanik seperti CMV, ACMV, SIMV, dan PSV yang memiliki setting berbeda. Parameter monitoring dan evaluasi pasien perlu dilakukan untuk menentukan status oksigenasi, ventilasi, dan hemodinamik.
Dokumen tersebut membahas tentang penatalaksanaan luka bakar, meliputi penjelasan tentang anatomi dan fisiologi kulit, penyebab, derajat, luas, dan kriteria berat ringannya luka bakar. Juga dijelaskan tindakan penatalaksanaan akut luka bakar meliputi pemberian cairan infus, penanganan luka bakar kimia dan listrik.
Dokumen tersebut membahas tentang fluida tubuh, termasuk fungsi, distribusi, perpindahan, gangguan keseimbangan, dan penilaian kebutuhan cairan. Dibahas pula berbagai jenis cairan infus, mekanisme, dan klasifikasi berdasarkan tonisitasnya."
Dokumen ini membahas 12 saraf kranial dan fungsi serta cara pemeriksaannya. Saraf-saraf kranial tersebut adalah saraf olfaktori (penciuman), optikus (penglihatan), okulomotorius (gerakan mata), trochlearis (gerakan mata), trigeminus (wajah dan gigi), abdusen (deviasi mata), fasialis (ekspresi wajah), vestibulocochlearis (pendengaran dan keseimbangan), glosofaringeus (rasa), vagus
Ringkasan dokumen tersebut adalah: (1) Trauma medulla spinalis adalah cedera pada tulang belakang yang menyebabkan lesi di medulla spinalis dan gangguan neurologis; (2) Penatalaksanaan meliputi pemeriksaan penunjang seperti X-Ray dan MRI, penatalaksanaan medis seperti operasi, terapi, dan imobilisasi, serta pengelolaan komplikasi seperti sistem pernafasan dan genitourinaria; (3) Tujuannya adalah memp
Pasien wanita berusia 51 tahun menjalani hystero-salphingo-oophorectomy bilateral karena mioma uteri dengan status ASA II dan hipertensi. Anestesi spinal dilakukan dengan bupivakain 0,5% 15 mg dan fentanil 25 mcg. Operasi berjalan lancar selama 2 jam 30 menit dengan pemantauan tanda vital dan pemberian cairan sesuai perhitungan.
Ini adalah materi pembelajaran bantuan hidup dasar bagi karyawan non dokter dan non perawat di RS Panti Rapih. Rumah Sakit Panti Rapih adalah rumah sakit swasta publik dengan 375 tempat tidur dan lebih dari 1000 karyawan. Saat ini RS Panti Rapih telah terakreditasi 16 pelayanan dan mengikuti standar mutu ISO 9001:2008.
Update:
Tanggal 15 Oktober 2015, American Heart Association menerbitkan panduan baru untuk Cardiopulmonary Resuscitation & Emergency Cardiac Care. Panduan baru tersebut dapat diunduh di http://circ.ahajournals.org/content/132/18_suppl_2.toc
Triage adalah proses pemilahan korban berdasarkan tingkat keparahan cedera dan probabilitas untuk bertahan hidup dengan tujuan memberikan pertolongan pada korban yang paling mendesak terlebih dahulu dengan sumber daya terbatas. Triage dilakukan dengan mengklasifikasikan korban ke dalam kategori merah, kuning, hijau, atau hitam.
Ringkasan dokumen tersebut adalah:
EWS digunakan untuk mendeteksi dini perubahan kondisi pasien di rumah sakit. EWS menilai beberapa parameter fisiologis seperti nadi, tekanan darah, dan kesadaran untuk mengukur keparahan kondisi pasien. Skor yang dihasilkan EWS menentukan frekuensi observasi dan tindakan medis yang diperlukan.
Ventilator adalah alat bantu pernapasan yang membantu pasien bernafas dengan 3 golongan utama yaitu tekanan negative, tekanan positive, dan ekstrakorporal. Ventilator digunakan untuk mengurangi beban pernapasan, memperbaiki ventilasi paru, dan memberikan oksigenasi yang memadai."
Ventilasi mekanik digunakan untuk memperbaiki pertukaran gas dan mengurangi distress pernafasan. Terdapat berbagai parameter dan indikasi untuk menentukan penggunaan ventilasi mekanik. Ada beberapa mode dasar ventilasi mekanik seperti CMV, ACMV, SIMV, dan PSV yang memiliki setting berbeda. Parameter monitoring dan evaluasi pasien perlu dilakukan untuk menentukan status oksigenasi, ventilasi, dan hemodinamik.
Dokumen tersebut membahas tentang penatalaksanaan luka bakar, meliputi penjelasan tentang anatomi dan fisiologi kulit, penyebab, derajat, luas, dan kriteria berat ringannya luka bakar. Juga dijelaskan tindakan penatalaksanaan akut luka bakar meliputi pemberian cairan infus, penanganan luka bakar kimia dan listrik.
Dokumen tersebut membahas tentang fluida tubuh, termasuk fungsi, distribusi, perpindahan, gangguan keseimbangan, dan penilaian kebutuhan cairan. Dibahas pula berbagai jenis cairan infus, mekanisme, dan klasifikasi berdasarkan tonisitasnya."
Dokumen ini membahas 12 saraf kranial dan fungsi serta cara pemeriksaannya. Saraf-saraf kranial tersebut adalah saraf olfaktori (penciuman), optikus (penglihatan), okulomotorius (gerakan mata), trochlearis (gerakan mata), trigeminus (wajah dan gigi), abdusen (deviasi mata), fasialis (ekspresi wajah), vestibulocochlearis (pendengaran dan keseimbangan), glosofaringeus (rasa), vagus
Ringkasan dokumen tersebut adalah: (1) Trauma medulla spinalis adalah cedera pada tulang belakang yang menyebabkan lesi di medulla spinalis dan gangguan neurologis; (2) Penatalaksanaan meliputi pemeriksaan penunjang seperti X-Ray dan MRI, penatalaksanaan medis seperti operasi, terapi, dan imobilisasi, serta pengelolaan komplikasi seperti sistem pernafasan dan genitourinaria; (3) Tujuannya adalah memp
Pasien wanita berusia 51 tahun menjalani hystero-salphingo-oophorectomy bilateral karena mioma uteri dengan status ASA II dan hipertensi. Anestesi spinal dilakukan dengan bupivakain 0,5% 15 mg dan fentanil 25 mcg. Operasi berjalan lancar selama 2 jam 30 menit dengan pemantauan tanda vital dan pemberian cairan sesuai perhitungan.
Ini adalah materi pembelajaran bantuan hidup dasar bagi karyawan non dokter dan non perawat di RS Panti Rapih. Rumah Sakit Panti Rapih adalah rumah sakit swasta publik dengan 375 tempat tidur dan lebih dari 1000 karyawan. Saat ini RS Panti Rapih telah terakreditasi 16 pelayanan dan mengikuti standar mutu ISO 9001:2008.
Update:
Tanggal 15 Oktober 2015, American Heart Association menerbitkan panduan baru untuk Cardiopulmonary Resuscitation & Emergency Cardiac Care. Panduan baru tersebut dapat diunduh di http://circ.ahajournals.org/content/132/18_suppl_2.toc
Triage adalah proses pemilahan korban berdasarkan tingkat keparahan cedera dan probabilitas untuk bertahan hidup dengan tujuan memberikan pertolongan pada korban yang paling mendesak terlebih dahulu dengan sumber daya terbatas. Triage dilakukan dengan mengklasifikasikan korban ke dalam kategori merah, kuning, hijau, atau hitam.
Ringkasan dokumen tersebut adalah:
EWS digunakan untuk mendeteksi dini perubahan kondisi pasien di rumah sakit. EWS menilai beberapa parameter fisiologis seperti nadi, tekanan darah, dan kesadaran untuk mengukur keparahan kondisi pasien. Skor yang dihasilkan EWS menentukan frekuensi observasi dan tindakan medis yang diperlukan.
Dokumen tersebut membahas implementasi Early Warning Scoring System (EWSS) di Rumah Sakit PKU Muhammadiyah Gombong untuk mendeteksi dini perubahan kondisi pasien yang memburuk. EWSS menilai 7 parameter pasien dan memberi skor berdasarkan gejala yang ditunjukkan. Skor yang lebih tinggi menunjukkan kondisi yang lebih kritis sehingga diperlukan tindakan yang lebih cepat dan intensif. Rumah sakit telah menerapkan EWSS berdasarkan ped
EWS (Early Warning System) merupakan sistem peringatan dini untuk mendeteksi perburukan kondisi pasien sebelum terjadi kegawatan dengan memberikan skor berdasarkan pemeriksaan tanda vital pasien. EWS digunakan untuk memantau pasien rawat inap non-ICU agar dapat melakukan intervensi lebih dini berdasarkan skor yang didapatkan. Penerapan EWS diharapkan dapat mencegah terjadinya In-Hospital Cardiac Arrest pada pas
Early Warning System Score (EWS) adalah sistem pemantauan dengan skoring fisiologis yang digunakan di rumah sakit untuk mendeteksi perubahan kondisi pasien lebih awal dan mencegah terjadinya perburukan kondisi atau henti jantung. EWS menilai beberapa parameter pasien seperti nafas, tekanan darah, denyut jantung dan suhu untuk menentukan tindakan selanjutnya seperti observasi rutin, pemantauan intensif, at
Dokumen tersebut membahas tentang pelatihan early warning system (EWS) di RSD Soebandi. Dokumen menjelaskan pengertian EWS, cara kerja, kriteria pasien, dan tindakan yang harus diambil berdasarkan skala EWS pasien. Dokumen juga membahas sistem resusitasi darurat dan alur pelaksanaannya di rumah sakit.
Sistem alarm klinis digunakan untuk memonitor kondisi pasien dan memberikan peringatan dini pada kondisi membahayakan. Alarm klinis meliputi monitoring jantung, ventilator, infus dan peralatan medis lainnya. Staf harus mampu mengatur alarm sesuai kondisi pasien dan merespon dengan cepat bila teraktivasi untuk menangani masalah dan menjamin keselamatan pasien.
Surveilans merupakan proses sistematis pengumpulan, analisis, dan diseminasi informasi kesehatan untuk perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi program kesehatan. Tujuannya antara lain mengidentifikasi masalah kesehatan, mengumpulkan data faktor risiko, serta memantau dampak program kesehatan. Sumber data surveilans meliputi laporan kematian, rumah sakit, laboratorium, dan catatan kesehatan masyarakat. Jenis surveilans melip
PRESENTASI LAPORAN TUGAS AKHIR ASUHAN KEBIDANAN KOMPREHENSIFratnawulokt
Peningkatan status kesehatan ibu dan anak merupakan salah satu hal prioritas di Indonesia. Status derajat kesehatan ibu dan anak sendiri dapat dinilai dari jumlah AKI dan AKB. Pemerintah berupaya menerapkan program Sustainable Development Goals (SDGs) dengan harapan dapat menekan AKI dan AKB, tetapi kenyataannya masih tinggi sehingga tujuan dari penyusunan laporan tugas akhir ini untuk memberikan asuhan kebidanan secara komprehensif dari ibu hamil trimester III sampai KB.
Metode penelitian menggunakan Continuity of Care dengan pendokumentasian SOAP Notes. Subjek penelitian Ny. “H” usia 34 tahun masa kehamilan Trimester III hingga KB di PMB E Kecamatan Ngunut Kabupaten Tulungagung.
Hasil asuhan selama masa kehamilan trimester III tidak ada komplikasi pada Ny. “E”. Masa persalinan berjalan lancar meskipun terdapat kesenjangan dimana IMD dilakukan kurang dari 1 jam. Kunjungan neonatus hingga nifas normal tidak ada komplikasi, metode kontrasepsi memilih KB implant.
Kesimpulan asuhan pada Ny. “H” ditemukan kesenjangan antara kenyataan dan teori di penatalaksanaan, tetapi dalam pemberian asuhan ini kesenjangan masih dalam batas normal. Asuhan kebidanan ini diberikan untuk membantu mengurangi kemungkinan terjadi komplikasi pada saat masa kehamilan hingga KB.
1. Early Warning System
Pengertian :
Merupakan suatu sistem atau strategi untuk memonitor
penurunan kondisi pasien di Rumah sakit dan memastikan
bahwa tindakan resusitasi dilakukan secara efektif terhadap
pasien dengan kegawatan medis termasuk kejadian henti
jantung di Rumah Sakit ( termasuk aktivasi tim bantuan hidup
lanjut kurang dari 5 menit untuk kondisi henti jantung)
2. TUJUAN PENILAIAN EWS
1. Menurunkan angka henti jantung (cardiac arrest)
2. Meminimalkan aktivasi code blue
3. Pasien yg harus di observasi menggunakan EWS
• Pasien yang mengalami penurunan kesadaran
• Pasien yang mengalami gangguan pada sistem pernafasan
• Pasien yang mengalami penurunan saturasi oksigen
• Pasien yang menggunakan oksigen tambahan
• Pasien dengan penurunan atau peningkatan suhu tubuh
• Pasien dengan gangguan irama jantung dan nadi
• Pasien dengan gangguan tekanan darah sistolik
4. Jenis – jenis EWS
• NEWS (National Early Warning System)
• PEWS (Pediatric Early Warning System)
5. ALUR PENILAIAN EWS
PASIEN MRS ASESMEN KEP (PPJA) ASESMEN
EWS (PPJA)
SKOR 0-1 (HIJAU) SKOR 2-3 (KUNING) SKOR 4-5(ORANGE)
SKOR >6 (MERAH)
Monitor/shift LAPOR PJ SHIFT LAPOR PJ SHIFT LAPOR PJ SHIFT
ANALISA/ASS. ULANG ANALISA/ASS. ULANG ANALISA/ASS.
ULANG
MONITOR/2-4 JAM PJ SHIFT LAPOR DR BANGSAL PJ SHIFT&DR
BANGSAL
LAPOR TIM RRT
DR JAGA BANGSAL ASS
KOLABORASI DGN TIM RRT ASS
DR JAGA KOORDINASI
DPJP KOORDINASI DPJP
PINDAH UNIT INTENSIF
PINDAH UNIT INTENSIF
6. PARAMETER PENILAIAN EWS
Parameter 3 2 1 0 1 2 3
Tekanan Darah
Sistolik
<70 71-80 81-100 101-179 180-199 200-220 >220
Suhu ≤35 35.1-36 36,1-38 38,1-39,0 ≥39,1
Nadi <40 41-50 51-100 101-110 111-130 >130
Respirasi <8 8-11 12-20 21-25 26-30 >30
Tingkat kesadaran Tidak ada
respon
Berespon
thd nyeri
Berespon
thd
panggilan-
Bingung
Alert
(sadar
penuh)
Total Skoring
7. SKORING PENILAIAN EWS
Skor Klasifikasi Respon Klinis Tindakan Frekuensi Monitoring
0 - 1 Sangat rendah Dilakukan monitoring Melanjutkan monitoring Min tiap shift
2 - 3 Rendah Harus segera dievaluasi oleh
perawat penanggung jawab
asuhan (PPJA) dan harus
memutuskan apakah perubahan
frekuensi pemantauan klinis
atau wajib perawatan klinis
Perawat mengasesmen
pasien/meningkatkan
frekuensi monitoring
Tiap 2- 4 jam
4-5 Sedang Harus segera melakukan
tinjauan mendesak oleh
perawat penanggung jawab
shift dan menghubungi dokter
jaga dalam penilaian penyakit
akut
Perawat Penanggung
jawab shift berkolaborasi
dengan dokter jaga dalam
melakukan asesmen untuk
meningkatkan perawatan
dengan fasilitas monitor
yang lengkap
Tiap 1 jam
>6 Tinggi Harus segera memberikan
penilaian darurat secara klinis
oleh oleh perawat penanggung
jawab asuhan (PPJA) dan
memberitahukan pada PJ Shift
dan dokter jaga serta
menghubungi tim RRT dengan
kompetensi penanganan pasien
kritis dan biasanya terjadi
transfer pasien ke area
perawatan dengan alat bantu
Berkolaborasi dengan
tim RRT dalam melakukan
asesmen Tim RRT
menghubungi DPJP
kegawatan/pindah ruang
HC/IntermediateDokter
jaga memberikan informasi
kepada keluarga tentang
kondisi pasien
Bedside monitor/every
time
8. Penilaian EWS
• Ews di nilai dengan menggunakan scoring dan formulir yang sudah disediakan.
12. TIM REAKSI CEPAT
• ADALAH TIM YANG TERLATIH UNTUK MENGIDENTIFIKASI TANDA - TANDA
FISIOLOGIS SEBELUM ADA PERBURUKAN GEJALA KLINIS YANG
SIGNIFIKAN UNTUK MENGANTISIPASI KEJADIAN HENTI JANTUNG DAN
HENTI NAFAS
• TIM REAKSI CEPAT DI RUMAH SAKIT :
1. Dokter konsultan ( wakil dari setiap SMF yang ditunjuk )
2. Dokter penanggung jawab pelayanan ( DPJP )
3. Dokter jaga
4. Kepala bagian setiap ruang
5. Case manager setiap ruangan bila ada
6. Perawat/bidan jaga setiap ruangan ( minimal Perawat Klinik II )
13. Tugas tim reaksi cepat
1.PPJA mengidentifikasi kondisi pasien yang mengalami perburukan
2.Melaporkan kepada dokter penanggung jawab pelayanan ( DPJP )
tentang kondisi pasien oleh ketua tim perawat/ bidan.
3.Memberikan tindakan resusitasi yang dibutuhkan dalam waktu kurang
dari lima ( 5 ) menit
4.Mendokumentasikan tindakan dan hasilnya di rekam medik
5.Memberikan informasi dan edukasi kepada pasien dan keluarga tentang
tanda - tanda perburukan
14. Alur EWS dan aktivasi system code blue
1. Seluruh PPJA harus terlatih untuk mengenali penurunan kondisi pasien. Lakukan
monitoring secara rutin terhadap parameter klinis pasien.
2. Lakukan monitoring secara terus menerus dan dokumentasikan pada status
rekam medis pasien, lakukan respon sesuai dengan petunjuk pada alur EWS
pasien oleh dokter jaga ruangan
3. Jika terjadi peningkatan skor EWS dengan resiko ringan atau sedang, maka
tingkatkan frekuensi monitoring, assesmen oleh dokter jaga bangsal,
konsultasikan ke dokter penanggungjawab pasien (DPJP) atau spesialis lain
yang terkait.
4. Jika pasien tidak stabil, pasien dipindahkan ke ruang intensif
(UPI/intermediate) sesuai indikasi.
5. Jika terdapat keadaan yang mengancam jiwa, aktifkan sistem code blue.
15. CARA MENGAKTIFKAN CODE BLUE
CODE BLUE ---> kode isyarat yang digunakan dalam rumah sakit yang
menandakan adanya seorang pasien yang sedang mengalami serangan
jantung [Cardiac Arrest] atau mengalami situasi gagal nafas akut [Respiratory
Arrest] dan situasi darurat lainnya yang menyangkut dengan nyawa pasien.
CARA MENGAKTIFKAN :
• Tekan ###0 (Kjr, Ptj dan Waru) / ##0000 (Satelit)
CODE BLUE - LOKASI
(di ulang 3x)
Ex : CODE BLUE NSD 504
CODE BLUE NSD 504
CODE BLUE NSD 504
16. referensi
Mackintosh N,Watson K, Rance S, Sandall J. (2014).Value of a modified early obstetric
warning system (MEOWS) in managing maternal complications in the peripartum period: an
ethnographic study. BMJ quality & safety. 2014;23(1):26-34.
Carle C,Alexander P, Columb M, Johal J. (2013). Design and internal validation of an obstetric
early warning score: secondary analysis of the Intensive Care National Audit and Research
Centre Case Mix Programme database.Anaesthesia. 2013;68(4):354-68.
Duncan, K., & McMullan, C. (2012). Early Warning System. Philadelphia:
Lippincott Williams & Wilkins.
Kyriacos U, Jelsma J, Jordan S (2011) Monitoring vital signs using early warning scoring
systems: a review of the literature. Journal of Nursing Management 19: 311–330
O‘Connor K, Reid J. (2010). Impact of modified early obstetric warning score systems on
monitoring of basic physiological parameters on maternity wards. International Journal of
Obstetric Anesthesia 2010;19.
Monaghan A. 2005. Detecting and Managing Deterioration in children, Pediatric Nurse. Child
Helath BC
❑ PMK 40 ,( 2017 ). mengenai jenjang karir
Tucker, KM, Brewer,TL, Baker, RB, Demeritt, B, & Vossmeyer, M (2009). Journal for
Specialists in Pediatric Nursing. 14(2), 79- 85