Keracunan merupakan keadaan darurat yang diakibatkan masuknya suatu zat atau makanan ke dalam tubuh (seperti saluran pencernaan, saluran nafas, kulit atau mukosa) melalui berbagai cara yang berbahaya bagi tubuh. Pertolongan yang salah atau yang secara berlebihan justrumendatangkan bahaya baru bagi korban.
2. Racun adalah zat-zat yang dapat menyebabkan
penyakit luka atau kematian (Pujiadi Solihin, 2000)
Keracunan merupakan keadaan darurat yang
diakibatkan masuknya suatu zat atau makanan ke
dalam tubuh (seperti saluran pencernaan, saluran
nafas, kulit atau mukosa) melalui berbagai cara yang
berbahaya bagi tubuh. Pertolongan yang salah atau
yang secara berlebihan justru
mendatangkan bahaya baru bagi korban.
Keracunan bisa terjadi melalui proses
menelan, menghirup, menyentuh atau
menyuntikkan berbagai obat, bahan kimia,
racun atau gas.
3. Bahan-bahan yang dapat menyebabkan
keracunaan adalah :
1) Obat-obatan : Salisilat, asetaminofen,
digitalis, aminofilin
2) Gas toksin : Karbon monoksida, gas
toksin iritan
3) Zat kimia industri : Metil alkohol, asam
sianida, kaustik, hidrokarbon
4) Zat kimia pertanian : Insektisida
5) Makanan : Singkong, Jengkol, Bongkrek
6) Bisa ular atau serangga
4. • Racun masuk melalui mulut
• Racun yang masuk melalui saluran nafas
• Racun masuk melalui kulit
• Racun yang masuk melalui suntikan
MACAM – MACAM TERJADINYA KERACUNAN :
6. Tingkat kesadaran merupakan petunjuk penting untuk
mengetahui beratnya keracunan yang dialami oleh
penderita. Derajat tingkat keracunan didalam toksikologi
dibagi dalam beberapa tingkat berdasarkan kesadaran
pasien.
Keracunan tingkat 1 : penderita mengantuk tetapi
masih sadar dan mudah diajak berbicara.
Keracunan tingkat 2 : penderita dalam keadaan sopor,
tetapi dapat dibangunkan dengan rangsangan minimal
seperti panggilan atau digoyangkan lengannya.
TINGKAT KESADARAN PENDERITA KERACUNAN
7. Keracunan tingkat 3 : penderita dalam keadaan
soporkoma dan hanya bereaksi terhadap rangsangan
maksimal seperti dengan menggosok tulang dada
dengan keras dengan menggunakan kepalan tangan.
Keracunan tingkat 4 : penderita dalam keadaan
koma dan tidak ada reaksi sedikitpun terhadap
rangsangan seperti diatas. Ini merupakan tingkat yang
lebih parah dan mengancam keselamatan jiwa.
9. PENATALAKSANAAN
1. Tindakan emergensi
Airway : Bebaskan jalan nafas, kalau perlu
lakukan intubasi.
Breathing : Berikan pernafasan buatan bila
penderita tidak bernafas spontan
atau pernapasan tidak adekuat.
Circulation : Pasang infus bila keadaan
penderita gawat dan perbaiki
perfusi jaringan.
2. Identifikasi penyebab keracunan
3. Eliminasi racun
10. • Racun yang ditelan
a. Rangsang muntah
Dilakukan dalam 1 jam pertama sesudah
menelan bahan beracun, bila lebih dari 1 jam
tidak perlu dirangsang muntah kecuali bila bahan
beracun tersebut mempunyai efek yang
menghambat motilitas (memperpanjang
pengosongan ) lambung.
Rangsang muntah dapat dilakukan dengan
merangsang palatum mole atau dinding belakang
faring, atau dapat dilakukan dengan pemberian
obat- obatan :
11. b. Sirup Ipecac
Dapat diberikan pada anak diatas 6 bulan.
Pada anak usia 6 - 12 bulan 10 ml 1 – 12 tahun 15
ml > 12 tahun 30 ml. Pemberian sirup ipecac
diikuti dengan pemberian 200 ml air putih. Bila
sesudah 20 menit tidak terjadi muntah pada
anak diatas 1 tahun pemberian ipecac dapat
diulangi.
c. Apomorphine
Sangat efektif dengan tingkat keberhasilan
hampir 100%,dapat menyebabkan muntah dalam
2 - 5 menit. Dapat diberikan dengan dosis 0,07
mg/kg BB secara subkutan.
12. • Kumbah lambung
Berguna bila dilakukan dalam 1-2 jam
sesudah menelan bahan beracun, kecuali bila
menelan bahan yang dapat menghambat
pengosongan lambung. Kumbah lambung seperti
rangsang muntah tidak boleh dilakukan pada :
1) Keracunan bahan korosif
2) Keracunan hidrokarbon
3) Kejang
• Catharsis
Efektivitasnya masih dipertanyakan.
Jangan diberikan bila ada gagal ginjal, diare yang
berat ( severe diarrhea ), ileus paralitik atau
trauma abdomen.
13. • Pemberian Norit ( activated charcoal )
Jangan diberikan bersama obat muntah,
pemberian norit harus menunggu paling tidak 30 -
60 menit sesudah emesis. Dosis 1 gram/kg BB dan
bisa diulang tiap 2 - 4 jam bila diperlukan,
diberikan per oral atau melalui pipa nasogastrik.
• Diuretika paksa ( Forced diuretic )
Diberikan pada keracunan salisilat dan
phenobarbital ( alkalinisasi urine ). Tujuannya
untuk mendapatkan produksi urine 5,0 ml/kg/jam,
jangan sampai terjadi overload cairan. Harus
dilakukan monitor dari elektrolit serum pada
pemberian diuresis paksa. Kontraindikasi : edema
otak dan gagal ginjal.
14. • Dialysis
Dilakukan bila usaha-usaha lain sudah
tidak membawa hasil. Bermanfaat hanya pada
bahan beracun yang bisa melewati filter dialisis
(dialysa ble toxin ) seperti phenobarbital,
salisilat, theophylline, methanol, ethylene glycol
dan lithium.
4. Racun yang disuntikkan atau sengatan
1) Immobilisasi
2) Pemasangan torniquet diproksimal dari
suntikan
3) Berikan antidotum bila ada
15. 5. Racun pada kulit dan mata
Lepaskan semua yang dipakai kemudian
bersihkan dengan sabun dan siram dengan air
yang mengalir selama 15 menit. Jangan diberi
antidotum.
6. Racun yang dihisap melalui saluran nafas
Keluarkan penderita dari ruang yang
mengandung gas racun. Berikan oksigen. Kalau
perlu lakukan pernafasan buatan.
1) Pengobatan Supportif
2) Pemberian cairan dan elektrolit
3) Perhatikan nutrisi penderita
4) Pengobatan simtomatik ( kejang, hipoglikemia,
kelainan elektrolit dsb.)