Dokumen tersebut membahas tentang penyakit asma, termasuk gejalanya, penyebabnya, diagnosis, dan pengobatannya. Asma dapat diobati dengan dua cara, yaitu non-obat dan obat, baik untuk jangka pendek maupun panjang, dengan mempertimbangkan efek sampingnya terutama bagi ibu hamil dan anak-anak.
2. • Penyakit Asma (Asthma) adalah
suatu penyakit kronik (menahun)
yang
menyerang
saluran
pernafasan (bronchiale) pada
paru
dimana
terdapat
peradangan (inflamasi) dinding
rongga
bronchiale
sehingga
mengakibatkan
penyempitan
saluran nafas yang akhirnya
seseorang mengalami sesak
nafas.
3. • Pada suatu serangan asma, otot polos dari
bronki mengalami kejang dan jaringan yang
melapisi
saluran
udara
mengalami
pembengkakan karena adanya peradangan
dan pelepasan lendir ke dalam saluran udara.
Hal ini akan memperkecil diameter dari
saluran udara (disebut bronkokonstriksi) dan
penyempitan ini menyebabkan penderita
harus berusaha sekuat tenaga supaya dapat
bernafas.
4. • Penderita asma saluran pernapasannya
memiliki sifat yang khas yaitu sangat peka
terhadap berbagai rangsangan (bronchial
hyperreactivity = hipereaktivitas saluran
napas)
7. • Obat inhibitor Prostaglandin (NSAID)
• Obat-obat antagonis simpatis yg ß1
(antagonis reseptor beta1, adrenergik), ex:
obat hipertensi, obat jantung (propanolol)
• Zat-zat hasil industri
ex: obat anti serangga.
8. • Pernafasan berbunyi (wheezing/ mengi/
bengek) terutama saat mengeluarkan
nafas (exhalation). Tidak semua penderita
asma memiliki pernafasan yang berbunyi,
dan tidak semua orang yang nafasnya
terdengar wheezing adalah penderita
asma
• Adanya sesak nafas sebagai akibat
penyempitan saluran bronki (bronchiale).
9. • Batuk berkepanjangan di waktu malam
hari atau cuaca dingin.
• Adanya
keluhan
penderita
yang
merasakan dada sempit.
• Serangan asma yang hebat menyebabkan
penderita tidak dapat berbicara karena
kesulitannya dalam mengatur pernafasan.
10. • Langkah tepat yang dapat dilakukan untuk
menghindari serangan asma adalah menjauhi
faktor-faktor penyebab yang memicu timbulnya
serangan asma itu sendiri. Setiap penderita
umumnya memiliki ciri khas tersendiri terhadap
hal-hal yang menjadi pemicu serangan asmanya.
• Setelah terjadinya serangan asma, apabila
penderita sudah merasa dapat bernafas lega
akan tetapi disarankan untuk meneruskan
pengobatannya sesuai obat dan dosis yang
diberikan oleh dokter.
11. • Turunan
xantin
(bronkodilatasi),
ex:
aminophilyn, theofillyn.
• Kortikosteroid (anti inflamasi)
ex:prednison, metilprednisolon
• Imunosupresan (obat yang menekan reaksi
AgAb
juga
sebagai
anti
inflamasi)
ex:metotreksat
• Garam-garam kromolin (profilaksis, untuk
mencegah keluarnya AH=anti histamin)
12. Asma dapat diterapi dengan 2 macam
cara:
• Cara pertama merupakan terapi non-obat,
dapat dilakukan dengan menghindari
pemicunya, atau dengan terapi napas
(senam asma).
• Cara kedua dengan melibatkan obat-obat
asma
14. • Untuk penggunaan jangka panjang yang
berguna mengontrol gejala asma dan sebagai
terapi untuk mencegah kekambuhan (long-term
prevention)
15. • Obat jangka panjang memberikan pencegahan
jangka panjang terhadap gejala asma, menekan,
mengontrol, dan menyembuhkan inflamasi jika
digunakan teratur namun tidak efektif untuk
mengatasi serangan akut.
16. Antara lain :
• Kortikosteroid inhalasi : merupakan obat paling
efektif
• Beta-2 agonis : aksi panjang
• Metil ksantin (teofilin) : mengatasi gejala asma
pada malam hari (gejala nocturnal)
• Kromolin dan Nedokromil : sebagai anti inflamasi
BACK
TO…
17. • Obat asma untuk penggunaan jangka pendek
yang merupakan pengobatan cepat untuk
mengatasi serangan asma akut (short-term
relief).
18. Untuk jangka pendek, berupa obat-obat
bronkodilator. Seperti :
• Salbutamol
• Terbutalin
• Ipratropium
• kortikosteroid oral
BACK
TO…
19. Untuk jangka panjang dan pendek, dapat
digunakan obat-obat sistemik, seperti :
Prednisolon
Prednison
Metilprednisolon
20. • Kortikosteroid hirup, pada ibu hamil
berefek pada rendahnya berat bayi yang
lahir dan memperlambat pertumbuhan
anak-anak
jika
digunakan
selama
bertahun-tahun.
• Kortikosteroid inhalasi berefek samping
lokal pada anak-anak seperti batuk, rasa
haus, dan kekakuan lidah bila pemberian
melalui nebulizer, meningkatkan kejadian
21. • Kortikosteroid oral dapat saja digunakan
untuk jangka panjang, tetapi hanya boleh
digunakan kalau obat lain telah gagal
sebab beresiko osteoporosis.
• Teofilin, pada anak-anak, menimbulkan
hiperaktivitas dan gangguan pencernaan.
22. • Obat-obat sistemik dalam jangka pendek
dapat
meningkatkan
berat
badan,
hipertensi, gemuk air karena retensi
cairan,
dan
jangka
panjangnya
menimbulkan moon face, perlambatan
pertumbuhan, diabetes, dan penipisan
jaringan kulit.
23. • Obat-obat jenis beta agonis adalah yang paling
sering diberikan karena menurut hasil riset obat-obat
beta agonis tidak meningkatkan risiko timbulnya
kelainan kongenital dan kelainan lain. Albuterol atau
salbutamol adalah jenis beta agonis yang paling
banyak digunakan.
• Apabila beta agonis tidak memberikan perbaikan,
pada terapi asma akut secara umum dan pada
wanita
hamil
dapat
disertakan
pemberian
bronkodilator seperti Nebulized Ipratropium.