Dokumen tersebut membahas tentang implementasi etika bisnis di Indonesia dan kaitannya dengan teori utilitarianisme dan good governance. Implementasi etika bisnis di Indonesia masih belum memenuhi prinsip-prinsip good governance dan belum sepenuhnya menerapkan teori utilitarianisme dimana kegiatan bisnis seharusnya memberikan manfaat bagi banyak orang. Beberapa contoh kasus menunjukkan bahwa kegiatan bisnis masih menimbulkan kerugian bagi masyarakat dan lingkungan ak
Tajuk: SV388: Platform Unggul Taruhan Sabung Ayam Online di Indonesia
ETIKABISNIS
1. Nama : FIKRI AULAWI
NIM : 55117110125
Dosen: Prof. Dr. Ir. H. Hapzi Ali, Pre-MSc, MM, CMA
Implementasi “Philosophical Ethics and Business” di Indonesia Serta
Kaitannya Dengan BE and GG
Philosophical Ethics and Business
Pada bisnis global yang kian lama semakin ketat ini mendorong perusahaan-perusahaan untuk
melakukan aktivitas atau tindakan apapun guna mencapai kepentingan mereka tanpa
memperhatikan nilai-nilai moralnya, sebagai contoh memasang iklan yang berisi kebohongan,
pelanggaran HAKI, usaha illegal, dampak lingkungan tidak diperhatikan, memperbesar
keuntungan dengan menurunkan kualitasnya, semua hal itu berdampak pada bisnis yang tidak
sehat. Agar terhindar dari aktivitas buruk tersebut, diperlukannya suatu etika bisnis. Etika bisnis
diperlukan oleh suatu perusahaan sebagai kontrol untuk kepentingan perusahaan.
(lysasuke, 2017) Implementasi etika bisnis di Indonesia sendiri masih jauh dari kata etis,
sebagaimana yang marak si beritakan di media sosial atau media massa lainnya. Contoh yang
sering terjadi baik itu usaha kecil maupun usaha besar yaitu dibidang kuliner misalnya bakso
diberi pengawet berbahaya agar dapat bertahan lama, di bidang perfilman juga masih banyak
dilakukan pembajakan film guna mendapatkan keuntungan, di bidang industri misalnya
membuang limbah asal-asalan tanpa di olah terlebih dahulu dan itu dapat menimbulkan dampak
negatif bagi lingkungan dan masyarakat sekitar, di bidang hukum misalnya pembrantasan
korupsi masih di anggap kurang serius. Contoh-contoh tersebut membuktikan bahwa penerapan
etika bisnis di Indonesia masih sangat memprihatinkan. Maka dari itu sangat diperlukan etika
bisnis bagi suatu usaha apapun dan jika dalam penerapannya terdapat pelanggaran etika bisnis
harusnya dapat ditindak seadil-adilnya
Etika bisnis yang dijalankan oleh perusahaan dianggap perlu untuk beberapa alasan, yaitu
mengembangan nilai-nilai moral di dalam perusahaan, pengambilan keputusan yang etis, sebagai
kontrol aspek keuangan, social, lingkungan, hal tersebut jika dilakukan berdasarkan etika yang
berlaku, maka akan menghasilkan pertumbuhan ekonomi yang sehat, sehingga perusahaan
mampu untuk terus bersaing. Pada dasarnya etika diperlukan oleh setiap individu untuk
menentukan dan memilih baik atau buruknya suatu tindakan yang akan diambil nanti. Prinsip-
prinsip dalam etika bisnis sebagai acuan pengambilan keputusan harus bersifat jujur, adil, saling
menguntungkan , dan mempunyai integritas moral (lysasuke, 2017)
2. Beberapa teori mengenai etika, yaitu utilitarianisme dan deontologis. Teori utilitarianisme yaitu
suatu tindakan yang menghasilkan dampak yang bermanfaat untuk masyarakat, baik itu
karyawan dan pemangku kepentingan seperti pemegang saham, konsumen, badan hokum serta
masyarakat sekitar. Salah satu manfaat untuk bisnis perusahaan adalah cost benefit analysis yang
berarti apakah perusahaan mendapat untung atau malah mengalami kerugian. Jika perusahaan
mendapat untung maka tujuan dapat tercapai, tetapi sebaliknya, perusahaan rugi maka tujuan
tidak tercapai. Untung yang dimaksudkan bisa dari segi pebisnis dan konsumen itu sendiri dalam
jangka waktu yang panjang, serta bukan selalu dalam bentuk uang saja. Utilitarianisme sendiri
terbagi menjadi dua, yaitu utilitarianisme perbuatan yang segala sesuatunya diterapkan pada
perbuatan, dan utilitarianisme aturan moral yang dapat diterima bersama (lysasuke, 2017).
Etika Deontologi adalah sebuah istilah yang berasal dari kata Yunani ‘deon’ yang berarti
kewajiban dan ‘logos’ berarti ilmu atau teori. Mengapa perbuatan ini baik dan perbuatan itu
harus ditolak sebagai keburukan, deontologi menjawab, ‘karena perbuatan pertama menjadi
kewajiban kita dan karena perbuatan kedua dilarang (rachmisetyoasih, 2014)
(lysasuke, 2017) Hal lainnya dalam etika bisnis yaitu setiap individu berhak mendapatan hak
yang demokratis. Misalnya sebagai konsumen berhak mendapatan produk yang sehat, aman, dan
sesuai kebutuhan karena konsumen sudah melakukan kewajibannya yaitu membeli produk,
sedangkan karyawan berhak mendapatan gaji yang adil, lingkungan kerja yang sehat dan aman
karena karyawan sudah melakukan kewajibannya yaitu bekerja. Selain itu etika bisnis juga
mengutamaan watak baik setiap individu sehingga individu tersebut dapat bertingkah laku baik.
Watak yang dianggap baik meliputi jujur, adil, percaya, ulet, ramah, loyalitas, hormat dan rasa
malu. (lysasuke, 2017) Beberapa contoh-contoh dalam penerapan etika bisnis di suatu
perusahaan adalah :
Pengembangan kode etik dan menjalankannya dengan konsisten
Kontrak social yang mewajibkan para anggota untuk berpegang teguh pada nilai-nilai
moral
Watak baik yang harus selalu dibangun dan dipelihara
Melindungi hak para anggota
Saling percaya dalam perilaku
Tanggung jawab hal yang dikerjakan, misalnya untuk masyarakat sekitar, perusahaan
harus ramah lingkungan karena menyangkut kepentingan orang banyak, untuk karyawan
berupa gaji yang adil, dan untuk konsumen, memperoleh produk yang aman, dan
spesifikasi produk.
Dalam aspek bisnis harus menuju inovasi, keadilan dan komunitas dunia.
3. Namun dalam penerapan etika bisnis pastilah terdapat dilema dalam menjalankannya, yaitu
konflik yang timbul, kejujuran dan loyalitas vs kebenaran. Jika etika bisnis sudah dibuat tetapi
dalam penerapannya masih terdapat hal yang tidak etis itu bisa disebabkan oleh :
Laba yang tidak realistic
Kondisi masing-masing setiap individu
Keseimbangan antara kerja dan keluarga
Komuniasi yang jelek
Praktek bisnis yang terjadi selama ini di Indonesia masih belum berjalan baik secara
keseluruhan, meskipun beberapa perusahaan sudah mulai menjalankan praktek bisnis yang baik
sesuai aturan tetapi masih banyak juga yang cenderung mengabaikan etika, rasa keadilan dan
banyak sekali praktek-praktek tidak terpuji atau moral hazard (Atyanta Henggar, 2017) .
(Atyanta Henggar, 2017) Sebagai contoh petani di Brebes harus merasa khawatir akan hasil
panen bawang merah dan padi mereka setelah sungai Liyer yang menjadi saluran irigrasi ratusan
hektar sawah mereka harus tercemar limbah cair dari pabrik textile. Akibat pencemaran tersebut
membuat aliran sungai Liyer menjadi dipenuhi busa berwarna putih dengan ketinggian hampir 5
meter.
Contoh lain adalah kerugian yang dialami warga Rancaengkek karena aliran sungai Cikijing
tercemar limbah industri membuat mereka mengalami kerugian sebanyak Rp 11,3 Triliun dan
ironisnya hal ini sudah terjadi selama 12 tahun. Pencemaran ini membuat sektor pertanian,
perkebunan hingga perikanan mengalami penurunun nilai produktivitas pada masing-masing
sektor. Tentu hal ini sangat merugikan masyarakat dan pendirian pabrik tersebut hanya
mengedepankan keuntungan perusahaan tanpa melihat dampak disekitarnya.
Dari hal ini bisa kita lihat bahwa implementasi Etika bisnis masih belum diimplementasikan
secara baik di Indonesia dan tentu saja hal ini masih bertolak belakang dengan pemahaman
Utilitarisme dimana tindakan bisnis yang baik adalah kebijakan yang menghasilkan berbagai hal
yang baik, bukan sebaliknya menimbulkan kerugian.
Dalam hal ini tentu saja bukan hanya perusahaan yang bersalah tetapi pemerintah juga dinilai
lalai dan bersalah. Pencemaran lingkungan salah satu penyebabnya adalah kesalahan pemerintah
dalam melaksanakan wewenang pengelolaan lingkungan seperti penerbitan izin yang tidak dikaji
dengan baik dan cermat. Sehingga perusahaan dengan mudah mendapatkan izin tetapi
pemerintah lemah dalam pengawasannya (Atyanta Henggar, 2017).
Jika dikaitkan dengan good governance etika bisnis di Indonesia masih belum sesuai dengan
prinsip good governance itu sendiri. Beberapa nilai-nilai etika perusahaan yang sesuai dengan
prinsip-prinsip good governance, yaitu kejujuran, tanggung jawab, saling percaya, keterbukaan
4. dan kerjasama. Melihat dua fenomena yang sudah dijelaskan diatas maka perusahaan tidak
mempunyai nilai-nilai tersebut terutama nilai tanggung jawab karena telah menyebabkan
masyarakat sekitar mengalami kerugian dan bahkan ada yang telah terjadi hingga 12 tahun.
Bukan hanya perusahaan melainkan pemerintah juga masih belum menerapkan prinsip good
governance dalam menjalankan tugasnya.
Untuk mewujudkan etika bisnis yang baik ada perlunya kita harus mengetahui tentang beberapa
hal sebagai berikut (Atyanta Henggar, 2017):
Teori Utilitarisme
Dalam konteks utilitarisme, suatu perbuatan adalah baik, jika membawa kesenangan sebesar-
besarnya bagi jumlah orang banyak. Sehingga kegiatan yang dapat membawa manfaat serta
memajukan kesejahteraan orang banyak adalah baik. Dalam konteks bisnis dapat dikatakan
bahwa hal itu baik jika membawa manfaat bagi masyarakat dan konsumen.
Konsep Deontology
Konsep ini berbeda dengan Utilitarisme dimana konsep ini menganggap hal ini baik jika
dilakukan karena memang harus dilakukan atau karena hal ini adalah kewajiban sehingga
konsekuensi perbuatan tidak berperan sama sekali:
a. Teori Hak
Teori ini merupakan suatu aspek dari teori deantologi karena hak berkaitan dengan kewajiban.
Dalam hak kita mempelajari bahwa dari segi martabat manusia tidak ada bedanya sehingga
kita tidak boleh memperlakukan secara berbeda. Selain itu manusia selalu harus dihormati
sebagai suatu tujuan sendiri dan tidak pernah boleh diperlakukan semata-mata sebagai sarana
demi tercapainya suatu tujuan lain.
Dalam etika bisnis teori hak dilakukan kepada karyawan dan konsumen, dimana karyawan
berhak mendapatkan gaji dan lingkungan kerja yang nyaman serta konsumen berhak
mendapatkan produk yang aman dan tidak membahayakan kesehatan.
b. Teori Keutamanaan
Teori ini mengedepankan hidup yang baik adalah hidup menurut keutamaan dan semua
keutamaan tidak sama pentingnya untuk setiap orang atau setiap bidang kegiatan. Dalam
menjalankan bisnis, pelaku bisnis harus mengutamakan kejujuran, fairness, kepercayaan,
keuletan, , loyalitas, kehormatan dan rasa malu.
Dari keempat hal tersebut dapat disimpulkan bahwa segala bentuk usaha harus membawa
dampak yang baik untuk karyawan, konsumen dan masyarakat. Perusahaan yang membawa
dampak buruk seharusnya mulai menyadari sejak awal bahwa ada sesuatu yang salah dalam
perusahaannya seperti jika ada permasalahan pencemaran limbah industri , perusahaan harus
segera mengambil tindakan dan melihat kembali apakah yang mereka perbuat sesuai dengan
rancangan AMDAL yang mereka buat.
Rekomendasi yang bisa saya usulkan mengenai etika bisnis yang berjalan di Indonesia adalah
mengubah mindset bahwa etika bisnis bukan kewajiban pelaku bisnis tetapi sudah menjadi
suatu kebutuhan yang harus terpenuhi. Dengan mindset seperti ini setiap perusahaan tidak
perlu lagi kebingungan untuk memilik etika bisnis yang baik bagi perusahaan karena hal ini
5. memang sudah menjadi satu kesatuan perusahaan yang melekat sejak rencana awal pendirian
perusahaan. Dengan hal ini perusahaan akan terus berlomba-lomba untuk meningkatkan etika
bisnisnya karena hal ini akan bisa menjadi nilai lebih perusahaan yang akan ditawarkan
kepada masyarakat (Atyanta Henggar, 2017)
Menekankan pada sikap atau akhlak seseorang, hidup yang baik adalah hidup menurut
keutamaan, ada banyak keutamaan dan keutamaan tidak sama pentingnya untuk setiap orang
atau setiap bidang kegiatan. Ada 4 keutamaan (desydharmawati, 2017) :
Kejujuran
Orang yang mempunyai keutamaan kejujuran tidak akan berbohong atau menipu dalam
transaksi bisnis.
Keadilan
Keadilan adalah kesediaan untuk memberikan untuk memberikan apa yang wajar kepada
semua orang dan dengan “wajar” dimaksudkan apa yang bisa disetujui oleh semua pihak
yang terlibat dalam suatu transaksi.
Kepercayaan
Kepercayaa adalah bersedia untuk menerima mitranya sebagai orang yang bisa
diandalkan.
Keuletan
Keuletan dalam bisnis cukup dekat dengan keutamaan lebih umum yang disebut “
keberanian moral”.
Keutamaan lain yang perlu diterapkan dalam aktivitas bisnis diantaranya: keramahan,
loyalitas, kehormatan dan rasa malu. Walaupun setiap teori menekankan aspek yang berbeda
tentang moral, akan tetapi teori-teori tsb, memiliki beberapa persamaan khususnya yang
berfokus tentang apa yang seharusnya atau tidak seharusnya dilakukan.
(desydharmawati, 2017) Didalam bisnis, ada banyak faktor yang mempengaruhi seorang
pembuat keputusan dalam membuat keputusan yang benar. Faktor-faktor tersebut
dikelompokan menjadi kendala organisasional dan karakter personal. Kendala organisasional
meliputi : system reward, budaya organisasi, sifat manajemen puncak dalam perusahaan tsb,
orang akan melakukan pekerjaan sesuai dengan upah yang diterimanya, jika system reward
meningkatkan keraguan atau menurunkan semangat untuk melakukan diskusi etis tentang
tindakan yang dianjurkan, maka karyawan tidak akan mempertimbangkan faktor etika dalam
pembuatan keputusan.
Nilai organisasi mempengaruhi perilaku karyawan dan Manajer Senior, jika karyawan
mengetahui bahwa perusahaan memilih atau mendukung konsumen yang melakukan tindakan
tidak etis namun Dewan Direktur menunjukan tingkah laku yang “Bossy” maka karyawan
junior akan berfikir bahwa etika dan melakukan tindakan yang benar adalah tidak penting
dalam bisnis.
6. Karakteristik Personal mempengaruhi apa yang sebenarnya dianggap benar misalnya terkait
dengan pemahaman bisnis yang menyesatkan, komitmen yang berlebihan terhadap
perusahaan dan ketidak dewasaan etika. Beberapa karyawan memliki pemikiran yang keliru
yaitu tujuan bisnis adalah hanya untuk mendapatkan laba.
Implementasi Philosophical Ethics and Bussines di Indonesia
(Ekayuliani, 2017) Tetapi pada tatanan praktek implementasi “philosophical ethics and
business’ di indonesia masih sangat jauh dari perilaku bisnis yang baik, hal ini dapat kita
ketahui bahwa banyak benturan kepentingan yang terjadi dalam perilaku bisnis demi
mendapatkan keuntungan yang sebanyak-banyaknya.
Contoh PT.X demi memenangkan tender, pihak perusahaan bisa melakukan perilaku yang
buruk demi mendapatkan proyeknya, dengan memberikan uang pelicin kepada pihak yang
melakukan lelang. Hal ini menunjukan perilaku yang buruk atau tidak sesuai dengan etika
bisnis yang seharusnya diterapkan, persaingan yang tidak sehat sering dilakukan oleh pelaku
bisnis. Maka dari itu etika bisnis sangat diperlukan bagi perusahaan karena demi mencapainya
suatu tujuan perusahaan.
Hal yang direkomendasikan terkait Philosophical Ethics and Bussines dalam suatu
perusahaan
(Ekayuliani, 2017) Pada intinya para pelaku bisnis harus memiliki prilaku bisnis yang baik,
persaingan secara tidak sehat dan tidak hanya mementingkan keuntungan saja. Perusahaan
harus dapat menerapkan kesadaran berperilaku baik bahkan dan harus selalu diingatkan
tentang berperilaku baik, baik terhadap atasan, bawahan, rekan sekerja dan para pemangku
kepentingan karena perusahaan yang baik dimulai dari tata kelola yang baik dan tata kelola
yang baik tidak terlepas dari kerja sama yang baik dari semua unit, sehingga dapat
terwujudnya visi misi perusahaan.
Jadi pada etika bisnis bukan lagi merupakan suatu kewajiban yang harus dilakukan oleh
pelaku bisnis tetapi menjadi suatu kebutuhan yang harus dipenuhi. Etika bisnis yang baik dan
sehat menjadi kunci bagi suatu perusahaan untuk membuatnya tetap berdiri kokoh dan tahan
terhadap segala macam serangan ketidakstabilan ekonomi.
Hal yang direkomendasikan terkait Philosophical Ethics and Bussines dalam suatu perusahaan
(Ekayuliani, 2017) :
Pada intinya para pelaku bisnis harus memiliki prilaku bisnis yang baik, persaingan secara tidak
sehat dan tidak hanya mementingkan keuntungan saja. Perusahaan harus dapat menerapkan
kesadaran berperilaku baik bahkan dan harus selalu diingatkan tentang berperilaku baik, baik
terhadap atasan, bawahan, rekan sekerja dan para pemangku kepentingan karena perusahaan
yang baik dimulai dari tata kelola yang baik dan tata kelola yang baik tidak terlepas dari kerja
sama yang baik dari semua unit, sehingga dapat terwujudnya visi misi perusahaan.