Ukuran Letak Data kuartil dan beberapa pembagian lainnya
ETIKA BISNIS
1. ETIKA BISNIS
Disusun oleh :
Rezi Oktavia
55117110113
PASCA SARJANA MAGISTER MANAJEMEN
UNIVERSITAS MERCU BUANA
2. A. PENGERTIAN ETIKA BISNIS
Etika berasal dari dari kata Yunani Ethos (Jamak - ta etha), berarti adatistiadat. Etika berkaitan
dengan kebiasaan hidup yang baik, baik pada lingkungan maupun pada suatu masyarakat. Etika berkaitan
dengan nilai-nilai,tatacara hidup yg baik, aturan hidup yg baik dan segala kebiasaan yg dianut
dandiwariskan dari satu orang ke orang yang lain atau dari satu generasi kegenerasi yg lain.
Etika bisnis adalah cara untuk melakukan kegiatan bisnis, yang mencakup seluruh aspek yang
berkaitan dengan individu, perusahaan dan juga masyarakat. Etika Bisnis dalam suatu perusahaan dapat
membentuk nilai, norma dan perilaku karyawan serta pimpinan dalam membangun hubungan yang adil
dan sehat dengan pelanggan/mitra kerja, pemegang saham, masyarakat.
Perusahaan meyakini prinsip bisnis yang baik adalah bisnis yang beretika, yakni bisnis dengan
kinerja unggul dan berkesinambungan yang dijalankan dengan mentaati kaidah-kaidah etika sejalan
dengan hukum dan peraturan yang berlaku.
Etika Bisnis dapat menjadi standar dan pedoman bagi seluruh karyawan termasuk manajemen dan
menjadikannya sebagai pedoman untuk melaksanakan pekerjaan sehari-hari dengan dilandasi moral yang
luhur, jujur, transparan dan sikap yang profesional.
1. PENGERTIAN ETIKA BISNIS MENURUT PARA AHLI
a) Velasques(2002), etika bisnis merupakan studi yang dikhususkan mengenai moral yang benar dan salah.
Studi ini berkonsentrasi pada standar moral sebagaimana diterapkan dalam kebijakan, institusi dan
perilaku bisnis.
b) Menurut Hill dan Jones(1998), menyatakan bahwa etika bisnis merupakan suatu ajaran untuk membedakan
antara salah dan benar guna memberikan pembekalan kepada setiap pemimpinperusahaan ketika
mempertimbangkan untuk mengambil keputusan strategis yang terkaitdengan masalah moral yang
kompleks. Lebih jauh ia mengatakan Sebagian besar dari kita sudah memiliki rasa yang baik dari apa yang
benar dan apa yang salah, kita sudah tahu bahwa salah satu untuk mengambil tindakan yang
menempatkan resiko kehidupan yang lain.”).
c) Menurut Steade et al (1984 : 701), dalam bukunya ”Business, Its Natura and Environment An Introduction”
Etika bisnis adalah standar etika yangberkaitan dengan tujuan dan cara membuat keputusan bisnis.”.
3. Tiga pendekatan dasar dalam merumuskan tingkah laku etika bisnis, yaitu :
1) Utilitarian Approach : setiap tindakan harus didasarkan pada konsekuensinya. Oleh karena itu, dalam
bertindak seseorang seharusnya mengikuti cara-cara yang dapat memberi manfaat sebesar-besarnya
kepada masyarakat, dengan cara yang tidak membahayakan dan dengan biaya serendah-rendahnya.
2) Individual Rights Approach : setiap orang dalam tindakan dan kelakuannya memiliki hak dasar yang
harus dihormati. Namun tindakan ataupun tingkah laku tersebut harus dihindari apabila diperkirakan akan
menyebabkan terjadi benturan dengan hak orang lain.
3) Justice Approach : para pembuat keputusan mempunyai kedudukan yang sama, dan bertindak adil dalam
memberikan pelayanan kepada pelanggan baik secara perseorangan ataupun secara kelompok.
Dari berbagai pandangan etika bisnis, beberapa indikator yang dapat dipakai untuk menyatakan
bahwa seseorang atau perusahaan telah mengimplementasikan etika bisnis antara lain adalah:
1) Indikator Etika Bisnis menurut ekonomi adalah apabila perusahaan atau pebisnis telah melakukan
pengelolaan sumber daya bisnis dan sumber daya alam secara efisien tanpa merugikan masyarakat lain.
2) Indikator Etika Bisnis menurut peraturan khusus yang berlaku. Berdasarkan indikator ini seseorang pelaku
bisnis dikatakan beretika dalam bisnisnya apabila masing-masing pelaku bisnis mematuhi aturan-aturan
khusus yang telah disepakati sebelumnya.
3) Indikator Etika Bisnis menurut hukum. Berdasarkan indikator hukum seseorang atau suatu perusahaan
dikatakan telah melaksanakan etika bisnis apabila seseorang pelaku bisnis atau suatu perusahaan telah
mematuhi segala norma hukum yang berlaku dalam menjalankan kegiatan bisnisnya.
4) Indikator Etika Bisnis berdasarkan ajaran agama. Pelaku bisnis dianggap beretika bilamana dalam
pelaksanaan bisnisnya senantiasa merujuk kepada nilai-nilai ajaran agama yang dianutnya.
5) Indikator Etika Bisnis berdasarkan nilai budaya. Setiap pelaku bisnis baik secara individu maupun
kelembagaan telah menyelenggarakan bisnisnya dengan mengakomodasi nilai-nilai budaya dan adat
istiadat yang ada disekitar operasi suatu perusahaan, daerah dan suatu bangsa.
6) Indikator Etika Bisnis menurut masing-masing individu adalah apabila masing-masing pelaku bisnis bertindak
jujur dan tidak mengorbankan integritas pribadinya.
4. 2. PRINSIP ETIKA BISNIS
Etika bisnis memiliki prinsip-prinsip yang harus ditempuh perusahaan oleh perusahaan untuk
mencapai tujuannya dan harus
dijadikan pedoman agar memiliki standar baku yang mencegah timbulnya ketimpangan dalam
memandang etika moral sebagai standar kerja atau operasi perusahaan.
1) Prinsip Otonomi adalah prinsip otonomi memandang bahwa perusahaan secara bebas memiliki wewenang
sesuai dengan bidang yang dilakukan dan pelaksanaannya dengan visi dan misi yang dimilikinya.
Kebijakan yang diambil perusahaan harus diarahkan untuk pengembangan visi dan misi perusahaan yang
berorientasi pada kemakmuran dan kesejahteraan karyawan dan komunitasnya.
2) Prinsip Kejujuran adalah prinsip kejujuran meliputi pemenuhan syarat-syarat perjanjian atau kontrak, mutu
barang atau jasa yang ditawarkan, dan hubungan kerja dalam perusahaan. Prinsip ini paling problematik
karena masih banyak pelaku bisnis melakukan penipuan.
3) Prinsip Tidak Berniat Jahat merupakan prinsip ini ada hubungan erat dengan prinsip kejujuran. Penerapan
prinsip kejujuran yang ketat akan mampu meredam niat jahat perusahaan itu.
4) Prinsip Keadilan adalah perusahaan harus bersikap adil kepada pihak-pihak yang terkait dengan sistem
bisnis. Contohnya, upah yang adil kepada karywan sesuai kontribusinya, pelayanan yang sama kepada
konsumen, dan lain-lain.
5) Prinsip Hormat Pada Diri Sendiri merupakan prinsip yang mengarahkan agar kita memperlakukan
seseorang sebagaimana kita ingin diperlakukan dan tidak akan memperlakukan orang lain sebagaimana
kita tidak ingin diperlakukan.
3. MASALAH ETIKA DALAM BISNIS
Masalah etika dalam bisnis dapat diklasifikasikan ke dalam lima kategori yaitu: Suap (Bribery),
Paksaan (Coercion), Penipuan (Deception), Pencurian (Theft), Diskriminasi tidak jelas (Unfair
discrimination), yang masing-masing dapat diuraikan berikut ini:
a) Suap (Bribery), adalah tindakan berupa menawarkan, memberi, menerima atau meminta sesuatu yang
berharga dengan tujuan mempengaruhi tindakan seorang pejabat dalam melaksanakan kewajiban publik.
Suap dimaksudkan untuk memanipulasi seseorang dengan membeli pengaruh. 'Pembelian' itu dapat
dilakukan baik dengan membayarkan sejumlah uang atau barang, maupun pembayaran kembali' setelah
transaksi terlaksana. Suap kadangkala tidak mudah dikenali. Pemberian cash atau penggunaan callgirls
5. dapat dengan mudah dimasukkan sebagai cara suap, tetapi pemberian hadiah (gift) tidak selalu dapat
disebut sebagai suap, tergantung dari maksud dan respons yang diharapkan oleh pemberi hadiah.
b) Paksaan (Coercion), adalah tekanan, batasan, dorongan dengan paksa atau dengan menggunakan jabatan
atau ancaman. Coercion dapat berupa ancaman untuk mempersulit kenaikan jabatan, pemecatan, atau
penolakan industri terhadap seorang individu.
c) Penipuan (Deception), adalah tindakan memperdaya, menyesatkan yang disengaja dengan mengucapkan
atau melakukan kebohongan.
d) Pencurian (Theft), adalah merupakan tindakan mengambil sesuatu yang bukan hak kita atau mengambil
property milik orang lain tanpa persetujuan pemiliknya. Properti tersebut dapat berupa property fisik atau
konseptual.
e) Diskriminasi tidak jelas (Unfair discrimination), adalah perlakuan tidak adil atau penolakan terhadap orang-
orang tertentu yang disebabkan oleh ras, jenis kelamin, kewarganegaraan, atau agama. Suatu kegagalan
untuk memperlakukan semua orang dengan setara tanpa adanya perbedaan yang beralasan antara
mereka yang 'disukai' dan tidak.
contoh kasus etika bisnis adalah produk-produk hasil hutan yang mendapat protes keras karena
pengusaha Indonesia dinilai tidak memperhatikan kelangsungan sumber alam yang sangat berharga.
Perilaku etik penting diperlukan untuk mencapai sukses jangka panjang dalam sebuah bisnis.
Dua prinsip yang menjadi acuan dimensi etik dalam pengambilan keputusan, yaitu:
1) Prinsip konsekuensi (Principle of Consequentialist) adalah konsep etika yang berfokus pada konsekuensi
pengambilan keputusan. Artinya keputusan dinilai etik atau tidak berdasarkan konsekuensi (dampak)
keputusan tersebut .
2) Prinsip tidak konsekuensi (Principle of Nonconsequentialist) adalah terdiri dari rangkaian peraturan yang
digunakan sebagai petunjuk/panduan pengambilan keputusan etik dan berdasarkan alasan bukan akibat,
antara lain:
a) Prinsip Hak, yaitu menjamin hak asasi manusia yang berhubungan dengan kewajiban untuk tidak saling
melanggar hak orang lain.
b) Prinsip Keadilan, yaitu keadilan yang biasanya terkait dengan isu hak, kejujuran dan kesamaan.
6. Prinsip keadilan dapat dibagi menjadi tiga jenis yaitu:
1) Keadilan distributive, yaitu keadilan yang sifatnya menyeimbangkan alokasi benefit dan beban antar
anggota kelompok sesuai dengan kontribusi tenaga dan pikirannya terhadap benefit. Benefit terdiri dari
pendapatan, pekerjaan, kesejahteraan, pendidikan dan waktu luang. Beban terdiri dari tugas kerja, pajak
dan kewajiban social.
2) Keadilan retributive, yaitu keadilan yang terkait dengan retribution (ganti rugi) dan hukuman atas kesalahan
tindakan. Seseorang bertanggungjawab atas konsekuensi negatif atas tindakan yang dilakukan kecuali
tindakan tersebut dilakukan atas paksaan pihak lain.
3) Keadilan kompensatoris, yaitu keadilan yang terkait dengan kompensasi bagi pihak yang dirugikan.
Kompensasi yang diterima dapat berupa perlakuan medis, pelayanan dan barang penebus kerugian.
Masalah terjadi apabila kompensasi tidak dapat menebus kerugian, misalnya kehilangan nyawa manusia.
Apabila moral merupakan suatu pendorong orang untuk melakukan kebaikan, maka etika bertindak
sebagai rambu-rambu (sign) yang merupakan kesepakatan secara rela dari semua anggota suatu
kelompok. Dunia bisnis yang bermoral akan mampu mengembangkan etika (patokan/rambu-rambu) yang
menjamin kegiatan bisnis yang seimbang, selaras, dan serasi. Etika sebagai rambu-rambu dalam suatu
kelompok masyarakat akan dapat membimbing dan mengingatkan anggotanya kepada suatu tindakan
yang terpuji (good conduct) yang harus selalu dipatuhi dan dilaksanakan. Karena itu diperlukan
pemahaman pula akan berbagai contoh kasus etika bisnis yang lebih luas.
B.HAK-HAK KONSUMEN
Sebagai pemakai barang/jasa, konsumen memiliki sejumlah hak dan kewajiban. Pengetahuan
tentang hak-hak konsumen sangat penting agar
orang bisa bertindak sebagai konsumen yang kritis dan mandiri. Tujuannya, jika ditengarai adanya
tindakan yang tidak adil terhadap dirinya, ia secara spontan menyadari akan hal itu. Konsumen kemudian
bisa bertindak lebih jauh untuk memperjuangkan hak-haknya. Dengan kata lain, ia tidak hanya tinggal
diam saja ketika menyadari bahwa hak-haknya telah dilanggar oleh pelaku usaha.
Sesuai dengan Pasal 5 Undang-undang Perlindungan Konsumen, Hak-hak Konsumen adalah :
1. Hak atas kenyamanan, keamanan dan keselamatan dalam mengkonsumsi barang dan/atau jasa;
7. 2. Hak untuk memilih barang dan/atau jasa serta mendapatkan barang dan/atau jasa tersebut sesuai dengan
nilai tukar dan kondisi serta jaminan yang dijanjikan;
3. Hak atas informasi yang benar, jelas dan jujur mengenai kondisi dan jaminan barang dan/atau jasa;
4. Hak untuk didengar pendapat dan keluhannya atas barang dan/atau jasa yang digunakan;
5. Hak untuk mendapatkan advokasi, perlindungan dan upaya penyelesaian sengketa perlindungan konsumen
secara patut;
6. Hak untuk mendapat pembinaan dan pendidikan konsumen;
7. Hak untuk diperlakukan atau dilayani secara benar dan jujur serta tidak diskriminatif;
8. Hak untuk mendapatkan kompensasi, ganti rugi/penggantian, apabila barang atau jasa yang diterima tidak
sesuai dengan perjanjian atau tidak sebagaimana mestinya;
9. Hak-hak yang diatur dalam ketentuan peraturan perundang-undangan lainnya.
Sebagai bahan pembanding, yang pernah dijadikan referensi Lembaga Konsumen negeri ini,
adalah hak-hak dasar umum yang diakui secara internasional. Hak-hak tersebut pertama kali disuarakan
oleh John F. Kennedy, Presiden Amerika Serikat (AS), pada tanggal 15 Maret 1962
melalui "A special Message for the Protection of Consumer Interest" yang dalam masyarakat internasional
lebih dikenal dengan "Declaration of Consumer Right". Dalam literatur umumnya disebut "empat hak dasar
konsumen" (the four consumer basic rights). Hak-hak dasar yang dedeklarasikan meliputi:
1. Hak untuk mendapat/memperoleh keamanan (the right to safety)
Konsumen memiliki hak untuk memperoleh perlindungan atas keamanan produk dan jasa.
Misalnya, makanan dan minuman yang dikonsumsi harus aman bagi kesehatan konsumen dan
masyarakat umumnya. Produk makanan yang aman berarti produk tersebut memiliki standar kesehatan,
gizi dan sanitasi serta tidak mengandung unsur yang dapat membayakan manusia baik dalam jangka
pendek maupun panjang. Di AS hak ini merupakan hak pertama dan tertua serta paling tidak kontroversial
karena hak ini didukung dan disetujui oleh kalangan bisnis dan konsumen atau yang dikenal sebagai
pemangku kepentingan (stake holders).
2. Hak untuk memilih (the right to choose)
Konsumen memiliki hak untuk mengakses dan memilih produk/jasa pada tingkat harga yang wajar.
Konsumen tidak boleh ditekan atau dipaksa untuk melakukan pilihan tertentu yang akan merugikan dirinya.
Jenis pasar yang dihadapi konsumen akan menentukan apakah konsumen bebas memilih atau tidak suka
8. membeli produk atau jasa tertentu. Namun, dalam struktur pasar monopoli, konsumen dan masyarakat
umum digiring berada dalam posisi yang lemah dengan resiko mengalami kerugian bila tidak memilih atau
membeli produk dan jasa dari kaum monopolis
3.Hak untuk memperoleh informasi (the right to be informed)
Konsumen dan masyarakat memiliki hak untuk memperoleh informasi yang sejelas jelasnya
tentang suatu produk/jasa yang dibeli atau dikonsumsi. Informasi ini diperlukan konsumen atau
masyarakat, agar saat
memutuskan membeli tidak terjebak dalam kondisi resiko yang buruk yang mungkin timbul. Artinya,
konsumen memiliki hak untuk mengetahui ciri/atribut negatif dari suatu produk, misalnya efek samping dari
mengkonsumsi suatu produk, dan adanya peringatan dalamlabel/kemasanproduk.
4. Hak untuk didengarkan (right to be heard)
Konsumen memiliki hak untuk didegarkan kebutuhan dan klaim, karena hak ini terkait dengan hak
untuk memperoleh informasi.Walaupun perlindungan konsumen sudah diatur oleh UUPK. Namun, masih
ada saja pelaku pe-bisnis manufaktur, distribusi, dunia perbankan dan jasa lainnya acap kali tidak
berorientasi pada konsumen dan atau membiarkan bawahan atau cabang atau penyalur mencari lubang
ketidaktahuan konsumen tentang hak hak konsumen yang sengaja ditutupi tutupi demi memperoleh laba .
Kewajiban Konsumen:
* Membaca atau mengikuti petunjuk/informasi dan prosedur pemakaian.
* Beritikad baik dalam melakukan transaksi.
* Membayar sesuai dengan nilai tukar yang disepakati.
* Mengikuti upaya penyelesaian hukum sengketa perlindungan konsumen.
C. TANGGUNG JAWAB SOSIAL BISNIS
Tanggung jawab Sosial suatu bisnis adalah suatu konsep bahwa organisasi, khususnya (namun
bukan hanya) perusahaan adalah memiliki berbagai bentuk tanggung jawab terhadap seluruh pemangku
kepentingannya, yang di antaranya adalah konsumen, karyawan, pemegang saham, komunitas dan
lingkungan dalam segala aspek operasional perusahaan yang mencakup aspek ekonomi, sosial, dan
9. lingkungan. Oleh karena itu, CSR berhubungan erat dengan "pembangunan berkelanjutan", di mana suatu
organisasi, terutama perusahaan, dalam melaksanakan
aktivitasnya harus mendasarkan keputusannya tidak semata berdasarkan dampaknya dalam aspek
ekonomi, misalnya tingkat keuntungan atau deviden, melainkan juga harus menimbang dampak sosial dan
lingkungan yang timbul dari keputusannya itu, baik untuk jangka pendek maupun untuk jangka yang lebih
panjang. Dengan pengertian tersebut, CSR dapat dikatakan sebagai kontribusi perusahaan terhadap
tujuan pembangunan berkelanjutan dengan cara manajemen dampak (minimisasi dampak negatif dan
maksimisasi dampak positif) terhadap seluruh pemangku kepentingannya
Berikut adalah hal-hal pendorong dilaksanakannya etika bisnis :
1. Dorongan dari pihak luar, dari lingkungan masyarakat. Kendala yang akan sering dihadapi adalah adanya
biaya tambahan yang kadang cukup besar bagi perusahaan.
2. Dorongan dari dalam bisnis itu sendiri, sisi humanisme pebisnis yang melibatkan rasa, karsa, dan karya
yang ikut mendorong diciptakannya etika bisnis yang baik dan jujur.
A. Tanggung Jawab kepada Pelanggan
Tanggung Jawab kepada Pelanggan jauh lebih luas dari pada hanya menyediakan barang atau
jasa. Perusahaan mempunyai tanggung jawab ketika memproduksi dan menjual produk.Dalam praktek
tanggung jawab ydm meliputi :
1. Tanggung Jawab Produksi :
Produk harus diproduksi dengan keyakinan menjaga keselamatan pelanggan. Label peringatan
harus ada guna mencegah kecelakaan karena salah dalam penggunaan dan adanya efek samping .
2. Tanggung Jawab Penjualan :
Perusahaan tidak melakukan strategi penjualan yang terlalu agresive atau iklan yang
menyesatkan. Perlu survey kepuasan pelanggan, dimana ybs diperlakukan sebagaimana mestinya.
B.Tanggung Jawab kepada Karyawan
a) Rasa Aman para Karyawan
Meyakinkan karyawan tempat kerja adalah aman bagi karyawan dengan selalu mengecek
peralatan kerja supaya selalu dalam kondisi layak dan tidak berbahaya.
10. b) Perlakuan layak oleh karyawan lain
Perusahaan bertanggung jawab untuk meyakinkan bahwa para karyawan diperlakukan layak oleh
karyawan lain. Issue yang timbul biasanya masalah diversitas (kelainan, perbedaan) karyawan dan
pelecehan seksual
c) Kesempatan yang sama
Karyawan yang melamar untuk suatu posisi tidak seharusnya ditolak karena diskriminasi masalah.
C.Tanggung Jawab Kepada Pemegang Saham
Perusahaan bertanggung jawab untuk memuaskan pemilik (pemegang saham). perusahaan
memonitor keputusan perusahaan untuk meyakinkan bahwa mereka membuatnya untuk kepentingan
pemilik. Gaji karyawan dikaitkan dengan kinerja perusahaan, dalam hal ini karyawan tinggal memfocuskan
pada memaksimalkan nilai perusahaan
D. Tanggung jawab kepada kreditor
Jika perusahaan mengalami masalah keuangan dan tidak dapat memenuhi kewajibannnya, harus
memberi tahu para kreditor.
Biasanya kreditor bersedia memperpanjang jatuh tempo pembayaran serta memberi advis dalam
mengatasi masalah keuangan
E.Tanggung jawab pada lingkungan
Proses produksi yang digunakan perusahaan juga produksi yang dihasilkan dapat mencemari
atau merusak lingkungan. misalnya polusi udara (CO2) yang berbahaya bagi masyarakat dan polusi tanah
akibat sampah/limbah beracun yang mengakibatkan tanah tidak atraktif dan tidak berguna untuk keperluan
lain seperti pertanian
F.Tanggung jawab kepada komunitas
Apabila perusahaan membangun suatu basis komunitas, mereka menjadi bagian dari komunitas.
Perusahaan menunjukkan kepedulian- nya kepada komunitas dengan mensponsori event lokal atau
memberi donasi kepada kelompok sosial lokal. Misal suatu bank memberi kredit lunak kepada masyarakat
11. sekitarnya yang berpenghasilan rendah dan kepada komunitas minoritas. Atau beberapa perusahaan
besar memberi donasi kepada universitas terkemuka.
G. Tanggung jawab pada lingkungan bisnis internasional
Apabila perusahaan bersaing dalam lingkungan bisnis internasional, mereka harus tanggap akan
perbedaan budaya. Misalnya perusahaan dibeberapa negara tidak semua berpandangan bahwa memberi
imbalan kepada pelanggan atau pemasok besar sebagai tidak etis. Perusahaan cenderung menyesuaikan
dengan etika dan tanggung jawab bisnis dalam kerangka internasional, sehingga mereka dapat
membangun reputasi global untuk menjalankan roda bisnis dengan cara yang etis.
Beberapa bentuk pelaksanaan tanggung jawab sosial yang dapat kita temui di Indonesia adalah :
a. Pelaksanaan Hubungan Industrialis Pancasila (HIP) Kesepakatan Kerja Bersama (KKB) merupakan bentuk
pelaksanaan yang telah banyak dijalankan pengusaha dengan karyawannya dan dituangkan dalam buku.
Dimana diatur kewajiban dan hak masing-masing pihak. Beberapa contoh hak karyawan adalah cuti,
tunjangan hari raya, dan pakaian kerja.
b. Analisis Mengenai Dampak Lingkungan (AMDAL)Penanganan limbah industri sebagai bagian dari produksi
sebagai bentuk partisipasi menjaga lingkungan.
c. Penerapan Prinsip Kesehatan Dan Keselamatan Kerja (K3)
Penekanan pada faktor keselamatan pekerja dengan menggunakan alat-alat yang berfungsi menjaga
keselamatan, seperti topi pengaman, masker pelindung, maupun pakaian khusus lainnya.
d. Perkebunan Inti Rakyat (PIR)Sistem perkebunan yang melibatkan perkebunan besar milik negara dan kecil
milik masyarkat. Perkebunan besar berfungsi sebagai inti dan motor penggerak perkebunan dimana semua
bahan bakunya diambil dari perkebunan kecil disekitarnya yang berfungsi sebagai plasma.
e. Sistem Bapak Angkat-Anak Angkat Sistem ini melibatkan pengusaha besar yang mengangkat pengusaha
kecil/menengah sebagai mitra kerja yang harus mereka bina. Terkadang hal ini menyebabkan masalah
kepada pengusaha besar. Oleh karena itu, dibutuhkan kesadaran tinggi dalam pelaksanaannya.