1. Implementasi “Philosophical Ethics and Business” di Indonesia
Menurut Griffin and Ebert (1999) Etika Bisnis (Business ethics) merupakan penerapan etika
secara umum terhadap perilaku bisnis" Secara lebih khusus lagi makna etika bisnis
menunjukkan perilaku etis maupun tidak etis yang dilakukan manajer dan karyawan dari
suatu organisasi perusahaan.
Epstein (1989) menyatakan etika Bisnis menunjukkan refleksi moral yang dilakukan oleh
pelaku bisnis secara perorangan maupun secara kelembagaan (organisasi) untuk menilai suatu
isu, di mana penilaian ini merupakan pilihan terhadap nilai yang berkembang dalam suatu
masyarakat melalui pilihan nilai tersebut, individu atau organisasi akan memberikan
penilaian apakah sesuatu yang dilakukan itu benar atau salah, adil atau tidak serta memiliki
kegunaan (utilitas) atau tidak"
Teori Etika Bisnis :
1. UTILITARISME
menurut paham utilitarianisme, bisnis adalah etis apabila kegiatan yang dilakukannya dapat
memberikan sebesar besarnya manfaat pada konsumen dan masyarakat. Jadi, kebijaksanaan
atau tindakan bisnis yang baik adalah kebijakan menghasilkan berbagai hal yang baik, bukan
sebaliknya menimbulkan kerugian. Etika utilitarisme membenarkan hak kelompok minoritas
tertentu dikorbankan demi kepentingan mayoritas
2. DEONTOLOGI
menurut Kant, mengatakan suatu perbuatan adalah baik jika dilakukan karena harus
dilakukan atau dengan kata lain jika dilakukan karena kewajiban. Jika dilihat konsep
deontology berbeda dengan konsep utilitarisme. Utilitarisme mementingkan konsekuensi
perbuatan, sedangkan bagi deontology konsekuensi perbuatan tidak berperanan sama sekali.
3. TEORI HAK
Teori hak dalam etika bisnis, diterapkan lebih utama pada karyawan dengan menonjolkan hak
karyawan terhadap perusahaan. Karyawan mempunyai hak atas gaji adil, atau lingkungan
kerja yang sehat dan aman, dan seterusnya. Disamping itu teori hak juga diterapkan pada
konsumen, dimana konsumen berhak atas produk yang sehat serta aman dan sesuai dengan
harapannya .
4. TEORI KEUTAMAAN
Teori terakhir adalah teori keutamaan (virtue), yang memandang sikap atau akhlak seseorang.
Tidak ditanyakan: apakah suatu perbuatan tertentu adil, atau jujur atau murah hati, melainkan
apakah orang tersebut bersikap adil, jujur, murah hati dan sebagainya.
2. Prinsip Etika Bisnis :
Menurut pendapat Michael josephson (1998) yang dikutip oleh zimmerer (1996: 27 – 28),
secara universal, ada 10 prinsip etika yang mengarahkan perilaku, yaitu:
1) Kejujuran, yaitu penuh kepercayaan, bersifat jujur, sungguh – sungguh, terus terang, tidak
curang, tidak mencuri, tidak menggelapkan, tidak berbohong.
2) Integritas, yaitu memegang prinsip melakukan kegiatan yang terhormat, tulus hai, berani
dan penuh pendirian/keyakinan, tidak bermuka dua, tidak berbuat jahat, dan dapat dipercaya.
3) Memelihara janji, yaitu selalu menaati janji, patut dipercaya, penuh komitmen, patuh, tidak
menginteprestasikan persetujuan dalam bentuk teknikal atau legalistic dengan dalih
ketidakrelaan.
4) Kesetiaan, yaitu hormat dan loyal kepada keluarga, teman, karyawan, dan Negara, tidak
menggunakan atau memperlihatkan informasi rahasia, begitu juga dalam suatu konteks
professional, menjaga/melindungi kemampuan untuk membuat keputusan professional yang
bebas dan teliti, dan menghindari hal yang tidak pantas serta konflik kepentngan.
5) Kewajaran/ keadilan, yaitu berlaku adil dan berbudi luhur, bersedia mengakui kesalahan,
memperlihatkan komitmen keadilan, persamaan perlakuan individual dan toleran terhadap
perbedaan, serta tidak bertindak melampaui batas atau mengambil keuntungan professional
yang bebas dan teliti, dan menghindari hal yang tidak pantas serta konflik kepentingan.
6) Suka membantu orang lain, yaitu saling membantu, berbaik hati, belas kasihan, tolong
menolong, kebersamaan, dan menghindari segala sesuatu yang membahayakan orang lain.
7) Hormat kepada orang lain, yaitu menghormati martabat orang lain, kebebasan dan hak
menentukan nasib sendiri bagi semua orang, bersopan santun, tidak merendahkan dan
memperlakukan martabat orang lain.
8) Warga Negara yang bertanggung jawab, yaitu selalu menaati hukum/aturan, penuh
kesadaran social, dan menghormati proses demokrasi dalam mengambil keputusan.
9) Mengejar keunggulan, yaitu mengejar keunggulan dalam segala hal, baik dalam pertemuan
personal maupun pertanggungjawaban professional, tekun, dapat dipercaya/diandalkan, rajin
penuh komitmen, melakukan semua tugas dengan kemampuan terbaik, dan mengembangkan
serta mempertahankan tingkat kompetensi yang tinggi.
10) Dapat dipertanggungjawabkan, yaitu memiliki dan menerima tanggung jawab atas
keputusan dan konsekuensinya serta selalu memberi contoh.
3. ETIKA BISNIS DI INDONESIA
Etika bisnis dalam tinjauan di indonesia bisa kita refleksikan pada kondisi krisis
ekonomi sekarang ini. Semakin berlarutnya penanganan krisis membuktikan bahwa etika
bisnis di indonesia masih buruk baik itu di kalangan swasta dalam hal ini pengusaha,
pemerintah baik dari pusat maupun daerah di segala tingkatan. Adanya krisis ekonomi di
indonesia disebabkan oleh kebijakan ekonomi pemerintah yang tidak transparan, akuntabel,
tidak memperdulikan kepentingan rakyat dan yang lebih utama adalah maraknya praktek
KKN (korupsi, kolusi, nepotisme). Kinerja pemerintah bisa kita lihat pada gambaran
menyeluruh dari kondisi bangsa kita sekarang ini. Kebijakan ekonomi pada waktu itu bila
ditinjau dalam prespektif etika bisnis banyak yang tidak objektif (masuk akal). Hal itu bisa
dilihat pada angka-angka sebagai indikator ekonominya.
Kita melihat bahwa Indonesia selama 30 tahun sebelum adanya krisis dipandang
sebagai negara yang berhasil dan dipuji Bank Dunia sebagai negara yang pembangunannya
telah berhasil dan dimasukkan sebagai bagian dari keajaiban Asia Timur.Tapi setelah adanya
krisis kita dihadapkan pada kenyataan bahwa kita terbelenggu oleh utang yang tidak akan
habis sampai dengan sepuluh keturunan anak cucu kita.Di jaman Soeharto utang dianggap
sebagai pendapatan pembangunan, dikatakan utang khususnya luar negeri dalam kondisi
sustainable jika tidak mencapai 20 % dari total GDP. Kondisi ini tentunya akan sangat
memberatkan pemerintah di kemudian harinya. Karena utang adalah indikator dalam
menentukan soliditas keuangan.
Tidak saja masalah utang yang mengakibatkan indonesia didera krisis, masalah
lainnya adalah tentang krisis perbankan di Indonesia. Hal itu terjadi karena bank-bank banyak
yang telah bermain curang. Bank-bank kita telah digerogoti oleh pemiliknya sendiri. Pada
waktu itu bank-bank yang kalah clearing dan harus diskors ditolong oleh pemerintah melalui
fasilitas diskonto. Kejadian itu tidak sekali atau dua kali tapi sudah berlangsung lama.
Dampaknya adalah pada kepercayaan masyarakat terhadap perbankan. Praktek kecurangan
perbankan lainnya adalah tentang pembuatan bank-bank fiktif yang hanya digunakan untuk
menarik modal.
Rendahnya etika bisnis yang terlihat dari kebijakan pemerintah yang tidak masuk akal
tercermin juga pada hal lain, yaitu kerusakan yang disebabkan oleh praktek KKN (korupsi,
kolusi, Nepotisme). Menurut Kwik Kian Gie KKN adalah sumber dari permasalahan krisis
yang terjadi di indonesia. KKN adalah the roots of all evils. Setiap proyek baik proyek yang
didanai oleh pihak luar negeri atau pemerintah selalu digerogoti oleh para koruptor. Yang
terjadi kemudian adalah otak kita telah dipenuhi oleh otak proyek. Karena dengan adanya
proyek tersebut dampaknya adalah pada pemasukan ke kantong-kantong pribadi yang ujung-
ujungnya korupsi.
Kalau kita melihat dari fenomena diatas tentunya kesalahan terbesar dalam
memahami keberadaan etika dan moral dalam suatu bisnis di Indonesia terletak pada
kecenderungan untuk memisahkan keduanya dari keberadaan sistem kemasyarakatan.
4. Etika dan moral dalam pandangan yang berkembang di Indonesia cenderung dilihat
sebagai sebuah variabel yang semata-mata tumbuh dari dalam diri seseorang atau
sekelompok orang. Jadi tidak diwujudkan dalam sebuah lingkup yang lebih besar misalnya
dalam sebuah negara atau perusahaan.
Dengan demikian, etika dan moral cenderung dipandang sebagai variabel bebas yang
sama sekali tidak tergantung pada kondisi kualitas sistem kemasyarakat secara menyeluruh.
Kecenderungan seperti itu antara lain tampak pada kecenderungan untuk menyamakan
keberadaan etika dan moral seseorang atau sekelompok orang dengan keberadaan mutiara.
Sebagaimana dikemukakan oleh sebuah ungkapan, "Sekali mutiara akan tetap mutiara.
Walaupun dilemparkan ke dalam lumpur sekali pun, ia akan tetap mutiara." Artinya,
seseorang atau sekelompok orang yang memiliki etika dan moral baik, akan tetap menjadi
orang baik dalam sebuah sistem kemasyarakat yang jahat sekalipun. Kesimpulan seperti itu,
walaupun dapat ditemukan pada pribadi-pribadi tertentu, mustahil dapat dibenarkan pada
tingkat kehidupan bermasyarakat secara umum.
Etika bisnis merupakan bagian Code of Conduct (pedoman tentang perilaku etis)
suatu entitas usaha. Pemerintah dan lembaga-lembaga Pemerintah dapat kita anggap di sini
sebagai entitas usaha, yang memberikan pelayanan kepada masyarakat dalam bentuk produk
kebijakan publik maupun produk barang/jasa publik. Di dalam Code of Conduct inilah
tercantum nilai-nilai etika berusaha sebagai salah satu pelaksanaan kaidah-kaidah Good
Governance. Dengan kata lain, pembahasan etika bisnis tidak dapat terlepas dari pembahasan
muaranya, yakni governance.
Di dalam literatur ilmu ekonomi pembangunan, konsep governance meliputi berbagai
faktor kelembagaan dan organisasi (termasuk perangkat peraturan) yang mempengaruhi
operasi perekonomian dan membentuk kebijakan publik pemerintah. Kapasitas governance
Pemerintah yang baik diyakini akan memberikan hasil adanya suatu pasar di berbagai sektor
yang berjalan secara efisien dan kemampuan negara untuk mengatasi berbagai permasalahan
ekonomi secara efektif.
Secara umum, etika adalah ilmu normatif penuntun manusia, yang memberi perintah
apa yang mesti kita kerjakan dalam batas-batas kita sebagai manusia. Etika menunjukkan kita
dengan siapa dan apa yang sebaiknya dilakukan. Maka, etika diarahkan menuju
perkembangan manusia dan mengarahkan kita menuju aktualisasi kapasitas terbaik kita.
Sebagai contoh, jika kita rasional, maka etika memberi perintah bahwa kita harus bertindak
secara masuk akal. Itu akan membawa kita menuju ke keutamaan.
5. IMPLEMENTASI ETIKA BISNIS DI INDONESIA
Mengapa bisnis dalam prakteknya harus mempunyai Etika, karena etika merupakan
Fondasi atau basic dan semua perbuatan dan niat. Pada dasarnya bisnis mempunyai nilai
luhur yakni menyediakan barang dan jasa untuk memenuhi kebutuhan hidup kemudian di
ikuti dengan tujuan untuk memperoleh profit atau keuntungan. Dalam menyediakan barang
dalam atau jasa seorang pebisnis harus bersikap sesuai etika dalam masyrakat.
Sekedar referensi Etika Bisnis itu adalah :
1 Prinsip Otonomi
2 Prinsip Kejujuran
3. Prinsip Keadilan
4. Prinsip Saling Menguntungkan
5. Prinsip Integritas Moral
Dalam menyediakan barang atau jasa seorang pembisnis harus bersikap sesuai dengan
etika dalam masyarakat, salah satunya adalah tidak berbuat kecurangan. Sayangnya masih
ada oknum yang berbuat curang dan merusak tatanan etika dalam masyarakat contohnya di
Indonesia banyak praktek kecurangan bisnis baik dalam penyediaan barang maupun jasa.
Bahkan bukan disebut oknum lagi karena oknum merupakan perseorangan atau individu saja
tapi di indonesia hampir mayoritas masyarakatnya pelaku praktek kecurangan dalam bisnis di
sektor manapun.
Contoh dibidang jasa yakni
permasalahan di sektor perfilman, sofware, dsb. Untuk perfilman sendiri banyak
pelaku pembajak yang mengabaikan peraturan-peraturan tentang hak siar, pendistribusian dan
peng-copian film. Mereka(pembajak) hanya memikirkan keuntungan secara sepihak tanpa
melihat pihak yang dirugikan dan parahnya lagi pembajak-pembajak terebut di dukung oleh
masyarakat indonesianya sendiri, alasan mereka(masyarakat indonesia) memilih barang
bajakan karena lebih murah dari harga semestinya.
Praktek bisnis nonetikal ini bukan hanya dilakukan oleh bisnis kecil saja melainkan
juga binis-bisnis besar terutama industri. Banyak perusahaan industri yang membung hasil
akhir produksi dapat diartikan juga limbah secara asal asalan tanpa memperhitungkan
dampak yang dihasilkan baik bagi masyarakat maupun lingkungan, limbah yang merupakan
zat sisa tersebut tidak diolah terlebih dahulu tetapi langsung dibuang begitu saja yang
biasanya dibuang langsung ke aliran sungai.
6. Didalam zat sisa tersebut bisa saja mengandung toksik atau racun yang berdampak
negatif baik untuk manusianya sendiri maupun lingkungan sekitarnya. Limbah cair industri
paling sering menimbulkan masalah bagi lingkungan contoh kasusnya banyak terjadi di
surabaya yang menyeret lima perusahaan besar disana.
Lima perusahaan besar tersebut melakukan praktek pembuangan limbah sepanjang
bantaran kali surabaya yang di indikasikan membuang limbah secara langsung tanpa diolah
terlebih dahulu. Hal ini meyorot pada pemerintah daerah yang harus lebih serius dan tegas
dalam menggarap peraturan yang ketat mengenai pengolahan limbah yang ramah lingkungan.
Kencendrungan penerapan etika bisnis di indonesia saat ini sungguh memprihatinkan,
Memang sangat menyedihkan karna moralitas pengusaha kita masih rendah didukung dengan
carut marutnya peraundang-undangan serta hilangnya wibawa aparat penegak keadilan
karena kasus korupsi yang menjerat insitusiinsitusi negara ini.
Belakangan indonesia dilanda bencana kebakaran hutan karena ulah oknum- oknum
nakal pengusaha untuk memperluas lahan dan dikukuhkannya lahan tersebut untuk jadi
miliknya sehingga dampak kerugian dari terbakarnya hutan tersebut menyentuh berbagai
sektor penting bahkan negara tetangga seperti malaysia dan singapura terkena imbas nya.
Di Indonesia sendiri, pendidikan selama ini terlalu menekankan arti penting nilai
akademik dan kecerdasan otak saja. Pengajaran integritas, kejujuran, komitmen dan keadilan
diabaikan, sehingga terjadilah krisis multi dimensi seperti krisis ekonomi, krisis moral dan
krisis kepercayaan.
Akhir--akhir ini, akuntan dituduh sebagai penyebab terjadinya krisis ekonomi. Lebih
lanjut dikatakan bahwa akuntan dianggap telah bertindak menyimpang dari peraturan yang
ada dan tidak berperilaku etis. Melanggar kepatutan. Hal ini disebabkan karena semakin
meningkatnya persaingan membuat para akuntan bertindak menyimpang dari peraturan,
undang-undang dan standar auditing.
Berbagai pelanggaran etika telah banyak terjadi saat ini dan dilakukan oleh akuntan,
misalnya berupa perekayasaan data akuntansi untuk menunjukkan kinerja keuangan
perusahaan agar terlihat lebih baik, ini merupakan pelanggaran akuntan terhadap etika
profesinya yang telah melanggar kode etik akuntan karena akuntan telah memiliki
seperangkat kode etik tersendiri yang disebut sebagai aturan tingkah laku
Kesimpulan
Suatu entitas perlu menerapkan nilai-nilai etika berusaha sebagai bagian dari
pelaksanaan good governance dengan adanya praktek etika berusaha dan kejujuran dalam
berusaha dapat menciptakan aset yang langsung atau tidak langsung dapat meningkatkan nilai
entitas.
Sebagai manusia para penguasa dan pebisnis sangat rentan terhadap godaan untuk
melanggar etika. Tujuan para pebisnis adalah untuk mendapatkan uang sebanyak mungkin.
7. Filosofi yang dominan bagi para pebisnis adalah cara mana yang membuat uang paling
banyak. Tujuan hidup mereka didasarkan atas pertanyaan ini.
Orang-orang macam ini seperti yang dikatakan oleh Charles Diskens dalam Martin
Chuzzlewit, "Semua perhatian, harapan, dorongan, pandangan dan rekanan mereka meleleh
dalam dolar. Manusia dinilai dari dolarnya." Theodore Levitt mengatakan bahwa para
pebisnis ada hanya untuk satu tujuan, yaitu untuk menciptakan dan mengalirkan nilai
kepuasan dari suatu keuntungan hanya pada dirinya dan nilai budaya, spiritual dan moral
tidak menjadi pertimbangan dalam pekerjaaannya.
Daftar Pustaka :
Praptiningsih, L. J. (2014). ANALISIS PENERAPAN ETIKA BISNIS PADA
PT MAJU JAYA DI PARE JAWA TIMUR. AGORA.
Adi Kurniawan,2013, http://komang4d1.blogspot.co.id/2013/09/etika-bisnis-
di-indonesia.html (18Maret2017)
Bertens, k. (2000). Pengantar etika bisnis. yogyakarta: kanisius.
Fauziauzhe,2015,https://fauziauzhe.wordpress.com/2015/10/28/perkembangan
-dalam-etika-bisnis-di-indonesia/(18Maret2017)