1. NAMA : FIKRI AULAWI
NIM : 55117110125
Saya bekerja di sebuah perusahaan yang bergerak di bidang leasing (pembiayaan mobil).
(buku saku budaya perusahaan, 2012) Perusahaan di tempat saya bekerja memiliki nilai - nilai
perusahaan, yaitu :
1. First – Class Team Work
Mengembangkan kerjasama dengan meyakinkan orang lain dan mampu untuk
menyampaikan informasi dengan jelas serta menyelesaikan perbedaan pendapat dengan
komunikasi yang terbuka dengan kesadaran bahwa keberhasilan unit atau organisasi tidak
bergantung pada seseorang saja.
2. Orientation to Quality
Mengidentifikasi berbagai kondisi yang berdampak pada kualitas pelayanan dengan
menetapkan standar mutu, melaksanakan pekerjaan berdasarkan standar tersebut dan
meningkatkannya secara berkesinambungan.
3. Customer Focus
Membangun dan menjaga hubungan dengan pelanggan serta berupaya untuk
memahami kebutuhannya, dan menyediakan solusi yang dapat memenuhi
harapan pelanggan.
4. Uncompromised Integrity
Penerapan nilai - nilai etika, social dan prosedur kerja yang standar dalam
menyelesaikan pekerjaan sehari – hari.
5. Striving for Excellent
Menetapkan target yang menantang dan berusaha untuk mencapainya serta
mampu untuk memotivasi orang lain untuk mencapai tujuan yang
menantang.
Kode etik di perusahaan saya, meliputi :
1. Kode etik terhadap rekan kerja
a. Mampu menghargai dan mendukung rekan kerja yang lain tanpa membedakan usia,
suku, agama, dan jenis kelamin.
b. Tidak saling menjatuhkan, iri, egois, serta tidak mendukung perbuatan rekan yang
dapat merugikan perusahaan.
c. Mampu untuk menghindari perselisihan kepentingan antara urusan pribadi dan
pekerjaan.
2. d. Mampu untuk mengintrospeksi dirinya sendiri sebelum menyalahkan rekan / bagian
lain.
e. Mampu menjaga segala informasi yang berkenaan dengan rahasia perusahaan.
f. Mampu untuk menjaga kesopanan dengan berpakaian yang pantas dan wajar di
tempat kerja.
2. Kode etik terhadap pelanggan / dealer
a. Mampu menjaga kerahasiaan data – data yang berhubungan dengan pelanggan /
dealer, dan dipergunakan hanya untuk kepentingan perusahaan.
b. Tidak menerima, menawarkan atau memberi hadiah yang berlebihan (excessive
entertainment) yang dapat mempengaruhi pengambilan keputusan secara objektif atau
hal sejenisnya yang dianggap tidak layak.
c. Melaporkan kepada atasan bila mendapatkan hadiah dari pelanggan / dealer dan mau
untuk berbagi dengan rekan kerja yang lain.
d. Tidak menggunakan jaringan dealer / pelanggan perusahaan untuk kegiatan bisnis
yang berkompetisi langsung atau tidak langsung dengan usaha perusahaan atau dapat
mengganggu konsentrasi / kinerja karyawan yang bersangkutan.
3. Kode etik terhadap supplier
a. Tidak meminta atau menerima uang jada atau hadiah apapun dari supplier
b. Mampu untuk menjalin hubungan yang komunikatif dengan supplier.
c. Mampu untuk memberikan perlakuan yang adil kepada seluruh supplier.
d. Mampu untuk dapat memberikan informasi secara cepat, tepat dan akurat kepada
supplier.
e. Melakukan tender secara terbuka, transparan dan dapat dipertanggujawabkan, dengan
melibatkan calon supplier yang mempunyai reputasi yang baik.
f. Memandang supplier sebagai partner dan memenuhi komitmen sesuai kesepakatan
kepada supplier.
g. Tidak terlibat dalam proses pengambilan keputusan ketika berhubungan bisnis
dengan supplier yang merupakan anggota keluarga inti dari karyawan yang
bersangkutan.
4. Kode etik terhadap pemegang saham
a. Melaksanakan prinsip – prinsip good corporate governance, yaitu transparency,
fairness, accountability, dan responsibility (adil, transparan, akuntabilitas, dan
tanggungjawab) untuk meningkatkan kinerja perusahaan serta meningkatkan
stakeholder value.
b. Mengelola investasi dengan memperhatikan risiko dalam batas yang wajar, dan bila
di atas batas kewenangan akan memberitahukan terlebih dahulu kepada pemegang
saham.
3. c. Menghindari benturan kepentingan (conflict of interest) baik secara langsung maupun
tidak langsung dengan usaha perusahaan.
d. Menjaga asset perusahaan dan menggunakannya hanya untuk kepentingan
perusahaan.
e. Menjalankan seluruh aktivitas dan kegiatan perusahaan berdasarkan aturan hukum
dari perundangan – undangan yang beraku.
5. Kode etik terhadap komunitas
a. Secara aktif berpartisipasi dalam kegiatan social di dalam memelihara lingkungan
yang bersih dan sehat di sekitar perusahaan.
b. Membangun dan membina hubungan yang harmonis serta berupaya memberikan
manfaat melalui program pemberdayaan masyarakat disekitar perusahaan dengan
tetap memperhatikan kemampuan perusahaan.
c. Tidak diperkenankan untuk membicarakan permasalahan internal perusahaan kepada
masyarakat luas.
d. Ikut serta dalam upaya – upaya untuk mendukung peningkatan kesejahteraan
masyarakat Indonesia pada umunya.
Solusi-solusi untuk mencegah adanya konflik kepentingan yang terjadi di dalam perusahaan,
diantaranya (setyopamungkas, 2010) :
1. Anggota Dewan Komisaris dan Direksi serta karyawan perusahaan dilarang
menyalahgunakan jabatan untuk kepentingan atau keuntungan pribadi, keluarga dan
pihak-pihak lain.
2. Dalam hal pembahasan dan pengambilan keputusan yang mengandung unsur benturan
kepentingan, pihak yang bersangkutan tidak diperkenankan ikut serta;
3. Pemegang saham yang mempunyai benturan kepentingan harus mengeluarkan suaranya
dalam Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS) sesuai dengan keputusan yang diambil
oleh pemegang saham yang tidak mempunyai benturan kepentingan;
4. Setiap anggota Dewan Komisaris dan Direksi serta karyawan perusahaan yang memiliki
wewenang pengambilan keputusan diharuskan setiap tahun membuat pernyataan tidak
memiliki benturan kepentingan terhadap setiap keputusan yang telah dibuat olehnya dan
telah melaksanakan pedoman perilaku yang ditetapkan oleh perusahaan.
Cara-cara penyelesaian konflik menurut Richard Y. Chang adalah sebagai berikut (diasdiari,
2013) :
1. Mengakui adanya konflik. Langkah ini merupakan langkah awal untuk menyelesaikan
konflik secara dini. Tanpa adanya pengakuan secara sadar bahwa telah terjadi konflik
maka masalah tidak akan pernah terselesaikan. Kearifan dari semua pihak sangat
diperlukan dalam proses ini.
4. 2. Mengidentifikasi konflik yang sebenarnya. Kita dapat menyebutnya sebagai identifikasi
masalah. Kegiatan ini sangat diperlukan dan memerlukan keahlian khusus. Konflik dapat
saja muncul dari sumber atau akar masalah tertentu, namun masalah tersebut menjadi
konflik bila tidak dikelola dengan emosi yang baik. Oleh sebab itulah, perlu dipilah mana
yang menjadi masalah inti dan mana yang menjadi masalah karena hal-hal emosional.
Masalah inti merupakan masalah yang mendasari terjadinya konflik sedangkan emosi
hanya memperkeruh masalah itu saja.
3. Mendengarkan semua pendapat atau sudut pandang dari aktor yang terlibat.
Sederhananya, lakukan dengan pendapat dan saran atau sharing dengan melibatkan
semua pihak yang terlibat konflik untuk mengungkapkan pendapatnya. Hindari menilai
pendapat benar atau salah karena hal ini hanya memperuncing masalah dan menjauhkan
dari solusi. Fokuskan pembicaraan pada fakta dan perilaku, bukan pada perasaan atau
unsur-unsur personal/pribadi.
4. Bersama-sama mencari cara terbaik untuk menyelesaikan konflik. Lakukanlah diskusi
terbuka untuk memperluas wawasan dan informasi serta alternatif solusi untuk
menumbuhkan rasa saling percaya dan hubungan yang sehat di antara semua yang terlibat
konflik.
5. Mendapatkan kesepakatan dan tanggung jawab untuk menemukan solusi. Doronglah
pihak-pihak yang terlibat konflik untuk saling bekerja sama memecahkan permasalahan
secara tepat. Buatlah seluruh pihak merasa tenang dan merasa diperlukan dan
memerlukan satu sama lain. Salah satu cara yang efektif adalah dengan saling
memposisikan dirinya pada peranan orang lain, sehingga akhirnya dapat dimengerti
kenapa si A bertindak begini, dan mengapa si B bertindak begitu, dan seterusnya.
Strategi Mengatasi Konflik
(Pengertianmanagement, 2013) Menurut Stevenin (2000, pp.134-135), terdapat lima langkah
meraih kedamaian dalam konflik. Apa pun sumber masalahnya, lima langkah berikut ini
bersifat mendasar dalam mengatasi kesulitan:
1. Pengenalan
Kesenjangan antara keadaan yang ada diidentifikasi dan bagaimana keadaan yang
seharusnya. Satu-satunya yang menjadi perangkap adalah kesalahan dalam mendeteksi
(tidak mempedulikan masalah atau menganggap ada masalah padahal sebenarnya tidak
ada).
2. Diagnosis
Inilah langkah yang terpenting. Metode yang benar dan telah diuji mengenai siapa, apa,
mengapa, dimana, dan bagaimana berhasil dengan sempurna. Pusatkan perhatian pada
masalah utama dan bukan pada hal-hal sepele.
5. 3. Menyepakati suatu solusi
Kumpulkanlah masukan mengenai jalan keluar yang memungkinkan dari orang-orang
yang terlibat di dalamnya. Saringlah penyelesaian yang tidak dapat diterapkan atau tidak
praktis. Jangan sekali-kali menyelesaikan dengan cara yang tidak terlalu baik. Carilah
yang terbaik.
4. Pelaksanaan
Ingatlah bahwa akan selalu ada keuntungan dan kerugian. Hati-hati, jangan biarkan
pertimbangan ini terlalu mempengaruhi pilihan dan arah kelompok.
5. Evaluasi
Penyelesaian itu sendiri dapat melahirkan serangkaian masalah baru. Jika
penyelesaiannya tampak tidak berhasil, kembalilah ke langkah-langkah sebelumnya dan
cobalah lagi.
Daftar Pustaka :
Buku saku budaya perusahaan, Jakarta, 2012
http://diasdiari.blogspot.co.id/2013/04/cara-mengatasi-konflik-dalam-perusahaan.html
http://pengertianmanagement.blogspot.co.id/2013/03/manajemen-konflik-definisi-ciri-
sumber.html
https://setyopamungkas.wordpress.com/2010/08/02/mengelola-conflict-of-interest-dengan-
corporate-governance/