Dinda Restu Inantha, Agama Islam, Ilmu Komunikasi, Dr. Taufiq Ramdani, S. Th., M.Sos
1. KUMPULAN ARTIKEL
1. PENGERTIAN, KONSEP, SERTA DALIL-DALIL TENTANG ISTIDROJ
2. DALIL-DALIL HADITS QUDSI TENTANG HUKUMAN YANG
DISEGERAKAN SEBAGAIBENTUK KASIH SAYANG ALLAH TERHAD
APHAMBANYA., (DALIL, TERJEMAHAN, PENJELASAN, SERTA
CONTOH KASUS).
3. DOSA DAN KRITERIA RIBA BESERTA DALIL-DALILNYA
4. KEUTAMAAN SHODAQOH BERSERTA DALIL-DALILNYA
5. SIFAT TAKDIR KEMATIAN BESERTA DALIL-DALILNYA
6. KEWAJIBAN AMAR MAKRUF – NAHI MUNKARBESERTA DALIL-
DALILNYA
Disusun sebagai tugas terstruktur Ujian Akhir Semester (UAS) mata kuliah
Pendidikan Agama Islam
Dosen Pengampu:
Dr. Taufiq Ramdani, S.Th.I., M.Sos
Disusun Oleh:
Nama : Dinda Restu Inantha
NIM : L1B021009
Prodi/Kelas : Ilmu Komunikasi/A
PROGRAM STUDI ILMU KOMUNIKASI
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS MATARAM
2021
2. i
Kata Pengantar
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa atas segala limpahan rahmat, taufik dan
hidayah-Nya sehingga saya dapat menyelesaikan UAS Pendidikan Agama Islam ini
dengan sungguh-sungguh.
Terimakasih saya atas bimbingan Bapak Dr. Taufiq Ramdani, S.Th.I., M.Sos sebagai
dosen pengampu mata kuliah Pendidikan Agama Islam yang telah memberikan tugas
UAS ini sehingga menambah wawasan dan pengetahuan saya akan Pendidikan Agama
Islam.
Besar harapan saya semoga tugas UAS agama ini akan memberi manfaat di kemudian
hari bagi para pembaca.
Mataram, 4 Desember 2021
3. ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR...................................................................................................i
DAFTAR ISI ................................................................................................................. ii
BAB I
PENGERTIAN, KONSEP, DAN DALIL-DALIL ISTIDRAJ ....................................1
A. Pengertian Istidraj....................................................................................... 1
B. Konsep-konsep Istidraj................................................................................ 2
C. Dalil-dalil tentang Istidraj...........................................................................2
BAB II
DALIL-DALIL HADITS QUDSI TENTANG HUKUMAN YANG
DISEGERAKAN SEBAGAI BENTUK KASIH SAYANG ALLAH TERHADAP
HAMBANYA ................................................................................................................ 4
A. Dalil-dalil, Terjemahan dan Penjelasan ........................................................... 4
B. Contoh Kasus.....................................................................................................6
BAB III
DOSA DAN KETENTUAN RIBA BESERTA DALIL-DALILNYA.......................... 8
A. Pengertian Riba.................................................................................................8
B. Hukum Riba ......................................................................................................8
C. Kriteria / Macam-Macam Riba ........................................................................9
D. Dalil-Dalil Tentang Riba ................................................................................... 10
BAB IV
KEUTAMAAN SEDEKAH DAN DALIL-DALILNYA.............................................. 12
BAB V
SIFAT TAKDIR KEMATIAN DAN DALIL-DALILNYA.........................................24
4. iii
A. Sifat Takdir Kematian ...................................................................................... 24
B. Dalil-Dalil Tentang Kematian...........................................................................27
BAB VI
KEWAJIBAN AMAR MAKRUF-NAHI MUNKAR DAN DALIL-DALILNYA ......29
A. Kewajiban Amar Makruf-Nahi Munkar.......................................................... 29
B. Dalil-Dalil Tentang Amar Makruf-Nahi Munkar............................................31
DAFTAR PUSTAKA....................................................................................................33
5. 1
BAB I
PENGERTIAN, KONSEP, SERTA DALIL-DALIL TENTANG ISTIDRAJ
A. Pengertian Istidraj
Istidraj berasal dari kata 'daraja' dalam bahasa Arab yang berarti naik satu
tingkatan ke tingkatan berikutnya. Namun, Istidraj lebih dikenal sebagai istilah azab
yang berupa kenikmatan yang sengaja diberikan pada seseorang.
Jadi, Allah SWT menguji hamba-hambanya yang lalai dalam beribadah dengan
melimpahkan mereka kenikmatan dunia. Padahal, segala hal yang dinikmati tersebut
adalah suatu jebakan.
Yaitu jebakan yang berupa kelapangan rezeki padahal yang diberi dalam keadaan
terus menerus bermaksiat pada Allah. Jadi, ketika Allah membiarkan kita sengaja
meninggalkan shalat, meninggalkan puasa, tidak ada perasaan berdosa ketika
bermaksiat, berat untuk bershadaqah, merasa bangga dengan apa yang dimiliki,
mengabaikan semua atau mungkin sebagian perintah Allah, menganggap enteng
perintah- perintah Allah, merasa umurnya panjang dan menunda-nunda taubat, dan tidak
mau menuntut ilmu syar’i tetapi Allah tetap memberikan mereka harta yang berlimpah,
kesenangan, hidup aman, tidak sakit dan tidak pula tertimpa musibah bersiaplah untuk
menantikan konsekuensinya, karena janji Allah itu Maha Benar.
Adapun dalil dalam Alquran yang menjelaskan tentang Istidraj ialah Surah Al-
An'am ayat 44:
اَّمَلَف ا ۡ
وُسَن اَم ا ۡ
وُِّركُذ هِّب َان َۡحتَف ۡمِّهۡيَلَع َاب َوۡبَا ِّلُك ء ۡ
َىش ؕتَحٓى اَذِّا ا ۡ
وُح ِّ
رَف اَمِّب ا ۡ
وُت ۡ
وُا ۡمُهٰنَۡذخَا َةتۡغَب َٓف اَذِّا ۡمُه َن ۡ
وُسِّلۡبُّم
Fa lammaa nasuu maa zukkiruu bihii fatahnaa ‘alaihim abwaaba kulli syaii’, hattaaa
izaa farihuu bimaaa uutuuu akhoznaahum baghtatang fa izaa hum mublisuun
Artinya: “Maka tatkala mereka melupakan peringatan yang telah diberikan kepada
mereka, Kami pun membukakan semua pintu-pintu kesenangan untuk mereka; sehingga
apabila mereka bergembira dengan apa yang telah diberikan kepada mereka, Kami siksa
mereka dengan sekonyong-konyong, maka ketika itu mereka terdiam berputus asa.”
6. 2
B. Konsep Istidraj
1. Ibadah Kita Semakin Turun, Namun Kesenangan Makin Melimpah
Ibnu Athaillah berkata: “Hendaklah engkau takut jika selalu mendapat karunia Allah,
selama engkau tetap dalam perbuatan yang maksiat kepada-Nya, jangan sampai karunia
itu sendiri-mata istidraj oleh Allah”
2. Kita melakukan Maksiat, Tapi Malah Makin Banyak Kesenangan
Ali Bin Abi Thalib ra berkata: “Hai anak Adam ingat dan waspadalah bila kau lihat
Tuhanmu yang terus menerus melimpahkan nikmat atas dirimu selama engkau terus-
terus melakukan maksiat kepadaNya” (Mutiara Nahjul Balaghoh Hal 121)
3. Semakin Kita Kikir, Namun Semakin Banyak
Kita ketahui bahwa sebetulnya Sodaqoh dapat membuat harta kita semakin banyak.
Ketika kita dihinggapi sifat kikir, tak pernah zakat, infak, shadaqah ataupun
mengulurkan bantuan orang lain. Namun justru justru harta semakin melimpah ruah.
menjadi salah satu ciri khas istidraj dalam islam.
4. Jarang Sakit
Imam Syafi'I pernah menyebut: Setiap orang pasti pernah mengalami sakit suatu saat
dalam hidupnya, jika Anda tidak pernah sakit maka tengoklah ke belakang mungkin ada
yang salah dengan dirimu.
C. Dalil- dalil tentang Istidraj
Surat Al-Anam ayat 44:
Allah Subhanahu Wa Ta'ala berfirman:
َش ِّلُك َب ا َْوبَا ْمِّهْيَلَع َانَْحتَف هِّب ا ْوُِّركُذ اَم ا ْوُسَن اَّمَلَف
ءْي
ٓ
ْمُه اَذ ِّاَف َةتْغَب ْمُهٰنْذَخَا ا ْوُت ْوُا اَمِّب ا ْوُح ِّ
رَف اَذِّا ىتَح
َن ْوُسِّلْبُّم
fa lammaa nasuu maa zukkiruu bihii fatahnaa 'alaihim abwaaba kulli syaii, hattaaa izaa
farihuu bimaaa uutuuu akhoznaahum baghtatang fa izaa hum mublisuun
7. 3
"Maka ketika mereka melupakan peringatan yang telah diberikan kepada mereka, Kami
pun membukakan semua pintu (kesenangan) untuk mereka. Sehingga ketika mereka
bergembira dengan apa yang telah diberikan kepada mereka, Kami siksa mereka secara
tiba-tiba, maka ketika itu mereka terdiam putus asa." (QS. Al-An'am 6: 44)
Surat Ali Imran ayat 178:
Allah Subhanahu Wa Ta'ala berfirman:
ْمِّهِّسُفْنَ ِّ
َل ٌْريَخ ْمُهَل ِّْيلْمُن اَمَّنَا ا ْوَُرفَك َْنيِّذَّلا َّنَبَسْحَي َ
َل َو ٌنْيِّهُّم ٌب اَذَع ْمُهَل َو ٓ امِّْثا ا ُْود اَد ْزَيِّل ْمُهَل ْيِّلْمُن اَمَّنِّا
wa laa yahsabannallaziina kafaruuu annamaa numlii lahum khoirul li-angfusihim,
innamaa numlii lahum liyazdaaduuu ismaa, wa lahum 'azaabum muhiin
"Dan jangan sekali-kali orang-orang kafir itu mengira bahwa tenggang waktu yang
Kami berikan kepada mereka lebih baik baginya. Sesungguhnya tenggang waktu yang
Kami berikan kepada mereka hanyalah agar dosa mereka semakin bertambah; dan
mereka akan mendapat azab yang menghinakan." (QS. Ali 'Imran 3: 178)
8. 4
BAB II
DALIL-DALIL HADITS QUDSI TENTANG HUKUMAN YANG
DISEGERAKAN SEBAGAI BENTUK KASIH SAYANG ALLAH TERHADAP
HAMBANYA
A. Dalil, Terjemahan dan Penjelasan
Terdapat 3 dosa yang balasannya akan disegerakan Allah SWT di dunia.
موي ىإل ءاش ام اهنم هللا رخؤي بونذ ل: ك َلق ملسو هيلع هللا ىلص يبنال نع ،هنع َلال ي
ضر ةركب يبأ نع
تومال لبق ايندَل يف اهبحاصل لجعي ،محرَل ةعيطق وأ ،نيدَلوَل َوقوقع ،يغبال َلإ ةمايق
ال
Hal ini sesuai dalam hadist dari Abu Bakrh RA, Rasulullah SAW bersabda,”
Setiap dosa akan di akhirkan (ditunda) balasannya oleh Allah SWT hingga hari
kiamat, kecuali al-baghy (zalim), durhaka kepada orang tua dan memutuskan
silaturahim, Allah akan menyegerakan di dunia sebelum kematian menjemput.”
(HR Al Hakim, Al Mustadrak No 7345).
Pertama, dosa orang yang berbuat zalim balasannya akan disegerakan.
Zalim adalah perbuatan melampaui batas dalam melakukan keburukan.
Perbuatan zalim dapat mengotori hati, seperti sombong, dengki, ghibah, fitnah,
dusta, dan lain sebagainya. Karena itu zalim termasuk dari dosa besar.
Manusia yang zalim akan mendapatkan balasan di dunia dan siksa pedih di
akhirat. Sebagaimana yang dijelaskan dalam Alquran:
ميأل باذع مهل كئلوأ ق حال ريغب ْ
ضرَل يف نوغبيو سانال نوملظي نيذَل ىلع ليبسال امنإ
“Sesungguhnya dosa itu atas orang-orang yang berbuat zalim kepada
manusia dan melampaui batas di muka bumi tanpa hak. Mereka itu mendapat
azab yang pedih.” (QS Asy-Syura: 42)
9. 5
Kedua, orang yang durhaka kepada orang tua. Sikap buruk dan tidak
menghormati serta tidak menyayangi kedua orang tua, adalah sikap yang sangat
tercela, karena merekalah penyebab keberadaan kita di dunia ini.
Jika sikap ini dilakukan, maka akan mengundang kemurkaan dari Allah
SWT di dunia ini, antara lain dalam bentuk pembangkangan sikap yang
dilakukan anak-anak mereka.
Karena itu, sikap ihsan baik dalam ucapan maupun perbuatan merupakan
suatu kewajiban agama sekaligus merupakan suatu kebutuhan. Seperti yang
dijelaskan dalam firman Allah SWT:
َلو فأ امهل لقت فَل كَلامه وأ امهدحأ ربكال كدنع نغ
لبي امإ ا ناسحإ نيدَلوَلبو هايإ َلإ اودبعت َلأ كبر
ىضقو
رك َلوق امهل لقو امهرهنت
“Dan Tuhanmu telah memerintahkan supaya kamu jangan menyembah
selain Dia dan hendaklah kamu berbuat baik pada ibu-bapakmu dengan sebaik-
baiknya. Jika salah seorang di antara keduanya atau kedua-duanya sampai
berumur lanjut dalam pemeliharaanmu, maka sekali-kali janganlah kamu
mengatakan kepada keduanya perkataan "ah" dan janganlah kamu membentak
mereka, dan ucapkanlah kepada mereka ucapan yang mulia.” (QS Al-Isra: 23).
Ketiga, dosa orang yang memutuskan silaturahim. Islam tidak menyukai
orangorang yang memutuskan tali persaudaraan.
Islam mengancam dan mengecam secara tegas orang-orang yang
memutuskan tali persaudaraan. Dalam hal ini, Rasulullah SAW bersabda dari
Abu Muhammad Jubiar bin Muth’im RA:
عطاق ةنجال لخدي: َل َلق ﷺ َلال لوسر نأ هنع هللا يضر معطم نب ريبج دمحم يبأ نع
10. 6
“Tidak akan masuk surga orang yang memutus (silaturahim)." (HR Bukhari
dan Muslim).
Islam begitu tegas terhadap hubungan baik sesama manusia. Oleh karena
itu, orang yang tidak mau berbuat baik dan justru memutus persaudaraan, Islam
pun memberikan ancaman yang keras, yakni tidak akan masuk surga sebagai
balasannya. Sungguh mengerikan.
B. Contoh kasus
Saya mengambil contoh dari seseorang yang pernah mengalami masalah
hidup yang sangat berat,terlilit hutang, sakit yang sangat langka dengan
kwmungkinan hidup yang sangat tipis,namun Allah begitu mencintainya. Entah
dia pernah berbuat dosa atau apa pun sebelumnya ,hanya Allah yang tahu namun
setelah semua kejadian yang sulit itu dia menjadi sangat dekat dengan Allah
SWT.
Begitu hebatnya kepiawaian Dewa Eka Prayoga dalam bidang pemasaran digital
hingga ia mendapat julukan 'Dewa Selling'. Namun, pria yang juga akrab disapa
Kang Dewa ini mengalami serentetan ujian yang mungkin membuat banyak
orang menyerah.
Keterpurukan pertama sudah dirasakan saat usia muda, tepatnya ketika ia masih
menjalani semester tujuh perkuliahan. Nilai utang yang harus ditanggung pun
tidak sepele, yakni mencapai Rp7,7 miliar.
Ya, nilai uang yang besar memang sudah didapatkannya sejak kuliah karena saat
itu sudah bisa membentuk personal branding yang cukup terkenal. "Waktu itu
saya bawa uang banyak karena saya sudah punya personal branding lantaran
sering diundang seminar di luar kampus. Sampai sampai ada teman yang
nawarin saya proyek pengadaan laptop dan lain-lain untuk keperluan kantor,"
papar Dewa yang kala itu berhasil mengumpulkan puluhan investor.
Nahas, teman yang dipercaya nyatanya hanya penipu yang menjual proyek
bodong. Saat mengetahui sang teman kabur, Dewa yang saat itu merupakan
11. 7
mahasiswa Universitas Pendidikan Indonesia segera melapor ke polisi. Meski
dengan kasus itu pada awalnya masih ada 40 investor bertahan, kemudian hanya
tersisa dua orang.
Untuk membayar utang, Dewa yang kala itu baru beberapa hari menikah pun
mencoba berjualan jajanan dari berkeliling menjual ceker pedas, krupuk, hingga
seblak. Ia beruntung karena sang istri, Wiwin Supiyah, rela membanting tulang
bersama meski masih menjadi pengantin baru.
Kemudian jalan mulai membaik saat ia ditawari menulis buku oleh seorang
teman. Berbekal laptop jadul, Dewa berhasil menulis kisahnya hanya dalam
tujuh hari ke dalam
buku berjudul 7 Kesalahan Pengusaha Pemula. Buku itu tidak disangka laris
hingga Dewa bisa berpendapatan Rp120 juta per bulan.
Namun, di tengah masa perbaikan dalam melunasi utangnya, ujian baru datang
lagi. Dewa terdiagnosis menderita GBS (guillain barre syndrome), yaitu sebuah
gangguan saraf yang mengakibatkan seluruh badanya lumpuh total. Ia pun
terpaksa harus dirawat secara intensif selama dua bulan akibat penyakit tersebut
hingga menelan biaya perawatan sebesar Rp700 juta.
Meski terpuruk, Dewa tetap bersyukur karena dapat sembuh dalam waktu empat
bulan. Penulis buku Melawan Kemustahilan itu juga merasa ujian yang ia alami
telah menjadikannya sebagai pribadi yang lebih baik.
Kini, pada usia 30 tahun, Dewa tidak hanya tetap gencar berbisnis dan menjadi
motivator, tetapi juga berbagi kepada sesama dengan mendirikan pesantren bagi
kalangan tidak mampu. "Saat ini saya sedang membangun sebuah pondok
Qur'an Digitalpreneur di Cirebon. Semoga tahun depan selesai dan sedang
berkampanye mengajak teman-teman di Indonesia berwakaf dan bersedekah
secara gila-gilaan, sesering mungkin, sesempat mungkin, dengan hashtag
#SedekahBrutal," pungkas Dewa
12. 8
BAB III
DOSA DAN KRITERIA RIBA BESERTA DALIL-DALILNYA
A. Pengertian Riba
Ar-Riba dalam pengertian bahasa (etimologi) berarti secara mutlak adalah
ziyadah (penambahan). Sedang menurut istilah (terminologi), Riba adalah
menambah salah satu dari dua benda yang dipertukarkan dengan jenis yang
sama (sehingga lebih banyak) tetapi tambahan ini tidak ada imbalannya.
B. Hukum Riba
Pada Al-Qur’an surat Al-Baqarah (2):275, Allah subhanahu wata’ala berfirman:
“Allah telah menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba.” (QS. Al-
Baqarah [2]: 275).
Riba dalam Islam hukumnya haram. Ada banyak efek negatif dari riba yang
dipraktikkan selama ini dalam kehidupan sehari-hari. Bahkan, agama samawi
semuanya melarang praktik riba. Mendapatkan keuntungan dari riba dapat
menghilangkan sikap tolong menolong, memicu permusuhan, dan sangat
menyusahkan apabila pemberi riba menentukan bunga yang sangat tinggi.
Dalam salah satu hadis Rasulullah salallahu ‘alaihi wassalam bersabda:
“Dari Jabir Ra. ia berkata: “Rasulullah salallahu ‘alaihi wassalam telah
melaknat orang-orang yang memakan riba, orang yang menjadi wakilnya (orang
yang memberi makan hasil riba), orang yang menuliskan, orang yang
menyaksikannya, (dan selanjutnya), Nabi bersabda, mereka itu semua sama
saja.” (HR. Muttafaq Alaih).
Para ulama sepakat bahwa riba adalah haram, serta Islam tidak
memperkenankan hal itu dipraktikkan dalam muamalah. Riba adalah usaha
mencari rezeki yang tidak dibenarkan serta dibenci Allah Subhanahu wata’ala.
13. 9
C. Kriteria / Macam-Macam Riba
Menurut madzhab Asy-Syafi’i, riba terbagi menjadi tiga macam, yaitu :
1. Riba Nasi’ah
An Nasi’ah artinya adalah penundaan. Adanya penambahan sebagai
imbalan atas ditangguhkannya pembayaran atau pelunasan. Riba nasi’ah adalah
model riba yang sudah dikenal di kalangan Jahiliyah.
Ibnu JarirAth-Thabari mengisahkan, di zaman jahiliyah biasa terjadi
seseorang meminjam uang kepada orang lain untuk waktu tertantu. Kemudian
apabila batas waktu yang diberikan itu sudah habis, ia minta uang tersebut untuk
dikembalikan. Lalu orang yang berhutang tadi mengatakan kepada yang
memberi hutang, “berilah aku waktu dan uangmu itu akan kubayar lebih”. Lalu
keduanya sepakat untuk melaksanakan. Itulah riba yang berlipat ganda.
Kemudian setelah mereka masuk islam, Allah Swt, melarangnya”
Riba semacam inilah yang kini berlaku di bank dan lembaga keuangan.
Mereka mengambil keuntungan tertentu, misalnya 5% atau 10%, lalu uang itu
diserahkan kepada badan usaha atau individu.
2. Riba Fadhl
Riba al-fadhl diantaranya adalah riba qardh (riba dalam hutang). Seperti
mengutangi 200 Pound dengan syarat ia mendapatkan manfaat yaitu membeli
barangnya atau menikahi anak perempuannya, atau membayar dengan
tambahan.
Tentang riba al-fadhl ini dijelaskan dalam kaidah fiqh, “apabila ada dua
jenis yang sama, maka (apabila ditukar) haram minta tambahan dan dengan
ditangguhkan. Namun, apabila dua jenis itu berbeda maka berlebih itu tidak
mengapa, asal tidak ditangguhkan”
Maksudnya, apabila kita hendak menukar sesuatu barang yang sejenis,
misalnya: minyak dengan minyak, gandum dengan gandum, anggur dengan
anggur atau kurma dengan kurma, tidak diberikan berlebih, secara mutlak tanpa
memandang baik dan buruknya barang itu. Tetapi kalau jenis barangnya.
14. 10
berbeda, misalnya: gandum dengan beras, minyak dengan kurma dst, boleh saja
berlebih, tetapi dengan syarat harus kontan. Sebab Rasulullah Saw. Bersabda :
َُبهَّذال ِّبَهَّذالِّب ُةَّضِّفْال َو ِّةَّضِّفْالِّب ُُّربْال َو ِّ
ُربْالِّب ُِّيرعَّشال َو ِّ
ِّيرعَّشالِّب ُرْمَّتال َو ِّ
رْمَّتالِّب ُحِّْلمْال َو مْالِّبِّٓ ِّحْل الِّْثم لِّْثمِّب اء َوَس
اء َوَسِّب ادَي دَيِّب اَذِّإَف َْتفَلَتْاخ ِّهِّذَه َُافنْصَألا واُعيِّبَف َك
َ
ْفي ِّئشْٓ ْمُت اَذِّإ َانَك ادَي دَيِّب
“Jika emas dijual dengan emas, perak dijual dengan perak, gandum dijual
dengan gandum, sya’ir (salah satu jenis gandum) dijual dengan sya’ir, kurma
dijual dengan kurma, dan garam dijual dengan garam, maka jumlah (takaran
atau timbangan) harus sama dan dibayar kontan (tunai). Jika jenis barang tadi
berbeda, maka silakan engkau membarterkannya sesukamu, namun harus
dilakukan secara kontan (tunai).” (HR. Muslim no. 1587)
3. Riba Yad
Riba Yad adalah riba yang diakibatkan oleh adanya kegiatan pertukaran
ribawi ataujual beli bukan ribawi yang dimana ada perbedaan di nilai
transaksinya jika serah terima salah satu atau keduanya dilakukan di kemudian
hari.
Contohnya: Messi dan Ronaldo sedang melakukan transaksi jual beli mobil,
Messi memberikan penawaran mobilnya kepada Ronaldo dengan harga Rp
80.000.000, apabila dibeli secara tunai, tapi jika secara kredit atau cicilan,
harganya menjadi sebesar Rp 95.000.000 dan hingga sampai akhir transaksi
tidak adanya keputusan mengenai harga.
D. Dalil-Dalil Tentang Riba
1. Surat Ar-Rum (30) Ayat 39
اَم َو ْمُتْيَتٰا ِّْنم اب ِّر ا َُوب ْرَيِّل ْيِّف ِّلا َوْمَا ِّ
اسَّنال َ
الَف ب ْرَيُٓ ا ْو َدْنِّع ِّّللا اَم َو ْمُتْيَتٰا ْنِّم وةٰك َز ِّ
رُت
َن ُْودْي َهْجَو ِّّللا ىٰولُاَف
َك
ُمُه َن ْوُفِّعْضُمْال -٣٩
Terjemah:
"Dan sesuatu riba (tambahan) yang kamu berikan agar harta manusia
bertambah, maka tidak bertambah dalam pandangan Allah. Dan apa yang kamu
15. 11
berikan berupa zakat yang kamu maksudkan untuk memperoleh keridaan Allah,
maka itulah orang-orang yang melipatgandakan (pahalanya)".
2. Surat An-Nisa (4) Ayat 161
ُمِّهِّذْخَا َّو واٰب ِّ
الر ْدَق َو ا ْوُهُن ُهْنَع ْمِّهِّلْكَا َو َلا َوْمَا ِّ
اسَّنال الِّبْٓ ِّلِّاطَب َانْدَتْعَا َو َْني ِّ
ِّرفٰكِّْلل ْمُهْنِّم ابَذَع
ا اْميِّلَا - ١٦١
Terjemah:
"Dan karena mereka menjalankan riba, padahal sungguh mereka telah
dilarang darinya, dan karena mereka memakan harta orang dengan cara tidak sah
(batil). Dan Kami sediakan untuk orang-orang kafir di antara mereka azab yang
pedih".
3. Surat Ali Imron (3) Ayat 130
اَهُّيَاٰي َْنيِّذَّلا ا ْوُنَمٰا َ
َل واُلُكَْأت اوٰب ِّ
الر اافَعْضَا َةفَع ٰضُّم ۖاوُقَّتا َّو َّللا ْمُكَّلَعَل َن ْوُحِّلْفُت - ١٣٠
Terjemah:
"Wahai orang-orang yang beriman! Janganlah kamu memakan riba dengan
berlipat ganda dan bertakwalah kepada Allah agar kamu beruntung".
16. 12
BAB IV
KEUTAMAAN SHODAQOH BESERTA DALIL-DALILNYA
21 Keutamaan Sedekah
Banyak sekali keutamaan sedekah. Syaikh Sa’id bin Ali bin Wahf al-Qahthani dalam
kitab Shadaqah ath-Thathawwu’ fil al-Islam menyebutkan 21 keutamaan sedekah.
1. Sedekah sangat bermanfaat untuk menyempurnakan dan menggenapi
kekurangan pada zakat wajib.
Keutamaan sedekah yang pertama, sedekah berfungsi untuk menyempurnakan dan
menggenapi kekurangan pada zakat fardhu.
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,
َل ْنِإ َو ،ًةَّمَات ُهَل ْتَبِتُك اَهَّمَتَأ َانَك ْنِإَف ،ُهُت َ
َلَص ِةَماَيِقْال َم ْوَي ُدْبَعْال ِهِب ُبَساَحُي اَم ُل َّوَأ
واُرُظْنا :َّلَجَو َّزَع ُهللا َالَق اَهَّمَتَأ ْنُكَي ْم
ع ُّوَطَت ْمِن ِيدْبَعِل َُوند َِجت َْله
َِكلَذ ِباَس ِح ىَلَع ُلاَمْعَ ْ
اْل ُذَخْؤُت َّمُث ، َِكلَذَك ُةَاك َّالز َّمُث ،ُهَتَضي ِ
رَف اَهِب َونُلِمْكُتَف
“Amalan yang pertama kali dihisab dari seorang hamba pada Hari Kiamat adalah
shalatnya. Jika dia mendirikannya secara sempurna, maka ditulis secara sempurna. Jika
tidak, Allah azza wajalla berfirman: ‘Lihatlah kalian, apakah kalian mendapatkan
amalan sunnah pada hamba-Ku sehingga bisa menyempurnakan shalat wajibnya?” (HR.
Ahmad No. 16949. Sanad hadits ini shahih)
2. Sedekah memadamkan kesalahan dan menghapusnya.
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersaabda,
َارَّنال ُءاَمال ُئِفُْطي اَمَك َةَئيَِطخال ُئِفْطُت ُةَقَدَّصال َو
“Dan sedekah akan memadamkan kesalahan sebagaimana air memadamkan api.”
(HR. At-Tirmizi No. 613; HR. Ahmad No. 15284)
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,
17. 13
َافَّصال ىَلَع ُدِيلَجْال ُبَهْذَي اَمَك َةَئيَِطخْال ُئِفْطُت ُةَقَدَّصال َو
“Sedekah itu dapat memadamkan kesalahan, sebagaimana sebongkah es yang
meleleh di atas batu karang.” (HR. Ibnu Hibban No. 5567. Hadits shahih)
Dalam hadits Hudzaifah disebutkan, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam pernah
bersabda,
َيِّ ِ
الص َو ُة َ
َلَّصال َاه ُرِِّفَكُت ،ِه ِ
ارَجَو ِهِدَل َو َو ِهِلْهَأ ِيف ِلُج َّالر ُةَنْتِف
،ِوفُرْعَمْالِب ُرْمَ ْ
اْل َو ،ُةَقَدَّصال َو ُما
َع ُيْهَّنال َو
ِ
َركْنُمْال ِن
“Fitnah seseorang di keluarganya, hartanya, dan anaknya serta tetangganya bisa
terhapus oleh shalat, sedekah, dan amar makruf nahi mungkar.” (HR. Al-Bukhari No.
1435; HR. Ibnu Majah No. 3955)
3. Sedekah menjadi sebab masuk jannah dan terbebas dari neraka.
Keutamaan sedekah berikutnya, sedekah dapat menjadi sebab masuk Jannah dan
terbeebas dari neraka.
Dari Aisyah radhiyallahu ‘anha, ia berkata,
َرَمَت َث َ
َلَث اَهُتْمَعْطَأَف ،اَهَل ِْنيَتَنْبا ُلِمْحَت ٌةَنِيكْسِم ِينْتَءاَج
ًة َرْمَت اَهِيف ىَلِإ ْتَعَف َر َو ،ًة َرْمَت اَمُهْنِم ةَد ِاح َو َّلُك ْتَطْعَأَف ،ات
َف ،اَمُهَنْيَب اَهَلُكَْأت ْنَأ ُدي ِ
رُت َْتنَاك ِيتَّلا ،َة َرْمَّتال ِتَّقَشَف ،َاهَاتَنْبا اَهْتَمَعَْطتْساَف ،اَهَلُكَْأتِل
َنَص ِيذَّلا ُت َْركَذَف ،اَهُنَْأش ِينَبَجْعَأ
ْتَع
اَهَقَتْعَأ ْوَأ ،َةَّنَجْال اَهِب اَهَل َبَج ْوَأ ْدَق َهللا َّنِإ :َالَقَف ،َمَّلَس َو ِهْيَلَع ُهللا ىَّلَص ِهللا ِلوُس َِرل
ِ
ارَّنال َمِن اَهِب
“Telah datang kepadaku seorang wanita miskin yang membawa dua anak
perempuan, lalu saya memberinya makan dengan tiga buah kurma, wanita tersebut
memberikan kurmanya satu persatu kepada kedua anaknya, kemudian wanita tersebut
mengangkat satu kurma ke mulutnya untuk dia makan. Tapi, kedua anaknya meminta
kurma tersebut, akhirnya dia pun memberikan (kurma) yang ingin ia makan kepada
anaknya dengan membelahnya menjadi dua. Saya sangat kagum dengan
kepribadiannya. Lalu saya menceritakan apa yang diperbuat oleh wanita tersebut kepada
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam. Maka beliau bersabda: ‘Sesungguhnya Allah
telah mewajibkan kepadanya untuk masuk surga atau membebaskannya dari neraka.’”
(HR. Muslim No. 2630)
18. 14
4. Sedekah dapat memasukkan seseorang ke Jannah meski hanya dengan
sebutir kurma.
Dari Aisyah radhiyallahu ‘anha, ia berkata,
َهَعَم ٌةَأ َرْما ِتَلَخَد
َْنيَب اَهْتَمَسَقَف ،َاهَّايِإ اَهُتْيَطْعَأَف ،ة َرْمَت َْريَغ اًئْيَش ِيدْنِع ْد َِجت ْمَلَف ،ُلَأْسَت اَهَل َِانتَنْبا ا
ْلُكَْأت ْمَل َو ،اَهْيَتَنْبا
َف ،َانْيَلَع َمَّلَس َو ِهْيَلَع ُهللا ىَّلَص ُّيِبَّنال َلَخَدَف ، ْتَجََرخَف ، ْتَماَق َّمُث ،اَهْنِم
َّنُك ءْيَشِب ِتَانَبال ِهِذَه ِْنم َِيلُتْبا ِنَم :َلاَقَف ُهُت ْرَبْخَأ
ِ
ارَّنال َِنم ا ًرْتِس ُهَل
“Telah datang seorang wanita bersama dua putrinya menemuiku untuk meminta
sesuatu namun aku tidak mempunyai apa-apa selain sebutir kurma lalu aku berikan
kepadanya. Lalu wanita itu membagi kurma itu menjadi dua bagian yang diberikannya
untuk kedua putrinya sedangkan dia tidak memakan sedikit pun. Lalu wanita itu berdiri
untuk segera pergi. Saat itulah Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam datang kepada kami,
lalu aku kabarkan masalah itu, maka Beliau bersabda: ‘Siapa yang memberikan sesuatu
kepada anak-anak ini, maka mereka akan menjadi pelindung dari api neraka baginya’.”
(HR. Al-Bukhari No. 1418)
5. Sedekah menjadi sebab selamat dari panasnya hari kiamat.
Keutamaan sedekah kelima, pelakunya akan mendapat naungan di hari Kiamat kelak.
Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu menyebutkan sebuah hadits tentang tujuh golongan
yang mendapatkan naungan di hari kiamat. Salah satu golongan yang beliau sebutkan
adalah,
َي ُقِفْنُت اَم ُهُلاَمِش َمَلْعَت َ
َل ىَّتَح َاهَافْخَأَف ةَقَدَصِب ََّقدَصَت ٌلُجَر َو
ُهُنمِي
“Serta seseorang yang bersedekah secara sembunyi-sembunyi, sehingga tangan
kirinya tidak tahu menahu terhadap amalan tangan kanannya.” (HR. Al-Bukhari No.
1423)
Dari Martsad bin Abdullah al-Mazayani, sebagian sahabat pernah mendengar
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,
ُهُتَقَدَص ِةَماَيِقْال َم ْوَي ِِنمْؤُمْال َّلِظ َّنِإ
19. 15
“Sesungguhnya naungan seorang mukmin pada hari kiamat adalah sedekahnya.”
(HR. Ahmad No. 18043. Hadits shahih)
6. Sedekah menjadi sebab datangnya pertolongan dan rezeki.
Dari Mush’ab bin Saad, ia berkata, Sa’ad menganggap bahwa dirinya memiliki
kelebihan dibanding orang lain. Maka Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,
ْمُكِئَافَعُضِب َّ
َلِإ َونُق َز ْرُت َو َونُرَصْنُت َْله
“Tidaklah kalian ditolong dan diberi rezeki melainkan karena adanya (do’a) orang-
orang yang lemah (di antara) kalian.” (HR. Al-Bukhari No. 2896)
Ibnu Baththal rahimahullah menjelaskan tentang takwil hadits di atas,
اَبِعْال ِيف ًاع ُْوشُخ ُرَثْكَأ َو ،ِاءَعُّدال ِيف ًاص َ
َلْخِإ ُّدَشَأ َءَافَعُّضال َّنَأ
ال ِفُرْخُزِب ِقُّلَعَّتال ِنَع ْمِهِب ْوُلُق ِء َ
ِخََلل ؛ِةَد
اَيْنُّد
“Sesungguhnya orang-orang miskin itu lebih ikhlas dalam berdoa, lebih khusyuk
dalam ibadah tersebab kosongnya hati mereka dari ketergantungan dengan urusan
duniawi.” (Fathul Bari bi Syarh Shahih al-Bukhari, Ibnu Hajar al-Asqalani, 6/89)
Dari Anas bin Malik radhiyallahu ‘anhu ia berkata,
َّنال ِدْهَع ىَلَع ِان ََوخَأ َانَك
َُرخ ْ
اْل َو َمَّلَس َو ِهْيَلَع ُ َّ
َّللا ىَّلَص َّيِبَّنال ِيتْأَي اَمُهُدَحَأ َانَكَف َمَّلَسَو ِهْيَلَع ُ َّ
َّللا ىَّلَص ِِّيِب
َاكَشَف ، ُف َِرتْحَي
ِهِب ُق َز ْرُت َكَّلَعَل :َلاَقَف َمَّلَس َو ِهْيَلَع ُ َّ
َّللا ىَّلَص ِِّيِبَّنال ىَلِإ ُهَاخَأ ُف ِ
َرتْحُمال
“Ada dua orang lelaki bersaudara pada masa Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam,
salah satunya datang kepada Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam (maksudnya untuk
memburu ilmu) dan yang satunya lagi bekerja, maka saudaranya yang bekerja
mengadukan perihal saudaranya kepada Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam, beliau
menjawab: ‘Bisa jadi kamu diberi rezeki karena dia.’” (HR. At-Tirmizi No. 2345.
Hadits shahih)
7. Sedekah mencetak seorang muslim menjadi sosok dermawan, baik hati,
peduli terhadap saudara yang membutuhkan, dan kasih sayang kepada orang
fakir.
20. 16
Sedekah akan melatih seseorang untuk gemar memberi. Buka sekedar memberi. Ia
memberi orang yang membutuhkan. Ia bersedekah kepada fakir miskin.
Kegiatan memberi dalam sedekah ini akan terus berulang hingga membentuk sebuah
karakter pada seseorang. Hingga terciptalah pribadi yang dermawan, memiliki
solidaritas yang tinggi, dan kasih sayang terhadap fakir miskin.
8. Sedekah mampu menjaga seseorang dari sifat kikir.
Keutamaan sedekah yang kedelapan, sedekah mampu menjaga pelakunya dari sifat
kikir. Sebab, sedekah identik dengan aktivitas suka memberi, sedengkan kikir adalah
sifat orang yang pelit untuk memberi.
Allah subhanahu wata’ala berfirman,
َن ْوُحِلْفُمْال ُمُه َِٕكى
ٰۤ
ولُاَف ِٖهسْفَن َّحُش َق ُّْوي ْنَم َو
“Dan siapa yang dijaga dirinya dari kekikiran, maka mereka itulah orang-orang
yang beruntung.” (QS. Al-Hasyr: 9)
9. Sedekah mendatangkan berkah dan lipat ganda dari Allah subhanahu
wata’ala.
Allah subhanahu wata’ala berfirman,
َْنيِق ِ
ز ّٰالر ُْريَخ َُوه َو ٗهُفِلُْخي َوُهَف ءَْيش ِْنِّم ْمُتْقَفْنَا ٓاَم َو
“Dan apa saja yang kamu infakkan, Allah akan menggantinya dan Dialah pemberi
rezeki yang terbaik.” (QS. Saba’: 39)
Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi
wasallam bersabda,
َارَهَّنال َو َْليَّلال ُءَّاحَس ،ٌةَقَفَن اَهُضِيغَي َ
َل ىَ ْ
ْلَم ِ َّ
َّللا ُدَي
“Tangan Allah selalu penuh, tidak kurang karena memberi nafkah, dan selalu
dermawan baik siang maupun malam.”
21. 17
Beliau bersabda lagi,
ْ
ِضغَي ْمَل ُهَّنِإَف ، َ
ض ْرَْلا َو ِتا َوَمَّسال َقَلَخ ُذْنُم َقَفْنَأ اَم ْمُتْيَأ َرَأ
َم
ِهِدَي ِيف ا
“Bukankah kalian telah melihat apa yang dibelanjakan-Nya semenjak Dia mencipta
langit dan bumi, dan tidak berkurang sedikit pun apa yang di tangan-Nya?”
Beliau bersabda lagi,
ُعَف ْرَي َو ُِضفْخَي ،ُان َِيزمال ى َرْخُاْل ِهِدَيِب َو ،ِاءَمال ىَلَع ُهُش ْرَع
“Arsy-Nya di atas air, dan tangan-Nya yang lain memegang timbangan, yang
terkadang Ia rendahkan atau Ia tinggikan.” (HR. Al-Bukhari No. 7411)
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,
ِزع َّ
َلِإ ،وْفَعِب ًادْبَع ُهللا َدا َز اَم َو ،الَم ِْنم ٌةَقَدَص ْتَصَقَن اَم
َمَو ،ا
ُهللا ُهَعَف َر َّ
َلِإ ِ َّ ِ
َلِل ٌدَحَأ َعَضا ََوت ا
“Sedekah itu tidak akan mengurangi harta. Tidak ada orang yang memberi maaf
kepada orang lain, melainkan Allah akan menambah kemuliaannya. Dan tidak ada
orang yang merendahkan diri karena Allah, melainkan Allah akan mengangkat
derajatnya.” (HR. Muslim No. 2588)
10. Sedekah dapat melapangkan dada dan menumbuhkan kebahagiaan pada
diri pelakunya.
Jika orang yang bersedekah berperilaku baik kepada sesama makhluk, memberi
kemanfaatan kepada orang lain dengan hartanya, dan berbagai bentuk kebaikan lainnya,
maka dadanya akan menjadi lapang.
Orang yang gemar memuliakan dan menebar kebaikan adalah orang yang lebih lapang
dadanya, lebih baik jiwanya, lebih berkah hatinya.
Sebaliknya, orang pelit adalah orang yang miskin amal kebajikan. Ia adalah orang yang
paling sempit dadanya, payah penghasilannya, paling sering gundah gulana.
22. 18
Dengan catatan, pemberian tersebut didasari dengan jiwa yang baik, mengeluarkan harta
dari hatinya terlebih dahulu sebelum mengeluarkan harta dari tangannya. (Zadul Ma’ad,
Ibnul Qayyim, 2/25; Asy-Syarh al-Mumti’, Ibnu Utsaimin, 6/10)
11. Sedekah menaikkan level seorang muslim menuju iman yang sempurna.
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,
َّب ُِحي ىَّتَح ْمُكُدَحَأ ُنِمْؤُي َ
َل
ِهي ِخَ ِ
ْل
–
ِه ِ
ارَجِل :َلاَق ْوَأ
–
ُّب ُِحي اَم
ِل
ِهِسْفَن
“Tidaklah beriman seseorang di antara kalian hingga ia mencintai saudaranya, atau
sabda beliau, mencintai tetangganya, sebagaimana ia mencintai diri sendiri.” (HR.
Muslim No. 45)
Seorang muslim yang cinta untuk mencari harta guna memenuhi kebutuhannya, dan ia
juga cinta untuk mengupayakan hal itu untuk saudaranya yang membutuhkan—agar
kebutuhannya juga terpenuhi, dengan demikian sempurnalah imannya. (Shadaqah
Tathawwu’ fi al-Islam, Said bin Ali bin Wahf al-Qahthani, 12)
12. Sedekah menjadi solusi krisis kebutuhan dan solusi kemiskinan.
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,
ِقْال ِم ْوَي ِب َرُك ِْنم ًةَب ْرُك ُهْنَع ُهللا َ
سَّفَن ،اَيْنُّدال ِب َرُك ِْنم ًةَب ْرُك ِنمْؤُم ْنَع َ
سَّفَن ْنَم
ِيف ُهللا ُه ََرتَس ،اًمِلْسُم ََرتَس ْنَمَو ،ِةَماَي
( ىَلَع ََّرسَي ْنَم َو ،ِة َر ِخ ْ
اْل َو اَيْنُّدال
1
ِيف ُدْبَعْال َانَك اَم ِدْبَعْال ِن ْوَع ِيف ُهللا َو ،ِة َر ِخ ْ
اْل َو اَيْنُّدال ِيف ِهْيَلَع ُهللا ََّرسَي ،ِرسْعُم )
ِهي ِخَأ ِن ْوَع
“Barang siapa membebaskan seorang mukmin dari suatu kesulitan dunia, maka
Allah akan membebaskannya dari suatu kesulitan pada hari kiamat. Barang siapa
memberi kemudahan kepada orang yang berada dalam kesulitan, maka Allah akan
memberikan kemudahan di dunia dan akhirat. Barang siapa menutupi aib seorang
muslim, maka Allah akan menutup aibnya di dunia dan akhirat. Allah akan selalu
menolong hamba-Nya selama hamba tersebut menolong saudaranya sesama muslim.”
(HR. Muslim No. 2699)
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,
23. 19
ِملْسُم ْنَع َج َّرَف ْنَم َو ،ِهِتَجاَح ِيف ُ َّ
َّللا َانَك ِهي ِخَأ ِةَجاَح ِيف َانَك ْنَم
ِتاَبُرُك ْمِن ًةَب ْرُك ُهْنَع ُ َّ
َّللا َج َّرَف ،ًةَب ْرُك
ِةَماَيِقال ِم ْوَي
“Siapa yang membantu kebutuhan saudaranya maka Allah akan membantu
kebutuhannya. Siapa yang menghilangkan satu kesusahan seorang muslim, maka Allah
menghilangkan satu kesusahan baginya dari kesusahan-kesusahan hari kiamat.” (HR.
Al-Bukhari No. 2442)
13. Sedekah menjadi sebab rahmat Allah subhanahu wata’ala bagi seorang
hamba.
Keutamaan sedekah yang ketiga belas, sedekah menjadi sebab dilimpahkannya rahmat
Allah kepada pelakunya.
Dari Jarir bin Abdullah, ia berkata, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,
َ
اسَّنال ُمَح ْرَي َ
َل ْنَم ُ َّ
َّللا ُمَح ْرَي َ
َل
“Allah tidak akan mengasihi orang yang tidak mengasihi manusia.” (HR. Al-
Bukhari No. 7376)
14. Sedekah bagian dari perbuatan ihsan.
Allah subhanahu wata’ala berfirman,
ۛ ِةَكُلْهَّتال ىَلِا ْمُكْيِدْيَاِب ا ْوُقْلُت َ
َلَو ِ ّٰ
َّللا ِلْيِبَس ِْيف ا ْوُقِفْنَا َو
ۛ ا ْوُنِسْحَا َو
َْنيِنِسْحُمْال ُّب ُِحي َ ّٰ
َّللا َِّنا
“Dan infakkanlah (hartamu) di jalan Allah, dan janganlah kamu jatuhkan (diri
sendiri) ke dalam kebinasaan dengan tangan sendiri, dan
berbuatbaiklah. Sungguh, Allah menyukai orang-orang yang berbuat baik.” (QS. Al-
Baqarah: 195)
Allah subhanahu wata’ala berfirman,
َْنيِقِِّدَصَتُمْال ى ِ
ْزجَي َ ّٰ
َّللا َِّنا
“Sesungguhnya Allah memberi balasan kepada orang yang bersedekah.” (QS.
Yusuf: 88)
24. 20
Allah subhanahu wata’ala berfirman,
َْنيِنِسْحُمْال َجْرَا ُعْي ِ
ُضي َ
َل َ ّٰ
َّللا َِّنا
“Sungguh, Allah tidak menyia-nyiakan pahala orang-orang yang berbuat
baik.” (QS. At-Taubah: 120)
15. Sedekah mendatangkan pahala besar dan balasan berlipat.
Allah subhanahu wata’ala berfirman,
ِتقَدَّصال ىِب ُْري َو واب ِِّالر ُ ّٰ
َّللا ُقَحْمَي
“Allah tidak menyukai setiap orang yang tetap dalam kekafiran dan bergelimang
dosa.” (QS. Al-Baqarah: 276)
Allah subhanahu wata’ala berfirman,
ِلا َوْمَا ْٓيِف ۠ا َُوب ْرَيِِّل ًاب ِِّ
ر ِْنِّم ْمُتْيَتا ٓاَم َو
ِع ا ُْوب ْرَي َ
َلَف ِ
اسَّنال
َن ُْودْي ِ
رُت وةك َز ْنِِّم ْمُتْيَتا ٓاَم َو ِ ّٰ
َّللا َدْن
َهْجَو
َن ْوُفِعْضُمْال ُمُه َِٕكى
ٰۤ
ولُاَف ِ ّٰ
َّللا
“Dan sesuatu riba (tambahan) yang kamu berikan agar harta manusia bertambah,
maka tidak bertambah dalam pandangan Allah. Dan apa yang kamu berikan berupa
zakat yang kamu maksudkan untuk memperoleh keridhaan Allah, maka itulah orang-
orang yang melipatgandakan (pahalanya).” (QS. Ar-Rum: 39)
Allah subhanahu wata’ala berfirman,
ارَّفَك َّلُك ُّب ُِحي َ
َل ُ ّٰ
َّللا َو ۗ ِتقَدَّصال ىِب ُْري َو واب ِِّالر ُ ّٰ
َّللا ُقَحْمَي
ْميِثَا
“Allah memusnahkan riba dan menyuburkan sedekah. Allah tidak menyukai setiap
orang yang tetap dalam kekafiran dan bergelimang dosa.” (QS. Al-Baqarah: 276)
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,
َتَي َ َّ
َّللا َّنِإ َو ،َِّبِيَّطال َّ
َلِإ ُ َّ
َّللا ُلَبْقَي َ
َل َو ،ِّبِيَط ْبسَك ِْنم ة َرْمَت ِلْدَعِب ََّقدَصَت ْنَم
ِّيِب َُري اَمَك ،ِهِب ِاحَصِل اَهِّيِب َُري َّمُث ،ِهِنمِيَيِب اَهُلَّبَق
ِلَبَجال َلْمِث َونُكَت ىَّتَح ،ُه َّوُلَف ْمُكُدَحَأ
“Barang siapa yang bersedekah dengan sebutir kurma hasil dari usahanya sendiri
yang baik (halal), sedangkan Allah tidak menerima kecuali yang baik saja, maka
25. 21
sungguh Allah akan menerimanya dengan tangan kanan-Nya lalu mengasuhnya untuk
pemiliknya sebagaimana jika seorang dari kalian mengasuh anak kudanya hingga
membesar seperti gunung.” (HR. Al-Bukhari No. 1410)
16. Orang yang sedekah semata mengharap ridha Allah subhanahu
wata’ala akan mendapat pujian dari Allah subhanahu wata’ala
Allah subhanahu wata’ala berfirman,
َف ًةَيِن َ
َلَع َّو اِرس ِ
ارَهَّنال َو ِْليَّلاِب ْمُهَلا َوْمَا َن ْوُقِفْنُي َْنيِذَّلَا
َر َدْنِع ْمُهُجْرَا ْمُهَل
َ
َل َو ْمِهْيَلَع ٌف َْوخ َ
َل َو ْمِهِِّب
َن ْوُن َحْزَي ْمُه
“Orang-orang yang menginfakkan hartanya malam dan siang
hari (secara) sembunyi-sembunyi maupun terang-terangan, mereka mendapat pahala di
sisi Rabbnya. Tidak ada rasa takut pada mereka dan mereka tidak bersedih hati.” (QS.
Al-Baqarah: 274)
17. Sedekah menjadi sebab dilipatgandakannya pahala, sesuai dengan kadar
niat.
Keutamaan sedekah yang sangat luar biasa adalah dilipatgandakannya pahala. Sesuai
kadar niat pelaku tentunya.
Allah subhanahu wata’ala berfirman,
ُس ِِّلُك ْيِف َلِبَانَس َعْبَس َْتتَبْْۢنَا َّةبَح ِلَثَمَك ِ ّٰ
َّللا ِلْيِبَس ْيِف ْمُهَلا َوْمَا َن ْوُقِفْنُي َْنيِذَّلا ُلَثَم
ۗ َّةبَح ُةَئِاِّم ةَلُبْْۢن
ْنَمِل ُِفعُضي ُ ّٰ
َّللاَو
ٌمْيِلَع ٌعِسا َو ُ ّٰ
َّللاَۗو ُءَٰۤاشَّي
“Perumpamaan orang yang menginfakkan hartanya di jalan Allah seperti sebutir
biji yang menumbuhkan tujuh tangkai, pada setiap tangkai ada seratus biji. Allah
melipatgandakan bagi siapa yang Dia kehendaki, dan Allah Mahaluas, Maha
Mengetahui.” (QS. Al-Baqarah: 261)
Abu Mas’ud al-Anshari berkata, telah datang seorang laki-laki dengan menuntun seekor
unta yang telah diikat dengan tali kekangnya seraya berkata,
ِ َّ
َّللا ِيلِبَس ِيف ِهِذَه
26. 22
“Ini saya berikan untuk berjuang di jalan Allah.”
Lantas Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,
ٌةَموُطْخَم اَهُّلُك ةَقَان ِةَئمِا ُعْبَس ِةَماَيِقْال َم ْوَي اَهِب َكَل
“Mudah-mudahan pada hari kiamat kamu akan mendapatkan tujuh ratus unta
beserta tali kekangnya.” (HR. Muslim No. 1892)
18. Sedekah dapat menyatukan umat.
Allah subhanahu wata’ala berfirman,
ِْغبَت َ
َل َو َْكيَلِا ُ ّٰ
َّللا َنَسْحَا ٓاَمَك ِْنسْحَا َو
ِ
ض ْرَ ْ
اَل ِىف َداَسَفْال
“Dan berbuatbaiklah (kepada orang lain) sebagaimana Allah telah berbuat baik
kepadamu, dan janganlah kamu berbuat kerusakan di bumi.” (QS. Al-Qashshash: 77)
Ketika sikap saling berbuat baik kepada sesama telah mentradisi dan menjadi iklim
yang kokoh dalam sebuah masyarakat, maka terciptalah persatuan dan kesatuan atas
dasar iman dan kasih sayang. Inilah keutamaan sedekah.
19. Berusaha mengumpulkan harta sehingga tersisa dari kebutuhannya untuk
disedekahkan adalah sangat baik bagi ahli sedekah, jika ia memiliki kemampuan
dalam hal itu.
Dari Syadad, ia berkata, aku telah mendengar Abu Umamah berkata,
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,
ِإ َمَدآ َْنبا اَي
وُعَت ْنَمِب ْأَدْبا َو ،َاففَك ىَلَع ُم َ
َلُت َ
َل َو ،َكَل ٌَّرش ُهَكِسْمُت ْنَأ َو ،َكَل ٌْريَخ َلْضَفْال َلُذْبَت ْنَأ َكَّن
ٌْريَخ اَيْلُعْال ُدَيْال َو ،ُل
ىَلْفُّسال ِدَيْال َمِن
“Wahai anak Adam! Sesungguhnya jika kamu menyedekahkan kelebihan
hartamu, itu lebih baik bagimu daripada kamu simpan, karena hal itu akan lebih
berbahaya bagimu. Dan kamu tidak akan dicela jika menyimpan sekedar untuk
keperluan. Dahulukanlah memberi nafkah kepada orang yang menjadi
27. 23
tanggunganmu. Tangan yang di atas adalah lebih baik, daripada tangan yang di
bawah.” (HR. Muslim No. 1036)
20. Sedekah yang tersembunyi dapat memadamkan amarah Allah subhanahu
wata’ala.
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,
ِِّب َّالر َبَضَغ ُءِيفْطُت ِِّ
ِّرِسال َةَقَدَص َّنِإ
“Sungguh, sedekah yang dirahasiakan itu dapat meredam amarah Allah.” (HR.
Ath-Thabarani dalam Al-Mu’jam al-Kabir No. 1018, jilid 19/421)
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,
ُئِفْطُت ِِّ
ِّرِسال ُةَقَدَص َو ،ُِّوءسال َع ِ
ارَصَم ِيقَت ِوفُرْعَمْال ُعِئَانَص
َّالر َبَضَغ
ِ
رُمُعْال ِيف ُدي ِ
َزت ِم ِحَّالر ُةَل ِ
ص َو ،ِِّب
“Perbuatan kebaikan menahan kejadian buruk dan sedekah yang tersembunyi
memadamkan kemurkaan Rabb serta menyambung hubungan rahim menambah umur.”
(HR. Ath-Thabarani dalam Al-Mu’jam al-Kabir No. 8014, jilid 8/26)
21. Sedekah dapat menjadi obat bagi orang sakit.
Keutamaan sedekah yang terakhir, sedekah dapat menjadi obat bagi orang sakit.
Dalam sebuah hadits mursal disebutkan, Rasulullah shallallahu ‘alaihi
wasallam bersabda,
ْمُكاَض ْرَم واُاوَد َو
َةَقَدَّصالِب
“Obatilah orang sakit kalian dengan sedekah.” (HR. Abu Daud dalam
kitab Marasil Abi Daud No. 105. Hadits ini dihukumi hasan oleh al-Albani dalam
kitab Shahih at-Taghib wa at-Tarhib, 1/458 No. 744)
28. 24
BAB V
SIFAT TAKDIR KEMATIAN BESERTA DALIL-DALILNYA
A. Sifat Takdir Kematian
Dalam menjalani kehidupan ini manusia selalu berfikir apa yang akan dilakukan
hari esok, entah bekerja, berbelanja, bermain, berekreasi, dan lain-lain, tetapi
pernahkah terbesit dalam pikiran kita bahwa besok kita akan mati?
Kematian adalah suatu hal yang pasti akan terjadi tetapi sering kita lupakan.
Kematian menjadi hal yang sangat menakutkan bagi sebagian orang. Tetapi
Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam memerintahkan agar kita senantiasa
mengingat kematian. Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
َت ْوَمْال ِّينْعَي ِّتاَّذَّلال ِّمَِّاذه َرْكِّذ وا ُِّرثْكَأ
Artinya: “Perbanyaklah mengingat penghancur kelezatan, yaitu: KEMATIAN’
(Hadits Shahih riwayat At-Tirmidzi dan yang lainnya).
Dengan banyak mengingat kamatian manusia bisa lebih bersemangat dalam
beribadah, dan melaksanakan amal-amal shalih. Dengan demikian agar lebih waspada
menghadapi kematian mari kita bahas tentang sifat-sifat kematian.
Pasti
Kematian adalah akhir dari kehidupan dunia seorang makhluk hidup. Dan setiap yang
bernyawa maka akan merasakan mati. Hal ini sesuai dengan firman Allah dalam Al-
Qur’an surat Al-Anbiya ayat 35
ِّت ْوَمْال ُةَقِّئآَذ سْفَن ُّلُك
Artinya, “Setiap yang bernyawa akan merasakan mati.” (QS. Al-Anbiya: 35)
Tiba-tiba
29. 25
Tidak ada seorangpun yang mengetahui kapan dan dimana dia akan mati. Kematian
datang secara tiba-tiba dan tidak ada yang dapat menduganya. Kematian itu pasti
tetapi tidak banyak diantara kita yang benar-benar siap dalam meghadapinya.
Memaksa
Kematian itu bersifat memaksa sehingga apabila telah datang kepada seseorang maka
tidak akan ada yang mampu menolaknya. Dalam Al-Qur’an disebutkan
ُمِّهْيَلَع َِّبتُك َينِّذَّلا َز َرَبَل ْمُكِّتُويُب ِّيف ْمُتْنُك ْوَل ْلُق
اَم َص ِّ
حَمُيِّل َو ْمُك ِّ
ُوردُص ِّيف اَم ُ َّ
ّللا َِّيلَتْبَيِّل َو ْمِّهِّع ِّاجَضَم ىَلِّإ ُلْتَقْال
ِّ
ُوردُّصال ِّتاَذِّب ٌمِّيلَع ُ َّ
ّللا َو ْمُكِّبوُلُق ِّيف
Artinya, “Katakanlah, sekiranya kalian dalam rumah kalian, niscaya orang-
orang yang telah ditakdirkan akan mati terbunuh itu keluar (juga) ke tempat mereka
terbunuh. Dan Allah (berbuat demikian) untuk menguji apa yang ada pada hati kalian
dan untuk membersihkan apa yang ada dalam hati kalian. Allah Maha Mengetahui isi
hati.” (QS. Ali Imran:154)
Mengejar
Kematian akan mengejar siapapun meskipun berlindung di balik benteng yang kokoh
atau teknologi kedokteran yang canggih. Allah Ta’ala berfirman,
َُّوند َرُت َّمُث ْمُكِّيقَالُم ُهَّنِّإَف ُهْنِّم َون ُِّّرفَت يِّذَّلا َت ْ
وَمْال َّنِّإ ْلُق َّشال َو ِّبْيَغْال ِِّّملاَع ىَلِّإ
ك اَمِّب مُكُئَِّبنُيَف ِّةَداَه ُٓ َونُلَمْعَت ْمُتن
Artinya: “Katakanlah, sesungguhnya kematian yang kalian lari daripadanya,
maka sesungguhnya kematian itu akan menemui kalian, kemudian kalian kan kembali
kepada (Allah), yang mengetahui yang gaib dan yang nyata, lalu Dia beritakan
kepada kalian apa yang telah kalian kerjakan.” (QS. Al-Jumu’ah: 8)
Ghaib
Kematian adalah kenyataan yang tidak bisa dihindari. Waktu terjadinya adalah
perkara yang ghaib, namun kejadiaannya adalah kenyataan yang bisa dilihat.
Allah ta’ala berfirman,
30. 26
ُِّبسْكَت اَذاَم ٌسْفَن ي ِّ
ْردَت اَم َو ِّامَح ْ
األر ِّيف اَم ُمَلْعَي َو َْثيَغْال ُلُنزي َو ِّةَعَّاسال ُمْعِّل ُهَدْنِّع َ َّ
ّللا َّنِّإ
ِّيَأِّب ٌسْفَن ي ِّ
ْردَت اَم َو اَدغ
ٌيرِّبَخ ٌمِّيلَع َ َّ
ّللا َّنِّإ ُوتُمَت ض ْرَأ
Artinya, “Sesungguhnya Allah, hanya pada sisi-Nya sajalah pengetahuan tentang
hari kiamat, dan Dia-lah yang menurunkan hujan, dan mengetahui apa yang ada
dalam rahim. Dan tidak ada seorang pun yang dapat mengetahui secara pasti apa
yang akan diusahakannya besok. Dan tiada seorang pun yang dapat mengetahui di
bumi mana dia akan mati. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha
Mengenal.” (QS. Luqman: 34)
Tidak Dapat Ditunda atau Dipercepat
Kematian telah ditentukan waktunya. Ia tidak dapat ditunda atau dipercepat.
Allah Ta’ala berfirman
َونُلَمْعَت اَمِّب ٌيرِّبَخ ُهللا َو اَهُلَجَأ َءآَج اَذِّإ اسْفَن ُهللا َر ِّ
خَُؤي نَل َو
Artinya, “Dan Allah sekali-kali tidak akan menangguhkan (kematian) seseorang
apabila datang waktu kematiannya. Dan Allah Maha Mengetahui apa yang kalian
kerjakan. (QS. Al-Munafiqun:11)
Dalam ayat yang lain,
سَي ََل َو ةَعاَس َون ُر ِّخَْأتْسَي ََل ْمُهُلَجَأ اءَج اَذِّإَف ٌلَجَأ ةَّمُأ ِّلُكِّل َٓوْ َونُمِّدْقَت
Artinya, “Apabila sampai ajal maut mereka itu, mereka tidak dapat menunda
atau mempercepat(nya) walau sesaat pun.” (QS. Al-A’raf: 34)
Kematian Bukanlah Kebinasaan
Jasad manusia bisa saja hancur setelah nyawa dicabut darinya. Tetapi jiwa dan ruh
akan tetap ada dan kembali kepada pencipta-Nya. Kematian sama saja dengan kembali
kepada Allah. Ia bukanlah kebinasaan, melainkan hanya perpindahan dari satu fase
kehidupan di dunia ke fase kehidupan sesudah mati.
31. 27
Datangnya kematian adalah sesuatu yang pasti akan terjadi. Tidak perlu ditakutkan,
karena pasti akan datang. Hal yang penting bagi manusia adalah menyiapkan bekal
untuk perjalanan panjang sesudah mati. Mari kita bersegera beramal shalih saat
kesempatan masih terbuka lebar. Kita perbanyak bekal untuk kehidupan yang kekal.
B. Dalil-dalil tentang kematian
Surat Al-Imran Ayat 185:
Kematian bukan akhir dari sebuah kehidupan, melainkan sebuah jalan untuk mencapai
kehidupan baru yang kekal abadi yaitu akhirat.
Tidak ada satu pun ciptaan Allah yang tidak merasakan mati, bahkan malaikat pencabut
nyawa akan merasakan hal tersebut.
ُّلُك سْفَن ُةَقِّئاَذ ْال
ِّت ْوَم ِّا َو اَمَّن َن ْوَّف َوُت ْمُك َر ْوُجُا َم ْوَي مٰيِّقَْٓال ِّة ْنَمَف َح ِّ
ْزحُز ِّنَع اَّنال ِّ
ر ُا َو َل ِّخْد َةَّنـَجْال َٓف ْدَق اَف َز اَم َو
ُةوٰيَحْال اَيْنُّدال َّ
َِّلا َاتَم ُع ِّ
ر ْوُرُغْال
Artinya:
Setiap uang berjiwa akan merasakan mati, dan hanyalah di hari kiamat akan
diberikan semua pahalanya. Barang siap yang dijauhkan dari neraka dan dimasukan ke
dalam surga, sungguh mendapatkan kemenangan. Kehidupan dunia hanyalah
kesenangan yang menipu.
Surat Al-Imran Ayat 145:
Tidak ada yang mampu menentukan kapan kematian akan datang, ini merupakan sebuah
ketetapan yang hanya diketahui oleh Allah.
Setiap hamba akan mati dengan sepengetahuan atas izin Allah ayat di bawah ini salah
satu dalil tentang kematian pasti terjadi.
اَم َو َانَك سْفَنِّل ْنَا ُمَت
َت ْو َّ
َِّلا ِّنْذِّاِّب ِّّللا ابٰتِّك َّالجَؤُّم
Artinya:
Setiap yang bernyawa tidak akan mati kecuali dengan izin Allah, sebagai ketetapan
yang telah ditentukan waktunya.
Surat Al-Imran Ayat 102:
32. 28
Merupakan sebuah kerugian yang besar ketika seorang hamba meninggal dalam
keadaan syuu’il khatimah. Ayat dibawah ini insyaallah peringatan untuk selalu
beribadah kepadanya.
اَهُّيَاـٰي َْنيِّذَّلا ا ْوُنَمٰا واُقَّتا َّللا َّقَح ِّهتٰقُت َ
َل َو َّنُت ْوُمَت ِّلآَ ا َا َو ْمُتـْن َن ْوُمِّلْسُّم
Artinya:
Wahai orang-orang yang beriman, bertaqwalah kepada Allah dengan sebenar-
benarnya taqwa, dan janganlah kamu mati kecuali dalam keadaaan muslim.
33. 29
BAB VI
KEWAJIBAN AMAR MAKRUF – NAHI MUNKAR BESERTA DALIL-
DALILNYA
A. Kewajiban Amar Ma’ruf - Nahi Munkar
Menurut kamus al-Munawir Arab-Indonesia terlengkap bahwa arti amar adalah
memerintahkan. Ma‟ruf artinya adalah kebajikan. Nahi artinya melarang atau
mencegah. Munkar artinya adalah keji atau munkar.
Selain itu ma‟ruf juga diartikan melaksanakan apa yang diperintahkan oleh Allah
SWT dalam kitabnya atau melalui lisan rasulnya Muhammad SAW. Sedangkan yang
munkar diartikan apa yang dilarang oleh Allah dalam kitabnya atau melalui lisannya
Muhammad SAW. Dinamakan ma‟ruf karena jiwa yang sehat akan mengenalinya dan
mengetahui kebaikannya serta menerimanya dan akan terus melakukan perbuatan yang
ma‟ruf dan dinamakan munkar karena jiwa dan fitrah yang sehat akan mengingkari dan
menjauhi serta menjelekkan perbuatan tersebut.
Arti amar ma‟ruf nahi munkar secara terminologi ialah megajak kepada perbuatan
yang baik dan mencegah kepada perbuatan yang munkar. Secara etimologi amar berarti
adalah perintah, ajakan, anjuran, himbauan bahkan juga berarti permohonan. ma‟ruf
artinya baik, layak, patut. Nahi munkar berarti melarang, mencegah dan munkar berarti
durhaka.
Amar ma‟ruf nahi munkar juga diartikan memerintahkan kepada perbuatan
kebajikan dan melarang pada pekerjaan yang munkar. Istilah ini di dalam syari‟at Islam
yakni perintah atau mengajak diri dan orang lain melakukan hal-hal yang dipandang
baik oleh agama dan melarang atau mencegah diri dan orang lain untuk melakukan hal-
hal yang dilarang oleh syariat.
Telah diriwayatkan bahwa Abu Bakar As-Siddiq RA, berkata dalam khutbah yang
disampaikannya, sesesungguhnya kalian membaca ayat ini dan kalian termasuk
mentakwilkanya, surat al-Maidah ayat 105:
اَهُّيَاٰي َْنيِّذَّلا ا ْوُنَمٰا ْمُكْيَلَع ْمُكَسُفْنَا َ
َل ْمُك ُُّرضَي ْنَّم َّلَض اَذِّا ْمُتْيَدَتْها ىَلِّا ِّّللا ْمُكُع ِّج ْرَم اْعيِّمَج ْمُكُئَِّبنُيَف اَمِّب ْمُتْنُك َن ْوُلَمْعَت
34. 30
Artinya: “Hai orang-orang yang beriman, jagalah dirimu; tiadalah orang yang sesat
itu akan memberi mudarat kepadamu apabila kamu telah mendapat petunjuk. Hanya
kepada Allah kamu kembali semuanya, maka Dia akan menerangkan kepadamu apa
yang telah kamu kerjakan.” (QS. alMaidah: 105)
Kewajiban dan keutamaan amar ma’ruf nahi munkar
Allah SWT memerintahkan kepada kaum muslimin dan muslimat untuk
membentuk umat yang senantiasa melakukan dakwah dengan amar ma‟ruf nahi
munkar, sebagaimana firman Allah dalam QS. Ali Imran ayat 104.
ْنُكَتْل َو ْمُكْنِّم ٌةَّمُا َن ْوُعْدَّي ىَلِّا ِّ
ْريَخْال َن ْوُرُمْأَي َو ِّف ْوُرْعَمْالِّب َن ْوَهْنَي َو ِّنَع ِّ
َركْنُمْال َكىٰولُا َو ُمُه َن ْوُحِّلْفُمْال
Artinya: “Dan hendaklah ada diantara kamu segolongan umat yang menyeru
kepada kebajikan, menyuruh kepada yang ma‟ruf dan mencegah ari yang mungkar,
merekalah orang yang beruntung.”
Ayat diatas menjelaskan bahwa hukum melakukan amar ma‟ruf nahi munkar
adalah fardhu kifayah, ini dapat dilihat dari kata ()منكم huruf jarr ()من mengandung
maksud at-Tab‟iidh (yang mengandung arti sebagian), amar ma‟ruf nahi munkar ini
hanya dilakukan untuk sebagian umat dan tidak untuk umat secara keseluruhan, seperti
orang bodoh, ia tidak pantas untuk melakukan amar ma‟ruf nahi munkar. Dan
hendaklah kita menyeru kepada kebaikan yang di dalamnya terdapat manfaat dan
kebaikan manusia di dunia maupun di akhirat. Sesuatu yang dipandang baik dan buruk
oleh syara‟ dan akal. Dijelaskan juga keutamaan orang yang melakukan amar ma‟ruf
nahi munkar dalam QS. Ali Imran ayat : 110
ْمُتْنُك َْريَخ ةَّمُا ْتَج ِّ
رْخُا ِّ
اسَّنِّلل َن ْوُرُمَْأت ِّف ْوُرْعَمْالِّب َن ْوَهْنَت َو َٓع ِّن ِّ
َركْنُمْال َن ْوُنِّمْؤُت َو ِّاّللِّب ْوَل َو َنَمٰا َٓا ُلْه ِّبٰتِّكْال َانَكَل
اْريَخ ْمُهَّل ُمُهْنِّم َن ْوُنِّمْؤُمْال ُمُهُرَثْكَا َو َن ْوُقِّسٰفْال
Artinya: “Kamu adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia,
menyuruh kepada yang makruf, dan mencegah dari yang mungkar, dan beriman kepada
Allah. Sekiranya Ahli Kitab beriman, tentulah itu lebih baik bagi mereka, diantara
mereka ada yang beriman, dan kebanyakan mereka adalah orang-orang yang fasik.”
Imam Al-Kalbi menjelaskan bahwa ayat diatas memiliki makna keutamaan umat
Muhammad lebih utama dibanding umat-umat lain mereka adalah umat yang terlihat
35. 31
kemanfaatan dan kemaslahatannya selama mereka mendirikan amar ma‟ruf nahi
munkar. Namun bila mereka meninggalkan, maka keutamaan mereka hilang, sebab
Allah menjadikan sebaik-baik manusia dari sekian manusia ialah karena amar ma‟ruf
nahi munkar-nya. Sehingga mereka bisa memberikan kemanfaatan kepada yang lain,
serta beriman kepada Allah.
B. Dalil-Dalil Tentang Amar Ma’ruf – Nahi Munkar
1. Firman Allah ta’ala:
ُعْدَي ٌةَّمُأ ْمُكْنِم ْنُكَتْل َ﴿و
َي َو ِوفُرْعَمْالِب َونُرُمْأَي َو ِ
ْريَخْال ىَلِإ َون
﴾َُونحِلْفُمْال ُمُه َِكئَلوُأ َو ِ
َركْنُمْال ِنَع َن ْوَهْن
“Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang menyeru kepada
kebajikan, menyuruh kepada yang ma’ruf dan mencegah dari yang munkar merekalah
orang-orang yang beruntung.” (QS. Ali Imran: 104)
2. Firman Allah ta’ala:
َع َن ْوَهْنَت َو ِوفُرْعَمْالِب َونُرُمَْأت ِ
اسَّنِلل ْتَج ِ
رْخُأ ةَّمُأ َْريَخ ْمُتْنُك﴿
﴾ِ َّ
اَلِلِب َونُنِمْؤُت َو ِ
َركْنُمْال ِن
“Kamu adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh kepada
yang ma’ruf, dan mencegah dari yang munkar, dan beriman kepada Allah.” (QS. Ali
Imran: 110)
3. Firman Allah ta’ala:
ِوفُرْعَمْالِب َونُرُمْأَي ضْعَب ُءاَيِل ْوَأ ْمُهُضْعَب َُاتنِمْؤُمْال َو َونُنِمْؤُمْال َ﴿و
َةَاك َّالز َونُتْؤُي َو َة َ
َلَّصال َونُمِيقُي َو َِركْنُمْال ِنَع َن ْوَهْنَيَو
﴾ٌمِيكَح ٌيز ِ
زَع َ َّ
َّللا َّنِإ ُ َّ
َّللا ُمُهُمَح ْرَيَس َِكئَلوُأ ُهَلوُسَر َو َ َّ
َّللا َونُعيُِطي َو
“Dan orang-orang yang beriman, lelaki dan perempuan, sebahagian mereka
(adalah) menjadi penolong bagi sebahagian yang lain. mereka menyuruh (mengerjakan)
yang ma’ruf, mencegah dari yang munkar, mendirikan shalat, menunaikan zakat dan
mereka taat pada Allah dan Rasul-Nya. mereka itu akan diberi rahmat oleh Allah;
Sesungguhnya Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.” (QS. At Taubah: 71)
4. Firman Allah ta’ala:
36. 32
َي ْنَم َو ِ
اسَّنال َْنيَب ح َ
َْلصِإ ْوَأ وفُرْعَم ْوَأ ةَقَدَصِب َرَمَأ ْنَم َّ
َلِإ ْمُها َوَْجن ْمِن ِيرثَك ِيف َْريَخ َ
﴿َل
ِ َّ
َّللا ِةاَض ْرَم َءَاغِتْبا َِكلَذ ْلَعْف
ْوَسَف
﴾اًميِظَع ا ًجْرَأ ِهِيتُْؤن َ
ف
“Tidak ada kebaikan pada kebanyakan bisikan-bisikan mereka, kecuali bisikan-
bisikan dari orang yang menyuruh (manusia) memberi sedekah, atau berbuat ma’ruf,
atau Mengadakan perdamaian di antara manusia. dan Barangsiapa yang berbuat
demikian karena mencari keredhaan Allah, Maka kelak Kami memberi kepadanya
pahala yang besar.” (QS. An-Nisa: 114)