Istidraj adalah azab Allah yang diberikan secara bertahap melalui kenikmatan duniawi untuk menjerumuskan manusia ke dosa. Dalam Alquran disebutkan bahwa Allah akan memberikan segala kesenangan pada mereka yang lalai, lalu menimpakan azab secara tiba-tiba. Para ulama sepakat istidraj berarti penangguhan hukuman sampai manusia terjerumus dalam kemaksiatan tanpa sadar.
DEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 PENDIDIKAN GURU PENGGERAK
Tugas agama dian hartono
1. 1
KUMPULAN ARTIKEL
1. PENGERTIAN, KONSEP, SERTA DALIL-DALIL TENTANG ISTIDROJ
2. DALIL-DALIL HADITS QUDSI TENTANG HUKUMAN YANG
DISEGERAKAN SEBAGAI BENTUK KASIH SAYANG ALLAH
TERHADAP HAMBANYA., (DALIL, TERJEMAHAN, PENJELASAN,
SERTA CONTOH KASUS).
3. DOSA DAN KRITERIA RIBA BESERTA DALIL-DALILNYA
4. KEUTAMAAN SHODAQOH BERSERTA DALIL-DALILNYA
5. SIFAT TAKDIR KEMATIAN BESERTA DALIL-DALILNYA
6. KEWAJIBAN AMAR MAKRUF – NAHI MUNKAR BESERTA DALIL-
DALILNYA
Disusun sebagai tugas terstruktur Ujian Akhir Semester (UAS) mata kuliah
Pendidikan Agama Islam
Dosen Pengampu:
Dr. Taufiq Ramdani, S.Th.I., M.Sos
Disusun Oleh:
Nama : DIAN HARTONO
NIM : F1B021037
Prodi/Kelas : Teknik Elektro / A
PROGRAM STUDI TEKNIK EKELTRO
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS
MATARAM 202
2. 2
DAFTAR ISI
KUMPULAN ARTIKEL............................................................................................ 1
DAFTAR ISI ............................................................................................................... 2
BAB 1........................................................................................................................... 5
ISTIDRAJ ................................................................................................................... 5
1.1 Pengertian Istidraj........................................................................................... 5
1.2 konsep Istidraj ................................................................................................ 8
1.3 Dalil-dalil tentang Istidraj ............................................................................... 9
1.3.1 Peringatan untuk Orang Kafir.............................................................. 9
1.3.2 Siksaan Setelah Kesenangan ................................................................. 9
1.3.3 Harta dan Kesenangan Tidak Selalu Berarti Kebaikan .................... 10
1.3.4 Ditimpakan kepada Kaum Nabi yang Ingkar .................................... 10
1.3.5 Istidraj Mengantarkan pada Kebinasaa............................................. 10
1.3.6 Setan Membuai Manusia, Lalu Berlepas Tangan .............................. 10
1.3.7 Ditimpakan pada Orang yang Tidak Beriman................................... 11
1.3.8 Allah Memberikan Kuasa pada Orang yang Mendustakan Al Quran,
untuk Kemudian Membinasakan Mereka ........................................................ 11
1.3.9 Sesungguhnya Nikmat adalah Ujian................................................... 11
BAB 2......................................................................................................................... 11
DALIL-DALIL HADITS QUDSI TENTANG HUKUMAN YANG
DISEGERAKAN SEBAGAI BENTUK KASIH SAYANG ALLAH TERHADAP
HAMBANYA ............................................................................................................ 11
2.1 Dalil, Terjemahan dan Penjelasannya............................................................ 11
2.2 Contoh Kasus................................................................................................ 12
BAB 3......................................................................................................................... 15
DOSA DAN KRITERIA RIBA BESERTA DALIL-DALILNYA........................... 15
3. 3
3.1 pengertian Riba............................................................................................. 15
3.2 Dosa dan kriteria riba.................................................................................... 15
3.3 Macam Macam Riba..................................................................................... 18
3.4 Pemakan Harta Riba Diadzab Allah di Dunia Maupun di Akhirat ................. 19
BAB 4......................................................................................................................... 23
KEUTAMAAN SHODAQOH BERSERTA DALIL-DALILNYA ......................... 23
4.1 Keutamaan Shodaqoh dan Dalil Dalilnya ...................................................... 23
4.1.1 Sedekah dapat Menghapus Dosa.............................................................. 23
4.1.2 Sedekah Tidak Mengurangi Harta........................................................... 23
4.1.3 Mendapat Naungan di Hari Akhir ........................................................... 24
4.1.4 Keutamaan Sedekah untuk Membuat Hati Tenang ................................ 24
4.1.5 Sedekah untuk Menyembuhkan Orang Sakit.......................................... 25
4.1.6 Memadamkan Murka Allah ..................................................................... 25
4.1.7 Terhindar dari Keburukan....................................................................... 25
4.1.8 Keutamaan Sedekah untuk Memperpanjang Umur ............................... 26
BAB 5......................................................................................................................... 27
SIFAT TAKDIR KEMATIAN BESERTA DALIL-DALILNYA ........................... 27
5.1 Pengrtian Kematiaan..................................................................................... 27
5.2 Dalil Tentang Kematian ................................................................................ 27
5.2.1 Surat Al-Imran Ayat 185:......................................................................... 27
5.2.2 Surat Al-Imran Ayat 145:......................................................................... 28
5.2.3 Surat Al-Imran Ayat 102:......................................................................... 28
5.3 Hadist Tentang Kematian.............................................................................. 28
4. 4
BAB 6......................................................................................................................... 30
KEWAJIBAN AMAR MAKRUF – NAHI MUNKAR BESERTA DALIL-
DALILNYA............................................................................................................... 30
6.1 Pengertian Amar Ma'ruf Nahi Munkar .......................................................... 30
6.2 Tujuan Amar Ma'ruf Nahi Munkar................................................................ 30
6.3 Kewajiban Dan Dalilnya............................................................................... 32
DAFTAR PUSTAKA................................................................................................ 35
5. 5
BAB 1
ISTIDRAJ
1.1 Pengertian Istidraj
Istidraj diambil dari kata 'daraja' (bahasa Arab) yang berarti naik satu tingkatan ke
tingkatan berikutnya. Namun, lebih dikenal sebagai istilah azab yang berupa kenikmatan.
Dalam Alquran pembahasan mengenai istidraj dibahas pada Surat Al-An'am ayat 44 yang
berbunyi sebagai berikut.
َأ ۟ا ٰٓوُتوُأ ٰٓاَمِّب ۟واُح ِّ
رَف اَذِّإ َٰٰٓ
ىَّتَح ٍءْىَش ِّلُك َب ََْٰوبَأ ْمِّهْيَلَع َانَْحتَف ۦ
ِّهِّب ۟واُِّركُذ اَم ۟واُسَن اَّمَلَف
وُسِّلْبُّم ُمه اَذِّإَف ًةَتْغَب مُهََٰنْذَخ
Artinya : Maka tatkala mereka melupakan peringatan yang telah diberikan kepada
mereka, Kami pun membukakan semua pintu-pintu kesenangan untuk mereka; sehingga
apabila mereka bergembira dengan apa yang telah diberikan kepada mereka, Kami siksa
mereka dengan sekonyong-konyong, maka ketika itu mereka terdiam berputus asa.
Ditinjau dari segi bahasa, istidraj diambil dari kata ‘daraja’ yang dalam bahasa
Arab berarti naik dari satu tingkatan ke tingkatan berikutnya. Namun secara istilah,
istidraj memiliki makna azab berwujud kenikmatan. Ketika seorang muslim banyak
melakukan maksiat dan jarang beribadah, namun hidupnya terus dilimpahi kenikmatan,
ini adalah tanda istidraj dari Allah SWT. Ia terjebak dalam kenikmatan hidup, padahal
dia semakin lalai menunaikan ibadah serta kewajiban lainnya.
Hasbi ash-Shiddiq menjelaskan istidrāj adalah pemanjaan agar terjerumus kepada
kehinaan, secara berangsur-angsur, setapak demi setapak dan didekatkan dengan azab
dalam keadaan mereka tidak menyadarinya.
Sama halnya dengan penjelasan Quraish Shihab, bahwa istidrāj adalah memindahkan dari
satu tahap ke tahap berikutnya hingga mencapai puncak dengan jatuhnya siksa. Kata
tersebut popular, dalam arti perlakuan yang secara lahiriah baik. Istidrāj bisa terjadi dalam
bentuk limpahan nikmat yang diduga kebaikan, atau merasa terhindar dari hukuman
padahal merupakan pancingan untuk melakukan pelanggaran yang lebih besar sehingga
sanksi hukuman yang diterima juga lebih besar. Allah Swt membiarkan dan tidak
disegerakan azabnya.
Al-Thabari berpendapat bahwa istidrāj adalah tipuan halus kepada orang yang
diberi tenggang waktu. Ia merasa bahwa yang memberikan tenggang waktu telah berbuat
baik kepadanya, sehingga pada akhirnya ia terjerumus dalam hal yang tidak disenangi.
Menurut Abu Bakar Jabir, istidrāj berarti menghukum dengan bertahap, setingkat
6. 6
demi setingkat. Ketika mereka melakukan maksiat yang baru, Allah Swt akan
memberikan nikmat yang baru sehingga saat dihukum mereka tidak menyadarinya.
Begitu juga Sayyid Quthb, ia berpendapat bahwa istidrāj adalah suatu kekuatan
yang tidak diperhitungkan dengan semestinya dan dilupakan oleh orang-orang yang
mendustakan ayat-ayat Allah Swt.
Begitu juga penangguhan tersebut ditimpakan kepada mereka tanpa diketahui.
Wahbah al-Zuhaili menjelaskan istidrāj adalah penahapan, artinya membawa turun
seseorang dari satu tingkat ke tingkat selanjutnya karena ingin menjerumus-kannya.
Maksud di sini adalah Allah Swt akan mendekatkan azab kepada mereka secara bertahap
2 dengan bentuk pengabaian, selalu diberi kesehatan, ditambah kenikmatan, di mana
mereka tidak mengetahui bahwa itu adalah istidrāj.
Al-Syaukani menjelaskan bahwa istidrāj adalah Allah Swt membuat mereka lupa
untuk mensyukurinya sehingga mereka tenggelam dalam kesesatan dan tidak akan bisa
keluar dari kesesatan tersebut kecuali setelah mereka mendapatkan kedudukan di sisi
Allah Swt.
Abdurrauf mengatakan istidrāj adalah terpedaya dengan suatu nikmat yang
diberikan oleh Allah Swt, sehingga lupa terhadap pemberi nikmat. Seseorang yang
memandang bahwa nikmat yang diterimanya adalah suatu kelebihan, tetapi ia terkecoh
dengannya, sehingga tanpa mereka menyadari mereka sedang diuji. Akibat dengan
rahmat yang mereka peroleh itu menjadi sebab terperosok mereka ke jalan kebatilan. Ia
menambahkan bahwa mereka diberikan peluang sehingga tidak mengetahui saat tibanya
istidrāj. Menurutnya, Allah Swt menurunkan mereka satu derajat lebih rendah, lalu
menambahkan siksaan dan bencana dan mereka bertambah-tambah dalam Kedurhakaan
yaitu dengan berbuat dosa dan maksiat. Allah Swt mengambil dari mereka sedikit-sedikit
dan tidak memberi balasan yang spontan. Kemudian menambahkan azab sedikit demi
sedikit atau dipertangguhkan azab, lalu mereka bertambah berbuat Kejahatan.
Menurut Jalalain, istidrāj adalah ketika manusia mengabaikan peringatan yang
telah diberikan dalam bentuk kesengsaraan dan penderitaan. Namun, mereka tetap tidak
mau mengambil pelajaran dan nasihat darinya. Lalu dibukakan kepada mereka pintupintu
kesenangan. Apabila mereka bergembira dengan apa yang diberikan dengan perasaan
sombong, maka akan Allah Swt siksa mereka dengan azab yang pedih.
7. 7
Seperti yang dinyatakan Ali al-Shabuni, Allah Swt memberikan limpahan nikmat
Kepada mereka, lalu mengira bahwa nikmat itu menunjukkan bahwa Allah Swt
menyayangi mereka, sehingga mereka menjadi fasik dan tenggelam dalam kesesatan
sehingga keputusan siksa menimpa mereka.
Al-Ghazali menjelaskan bahwa Allah Swt memiliki makar bagi pendosa. Mereka
lupa karena dengan kelezatan sesaat atau kemenangan yang menipu dan kegoncangan
negara yang disertai dengan kecongkakan dan kesombongan. Keadaan seperti ini
merupakan dikte Allah Swt kepada orang-orang yang melakukan kebatilan, kemudian
menarik mereka ke jurang kehancuran tanpa mereka sedari.
Menurut Hamka, istidrāj berarti naik dengan berangsur sedikit demi sedikit.
Laksana naik tangga, tangga demi tangga, sehingga sampai ke puncak atau mencapai
klimaks. Naik berangsurangsur sampai di puncak, atau turun berangsur-angsur sampai ke
alas. Semuanya ini 3 dengan tidak disadari oleh yang bersangkutan, sebab mereka telah
melupakan Allah Swt, maka Ia pun menjadikan mereka lupa diri.
Hamka menjelaskan lagi, bahwa istidrāj artinya dikeluarkan dari garis lurus
kebenaran tanpa disadari. Diperlakukan apa yang mereka kehendaki dan dibukakan
segala pintu kenikmatan, sampai mereka lupa diri. Mereka umpama lupa bahwa setelah
panas pasti adanya hujan, sesudah lautan yang tenang pasti tibanya gelombang. Mereka
berbuat berbagai maksiat dari keinginan hawa nafsunya yang tidak terkekang. Akhirnya
diri mereka sesat dan siksaan Allah Swt datang kepada mereka. Dari penjelasan di atas,
ulama tafsir sepakat bahwa istidrāj merupakan suatu penangguhan siksaan atau azab dari
Allah Swt terhadap mereka yang melakukan kezaliman dan kemaksiatan. Kapan
terlaksana siksaan dan azab yang ditangguh tersebut,
para mufasir berbeda pendapat. Ada yang menafsirkan bahwa azab atau siksaan
akan terjadi di dunia dan akhirat. Siksaan azab diakhirat akan lebih buruk berbanding
siksaan azab di dunia karena seburuk-buruk tempat kembalian adalah di neraka. Ada yang
berpendapat bahwa tangguhan azab dan siksaan Allah Swt akan ditimpakan ketika di
akhirat. Ini adalah rencana Allah Swt agar mereka menanggung dosa-dosa secara total
dan datang di padang mahsyar dengan berlumuran dosa.
8. 8
1.2 konsep Istidraj
Al-Munawi dalam Faidh Al-Qadir Syarh Al-Jami Al-Shaghir mengatakan,
perkara dunia yang diinginkan hamba dalam Hadits ini berupa harta, anak, dan
kedudukan. Dengan kenikmatan itu justru hamba tersebut semakin gencar dalam berbuat
maksiat. Akhirnya Allah berikan hamba tersebut istidraj (jebakan) berupa dibukanya
pintu kenikmatan lain dan hamba tersebut merasa senang dan nyaman dengan
kemaksiatannya disertai dengan hilangnya keinginan bertaubat, apalagi menyesali
perbuatannya. Ibnu Katsir dalam tafsirnya menggambarkan bentuk kehidupan hamba
dalam istidraj ini adalah dibukanya berbagai pintu rezeki dan sumber penghidupan
(kedudukan, jabatan, kehormatan) hingga terperdaya dan beranggapan diri mereka di atas
segala-galanya. Terdapat lima tahapan yang akan dialami oleh hamba yang tidak
mengindahkan ajaran Islam sebagai sebuah istidraj.
Pertama, Falamma nasuu maa dzukkiru (ketika hamba melupakan
peringatanperingatan agama). Al Thabari dalam tafsirnya berkomentar melupakan
perintah agama 4 adalah meninggalkan perintah Allah yang disampaikan Rasulnya.
AlRaghib al-Asfahani menjelaskan, melupakan itu timbul ada kalanya disebabkan oleh
hati yang lemah disertai dengan kelalaian yang disengaja. Artinya, melupakan itu bukan
berarti tidak tahu, tidak ingat atau tidak sadar, tapi juga dalam bentuk kesengajaan,
mungkin karena dianggap ajaran Islam itu tidak sesuai dengan konteks masyarakat
modern atau alasan-alasan sejenisnya.
Kedua, Fatahna ‘alaihim abwaba kulli syai’ (Kami pun membuka semua pintu
kesenangan untuk mereka hamba). Diantara bentuk-bentuk kesenangan duniawi yang
hamba dapatkan adalah dimudahkan mendapatkan rezeki melimpah di dunia. Hamba
tersebut akan dimudahkan mendapatkan kesenangan duniawi apa saja yang
diinginkannya. Dengan kesenangan-kesenanga tersebut, si hamba selalu berbuat maksiat,
tidak memiliki keinginan bertaubat dan kembali ke jalan yang benar.
Ketiga, Hatta idza farihu bima utu (Hingga bila mereka gembira dengan apa yang
diberikan). Ketika hamba sedang dalam puncak kebahagiaan menikmati kesenangan
duniawinya berupa harta benda, anak banyak, dan kedudukan tinggi di kalangan manusia,
namun hidupnya masih jauh dari ketaatan, jauh dari rasa empati pada orang lain, jauh dari
masjid dan jauh dari majelis ilmu.
Keempat, Akhadznahum baghtatan (Kami siksa mereka dengan
9. 9
sekonyongkonyong). Artinya Allah akan menyiksa hamba tersebut di saat lalai. Qatadah
berkomentar, bahwa siksaan yang menimpa suatu kaum secara tiba-tiba adalah urusan
Allah. Dan tidak sekali-kali Allah menyiksa suatu kaum, melainkan di saat mereka tidak
menyadarinya dan dalam keadaan lalai serta tenggelam dalam kesenangan.
Kelima, Fa idza hum mublisun (ketika itu mereka terdiam putus asa). Maksudnya,
mereka akan putus harapan dari semua kebaikan. Hamba tersebut telah terperdaya dengan
kesenangan duniawi dimana Hasan al-Basri mengatakan, siapa yang diberi keluasan oleh
Allah, lalu ia tidak menyadari hal itu merupakan ujian baginya, maka dia terperdaya.
Sama halnya seorang yang disempitkan oleh Allah, lalu ia tidak menyadari dirinya sedang
diperhatikan oleh Allah, maka dia juga terperdaya. 5 Ketika Allah membiarkan seorang
hamba sengaja meninggalkan shalat, meninggalkan puasa, tidak ada perasaan berdosa
ketika bermaksiat seperti saat membuka aurat, berat untuk bersedekah, merasa bangga
dengan apa yang dimiliki dan mengabaikan semua atau mungkin sebagian perintah Allah,
benci terhadap aturan Allah, merasa umurnya panjang dan menunda-nunda taubat,
enggan menuntut dan menambah pengetahuan (khususnya agama) serta lupa akan
kematian, tapi Allah tetap memberikan hamba tersebut rezeki melimpah, kesenangan
terus menerus, dikagumi dan dipuja puji banyak orang, tidak pernah diberikan sakit, tidak
pernah diberikan musibah, prestasi akademiknya tambah sukses, hidupnya aman-aman
saja, maka hamba tersebut harus berhati-hati karena semuanya itu adalah istidraj.
Keadaan tersebut adalah bentuk kesengajaan dan pembiaran oleh Allah pada hamba yang
sengaja berpaling dari perintah-Nya dan Allah menunda segala bentuk azab-Nya. Allah
membiarkan hamba tersebut semakin lalai dan diperbudak dunia. Semoga kita
dihindarkan dari jenis hamba seperti ini dan digolongkan oleh Allah sebagai hamba yang
bisa menggunakan kenikmatan duniawi dalam ketaatan.
1.3 Dalil-dalil tentang Istidraj
1.3.1 Peringatan untuk Orang Kafir
“Dan janganlah sekali-kali orang-orang kafir menyangka, bahwa pemberian tangguh
Kami kepada mereka adalah lebih baik bagi mereka. Sesungguhnya Kami memberi
tangguh kepada mereka hanyalah supaya bertambah-tambah dosa mereka; dan bagi
mereka azab yang menghinakan.” (QS.Ali ‘Imran: 178)
1.3.2 Siksaan Setelah Kesenangan
“Maka tatkala mereka melupakan peringatan yang telah diberikan kepada mereka,
10. 10
Kamipun membukakan semua pintu-pintu kesenangan untuk mereka; 6 sehingga apabila
mereka bergembira dengan apa yang telah diberikan kepada mereka, Kami siksa mereka
dengan sekonyong-konyong, maka ketika itu mereka terdiam berputus asa.” (QS.Al
An’am: 44).
1.3.3 Harta dan Kesenangan Tidak Selalu Berarti Kebaikan
“Apakah mereka mengira bahwa harta dan anak-anak yang Kami berikan kepada
mereka itu (berarti bahwa), Kami bersegera memberikan kebaikankebaikan kepada
mereka tidak, sebenarnya mereka tidak sadar.” (QS. Al Mu’minun: 55-56)
1.3.4 Ditimpakan kepada Kaum Nabi yang Ingkar
“Kemudian Kami ganti kesusahan itu dengan kesenangan hingga keturunan dan
harta mereka bertambah banyak, dan mereka berkata: “Sesungguhnya nenek moyang
kamipun telah merasai penderitaan dan kesenangan“, maka Kami timpakan siksaan atas
mereka dengan sekonyong-konyong sedang mereka tidak menyadarinya.” “Dan
sekiranya penduduk negeri beriman dan bertakwa, pasti Kami akan melimpahkan kepada
mereka berkah dari langit dan bumi, tetapi ternyata mereka mendustakan (ayat-ayat
Kami), maka Kami siksa mereka sesuai dengan apa yang telah mereka kerjakan.”(QS.Al
A’raf: 95-96).
1.3.5 Istidraj Mengantarkan pada Kebinasaa
“Dan orang-orang yang mendustakan ayat-ayat Kami, nanti Kami akan menarik
mereka dengan berangsur-angsur (ke arah kebinasaan), dengan cara yang tidak mereka
ketahui. Dan Aku memberi tangguh kepada mereka. Sesungguhnya rencana-Ku amat
teguh.” (QS.Al A’raf: 182-183).
1.3.6 Setan Membuai Manusia, Lalu Berlepas Tangan
“Dan ketika setan menjadikan mereka memandang baik pekerjaan mereka dan
mengatakan: “Tidak ada seorang manusia pun yang dapat menang terhadapmu pada hari
ini, dan sesungguhnya saya ini adalah pelindungmu“. Maka tatkala kedua pasukan itu
telah dapat saling melihat (berhadapan), setan itu balik ke belakang seraya berkata:
“Sesungguhnya saya berlepas diri daripada kamu, sesungguhnya saya dapat melihat apa
yang kamu sekalian tidak dapat melihat; sesungguhnya saya takut kepada Allah“. Dan
Allah sangat keras siksa-Nya.” (QS.Al Anfal: 48).
11. 11
1.3.7 Ditimpakan pada Orang yang Tidak Beriman
“Sesungguhnya orang-orang yang tidak beriman kepada negeri akhirat, Kami
jadikan mereka memandang indah perbuatan-perbuatan mereka, maka mereka
bergelimang (dalam kesesatan).” (QS.An Naml: 4)
1.3.8 Allah Memberikan Kuasa pada Orang yang Mendustakan Al
Quran, untuk Kemudian Membinasakan Mereka
“Maka serahkanlah (ya Muhammad) kepada-Ku (urusan) orang-orang yang
mendustakan Perkataan ini (Al Quran). Nanti Kami akan menarik mereka dengan 8
berangsur-angsur (ke arah kebinasaan) dari arah yang tidak mereka ketahui,” (QS.Al
Qalam: 44).
1.3.9 Sesungguhnya Nikmat adalah Ujian
“Maka apabila manusia ditimpa bahaya ia menyeru Kami, kemudian apabila
Kami berikan kepadanya nikmat dari Kami ia berkata, “Sesungguhnya aku diberi nikmat
itu hanyalah karena kepintaranku”. Sebenarnya itu adalah ujian, tetapi kebanyakan
mereka itu tidak mengetahui.” (QS.Az Zumar: 49)
BAB 2
DALIL-DALIL HADITS QUDSI TENTANG HUKUMAN YANG
DISEGERAKAN SEBAGAI BENTUK KASIH SAYANG ALLAH
TERHADAP HAMBANYA
2.1 Dalil, Terjemahan dan Penjelasannya
Dari Anas bin Malik, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam
“Jika Allah menginginkan kebaikan pada hamba, Dia akan segerakan
hukumannya di dunia. Jika Allah menghendaki kejelekan padanya, Dia akan
mengakhirkan balasan atas dosa yang ia perbuat hingga akan ditunaikan pada hari kiamat
kelak.” (HR.Tirmidzi no. 2396, hasan shahih kata Syaikh Al Albani).
Dari hadits Anas bin Malik, beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
“Sesungguhnya pahala besar karena balasan untuk ujian yang berat. Sungguh, jika Allah
mencintai suatu kaum, maka Dia akan menimpakan ujian untuk mereka. Barangsiapa
12. 12
yang ridho, maka ia yang akan meraih ridho Allah. Barangsiapa siapa yang tidak suka,
maka Allah pun akan murka.” (HR. Ibnu Majah no. 4031, hasan kata Syaikh Al Albani).
Faedah dari dua hadits di atas:
1. Musibah yang berat (dari segi kualitas dan kuantitas) akan mendapat balasan pahala
yang besar.
2. Tanda Allah cinta, Allah akan menguji hamba-Nya. Dan Allah yang lebih
mengetahui keadaan hamba-Nya. Kata Lukman -seorang sholih- pada anaknya,
“Wahai anakku, ketahuilah bahwa emas dan perak diuji keampuhannya
dengan api sedangkan seorang mukmin diuji dengan ditimpakan musibah.”
3. Siapa yang ridho dengan ketetapan Allah, ia akan meraih ridho Allah dengan mendapat
pahala yang besar.
4. Siapa yang tidak suka dengan ketetapan Allah, ia akan mendapat siksa yang pedih.
5. Cobaan dan musibah dinilai sebagai ujian bagi wali Allah yang beriman.
6. Jika Allah menginginkan kebaikan pada hamba, Dia akan segerakan hukumannya di
dunia dengan diberikan musibah yang ia tidak suka sehingga ia keluar dari dunia dalam
keadaan bersih dari dosa.
7. Jika Allah menghendaki kejelekan padanya, Dia akan mengakhirkan balasan atas dosa
yang ia perbuat hingga akan ditunaikan pada hari kiamat kelak. Ath Thibiy berkata,
“Hamba yang tidak dikehendaki baik, maka kelak dosanya akan dibalas hingga ia datang
di akhirat penuh dosa sehingga ia pun akan disiksa karenanya.” (Lihat Faidhul Qodir, 2:
583, Mirqotul Mafatih, 5: 287, Tuhfatul Ahwadzi, 7: 65)
8. Dalam Tuhfatul Ahwadzi disebutkan, “Hadits di atas adalah dorongan untuk bersikap
sabar dalam menghadapi musibah setelah terjadi dan bukan maksudnya untuk meminta
musibah datang karena ada larangan meminta semacam ini.” Jika telah mengetahui
faedah-faedah di atas, maka mengapa mesti bersedih? Sabar dan terus bersabar, itu
solusinya.
2.2 Contoh Kasus
Bersandar kepada Hadits shahih riwayat At-Tirmizi, Rasulullah SAW bersabda,
“Dua kejahatan yang disegerakan balasannya di dunia adalah zina dan durhaka kepada
dua ibu bapak”.
Pertama, Zina, bisa zina mata, zina hati apalagi sampai melakukan hubungan suami
istri, maka azab Allah biasanya kontan. Akan dicabut barokah hidup kita. Bahkan dalam
13. 13
kesempatan yang lain dikisahkan, Allah akan memberikan balasan 11 orang zina dengan
enam perkara, tiga di dunia dan tiga lagi di akhirat. Yang di dunia adalah hilang keceriaan
wajah, pendek umur dan senantiasa dalam keadaan susah. Sedangkan tiga ditangguhkan
di akherat adalah kemurkaan Allah, balasan yang buruk dan azab di neraka. Islam tidak
mengenal konsep abu-abu dalam beriman. Artinya, ketika seseorang sedang berzina, di
manapun dan dengan siapapun, maka saat itu ia sedang tidak beriman. Laksana kepala
tanpa penutup. Islam dia, namun pada saat kejadian itu, imannya sedang runtuh. Itulah
sebabnya kadang antara Islam dan iman seseorang tidak sejalan
Zina hanya akan menghasilkan penyesalan yang panjang. Kenikmatan yang
diperoleh sesaat, tidak sebanding dengan derita yang dialami. Baik dirinya maupun
pasangan korban. Maraknya kasus pelecehan seksual di kalangan anak-anak yang
dilakukan oleh orang-orang terdekat (keluarga, teman) menjadi pertanda bagaimana
pelampiasan nafsu syahwat yang bertabrakan dengan koridor agama apapun. Ditambah
dengan lemahnya pengawasan orang tua dan lingkungan membuat praktek praktek
semacam itu marak.
Untuk mengatasi masalah tersebut, tidak ada jalan lain kecuali membentengi diri dan
keluarga dengan agama. Dalam Al-quran bahkan sangat jelas, larangan jangan dekati
zina. Mendekati saja dilarang apalagi melakukannya. Maka, usaha usaha ekonomi yang
dibumbui dengan unsur zina, yakinlah lambat laun akan gulung tikar. Mungkin awalnya
terlihat jaya, banyak pelanggan dan sebagainya. Namun karena jauh dari ridha Allah,
usaha ekonomi itupun akan jatuh. Apapun bentuk usaha itu. Bagi kita yang tanpa sadar
terperangkap dalam situasi semacam, maka tidak ada kata lain, kecuali taubat dan segera
mengejar ampunan-Nya.
Kedua, durhaka kepada ibu bapak. Banyak di antara kita yang menyepelekan orang
tua. Abai dan tidak menaruh hormat. Bahkan tidak sedikit yang mengingkari nasab.
Menyesal mengapa dirinya dilahirkan oleh orang tua yang jelek, miskin, tidak
berpendidikan dan sebagainya. Kalau itu yang terjadi pada kita, maka marilah segera raih
ridha orang tua dengan berbuat baik kepada-nya. Berlaku sopan, berkata lembut dan
menuruti perintahnya sepanjang tidak untuk menyekutukan Allah SWT.
Dalam surat Luqman ayat 12-19 sangat jelas dan rigit, bagaimana kita harus bersikap
kepada keduanya. Bahkan sampai ketika mereka berbeda keyakinan sekalipun, kita tetap
harus berbuat baik kepadanya dengan tetap mendoakannya. Apalagi orang tua kita
14. 14
seiman-seagama.
Rasul bersabda, Ridha Allah adalah ridha orang tua dan murka Allah adalah juga
karena murka orang tua kita. Maka sudah selayaknya kita buat orang tua kita tersenyum
dengan sikap kita. Pengorbanannya tidak dapat ditukar dengan harta benda dan perbuatan
baik kita kepada mereka. Dalam surat Al-Ahqaf ayat 15, “Kami perintahkan kepada
manusia supaya berbuat baik kepada kedua ibu-bapaknya, “ Dalam surat An-Nisa ayat
36, “Sembahlah Allah dan janganlah kamu menyekutukanNya dengan sesuatupun. Dan
berbuat baiklah kepada kedua ibu bapakmu, kaum kerabat, anak yatim, orang miskin,
tetangan dekat danjauh, rekan karib dan ibnu sabil serta hamba sahaya.”
Barangkali selama ini kita berusaha, bekerja di rumah atau di kantor/instansi, rasanya
selalu mendapatkan batu sandungan tidak henti, maka tidak ada salahnya kita koreksi diri,
jangan-jangan selama ini kita sering menyakiti hati orang tua, hingga membuat mereka
tidak ridha dengan langkah hidup kita. Yuk, kita cium tangan mereka, kita gapai ridhanya
dengan semangat membahagiakannya, baik di dunia, apalagi di akhirat.
15. 15
BAB 3
DOSA DAN KRITERIA RIBA BESERTA DALIL-DALILNYA
3.1 pengertian Riba
Riba (يربو )ربا secara bahasa artinya bertambah/tambahan, bisa juga diartikan
mengembang atau lebih banyak. Menurut syariat, pengertian riba lebih luas, yaitu
penambahan atau penundaan (meskipun tidak ada penambahan).
Hukum riba adalah haram, berdasarkan Al-Quran dan As-Sunnah serta ijma’
umat Islam. Allah subhanahu wata’ala berfirman:
َِّيننِّمْؤُم ْمُتْنُك ْنِّإ اَب ِّ
الر َِّنم َِّيقَب اَم واُرَذ َو َ َّ
َّللا واُقَّتا واُنَمآ َِّينذَّلا اَهُّيَأ يا (278)
(279) مَلْظُت َ
َل َو َونُمِّلَْظت َ
َل ْمُكِّلا َوْمَأ ُوسُءُر ْمُكَلَف ْمُتْبُت ْنِّإ َو ِّهِّلوُس َر َو ِّ َّ
َّللا َِّنم ٍب ْرَحِّب واُنَذْأَف واُلَعْفَت ْمَل ْنِّإَف
“Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan tinggalkan sisa riba
(yang belum dipungut) jika kamu orang-orang yang benar benar beriman. Jika kamu
tidak mengerjakan (meninggalkan sisa riba), maka ketahuilah, bahwa Allah dan Rasul-
Nya akan memerangimu. Dan jika kamu bertaubat (dari pengambilan riba), maka
bagimu pokok hartamu; kamu tidak Menganiaya dan tidak (pula) dianiaya (Q.S. Al
Baqarah: 278-279).
3.2 Dosa dan kriteria riba
Dosanya adalah mendapat ancaman peperangan dari Allah dan Rasul-Nya. Hanya
ini (riba, pen) yang mendapat ancaman dari dua itu (Allah dan Rasul-Nya). Hal lain
yang mendapat ancaman peperangan dari Allah, yaitu seperti yang tercantum di Hadits
Arba’in: “Barang siapa memusuhi wali-Ku, maka Aku umumkan perang kepadanya.”
Riba itu aniaya/zalim (dzolim) secara realitasnya, meskipun yang terzalimi
merasa terbantu dan merasa terbantu ini dalah subjektif. Bagaimanapun juga,
mengambil tambahan (dalam perutangan, red) itu adalah zalim, meskipun sukarela.
Riba memang sukarela, kalau tidak sukarela, maka itu perampokan/perampasan.
Sungguh suatu kemurahan dan kasih sayang dari Allah, jika bertaubat dari riba,
boleh mengambil pokok tanpa peranakannya/bunganya. Kita tidak diwajibkan
memutihkan utang tersebut. Kita tidak perlu membuang semua dari perutangan yang
mengandung riba, masih diperbolehkan mengambil harta yang pokok/asli.
16. 16
Allah subhanahu wata’ala juga berfirman:
َّلَحَأ َو اَب ِّ
الر ُلْمِّث ُعْيَبْال اَمَّنِّإ واُلاَق ْمُهَّنَأِّب َِّكلَذ ِّ
سَمْال َمِّن ُناَطْيَّشال ُهُطَّبَخَتَي ِّيذَّلا ُموُقَي اَمَك َلِّإ َونُموُقَي َل اَب ِّ
الر َونُلُكْأَي َِّينذَّلا
ِّ
ارَّنال ُابَحْصَأ َِّكئَلوُأَف َداَع ْنَمَو ِّ َّ
َّللا ىَلِّإ ُهُرْمَأ َو َ
فَلَس اَم ُهَلَف ىَهَتْناَف ِّهِّب َر ِّْنم ٌةَظِّع ْوَم ُهَءاَج ْنَمَف اَب ِّ
الر َم َّرَحَو َعْيَبْال ُ َّ
َّللا
)ا275)َُوندِّلَاخ اَهِّيف ْمُه
“Orang-orang yang makan (mengambil) riba tidak dapat berdiri melainkan seperti
berdirinya orang yang kemasukan syaitan lantaran (tekanan) penyakit gila. Keadaan
mereka yang demikian itu, adalah disebabkan mereka berkata (berpendapat),
Sesungguhnya jual beli itu sama dengan riba, padahal Allah telah menghalalkan jual
beli dan mengharamkan riba. orang-orang yang telah sampai kepadanya larangan dari
Tuhannya, lalu terus berhenti (dari mengambil riba), Maka baginya apa yang telah
diambilnya dahulu (sebelum datang larangan); dan urusannya (terserah) kepada Allah.
orang yang kembali (mengambil riba), Maka orang itu adalah penghuni-penghuni
neraka; mereka kekal di dalamnya.” (QS. Al-Baqarah: 275).
276)ٍِّيمثَأ ٍ
ارَّفَك َّلُك ُّب ِّحُي َ
َل ُ َّ
َّللا َو ۗ ِّتاَقَدَّصال يِّب ُْري َو اَب ِّ
الر ُ َّ
َّللا ُقَحْمَي
“Allah memusnahkan riba dan menyuburkan sedekah. Dan Allah tidak menyukai setiap
orang yang tetap dalam kekafiran, dan selalu berbuat dosa.” (Q.S. Al-Baqarah: 276).
Memakan riba maksudnya adalah mengambil dan menerima riba, tidak hanya
terbatas pada menggunakannya untuk makan, tetapi juga untuk membeli pakaian dan
lainnya. Ulama mengatakan bahwa pemakan riba nanti ketika bangkit dari kubur,
jalannya sempoyongan.
Allah berkata berkebalikan dengan pikiran manusia. Allah
memusnahkan/menghancurkan keuntungan riba, padahal dianggap baik oleh manusia.
Pikiran manusia, jika meribakan uangnya, maka akan mendapat tambahan, akan tetapi
Allah mengatakan akan menghancurkannya. Pikiran manusia, jika menyedekahkan
hartanya maka akan membuat berkurang, akan tetapi Allah mengatakan akan
menyuburkan sedekah.
17. 17
َة َْري َُره ىِّبَأ ْنَع
–
عنه هللا رضى
–
ِّىِّبَّنال ِّنَع
–
وسلم عليه هللا صلى
–
َلاَق
«
ِّتاَقِّبوُمْال َعْبَّسال ُوابِّنَتْجا
. »
واُلاَق
َلاَق َُّنه اَمَو ، ِّ َّ
َّللا َلوُس َر اَي
«
ُك ِّْرالش
، اَب ِّ
الر ُلْكَأ َو ، ِّقَحْالِّب ََّلِّإ ُ َّ
َّللا َم َّرَح ِّىتَّلا ِّ
سْفَّنال ُلْتَق َو ، ُِّحْرالس َو ، ِّ َّ
اَّللِّب
ِّتَالِّفَاغْال ِّتَانِّمْؤُمْال ِّتَانَصْحُمْال ُفْذَق َو ، ِّحْفَّالز َم ْوَي ِّىل َوَّتال َو ، ِِّّيمتَيْال ِّلاَم ُلْكَأ َو « .
Dari Abu Hurairah, Nabi bersabda, “Jauhilah tujuh dosa yang membinasakan!”. Para
shahabat bertanya, “Apa saja tujuh dosa itu wahai rasulullah?”Jawaban Nabi,
“Menyekutukan Allah, sihir, menghabisi nyawa yang Allah haramkan tanpa alasan
yang dibenarkan, memakan riba, memakan harta anak yatim, meninggalkan medan
perang setelah perang berkecamuk dan menuduh berzina wanita baik baik(yang
menjaga dirinya)” [Muttafaq ‘alaih].
Menjauhi itu lebih dari sekadar meninggalkan, yakni juga meninggalkan setiap sarana
yang mengantarkan ke hal itu.
Memakan riba larangannya adalah mutlak. Memakan harta anak yatim terlarang jika
zalim. Misalkan orang tuanya miskin, maka hal ini boleh terutama bagi ibu, jika
suaminya meninggal, lalu pembagian warisnya tidak tepat (ibu mendapat warisan
berlebih, red), ibu itu berarti (berpotensi) memakan harta anak yatim. Hal ini juga
menunjukkan pentingnya pembagian waris dengan tepat.
ِّ َّ
َّللا ُلوُس َر َنَعَل َالَق ٍ
رِّباَج ْنَع
-
وسلم عليه هللا صلى
-
ٌءا َوَس ْمُه َلاَق َو ِّهْيَدِّهَاش َو ُهَبِّتَاك َو ُهَلِّكوُم َو اَب ِّ
الر َلِّكآ
Dari Jabir, Rasulullah melaknat orang yang memakan riba, nasabah riba, juru tulis
dan dua saksi transaksi riba. Nabi bersabda, “Mereka itu sama” [H.R. Muslim].
Laknat artinya adalah dijauhkan dari kasih sayang Allah subhanahu wata’ala (tidak
Allah sayangi). Kaidah dalam masalah ini yaitu setiap perbuatan yang ditakut-
takuti/diancam dengan laknat adalah dosa besar.
أمه الرجل ينكح أن مثل أيسرها بابا سبعون و ثالثة الربا : قال سلم و عليه هللا صلى النبي عن : هللا عبد عن
Dari Abdullah bin Mas’ud, Nabi bersabda, “Riba itu memiliki 73 pintu. Dosa riba yang
paling ringan itu semisal dosa menzinai/menyetubuhi ibu sendiri” [H.R. Hakim].
ِّ َّ
َّللا ُلوُس َر َلاَق َلاَق ِّةَكِّئَالَمْال ِّلِّيسَغ َةَلَظْنَح ِّْنب ِّ َّ
َّللا ِّدْبَع ْنَع
-
وسلم عليه هللا صلى
-
«
ًاب ِّر ُمَه ِّْرد
ُمَلْعَي َُوه َو ُلُجَّالر ُهُلُكْأَي
ًةَيْن َز َِّينثَالَث َو ٍةَّتِّس ْمِّن ُّدَشَأ
18. 18
Dari Abdullah bin Hanzholah, Rasulullah bersabda, “Satu dirham uang riba yang
dinikmati seseorang dalam keadaan tahu bahwa itu riba dosanya lebih jelek dari pada
berzina 36 kali” [HR Ahmad].
َع َانَك َّ
َلِّإ اَب ِّ
الر ِّْنم َرَثْكَأ ٌدَحَأ اَم َلاَق َمَّلَس َو ِّهْيَلَع ُ َّ
َّللا ىَّلَص ِّيِّبَّنال ْنَع ٍدوُعْسَم ِّْنبا ْنَع
ٍةَّلِّق ىَلِّإ ِّه ِّرْمَأ ُةَبِّقا
Dari Ibnu Mas’ud, Nabi bersabda, “Tidaklah seorang itu memperbanyak harta dari riba
kecuali kondisi akhirnya adalah kekurangan/kemiskinan” [H.R. Ibnu Majah].
3.3 Macam Macam Riba
Pada dasarnya, riba terbagi menjadi dua macam: riba karena penundaan dan riba
karena selisih/kelebihan. :
Riba karena penundaan=nasi’ah (سيئه)الن dapat diartikan dengan tambahan
yang disyaratkan yang diambil/diterima dari orang yang diutangi sebagai kompensasi
dari penundaan pelunasan (termasuk di dalamnya riba jahiliyah). Riba ini bisa terjadi
karena penundaan saja atau penundaan sekaligus dengan tambahan.
Riba jahiliyah adalah salah satu model riba, yaitu ketika jatuh tempo, tidak bisa
melunasi, lalu jatuh tempo ini diundur, dengan syarat ada penambahan pembayaran.
Namun, jika dapat dilunasi pada saat jatuh tempo yang pertama, maka tidak ada
penambahan. Ini model rentenir jahiliyah.
Riba modern lebih kejam daripada riba jahiliyahnya orang jahiliyah. Riba modern, dari
jatuh tempo pertama sudah diwajibkan membayar tambahan. Kalau riba jahiliyah, jatuh
tempo pertama gratis dari uang administrasi dan semacamnya. Riba modern, belum
terima uang sudah harus bayar. Misal, pinjam lima juta rupiah, dapatnya empat juta
lima ratus ribu. Baru menerima, sudah langsung terkena ribanya, dianggapnya utang
lima juta rupiah.
Riba jenis ini haram berdasarkan Quran, Sunnah, dan ijma’ umat Islam.
Riba karena selisih=riba fadhl (()الفضل, ini terdapat dalam dunia perdagangan,
tepatnya pada barter, akan tetapi tidak semua barter, hanya barter pada barang-barang
tertentu saja (komoditas ribawi). Yakni barter uang dengan uang atau bahan makanan
dengan bahan makanan, dengan ada penambahan.
Riba ini haram berdasarkan hadits dan ijma’. Pada awalnya ada ikhtilaf, yakni Ibnu
Abbas membolehkannya, tetapi akhirnya beliau rujuk dan meralat pendapatnya, dan
19. 19
hasilnya ulama sepakat bahwa ini tidak boleh, riba ini dinilai menjadi sarana menuju
riba nasi’ah.
Tidak terjadi riba dalam dunia barter kecuali dengan enam benda ribawi. Dalam hadits
hanya ada enam benda ribawi. Ada perselisihan apakah riba hanya pada enam benda
tersebut atau bisa dilebarkan ke benda yang lainnya. Pendapat yang lebih kuat adalah
enam benda tersebut bisa dilebarkan kepada benda yang sejenis dan semisal.
3.4 Pemakan Harta Riba Diadzab Allah di Dunia Maupun di
Akhirat
Pemakan harta riba akan mendapatkan adzab Allah SWT di dunia maupun di
akhirat. Karena ini termasuk dosa besar yang dilakukan manusia. Banyak dalil di dalam
Al-Qur’an dan Hadist Nabi yang menerangkan tentang bahaya dosa riba. Hal ini
meyakinkan betapa besarnya dosa yang terdapat dari melakukan riba dan manusia
disuruh untuk menjauhinya. Berikut paparan mengenai adzab Allah di dunia maupun di
akhirat mengenai pemakan harta riba.
1. Mendapat Dosa Besar
Pemakan harta riba akan mendapat dosa yang besar. Dari Abu Hurairah
Radliallahu‘anhu, dari Nabi Shalallahu’alaihi wassalam bersabda; “Satu dirham uang
riba yang dimakan oleh seseorang dalam keadaan mengetahui bahwa itu adalah uang
riba dosanya lebih besar dari pada berzina sebanyak 36 kali.” (HR. Ahmad dari
Abdulloh bin Hanzholah). Betapa besar dosa riba sampai Rasulullah SAW menyuruh
kita untuk menjauhi perkara tersebut. Dan beliau juga mengatakan bahwa riba termasuk
perkara yang akan membinasakan.
2. Dibangkitkan Pada Hari Kiamat Dalam Keadaan Gila
Pada hari kiamat nanti seluruh umat manusia dari zaman Nabi Adam sampai akhir
zaman akan dibangkitkan kembali. Tentu saja dengan keadaan yang berbeda-beda
menurut amal ibadah semasa di dunia. Di hari kiamat, pemakan harta riba akan
dibangkitkan dari kuburnya dalam keadaan gila. Allah SWT menghinakannya di hari
pembangkitan dengan keadaan seperti berdirinya orang yang kerasukan dan dikuasai
setan. Na’udzubillahimin dzalik.
20. 20
3. Disiksa Didalam Api Neraka
Neraka adalah tempat peristirahatan terburuk yang pernah ada. Ia akan disiksa oleh para
Malaikat Allah SWT yang selalu patuh terhadap Perintah-Nya. Terkecuali ketika telah
bertaubat dan memohon ampun kepada Allah SWT. Dan sesungguhnya Dia adalah Dzat
Yang Maha Pengampun. Allah SWT Berfirman; “Hai orang-orang yang beriman,
janganlah kamu memakan riba dengan berlipat ganda dan bertakwalah kamu kepada
Allah SWT supaya kamu mendapat keberuntungan.” (QS. Ali Imran: 130)
4. Do’a Tidak Dikabulkan
Selain adzab di akhirat, Allah SWT juga memberikan adzab di dunia bagi pemakan
harta riba. Salah satunya adalah do’a pelaku riba tidak akan dikabulkan oleh Allah
SWT. Betapa merugi ketika setiap hari sholat menjalankan Perintah-Nya justru do’a
tidak akan diterima dan dikabulkan Allah SWT. Dimana lagi kita akan meminta?
Sedangkan sesungguhnya hanya Allah SWT tempat kita memohon dan berserah diri.
5. Hilangnya Keberkahan Pada Harta
Tidak akan berkah harta yang diperoleh dari jalan riba. Itulah kenapa Rasul
mengingatkan kita untuk mencari rezeki dari cara yang baik. Bayangkan ketika harta
hasil riba dibelikan makanan, pakaian,beli rumah dan keperluan lainnya dan semua itu
tiada keberkahan. Allah SWT Berfirman; “Allah memusnahkan riba dan menyuburkan
sedekah.” (QS. Al Baqarah: 276). Ini jelas larangan Allah SWT untuk melakukan riba
dan harus memperbanyak sedekah.
6. Allah SWT Menutup Hati Pemakan Harta Riba
Hal ini diterangkan oleh Allah SWT melalui Firman-Nya; “Sekali-kali tidak (demikian),
sebenarnya apa yang selalu mereka usahakan itu menutupi hati mereka.” (QS. Al
Muthaffifin: 14). Hati akan tertutup sehingga pelaku riba tidak lagi memikirkan mana
yang baik dan mana yang tidak.
21. 21
7. Sedekah, Infaq dan Zakat dari Harta Riba Tidak Diterima Allah SWT
Tidak akan diterima di Sisi Allah SWT harta yang disedekahkan yang didapatkan dari
hasil riba. Nabi kita Muhammad SAW bersabda; “Wahai manusia, sesungguhnya Allah
itu Maha Baik dan tidak akan menerima sesuatu kecuali yang baik.” (HR. Muslim
II/703 nomor 1015, dari Abu Hurairah Radliallahu’anhu). Hadist tersebut menjelaskan
bahwa kita disuruh untuk bersedekah dengan harta yang kita dapat dari jalan yang baik
dan diridhoi Allah SWT. Dan menjauhi cara yang haram agar sedekah, infaq dan zakat
kita diterima. Hal ini akan sangat ironi lagi ketika kita membangun sesuatu yang
bertujuan untuk amal jariah seperti pondok pesantren, masjid, atau rumah untuk
muslim lainnya. Begitu banyaknya amal yang terbuang sia-sia karena tidak diterima
oleh Allah SWT.
8. Riba Bisa Menyebabkan Krisis Ekonomi
Juga akan menjadi penyebab krisis ekonomi dikarenakan merugikan pihak-pihak korban
riba. Seperti contoh seorang rentenir yang meminjamkan uang dan memberikan bunga
yang sangat tinggi untuk dikembalikan. Ini akan merugikan peminjam. Karena ketika
uang yang dihasilkan dari jerih payah untuk keperluan sehari-hari justru harus
dibayarkan bunga pinjaman.Karena banyak sekali rentenir yang meminjamkan uang
dengan syarat mengembalikan dengan bunga tinggi. Apalagi jika melakukan pinjaman
untuk beli rumah mewah dan mahal. Berapa banyak bunga yang akan kita
bayar? Alangkah baiknya kita kondisikan dengan ekonomi yang ada. Seperti
halnya beli rumah murah dan properti sederhana sesuai kebutuhan.
9. Karena Riba Hubungan Persaudaraan Menjadi Retak
Jika riba marak dilakukan, hubungan persaudaraan antar manusia menjadi retak.
Hubungan menjadi renggang dikarenakan ada pihak yang dirugikan. Bukankah baiknya
jika hubungan persaudaraan dilandasi dengan sifat saling tolong-menolong? Alangkah
mulianya jika sebuah negeri tertentu membudayakan sesuatu dengan cara syariah. Ini
akan menjadi salah satu negeri yang damai dan tenteram. Dikarenakan hubungan antar
manusia yang erat persaudaraannya. Saling tolong-menolong dan bergotong-royong
demi membangun negeri yang harmonis.
22. 22
10. Tidak Termasuk Golongan Orang yang Beriman
Allah SWT Berfirman didalam kitab suci Al-Qur’an bahwa orang-orang pelaku riba
dianggap orang-oang yang tidak beriman. Dalil tersebut menerangkan sampai-sampai
pelaku riba diperangi oleh Allah SWT dan Rasul-Nya. Tentu saja terkecuali bagi
Hamba-Nya yang bertaubat nasuha dan bersungguh-sungguh tidak akan mengulanginya
lagi. Begitu banyak adzab yang Allah SWT berikan bagi pelaku riba. Mari kita sama-
sama berdo’a dan hanya meminta kepada-Nya agar dijauhi dari sifat tercela tersebut.
dan apabila kita sudah terjebak dalam riba maka inilah cara terbebas dari riba. Semoga
kita selalu diberikan kelimpahan Rahmat-Nya. Diberikan jalan untuk mencari rezeki
dari cara yang baik dan diberkahi Allah SWT. Alangkah baiknya jika kita sama-sama
memerangi sifat tersebut dan menjadikan aib untuk kita semua. Mari
budayakan masyarakat tanpa riba dengan selalu menjunjung tinggi kehormatan dalam
hal pinjam-meminjam maupun jual-beli.
23. 23
BAB 4
KEUTAMAAN SHODAQOH BERSERTA DALIL-DALILNYA
4.1 Keutamaan Shodaqoh dan Dalil Dalilnya
Nabi Muhammad Shallallahu Alaihi Wa Sallam mengajarkan umat muslim untuk
selalu bersedekah. Kenapa ? Karena keutamaan sedekah dan manfaatnya sangat besar
untuk diri kita dan orang lain. Apa saja manfaat dan keutamaan sedekah ?
4.1.1 Sedekah dapat Menghapus Dosa
Keutamaan sedekah yang pertama adalah dapat menghapus dosa. Setiap manusia
pasti tidak bisa lepas dari dosa. Sedekah adalah cara termudah yang Allah berikan untuk
menghapus dosa-dosa kita. Akan tetapi, sedekah yang kita berikan menurut sebagian
ulama hanya dapat menghapus dosa kecil. Sedangkan untuk menghapus dosa besar
harus diikuti dengan taubat.
Rasulullah Shallallahu Alaihi Wa Sallam bersabda :
النار الماء تطفىء كما الخطيئة تطفىء والصدقة
Sedekah dapat menghapus dosa sebagaimana air memadamkan api. (HR. Tirmidzi)
4.1.2 Sedekah Tidak Mengurangi Harta
Berbeda dengan konsep keuangan manusia, di mana semakin banyak uang
keluar semakin berkurang harta kita. Justru dalam konsep islam, barangsiapa yang
sering mengeluarkan uang untuk sedekah maka ia akan semakin kaya. Allah berjanji
akan melipat gandakan harta orang yang gemar bersedekah dengan niat tulus.
َْتتَبْنَأ ٍةَّبَح ِّلَثَمَك ِّ َّ
َّللا ِّيلِّبَس ِّيف ْمُهَلا َوْمَأ َونُقِّفْنُي َِّينذَّلا ُلَثَم
ْنَمِّل ُِّفعاَضُي ُ َّ
َّللاَو ۗ ٍةَّبَح ُةَئمِّا ٍةَلُبْنُس ِّلُك ِّيف َلِّبَانَس َعْبَس
ٌمِّيلَع ٌعِّسا َو ُ َّ
َّللا َو ۗ ُءَاشَي
24. 24
Perumpamaan (nafkah yang dikeluarkan oleh) orang-orang yang menafkahkan
hartanya di jalan Allah adalah serupa dengan sebutir benih yang menumbuhkan tujuh
bulir, pada tiap-tiap bulir seratus biji. Allah melipat gandakan (ganjaran) bagi siapa
yang Dia kehendaki. Dan Allah Maha Luas (karunia-Nya) lagi Maha Mengetahui. (QS.
Al-Baqarah: 261)
Dalam haditsnya, Rasulullah Shallallahu Alaihi Wa Sallam juga bersabda mengenai
keutamaan sedekah adalah tidak akan mengurangi harta, yaitu:
َف َر َّ
َلِّإ ِّ َّ ِّ
َّلل ٌدَحَأ َعَضا ََوت اَم َو ا ًِّّزع َّ
َلِّإ ٍوْفَعِّب ًادْبَع ُ ََّّللا َدا َز اَم َو ٍلاَم ْمِّن ٌةَقَدَص ْتَصَقَن اَم
ُ َّ
َّللا ُهَع
Sedekah itu tidak akan mengurangi harta. Tidak ada orang yang memberi maaf
kepada orang lain, melainkan Allah akan menambah kemuliaannya. Dan tidak ada
orang yang merendahkan diri karena Allah, melainkan Allah akan mengangkat
derajatnya. (HR. Muslim)
4.1.3 Mendapat Naungan di Hari Akhir
Manfaat besar sedekah selain pahala adalah diberi naungan di hari akhir. Nabi
Muhammad menjelaskan bahwa salah satu golongan yang mendapat naungan di hari
kiamat adalah orang-orang yang gemar bersedekah. Orang yang diberi naungan adalah
orang yang bersedekah dengan tangan kanan, namun tangan kirinya tidak tahu. Artinya,
orang tersebut bersedekah secara diam-diam tanpa diketahui orang lain (tidak riya).
4.1.4 Keutamaan Sedekah untuk Membuat Hati Tenang
Ketika bersedekah, hati akan tenang karena mengetahui hartanya sudah bersih.
Hak-hak orang lain yang ada di dalam harta kita sudah diberikan, oleh karena itu
terbebaslah tanggung jawab kita kepada harta di depan Allah kelak. Selain itu,
keutamaan sedekah adalah bisa membuat hati senang karena bisa membantu orang yang
membutuhkan.
25. 25
4.1.5 Sedekah untuk Menyembuhkan Orang Sakit
Sedekah adalah penyembuh untuk orang sakit. Tidak hanya bisa menyembuhkan
penyakit orang lain, namun juga bisa menyembungkan sakit kita. Rasullah bersabda
bahwa barang siapa yang memelihara harta bendanya dengan cara mengeluarkan zakat,
obatilah penyakitmu dengan sedekah. Saat membantu orang yang sedang sakit dengan
cara memberinya uang untuk membeli obat, juga akan membantu mereka sembuh dan
kita terbebas dari penyakit berbahaya. Rasulullah bersabda:
بالصدقة مرضاكم داووا
Sembuhkanlah orang-orang yang sakit di antara kalian dengan sedekah. (HR. Al-
Dailami)
4.1.6 Memadamkan Murka Allah
Nabi Muhammad bersabda bahwa barang siapa yang suka bersedekah, maka
akan memadamkan murka Allah Ta’ala. Selain itu, sedekah juga akan menghindari
seseorang dari kematian yang buruk. Untuk itu, keutamaan dan manfaat sedekah adalah
bisa memadamkan amarah Allah sehingga akan aman di dunia dan akhirat.
السوء ميتة وتدفع الرب غضب تطفئ الصدقة
Sesungguhnya sedekah itu memadamkan murka Allah dan menolak mati jelek (su’ul
khotimah). (HR. Tirmidzi)
4.1.7 Terhindar dari Keburukan
Keutamaan sedekah yang besar untuk kehidupan kita adalah bisa melindungi
dari musibah. Sedekah yang diberikan akan melindungi kita dari musibah yang akan
datang kepada kita. Keburukan yang ditimpa bisa berupa penyakit, kehilangan barang
berharga, kesulitan dalam bekerja, dan lainnya. Oleh karena itu, seringkali sedekah
26. 26
disarankan untuk dilakukan orang yang sedang berikhtiar atau mengusahakan sesuatu
hal dalam hidup.
السوء من بابا سبعين ُّدُست الصدقة
Sedekah menutup 70 pintu keburukan. (HR. Thabrani)
4.1.8 Keutamaan Sedekah untuk Memperpanjang Umur
Keutamaan dan manfaat sedekah lainnya adalah dapat mempanjang umur.
Dalam sebuah riwayat Rasulullah bersabda sedekah akan mengilangkan bala’ (musibah)
dan menambah umur. Oleh karena itu, buat kamu yang ingin panjang umur, kuncinya
bukan hanya menjaga kesehatan dan pola makan, namun juga rajin bersedekah.
27. 27
BAB 5
SIFAT TAKDIR KEMATIAN BESERTA DALIL-DALILNYA
5.1 Pengertian Kematiaan
Kematian merupakan salah satu rahasia Allah, tidak seorang pun yang bisa
mengetahuinya kapan datangnya.
Setiap manusia pasti akan merasakan yang namanya kematian, saat dimana nyawa
seseorang terlepas dari badannya. Manusia hanya dianjurkan untuk sering mengingat
kematian, agar hidupnya diisi dengan banyak amal ibadah.
Apabila saatnya telah tiba, tidak ada yang bisa menolaknya atau mendahulukannya.
5.2 Dalil Tentang Kematian
5.2.1 Surat Al-Imran Ayat 185:
Kematian bukan akhir dari sebuah kehidupan, melainkan sebuah jalan untuk mencapai
kehidupan baru yang kekal abadi yaitu akhirat.
Tidak ada satu pun ciptaan Allah yang tidak merasakan mati, bahkan malaikat pencabut
nyawa akan merasakan hal tersebut.
ٰٓاَذ ٍ
سْفَن ُّلُك
ِّت ْوَمْال ُةَقِّئ
ۗ
ۗ
ِّةَمَٰيِّقْال َم ْوَي ْمُك َر ْوُجُا َن ْوَّف َوُت اَمَّن ِّا َو
ۗ
ۗ
َز اَف ْدَقَف َةَّنـَجْال َل ِّخْد ُا َو ِّ
ر اَّنال ِّنَع َح ِّ
ْزحُز ْنَمَف
ۗ
ۗ
ِّ
ر ْوُرُغْال ُع َاتَم َّ
َِّلا ۤاَيْنُّدال ُةوَٰيَحْال اَم َو
Artinya:
Setiap uang berjiwa akan merasakan mati, dan hanyalah di hari kiamat akan diberikan
semua pahalanya. Barang siap yang dijauhkan dari neraka dan dimasukan ke dalam
surga, sungguh mendapatkan kemenangan. Kehidupan dunia hanyalah kesenangan yang
menipu.
28. 28
5.2.2 Surat Al-Imran Ayat 145:
Tidak ada yang mampu menentukan kapan kematian akan datang, ini merupakan sebuah
ketetapan yang hanya diketahui oleh Allah.
Setiap hamba akan mati dengan sepengetahuan atas izin Allah ayat di bawah ini salah
satu dalil tentang kematian pasti terjadi.
ٍ
سْفَنِّل َانَك اَم َو
ً
َّالجَؤُّم ًابَٰتِّك ِّ ه
َّللا ِّنْذِّاِّب َّ
َِّلا َت ْوُمَت ْنَا
Artinya:
Setiap yang bernyawa tidak akan mati kecuali dengan izin Allah, sebagai ketetapan
yang telah ditentukan waktunya.
5.2.3 Surat Al-Imran Ayat 102:
Merupakan sebuah kerugian yang besar ketika seorang hamba meninggal dalam
keadaan syuu’il khatimah. Ayat dibawah ini insyaallah peringatan untuk selalu
beribadah kepadanya.
َن ْوُمِّلْسُّم ْمُتـْن َا َو َّ
َِّلا َّنُت ْوُمَت َ
َل َو ِّٖهتَٰقُت َّقَح َ ه
َّللا واُقَّتا ا ْوُنَمَٰا َْنيِّذَّلا اَهُّيَاـَٰۤي
Artinya:
Wahai orang-orang yang beriman, bertaqwalah kepada Allah dengan sebenar-benarnya
taqwa, dan janganlah kamu mati kecuali dalam keadaaan muslim.
5.3 Hadist Tentang Kematian
Kita hanya diperintahkan untuk terus mempersiapkan dan mengingatnya, adapun hadist
tentang mengingat kematian diantaranya sebagai berikut.
29. 29
Hadist Dari Abu Hurairah
Artinya:
Apabila manusia meninggal maka terputus semua amal ibadahnya kecuali tiga.
Shadaqah jariyah, ilmu yang bermanfaat, dan anak yang sholeh yang mendoakannya.
Hadist Kedua
Artinya:
Kematan itu jembatan yang akan menghubungkan antara kekasih kepada kekasih.
Hadist ini dijelaskan oleh Imam An-Nawawi, tapi dalam mensyarah hadist ini tidak
menyebutkan perowi hadist.
Hadist Ketiga
Artinya:
Sebaik-baiknya kematian adalah istirahatnya orang Muslim
30. 30
BAB 6
KEWAJIBAN AMAR MAKRUF – NAHI MUNKAR BESERTA DALIL-
DALILNYA
6.1 Pengertian Amar Ma'ruf Nahi Munkar
Amar Ma'ruf Nahi Munkar adalah satu istilah yang memiliki dua komponen.
Pertama, “Amar Ma’ruf” yang artinya mengajak kebaikan. Kedua, “Nahi Munkar” yang
artinya mencegah keburukan atau kemungkaran.
Secara bahasa, Amar Ma'ruf Nahi Munkar adalah mencegah kebaikan dan mencegah
kemungkaran. Sedangkan secara istilah adalah tuntutan untuk selalu memiliki kepekaan
untuk mendorong perbuatan yang baik, berguna dan bermanfaat bagi kehidupan
bersama, serta menolak dan mencegah semua hal-hal yang dapat menjerumuskan dan
merendahkan nilai-nilai kehidupan.
Amar Ma'ruf Nahi Munkar merupakan dua sendi yang mutlak diperlukan untuk
menopang tata kehidupan yang diridai Allah. Menurut para ulama, Amar Ma’ruf
memiliki arti mengajak atau mendorong perbuatan baik, baik yang bermanfaat bagi
kehidupan duniawi dan ukhrawi. Sedangkan Nahi Munkar artinya menolak dan
mencegah segala hal yang dapat merugikan, merusak, merendahkan, dan
menjerumuskan nilai-nilai kehidupan.
Hanya dengan melaksanakan dua gerakan ini (Amar Ma'ruf Nahi Munkar), kehidupan
lahiriah dan batiniah kita akan mencapai kebahagiaan.
6.2 Tujuan Amar Ma'ruf Nahi Munkar
1. Menjunjung tinggi nilai-nilai maupun norma-norma ajaran Islam. artinya selalu
menghormati, mempertahankan, membela, dan menaati nilai-nilai ajaran Islam.
2. Mendahulukan kepentingan bersama daripada kepentingan pribadi. Artinya
kepentingan pribadi yang dapat merugikan kepentingan bersama tidak boleh
didahulukan. Kepentingan yang lebih besar harus didahulukan, kalau perlu
dengan mengorbankan kepentingan yang lebih kecil.
31. 31
3. Menjunjung tinggi sifat keikhlasan, berkhidmah, dan berjuang. Artinya berlaku
ikhlas karena Allah Swt. dalam melakukan segala perbuatan tanpa membuang
keyakinan dan harapan bahwa segala perbuatan baik pasti akan mendapatkan
balasan dari Allah Swt.
4. Menjunjung tinggi persaudaraan, persatuan, serta kasih-mengasihi. Artinya
selalu berusaha menjaga sikap di atas kepada sesama warga nahdiyin, antara
sesama muslim, antar sesama bangsa dan sesama umat Islam.
5. Meluhurkan kemuliaan moral (akhlaqul karimah), dan menjunjung tinggi
kejujuran dalam berpikir, bersikap dan bertindak. Sikap ini menghendaki agar
selalu berusaha menerapkan akhlaqul karimah kepada diri sendiri, keluarga, dan
masyarakat. Langkah awalnya adalah kejujuran dalam berpikir, bersikap, dan
bertindak. Jujur kepada Allah Swt., dan jujur kepada masyarakat.
6. Menjunjung tinggi kesetiaan (loyalitas) kepada agama, bangsa, dan negara.
Artinya selalu siap menghormati, membela kepentingan dan taat kepada agama,
bangsa dan Negara secara proporsional dan komprehensif, tidak
mempertentangkan antara ketiganya. Membela kepentingan Bangsa dan Negara
adalah juga bagian dari ajaran agama.
7. Menjunjung tinggi nilai amal, kerja, dan prestasi sebagai bagian dari ibadah
kepada Allah Swt. Artinya berpendirian bahwa amal, kerja, dan prestasi
(kemampuan melakukan tugas berhasil dengan baik) merupakan ibadah
(pengabdian) kepada Allah Swt., di samping ibadah mahdhah (ibadah murni,
terbatas) seperti puasa, salat, Haji, dan lain sebagainya.
8. Menjunjung tinggi ilmu pengetahuan serta ahli-ahlinya. Perilaku seperti ini
dimaksudkan agar warga NU atau Ahlussunnah Wal Jamaah selalu berusaha
menambah ilmu, baik ilmu tentang ayat-ayat yang berwujud ajaran agama
maupun ayat-ayat Allah yang berwujud alam semesta. Selalu menghormati
para ahli ilmi sebagai pembawa Khazanah ilmu yang mutlak diperlukan oleh
umat manusia dalam menempuh kehidupan duniawi maupun ukhrawi.
9. Selalu siap untuk menyesuaikan diri dengan setiap perubahan yang membawa
manfaat bagi kemaslahatan manusia. Maksudnya selalu menyadari bahwa alam
semesta ini terus-menerus mengalami perubahan, tidak pernah berhenti. Kita
harus selalu siap menghadapi perubahan-perubahan tersebut dan berusaha
32. 32
mengarahkannya. Setiap perubahan membawa dampak sendiri, ada kalanya
positif dan ada kalanya negatif, dan yang paling banyak adalah yang berdampak
ganda (membawa dampak positif sekaligus negatif). Perubahan yang berdampak
positif diterima, dimanfaatkan dan kita berusaha menyesuaikan diri dengan
perubahan itu. Sedangkan perubahan yang negatif kita tolak, diminimalisasi, dan
diusahakan agar menjadi positif.
10. Menyusun tinggi kepeloporan dalam usaha mendorong, memacu, dan
mempercepat perkembangan masyarakatnya. Artinya kita selalu berusaha
memelopori, mendorong, mempercepat perkembangan masyarakat ke arah
positif, bermanfaat, dan benar menurut agama dan akal sehat. Selalu mencari
yang baru dan lebih baik serta tetap memelihara yang lama.
11. Menjunjung tinggi kebersamaan di tengah kehidupan berbangsa dan bernegara.
Maksudnya warga NU atau Ahlussunnah Wal Jamaah diharapkan selalu
berusaha memelihara kebersamaan, kerukunan, kerjasama, saling membantu
dalam menempuh kehidupan di antara bangsa dan kehidupan bernegara. Hal itu
dilakukan untuk memelihara keutuhan bangsa, negara, dan mewujudkan
kesejahteraan bersama.
6.3 Kewajiban Dan Dalilnya
Tidak diragukan lagi bahwa amar ma’ruf nahi mungkar adalah upaya menciptakan
kemaslahatan umat dan memperbaiki kekeliruan yang ada pada tiap-tiap individunya.
Dengan demikian, segala hal yang bertentangan dengan urusan agama dan merusak
keutuhannya, wajib dihilangkan demi menjaga kesucian para pemeluknya.
Persoalan ini tentu bukan hal yang aneh karena Islam adalah akidah dan syariat yang
meliputi seluruh kebaikan dan menutup segala celah yang berdampak negatif bagi
kehidupan manusia.
Amar ma’ruf nahi mungkar merupakan amal yang paling tinggi karena posisinya
sebagai landasan utama dalam Islam.
33. 33
Allah subhanahu wa ta’ala berfirman:
“Kamu (umat Islam) adalah umat terbaik yang dilahirkan untuk manusia, (karena kamu)
menyuruh (berbuat) yang ma’ruf, mencegah dari yang mungkar, dan beriman kepada
Allah. Sekiranya Ahli Kitab beriman, tentulah itu lebih baik bagi mereka. Di antara
mereka ada yang beriman, namun kebanyakan mereka adalah orang-orang fasik.” (Ali
Imran: 110)
Jika kita perhatikan dengan saksama, sebenarnya diutusnya para rasul dan
diturunkannya Al-Kitab adalah dalam rangka memerintah dan mewujudkan yang
ma’ruf, yaitu tauhid yang menjadi intinya, kemudian untuk mencegah dan
menghilangkan yang mungkar, yaitu kesyirikan yang menjadi sumbernya.
Jadi, segala perintah Allah subhanahu wa ta’ala yang disampaikan melalui rasul-Nya
adalah perkara yang ma’ruf. Begitu pula seluruh larangan-Nya adalah perkara yang
mungkar. Kemudian, Allah subhanahu wa ta’ala menjadikan amar ma’ruf nahi
mungkar ini sebagai sifat yang melekat dalam diri nabi-Nya dan kaum mukminin secara
menyeluruh.
Allah subhanahu wa ta’ala berfirman:
“Dan orang-orang yang beriman, laki-laki dan perempuan, sebagian mereka menjadi
penolong bagi sebagian yang lain. Mereka menyuruh (berbuat) yang ma’ruf dan
mencegah dari yang mungkar, melaksanakan shalat, menunaikan zakat, serta taat
kepada Allah dan Rasul-Nya. Mereka akan diberi rahmat oleh Allah. Sungguh, Allah
Mahaperkasa, Mahabijaksana.” (at-Taubah: 71)
Siapa pun meyakini bahwa kebaikan manusia dan kehidupannya ada dalam ketaatan
kepada Allah subhanahu wa ta’ala dan Rasul-Nya shallallahu ‘alaihi wa sallam. Dan
hal tersebut tidak akan sempurna tercapai melainkan dengan adanya amar ma’ruf nahi
mungkar. Dengan hal inilah umat ini menjadi sebaik-baik umat di tengah-tengah
manusia.
34. 34
Allah subhanahu wa ta’ala berfirman:
“Kamu (umat Islam) adalah umat terbaik yang dilahirkan untuk manusia, (karena kamu)
menyuruh (berbuat) yang ma’ruf, dan mencegah dari yang mungkar….” (Ali Imran:
110)
35. 35
DAFTAR PUSTAKA
1997. Al-Qur’an dan Ilmu Pengetahuan Kealaman, Yogyakarta: Dana Bhakti Primayasa.
Al-Audah, Salman bin Fahd., Fadli Ilahi, Amar Ma’ruf Nahi Munkar, diterjemah oleh:
Rakhmat, dkk., Jakarta: Pustaka Al-Kautsar, 1993. Cet. 1
Al-Mubayyadh, Muhammad Ahmad. 2014. Ensiklopedia Akhir Zaman. Surakarta:
Granada Mediatama.
Atiqoh, Nurul. Konsep Amar Ma’ruf Nahi Munkar Dalam Tafsir Al-Misbah Karya
Quraish Shihab Dalam Perspektif Dakwah. Fakultas Dakwah, IAIN Walisongo,
Semarang, 2011 (umar, 2011)
Attas, Syed Naquib al-. 1991. Islam dan Sekularisme, Bandung: Pustaka Salman.
Baiquni, Achmad (a). 1995. Al-Qur’an, Ilmu Pengetahuan dan Teknologi, Yogyakarta:
Dana Bhakti Wakaf.
Barbour, Ian G. 2005. Menemukan Tuhan dalam Sains Kontemporer dan Agama,
Bandung: Mizan.
Dzahabi, al-. 1961. al-Tafsir wa al-Mufassirun, Jilid II, Kairo: Daar al-Kutub al-
Haditsah.
Hakim, Manshur Abdul. 2006. Kiamat. Jakarta: Gema Insani
Sumber Website:
https://www.popbela.com/career/inspiration/romi-subhan/pengertian-istidraj
https://www.suaramuhammadiyah.id/2019/05/20/terjebak-istidraj-
dalamkenikmatan
https://umroh.com/blog/perhatikan-ayat-tentang-istidraj-jangan-sampaiterbuai
https://sef.feb.ugm.ac.id/mengenal-riba-dan- bahayanya/
https://shariagreenland.co.id/blog/10-macam-bahaya-dosa-riba/
https://islamkita.co/keutamaan-sedekah/
https://asysyariah.com/kewajiban-amar-maruf-nahi-mungkar-2/