SlideShare a Scribd company logo
1 of 70
KUMPULAN ARTIKEL
1. PENGERTIAN, KONSEP, SERTA DALIL-DALIL TENTANG ISTIDROJ
2. DALIL-DALIL HADITS QUDSI TENTANG HUKUMAN YANG
DISEGERAKAN SEBAGAI BENTUK KASIH SAYANG ALLAH TERHADAP
HAMBANYA., (DALIL, TERJEMAHAN, PENJELASAN, SERTA CONTOH
KASUS).
3. DOSA DAN KRITERIA RIBA BESERTA DALIL-DALILNYA
4. KEUTAMAAN SHODAQOH BERSERTA DALIL-DALILNYA
5. SIFAT TAKDIR KEMATIAN BESERTA DALIL-DALILNYA
6. KEWAJIBAN AMAR MAKRUF – NAHI MUNKAR BESERTA DALIL-
DALILNYA
Disusun sebagai tugas terstruktur Ujian Akhir Semester (UAS) mata kuliah Pendidikan
Agama Islam
Dosen Pengampu:
Dr. Taufiq Ramdani, S.Th.I., M.Sos
Disusun Oleh:
Nama : Lale Sekar Idaman Pertiwi
NIM : L1B021046
Prodi/Kelas : Ilmu Komunikasi/B
PROGRAM STUDI ILMU KOMUNIKASI
FAKULTAS DI BAWAH REKTOR
UNIVERSITAS MATARAM
2021
2
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI...........................................................................................................................2
1. PENGERTIAN, KONSEP, SERTA DALIL-DALIL TENTANG ISTIDROJ........................................3
- Bahagia Tapi Tak Berkah, Ini Pengertian dan Ciri-Ciri Istidraj ........................................3
- Ini Arti Istidraj dalam Islam, Hati-hati dengan Nikmat Dunia!........................................5
- MengajarkanAnak Apa Itu Arti Istidraj dalam Agama Islam..........................................7
- Pengertian Istidraj Lengkap dengan Ciri-cirinya.........................................................11
2. DALIL-DALILHADITSQUDSI TENTANGHUKUMAN YANG DISEGERAKAN SEBAGAIBENTUK
KASIHSAYANGALLAH TERHADAPHAMBANYA.,(DALIL, TERJEMAHAN,PENJELASAN,SERTA
CONTOH KASUS). ...............................................................................................................14
- 3 Dosa yang Balasannya akan Disegerakan Allah SWT di Dunia...................................15
- Terjebak (Istidraj) Kenikmatan..................................................................................16
3. DOSA DAN KRITERIA RIBA BESERTA DALIL-DALILNYA.....................................................20
- Mengenal Riba dan Bahayanya.................................................................................20
- 10 Macam Bahaya Dosa Riba Di Dunia Dan Di Akhirat................................................32
4. KEUTAMAAN SHODAQOH BERSERTA DALIL-DALILNYA...................................................37
- Keutamaan Sedekah dan Manfaatnya dalam Al Quran & Hadits.................................37
- MengajarkanAnak Hadis Tentang Sedekah dan Keutamaannya dalam Islam...............43
5. SIFAT TAKDIR KEMATIAN BESERTA DALIL-DALILNYA......................................................48
- Menerima Akan Takdir Yang Ditetapkan...................................................................48
- Ayat Tentang Kematian............................................................................................51
6. KEWAJIBAN AMAR MAKRUF – NAHI MUNKAR BESERTA DALIL-DALILNYA .......................58
- Dalil Amar Ma’ruf Nahi Munkar................................................................................58
- Kewajiban Amar Ma’ruf Nahi Mungkar.....................................................................61
Referensi ...........................................................................................................................69
3
1. PENGERTIAN, KONSEP, SERTADALIL-DALIL TENTANG
ISTIDROJ
- Bahagia Tapi Tak Berkah, Ini Pengertian dan Ciri-Ciri Istidraj
Bagi kamu yang saat ini sedang diliputi kebahagiaan, sedang merasakan
rezeki yang lancar, kenaikan jabatan atau pun kebahagiaan lainnya, memang
sangat menyenangkan. Kamu harus waspada apabila kamu merasakan itu semua
tapi sering melalaikan ibadah. Bisa jadi saat ini kamu sedang
mengalami istidraj. Apa itu istidraj? Yuk, simak pembahasan berikut ini agar
kamu semakin paham apa itu istidraj, cirinya dan tanda kamu sedang diuji
dengan istidraj.
1. Pengertian istidraj/Tayeb MEZAHDIA
Istidraj diambil dari kata 'daraja' (bahasa Arab) yang berarti naik satu
tingkatan ke tingkatan berikutnya. Namun, lebih dikenal sebagai istilah azab
yang berupa kenikmatan.
Dalam Alquran pembahasan mengenai istidraj dibahas pada Surat Al-
An'am ayat 44 yang berbunyi sebagai berikut.
‫ف‬َ‫ل‬َ‫م‬َ‫ا‬ ‫ن‬َ‫ُس‬ ‫و‬
‫ا‬َ۟ ‫َف‬‫ا‬ ‫ن‬َ‫س‬ ‫و‬‫ر‬ُ‫و‬‫ا‬‫و‬۟ ‫ب‬
ُ‫ه‬ُ‫ۦ‬ ‫َف‬‫ت‬ َ‫َح‬‫ن‬َ‫ا‬ ‫ن‬َ‫ل‬ُ‫ي‬َ‫ه‬َ‫م‬َْ ‫بَن‬ ََُْ‫ۦ‬ََ ‫ن‬ُ‫و‬ ‫و‬‫ا‬ ‫ن‬
َ‫ى‬ َ‫ء‬ َ
ٍ ‫ن‬َْ
‫ء‬َ‫ن‬َٰٓ ‫ن‬
ُِ‫س‬َ۟ ‫ن‬َ‫ُس‬‫و‬ُٰٓ‫ر‬َ‫ا‬ ‫ن‬
َ‫ف‬َ‫ل‬ُ‫ۦ‬ ‫ن‬َ‫َس‬ُ‫و‬ٓ
‫و‬
َ ‫ن‬َْ۟ ََْ ََ‫ل‬‫و‬‫ي‬
‫ن‬َ‫َغ‬‫ن‬َ‫َة‬‫ۦ‬ ‫س‬َُ۟‫ذ‬َ‫ا‬ ‫ل‬‫و‬‫م‬ ُ ‫و‬
‫ا‬ُ‫م‬َ‫س‬ُ‫ا‬
Fa lammā nasu mā żukkiru bihī fatahnā 'alaihim abwāba kulli syaī`,
hattā iżā farihu bimā utū akhażnāhum bagtatan fa iżā hum mublisun
Artinya: Maka tatkala mereka melupakan peringatan yang telah diberikan
kepada mereka, Kami pun membukakan semua pintu-pintu kesenangan untuk
mereka; sehingga apabila mereka bergembira dengan apa yang telah diberikan
kepada mereka, Kami siksa mereka dengan sekonyong-konyong, maka ketika itu
mereka terdiam berputus asa.
4
2. Ciri-Ciri umum istidraj
Beberapa mungkin tidak akan sadar bahwa ini adalah ciri istidraj. Bila
kamu mendapati dirimu jarang beribadah, namun nyatanya pekerjaan kamu
terasa sangat lancar, bisa jadi itu merupakan istidraj yang diberikan kepadamu.
Pekerjaan dan rezeki yang berlimpah yang kamu dapatkan merupakan
ujian sesungguhnya dari Allah SWT. Karena, Allah SWT ingin melihat, apakah
dengan rezeki yang kamu dapatkan itu akan membuat kamu semakin lalai dan
meninggalkan ibadah, atau dapat membuatmu ingat kepada Allah SWT sebagai
Sang Maha Pemberi Rezeki.
3. Ciri lainnya dari istidraj adalah ketenangan
Ciri lain kamu mengalami istidraj adalah merasakan ketenangan. Di sini,
ketenangan yang dimaksud di sini adalah kamu merasa baik-baik saja dan tidak
merasa bersalah atau gelisah saat lalai menjalankan ibadah atau melakukan
kegiatan yang sifatnya maksiat. Kamu bahkan tidak merasakan penyesalan
sedikit pun dalam hati setelah melakukan hal yang telah disebutkan di atas.
Sungguh itu adalah cobaan hidup yang berat apabila kamu merasa tenang jika
benar kamu mengalami hal seperti ini dalam hidup.
4. Jarang sakit juga salah satu ciri istidraj
Sakit merupakan nikmat yang diberikan Allah SWT. Saat sakit, dosa-
dosa berguguran dan doa dikabulkan. Namun, jika kamu merasa jarang sakit dan
sering melakukan maksiat atau kurang beribadah, bisa jadi itu juga
merupakan istidraj. Karena sesungguhnya, sakit merupakan ujian dari Allah
SWT agar hambanya selalu mengingat-Nya dan memohon kesembuhan pada-
Nya.
5
5. Perbanyak ibadah untuk menghindari istidraj
Agar kita dijauhkan dari istidraj, tobat dan rutin beribadah menjadi salah
satu caranya. Minta ampun kepada Allah SWT dan selalu mengingat-Nya di
kala senang maupun susah, menjadi cara terbaik untuk menghindarkan diri
dari istidraj. Jangan lupa juga untuk selalu beribadah, salat lima waktu, dan
membaca Alquran, agar kita selalu dekat dengan Allah SWT.
Itulah tadi pengertian, ciri dan cara menghindari istidraj. Semoga kita termasuk
dalam orang-orang yang beriman dan dijauhkan dari istidraj.
- Ini Arti Istidraj dalam Islam, Hati-hati dengan Nikmat Dunia!
Jakarta - Tidak sedikit orang yang lalai dalam ibadah justru diberikan
harta yang berlimpah dari Allah SWT. Dalam Islam, kenikmatan dunia itu
disebut dengan istidraj.Allah SWT melimpahkan rezeki, kebahagiaan, dan
kenikmatan dunia lainnya kepada setiap orang yang Dia kehendaki. Kenikmatan
tersebut bisa menjadi peringatan akan azab Allah apabila diberikan kepada orang
yang sering melalaikan ibadah dan merasa tenang dalam maksiatnya.
Peringatan istidraj termaktub dalam QS. Al An'am ayat 44 sebagai berikut:
‫ف‬َ‫ل‬َ‫م‬َ‫ا‬ ‫ن‬َ‫ُس‬ ‫و‬
‫ا‬َ۟ ‫َف‬‫ا‬ ‫ن‬َ‫س‬ ‫و‬‫ر‬‫و‬ُ‫ا‬‫و‬۟ ‫ب‬
ُ‫ه‬ُ‫ۦ‬ ‫َف‬‫ت‬ َ‫َح‬‫ن‬َ‫ا‬ ‫ن‬َ‫ل‬ُ‫ي‬َ‫ه‬َ‫م‬َْ ‫بَن‬ ََُْ‫ۦ‬ََ ‫ن‬
‫و‬ُ
‫و‬‫ا‬ ‫ن‬
َ‫ى‬ َ‫ء‬ َ
ٍ ‫ن‬َْ
‫ء‬َ‫ن‬َٰٓ ‫س‬َُِ۟ ‫ن‬َ‫ُس‬‫و‬ُٰٓ‫ر‬َ‫ا‬ ‫َب‬‫ل‬ُ‫ۦ‬ ‫ن‬َ‫َس‬ُ‫و‬ٓ
‫و‬
َ ‫ن‬َْ۟ ََْ ََ‫ل‬‫و‬‫ي‬
‫ن‬َ‫َغ‬‫ن‬َ‫َة‬‫ۦ‬ ‫س‬َُ۟‫ذ‬َ‫ا‬ ‫ل‬‫و‬‫م‬ ‫ن‬َ‫ُب‬ ‫و‬
‫ا‬ُ‫م‬َ‫س‬ُ‫ا‬
Artinya: "Maka tatkala mereka melupakan peringatan yang telah diberikan
kepada mereka, Kamipun membukakan semua pintu-pintu kesenangan untuk
mereka; sehingga apabila mereka bergembira dengan apa yang telah diberikan
kepada mereka, Kami siksa mereka dengan sekonyong-konyong, maka ketika itu
mereka terdiam berputus asa." (QS. Al An'am: 44)
6
alam tafsir Al Ahzar jilid 3, istidraj menurut ayat di atas artinya dikeluarkan dari
garis lurus kebenaran tanpa disadari. Allah SWT memperlakukan apa yang dia
kehendaki, dibukakan segala pintu, hingga orang tersebut lupa diri.
Ibaratnya tidak ingat bahwa sesudah panas pasti ada hujan, sesudah lautan
tenang gelombang pasti datang. Mereka dibiarkan berbuat maksiat dengan hawa
nafsunya hingga tersesat jauh. Lalu, siksaan Allah datang sekonyong-konyong.
Dalam Ensiklopedia Tasawuf Imam Al-Ghazali, istidraj artinya pembiaran.
Yaitu pembiaran karena tidak mau berhenti melakukan hal-hal yang memalukan
(maksiat). Istidraj merupakan peringatan keras dari Allah SWT.
Malik Al-Mughis dalam bukunya yang berjudul Demi Masa menjelaskan,
istidraj adalah pemberian kesenangan untuk orang-orang yang dimurkai Allah
agar mereka terus menerus lalai. Hingga pada suatu ketika semua kesenangan itu
dicabut oleh Allah, mereka akan termangu dalam penyesalan yang terlambat.
Baca juga:
Pengertian Dakwah Menurut Bahasa dan Istilah
Allah SWT berfirman dalam QS. al-Qalam ayat 44 sebagai berikut:
‫ء‬َُ۟‫ر‬ََْ‫ا‬ ‫َو‬‫ا‬َ ‫ن‬‫و‬‫ب‬‫و‬َُْ‫ب‬‫و‬ُ ‫س‬َْ َْ‫ي‬ُ‫ۦ‬ ‫ن‬
ُُُْ‫د‬َ‫ح‬َ ِ ‫ن‬ ‫ل‬‫و‬‫ي‬‫و‬‫س‬ُ‫ر‬ َ‫َد‬‫ن‬ َ
‫َا‬‫ت‬ َ
‫م‬ ‫ن‬َ‫و‬‫و‬ُ‫ا‬ ‫ن‬‫و‬َْ‫ه‬َٰٓ ‫ن‬َ
‫ا‬ ‫ن‬َ‫ُب‬‫و‬‫ل‬َ‫م‬َ‫َن‬ُ
Artinya: "Maka serahkanlah (ya Muhammad) kepada-Ku (urusan) orang-orang
yang mendustakan perkataan ini (Al Quran). Nanti Kami akan menarik mereka
dengan berangsur-angsur (ke arah kebinasaan) dari arah yang tidak mereka
ketahui," (QS. al-Qalam: 44)
Orang mukmin akan merasa takut dengan istidraj, yakni kenikmatan semu yang
sejatinya murka Allah SWT. Namun sebaliknya, orang-orang yang tidak
beriman akan beranggapan bahwa kesenangan yang mereka peroleh merupakan
sesuatu yang layak didapatkan.
7
Biasanya, istidraj diberikan kepada orang-orang yang mati hatinya. Mereka
adalah orang yang tidak merasa bersedih atas ketaatan yang ditinggalkan dan
tidak menyesal atas kemaksiatan yang terus dilakukan.
Cara termudah untuk membedakan kesenangan yang datangnya dari kemurahan
Allah dengan istidraj adalah ketakwaan. Jika orang tersebut taat dalam
beribadah, bisa jadi nikmat yang diterima adalah kemurahan Allah. Begitupun
sebaliknya, apabila orang tersebut lalai dalam ibadah bisa jadi itu merupakan
istidraj.
Dalam sebuah hadits riwayat Imam Ahmad yang berasal dari sahabat Rasulullah
SAW, 'Uqbah bin Amir, Rasulullah SAW bersabda: "Apabila engkau lihat Allah
memberikan sebagian keduniaan kepada hamba-Nya, apa saja yang diingininya
dengan serba-serbi kemaksiatannya maka pemberian yang demikian adalah
istidraj." (HR. Ahmad)
Sebagai Muslim, kita harus berhati-hati dengan nikmat yang diberikan oleh
Allah SWT. Untuk itu, kita diperintahkan untuk menafkahkan sebagian harta
yang kita peroleh kepada orang yang membutuhkan.
- Mengajarkan Anak Apa Itu Arti Istidraj dalam Agama Islam
Yuk, jelaskan pada anak untuk memotivasi mereka jadi lebih rajin dalam
menunaikan ibadah
Sama halnya dengan ilmu pengetahuan lainnya, memberi pemahaman
tentang pengetahuan agama Islam pada anak juga tidak kalah penting, Ma.
Bahkan, sudah menjadi kewajiban para orangtua untuk mengajarkan agama
Islam kepada anak-anak.
Ajaran dalam agama Islam yang paling utama ialah ibadah. Seluruh umat
diwajibkan untuk senantiasa beribadah kepada Allah SWT. Menunaikan ibadah
dengan benar dan tepat waktu pun menjadi jembatan umat Islam untuk
8
mendapatkan berkah serta karunia dari-Nya. Namun, beberapa umat Islam justru
dianugerahi banyak nikmat dari Allah SWT meskipun tidak pernah beribadah.
Misalnya, rezeki yang berlimpah, kehidupan bahagia, dan banyak hal duniawi
sehingga tak jarang dapat membuat orang lain iri padanya.
Padahal, kondisi tersebut merupakan bentuk ujian yang dinamakan Istidraj.
1. Arti itu Istidraj?
Pexels/Andrea Piacquadio
Istidraj adalah berasal dari kata 'daraja' dalam bahasa Arab yang berarti naik
satu tingkatan ke tingkatan berikutnya. Namun, Istidraj lebih dikenal sebagai
istilah azab yang berupa kenikmatan yang sengaja diberikan pada seseorang.
Jadi, Allah SWT menguji hamba-hambanya yang lalai dalam beribadah dengan
melimpahkan mereka kenikmatan dunia. Padahal, segala hal yang dinikmati
tersebut adalah suatu jebakan.
Adapun dalil dalam Alquran yang menjelaskan tentang Istidraj ialah
Surah Al-An'am ayat 44:
‫ف‬َ‫ل‬َ‫م‬َ‫ا‬ ‫س‬ َُ ‫و‬
‫ا‬َ۟ ‫َف‬‫ا‬ ‫س‬ َ ‫و‬‫ر‬ُ‫و‬‫ا‬‫و‬۟ ‫ن‬ِ‫ه‬ُ‫ۦ‬ ‫َف‬‫ت‬ َ
‫َح‬‫ن‬َ‫ا‬ ‫ن‬َ
‫ل‬ُ‫ي‬َ‫ه‬َ‫م‬َْ ‫َسبَن‬َُ‫ۦ‬َ‫س‬ ‫ن‬ُ‫و‬ ‫و‬‫ا‬ ‫ن‬َ
‫ء‬ َ
ٍ‫ن‬
َ‫ى‬ ‫ن‬ ‫ء‬َ‫ت‬‫ن‬َٰٓ ‫س‬َُ۟‫س‬ ‫س‬ َُ‫و‬ُٰٓ‫ر‬َ‫ا‬ ‫ن‬ِ‫َف‬‫ل‬ُ‫ۦ‬ ‫س‬ َُِ‫و‬ٓ َ ‫و‬‫س‬
‫ن‬َ
‫ل‬‫و‬‫ي‬ْ۟ َ
َْ َ‫س‬ ‫ن‬َ‫َغ‬‫ن‬ َ‫َة‬‫ۦ‬ ‫س‬َُ۟‫ف‬َ‫ا‬ ‫ن‬َ
‫ل‬‫و‬‫م‬ ‫ن‬َ‫ب‬ َُ ‫و‬
‫ا‬ُ‫م‬َ‫س‬ُ‫ا‬
Fa lammaa nasuu maa zukkiruu bihii fatahnaa ‘alaihim abwaaba kulli syaii’,
hattaaa izaa farihuu bimaaa uutuuu hoznaahum baghtatang fa izaa hum
mublisuun
Artinya: “Maka tatkala mereka melupakan peringatan yang telah diberikan
kepada mereka, Kami pun membukakan semua pintu-pintu kesenangan untuk
mereka; sehingga apabila mereka bergembira dengan apa yang telah diberikan
kepada mereka, Kami siksa mereka dengan sekonyong-konyong, maka ketika itu
mereka terdiam berputus asa.”
Semoga Mama dan keluarga bukan golongan penerima istiraj, azab berupa
kenikmatan dari Allah SWT.
9
2. Ciri-ciri Istidraj, diberi kenikmatan berlimpah
Umumnya, Istidraj terjadi pada umat Islam yang lalai dalam beribadah.
Namun, mereka selalu dapat merasakan banyak kenikmatan di dunia. Misalnya,
seorang umat yang tidak pernah menunaikan salat dan mengerjakan amalan lain,
tetapi dilimpahkan rezeki begitu banyak. Padahal, kenikmatan yang membuat
mereka terlena adalah sebuah jebakan atau azab dari Allah SWT.
Sebagaimana yang diterangkan dalam Alquran Surah Ali Imran ayat 178:
‫ن‬َ
‫َا‬ ‫ن‬َ‫و‬َ‫س‬ َ
‫ا‬ َ‫َح‬ُ ‫وَن‬ََُُْ ‫س‬ ‫س‬ََ ‫و‬‫ر‬َ َ‫ا‬ ‫َف‬‫ل‬ََ۟‫س‬ ‫ن‬َ‫م‬ُ‫م‬َ‫ل‬‫و‬۟ ‫ن‬َ‫ل‬‫و‬‫ي‬َ ‫ن‬
َ‫ر‬َ‫ه‬َ ‫ن‬َ‫ل‬ُ‫ي‬ُ‫ا‬‫و‬ ََ۟ ُ‫و‬
‫ا‬ ‫ن‬ ‫َف‬‫ل‬َُ۟‫س‬ ‫ن‬َ‫م‬ُ‫م‬َ‫ل‬‫و‬۟ ‫ن‬َ‫ل‬‫و‬‫ي‬َ ‫س‬ََ ‫و‬ْ‫َس‬ََُْ‫ه‬ُ
‫ف‬َ‫ل‬َ‫م‬ُ‫س‬ ‫ن‬ ‫ن‬َ‫ل‬‫و‬‫ي‬َ َ ‫ن‬َ‫سب‬ََْْ ‫ن‬َ‫و‬َ‫ه‬ُ‫ي‬ُ‫ا‬
Wa laa yahsabannallaziina kafaruuu annamaa numlii lahum khoirul li’
angfusihim, innamaa numlii lahum liyazdaaduuu ismaa, wa lahum azaabum
muhiin
Artinya: “Dan jangan sekali-kali orang-orang kafir itu mengira bahwa tenggang
waktu yang Kami berikan kepada mereka lebih baik baginya. Sesungguhnya
tenggang waktu yang Kami berikan kepada mereka hanyalah agar dosa semakin
bertambah, dan mereka akan mendapat azab yang menghinakan.”
3. Ketenangan hidup, meski sering bermaksiat
Ciri-ciri Istidraj lainnya ialah rasa tenang dan tentram dalam menjalani
hidup. Padahal, dirinya selalu melakukan maksiat. Segala dosa yang diperbuat
pun terasa biasa saja, tidak merasa bersalah atau menimbulkan kegelisahan di
hati. Ibadah juga tidak pernah ditunaikan sehingga terlalu dalam menikmati
dunia. Padahal, sesungguhnya dirinya sedang tersesat.
Hal ini karena Istidraj merupakan hukuman dari Allah SWT yang terjadi sedikit
demi sedikit.
Sebagaimana dalam firman-Nya berikut:
‫ن‬َ
‫ء‬ُ۟ َ‫ر‬ََْ‫ا‬ ‫ن‬َ
‫َو‬‫ا‬َ ‫ن‬
َ‫ب‬ُُ‫ن‬‫و‬‫ب‬ُ‫و‬ْ ‫س‬َْ ْ
‫ي‬ُ‫ۦ‬ ‫ن‬
َُُُْ‫د‬َِ‫ح‬َ ‫نس‬ ‫ن‬َ
‫ل‬‫و‬‫ي‬‫و‬‫س‬ُ‫ر‬ َ
‫َد‬‫ن‬ َ
‫َا‬‫ت‬ َ
‫م‬ ‫ن‬َ
‫و‬ُ‫و‬‫ا‬ ‫ن‬‫و‬َْ‫ه‬َٰٓ ‫ن‬َ
‫ا‬ ‫ن‬ََ‫ب‬ َُ‫و‬‫ل‬َ‫م‬ َ‫َن‬ُ
10
Fazarnii wa many yukazzibu bihaazal hadiisi sanastad rijuhum min haisu laa
ya'lamuun
Artinya: “Nanti Kami akan menghukum mereka dengan berangsurangsur (ke
arah kebinasaan) dari arah yang tidak mereka ketahui.” (QS. Al-Qalam: 44).
4. Jarang sakit juga tanda-tanda Istidraj
Banyak yang berpendapat bahwa kesehatan adalah hal tak ternilai.
Hingga beberapa orang akan mengeluh jika dirinya merasa tidak sehat. Padahal,
sakit merupakan bentuk nikmat dari Allah SWT pada hambanya. Maka, umat
Islam yang jarang sakit ini pun termasuk dalam ciri-ciri tertimpa Istidraj. Ketika
tubuhnya selalu sehat, mereka biasanya akan lalai dalam ibadah dan terus terlena
pada urusan-urusan duniawi yang fana.
Dari Ubah bin Amir radhiallahu ‘anhu, Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa
sallam bersabda.
‫س‬َُِ۟ ‫ن‬َ‫أ‬ََََُ‫ر‬ ‫ن‬َ َ
‫سه‬ ‫ء‬ ‫ف‬َ‫ن‬َٓ ‫م‬ُ‫ع‬َ‫ن‬‫و‬ُ ‫َدَن‬‫س‬َ‫ن‬َ ‫س‬ ‫وَن‬ُ‫ا‬ ‫َف‬‫ه‬َُ۟‫د‬ ‫س‬ ‫َف‬‫ا‬ ‫ن‬ُ‫ح‬ُ‫ح‬‫و‬ُ ‫ن‬
َُ‫و‬‫َم‬ ‫ن‬َ‫هل‬ُ‫م‬‫و‬‫ا‬ ‫ء‬َ‫م‬َْ ‫ن‬
ُ‫ه‬‫ه‬ُ‫ص‬‫ف‬َ‫ن‬َ‫ا‬ ‫ن‬
َُ۟‫ذ‬َ‫ا‬‫َف‬‫ل‬ ‫ن‬
َ‫ل‬ُ َ۟
‫ن‬‫و‬‫ه‬َ‫ت‬ُ‫ا‬ ‫ن‬َْ‫س‬َ‫ر‬ َ‫د‬ُ‫ن‬ َ
‫سم‬
Artinya: “Apabila Anda melihat Allah SWT memberikan kenikmatan dunia
kepada seorang hamba, sementara dia masih bergelimang dengan maksiat, maka
itu hakikatnya adalah Istidraj dari Allah SWT.”
5. Ajarkan anak untuk rajin dalam beribada
Setelah memahami makna Istidraj, orangtua hendaknya selalu
mengingatkan anak untuk senantiasa beribadah dan bertaubat kepada Allah
SWT. Biasakanlah anak mama dan papa agar terus mengingat Allah SWT di
kala suka maupun duka. Hal ini bertujuan untuk menghindarkan diri anak dari
Istidraj, berupa kenikmatan yang berlimpah. Padahal, kenikmatan tersebut
adalah hukuman yang diberikan oleh Allah SWT. Itulah penjelasan apa itu
Istidraj beserta ciri-cirinya yang bisa orangtua ajarkan pada anak.
Sunggung mengerikan jika seseorang tergolong dalam kaum penerima
istiraj, azab yang berupa kenikamatan dari Allah SWT. Semoga dapat
11
memotivasi Mama, Papa, dan buah hati agar selalu istiqomah dalam
menjalankan segala perintah-Nya.
- Pengertian Istidraj Lengkap dengan Ciri-cirinya
Allah memerintahkan setiap Muslim untuk senantiasa taat kepada-Nya.
Bentuk ketaatan ini bisa dibuktikan dengan selalu menjalankan perintah-Nya
dan menjauhi larangan-Nya. Segala bentuk ketidakpatuhan seorang hamba
kepada Allah SWT disebut sebagai maksiat. Dan segala bentuk kemasiatan akan
mendapatkan hukumannya di sisi Allah.
Salah satu hukuman bagi seorang Muslim yang melakukan maksiat adalah
istidraj. Apa itu istidraj? Dan apa ciri-cirinya?
Pengertian Istidraj
Mengutip dari jurnal berjudul Istidraj dalam Alquran Perspektif Imam Al-
Qurthubi karya Diana Fitri Febriani, Istidraj adalah nikmat yang diberikan Allah
kepada orang-orang yang membangkang terhadap-Nya. Ini merupakan hukuman
dari Allah agar orang tersebut terus terjerumus dalam kesesatan.
Nikmat yang diberikan bukanlah bentuk kasih sayang Allah, melainkan murka
Allah terhadap mereka. Nikmat tersebut hanyalah alat untuk menghukum
mereka, baik di dunia maupun di akhirat kelak.
Banyak ayat Alquran yang menyebutkan istilah istidraj. Istilah tersebut
diterjemahkan oleh ahli tafsir dengan beberapa pengertian. Salah satunya Surat
Al-A’raf ayat 182.
‫ُوَن‬َُْ َِ ‫ن‬َ‫ُس‬‫و‬‫ۦ‬ََْ‫ا‬ ‫َف‬‫ت‬ُ‫ن‬َُْ‫ف‬ِ
ُِ‫ۦ‬ ‫ل‬‫و‬‫ي‬‫و‬‫س‬ُ‫ر‬ َ‫َد‬‫ن‬ َ
‫َا‬‫ت‬ َ
‫م‬ ‫ن‬َ‫و‬ُ‫و‬‫ا‬ ‫ن‬‫و‬َْ‫ه‬َٰٓ ‫ن‬َ
‫ا‬ ‫ن‬َ‫ُب‬‫و‬‫ل‬َ‫م‬َ‫َن‬ُ
Artinya: Dan orang-orang yang mendustakan ayat-ayat Kami, nanti Kami akan
menarik mereka dengan berangaur-angsur (ke arah kebinasaan), dengan cara
yang tidak mereka ketahui.
Ayat ini ditafsirkan oleh Imam Al-Qurthubi dalam Tafsir Al-Jami’ Li’ Ahkami
sebagai pesan tersirat bahwa Allah akan menghukum hamba-Nya yang durhaka
dan maksiat dengan cara istidraj.
12
Ia mengatakan bahwa saat orang melakukan kemaksiatan, seketika itu pula
Allah memberikan mereka nikmat sebagai hukuman. Allah SWT berfirman
bahwa orang yang mendustakan ayat-ayat-Nya akan dibinasakan, yaitu
dibinasakan dengan cara istidraj.
Ciri-ciri Istidraj
- Pekerjaan terasa lancar meskipun tak beribadah
- Rezeki berlimpah meskipun tak beribadah
- Merasakan ketenangan meskipun lalai menjalankan ibadah atau
melakukan kegiatan yang sifatnya maksiat.
- Jarang sakit meskipun sering lalai beribadah dan melakukan perbuatan
maksiat.
Istidraj
Istidrāj atau Imlā' atau Imhāl (bahasa Arab: ْ‫س‬َ‫ر‬ َ‫د‬ُ‫ن‬ َ
‫م‬ُِ َ ‫ى‬َ‫م‬َ‫ا‬ُِ َ ‫فإ‬َ‫ي‬َ‫)ِا‬ termasuk
dari sunah-sunah Ilahi, bermakna mendekat secara berangsur ke arah azab
Ilahi. Istidrāj dikhususkan kepada orang kafir dan para pelaku dosa yang tidak
mensyukuri anugerah-anugerah Tuhan, dan semakin banyak mereka berbuat
dosa maka semakin banyak pula nikmat-nikmat yang diberikan kepada mereka
sehingga dengan cara ini kesombongan dan kelalaian mereka semakin
meningkat dan pada akhirnya mereka akan terkena azab yang lebih pedih.
Mendapatkan nikmat-nikmat dengan sendirinya bukanlah indikasi istidrāj, akan
tetapi reaksi manusia dalam menghadapi itu semua menjadi penentu
terkena istidrāj atau tidak. Apabila ia menggantikan rasa syukur kepada Tuhan
dengan kefasikan dan kekafiran, namun nikmatnya masih tetap bertambah maka
ia sedang terkena istidrāj.
Istidrāj, Mendekat Secara Berangsur kepada Azab Tuhan
Istidrāj adalah sebuah istilah yang dicerap dari Alquran.[1] Kata ini secara bahasa
bermakna mendekat secara bertahap kepada sesuatu.[2] Dalam kamus
Islam, istidrāj termasuk dari sunnah-sunnah Ilahi. Artinya, Allah swt mengazab
13
secara berangsur para pelaku dosa yang tanpa rasa takut. Dengan kata lain,
semakin banyak mereka berbuat dosa maka semakin banyak pula Ia memberikan
nikmat kepada mereka, dan dengan cara ini mereka akan semakin terjangkit rasa
sombong dan lalai, dan pada akhirnya mereka akan mendapatkan siksa yang
lebih pedih. [3]
Konsep istidrāj digunakan dua kali dalam Alquran dalam bentuk kata kerja
(fi'l) «‫ل‬‫و‬‫ي‬‫و‬‫س‬ُ‫ر‬ َ‫َد‬‫ن‬ َ
‫َا‬‫ت‬ َ
‫;»م‬ pertama pada surah Al-A'raf ayat 182 dan kedua
pada surah Al-Qalam ayat 44. Dua ayat tersebut berkenaan juga dengan orang-
orang kafir. [4] Dalam ayat 182 surah Al-A'raf dimuat: "Mereka yang
mendustakan ayat-ayat Kami, nanti Kami akan menarik mereka (ke arah
kebinasaan) dengan cara yang tidak mereka ketahui."
Konsep-Konsep Qurani Penjelas Istidrāj
Dalam ayat-ayat lain dari Alquran, masalah ini disampaikan tanpa menyebut
kata istidrāj. [5] Di dalam Alquran konsep Imlā' (penangguhan)
dan Imhāl (penangguhan) juga menunjukkan sunnah istidrāj. [6]
Diantara ayat-ayat yang menurut Allamah Thabathabai dalam Tafsir al-
Mizan menjelaskan sunnah istidrāj ialah ayat 178 surah Ali Imran. [7] "Dan
janganlah sekali-kali orang-orang kafir menyangka, bahwa pemberian tangguh
Kami kepada mereka adalah lebih baik bagi mereka. Sesungguhnya Kami
memberi tangguh kepada mereka hanyalah supaya bertambah-tambah dosa
mereka; dan bagi mereka azab yang menghinakan." [8]
Istidrāj Sosial
Menurut pernyataan sebagian peneliti, selain Alquran berbicara
soal istidrāj individual, ia juga berbicara soal istidrāj sosial. Salah satu bukti
yang mereka bawakan untuk jenis istidrāj ini adalah ayat 48 surah Al-
Haj. [9] "Dan berapalah banyaknya kota yang Aku tangguhkan (azab-Ku)
kepadanya, yang penduduknya berbuat zalim, kemudian Aku azab mereka, dan
hanya kepada-Kulah kembalinya (segala sesuatu)."[10]
14
Tanda-Tanda Istidrāj
Berdasarkan riwayat-riwayat, terkadang nikmat-nikmat menjadi
tanda istidrāj. Kulaini menukil riwayat dari Imam Shadiq as bahwa orang yang
berbuat dosa, tapi Tuhan menangguhkan (pemberian azab) kepadanya dan Ia
terus melimpahkan anugerah-Nya atasnya, sedemikian rupa sehingga lalai
beristigfar, ketahuilah bahwa ia terserang istidraj. [11]
Demikian juga sesuai dengan sebuah hadis dalam kitab al-Kafi, seseorang
berkata kepada Imam Shadiq as: Aku meminta harta dari Tuhan, Ia pun
memberikan itu padaku, aku meminta anak keturunan, Ia pun mengaruniakanku
anak, dan aku meminta rumah kepada-Nya, Ia pun mengabulkan permintaanku.
Kini aku khawatir jangan-jangan pengabulan doa-doa ini karena istidraj. Imam
Shadiq as menjawab, jika engkau mensyukuri nikmat-nikmat ini, maka itu
bukan istidrāj. [12]
Fakhruddin Razi dari mufasir dan teolog Ahlusunah abad ke-6 H berkeyakinan
bahwa kemampuan para pelaku dosa untuk melakukan perbuatan-perbuatan
yang luar biasa termasuk dari contoh-contoh istidrāj. [13]
Menurut keyakinan Murtadha Muthahhari, mendapatkan nikmat-nikmat dengan
sendirinya bukanlah tanda istidrāj, akan tetapi dari reaksi perbuatan kita dalam
menyikapi nikmat-nikmat itu akan diketahui apakah kita tertimpa istidrāj atau
tidak. Apabila kita menunaikan syukur nikmat-nikmat tersebut dan
menggunakannya pada jalan yang diridhai Tuhan niscaya itu bukan istidraj,
namun apabila kita merasa sombong dengan nikmat-nikmat itu, dan atau kita
menggunakannya pada jalan ilegal niscaya kita tertimpa istidrāj.
2. DALIL-DALIL HADITS QUDSI TENTANG HUKUMAN YANG
DISEGERAKAN SEBAGAI BENTUK KASIH SAYANG ALLAH
TERHADAP HAMBANYA., (DALIL, TERJEMAHAN,
PENJELASAN, SERTACONTOH KASUS).
15
- 3 Dosa yang Balasannya akan Disegerakan Allah SWT di Dunia
Setiap pribadi manusia akan ditangguhkan dosa yang diperbuatnya
hingga hari kiamat. Namun terdapat tiga dosa besar yang balasannya akan
disegeraka Allah SWT di dunia.
‫و‬َْ ‫م‬ُ‫ۦ‬ََ ‫ن‬
َ‫ك‬َ‫ر‬َ‫َب‬‫ۦ‬ ‫ن‬َ‫م‬ُ‫ي‬َ‫ر‬ ‫ن‬‫و‬ َ
‫سه‬ ‫ن‬‫و‬‫ه‬َ‫ت‬َْ، ‫ن‬ُ‫و‬َْ ‫ن‬
‫و‬ُ‫م‬ُ‫س‬َ‫ت‬ ‫س‬ ‫مء‬ ‫ص‬ ‫هللا‬ ‫هه‬ ‫م‬ ْ ‫مل‬ ‫م‬ ‫فإ‬ ‫ق‬ :
‫ن‬ُ ‫ا‬ ‫ن‬
َ‫ب‬ُ۟۟ ‫ن‬
‫و‬‫ر‬ُ ُ ‫ن‬‫و‬‫هللا‬ ‫تيف‬ ‫ا‬ ‫اف‬ ‫ن‬
َ‫ى‬‫ٍف‬ ‫ء‬ ِ ‫ن‬ُ‫ُُم‬ ‫ن‬
ُ‫غ‬‫مهفا‬ ‫س‬ ‫ن‬َ
‫ِا‬ ‫ن‬َ‫ةم‬َ‫س‬ ‫س‬، ‫ن‬َ‫ْمُق‬ ‫ن‬ُ‫دَُو‬ ‫ُس‬ ‫س‬، َ
‫ن‬َ‫قعهنغ‬ ‫ن‬ُ‫ٰٓل‬َ‫ر‬ ‫س‬، ‫ن‬‫و‬ ُِ‫ن‬‫و‬ُ ‫يف‬ُ‫س‬ٰٓ‫هف‬ ‫م‬ ‫ا‬ ‫۟هف‬ُ‫د‬ ‫س‬ ‫َن‬ ‫قس‬ ‫ن‬
ُ‫م‬َُ‫ل‬ ‫س‬
Hal ini sesuai dalam hadist dari Abu Bakrah RA, Rasulullah SAW bersabda,”
Setiap dosa akan di akhirkan (ditunda) balasannya oleh Allah SWT hingga hari
kiamat, kecuali al-baghy (zalim), durhaka kepada orang tua dan memutuskan
silaturahim, Allah akan menyegerakan di dunia sebelum kematian menjemput.”
(HR Al Hakim, Al Mustadrak No 7345).
Pertama, dosa orang yang berbuat zalim balasannya akan disegerakan.
zalim adalah perbuatan melampaui batas dalam melakukan
keburukan. Perbuatan zalim dapat mengotori hati, seperti sombong, dengki,
ghibah, fitnah, dusta, dan lain sebagainya. Karena itu zalim termasuk dari dosa
besar. Manusia yang zalim akan mendapatkan balasan di dunia dan siksa pedih
di akhirat. Sebagaimana yang dijelaskan dalam Alquran:
‫َف‬‫ل‬َُِ۟ ‫ن‬‫و‬ ‫ه‬ُ‫س‬ َ
‫ا‬ ‫س‬ ‫ء‬َ‫م‬َْ ‫ُوَن‬َُْ ‫س‬ ‫ن‬َ‫ُب‬‫و‬‫ل‬ُ‫م‬َ‫َن‬ُ ‫فنَن‬َ‫ت‬ ‫س‬ ‫ن‬َ‫ُب‬‫و‬‫َة‬‫س‬ََُ ‫م‬ُ‫ا‬ ‫ن‬
ُ‫أ‬َ‫ر‬َ َ ‫س‬ ‫ن‬
ُ‫ر‬َ‫ه‬َ‫ة‬ُ‫ۦ‬ ‫ن‬
ُ‫و‬‫ح‬َ‫ح‬َ ‫س‬ ‫ن‬ ‫ن‬
َ‫ل‬ُ َْ ‫و‬
َ ‫ن‬َ‫ل‬‫و‬‫ي‬َ
‫ن‬َ‫سب‬ََْْ ‫ن‬َ‫هل‬ُ ََ “Sesungguhnya dosa itu atas orang-orang yang berbuat zalim kepada
manusia dan melampaui batas di muka bumi tanpa hak. Mereka itu mendapat
azab yang pedih.” (QS Asy-Syura: 42)
Kedua, orang yang durhaka kepada orang tua. Sikap buruk dan tidak
menghormati serta tidak menyayangi kedua orang tua, adalah sikap yang sangat
tercela, karena merekalah penyebab keberadaan kita di dunia ini. Jika sikap ini
dilakukan, maka akan mengundang kemurkaan dari Allah SWT di dunia ini,
antara lain dalam bentuk pembangkangan sikap yang dilakukan anak-anak
mereka. Karena itu, sikap ihsan baik dalam ucapan maupun perbuatan
16
merupakan suatu kewajiban agama sekaligus merupakan suatu kebutuhan.
Seperti yang dijelaskan dalam firman Allah SWT:
‫ن‬ْ
‫ء‬َ‫ض‬َ‫ق‬َ ‫ن‬
َ‫ل‬ُ‫ۦ‬َ‫ر‬ ‫ن‬َ
‫ا‬ََ ‫س‬ ‫و‬‫د‬‫و‬‫س‬َ‫ن‬َٓ ‫ن‬َ
‫ا‬ُِ ‫ن‬
‫و‬‫ي‬‫ف‬َُُِ ‫ن‬ُ‫و‬ََُ‫د‬ُ ‫َس‬َُ ‫ف‬ُ‫ۦ‬َ ‫ف‬َ۟‫ف‬ َ
‫ا‬ َُِٰٓ ‫ن‬ ‫ن‬َ‫م‬ُِ‫س‬ ‫ن‬َ‫و‬َ‫ة‬‫و‬‫َم‬‫س‬َُ ‫ن‬
َ‫ن‬ َ‫د‬َ‫ت‬ُْ ‫ن‬
َ‫ر‬َ‫س‬ُ‫ب‬َ ‫س‬ ‫َف‬‫ل‬‫و‬‫م‬‫و‬‫د‬َََٰٓ ‫ن‬َ ََ
‫َف‬‫ل‬‫و‬‫م‬ َ
‫م‬ُ‫ا‬ ‫ن‬َ
‫م‬َ‫ا‬ ‫ن‬َ ‫و‬‫م‬َٓ ‫َف‬‫ل‬‫و‬‫ي‬َ ‫ن‬َ‫و‬ ‫و‬
َ ‫ن‬َ
‫َا‬ ‫َف‬‫ل‬‫و‬‫م‬َ‫ر‬َ‫ي‬َ‫ت‬َٓ ‫ن‬َ ‫و‬‫َق‬ ‫َف‬‫ل‬‫و‬‫ي‬َ ‫ن‬َ
‫ا‬ََُ‫ق‬ ‫ن‬
ُ‫ر‬َ‫ا‬
“Dan Tuhanmu telah memerintahkan supaya kamu jangan menyembah selain
Dia dan hendaklah kamu berbuat baik pada ibu-bapakmu dengan sebaik-
baiknya. Jika salah seorang di antara keduanya atau kedua-duanya sampai
berumur lanjut dalam pemeliharaanmu, maka sekali-kali janganlah kamu
mengatakan kepada keduanya perkataan "ah" dan janganlah kamu membentak
mereka, dan ucapkanlah kepada mereka ucapan yang mulia.” (QS Al-Isra: 23).
Ketiga, dosa orang yang memutuskan silaturahim. Islam tidak menyukai orang-
orang yang memutuskan tali persaudaraan.
Islam mengancam dan mengecam secara tegas orang-orang yang memutuskan
tali persaudaraan. Dalam hal ini, Rasulullah SAW bersabda dari Abu
Muhammad Jubiar bin Muth’im RA:
‫ْو‬ ‫ۦم‬ََ ‫احلد‬ ‫ن‬
ُ‫ر‬َ‫ه‬َ‫س‬‫و‬‫س‬ ‫ن‬ُ‫ۦو‬ ‫ن‬َ‫ل‬ُ‫ن‬َ‫ع‬‫و‬‫ا‬ ‫يم‬ ‫ر‬ ‫هللا‬ ‫ته‬ ْ ‫ن‬َ‫ب‬ََ ‫رمُإَن‬ ‫ن‬ َ
‫سه‬ ‫ﷺ‬ ‫فإَن‬َ‫ق‬: ‫ا‬ ‫ن‬‫و‬ ‫و‬ َ‫َد‬ُ
‫ن‬َ‫غ‬َ‫ت‬َِ ‫س‬ ‫ن‬َ‫ا‬ُِ‫ف‬َ‫ق‬
“Tidak akan masuk surga orang yang memutus (silaturahim)." (HR Bukhari dan
Muslim).
Islam begitu tegas terhadap hubungan baik sesama manusia. Oleh karena itu,
orang yang tidak mau berbuat baik dan justru memutus persaudaraan, Islam pun
memberikan ancaman yang keras, yakni tidak akan masuk surga sebagai
balasannya. Sungguh mengerikan.
- Terjebak (Istidraj) Kenikmatan
‫ن‬َ‫و‬َْ ‫ن‬َ‫غ‬َ‫س‬َ‫م‬‫و‬ْ ‫ن‬ُ‫و‬َ‫ۦ‬ ‫ن‬
َ‫ر‬ُ‫ا‬‫ف‬َْ ‫ن‬َ‫م‬ُ‫ي‬َ‫ر‬ ‫ن‬‫و‬ َ
‫سه‬ ‫ن‬‫و‬‫ه‬َ‫ت‬َْ، ‫ن‬ُ‫و‬َْ ‫ن‬
ُ‫و‬‫م‬ُ‫س‬َ‫ت‬ ‫س‬ ‫ء‬َ‫َم‬‫ص‬ ‫ن‬‫و‬ َ
‫سه‬ ‫ن‬
ُ‫ه‬َ‫ه‬َ‫م‬َْ ‫لَن‬َ‫م‬ َ
‫َم‬ ‫فإَن‬َ‫ق‬: “‫س‬َُِ۟ ‫ن‬
ََََُ‫ر‬‫ن‬َ‫أ‬
‫ن‬َ َ
‫سه‬ ‫ء‬ ‫ف‬َ‫ن‬َٓ ‫م‬ُ‫ع‬َ‫ن‬‫و‬ُ ‫َدَن‬‫س‬َ‫ن‬َ ‫س‬ ‫وَن‬ُ‫ا‬ ‫َف‬‫ه‬َُ۟‫د‬ ‫س‬ ‫َف‬‫ا‬ ‫ن‬ُ‫ح‬ُ‫ح‬‫و‬ُ ‫ن‬
َُ‫و‬‫َم‬ ‫ن‬َ‫هل‬ُ‫م‬‫و‬‫ا‬ ‫ء‬َ‫م‬َْ ‫ن‬
ُ‫ه‬‫ه‬ُ‫ص‬‫ف‬َ‫ن‬َ‫ا‬ ‫َف‬‫ل‬َُ۟‫ذ‬َ‫ا‬ ‫ن‬
َ‫ل‬ُ َ۟ ‫ن‬
ُ‫ا‬‫ن‬‫و‬‫ه‬َ‫ت‬
17
‫ن‬َْ‫س‬َ‫ر‬ َ‫د‬ُ‫ن‬ َ
‫”سم‬، ‫ن‬َ‫ل‬‫و‬‫م‬ ‫ن‬َ
‫م‬َٓ ‫ن‬‫و‬‫ُإ‬ ‫و‬
‫م‬َ‫ر‬ ‫ن‬
ُ َ
‫سه‬ ‫ء‬َ‫َم‬‫ص‬ ‫ن‬‫و‬ َ
‫سه‬ ‫ن‬
ُ‫ه‬َ‫ه‬َ‫م‬َْ ‫لَن‬َ‫م‬ َ
‫َم‬ : (‫ف‬َ‫ل‬َ‫م‬َ‫ا‬ ‫ُس‬ ‫و‬
‫ا‬َ۟ ‫َف‬‫ا‬ ‫س‬ ‫و‬‫ر‬ُ‫و‬‫ا‬‫و‬۟ ‫ن‬
ُ‫ه‬ُ‫ۦ‬ ‫ن‬
َ‫ن‬َ‫ا‬‫َف‬‫ت‬ َ‫ح‬
‫ن‬َ‫ل‬ُ‫ي‬َ‫ه‬َ‫م‬َْ ‫َسبَن‬َُ‫ۦ‬ََ ‫ن‬ُ‫و‬ ‫و‬‫ا‬ ‫ن‬
َ‫ى‬ َ‫م‬ َ
ٍ ‫ء‬َ‫ن‬َٰٓ ‫س‬َُِ۟ ‫ُس‬‫و‬ُٰٓ‫ر‬َ‫ا‬ ‫َف‬‫ل‬ُ‫ۦ‬ ‫ُس‬‫و‬ٓ
‫و‬
َ ‫ن‬َ‫ل‬‫و‬‫فم‬َ۟ ََْ ََ ‫ن‬َ‫َغ‬‫ن‬َ‫َة‬‫ۦ‬ ‫ن‬
ُ‫ذ‬َ‫ا‬‫س‬َ۟ ‫ن‬َ‫ل‬‫و‬‫م‬ ‫ن‬َ‫ُب‬ ‫و‬
‫ا‬ُ‫م‬َ‫س‬‫و‬‫ا‬(
(‫سي‬ ‫ر‬ ‫)َٰٓلد‬
Dari ‘Uqbah bin ‘Amir ra, Rasulullah saw bersabda: “Bila kamu melihat Allah
memberi pada hamba (perkara) dunia yang diinginkannya, padahal dia terus
berada dalam kemaksiatan kepada-Nya, maka (ketahuilah) bahwa hal itu adalah
istidraj (jebakan berupa nikmat yang disegerakan) dari Allah.” Kemudian
Rasulullah saw membaca ayat yang berbunyi, “Maka tatkala mereka melupakan
peringatan yang telah diberikan kepada mereka, Kami pun membukakan semua
pintu-pintu kesenangan untuk mereka; sehingga apabila mereka bergembira
dengan apa yang telah diberikan kepada mereka, Kami siksa mereka dengan
sekonyong-konyong, maka ketika itu mereka terdiam berputus asa (Qs Al-
An’am: 44).” (HR. Ahmad)
Hadits ini diriwayatkan oleh Ahmad dalam Al-Musnad (28/547) dan Al-Tabrani
dalam Al-Mu’jam Al-Kabir (17/330) dan Al-Mu’jam Al-Ausath (9/110). Hadits
ini juga di-hasan-kan oleh al-‘Iraqi dalam Takhrij Al-Ihya’ (4/162). Dua kritikus
Hadits modern, Syu’aib Al-Arnauth menilai Hadits ini hasan dilihat dari jalur
lain (hasan li-ghairihi) dan al-Albani dalam Shahih al-Jami’ (nomor Hadits 561)
menilainya shahih.
Istidraj secara bahasa bermakna naik dari satu tingkat ke tingkat
selanjutnya. Sedang istidraj dari Allah kepada hamba dapat dipahami sebagai
‘hukuman’ yang diberikan sedikit demi sedikit, tidak secara langsung. Allah
membiarkan hamba ini dan tidak disegerakan hukumannya sebagaimana firman
Allah:
‫ن‬َ‫ل‬‫و‬‫ي‬‫و‬‫س‬ُ‫ر‬ َ‫َد‬‫ن‬ َ
‫َا‬‫ت‬ َ
‫م‬ ‫ن‬َ‫و‬ُ‫ا‬ ‫ن‬‫و‬َْ‫ه‬َٰٓ ‫ن‬
َ‫ا‬ ‫ن‬َ‫ُب‬‫و‬‫ل‬َ‫م‬َ‫َن‬ُ
Artinya: “Nanti Kami akan menghukum mereka dengan berangsurangsur (ke
arah kebinasaan) dari arah yang tidak mereka ketahui.” (Qs Al-Qalam: 44)
18
Al-Munawi dalam Faidh Al-Qadir Syarh Al-Jami Al-Shaghir mengatakan,
perkara dunia yang diinginkan hamba dalam Hadits ini berupa harta, anak, dan
kedudukan. Dengan kenikmatan itu justru hamba tersebut semakin gencar dalam
berbuat maksiat.
Akhirnya Allah berikan hamba tersebut istidraj (jebakan) berupa dibukanya
pintu kenikmatan lain dan hamba tersebut merasa senang dan nyaman dengan
kemaksiatannya disertai dengan hilangnya keinginan bertaubat, apalagi
menyesali perbuatannya. Ibnu Katsir dalam tafsirnya menggambarkan bentuk
kehidupan hamba dalam istidraj ini adalah dibukanya berbagai pintu rezeki dan
sumber penghidupan (kedudukan, jabatan, kehormatan) hingga terperdaya dan
beranggapan diri mereka di atas segala-galanya.
Terdapat lima tahapan yang akan dialami oleh hamba yang tidak
mengindahkan ajaran Islam sebagai sebuah istidraj.
Pertama, Falamma nasuu maa dzukkiru (ketika hamba melupakan
peringatan-peringatan agama). Al Thabari dalam tafsirnya berkomentar
melupakan perintah agama adalah meninggalkan perintah Allah yang
disampaikan Rasulnya. AlRaghib al-Asfahani menjelaskan, melupakan
itu timbul ada kalanya disebabkan oleh hati yang lemah disertai dengan
kelalaian yang disengaja. Artinya, melupakan itu bukan berarti tidak
tahu, tidak ingat atau tidak sadar, tapi juga dalam bentuk kesengajaan,
mungkin karena dianggap ajaran Islam itu tidak sesuai dengan konteks
masyarakat modern atau alasan-alasan sejenisnya.
Kedua, Fatahna ‘alaihim abwaba kulli syai’ (Kami pun membuka
semua pintu kesenangan untuk mereka hamba). Diantara bentuk-bentuk
kesenangan duniawi yang hamba dapatkan adalah dimudahkan
mendapatkan rezeki melimpah di dunia. Hamba tersebut akan
dimudahkan mendapatkan kesenangan duniawi apa saja yang
diinginkannya. Dengan kesenangan-kesenanga tersebut, si hamba selalu
berbuat maksiat, tidak memiliki keinginan bertaubat dan kembali ke
jalan yang benar.
19
Ketiga, Hatta idza farihu bima utu (Hingga bila mereka gembira
dengan apa yang diberikan). Ketika hamba sedang dalam puncak
kebahagiaan menikmati kesenangan duniawinya berupa harta benda,
anak banyak, dan kedudukan tinggi di kalangan manusia, namun
hidupnya masih jauh dari ketaatan, jauh dari rasa empati pada orang lain,
jauh dari masjid dan jauh dari majelis ilmu.
Keempat, Akhadznahum baghtatan (Kami siksa mereka dengan
sekonyong-konyong). Artinya Allah akan menyiksa hamba tersebut di
saat lalai. Qatadah berkomentar, bahwa siksaan yang menimpa suatu
kaum secara tiba-tiba adalah urusan Allah. Dan tidak sekali-kali Allah
menyiksa suatu kaum, melainkan di saat mereka tidak menyadarinya dan
dalam keadaan lalai serta tenggelam dalam kesenangan.
Kelima, Fa idza hum mublisun (ketika itu mereka terdiam putus
asa). Maksudnya, mereka akan putus harapan dari semua kebaikan.
Hamba tersebut telah terperdaya dengan kesenangan duniawi dimana
Hasan al-Basri mengatakan, siapa yang diberi keluasan oleh Allah, lalu
ia tidak menyadari hal itu merupakan ujian baginya, maka dia terperdaya.
Sama halnya seorang yang disempitkan oleh Allah, lalu ia tidak
menyadari dirinya sedang diperhatikan oleh Allah, maka dia juga
terperdaya.
Ketika Allah membiarkan seorang hamba sengaja meninggalkan shalat,
meninggalkan puasa, tidak ada perasaan berdosa ketika bermaksiat seperti saat
membuka aurat, berat untuk bersedekah, merasa bangga dengan apa yang
dimiliki dan mengabaikan semua atau mungkin sebagian perintah Allah, benci
terhadap aturan Allah, merasa umurnya panjang dan menunda-nunda taubat,
enggan menuntut dan menambah pengetahuan (khususnya agama) serta lupa
akan kematian, tapi Allah tetap memberikan hamba tersebut rezeki melimpah,
kesenangan terus menerus, dikagumi dan dipuja puji banyak orang, tidak pernah
diberikan sakit, tidak pernah diberikan musibah, prestasi akademiknya tambah
20
sukses, hidupnya aman-aman saja, maka hamba tersebut harus berhati-hati
karena semuanya itu adalah istidraj.
Keadaan tersebut adalah bentuk kesengajaan dan pembiaran oleh Allah
pada hamba yang sengaja berpaling dari perintah-Nya dan Allah menunda segala
bentuk azab-Nya. Allah membiarkan hamba tersebut semakin lalai dan
diperbudak dunia. Semoga kita dihindarkan dari jenis hamba seperti ini dan
digolongkan oleh Allah sebagai hamba yang bisa menggunakan kenikmatan
duniawi dalam ketaatan.
3. DOSA DAN KRITERIA RIBA BESERTA DALIL-DALILNYA
- Mengenal Riba dan Bahayanya
Riba (‫ابر‬ ‫)وبري‬ secara bahasa artinya bertambah/tambahan, bisa juga
diartikan mengembang atau lebih banyak. Menurut syariat, pengertian riba lebih
luas, yaitu penambahan atau penundaan (meskipun tidak ada penambahan).
Hukum riba adalah haram, berdasarkan Al-Quran dan As-Sunnah serta
ijma’ umat Islam. Allah subhanahu wata’ala berfirman:
‫ي‬‫ا‬ َ‫ي‬ُّ ‫ا‬َ‫ا‬ ‫ا‬ ‫ذي‬‫ا‬‫ي‬ ‫ي‬ ‫ا‬‫م‬‫ي‬ُّ َ‫ي‬‫ي‬ ‫وا‬‫ق‬‫ر‬‫ي‬‫ا‬ ‫ي‬‫و‬ ‫ي‬ َ ‫ا‬ ‫َا‬‫ق‬‫م‬َ‫ا‬‫ا‬ ‫َا‬‫ق‬‫ب‬‫ي‬‫ي‬ِ ‫مذي‬‫ا‬‫ن‬َ ‫ا‬ َ‫ي‬ِّ‫ب‬‫م‬‫ي‬ َ‫م‬ ْ ) ‫تذي‬‫ا‬‫ب‬‫ا‬‫ي‬ُ‫ق‬‫ي‬ ‫ن‬‫ق‬‫ي‬‫ب‬‫ق‬(278) ‫ي‬‫إ‬ ‫َا‬‫ق‬‫م‬‫ي‬ ‫ت‬‫ي‬‫ا‬ ‫ن‬‫ي‬ ‫ي‬‫ا‬‫ف‬‫ي‬‫إ‬ ‫َا‬‫ق‬‫ا‬‫ي‬‫ا‬
)‫َيي‬‫ق‬ْ‫ي‬‫م‬‫م‬‫ق‬‫ا‬ ‫ي‬
‫َّلل‬ ‫ي‬‫و‬ ‫َيي‬‫ق‬ْ‫ا‬‫م‬‫م‬‫ي‬‫ا‬ ‫ي‬
‫َّلل‬ ‫ن‬‫ق‬‫ن‬‫ا‬ ‫ا‬ ‫ي‬َ‫ي‬‫ي‬ ‫ق‬‫وف‬‫ق‬ْ‫ق‬‫ر‬ ‫ن‬‫ق‬‫ن‬‫ي‬‫م‬‫ي‬‫إ‬ ‫ن‬‫ق‬‫ي‬‫و‬‫ق‬‫ا‬ ‫ي‬‫ا‬ ‫ي‬‫و‬ ‫ا‬َ‫ا‬ َ‫ق‬‫م‬ ‫ي‬‫ر‬ ‫ي‬‫و‬ ‫ا‬ َ ‫ا‬ ‫ذي‬‫ا‬‫ي‬ ‫ل‬‫ب‬‫ا‬‫ي‬‫ن‬‫ا‬ُّ279) ‫ن‬‫ي‬ ‫ي‬‫ا‬‫ف‬‫ي‬‫إ‬279
“Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan tinggalkan sisa
riba (yang belum dipungut) jika kamu orang-orang yang benar benar beriman.
Jika kamu tidak mengerjakan (meninggalkan sisa riba), maka ketahuilah, bahwa
Allah dan Rasul-Nya akan memerangimu. Dan jika kamu bertaubat (dari
21
pengambilan riba), maka bagimu pokok hartamu; kamu tidak Menganiaya dan
tidak (pula) dianiaya (Q.S. Al Baqarah: 278-279).
Dosanya adalah mendapat ancaman peperangan dari Allah dan Rasul-Nya.
Hanya ini (riba, pen) yang mendapat ancaman dari dua itu (Allah dan Rasul-
Nya). Hal lain yang mendapat ancaman peperangan dari Allah, yaitu seperti
yang tercantum di Hadits Arba’in: “Barang siapa memusuhi wali-Ku, maka Aku
umumkan perang kepadanya…”
Riba itu aniaya/zalim (dzolim) secara realitasnya, meskipun yang
terzalimi merasa terbantu dan merasa terbantu ini dalah subjektif.
Bagaimanapun juga, mengambil tambahan (dalam perutangan, red) itu adalah
zalim, meskipun sukarela. Riba memang sukarela, kalau tidak sukarela, maka itu
perampokan/perampasan.
Sungguh suatu kemurahan dan kasih sayang dari Allah, jika bertaubat
dari riba, boleh mengambil pokok tanpa peranakannya/bunganya. Kita tidak
diwajibkan memutihkan utang tersebut. Kita tidak perlu membuang semua dari
perutangan yang mengandung riba, masih diperbolehkan mengambil harta yang
pokok/asli.
Allah subhanahu wata’ala juga berfirman:
َ‫ا‬‫ي‬ ‫ا‬ُّ ‫يي‬‫ا‬ ‫ي‬‫ا‬ َ ‫ا‬
‫و‬‫ي‬ْ ‫ا‬ ‫ذي‬‫ا‬‫ي‬ ‫ق‬‫َي‬‫ي‬َ‫ت‬َ‫م‬ ‫ا‬ ‫ق‬َ‫ق‬ََ‫و‬‫ي‬َ‫ي‬‫ي‬‫ي‬‫م‬ ‫ي‬‫ا‬‫ن‬َ ‫ا‬ ‫ق‬‫ل‬َ‫ق‬‫م‬‫ي‬‫م‬ َ‫ي‬ْ‫ي‬( ‫َّلل‬‫ا‬ ‫َيي‬‫ق‬‫ي‬َ‫ق‬‫م‬‫ي‬‫م‬ ‫َّلل‬ َ‫ي‬َُّ‫ا‬‫ا‬ ‫ا‬ ‫َيي‬‫ق‬‫م‬‫ق‬( ‫ي‬‫م‬ ‫مذي‬‫ا‬‫ن‬َ ‫ا‬‫ي‬َْ‫ا‬‫ا‬ ‫َا‬‫ق‬ َ‫ي‬َ ‫ن‬‫ق‬ِّ ‫ق‬‫ل‬‫ب‬‫ا‬‫ي‬ ‫ق‬ُ‫ت‬‫ي‬‫و‬ ‫ا‬ َ
‫ا‬ ‫ق‬ َ ‫ا‬ َ‫ل‬‫ي‬َ‫ي‬ ‫ي‬‫و‬ َ‫ي‬َُّ‫ا‬‫ا‬ ‫ا‬‫ي‬‫ي‬ ‫ي‬‫و‬ ‫ا‬ َ ‫ا‬ ‫ح‬‫ي‬ ‫ا‬ ‫ق‬‫ا‬ ‫ق‬‫ا‬‫ي‬‫ي‬ ‫ي‬‫و‬ ‫ي‬‫م‬‫ي‬‫م‬‫ي‬‫م‬ َ‫ي‬‫ي‬ ‫ق‬َ‫ي‬‫م‬‫ي‬‫إ‬ ‫ح‬‫ي‬ِّ‫ي‬‫ي‬‫َا‬‫ي‬‫إ‬ ‫ا‬ََ‫ا‬ُّ‫ي‬‫ر‬ ‫ذ‬‫ا‬‫ي‬ ْ‫ت‬‫ي‬‫م‬‫ا‬‫ى‬َ‫ي‬‫ي‬ ‫ق‬‫ا‬‫ي‬َْ‫ي‬ ‫ذ‬‫ي‬ْ‫ي‬‫إ‬ َ‫ي‬َُّ‫ا‬‫ا‬ ‫ا‬ ‫ي‬‫ل‬َ‫ا‬‫ي‬َ ‫ي‬‫و‬ ‫ي‬ُ‫ت‬‫ي‬‫و‬ ‫ذ‬ ‫ي‬‫ا‬َ‫ي‬‫ى‬
)‫قويي‬‫ل‬‫ا‬ َ‫ي‬َ َ‫ي‬ِّ‫ت‬‫ا‬‫إ‬ ‫ن‬‫ق‬‫ا‬ ‫ا‬‫َر‬َ‫ب‬ ‫ا‬ ‫ق‬‫َب‬‫ي‬‫ن‬‫ه‬‫ي‬ ‫يي‬‫ا‬‫ل‬‫ي‬ ‫و‬‫ق‬ ‫ي‬‫إ‬275)(‫شفؤالا‬275
“Orang-orang yang makan (mengambil) riba tidak dapat berdiri melainkan
seperti berdirinya orang yang kemasukan syaitan lantaran (tekanan) penyakit
gila. Keadaan mereka yang demikian itu, adalah disebabkan mereka berkata
(berpendapat), Sesungguhnya jual beli itu sama dengan riba, padahal Allah telah
menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba. orang-orang yang telah sampai
kepadanya larangan dari Tuhannya, lalu terus berhenti (dari mengambil riba),
Maka baginya apa yang telah diambilnya dahulu (sebelum datang larangan); dan
22
urusannya (terserah) kepada Allah. orang yang kembali (mengambil riba), Maka
orang itu adalah penghuni-penghuni neraka; mereka kekal di dalamnya.” (QS.
Al-Baqarah: 275).
()‫ل‬‫تن‬‫ا‬َ‫ي‬ ‫ل‬‫َر‬َ‫ت‬‫ي‬( َ‫ل‬‫ق‬( ‫ب‬‫و‬ ‫ا‬‫قن‬‫م‬ ‫ي‬
‫َّلل‬ ‫ق‬ َ ‫ا‬ ‫ي‬‫و‬ ‫ق‬ ‫ا‬‫ت‬َ‫ي‬َ‫ي‬‫ل‬َ‫ا‬ ‫ا‬ ‫ا‬ُّ‫قا‬‫م‬ ‫ي‬‫و‬ َ‫ي‬ُّ ‫ا‬َ‫ا‬ ‫ا‬ ‫ق‬ َ ‫ا‬ ‫ق‬َ‫ي‬‫ن‬ْ‫ي‬‫م‬276
“Allah memusnahkan riba dan menyuburkan sedekah. Dan Allah tidak
menyukai setiap orang yang tetap dalam kekafiran, dan selalu berbuat dosa.”
(Q.S. Al-Baqarah: 276).
Memakan riba maksudnya adalah mengambil dan menerima riba, tidak
hanya terbatas pada menggunakannya untuk makan, tetapi juga untuk membeli
pakaian dan lainnya. Ulama mengatakan bahwa pemakan riba nanti ketika
bangkit dari kubur, jalannya sempoyongan.
Allah berkata berkebalikan dengan pikiran manusia. Allah
memusnahkan/menghancurkan keuntungan riba, padahal dianggap baik oleh
manusia. Pikiran manusia, jika meribakan uangnya, maka akan mendapat
tambahan, akan tetapi Allah mengatakan akan menghancurkannya. Pikiran
manusia, jika menyedekahkan hartanya maka akan membuat berkurang, akan
tetapi Allah mengatakan akan menyuburkan sedekah.
‫ي‬‫ن‬ ‫ي‬‫ا‬‫م‬‫ي‬‫ا‬‫ق‬‫ا‬ ‫ح‬‫ا‬ُّ‫ي‬ ‫ذ‬‫ي‬‫ى‬– َ‫ىب‬ ‫–رهح‬ ‫ا‬َ‫ح‬‫ا‬‫و‬َ‫ب‬ ‫ا‬ ‫ا‬‫ذ‬‫ي‬‫ى‬– ‫وممن‬ َ‫ىمت‬ ‫–همح‬ ‫ي‬‫ل‬َ‫ي‬َ« ‫ا‬ ‫ي‬ُ‫و‬َ‫ا‬ ‫ا‬ ‫قَا‬‫و‬‫ا‬‫ب‬‫ي‬‫ي‬ ‫ا‬ ‫ا‬‫ت‬َ‫ي‬‫م‬‫ا‬َُّ‫ق‬ْ» .
‫ي‬‫ل‬َ‫ي‬َ َ‫ذ‬‫ق‬‫ا‬ َ‫ي‬‫ي‬ ‫ي‬‫و‬ َ ‫ا‬ َ ‫ا‬ ‫ي‬‫ل‬َ‫ق‬‫م‬ ‫ي‬‫ر‬ َ‫ي‬‫م‬ ‫َا‬‫ق‬ َ‫ي‬َ« ‫ا‬‫ي‬َ ‫ا‬ ‫ا‬
‫و‬‫ت‬َ‫ب‬ ‫ا‬ ‫ق‬‫ل‬‫ي‬‫ي‬َ ‫ي‬‫و‬ َ ‫ق‬‫ا‬‫ن‬‫ا‬َ‫ا‬ ‫ا‬ ‫ي‬‫و‬ َ ‫ا‬ َ َ‫ا‬ُّ ‫ق‬ِ‫ا‬‫ا‬َ‫م‬ ‫ا‬‫ي‬‫ن‬ َ‫ا‬ُّ َ‫َّلل‬‫ا‬ ‫ق‬ َ ‫ا‬ ‫ي‬‫ل‬َ‫ا‬‫ي‬َ ‫ح‬ ‫ق‬‫ل‬(‫ي‬ ‫ي‬‫و‬ َ ‫ا‬ََ
‫ا‬‫ت‬‫ي‬ِّ‫ا‬‫إ‬َ‫ي‬، ‫ا‬ ‫ا‬‫ت‬َ‫ي‬‫ب‬‫ا‬‫ي‬ُ‫ق‬ْ ‫ا‬ ‫ا‬‫ت‬َ‫ي‬‫ب‬‫ي‬‫ا‬‫ن‬‫ق‬ْ ‫ا‬ ‫ق‬‫و‬‫ن‬‫ي‬َ ‫ي‬‫و‬ َ ‫ا‬‫م‬ََ‫ل‬ ‫ا‬ ‫ي‬‫ل‬َ‫ي‬‫م‬ ‫ح‬‫ا‬َ ‫ي‬ََ‫ي‬ ‫ا‬ ‫ي‬‫و‬ َ ‫ا‬‫تن‬‫ا‬‫ي‬‫ي‬‫ت‬ ‫ا‬ ‫ا‬‫ل‬َ‫ي‬‫ي‬ ‫ق‬‫ل‬(‫ي‬ ‫ي‬‫و‬ َ َ‫ي‬ُّ ‫ا‬َ‫ا‬ ‫ا‬ » .
Dari Abu Hurairah, Nabi bersabda, “Jauhilah tujuh dosa yang membinasakan!”.
Para shahabat bertanya, “Apa saja tujuh dosa itu wahai rasulullah?”Jawaban
Nabi, “Menyekutukan Allah, sihir, menghabisi nyawa yang Allah haramkan
tanpa alasan yang dibenarkan, memakan riba, memakan harta anak yatim,
meninggalkan medan perang setelah perang berkecamuk dan menuduh berzina
wanita baik baik(yang menjaga dirinya)” [Muttafaq ‘alaih].
23
Menjauhi itu lebih dari sekadar meninggalkan, yakni juga meninggalkan
setiap sarana yang mengantarkan ke hal itu.
Memakan riba larangannya adalah mutlak. Memakan harta anak yatim
terlarang jika zalim. Misalkan orang tuanya miskin, maka hal ini boleh terutama
bagi ibu, jika suaminya meninggal, lalu pembagian warisnya tidak tepat (ibu
mendapat warisan berlebih, red), ibu itu berarti (berpotensi) memakan harta anak
yatim. Hal ini juga menunjukkan pentingnya pembagian
waris dengan tepat.
‫ا‬ َ ‫ا‬ ‫ق‬‫ل‬َ‫ق‬‫م‬ ‫ي‬‫ر‬ ‫ذي‬‫ي‬ ‫ي‬ ‫ي‬‫ل‬َ‫ي‬َ ‫ل‬‫ا‬‫ا‬َُّ‫ي‬ ‫ذ‬‫ي‬‫ى‬-‫وممن‬ َ‫ىمت‬ ‫همح‬- ‫ي‬‫م‬ ‫ن‬‫ق‬‫ا‬ ‫ي‬‫ل‬َ‫ي‬َ ‫ي‬‫و‬ ‫ا‬َ‫م‬‫ي‬‫ل‬‫ا‬‫ا‬َ‫ي‬‫و‬ ‫ي‬‫و‬ ‫ق‬َ‫ي‬‫و‬‫ا‬‫ا‬َ‫ي‬( ‫ي‬‫و‬ ‫ق‬َ‫ي‬‫م‬‫ا‬(َ‫ق‬‫ي‬ ‫ي‬‫و‬ َ‫ي‬ُّ ‫ا‬َ‫ا‬ ‫ا‬ ‫ي‬‫ل‬‫ا‬(ِْْ‫ا‬ ‫ي‬َ
Dari Jabir, Rasulullah melaknat orang yang memakan riba, nasabah riba, juru
tulis dan dua saksi transaksi riba. Nabi bersabda, “Mereka itu sama[1]” [H.R.
Muslim].
Laknat artinya adalah dijauhkan dari kasih sayang Allah subhanahu wata’ala
(tidak Allah sayangi). Kaidah dalam masalah ini yaitu setiap perbuatan yang
ditakut-takuti/diancam dengan laknat adalah dosa besar.
َ َُّ ُّ ‫َي‬ ‫و‬ ‫م‬ ‫و‬ ‫ت‬ َِّ َ َ ُّ‫ا‬ ‫ا‬ : ‫َل‬ َ ‫من‬ ‫م‬ ‫و‬ َ‫ت‬ ‫م‬ ‫ى‬ ‫مح‬ ‫ه‬ ‫و‬ ‫ب‬ ‫ا‬ ‫ىذ‬ : ‫ول‬ ‫ى‬ ‫ىذ‬
َ‫ي‬ ‫ل‬ ‫ا‬ ‫ا‬ ‫نح‬ ‫ب‬ ‫م‬ ‫ي‬ ‫بل‬ ‫ي‬ َ‫ا‬‫اا‬ ‫م‬
Dari Abdullah bin Mas’ud, Nabi bersabda, “Riba itu memiliki 73 pintu. Dosa
riba yang paling ringan itu semisal dosa menzinai/menyetubuhi ibu sendiri”
[H.R. Hakim].
‫ا‬ َ ‫ا‬ ‫ق‬‫ل‬َ‫ق‬‫م‬ ‫ي‬‫ر‬ ‫ي‬‫ل‬َ‫ي‬َ ‫ي‬‫ل‬َ‫ي‬َ ‫ا‬‫ت‬‫ي‬‫ن‬‫ا‬َ‫ي‬ِّ‫ي‬ْ ‫ا‬ ‫ا‬‫ل‬‫ت‬‫ا‬‫ا‬‫ي‬‫ال‬ ‫ي‬‫ت‬‫ي‬‫م‬‫ي‬‫م‬‫ب‬‫ي‬َ ‫ا‬‫ذ‬ُّ ‫ا‬ َ ‫ا‬ ‫ا‬‫ل‬‫و‬‫ي‬‫ى‬ ‫ذ‬‫ي‬‫ى‬-‫وممن‬ َ‫ىمت‬ ‫همح‬- « ‫ي‬‫م‬‫ه‬َُّ ‫ا‬‫ر‬ ‫ق‬‫ن‬‫ي‬‫ا‬‫ر‬‫ا‬‫ا‬ ‫ق‬‫ل‬‫ق‬ َ‫ا‬ ‫ا‬ ‫ق‬َ‫ق‬‫م‬‫ق‬(
‫ذ‬‫ا‬‫ي‬ ‫ب‬‫ل‬‫ي‬‫و‬‫ي‬ ‫ق‬‫ن‬‫ي‬‫م‬ ‫ي‬‫م‬ ‫ي‬َ‫ق‬‫ا‬ ‫ي‬‫و‬ ‫ه‬‫ت‬‫ي‬‫ت‬‫ا‬‫َي‬ ‫تذي‬‫ا‬َ‫ي‬ِّ‫ي‬َ ‫ي‬‫و‬ ‫ل‬‫ت‬َ‫ي‬‫ا‬‫م‬
Dari Abdullah bin Hanzholah[2], Rasulullah bersabda, “Satu dirham uang riba
yang dinikmati seseorang dalam keadaan tahu bahwa itu riba dosanya lebih jelek
dari pada berzina 36 kali” [HR Ahmad].
24
‫ذ‬‫ي‬‫ى‬ ‫ل‬‫ا‬َ‫ق‬ ‫ا‬‫ي‬‫ي‬ ‫ا‬‫ذ‬ُّ‫ا‬ ‫ذ‬‫ي‬‫ى‬ ‫ا‬َ ‫ح‬‫ي‬ ‫ا‬ ‫ا‬‫ا‬ ‫ا‬‫ا‬‫ي‬‫ي‬ ‫ق‬‫ت‬‫ي‬‫و‬‫ا‬ََ‫ي‬‫ى‬ ‫َيي‬‫ي‬( َ
‫َّلل‬‫ا‬ َ‫ي‬ُّ ‫ا‬َ‫ا‬ ‫ا‬ ‫ذ‬‫ا‬‫ي‬ ‫ي‬‫ا‬‫ي‬‫ب‬(‫ي‬ ْ‫ل‬‫ي‬َ‫ي‬ َ‫ي‬‫ي‬ ‫ي‬‫ل‬َ‫ي‬َ ‫ي‬‫ن‬َ‫م‬‫ي‬‫م‬ ‫ي‬‫و‬ ‫ا‬َ‫ت‬‫ي‬‫م‬‫ي‬‫ى‬ ‫ق‬ َ ‫ا‬ ‫ح‬َ‫م‬‫ي‬‫ه‬ ‫ا‬َ ‫ا‬‫و‬َ‫ب‬ ‫ا‬‫ل‬‫ت‬َ‫م‬
Dari Ibnu Mas’ud, Nabi bersabda, “Tidaklah seorang itu memperbanyak harta
dari riba kecuali kondisi akhirnya adalah kekurangan/kemiskinan” [H.R. Ibnu
Majah].
Macam-macam Riba
Pada dasarnya, riba terbagi menjadi dua macam: riba karena penundaan dan riba
karena selisih/kelebihan.
Riba karena penundaan=nasi’ah (َ‫اتل‬َ‫ب‬ ‫)ا‬ dapat diartikan dengan tambahan yang
disyaratkan yang diambil/diterima dari orang yang diutangi sebagai kompensasi
dari penundaan pelunasan (termasuk di dalamnya riba jahiliyah). Riba ini bisa
terjadi karena penundaan saja atau penundaan sekaligus dengan tambahan.
Riba jahiliyah adalah salah satu model riba, yaitu ketika jatuh tempo, tidak bisa
melunasi, lalu jatuh tempo ini diundur, dengan syarat ada penambahan
pembayaran. Namun, jika dapat dilunasi pada saat jatuh tempo yang pertama,
maka tidak ada penambahan. Ini model rentenir jahiliyah.
Riba modern lebih kejam daripada riba jahiliyahnya orang jahiliyah. Riba
modern, dari jatuh tempo pertama sudah diwajibkan membayar tambahan. Kalau
riba jahiliyah, jatuh tempo pertama gratis dari uang administrasi dan
semacamnya. Riba modern, belum terima uang sudah harus bayar. Misal, pinjam
lima juta rupiah, dapatnya empat juta lima ratus ribu. Baru menerima, sudah
langsung terkena ribanya, dianggapnya utang lima juta rupiah.
Riba jenis ini haram berdasarkan Quran, Sunnah, dan ijma’ umat Islam.
Riba karena selisih=riba fadhl ((‫)لضولا‬, ini terdapat dalam dunia
perdagangan, tepatnya pada barter, akan tetapi tidak semua barter, hanya barter
pada barang-barang tertentu saja (komoditas ribawi). Yakni barter uang dengan
uang atau bahan makanan dengan bahan makanan, dengan ada penambahan.
25
Riba ini haram berdasarkan hadits dan ijma’. Pada awalnya ada ikhtilaf,
yakni Ibnu Abbas membolehkannya, tetapi akhirnya beliau rujuk dan meralat
pendapatnya, dan hasilnya ulama sepakat bahwa ini tidak boleh, riba ini dinilai
menjadi sarana menuju riba nasi’ah.
Tidak terjadi riba dalam dunia barter kecuali dengan enam benda ribawi.
Dalam hadits hanya ada enam benda ribawi. Ada perselisihan apakah riba hanya
pada enam benda tersebut atau bisa dilebarkan ke benda yang lainnya. Pendapat
yang lebih kuat adalah enam benda tersebut bisa dilebarkan kepada benda yang
sejenis dan semisal.
Enam jenis benda ribawi tersebut adalah emas, perak, gandum bur, gandum
sa’ir, kurma, dan garam. Hal ini sebagaimana hadits:
‫ق‬‫م‬ ‫ي‬‫ر‬ ‫ي‬‫ل‬َ‫ي‬َ ‫ي‬‫ل‬َ‫ي‬َ ‫ا‬ ‫ا‬‫َي‬َ‫ا‬ ‫ا‬ ‫ا‬‫ذ‬ُّ ‫ي‬‫ن‬‫ي‬‫ا‬َ‫ي‬‫و‬‫ق‬‫ى‬ ‫ذ‬‫ي‬‫ى‬ ‫ا‬ َ ‫ا‬ ‫ق‬‫ل‬َ-‫وممن‬ َ‫ىمت‬ ‫همح‬- « ‫ا‬‫ت‬ َ‫ا‬ُّ ‫ق‬‫ت‬َ‫ل‬‫ا‬‫ت‬ ‫ا‬ ‫ي‬‫و‬ ‫ا‬‫و‬‫ي‬‫ا‬َ‫ن‬ َ‫ا‬ُّ ‫ق‬‫يو‬‫ا‬َ‫ن‬ ‫ا‬ ‫ب‬‫قا‬‫و‬ ‫ا‬ ‫ي‬‫و‬ ‫ا‬‫ت‬َ‫ل‬
‫ها‬‫ل‬‫ي‬‫م‬ ‫اْل‬ ‫ي‬َ‫ي‬‫ا‬‫ا‬ُّ ‫ه‬ْ‫ا‬ ‫ي‬َ‫ي‬‫م‬ ‫ل‬‫ل‬‫ب‬‫ا‬ْ‫ا‬ُّ ‫ه‬ِّ‫ب‬‫ا‬‫ي‬ ‫ا‬‫ح‬‫م‬‫ا‬ْ َ‫ا‬ُّ ‫ق‬‫ح‬‫م‬‫ا‬ْ ‫ا‬ ‫ي‬‫و‬ ‫ا‬‫ا‬َْ‫ي‬ َ‫ا‬ُّ ‫ق‬‫ا‬َْ‫ي‬ ‫ا‬ ‫ي‬‫و‬ ‫ا‬‫تا‬‫ا‬ َ‫م‬ َ‫ا‬ُّ ‫ق‬‫تا‬‫ا‬ َ‫م‬ ‫ا‬ ‫ي‬‫و‬ ‫ا‬َ‫قا‬‫و‬ َ‫ا‬ُّ ‫ي‬‫ا‬‫ا‬‫ف‬‫ي‬‫إ‬ ‫ل‬‫ل‬‫ي‬‫ت‬‫ا‬ُّ ‫ا‬‫ا‬‫ا‬‫ن‬‫ي‬‫ا‬ ‫ي‬‫ت‬‫ي‬‫م‬‫ي‬‫ي‬َ‫ا‬ ‫ا‬
‫ا‬‫ل‬‫ل‬‫ي‬‫ت‬‫ا‬ُّ ‫ها‬‫ل‬‫ي‬‫م‬ ‫َيي‬‫ي‬( ‫ا‬‫ي‬‫ا‬‫ا‬ ‫ن‬‫ق‬‫ي‬‫ل‬‫ا‬‫و‬ ‫ي‬‫م‬‫ت‬‫ي‬( ‫َا‬‫ق‬ ‫ت‬‫ا‬‫و‬‫ي‬‫إ‬ ‫ق‬‫يَو‬‫ب‬‫ه‬‫ي‬ٍ
Dari Ubadah bin Shamit, Rasulullah bersabda, “Jika emas dibarter dengan emas,
perak dibarter dengan perak, gandum burr dibarter dengan gandum burr, gandum
sya’ir dibarter dengan gandum sya’ir, kurma dibarter dengan kurma, garam
dibarter dengan garam maka takarannya harus sama dan tunai. Jika benda yang
dibarterkan berbeda maka takarannya sesuka hati kalian asalkan tunai.” [H.R.
Muslim].
Maka emas jika dibarter dengan emas, tidak boleh melihat karat, tidak
boleh melihat kualitas, yang dilihat hanya takaran/timbangan, dan menurut
pendapat yang paling kuat, tidak juga melihat bentuk, entah berbentuk batangan
ataupun perhiasan. Kalau ingin dibarter, menurut aturan syariat, harus rela
seperti itu. Lima gram emas dibarter dengan lima gram emas,
26
meskipun kualitas berbeda. Jika tidak rela, mungkin karena harganya berbeda,
maka jangan dibarter. Silakan jual emas tersebut, lalu uang yang didapat
gunakan untuk membeli seperti apa yang diinginkan.
Demikian juga perak dengan perak. Namun jika emas dengan perak,
maka boleh berbeda takaran/timbangannya, tetapi keduanya tetap harus
diserahkan pada saat itu juga. Maka jika terdapat barter, bendanya sejenis, maka
ada dua yang dilarang, yaitu haram adanya selisih dan haram adanya penundaan.
Maka tidak boleh tidak, harus ada kesamaan dalam timbangan dan waktu
penyerahan dengan menutup mata terhadap kualitas. Meskipun beda karat itu
dianggap beda dalam pandangan manusia, akan tetapi hal itu tidak dianggap
dalam pandangan syariat.
‫لري‬‫ق‬َ ‫ا‬ ‫تل‬‫ا‬ ‫ي‬‫م‬ ‫ح‬‫ا‬ُّ‫ي‬ ‫ذ‬‫ي‬‫ى‬– َ‫ىب‬ ‫–رهح‬ ‫ا‬ َ ‫ا‬ ‫ق‬‫ل‬َ‫ق‬‫م‬ ‫ي‬‫ر‬ َ‫ي‬ – ‫وممن‬ َ‫ىمت‬ ‫–همح‬ َ‫ق‬ ‫ت‬‫ا‬‫و‬‫ي‬‫ا‬ ‫ي‬‫َّلل‬ ‫ي‬‫ل‬َ‫ي‬َ ‫ي‬‫يو‬‫ا‬َ‫ن‬ ‫ا‬ ‫ا‬
‫ا‬‫ي‬ َ
‫َّلل‬‫ا‬ ‫ا‬ ‫ا‬‫ر‬ ‫ي‬َ َ‫ا‬ُّ ‫ي‬ ‫ا‬‫ر‬ ‫ي‬َ ‫ا‬ ‫َا‬‫ق‬ ‫ت‬‫ا‬‫و‬‫ي‬‫ا‬ ‫ي‬‫َّلل‬ ‫ي‬‫و‬ َ ‫ل‬ ‫ي‬ُّ ‫ح‬‫ي‬‫م‬‫ي‬‫ى‬ َ‫ي‬ِّ‫ي‬‫ل‬ ‫ي‬ُّ ‫َا‬‫ب‬‫ت‬‫ا‬‫م‬‫ق‬‫ا‬ ‫ي‬‫َّلل‬ ‫ي‬‫و‬ َ‫ل‬‫ل‬‫ب‬‫ا‬ْ‫ا‬ُّ ‫ه‬
ِّ‫ب‬‫ا‬‫ي‬ َ
‫َّلل‬‫ا‬ ‫ا‬‫و‬‫ي‬‫ا‬َ‫ن‬ َ‫ا‬ُّ‫ب‬‫ا‬ْ‫ا‬ُّ ‫ه‬
ِّ‫ب‬ ‫َا‬‫ب‬‫ت‬‫ا‬‫م‬‫ق‬‫ا‬ ‫ي‬‫َّلل‬ ‫ي‬‫و‬ َ‫ل‬‫ل‬
‫ل‬‫ل‬ ‫ا‬ َ‫ي‬‫ب‬‫ا‬ُّ َ‫ه‬‫و‬‫ا‬ََ‫ي‬‫ال‬ َ‫ي‬ِّ‫ب‬‫ا‬‫ي‬ ‫َا‬‫ق‬ ‫ت‬‫ا‬‫و‬‫ي‬‫ا‬ ‫ي‬‫َّلل‬ ‫ي‬‫و‬ َ ‫ل‬ ‫ي‬ُّ ‫ح‬‫ي‬‫م‬‫ي‬‫ى‬ َ‫ي‬ِّ‫ي‬‫ل‬ ‫ي‬ُّ
Dari Abu Sa’id Al Khudri radhiyallahu’anhu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi
wasallam bersabda: “Janganlah kalian menjual emas dengan emas, kecuali
beratnya sama (semisal dengan semisal).
Jangan melebihkan berat yang satu melebihi berat lainnya. Janganlah kalian
menjual perak dengan perak, kecuali beratnya sama. Jangan melebihkan berat
yang satu melebihi berat lainnya. Dan janganlah menukar emas-perak yang satu
tunai sementara yang satu terutang/tertunda.” [HR. Bukhari].
َ
‫َّلل‬‫ا‬ َ‫ه‬ُّ ‫ا‬‫ر‬ ‫ا‬‫و‬‫ي‬‫ا‬َ‫ن‬ َ‫ا‬ُّ ‫ق‬‫يو‬‫ا‬َ‫ن‬ ‫ا‬ :‫ي‬‫ل‬َ‫ي‬َ ‫ي‬‫ن‬َ‫م‬‫ي‬‫م‬ ‫ي‬‫و‬ ‫ا‬َ‫ت‬‫ي‬‫م‬‫ي‬‫ى‬ ‫ق‬ َ ‫ا‬ ‫ح‬َ‫م‬‫ي‬‫ه‬ َ‫ا‬ ‫ا‬‫و‬َ‫ب‬ ‫ا‬ ‫ذ‬‫ي‬‫ى‬ َ‫ي‬ْ‫ق‬ِّ‫ب‬‫ي‬‫ى‬ ‫ق‬ َ ‫ا‬ ‫ي‬ ‫ا‬
‫ه‬ ‫ي‬‫ر‬ ‫ي‬‫ا‬‫ي‬ْ‫ق‬‫ى‬ ‫ذ‬‫ي‬‫ى‬‫ب‬‫قا‬‫و‬ ‫ا‬ ‫ي‬َْ‫ي‬‫ا‬ ‫ي‬‫و‬ ‫ي‬َْ‫ي‬‫ا‬ َ‫ا‬‫قا‬‫و‬ َ‫ا‬ُّ
‫ي‬َْ‫ي‬‫ا‬ ‫ي‬‫و‬ ‫ي‬َْ‫ي‬‫ا‬ َ
‫َّلل‬‫ا‬ َ‫ه‬ُّ ‫ا‬‫ر‬ ‫ي‬َْ‫ي‬‫ا‬ ‫ي‬‫و‬ ‫ي‬َْ‫ي‬‫ا‬ َ
‫َّلل‬‫ا‬ َ‫ه‬ُّ ‫ا‬‫ر‬ ‫ا‬‫ا‬َْ‫ي‬ َ‫ا‬ُّ ‫ق‬‫ا‬َْ‫ي‬ ‫ا‬ ‫ي‬‫و‬ ‫ي‬َْ‫ي‬‫ا‬ ‫ي‬‫و‬ ‫ي‬َْ‫ي‬‫ا‬ َ
‫َّلل‬‫ا‬ َ‫ه‬ُّ ‫ا‬‫ر‬ ‫ا‬‫تا‬‫ا‬ َ‫م‬ َ‫ا‬ُّ ‫ق‬‫تا‬‫ا‬ َ‫م‬ ‫ا‬ ‫ي‬‫و‬
27
Dari ‘Umar radhiyallaahu ‘anhumaa, Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam
bersabda: “Emas ditukar dengan emas adalah riba kecuali dengan kontan,
gandum bur ditukar dengan gandum bur adalah riba kecuali secara kontan,
gandum sya’iir/jewawut ditukar dengan gandum sya’iir adalah riba kecuali
secara kontan, dan kurma ditukar dengan krma adalah riba kecuali secara
kontan”
[Muttafaq ‘alaih].
Dari Abu Sa’id, ia berkata, “Pada masa Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam
kami pernah diberi kurma jama’ (yaitu) kurma campuran (antara yang bagus
dengan yang jelek), maka kami menjualnya dua sha’ dengan satu sha’. Berita
tersebut sampai kepada Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam maka beliau
bersabda:
‫ا‬‫ذ‬‫ت‬‫ي‬ْ‫ي‬‫ا‬‫ر‬‫ا‬‫ل‬‫ا‬ُّ ‫ي‬‫ن‬‫ي‬‫ا‬‫ر‬‫ا‬‫ا‬ ‫ي‬‫َّلل‬ ‫ي‬‫و‬ ‫ل‬‫َص‬‫ي‬‫ا‬‫ا‬ُّ ‫ل‬‫ت‬‫ي‬َ‫ب‬ ‫ا‬َ ‫ي‬‫ى‬َ‫ي‬‫ه‬ ‫ي‬‫َّلل‬ ‫ي‬‫و‬ ‫ل‬‫َص‬‫ي‬‫ا‬‫ا‬ُّ ‫ل‬‫ا‬ْ‫ي‬‫ا‬ ‫ي‬‫ى‬َ‫ي‬‫ه‬ ‫ي‬‫َّلل‬.
“Janganlah menjual dua sha’ kurma dengan satu sha’ dan jangan pula menjual
dua sha’ gandum dengan satu sha’ dan jangan pula satu dirham dengan dua
dirham.” [Muttafaq ‘alaih]
Namun jika jenis dari enam benda ribawi ini dibarter dengan yang tidak
sejenis, misalnya emas dengan perak, gandum bur dengan gandum sya’iir, maka
boleh ada selisih takaran/timbangan dengan syarat semuanya harus diserahkan
dalam majelis/kontan. Hal ini berdasarkan sabda Nabi shallallahu ‘alaihi
wasallam pada hadits ‘Ubadah yang telah lewat: “Jika benda yang dibarterkan
berbeda maka takarannya sesuka hati kalian asalkan tunai.”
Hal ini juga karena sabda beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam dalam hadits
‘Ubadah yang terdapat dalam riwayat Abu Dawud dan yang lainnya:
28
‫ي‬‫ف‬ ‫ي‬ُّ ‫ي‬‫َّلل‬ ‫ي‬‫و‬ ,‫ي‬ِّ‫ي‬‫إ‬ ‫ق‬‫ت‬‫ي‬‫ل‬‫ت‬‫ا‬‫ا‬‫ي‬‫ا‬ ََ‫ي‬‫ي‬ ,‫ل‬‫ل‬‫ي‬‫ت‬‫ا‬ُّ ‫ها‬‫ل‬‫ي‬‫م‬ ,َ‫ي‬ْ‫ق‬‫ا‬‫ق‬‫ا‬‫ي‬‫ب‬(‫ي‬ ‫ق‬‫ت‬َ‫ل‬‫ا‬‫ت‬ ‫ا‬ ‫ي‬‫و‬ َ‫ا‬‫ت‬َ‫ل‬‫ا‬‫ت‬ َ‫ا‬ُّ ‫ا‬‫و‬‫ي‬‫ا‬َ‫ن‬ ‫ا‬ ‫ا‬ُ‫ت‬‫ي‬‫و‬‫ا‬ُّ ‫ي‬‫ف‬ ‫ي‬ُّ ‫ي‬‫َّلل‬ ‫ي‬‫و‬ ‫ا‬ُ‫ت‬‫ي‬‫و‬‫ا‬ُّ ‫ق‬‫و‬ ‫ا‬ ‫ق‬‫ا‬‫ت‬‫ا‬ َ‫م‬ ‫ا‬ ‫ي‬‫و‬ َ ‫ا‬‫ا‬‫ت‬‫ا‬ َ‫م‬ َ‫ا‬ُّ َ‫ا‬‫ا‬
‫ي‬ِّ‫ي‬‫إ‬ ‫ق‬‫ت‬‫ي‬‫ل‬‫ت‬‫ا‬‫ا‬‫ي‬‫ا‬ ََ‫ي‬‫ي‬ ‫ي‬‫و‬ َ‫ل‬‫ل‬‫ي‬‫ت‬‫ا‬ُّ ‫ها‬‫ل‬‫ي‬‫م‬ َ‫ي‬ْ‫ق‬‫ا‬‫ق‬‫ا‬‫ي‬‫ب‬(‫ي‬ .
“Tidak mengapa menjual emas dengan perak dengan jumlah perak lebih banyak
(apabila) langsung serah terima/kontan, adapun dengan cara nasi’ah
(ditangguhkan serah terimanya), maka tidak boleh. Dan tidak mengapa menjual
gandum bur dengan sya’ir dengan jumlah sya’ir lebih banyak (apabila) langsung
serah terima, adapun dengan cara nasi’ah maka tidak boleh.” [H.R. Abu Dawud]
Dari enam benda ribawi tadi dapat dikelompokkan menjadi dua.
Kelompok pertama terdiri dari emas dan perak. Kelompok kedua terdiri dari
bahan makanan. Beda kelompok dalam istilah fiqih dikenal dengan beda illat.
Kelompok 1:
 Emas
 Perak
Kelompok 2:
 Gandum bur
 Gandum sya’ir
 Kurma
 Garam
Jika barter beda kelompok, maka dua aturan tadi tidak berlaku.
Timbangannya boleh berbeda dan tidak harus semuanya saat itu juga, boleh
salah satu diserahkan belakangan.namun tidak boleh dua-duanya tidak ada, dan
ini adalah aturan jual beli secara umum, baik benda ribawi maupun bukan benda
ribawi. Jika keduanya diserahkan tertunda maka jual belinya batal/tidak sah,
dengan sepakat para ulama. Hal ini disebut bai’ dain bid dain (jual beli tertunda
dengan tertunda), jual beli ini haram dan transaksi tidak sah.
Dari ‘Aisyah Radhiyallahu anhuma :
‫ق‬َ‫ي‬‫ى‬‫ر‬‫ا‬‫ا‬ ‫ق‬َ‫ي‬‫ب‬‫ي‬‫ا‬‫ي‬‫ر‬ ‫ي‬‫و‬ ‫ل‬‫ل‬‫ي‬ ‫ي‬ ‫ح‬‫ي‬ ‫ا‬ َ‫ل‬‫ي‬‫ا‬‫ا‬َ‫ق‬ِّ‫ي‬‫م‬ ‫ذ‬‫ا‬‫ي‬ َ‫ه‬‫ي‬َ‫ي‬ ‫ي‬َ ‫م‬‫ي‬‫ا‬‫ي‬‫ي‬‫او‬‫ا‬ ‫ي‬‫ن‬َ‫م‬‫ي‬‫م‬ ‫ي‬‫و‬ ‫ا‬َ‫ت‬‫ي‬‫م‬‫ي‬‫ى‬ ‫ق‬ َ ‫ا‬ ‫ح‬َ‫م‬‫ي‬‫ه‬ َ ‫ا‬‫و‬َ‫ب‬ ‫ا‬ َ‫ي‬‫ي‬ .
29
“Bahwa Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam membeli makanan (yakni gandum)
dari seorang Yahudi dengan (pembayaran) tempo, dan beliau menggadaikan
baju perangnya kepadanya.” [H.R. Bukhari]
Maka, benda ribawi yang ada dalilnya hanya enam. Menurut pendapat
yang kuat, enam benda ini bisa kita lebarkan kepada yang lain. Untuk kelompok
pertama kita lebarkan kepada mata uang dan masing-masing mata uang itu jenis
sendiri, rupiah sendiri, dolar sendiri. Untuk kelompok yang kedua, kita lebarkan
kepada semua yang dimakan dan cara transaksinya ditakar atau ditimbang. Maka
ponsel, motor, dan sebagainya itu bukan benda ribawi.
Aturan mainnya ada tiga kaidah:
Jika satu jenis, maka harus tutup mata dari kualitas, harus sama takaran
dan timbangannya, dan harus saling menyerahkan saat transaksi dilakukan
(tunai). Contoh: beras menthik wangi dengan raja lele, rupiah dengan rupiah.
Lain jenis tapi satu kelompok, maka berbeda takaran tidak mengapa, tetapi
semuanya harus diserahkan saat transaksi berlangsung. Contoh: rupiah dengan
real, rupiah dengan emas, beras dengan jagung.
Beda jenis dan antar kelompok, maka tidak harus sama takaran, dan
boleh kredit atau salah satunya tertunda. Contoh: rupiah dengan beras.
Tidak diperbolehkan membarter kurma basah (ruthob) dengan kurma kering
(tamr), kecuali untuk suatu transaksi yang bernama ‘aroya (‫)ايارصلا‬. ‘Aroya
adalah orang-orang miskin yang tidak punya pohon kurma. Maka boleh saja
mereka membeli kurma dari pemilik kebun kurma dalam kondisi basah dengan
cara mereka menukarnya dengan kurma kering dengan taksiran. Pada asalnya,
kurma adalah benda ribawi, barternya harus dengan takaran sama dan
penyerahannya tunai, namun pada masalah ini ada pengecualian.
30
Kurma basah biasanya dijadikan sebagai makanan pencuci mulut,
sedangkan kurma kering dijadikan sebagai makanan pokok. Orang miskin yang
hanya mempunyai kurma kering, tidak punya pohon kurma, tidak punya uang,
dan ingin membeli kurma basah maka diperbolehkan membarterkan kurma
keringnya dengan kurma basah dengan taksiran. Kurma basah, kalau nanti
kering, ditaksir jadi berapa. Misalkan kurma basah lima kilogram jika kering
menjadi tiga kilogram, maka boleh membarter kurma basah lima kilogram
dengan kurma kering tiga kilogram pada kasus ini.
Dari ‘Abdullah bin ‘Umar Radhiyallahu anhuma :
‫ي‬َْ‫ب‬ ‫ا‬ ‫ق‬ُ‫ت‬‫ي‬ُّ ‫ق‬‫ت‬‫ي‬‫ب‬‫ي‬ُّ‫ا‬‫لي‬‫ق‬ْ ‫ا‬ ‫ي‬‫و‬ َ‫ا‬‫ت‬‫ي‬‫ب‬‫ي‬ُّ‫ا‬‫لي‬‫ق‬ْ ‫ا‬ ‫ا‬‫ذ‬‫ي‬‫ى‬ ‫ح‬‫ي‬ِّ‫ي‬‫ا‬ ‫ي‬‫ن‬َ‫م‬‫ي‬‫م‬ ‫ي‬‫و‬ ‫ا‬َ‫ت‬‫ي‬‫م‬‫ي‬‫ى‬ ‫ق‬ َ ‫ا‬ ‫ح‬َ‫م‬‫ي‬‫ه‬ ‫ا‬ ‫ي‬‫ل‬َ‫ق‬‫م‬ ‫ي‬‫ر‬ َ‫ي‬‫ي‬ ‫ق‬ُ‫ت‬‫ي‬ُّ ‫ي‬‫و‬ ‫ه‬ِّ‫ت‬‫ي‬( ‫ا‬‫ا‬َْ‫ي‬ َ‫ا‬ُّ ‫ا‬‫ا‬ ‫ا‬‫و‬‫ت‬‫ا‬َُّ‫ل‬ َ‫ا‬ُّ ‫ا‬‫ل‬‫ا‬‫ي‬‫ن‬ ‫ا‬
‫ه‬ِّ‫ت‬‫ي‬(.
“Bahwa Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam melarang muzabanah (yaitu)
menjual kurma basah dengan tamr (kurma kering) dengan takaran dan menjual
anggur basah dengan anggur kering dengan takaran.” [Muttafaq ‘alaih]
Muzabanah adalah barter kurma basah dengan kurma kering, demikian
juga barter anggur dengan kismis, dengan memakai takaran. Maka pada
dasarnya, barter kurma basah dengan kurma kering adalah dilarang, tetapi ada
keringanan untuk kasus ‘aroya.
Dari Zaid bin Tsabit Radhiyallahu anhu :
َْ‫ي‬ ‫ا‬ ‫ذ‬‫ا‬‫ي‬ َ‫ي‬ِّ ‫ا‬
‫ه‬‫يا‬َ‫ا‬ُّ َ‫ي‬ِّ‫ي‬ ‫ت‬‫ا‬‫و‬‫ي‬‫م‬ ‫ي‬‫ي‬ ‫ا‬‫ت‬َ‫م‬ ‫ا‬‫ا‬‫ي‬ ‫ا‬ ‫ا‬‫و‬ ‫ا‬ََ‫ي‬‫ا‬‫ا‬ ‫ي‬‫ل‬ََ‫ي‬‫ر‬ ‫ي‬‫ن‬َ‫م‬‫ي‬‫م‬ ‫ي‬‫و‬ ‫ا‬َ‫ت‬‫ي‬‫م‬‫ي‬‫ى‬ ‫ق‬ َ ‫ا‬ ‫ح‬َ‫م‬‫ي‬‫ه‬ ‫ا‬ ‫ي‬‫ل‬َ‫ق‬‫م‬ ‫ي‬‫ر‬ َ‫ي‬‫ي‬ ‫ا‬‫ا‬
“Bahwa Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam memberi keringanan bagi
shohibul ariyah untuk membeli kurma basah dengan memperkirakan
(takarannya) dengan tamr (kurma kering).” [Muttafaq ‘alaih]
31
Dari Sa’id bin Abi Waqqash Radhiyallahu anhu :
‫ا‬‫ي‬‫ا‬‫ا‬ ‫ق‬‫و‬‫ي‬َ‫ب‬‫ا‬ ‫ا‬ ‫ق‬‫ل‬‫ق‬‫م‬‫ب‬‫ي‬‫م‬‫ي‬ ‫ي‬‫ل‬َ‫ي‬‫م‬‫ي‬‫إ‬ ‫ا‬‫ا‬َْ‫ي‬ َ‫ا‬ُّ ‫ا‬‫و‬‫ي‬َ‫ب‬‫ا‬ ‫ا‬ ‫ا‬ُ‫ت‬‫ي‬ُّ ‫ذ‬‫ي‬‫ى‬ ‫ي‬‫ل‬‫ا‬‫ل‬‫ق‬‫م‬ َ ‫ا‬‫و‬َ‫ب‬ ‫ا‬ َ‫ي‬‫ي‬ ‫يي‬‫ا‬ ‫ا‬ ‫ذ‬‫ي‬‫ى‬ ‫ح‬‫ي‬ِّ‫ي‬‫ب‬‫ي‬‫إ‬ ‫ن‬‫ي‬ ‫ي‬‫ا‬ :‫ا‬َ‫ق‬ َ‫ي‬َ ‫ن‬ ‫ي‬‫و‬‫ا‬‫و‬‫ي‬‫م‬.
“Bahwa Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam ditanya tentang menjual ruthab
dengan tamr, maka beliau menjawab, ‘Bukankah ruthab akan menyusut apabila
mengering?’ Mereka menjawab, ‘Ya.’ Maka beliau melarangnya.” [H.R. Abu
Dawud, Ibnu Majah, an-Nasai, at-Tirmidzi]
Transaksi ‘aroya diperbolehkan dengan besaran yang dibatasi. Maksimal lima
wasaq.
Tidak diperbolehkan barter benda ribawi dengan benda ribawi namun bersama
keduanya atau salah satunya terdapat jenis atau benda yang lain.
‫ي‬‫إ‬ َْ‫ي‬‫يا‬َ ‫ي‬‫و‬ ْ‫يو‬‫ا‬‫ي‬‫ا‬ َ‫ي‬ِّ‫ت‬‫ا‬‫إ‬ ‫ا‬‫ه‬‫يَر‬‫ب‬‫م‬‫ا‬‫ا‬ ‫ي‬‫يا‬‫م‬‫ي‬‫ى‬ ‫ي‬‫ب‬ََ‫ا‬ُّ ‫ه‬‫ن‬‫ي‬‫ا‬ ‫ي‬
ِّ‫ا‬َ ‫ي‬‫ا‬‫ي‬‫و‬‫يت‬َ ‫ي‬‫ل‬َ‫ي‬‫م‬ ‫ق‬ ‫م‬‫ي‬‫ا‬‫ي‬‫ي‬‫او‬ ‫ي‬‫ل‬َ‫ي‬َ ‫ل‬‫ل‬‫ت‬‫ي‬‫و‬‫ق‬‫ى‬ ‫ا‬‫ذ‬ُّ ‫ي‬‫ت‬‫ي‬ َ‫ي‬‫ل‬‫ي‬‫إ‬ ‫ذ‬‫ي‬‫ى‬‫م‬َ‫ا‬‫ي‬‫ت‬ َ‫ي‬ِّ‫ت‬‫ا‬‫إ‬ ‫ق‬‫ت‬‫ل‬‫ي‬ ‫ي‬َ‫ي‬‫إ‬ َ‫ي‬ِّ‫ق‬‫ي‬
َ‫ب‬‫م‬‫ا‬ ‫يي‬‫ا‬ ‫ي‬‫ا‬ ‫ق‬‫ت‬‫ا‬‫ي‬(‫ي‬‫ن‬‫ي‬‫إ‬ ‫ا‬‫ه‬‫يَر‬‫ب‬‫م‬‫ا‬‫ا‬ ‫ي‬‫يا‬‫م‬‫ي‬‫ى‬ ‫ي‬‫ب‬َ‫ا‬ ‫ذ‬‫ا‬‫ي‬ ‫ي‬‫ا‬‫ي‬‫ب‬(‫ي‬ َ‫ا‬‫ي‬‫ت‬‫ق‬‫ا‬ ‫ح‬َ‫ي‬‫ي‬َ ‫ق‬‫ص‬َ‫ي‬‫و‬‫ق‬‫ا‬ ‫ي‬
‫َّلل‬ ‫ي‬‫ل‬َ‫ي‬‫م‬‫ي‬‫إ‬ ‫ي‬‫ن‬َ‫م‬‫ي‬‫م‬ ‫ي‬‫و‬ ‫ا‬َ‫ت‬‫ي‬‫م‬‫ي‬‫ى‬ ‫ق‬ َ ‫ا‬ ‫ح‬َ‫م‬‫ي‬‫ه‬ َ‫ا‬ ‫ا‬‫و‬‫ي‬‫ل‬
Dari Fadhaalah bin ‘Ubaid, ia berkata : “Aku pernah membeli sebuah kalung di
hari (penaklukan) Khaibar seharga 12 dinar. Pada kalung tersebut terdapat emas
dan permata. Lalu aku pisahkan ia (emas dan permata dari kalung), dan ternyata
aku dapatkan nilainya lebih dari 12 dinar. Kemudian aku ceritakan hal itu
kepada Nabi shallallaahu ‘alaihi wa sallam, dan beliau pun bersabda: “Janganlah
kamu menjualnya sehingga kamu memisahkannya (emas dari kalungnya)” [H.R.
Muslim].
Ringkasnya, riba itu ada riba dalam utang piutang dan riba dalam perdagangan.
32
Riba dalam utang piutang adalah dengan bentuk riba jahiliyah atau yang
lebih jelek dari riba jahiliyah, seperti yang tadi didefiniskan dengan tambahan
yang disyaratkan yang diambil/diterima dari orang yang diutangi sebagai
kompensasi dari penundaan.
Berkaitan dengan definisi “tambahan yang disyaratkan”, artinya jika
tidak disyaratkan atau tambahan itu sukarela (inisiatif yang diutangi, red), maka
tidak mengapa. Sama saja antara disyaratkan secara lisan maupun secara
kebiasaan.
Tambahan tersebut diperbolehkan jika diserahkan di hari pelunasan atau
setelah hari pelunasan. Tambahan tersebut tidak boleh saat belum lunas. Jika
belum lunas, tetapi memberi tambahan, maka itu riba.
Ada riba investasi, tanam saham, penyertaan modal. Investasi itu
menjadi riba manakala orangnya mempersyaratkan uang diinvestasikan harus
aman. Kata “harus aman” menjadikan itu bukan investasi, melainkan
mengutangi. Mengutangi itu harus aman.
Riba dalam perdagangan, menggunakan kaidah-kaidah seprti yang telah
dijelaskan sebelumnya.
- 10 Macam Bahaya Dosa Riba Di Dunia Dan Di Akhirat
Riba secara bahasa bermakna ziyadah (tambahan). Beberapa ahli ulama
banyak berbeda pendapat untuk mengartikan riba. Pengertian riba secara teknis
adalah, pengambilan tambahan dari harta pokok atau modal secara bathil.
Hukumnya adalah haram. Jelas, karena ini merugikan orang lain. Islam selalu
mengharamkan sesuatu yang tidak baik atau merugikan. Secara garis besar riba
dikelompokkan menjadi dua, yaitu riba utang-piutang dan riba jual-beli. Riba
utang-piutang terbagi lagi mejadi riba qardh dan riba jahiliah. Sedangkan riba
jual-beli terbagi atas riba fadhl dan riba nasi’ah. Jika ada yang bertanya apakah
33
ada zaman dimana masyarakat tanpa riba menghuni bumi ini? Jawabannya
mungkin ada jauh sebelum manusia mengenal pertukaran uang. Mungkin masih
di zaman pertukaran barang dengan barang (barter).
Pemakan Harta Riba Diadzab Allah di Dunia Maupun di Akhirat
Pemakan harta riba akan mendapatkan adzab Allah SWT di dunia maupun di
akhirat. Karena ini termasuk dosa besar yang dilakukan manusia. Banyak dalil di
dalam Al-Qur’an dan Hadist Nabi yang menerangkan tentang bahaya dosa riba.
Hal ini meyakinkan betapa besarnya dosa yang terdapat dari melakukan riba dan
manusia disuruh untuk menjauhinya. Berikut paparan mengenai adzab Allah di
dunia maupun di akhirat mengenai pemakan harta riba.
1. Mendapat Dosa Besar
Pemakan harta riba akan mendapat dosa yang besar. Dari Abu Hurairah
Radliallahu‘anhu, dari Nabi Shalallahu’alaihi wassalam bersabda; “Satu dirham
uang riba yang dimakan oleh seseorang dalam keadaan mengetahui bahwa itu
adalah uang riba dosanya lebih besar dari pada berzina sebanyak 36 kali.” (HR.
Ahmad dari Abdulloh bin Hanzholah). Betapa besar dosa riba sampai Rasulullah
SAW menyuruh kita untuk menjauhi perkara tersebut. Dan beliau juga
mengatakan bahwa riba termasuk perkara yang akan membinasakan.
2. Dibangkitkan Pada Hari Kiamat Dalam Keadaan Gila
Pada hari kiamat nanti seluruh umat manusia dari zaman Nabi Adam
sampai akhir zaman akan dibangkitkan kembali. Tentu saja dengan keadaan
yang berbeda-beda menurut amal ibadah semasa di dunia. Di hari kiamat,
pemakan harta riba akan dibangkitkan dari kuburnya dalam keadaan gila. Allah
SWT menghinakannya di hari pembangkitan dengan keadaan seperti berdirinya
orang yang kerasukan dan dikuasai setan. Na’udzubillahimin dzalik.
3. Disiksa Didalam Api Neraka
34
Neraka adalah tempat peristirahatan terburuk yang pernah ada. Ia akan
disiksa oleh para Malaikat Allah SWT yang selalu patuh terhadap Perintah-Nya.
Terkecuali ketika telah bertaubat dan memohon ampun kepada Allah SWT. Dan
sesungguhnya Dia adalah Dzat Yang Maha Pengampun. Allah SWT Berfirman;
“Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu memakan riba dengan berlipat
ganda dan bertakwalah kamu kepada Allah SWT supaya kamu mendapat
keberuntungan.” (QS. Ali Imran: 130)
4. Do’a Tidak Dikabulkan
Selain adzab di akhirat, Allah SWT juga memberikan adzab di dunia
bagi pemakan harta riba. Salah satunya adalah do’a pelaku riba tidak akan
dikabulkan oleh Allah SWT. Betapa merugi ketika setiap hari sholat
menjalankan Perintah-Nya justru do’a tidak akan diterima dan dikabulkan Allah
SWT. Dimana lagi kita akan meminta? Sedangkan sesungguhnya hanya Allah
SWT tempat kita memohon dan berserah diri.
5. Hilangnya Keberkahan Pada Harta
Tidak akan berkah harta yang diperoleh dari jalan riba. Itulah kenapa
Rasul mengingatkan kita untuk mencari rezeki dari cara yang baik. Bayangkan
ketika harta hasil riba dibelikan makanan, pakaian,beli rumah dan keperluan
lainnya dan semua itu tiada keberkahan. Allah SWT Berfirman; “Allah
memusnahkan riba dan menyuburkan sedekah.” (QS. Al Baqarah: 276). Ini jelas
larangan Allah SWT untuk melakukan riba dan harus memperbanyak sedekah.
6. Allah SWT Menutup Hati Pemakan Harta Riba
Hal ini diterangkan oleh Allah SWT melalui Firman-Nya; “Sekali-kali
tidak (demikian), sebenarnya apa yang selalu mereka usahakan itu menutupi hati
mereka.” (QS. Al Muthaffifin: 14). Hati akan tertutup sehingga pelaku riba tidak
lagi memikirkan mana yang baik dan mana yang tidak.
7. Sedekah, Infaq dan Zakat dari Harta Riba Tidak Diterima Allah SWT
35
Tidak akan diterima di Sisi Allah SWT harta yang disedekahkan yang
didapatkan dari hasil riba. Nabi kita Muhammad SAW bersabda; “Wahai
manusia, sesungguhnya Allah itu Maha Baik dan tidak akan menerima sesuatu
kecuali yang baik.” (HR. Muslim II/703 nomor 1015, dari Abu Hurairah
Radliallahu’anhu). Hadist tersebut menjelaskan bahwa kita disuruh untuk
bersedekah dengan harta yang kita dapat dari jalan yang baik dan diridhoi Allah
SWT. Dan menjauhi cara yang haram agar sedekah, infaq dan zakat kita
diterima. Hal ini akan sangat ironi lagi ketika kita membangun sesuatu yang
bertujuan untuk amal jariah seperti pondok pesantren, masjid, atau rumah untuk
muslim lainnya. Begitu banyaknya amal yang terbuang sia-sia karena tidak
diterima oleh Allah SWT.
8. Riba Bisa Menyebabkan Krisis Ekonomi
Juga akan menjadi penyebab krisis ekonomi dikarenakan merugikan
pihak-pihak korban riba. Seperti contoh seorang rentenir yang meminjamkan
uang dan memberikan bunga yang sangat tinggi untuk dikembalikan. Ini akan
merugikan peminjam. Karena ketika uang yang dihasilkan dari jerih payah untuk
keperluan sehari-hari justru harus dibayarkan bunga pinjaman.Karena banyak
sekali rentenir yang meminjamkan uang dengan syarat mengembalikan dengan
bunga tinggi. Apalagi jika melakukan pinjaman untuk beli rumah mewah dan
mahal. Berapa banyak bunga yang akan kita bayar? Alangkah baiknya kita
kondisikan dengan ekonomi yang ada. Seperti halnya beli rumah murah dan
properti sederhana sesuai kebutuhan.
9. Karena Riba Hubungan Persaudaraan Menjadi Retak
Jika riba marak dilakukan, hubungan persaudaraan antar manusia
menjadi retak. Hubungan menjadi renggang dikarenakan ada pihak yang
dirugikan. Bukankah baiknya jika hubungan persaudaraan dilandasi dengan sifat
saling tolong-menolong? Alangkah mulianya jika sebuah negeri tertentu
membudayakan sesuatu dengan cara syariah. Ini akan menjadi salah satu negeri
yang damai dan tenteram. Dikarenakan hubungan antar manusia yang erat
36
persaudaraannya. Saling tolong-menolong dan bergotong-royong demi
membangun negeri yang harmonis.
10. Tidak Termasuk Golongan Orang yang Beriman
Allah SWT Berfirman didalam kitab suci Al-Qur’an bahwa orang-orang
pelaku riba dianggap orang-oang yang tidak beriman. Dalil tersebut
menerangkan sampai-sampai pelaku riba diperangi oleh Allah SWT dan Rasul-
Nya. Tentu saja terkecuali bagi Hamba-Nya yang bertaubat nasuha dan
bersungguh-sungguh tidak akan mengulanginya lagi.
Begitu banyak adzab yang Allah SWT berikan bagi pelaku riba. Mari
kita sama-sama berdo’a dan hanya meminta kepada-Nya agar dijauhi dari sifat
tercela tersebut. dan apabila kita sudah terjebak dalam riba maka inilah cara
terbebas dari riba. Semoga kita selalu diberikan kelimpahan Rahmat-Nya.
Diberikan jalan untuk mencari rezeki dari cara yang baik dan diberkahi Allah
SWT. Alangkah baiknya jika kita sama-sama memerangi sifat tersebut dan
menjadikan aib untuk kita semua. Mari budayakan masyarakat tanpa riba dengan
selalu menjunjung tinggi kehormatan dalam hal pinjam-meminjam maupun jual-
beli. Dengan begitu Allah SWT akan membukakan hati kita menuju jalan yang
Ia ridhoi. Amin.
37
4. KEUTAMAAN SHODAQOH BERSERTA DALIL-DALILNYA
- Keutamaan Sedekah dan Manfaatnya dalam Al Quran & Hadits
Apa keutamaan sedekah ? Apa manfaat sedekah buat kita dan orang yang
membutuhkan ? Pengertian dari sedekah adalah memberi sebagian harta kita
kepada orang lain yang sedang kekurangan atau tertimpa musibah. Namun,
sedekah bukan hanya sekedar memberi. Sedekah juga berarti membantu
saudara-saudara kita, baik sesama muslim maupun sesama manusia yang sedang
membutuhkan.
 Hukum Sedekah
Apa hukum sedekah ? Bersedekah berarti memberikan sesuatu kepada orang
lain dalam rangka kebijakan. Kata sedekah berasal dari bahasa Arab “shadaqoh”
yang artinya suatu pemberian dari seorang muslim ke orang lain secara sukarela
tanpa ada batasan waktu dan jumlah harta yang disedekahkan. Sedekah sangat
dianjurkan oleh Nabi Muhammad karena nilai pahalanya besar.
Berbicara mengenai hukum sedekah, menurut hukum islam ada 3 hukum
mengenai sedekah, yaitu:
38
Sunnah, ini maksudnya Allah akan memberi pahala bagi siapapun yang
bersedekah. Sedangkan bagi yang tidak bersedekah, Allah tidak akan
mengazabnya dengan dosa
Haram, jika orang yang bersedekah tahu bahwa sedekah yang diberikan
akan digunakan untuk perbuatan maksiat. Maka untuk hal ini diharamkan
bersedekah untuk hal tersebut.
Wajib, Untuk orang yang mampu maka diwajibkan untuk bersedekah.
Selain itu sedekah juga wajib saat kita sudah bernadzar untuk bersedekah.
Orang yang Wajib Diberi Sedekah
Siapa saja yang wajib diberi sedekah ? Apakah semua orang bisa menerima
sedekah ? Sedekah paling afdhal diberi kepada golongan orang-orang berikut
ini:
Sedekah kepada saudara kandung atau kerabat dekat lebih utama
sebelum bersedekah kepada orang lain
Sedekah harus diberikan kepada orang-orang yang membutuhkan.
Kemudian, sedekah juga seharusnya dilakukan secara diam-diam. Selain itu,
kualitas barang yang disedekahkan juga harus dalam kondisi dan kualitas
terbaik. Karena Allah lebih suka pemberian yang baik.
‫ا‬ َ ‫ا‬ ‫ي‬‫ل‬َ‫ق‬‫م‬ ‫ي‬‫ر‬ َ‫ي‬‫م‬ ‫ي‬‫ل‬َ‫ي‬‫م‬‫ي‬‫إ‬ ْ‫ل‬‫ق‬ ‫ي‬‫ر‬ ‫ي‬‫ن‬َ‫م‬‫ي‬‫م‬ ‫ي‬‫و‬ ‫ا‬َ‫ت‬‫ي‬‫م‬‫ي‬‫ى‬ ‫ق‬ َ ‫ا‬ ‫ح‬َ‫م‬‫ي‬‫ه‬ ‫ا‬ َ ‫ا‬ ‫ي‬‫ل‬َ‫ق‬‫م‬ ‫ي‬‫ر‬ ‫ح‬‫ي‬‫ا‬‫ي‬ ‫ي‬‫و‬ ‫ي‬ َ‫ل‬‫ي‬‫ا‬‫ي‬‫ا‬ ‫ي‬‫ي‬ ‫ي‬‫ل‬َ‫ي‬‫م‬‫ي‬‫إ‬ ‫ق‬‫ن‬‫ي‬‫م‬‫ى‬‫ي‬ ‫ا‬‫ت‬‫ي‬َ‫ي‬‫ل‬َ‫ا‬ ‫ا‬ ‫ب‬‫ي‬‫ي‬ ْ‫ح‬‫ت‬ ‫ا‬‫ن‬‫ي‬‫ه‬ ‫ي‬ ‫ا‬‫ي‬
‫ق‬‫ت‬‫ا‬ ‫ي‬‫و‬ ‫ا‬‫ي‬‫ن‬‫ي‬( ‫ل‬‫ي‬ ‫ي‬
ِّ‫ق‬‫ت‬‫ا‬ ‫ي‬ ‫م‬‫ق‬َ ‫ي‬‫ل‬َ‫ق‬‫م‬‫م‬‫ق‬‫ن‬ ‫ا‬ ‫ي‬،‫ي‬‫م‬‫ي‬ُّ ‫ا‬‫ي‬‫ا‬‫ا‬ ‫ح‬َ‫ي‬‫ي‬َ ‫ي‬‫ل‬‫ا‬ِّْ‫ق‬‫ا‬ ‫ي‬
‫َّلل‬ ‫ي‬‫و‬ ‫يح‬‫ب‬‫ا‬، ‫ا‬ ‫ق‬‫ل‬‫ق‬‫ي‬ ‫ي‬‫ا‬ ‫ي‬‫و‬ ‫ي‬‫ا‬‫م‬‫ي‬‫ت‬ ‫ا‬ ‫يح‬‫م‬َ‫ي‬‫ا‬ ْ‫ح‬‫ت‬ ‫ا‬‫ين‬‫و‬‫ي‬‫ن‬‫ي‬( ‫ل‬‫ي‬ ‫ي‬
ِّ ‫َيي‬‫ي‬( ‫ل‬‫ي‬َ ‫ي‬‫و‬ ‫ي‬
‫َّلل‬‫ي‬ ‫ا‬
‫ل‬‫ي‬ ‫ي‬
ِّ‫ق‬‫ت‬‫ا‬
Seorang lelaki datang kepada Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam
lalu berkata: Wahai Rasulullah, sedekah manakah yang paling agung?
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: Engkau bersedekah ketika
engkau engkau sehat lagi kikir dan sangat memerlukan, engkau takut miskin dan
sangat ingin menjadi kaya. Jangan engkau tunda-tunda sampai nyawa sudah
sampai di kerongkongan, baru engkau berpesan: Berikan kepada si fulan sekian
39
dan untuk si fulan sekian. Ingatlah, memang pemberian itu hak si fulan. (HR.
Imam Muslim)
Keutamaan dan Manfaat Sedekah
Nabi Muhammad Shallallahu Alaihi Wa Sallam mengajarkan umat
muslim untuk selalu bersedekah. Kenapa ? Karena keutamaan sedekah dan
manfaatnya sangat besar untuk diri kita dan orang lain. Apa saja manfaat dan
keutamaan sedekah ?
1. Sedekah dapat Menghapus Dosa
Keutamaan sedekah yang pertama adalah dapat menghapus dosa. Setiap
manusia pasti tidak bisa lepas dari dosa. Sedekah adalah cara termudah yang
Allah berikan untuk menghapus dosa-dosa kita. Akan tetapi, sedekah yang kita
berikan menurut sebagian ulama hanya dapat menghapus dosa kecil. Sedangkan
untuk menghapus dosa besar harus diikuti dengan taubat.
Rasulullah Shallallahu Alaihi Wa Sallam bersabda :
‫بَر‬ ‫ا‬ َْْ ‫ا‬ ْ‫تح‬ َ ‫ا‬ َْ ( ‫لت‬ ‫ت‬ ََ ‫ا‬ ْ‫تح‬ َ ‫ا‬ ‫ت‬ َ‫ال‬ ‫وا‬
Sedekah dapat menghapus dosa sebagaimana air memadamkan api. (HR.
Tirmidzi)
2. Sedekah Tidak Mengurangi Harta
Berbeda dengan konsep keuangan manusia, di mana semakin banyak
uang keluar semakin berkurang harta kita. Justru dalam konsep islam,
barangsiapa yang sering mengeluarkan uang untuk sedekah maka ia akan
semakin kaya. Allah berjanji akan melipat gandakan harta orang yang gemar
bersedekah dengan niat tulus.
‫ق‬‫و‬‫ب‬‫ق‬‫م‬ ‫ا‬َ‫ل‬‫ق‬( ‫ا‬‫إ‬ ‫ي‬‫ل‬‫ا‬َُّ‫ي‬‫ب‬‫ي‬‫م‬ ‫ي‬ُ‫و‬‫ي‬‫م‬ ‫ي‬‫ي‬‫ي‬‫و‬‫ا‬‫ي‬ ‫ل‬‫ت‬َ‫و‬‫ي‬َ ‫ا‬‫ل‬‫ي‬‫ب‬‫ي‬ْ‫ي‬( ‫ا‬ َ ‫ا‬ ‫ا‬‫ل‬‫ت‬‫ا‬‫و‬‫ي‬‫م‬ ‫ا‬‫إ‬ ‫ن‬‫ق‬ِّ‫ي‬ ‫ا‬ ‫ي‬َ‫ي‬‫ي‬ ‫َيي‬‫ق‬‫م‬‫ا‬‫ت‬‫قب‬‫م‬ ‫مذي‬‫ا‬‫ن‬َ ‫ا‬ ‫ق‬‫ل‬‫ي‬‫ب‬‫ي‬‫ي‬‫ي‬ََ‫ا‬‫ي‬ ‫ل‬‫ت‬‫ي‬‫م‬ ‫ق‬‫م‬‫ا‬‫ى‬َ‫ي‬‫ل‬‫ق‬‫م‬ ‫ق‬ َ ‫ا‬ ‫ي‬‫و‬ ‫ق‬ ‫ل‬‫ت‬َ‫و‬‫ي‬َ ‫ق‬‫ت‬
ْ‫ن‬‫ت‬‫ا‬‫م‬‫ي‬‫ى‬ ُْ‫ا‬‫م‬‫ا‬ ‫ي‬‫و‬ ‫ق‬ َ ‫ا‬ ‫ي‬‫و‬ ‫ق‬ ‫ق‬َْ‫ي‬‫م‬‫ي‬‫م‬ ‫ذ‬‫ي‬ْ‫ا‬
40
Perumpamaan (nafkah yang dikeluarkan oleh) orang-orang yang
menafkahkan hartanya di jalan Allah adalah serupa dengan sebutir benih yang
menumbuhkan tujuh bulir, pada tiap-tiap bulir seratus biji. Allah melipat
gandakan (ganjaran) bagi siapa yang Dia kehendaki. Dan Allah Maha Luas
(karunia-Nya) lagi Maha Mengetahui. (QS. Al-Baqarah: 261)
Dalam haditsnya, Rasulullah Shallallahu Alaihi Wa Sallam juga bersabda
mengenai keutamaan sedekah adalah tidak akan mengurangi harta, yaitu:
‫ي‬‫إ‬‫ي‬‫ر‬ َ
‫َّلل‬‫ا‬ ‫ا‬ َ ‫ا‬ ْ‫ل‬‫ي‬َ‫ي‬ ‫ي‬ُ‫ي‬‫ه‬‫ا‬ ‫ي‬َ‫ي‬‫ا‬ َ‫ي‬‫ي‬ ‫ي‬‫و‬ ‫ا‬َ‫ل‬‫ا‬‫ى‬ َ
‫َّلل‬‫ا‬ ‫ل‬َ‫ت‬‫ي‬ ‫ا‬ُّ ‫ها‬‫ل‬‫و‬‫ي‬‫ى‬ ‫ق‬ َ ‫ا‬ ‫ي‬‫ا‬‫ا‬‫َي‬ َ‫ي‬‫ي‬ ‫ي‬‫و‬ ‫ل‬‫ل‬َ‫ي‬‫ي‬ ‫ذ‬‫ا‬‫ي‬ ْ‫ت‬‫ي‬َ‫ي‬‫ل‬‫ي‬‫ه‬ ‫ي‬‫ا‬‫ي‬‫م‬‫ي‬‫ا‬ َ‫ي‬‫ي‬‫ق‬ َ ‫ا‬ ‫ق‬َ‫ي‬
Sedekah itu tidak akan mengurangi harta. Tidak ada orang yang memberi
maaf kepada orang lain, melainkan Allah akan menambah kemuliaannya. Dan
tidak ada orang yang merendahkan diri karena Allah, melainkan Allah akan
mengangkat derajatnya. (HR. Muslim)
3. Mendapat Naungan di Hari Akhir
Manfaat besar sedekah selain pahala adalah diberi naungan di hari akhir.
Nabi Muhammad menjelaskan bahwa salah satu golongan yang mendapat
naungan di hari kiamat adalah orang-orang yang gemar bersedekah. Orang yang
diberi naungan adalah orang yang bersedekah dengan tangan kanan, namun
tangan kirinya tidak tahu. Artinya, orang tersebut bersedekah secara diam-diam
tanpa diketahui orang lain (tidak riya).
4. Keutamaan Sedekah untuk Membuat Hati Tenang
Ketika bersedekah, hati akan tenang karena mengetahui hartanya sudah
bersih. Hak-hak orang lain yang ada di dalam harta kita sudah diberikan, oleh
karena itu terbebaslah tanggung jawab kita kepada harta di depan Allah kelak.
Selain itu, keutamaan sedekah adalah bisa membuat hati senang karena bisa
membantu orang yang membutuhkan.
41
5. Sedekah untuk Menyembuhkan Orang Sakit
Sedekah adalah penyembuh untuk orang sakit. Tidak hanya bisa
menyembuhkan penyakit orang lain, namun juga bisa menyembungkan sakit
kita. Rasullah bersabda bahwa barang siapa yang memelihara harta bendanya
dengan cara mengeluarkan zakat, obatilah penyakitmu dengan sedekah. Saat
membantu orang yang sedang sakit dengan cara memberinya uang untuk
membeli obat, juga akan membantu mereka sembuh dan kita terbebas dari
penyakit berbahaya. Rasulullah bersabda:
‫ت‬ َ‫ال‬ َ ُّ ‫ن‬ (َ‫ه‬ ‫يا‬ ‫ااووا‬
Sembuhkanlah orang-orang yang sakit di antara kalian dengan sedekah. (HR.
Al-Dailami)
6. Memadamkan Murka Allah
Nabi Muhammad bersabda bahwa barang siapa yang suka bersedekah,
maka akan memadamkan murka Allah Ta’ala. Selain itu, sedekah juga akan
menghindari seseorang dari kematian yang buruk. Untuk itu, keutamaan dan
manfaat sedekah adalah bisa memadamkan amarah Allah sehingga akan aman di
dunia dan akhirat.
َْ‫ا‬ ‫ا‬ ‫يت‬ ‫ت‬ ‫ي‬ ُ ‫لإ‬ ‫وا‬ ‫اب‬ ‫ا‬ ‫لو‬ ‫ال‬ ‫تئ‬ َ ‫ا‬ ‫ت‬ َ‫ال‬ ‫ا‬
Sesungguhnya sedekah itu memadamkan murka Allah dan menolak mati jelek
(su’ul khotimah). (HR. Tirmidzi)
7. Terhindar dari Keburukan
Keutamaan sedekah yang besar untuk kehidupan kita adalah bisa
melindungi dari musibah. Sedekah yang diberikan akan melindungi kita dari
musibah yang akan datang kepada kita. Keburukan yang ditimpa bisa berupa
penyakit, kehilangan barang berharga, kesulitan dalam bekerja, dan lainnya.
42
Oleh karena itu, seringkali sedekah disarankan untuk dilakukan orang yang
sedang berikhtiar atau mengusahakan sesuatu hal dalam hidup.
‫ت‬ ‫ت‬ َ‫ال‬ ‫اَْا‬ ‫ا‬ ‫يذ‬ ََُُّّ ‫تذ‬ ‫مو‬ ‫ب‬‫ل‬‫ق‬‫م‬
Sedekah menutup 70 pintu keburukan. (HR. Thabrani)
8. Keutamaan Sedekah untuk Memperpanjang Umur
Keutamaan dan manfaat sedekah lainnya adalah dapat mempanjang
umur. Dalam sebuah riwayat Rasulullah bersabda sedekah akan mengilangkan
bala’ (musibah) dan menambah umur. Oleh karena itu, buat kamu yang ingin
panjang umur, kuncinya bukan hanya menjaga kesehatan dan pola makan,
namun juga rajin bersedekah.
Keutamaan Sedekah saat Musibah Datang
Salah satu golongan orang yang berhak menerima sedekah adalah orang
yang membutuhkan. Saat wabah penyakit atau musibah bencana alam datang,
banyak korban yang membutuhkan uluran tangan kita. Donasi adalah cara
sedekah terbaik dan termudah yang harus kamu lakukan. Bayangkan saja, orang-
orang yang mendapat penghasilan harian, ketika tidak bisa bekerja, mereka pasti
tidak bisa menafkahi anak dan istrinya.
Selain itu, relawan dan petugas medis yang bekerja sepenuh tenaga menolong
korban wabah dan musibah tentu membutuhkan bantuan dari segi dana, makan
dan minuman, serta dukungan moril. Saat wabah penyakit datang tentu saja
banyak orang akan merasa kesulitan mencari nafkah. Oleh karena itu, saat
musibah datang ini adalah waktu yang tepat untuk semakin banyak bersedekah.
Jika dilihat dari keutamaan sedekah di atas, sedekah dapat
menyembuhkan penyakit, membuat hati bahagia, menghapus dosa, dan
menambah rezeki. Semoga dengan semakin banyak orang bersedekah, musibah
atau wabah penyakit yang datang segera pergi.
43
- Mengajarkan Anak Hadis Tentang Sedekah dan Keutamaannya dalam Islam
Hukum bersedekah dalam agama Islam
Sebelum menumbuhkan kebiasaan sedekah pada anak, sebaiknya
orangtua memberikan penjelasan tentang sedekah agar mereka paham. Salah
satunya dengan memberitahu hukum sedekah dalam agama Islam.
Hukum sedekah dalam Islam ialah sunah atau dianjurkan. Jadi, apabila
dikerjakan akan mendatangkan pahala dan kebaikan. Apabila ditinggalkan juga
tidak mendatangkan dosa, Ma. Namun, sedekah dapat berubah hukumnya
menjadi wajib jika seorang muslim telah mampu dan berkecukupan berjumpa
dengan orang lain yang kekurangan.
Misalnya, ketika keluarga mama mempunyai makanan yang cukup,
sementara ada orang lain yang kelaparan, maka hukumnya wajib bagi Mama
untuk bersedekah. Hukum sedekah juga menjadi wajib ketika seseorang
bernadzar untuk bersedekah. Jadi harus dilaksanakan.
Dalil yang menjelaskan tentang sedekah
Setelah menjelaskan pengertian dan hukumnya sedekah dalam agama
Islam, orangtua juga perlu mengajarkan dalil yang menerangkan sedekah. Baik
keterangan yang bersumber dari Alquran maupun hadis, Ma.
Dalam Alquran surat Al-Talaq ayat 7, Allah SWT telah memerintahkan
umat-Nya untuk bersedekah dan berjanji akan membalas kebaikan tersebut.
Allah SWT berfirman yang artinya:
“Hendaklah orang yang mempunyai keluasan memberi nafkah menurut
kemampuannya, dan orang yang terbatas rezekinya, hendaklah memberi nafkah
44
dari harta yang diberikan Allah kepadanya. Allah tidak membebani kepada
seseorang melainkan (sesuai) dengan apa yang diberikan Allah kepadanya. Allah
kelak akan memberikan kelapangan setelah kesempitan.” (QS. Al-Talaq: 7)
Allah SWT sangat menyukai orang-orang yang bersedekah.
Sebagaimana firman Allah SWT dalam Alquran surat Al-Baqarah ayat 276 yang
artinya:
“Allah memusnahkan riba dan menyuburkan sedekah. Allah tidak
menyukai setiap orang yang tetap dalam kekafiran dan bergelimang dosa.” (QS.
Al-Baqarah: 276)
Sementara itu, hadis sedekah yang paling utama diriwayatkan Abu
Hurairah R.A. Rasulullah SAW bersabda yang artinya:
“Setiap ruas tulang manusia harus disedekahi setiap hari di saat terbitnya
matahari: berbuat adil terhadap dua orang (mendamaikan) adalah sedekah;
menolong seseorang naik kendaraannya, membimbingnya, dan mengangkat
barang bawaannya adalah sedekah, ucapan yang baik adalah sedekah; Berkata
yang baik juga termasuk sedekah. Begitu pula setiap langkah berjalan untuk
menunaikan sholat adalah sedekah. Serta menyingkirkan suatu rintangan dari
jalan adalah sedekah.” (HR. Bukhari dan Muslim).
Hadis yang menjelaskan keutamaan bersedekah
Hal lain dari perkara sedekah yang bisa Mama dan Papa jelaskan pada
anak, yaitu hadis tentang keutamaan bersedekah. Mengutip laman dalamislam,
ada banyak kebaikan dan ganjaran yang akan Allah SWT berikan apabila
seorang muslim melakukan sedekah, Ma!
1. Sedekah tak akan membuat seorang muslim miskin
Banyak orang yang mengira bahwa sedekah akan mengurangi harta
benda, padahal sejatinya sedekah tidak akan membuat seorang
muslim menjadi miskin. Justru sebaliknya, Allah SWT akan
Lale sekar idaman pertiwi lib021046 uas_pai
Lale sekar idaman pertiwi lib021046 uas_pai
Lale sekar idaman pertiwi lib021046 uas_pai
Lale sekar idaman pertiwi lib021046 uas_pai
Lale sekar idaman pertiwi lib021046 uas_pai
Lale sekar idaman pertiwi lib021046 uas_pai
Lale sekar idaman pertiwi lib021046 uas_pai
Lale sekar idaman pertiwi lib021046 uas_pai
Lale sekar idaman pertiwi lib021046 uas_pai
Lale sekar idaman pertiwi lib021046 uas_pai
Lale sekar idaman pertiwi lib021046 uas_pai
Lale sekar idaman pertiwi lib021046 uas_pai
Lale sekar idaman pertiwi lib021046 uas_pai
Lale sekar idaman pertiwi lib021046 uas_pai
Lale sekar idaman pertiwi lib021046 uas_pai
Lale sekar idaman pertiwi lib021046 uas_pai
Lale sekar idaman pertiwi lib021046 uas_pai
Lale sekar idaman pertiwi lib021046 uas_pai
Lale sekar idaman pertiwi lib021046 uas_pai
Lale sekar idaman pertiwi lib021046 uas_pai
Lale sekar idaman pertiwi lib021046 uas_pai
Lale sekar idaman pertiwi lib021046 uas_pai
Lale sekar idaman pertiwi lib021046 uas_pai
Lale sekar idaman pertiwi lib021046 uas_pai
Lale sekar idaman pertiwi lib021046 uas_pai
Lale sekar idaman pertiwi lib021046 uas_pai

More Related Content

What's hot

Tugas pendidikan agama islam uas
Tugas pendidikan agama islam   uasTugas pendidikan agama islam   uas
Tugas pendidikan agama islam uasSiKholis1
 
Dinda Restu Inantha, Agama Islam, Ilmu Komunikasi, Dr. Taufiq Ramdani, S. Th....
Dinda Restu Inantha, Agama Islam, Ilmu Komunikasi, Dr. Taufiq Ramdani, S. Th....Dinda Restu Inantha, Agama Islam, Ilmu Komunikasi, Dr. Taufiq Ramdani, S. Th....
Dinda Restu Inantha, Agama Islam, Ilmu Komunikasi, Dr. Taufiq Ramdani, S. Th....dinda396631
 
Uts agama widia aprilia l1_b021021
Uts agama widia aprilia l1_b021021Uts agama widia aprilia l1_b021021
Uts agama widia aprilia l1_b021021WidiaAprilia3
 
Kumpulan Artikel Mata Kuliah Pendidikan Agama Islam oleh Lalu Teguh Atma Wijaya
Kumpulan Artikel Mata Kuliah Pendidikan Agama Islam oleh Lalu Teguh Atma WijayaKumpulan Artikel Mata Kuliah Pendidikan Agama Islam oleh Lalu Teguh Atma Wijaya
Kumpulan Artikel Mata Kuliah Pendidikan Agama Islam oleh Lalu Teguh Atma WijayaLalu Teguh Atma Wijaya
 
Allif khairun nasri,agama islam,ilmu komunikasi,dr.taufiq ramdani,s.th.i.,m.sos
Allif khairun nasri,agama islam,ilmu komunikasi,dr.taufiq ramdani,s.th.i.,m.sosAllif khairun nasri,agama islam,ilmu komunikasi,dr.taufiq ramdani,s.th.i.,m.sos
Allif khairun nasri,agama islam,ilmu komunikasi,dr.taufiq ramdani,s.th.i.,m.sosAllifNasri
 
Allif khairun nasri,agama islam,ilmu komunikasi,dr.taufiq ramdani,s.th.i.,m.sos
Allif khairun nasri,agama islam,ilmu komunikasi,dr.taufiq ramdani,s.th.i.,m.sosAllif khairun nasri,agama islam,ilmu komunikasi,dr.taufiq ramdani,s.th.i.,m.sos
Allif khairun nasri,agama islam,ilmu komunikasi,dr.taufiq ramdani,s.th.i.,m.sosAllifNasri
 
Uts agama shohibul sydqy
Uts agama shohibul sydqyUts agama shohibul sydqy
Uts agama shohibul sydqyShoofiAssaudah
 
Kumpulan Artikel-UTS agama Islam
Kumpulan Artikel-UTS agama IslamKumpulan Artikel-UTS agama Islam
Kumpulan Artikel-UTS agama IslamShoofiAssaudah
 
Noversa mas wilananda, agama islam, teknik elektro, dr. taufiq ramdani, s.th....
Noversa mas wilananda, agama islam, teknik elektro, dr. taufiq ramdani, s.th....Noversa mas wilananda, agama islam, teknik elektro, dr. taufiq ramdani, s.th....
Noversa mas wilananda, agama islam, teknik elektro, dr. taufiq ramdani, s.th....NoversaWila1
 
Agama uts teknik elektro a_lalu sirdi zunistira
Agama uts teknik elektro a_lalu sirdi zunistiraAgama uts teknik elektro a_lalu sirdi zunistira
Agama uts teknik elektro a_lalu sirdi zunistiraLaluSirdiZunistira
 
Mengenal Diri Mengenal Pencipta Terbukalah Rahasia Hidup
Mengenal Diri Mengenal Pencipta Terbukalah Rahasia HidupMengenal Diri Mengenal Pencipta Terbukalah Rahasia Hidup
Mengenal Diri Mengenal Pencipta Terbukalah Rahasia Hidupandrew gromiko
 
Mahendra ananda putra l1 c020053_uas pai
Mahendra ananda putra l1 c020053_uas paiMahendra ananda putra l1 c020053_uas pai
Mahendra ananda putra l1 c020053_uas paiMahendraAnandaPutra
 
Nurin Handayani, Agama Islam, Sosiologi, Dr. Taufiq Ramdani, S.Th.I., M.Sos.
Nurin Handayani, Agama Islam, Sosiologi, Dr. Taufiq Ramdani, S.Th.I., M.Sos.Nurin Handayani, Agama Islam, Sosiologi, Dr. Taufiq Ramdani, S.Th.I., M.Sos.
Nurin Handayani, Agama Islam, Sosiologi, Dr. Taufiq Ramdani, S.Th.I., M.Sos.NurinHandayani
 
Fatima zahara, agama islam, pendidikan bahasa inggris, dr. taufiq ramdani, s....
Fatima zahara, agama islam, pendidikan bahasa inggris, dr. taufiq ramdani, s....Fatima zahara, agama islam, pendidikan bahasa inggris, dr. taufiq ramdani, s....
Fatima zahara, agama islam, pendidikan bahasa inggris, dr. taufiq ramdani, s....FatimaZahara5
 
Akhlaqul Karimah (Mujahadah,Husnuzan,Ukhuwah)
Akhlaqul Karimah (Mujahadah,Husnuzan,Ukhuwah)Akhlaqul Karimah (Mujahadah,Husnuzan,Ukhuwah)
Akhlaqul Karimah (Mujahadah,Husnuzan,Ukhuwah)Tyo Maulana
 
Tugas makalah agama islam muhammad firdaus julianda putra
Tugas makalah agama islam muhammad firdaus julianda putraTugas makalah agama islam muhammad firdaus julianda putra
Tugas makalah agama islam muhammad firdaus julianda putramuhammad furdaus
 

What's hot (18)

Tugas pendidikan agama islam uas
Tugas pendidikan agama islam   uasTugas pendidikan agama islam   uas
Tugas pendidikan agama islam uas
 
Dinda Restu Inantha, Agama Islam, Ilmu Komunikasi, Dr. Taufiq Ramdani, S. Th....
Dinda Restu Inantha, Agama Islam, Ilmu Komunikasi, Dr. Taufiq Ramdani, S. Th....Dinda Restu Inantha, Agama Islam, Ilmu Komunikasi, Dr. Taufiq Ramdani, S. Th....
Dinda Restu Inantha, Agama Islam, Ilmu Komunikasi, Dr. Taufiq Ramdani, S. Th....
 
Uts agama widia aprilia l1_b021021
Uts agama widia aprilia l1_b021021Uts agama widia aprilia l1_b021021
Uts agama widia aprilia l1_b021021
 
Kumpulan Artikel Mata Kuliah Pendidikan Agama Islam oleh Lalu Teguh Atma Wijaya
Kumpulan Artikel Mata Kuliah Pendidikan Agama Islam oleh Lalu Teguh Atma WijayaKumpulan Artikel Mata Kuliah Pendidikan Agama Islam oleh Lalu Teguh Atma Wijaya
Kumpulan Artikel Mata Kuliah Pendidikan Agama Islam oleh Lalu Teguh Atma Wijaya
 
Allif khairun nasri,agama islam,ilmu komunikasi,dr.taufiq ramdani,s.th.i.,m.sos
Allif khairun nasri,agama islam,ilmu komunikasi,dr.taufiq ramdani,s.th.i.,m.sosAllif khairun nasri,agama islam,ilmu komunikasi,dr.taufiq ramdani,s.th.i.,m.sos
Allif khairun nasri,agama islam,ilmu komunikasi,dr.taufiq ramdani,s.th.i.,m.sos
 
Allif khairun nasri,agama islam,ilmu komunikasi,dr.taufiq ramdani,s.th.i.,m.sos
Allif khairun nasri,agama islam,ilmu komunikasi,dr.taufiq ramdani,s.th.i.,m.sosAllif khairun nasri,agama islam,ilmu komunikasi,dr.taufiq ramdani,s.th.i.,m.sos
Allif khairun nasri,agama islam,ilmu komunikasi,dr.taufiq ramdani,s.th.i.,m.sos
 
Uts agama shohibul sydqy
Uts agama shohibul sydqyUts agama shohibul sydqy
Uts agama shohibul sydqy
 
Kumpulan Artikel-UTS agama Islam
Kumpulan Artikel-UTS agama IslamKumpulan Artikel-UTS agama Islam
Kumpulan Artikel-UTS agama Islam
 
M Alfandiansyah kumpulan artikel
M Alfandiansyah kumpulan artikelM Alfandiansyah kumpulan artikel
M Alfandiansyah kumpulan artikel
 
Noversa mas wilananda, agama islam, teknik elektro, dr. taufiq ramdani, s.th....
Noversa mas wilananda, agama islam, teknik elektro, dr. taufiq ramdani, s.th....Noversa mas wilananda, agama islam, teknik elektro, dr. taufiq ramdani, s.th....
Noversa mas wilananda, agama islam, teknik elektro, dr. taufiq ramdani, s.th....
 
Agama uts teknik elektro a_lalu sirdi zunistira
Agama uts teknik elektro a_lalu sirdi zunistiraAgama uts teknik elektro a_lalu sirdi zunistira
Agama uts teknik elektro a_lalu sirdi zunistira
 
Mengenal Diri Mengenal Pencipta Terbukalah Rahasia Hidup
Mengenal Diri Mengenal Pencipta Terbukalah Rahasia HidupMengenal Diri Mengenal Pencipta Terbukalah Rahasia Hidup
Mengenal Diri Mengenal Pencipta Terbukalah Rahasia Hidup
 
Tugas uas agama islam 2021
Tugas uas agama islam 2021Tugas uas agama islam 2021
Tugas uas agama islam 2021
 
Mahendra ananda putra l1 c020053_uas pai
Mahendra ananda putra l1 c020053_uas paiMahendra ananda putra l1 c020053_uas pai
Mahendra ananda putra l1 c020053_uas pai
 
Nurin Handayani, Agama Islam, Sosiologi, Dr. Taufiq Ramdani, S.Th.I., M.Sos.
Nurin Handayani, Agama Islam, Sosiologi, Dr. Taufiq Ramdani, S.Th.I., M.Sos.Nurin Handayani, Agama Islam, Sosiologi, Dr. Taufiq Ramdani, S.Th.I., M.Sos.
Nurin Handayani, Agama Islam, Sosiologi, Dr. Taufiq Ramdani, S.Th.I., M.Sos.
 
Fatima zahara, agama islam, pendidikan bahasa inggris, dr. taufiq ramdani, s....
Fatima zahara, agama islam, pendidikan bahasa inggris, dr. taufiq ramdani, s....Fatima zahara, agama islam, pendidikan bahasa inggris, dr. taufiq ramdani, s....
Fatima zahara, agama islam, pendidikan bahasa inggris, dr. taufiq ramdani, s....
 
Akhlaqul Karimah (Mujahadah,Husnuzan,Ukhuwah)
Akhlaqul Karimah (Mujahadah,Husnuzan,Ukhuwah)Akhlaqul Karimah (Mujahadah,Husnuzan,Ukhuwah)
Akhlaqul Karimah (Mujahadah,Husnuzan,Ukhuwah)
 
Tugas makalah agama islam muhammad firdaus julianda putra
Tugas makalah agama islam muhammad firdaus julianda putraTugas makalah agama islam muhammad firdaus julianda putra
Tugas makalah agama islam muhammad firdaus julianda putra
 

Similar to Lale sekar idaman pertiwi lib021046 uas_pai

Lale sekar idaman pertiwi lib021046 uts_pai
Lale sekar idaman pertiwi lib021046 uts_paiLale sekar idaman pertiwi lib021046 uts_pai
Lale sekar idaman pertiwi lib021046 uts_paiLalesekarIdamanperti
 
Mochamad Iqbal Ramanda, Agama Islam, Teknik Elektro, Dr. Taufiq Ramdani, S.Th...
Mochamad Iqbal Ramanda, Agama Islam, Teknik Elektro, Dr. Taufiq Ramdani, S.Th...Mochamad Iqbal Ramanda, Agama Islam, Teknik Elektro, Dr. Taufiq Ramdani, S.Th...
Mochamad Iqbal Ramanda, Agama Islam, Teknik Elektro, Dr. Taufiq Ramdani, S.Th...personal person
 
Kajian Ahad, 24 Juli 2022- Prof. Sofyan Sauri, M.Pd..pptx
Kajian Ahad, 24 Juli 2022- Prof. Sofyan Sauri, M.Pd..pptxKajian Ahad, 24 Juli 2022- Prof. Sofyan Sauri, M.Pd..pptx
Kajian Ahad, 24 Juli 2022- Prof. Sofyan Sauri, M.Pd..pptxAgungWahyudi66
 
Media pembelajaran pai Jiwa lebih tenang dengan sujud syukur
Media pembelajaran pai Jiwa lebih tenang dengan sujud syukurMedia pembelajaran pai Jiwa lebih tenang dengan sujud syukur
Media pembelajaran pai Jiwa lebih tenang dengan sujud syukurcecep hilman
 
Mizan pujaisna, Agama Islam Sosiologi, Dr. Taufiq Ramdani S.Th.I., M. Sos.
Mizan pujaisna, Agama Islam Sosiologi, Dr. Taufiq Ramdani S.Th.I., M. Sos.Mizan pujaisna, Agama Islam Sosiologi, Dr. Taufiq Ramdani S.Th.I., M. Sos.
Mizan pujaisna, Agama Islam Sosiologi, Dr. Taufiq Ramdani S.Th.I., M. Sos.MizanPujaisna1
 
Makalah kelompok 8
Makalah kelompok 8Makalah kelompok 8
Makalah kelompok 8Anennena
 
Artipenting dzikir dan doa
Artipenting dzikir dan doaArtipenting dzikir dan doa
Artipenting dzikir dan doaMuhsin Hariyanto
 
Bab 8 adab berdoa dan membaca alquran
Bab 8 adab berdoa dan membaca alquranBab 8 adab berdoa dan membaca alquran
Bab 8 adab berdoa dan membaca alquranwildiaekafutikha
 
Syarifudin, membersihkan jiwa dengan berkahnya al quran
Syarifudin, membersihkan jiwa dengan berkahnya al quranSyarifudin, membersihkan jiwa dengan berkahnya al quran
Syarifudin, membersihkan jiwa dengan berkahnya al quranSyarifudin Amq
 
Syarifudin, membersihkan jiwa dengan berkahnya al quran
Syarifudin, membersihkan jiwa dengan berkahnya al quranSyarifudin, membersihkan jiwa dengan berkahnya al quran
Syarifudin, membersihkan jiwa dengan berkahnya al quranSyarifudin Amq
 
Syarifudin, merawat jiwa
Syarifudin, merawat jiwaSyarifudin, merawat jiwa
Syarifudin, merawat jiwaSyarifudin Amq
 
Pelajaran fiqih syar'i
Pelajaran fiqih syar'iPelajaran fiqih syar'i
Pelajaran fiqih syar'iahmad saukani
 
Syarifudin, membersihkan jiwa dengan berkahnya al quran
Syarifudin, membersihkan jiwa dengan berkahnya al quranSyarifudin, membersihkan jiwa dengan berkahnya al quran
Syarifudin, membersihkan jiwa dengan berkahnya al quranSyarifudin Amq
 
Tugas uas AGAMA ISLAM_ m.yamin_L1C020068
Tugas uas AGAMA ISLAM_ m.yamin_L1C020068Tugas uas AGAMA ISLAM_ m.yamin_L1C020068
Tugas uas AGAMA ISLAM_ m.yamin_L1C020068MYamin4
 

Similar to Lale sekar idaman pertiwi lib021046 uas_pai (20)

Lale sekar idaman pertiwi lib021046 uts_pai
Lale sekar idaman pertiwi lib021046 uts_paiLale sekar idaman pertiwi lib021046 uts_pai
Lale sekar idaman pertiwi lib021046 uts_pai
 
Mochamad Iqbal Ramanda, Agama Islam, Teknik Elektro, Dr. Taufiq Ramdani, S.Th...
Mochamad Iqbal Ramanda, Agama Islam, Teknik Elektro, Dr. Taufiq Ramdani, S.Th...Mochamad Iqbal Ramanda, Agama Islam, Teknik Elektro, Dr. Taufiq Ramdani, S.Th...
Mochamad Iqbal Ramanda, Agama Islam, Teknik Elektro, Dr. Taufiq Ramdani, S.Th...
 
Tugas uts agama islam 2021
Tugas uts agama islam 2021Tugas uts agama islam 2021
Tugas uts agama islam 2021
 
Kajian Ahad, 24 Juli 2022- Prof. Sofyan Sauri, M.Pd..pptx
Kajian Ahad, 24 Juli 2022- Prof. Sofyan Sauri, M.Pd..pptxKajian Ahad, 24 Juli 2022- Prof. Sofyan Sauri, M.Pd..pptx
Kajian Ahad, 24 Juli 2022- Prof. Sofyan Sauri, M.Pd..pptx
 
Media pembelajaran pai Jiwa lebih tenang dengan sujud syukur
Media pembelajaran pai Jiwa lebih tenang dengan sujud syukurMedia pembelajaran pai Jiwa lebih tenang dengan sujud syukur
Media pembelajaran pai Jiwa lebih tenang dengan sujud syukur
 
Mizan pujaisna, Agama Islam Sosiologi, Dr. Taufiq Ramdani S.Th.I., M. Sos.
Mizan pujaisna, Agama Islam Sosiologi, Dr. Taufiq Ramdani S.Th.I., M. Sos.Mizan pujaisna, Agama Islam Sosiologi, Dr. Taufiq Ramdani S.Th.I., M. Sos.
Mizan pujaisna, Agama Islam Sosiologi, Dr. Taufiq Ramdani S.Th.I., M. Sos.
 
ppt gabungan.ppt
ppt gabungan.pptppt gabungan.ppt
ppt gabungan.ppt
 
Makalah kelompok 8
Makalah kelompok 8Makalah kelompok 8
Makalah kelompok 8
 
Artipenting dzikir dan doa
Artipenting dzikir dan doaArtipenting dzikir dan doa
Artipenting dzikir dan doa
 
Bab 8 adab berdoa dan membaca alquran
Bab 8 adab berdoa dan membaca alquranBab 8 adab berdoa dan membaca alquran
Bab 8 adab berdoa dan membaca alquran
 
Buku saku ruqyah
Buku saku ruqyahBuku saku ruqyah
Buku saku ruqyah
 
Buku saku ruqyah
Buku saku ruqyahBuku saku ruqyah
Buku saku ruqyah
 
Syarifudin, membersihkan jiwa dengan berkahnya al quran
Syarifudin, membersihkan jiwa dengan berkahnya al quranSyarifudin, membersihkan jiwa dengan berkahnya al quran
Syarifudin, membersihkan jiwa dengan berkahnya al quran
 
Syarifudin, membersihkan jiwa dengan berkahnya al quran
Syarifudin, membersihkan jiwa dengan berkahnya al quranSyarifudin, membersihkan jiwa dengan berkahnya al quran
Syarifudin, membersihkan jiwa dengan berkahnya al quran
 
Syarifudin, merawat jiwa
Syarifudin, merawat jiwaSyarifudin, merawat jiwa
Syarifudin, merawat jiwa
 
Pelajaran fiqih syar'i
Pelajaran fiqih syar'iPelajaran fiqih syar'i
Pelajaran fiqih syar'i
 
Macam macam nafsu
Macam macam nafsuMacam macam nafsu
Macam macam nafsu
 
Syarifudin, membersihkan jiwa dengan berkahnya al quran
Syarifudin, membersihkan jiwa dengan berkahnya al quranSyarifudin, membersihkan jiwa dengan berkahnya al quran
Syarifudin, membersihkan jiwa dengan berkahnya al quran
 
Tugas uas AGAMA ISLAM_ m.yamin_L1C020068
Tugas uas AGAMA ISLAM_ m.yamin_L1C020068Tugas uas AGAMA ISLAM_ m.yamin_L1C020068
Tugas uas AGAMA ISLAM_ m.yamin_L1C020068
 
Uas pai
Uas paiUas pai
Uas pai
 

Recently uploaded

R6C-Kelompok 2-Sistem Rangka Pada Amphibi dan Aves.pptx
R6C-Kelompok 2-Sistem Rangka Pada Amphibi dan Aves.pptxR6C-Kelompok 2-Sistem Rangka Pada Amphibi dan Aves.pptx
R6C-Kelompok 2-Sistem Rangka Pada Amphibi dan Aves.pptxmagfira271100
 
materi+kuliah-ko2-senyawa+aldehid+dan+keton.pdf
materi+kuliah-ko2-senyawa+aldehid+dan+keton.pdfmateri+kuliah-ko2-senyawa+aldehid+dan+keton.pdf
materi+kuliah-ko2-senyawa+aldehid+dan+keton.pdfkaramitha
 
Materi Inisiasi 4 Metode Penelitian Komunikasi Universitas Terbuka
Materi Inisiasi 4 Metode Penelitian Komunikasi Universitas TerbukaMateri Inisiasi 4 Metode Penelitian Komunikasi Universitas Terbuka
Materi Inisiasi 4 Metode Penelitian Komunikasi Universitas TerbukaNikmah Suryandari
 
Konsep Agribisnis adalah suatu kesatuan kegiatan meliputi salah satu atau ...
Konsep	Agribisnis	adalah	suatu	kesatuan	kegiatan  meliputi		salah	satu	atau		...Konsep	Agribisnis	adalah	suatu	kesatuan	kegiatan  meliputi		salah	satu	atau		...
Konsep Agribisnis adalah suatu kesatuan kegiatan meliputi salah satu atau ...laila16682
 
LKPD SUHU dan KALOR KEL4.pdf strategi pembelajaran ipa
LKPD SUHU dan KALOR KEL4.pdf strategi pembelajaran ipaLKPD SUHU dan KALOR KEL4.pdf strategi pembelajaran ipa
LKPD SUHU dan KALOR KEL4.pdf strategi pembelajaran ipaBtsDaily
 
e-Book Persepsi dan Adopsi-Rachmat Hendayana.pdf
e-Book Persepsi dan Adopsi-Rachmat Hendayana.pdfe-Book Persepsi dan Adopsi-Rachmat Hendayana.pdf
e-Book Persepsi dan Adopsi-Rachmat Hendayana.pdfIAARD/Bogor, Indonesia
 
Dampak Bioteknologi di Bidang Pertanian.pdf
Dampak Bioteknologi di Bidang Pertanian.pdfDampak Bioteknologi di Bidang Pertanian.pdf
Dampak Bioteknologi di Bidang Pertanian.pdfssuser4743df
 
TEMA 9 SUBTEMA 1 PEMBELAJARAN 1 KELAS 6.pptx
TEMA 9 SUBTEMA 1 PEMBELAJARAN 1 KELAS 6.pptxTEMA 9 SUBTEMA 1 PEMBELAJARAN 1 KELAS 6.pptx
TEMA 9 SUBTEMA 1 PEMBELAJARAN 1 KELAS 6.pptxSyabilAfandi
 
sistem ekskresi ginjal pada manusia dan kelainannya
sistem ekskresi ginjal pada manusia dan kelainannyasistem ekskresi ginjal pada manusia dan kelainannya
sistem ekskresi ginjal pada manusia dan kelainannyaANTARASATU
 

Recently uploaded (9)

R6C-Kelompok 2-Sistem Rangka Pada Amphibi dan Aves.pptx
R6C-Kelompok 2-Sistem Rangka Pada Amphibi dan Aves.pptxR6C-Kelompok 2-Sistem Rangka Pada Amphibi dan Aves.pptx
R6C-Kelompok 2-Sistem Rangka Pada Amphibi dan Aves.pptx
 
materi+kuliah-ko2-senyawa+aldehid+dan+keton.pdf
materi+kuliah-ko2-senyawa+aldehid+dan+keton.pdfmateri+kuliah-ko2-senyawa+aldehid+dan+keton.pdf
materi+kuliah-ko2-senyawa+aldehid+dan+keton.pdf
 
Materi Inisiasi 4 Metode Penelitian Komunikasi Universitas Terbuka
Materi Inisiasi 4 Metode Penelitian Komunikasi Universitas TerbukaMateri Inisiasi 4 Metode Penelitian Komunikasi Universitas Terbuka
Materi Inisiasi 4 Metode Penelitian Komunikasi Universitas Terbuka
 
Konsep Agribisnis adalah suatu kesatuan kegiatan meliputi salah satu atau ...
Konsep	Agribisnis	adalah	suatu	kesatuan	kegiatan  meliputi		salah	satu	atau		...Konsep	Agribisnis	adalah	suatu	kesatuan	kegiatan  meliputi		salah	satu	atau		...
Konsep Agribisnis adalah suatu kesatuan kegiatan meliputi salah satu atau ...
 
LKPD SUHU dan KALOR KEL4.pdf strategi pembelajaran ipa
LKPD SUHU dan KALOR KEL4.pdf strategi pembelajaran ipaLKPD SUHU dan KALOR KEL4.pdf strategi pembelajaran ipa
LKPD SUHU dan KALOR KEL4.pdf strategi pembelajaran ipa
 
e-Book Persepsi dan Adopsi-Rachmat Hendayana.pdf
e-Book Persepsi dan Adopsi-Rachmat Hendayana.pdfe-Book Persepsi dan Adopsi-Rachmat Hendayana.pdf
e-Book Persepsi dan Adopsi-Rachmat Hendayana.pdf
 
Dampak Bioteknologi di Bidang Pertanian.pdf
Dampak Bioteknologi di Bidang Pertanian.pdfDampak Bioteknologi di Bidang Pertanian.pdf
Dampak Bioteknologi di Bidang Pertanian.pdf
 
TEMA 9 SUBTEMA 1 PEMBELAJARAN 1 KELAS 6.pptx
TEMA 9 SUBTEMA 1 PEMBELAJARAN 1 KELAS 6.pptxTEMA 9 SUBTEMA 1 PEMBELAJARAN 1 KELAS 6.pptx
TEMA 9 SUBTEMA 1 PEMBELAJARAN 1 KELAS 6.pptx
 
sistem ekskresi ginjal pada manusia dan kelainannya
sistem ekskresi ginjal pada manusia dan kelainannyasistem ekskresi ginjal pada manusia dan kelainannya
sistem ekskresi ginjal pada manusia dan kelainannya
 

Lale sekar idaman pertiwi lib021046 uas_pai

  • 1. KUMPULAN ARTIKEL 1. PENGERTIAN, KONSEP, SERTA DALIL-DALIL TENTANG ISTIDROJ 2. DALIL-DALIL HADITS QUDSI TENTANG HUKUMAN YANG DISEGERAKAN SEBAGAI BENTUK KASIH SAYANG ALLAH TERHADAP HAMBANYA., (DALIL, TERJEMAHAN, PENJELASAN, SERTA CONTOH KASUS). 3. DOSA DAN KRITERIA RIBA BESERTA DALIL-DALILNYA 4. KEUTAMAAN SHODAQOH BERSERTA DALIL-DALILNYA 5. SIFAT TAKDIR KEMATIAN BESERTA DALIL-DALILNYA 6. KEWAJIBAN AMAR MAKRUF – NAHI MUNKAR BESERTA DALIL- DALILNYA Disusun sebagai tugas terstruktur Ujian Akhir Semester (UAS) mata kuliah Pendidikan Agama Islam Dosen Pengampu: Dr. Taufiq Ramdani, S.Th.I., M.Sos Disusun Oleh: Nama : Lale Sekar Idaman Pertiwi NIM : L1B021046 Prodi/Kelas : Ilmu Komunikasi/B PROGRAM STUDI ILMU KOMUNIKASI FAKULTAS DI BAWAH REKTOR UNIVERSITAS MATARAM 2021
  • 2. 2 DAFTAR ISI DAFTAR ISI...........................................................................................................................2 1. PENGERTIAN, KONSEP, SERTA DALIL-DALIL TENTANG ISTIDROJ........................................3 - Bahagia Tapi Tak Berkah, Ini Pengertian dan Ciri-Ciri Istidraj ........................................3 - Ini Arti Istidraj dalam Islam, Hati-hati dengan Nikmat Dunia!........................................5 - MengajarkanAnak Apa Itu Arti Istidraj dalam Agama Islam..........................................7 - Pengertian Istidraj Lengkap dengan Ciri-cirinya.........................................................11 2. DALIL-DALILHADITSQUDSI TENTANGHUKUMAN YANG DISEGERAKAN SEBAGAIBENTUK KASIHSAYANGALLAH TERHADAPHAMBANYA.,(DALIL, TERJEMAHAN,PENJELASAN,SERTA CONTOH KASUS). ...............................................................................................................14 - 3 Dosa yang Balasannya akan Disegerakan Allah SWT di Dunia...................................15 - Terjebak (Istidraj) Kenikmatan..................................................................................16 3. DOSA DAN KRITERIA RIBA BESERTA DALIL-DALILNYA.....................................................20 - Mengenal Riba dan Bahayanya.................................................................................20 - 10 Macam Bahaya Dosa Riba Di Dunia Dan Di Akhirat................................................32 4. KEUTAMAAN SHODAQOH BERSERTA DALIL-DALILNYA...................................................37 - Keutamaan Sedekah dan Manfaatnya dalam Al Quran & Hadits.................................37 - MengajarkanAnak Hadis Tentang Sedekah dan Keutamaannya dalam Islam...............43 5. SIFAT TAKDIR KEMATIAN BESERTA DALIL-DALILNYA......................................................48 - Menerima Akan Takdir Yang Ditetapkan...................................................................48 - Ayat Tentang Kematian............................................................................................51 6. KEWAJIBAN AMAR MAKRUF – NAHI MUNKAR BESERTA DALIL-DALILNYA .......................58 - Dalil Amar Ma’ruf Nahi Munkar................................................................................58 - Kewajiban Amar Ma’ruf Nahi Mungkar.....................................................................61 Referensi ...........................................................................................................................69
  • 3. 3 1. PENGERTIAN, KONSEP, SERTADALIL-DALIL TENTANG ISTIDROJ - Bahagia Tapi Tak Berkah, Ini Pengertian dan Ciri-Ciri Istidraj Bagi kamu yang saat ini sedang diliputi kebahagiaan, sedang merasakan rezeki yang lancar, kenaikan jabatan atau pun kebahagiaan lainnya, memang sangat menyenangkan. Kamu harus waspada apabila kamu merasakan itu semua tapi sering melalaikan ibadah. Bisa jadi saat ini kamu sedang mengalami istidraj. Apa itu istidraj? Yuk, simak pembahasan berikut ini agar kamu semakin paham apa itu istidraj, cirinya dan tanda kamu sedang diuji dengan istidraj. 1. Pengertian istidraj/Tayeb MEZAHDIA Istidraj diambil dari kata 'daraja' (bahasa Arab) yang berarti naik satu tingkatan ke tingkatan berikutnya. Namun, lebih dikenal sebagai istilah azab yang berupa kenikmatan. Dalam Alquran pembahasan mengenai istidraj dibahas pada Surat Al- An'am ayat 44 yang berbunyi sebagai berikut. ‫ف‬َ‫ل‬َ‫م‬َ‫ا‬ ‫ن‬َ‫ُس‬ ‫و‬ ‫ا‬َ۟ ‫َف‬‫ا‬ ‫ن‬َ‫س‬ ‫و‬‫ر‬ُ‫و‬‫ا‬‫و‬۟ ‫ب‬ ُ‫ه‬ُ‫ۦ‬ ‫َف‬‫ت‬ َ‫َح‬‫ن‬َ‫ا‬ ‫ن‬َ‫ل‬ُ‫ي‬َ‫ه‬َ‫م‬َْ ‫بَن‬ ََُْ‫ۦ‬ََ ‫ن‬ُ‫و‬ ‫و‬‫ا‬ ‫ن‬ َ‫ى‬ َ‫ء‬ َ ٍ ‫ن‬َْ ‫ء‬َ‫ن‬َٰٓ ‫ن‬ ُِ‫س‬َ۟ ‫ن‬َ‫ُس‬‫و‬ُٰٓ‫ر‬َ‫ا‬ ‫ن‬ َ‫ف‬َ‫ل‬ُ‫ۦ‬ ‫ن‬َ‫َس‬ُ‫و‬ٓ ‫و‬ َ ‫ن‬َْ۟ ََْ ََ‫ل‬‫و‬‫ي‬ ‫ن‬َ‫َغ‬‫ن‬َ‫َة‬‫ۦ‬ ‫س‬َُ۟‫ذ‬َ‫ا‬ ‫ل‬‫و‬‫م‬ ُ ‫و‬ ‫ا‬ُ‫م‬َ‫س‬ُ‫ا‬ Fa lammā nasu mā żukkiru bihī fatahnā 'alaihim abwāba kulli syaī`, hattā iżā farihu bimā utū akhażnāhum bagtatan fa iżā hum mublisun Artinya: Maka tatkala mereka melupakan peringatan yang telah diberikan kepada mereka, Kami pun membukakan semua pintu-pintu kesenangan untuk mereka; sehingga apabila mereka bergembira dengan apa yang telah diberikan kepada mereka, Kami siksa mereka dengan sekonyong-konyong, maka ketika itu mereka terdiam berputus asa.
  • 4. 4 2. Ciri-Ciri umum istidraj Beberapa mungkin tidak akan sadar bahwa ini adalah ciri istidraj. Bila kamu mendapati dirimu jarang beribadah, namun nyatanya pekerjaan kamu terasa sangat lancar, bisa jadi itu merupakan istidraj yang diberikan kepadamu. Pekerjaan dan rezeki yang berlimpah yang kamu dapatkan merupakan ujian sesungguhnya dari Allah SWT. Karena, Allah SWT ingin melihat, apakah dengan rezeki yang kamu dapatkan itu akan membuat kamu semakin lalai dan meninggalkan ibadah, atau dapat membuatmu ingat kepada Allah SWT sebagai Sang Maha Pemberi Rezeki. 3. Ciri lainnya dari istidraj adalah ketenangan Ciri lain kamu mengalami istidraj adalah merasakan ketenangan. Di sini, ketenangan yang dimaksud di sini adalah kamu merasa baik-baik saja dan tidak merasa bersalah atau gelisah saat lalai menjalankan ibadah atau melakukan kegiatan yang sifatnya maksiat. Kamu bahkan tidak merasakan penyesalan sedikit pun dalam hati setelah melakukan hal yang telah disebutkan di atas. Sungguh itu adalah cobaan hidup yang berat apabila kamu merasa tenang jika benar kamu mengalami hal seperti ini dalam hidup. 4. Jarang sakit juga salah satu ciri istidraj Sakit merupakan nikmat yang diberikan Allah SWT. Saat sakit, dosa- dosa berguguran dan doa dikabulkan. Namun, jika kamu merasa jarang sakit dan sering melakukan maksiat atau kurang beribadah, bisa jadi itu juga merupakan istidraj. Karena sesungguhnya, sakit merupakan ujian dari Allah SWT agar hambanya selalu mengingat-Nya dan memohon kesembuhan pada- Nya.
  • 5. 5 5. Perbanyak ibadah untuk menghindari istidraj Agar kita dijauhkan dari istidraj, tobat dan rutin beribadah menjadi salah satu caranya. Minta ampun kepada Allah SWT dan selalu mengingat-Nya di kala senang maupun susah, menjadi cara terbaik untuk menghindarkan diri dari istidraj. Jangan lupa juga untuk selalu beribadah, salat lima waktu, dan membaca Alquran, agar kita selalu dekat dengan Allah SWT. Itulah tadi pengertian, ciri dan cara menghindari istidraj. Semoga kita termasuk dalam orang-orang yang beriman dan dijauhkan dari istidraj. - Ini Arti Istidraj dalam Islam, Hati-hati dengan Nikmat Dunia! Jakarta - Tidak sedikit orang yang lalai dalam ibadah justru diberikan harta yang berlimpah dari Allah SWT. Dalam Islam, kenikmatan dunia itu disebut dengan istidraj.Allah SWT melimpahkan rezeki, kebahagiaan, dan kenikmatan dunia lainnya kepada setiap orang yang Dia kehendaki. Kenikmatan tersebut bisa menjadi peringatan akan azab Allah apabila diberikan kepada orang yang sering melalaikan ibadah dan merasa tenang dalam maksiatnya. Peringatan istidraj termaktub dalam QS. Al An'am ayat 44 sebagai berikut: ‫ف‬َ‫ل‬َ‫م‬َ‫ا‬ ‫ن‬َ‫ُس‬ ‫و‬ ‫ا‬َ۟ ‫َف‬‫ا‬ ‫ن‬َ‫س‬ ‫و‬‫ر‬‫و‬ُ‫ا‬‫و‬۟ ‫ب‬ ُ‫ه‬ُ‫ۦ‬ ‫َف‬‫ت‬ َ‫َح‬‫ن‬َ‫ا‬ ‫ن‬َ‫ل‬ُ‫ي‬َ‫ه‬َ‫م‬َْ ‫بَن‬ ََُْ‫ۦ‬ََ ‫ن‬ ‫و‬ُ ‫و‬‫ا‬ ‫ن‬ َ‫ى‬ َ‫ء‬ َ ٍ ‫ن‬َْ ‫ء‬َ‫ن‬َٰٓ ‫س‬َُِ۟ ‫ن‬َ‫ُس‬‫و‬ُٰٓ‫ر‬َ‫ا‬ ‫َب‬‫ل‬ُ‫ۦ‬ ‫ن‬َ‫َس‬ُ‫و‬ٓ ‫و‬ َ ‫ن‬َْ۟ ََْ ََ‫ل‬‫و‬‫ي‬ ‫ن‬َ‫َغ‬‫ن‬َ‫َة‬‫ۦ‬ ‫س‬َُ۟‫ذ‬َ‫ا‬ ‫ل‬‫و‬‫م‬ ‫ن‬َ‫ُب‬ ‫و‬ ‫ا‬ُ‫م‬َ‫س‬ُ‫ا‬ Artinya: "Maka tatkala mereka melupakan peringatan yang telah diberikan kepada mereka, Kamipun membukakan semua pintu-pintu kesenangan untuk mereka; sehingga apabila mereka bergembira dengan apa yang telah diberikan kepada mereka, Kami siksa mereka dengan sekonyong-konyong, maka ketika itu mereka terdiam berputus asa." (QS. Al An'am: 44)
  • 6. 6 alam tafsir Al Ahzar jilid 3, istidraj menurut ayat di atas artinya dikeluarkan dari garis lurus kebenaran tanpa disadari. Allah SWT memperlakukan apa yang dia kehendaki, dibukakan segala pintu, hingga orang tersebut lupa diri. Ibaratnya tidak ingat bahwa sesudah panas pasti ada hujan, sesudah lautan tenang gelombang pasti datang. Mereka dibiarkan berbuat maksiat dengan hawa nafsunya hingga tersesat jauh. Lalu, siksaan Allah datang sekonyong-konyong. Dalam Ensiklopedia Tasawuf Imam Al-Ghazali, istidraj artinya pembiaran. Yaitu pembiaran karena tidak mau berhenti melakukan hal-hal yang memalukan (maksiat). Istidraj merupakan peringatan keras dari Allah SWT. Malik Al-Mughis dalam bukunya yang berjudul Demi Masa menjelaskan, istidraj adalah pemberian kesenangan untuk orang-orang yang dimurkai Allah agar mereka terus menerus lalai. Hingga pada suatu ketika semua kesenangan itu dicabut oleh Allah, mereka akan termangu dalam penyesalan yang terlambat. Baca juga: Pengertian Dakwah Menurut Bahasa dan Istilah Allah SWT berfirman dalam QS. al-Qalam ayat 44 sebagai berikut: ‫ء‬َُ۟‫ر‬ََْ‫ا‬ ‫َو‬‫ا‬َ ‫ن‬‫و‬‫ب‬‫و‬َُْ‫ب‬‫و‬ُ ‫س‬َْ َْ‫ي‬ُ‫ۦ‬ ‫ن‬ ُُُْ‫د‬َ‫ح‬َ ِ ‫ن‬ ‫ل‬‫و‬‫ي‬‫و‬‫س‬ُ‫ر‬ َ‫َد‬‫ن‬ َ ‫َا‬‫ت‬ َ ‫م‬ ‫ن‬َ‫و‬‫و‬ُ‫ا‬ ‫ن‬‫و‬َْ‫ه‬َٰٓ ‫ن‬َ ‫ا‬ ‫ن‬َ‫ُب‬‫و‬‫ل‬َ‫م‬َ‫َن‬ُ Artinya: "Maka serahkanlah (ya Muhammad) kepada-Ku (urusan) orang-orang yang mendustakan perkataan ini (Al Quran). Nanti Kami akan menarik mereka dengan berangsur-angsur (ke arah kebinasaan) dari arah yang tidak mereka ketahui," (QS. al-Qalam: 44) Orang mukmin akan merasa takut dengan istidraj, yakni kenikmatan semu yang sejatinya murka Allah SWT. Namun sebaliknya, orang-orang yang tidak beriman akan beranggapan bahwa kesenangan yang mereka peroleh merupakan sesuatu yang layak didapatkan.
  • 7. 7 Biasanya, istidraj diberikan kepada orang-orang yang mati hatinya. Mereka adalah orang yang tidak merasa bersedih atas ketaatan yang ditinggalkan dan tidak menyesal atas kemaksiatan yang terus dilakukan. Cara termudah untuk membedakan kesenangan yang datangnya dari kemurahan Allah dengan istidraj adalah ketakwaan. Jika orang tersebut taat dalam beribadah, bisa jadi nikmat yang diterima adalah kemurahan Allah. Begitupun sebaliknya, apabila orang tersebut lalai dalam ibadah bisa jadi itu merupakan istidraj. Dalam sebuah hadits riwayat Imam Ahmad yang berasal dari sahabat Rasulullah SAW, 'Uqbah bin Amir, Rasulullah SAW bersabda: "Apabila engkau lihat Allah memberikan sebagian keduniaan kepada hamba-Nya, apa saja yang diingininya dengan serba-serbi kemaksiatannya maka pemberian yang demikian adalah istidraj." (HR. Ahmad) Sebagai Muslim, kita harus berhati-hati dengan nikmat yang diberikan oleh Allah SWT. Untuk itu, kita diperintahkan untuk menafkahkan sebagian harta yang kita peroleh kepada orang yang membutuhkan. - Mengajarkan Anak Apa Itu Arti Istidraj dalam Agama Islam Yuk, jelaskan pada anak untuk memotivasi mereka jadi lebih rajin dalam menunaikan ibadah Sama halnya dengan ilmu pengetahuan lainnya, memberi pemahaman tentang pengetahuan agama Islam pada anak juga tidak kalah penting, Ma. Bahkan, sudah menjadi kewajiban para orangtua untuk mengajarkan agama Islam kepada anak-anak. Ajaran dalam agama Islam yang paling utama ialah ibadah. Seluruh umat diwajibkan untuk senantiasa beribadah kepada Allah SWT. Menunaikan ibadah dengan benar dan tepat waktu pun menjadi jembatan umat Islam untuk
  • 8. 8 mendapatkan berkah serta karunia dari-Nya. Namun, beberapa umat Islam justru dianugerahi banyak nikmat dari Allah SWT meskipun tidak pernah beribadah. Misalnya, rezeki yang berlimpah, kehidupan bahagia, dan banyak hal duniawi sehingga tak jarang dapat membuat orang lain iri padanya. Padahal, kondisi tersebut merupakan bentuk ujian yang dinamakan Istidraj. 1. Arti itu Istidraj? Pexels/Andrea Piacquadio Istidraj adalah berasal dari kata 'daraja' dalam bahasa Arab yang berarti naik satu tingkatan ke tingkatan berikutnya. Namun, Istidraj lebih dikenal sebagai istilah azab yang berupa kenikmatan yang sengaja diberikan pada seseorang. Jadi, Allah SWT menguji hamba-hambanya yang lalai dalam beribadah dengan melimpahkan mereka kenikmatan dunia. Padahal, segala hal yang dinikmati tersebut adalah suatu jebakan. Adapun dalil dalam Alquran yang menjelaskan tentang Istidraj ialah Surah Al-An'am ayat 44: ‫ف‬َ‫ل‬َ‫م‬َ‫ا‬ ‫س‬ َُ ‫و‬ ‫ا‬َ۟ ‫َف‬‫ا‬ ‫س‬ َ ‫و‬‫ر‬ُ‫و‬‫ا‬‫و‬۟ ‫ن‬ِ‫ه‬ُ‫ۦ‬ ‫َف‬‫ت‬ َ ‫َح‬‫ن‬َ‫ا‬ ‫ن‬َ ‫ل‬ُ‫ي‬َ‫ه‬َ‫م‬َْ ‫َسبَن‬َُ‫ۦ‬َ‫س‬ ‫ن‬ُ‫و‬ ‫و‬‫ا‬ ‫ن‬َ ‫ء‬ َ ٍ‫ن‬ َ‫ى‬ ‫ن‬ ‫ء‬َ‫ت‬‫ن‬َٰٓ ‫س‬َُ۟‫س‬ ‫س‬ َُ‫و‬ُٰٓ‫ر‬َ‫ا‬ ‫ن‬ِ‫َف‬‫ل‬ُ‫ۦ‬ ‫س‬ َُِ‫و‬ٓ َ ‫و‬‫س‬ ‫ن‬َ ‫ل‬‫و‬‫ي‬ْ۟ َ َْ َ‫س‬ ‫ن‬َ‫َغ‬‫ن‬ َ‫َة‬‫ۦ‬ ‫س‬َُ۟‫ف‬َ‫ا‬ ‫ن‬َ ‫ل‬‫و‬‫م‬ ‫ن‬َ‫ب‬ َُ ‫و‬ ‫ا‬ُ‫م‬َ‫س‬ُ‫ا‬ Fa lammaa nasuu maa zukkiruu bihii fatahnaa ‘alaihim abwaaba kulli syaii’, hattaaa izaa farihuu bimaaa uutuuu hoznaahum baghtatang fa izaa hum mublisuun Artinya: “Maka tatkala mereka melupakan peringatan yang telah diberikan kepada mereka, Kami pun membukakan semua pintu-pintu kesenangan untuk mereka; sehingga apabila mereka bergembira dengan apa yang telah diberikan kepada mereka, Kami siksa mereka dengan sekonyong-konyong, maka ketika itu mereka terdiam berputus asa.” Semoga Mama dan keluarga bukan golongan penerima istiraj, azab berupa kenikmatan dari Allah SWT.
  • 9. 9 2. Ciri-ciri Istidraj, diberi kenikmatan berlimpah Umumnya, Istidraj terjadi pada umat Islam yang lalai dalam beribadah. Namun, mereka selalu dapat merasakan banyak kenikmatan di dunia. Misalnya, seorang umat yang tidak pernah menunaikan salat dan mengerjakan amalan lain, tetapi dilimpahkan rezeki begitu banyak. Padahal, kenikmatan yang membuat mereka terlena adalah sebuah jebakan atau azab dari Allah SWT. Sebagaimana yang diterangkan dalam Alquran Surah Ali Imran ayat 178: ‫ن‬َ ‫َا‬ ‫ن‬َ‫و‬َ‫س‬ َ ‫ا‬ َ‫َح‬ُ ‫وَن‬ََُُْ ‫س‬ ‫س‬ََ ‫و‬‫ر‬َ َ‫ا‬ ‫َف‬‫ل‬ََ۟‫س‬ ‫ن‬َ‫م‬ُ‫م‬َ‫ل‬‫و‬۟ ‫ن‬َ‫ل‬‫و‬‫ي‬َ ‫ن‬ َ‫ر‬َ‫ه‬َ ‫ن‬َ‫ل‬ُ‫ي‬ُ‫ا‬‫و‬ ََ۟ ُ‫و‬ ‫ا‬ ‫ن‬ ‫َف‬‫ل‬َُ۟‫س‬ ‫ن‬َ‫م‬ُ‫م‬َ‫ل‬‫و‬۟ ‫ن‬َ‫ل‬‫و‬‫ي‬َ ‫س‬ََ ‫و‬ْ‫َس‬ََُْ‫ه‬ُ ‫ف‬َ‫ل‬َ‫م‬ُ‫س‬ ‫ن‬ ‫ن‬َ‫ل‬‫و‬‫ي‬َ َ ‫ن‬َ‫سب‬ََْْ ‫ن‬َ‫و‬َ‫ه‬ُ‫ي‬ُ‫ا‬ Wa laa yahsabannallaziina kafaruuu annamaa numlii lahum khoirul li’ angfusihim, innamaa numlii lahum liyazdaaduuu ismaa, wa lahum azaabum muhiin Artinya: “Dan jangan sekali-kali orang-orang kafir itu mengira bahwa tenggang waktu yang Kami berikan kepada mereka lebih baik baginya. Sesungguhnya tenggang waktu yang Kami berikan kepada mereka hanyalah agar dosa semakin bertambah, dan mereka akan mendapat azab yang menghinakan.” 3. Ketenangan hidup, meski sering bermaksiat Ciri-ciri Istidraj lainnya ialah rasa tenang dan tentram dalam menjalani hidup. Padahal, dirinya selalu melakukan maksiat. Segala dosa yang diperbuat pun terasa biasa saja, tidak merasa bersalah atau menimbulkan kegelisahan di hati. Ibadah juga tidak pernah ditunaikan sehingga terlalu dalam menikmati dunia. Padahal, sesungguhnya dirinya sedang tersesat. Hal ini karena Istidraj merupakan hukuman dari Allah SWT yang terjadi sedikit demi sedikit. Sebagaimana dalam firman-Nya berikut: ‫ن‬َ ‫ء‬ُ۟ َ‫ر‬ََْ‫ا‬ ‫ن‬َ ‫َو‬‫ا‬َ ‫ن‬ َ‫ب‬ُُ‫ن‬‫و‬‫ب‬ُ‫و‬ْ ‫س‬َْ ْ ‫ي‬ُ‫ۦ‬ ‫ن‬ َُُُْ‫د‬َِ‫ح‬َ ‫نس‬ ‫ن‬َ ‫ل‬‫و‬‫ي‬‫و‬‫س‬ُ‫ر‬ َ ‫َد‬‫ن‬ َ ‫َا‬‫ت‬ َ ‫م‬ ‫ن‬َ ‫و‬ُ‫و‬‫ا‬ ‫ن‬‫و‬َْ‫ه‬َٰٓ ‫ن‬َ ‫ا‬ ‫ن‬ََ‫ب‬ َُ‫و‬‫ل‬َ‫م‬ َ‫َن‬ُ
  • 10. 10 Fazarnii wa many yukazzibu bihaazal hadiisi sanastad rijuhum min haisu laa ya'lamuun Artinya: “Nanti Kami akan menghukum mereka dengan berangsurangsur (ke arah kebinasaan) dari arah yang tidak mereka ketahui.” (QS. Al-Qalam: 44). 4. Jarang sakit juga tanda-tanda Istidraj Banyak yang berpendapat bahwa kesehatan adalah hal tak ternilai. Hingga beberapa orang akan mengeluh jika dirinya merasa tidak sehat. Padahal, sakit merupakan bentuk nikmat dari Allah SWT pada hambanya. Maka, umat Islam yang jarang sakit ini pun termasuk dalam ciri-ciri tertimpa Istidraj. Ketika tubuhnya selalu sehat, mereka biasanya akan lalai dalam ibadah dan terus terlena pada urusan-urusan duniawi yang fana. Dari Ubah bin Amir radhiallahu ‘anhu, Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda. ‫س‬َُِ۟ ‫ن‬َ‫أ‬ََََُ‫ر‬ ‫ن‬َ َ ‫سه‬ ‫ء‬ ‫ف‬َ‫ن‬َٓ ‫م‬ُ‫ع‬َ‫ن‬‫و‬ُ ‫َدَن‬‫س‬َ‫ن‬َ ‫س‬ ‫وَن‬ُ‫ا‬ ‫َف‬‫ه‬َُ۟‫د‬ ‫س‬ ‫َف‬‫ا‬ ‫ن‬ُ‫ح‬ُ‫ح‬‫و‬ُ ‫ن‬ َُ‫و‬‫َم‬ ‫ن‬َ‫هل‬ُ‫م‬‫و‬‫ا‬ ‫ء‬َ‫م‬َْ ‫ن‬ ُ‫ه‬‫ه‬ُ‫ص‬‫ف‬َ‫ن‬َ‫ا‬ ‫ن‬ َُ۟‫ذ‬َ‫ا‬‫َف‬‫ل‬ ‫ن‬ َ‫ل‬ُ َ۟ ‫ن‬‫و‬‫ه‬َ‫ت‬ُ‫ا‬ ‫ن‬َْ‫س‬َ‫ر‬ َ‫د‬ُ‫ن‬ َ ‫سم‬ Artinya: “Apabila Anda melihat Allah SWT memberikan kenikmatan dunia kepada seorang hamba, sementara dia masih bergelimang dengan maksiat, maka itu hakikatnya adalah Istidraj dari Allah SWT.” 5. Ajarkan anak untuk rajin dalam beribada Setelah memahami makna Istidraj, orangtua hendaknya selalu mengingatkan anak untuk senantiasa beribadah dan bertaubat kepada Allah SWT. Biasakanlah anak mama dan papa agar terus mengingat Allah SWT di kala suka maupun duka. Hal ini bertujuan untuk menghindarkan diri anak dari Istidraj, berupa kenikmatan yang berlimpah. Padahal, kenikmatan tersebut adalah hukuman yang diberikan oleh Allah SWT. Itulah penjelasan apa itu Istidraj beserta ciri-cirinya yang bisa orangtua ajarkan pada anak. Sunggung mengerikan jika seseorang tergolong dalam kaum penerima istiraj, azab yang berupa kenikamatan dari Allah SWT. Semoga dapat
  • 11. 11 memotivasi Mama, Papa, dan buah hati agar selalu istiqomah dalam menjalankan segala perintah-Nya. - Pengertian Istidraj Lengkap dengan Ciri-cirinya Allah memerintahkan setiap Muslim untuk senantiasa taat kepada-Nya. Bentuk ketaatan ini bisa dibuktikan dengan selalu menjalankan perintah-Nya dan menjauhi larangan-Nya. Segala bentuk ketidakpatuhan seorang hamba kepada Allah SWT disebut sebagai maksiat. Dan segala bentuk kemasiatan akan mendapatkan hukumannya di sisi Allah. Salah satu hukuman bagi seorang Muslim yang melakukan maksiat adalah istidraj. Apa itu istidraj? Dan apa ciri-cirinya? Pengertian Istidraj Mengutip dari jurnal berjudul Istidraj dalam Alquran Perspektif Imam Al- Qurthubi karya Diana Fitri Febriani, Istidraj adalah nikmat yang diberikan Allah kepada orang-orang yang membangkang terhadap-Nya. Ini merupakan hukuman dari Allah agar orang tersebut terus terjerumus dalam kesesatan. Nikmat yang diberikan bukanlah bentuk kasih sayang Allah, melainkan murka Allah terhadap mereka. Nikmat tersebut hanyalah alat untuk menghukum mereka, baik di dunia maupun di akhirat kelak. Banyak ayat Alquran yang menyebutkan istilah istidraj. Istilah tersebut diterjemahkan oleh ahli tafsir dengan beberapa pengertian. Salah satunya Surat Al-A’raf ayat 182. ‫ُوَن‬َُْ َِ ‫ن‬َ‫ُس‬‫و‬‫ۦ‬ََْ‫ا‬ ‫َف‬‫ت‬ُ‫ن‬َُْ‫ف‬ِ ُِ‫ۦ‬ ‫ل‬‫و‬‫ي‬‫و‬‫س‬ُ‫ر‬ َ‫َد‬‫ن‬ َ ‫َا‬‫ت‬ َ ‫م‬ ‫ن‬َ‫و‬ُ‫و‬‫ا‬ ‫ن‬‫و‬َْ‫ه‬َٰٓ ‫ن‬َ ‫ا‬ ‫ن‬َ‫ُب‬‫و‬‫ل‬َ‫م‬َ‫َن‬ُ Artinya: Dan orang-orang yang mendustakan ayat-ayat Kami, nanti Kami akan menarik mereka dengan berangaur-angsur (ke arah kebinasaan), dengan cara yang tidak mereka ketahui. Ayat ini ditafsirkan oleh Imam Al-Qurthubi dalam Tafsir Al-Jami’ Li’ Ahkami sebagai pesan tersirat bahwa Allah akan menghukum hamba-Nya yang durhaka dan maksiat dengan cara istidraj.
  • 12. 12 Ia mengatakan bahwa saat orang melakukan kemaksiatan, seketika itu pula Allah memberikan mereka nikmat sebagai hukuman. Allah SWT berfirman bahwa orang yang mendustakan ayat-ayat-Nya akan dibinasakan, yaitu dibinasakan dengan cara istidraj. Ciri-ciri Istidraj - Pekerjaan terasa lancar meskipun tak beribadah - Rezeki berlimpah meskipun tak beribadah - Merasakan ketenangan meskipun lalai menjalankan ibadah atau melakukan kegiatan yang sifatnya maksiat. - Jarang sakit meskipun sering lalai beribadah dan melakukan perbuatan maksiat. Istidraj Istidrāj atau Imlā' atau Imhāl (bahasa Arab: ْ‫س‬َ‫ر‬ َ‫د‬ُ‫ن‬ َ ‫م‬ُِ َ ‫ى‬َ‫م‬َ‫ا‬ُِ َ ‫فإ‬َ‫ي‬َ‫)ِا‬ termasuk dari sunah-sunah Ilahi, bermakna mendekat secara berangsur ke arah azab Ilahi. Istidrāj dikhususkan kepada orang kafir dan para pelaku dosa yang tidak mensyukuri anugerah-anugerah Tuhan, dan semakin banyak mereka berbuat dosa maka semakin banyak pula nikmat-nikmat yang diberikan kepada mereka sehingga dengan cara ini kesombongan dan kelalaian mereka semakin meningkat dan pada akhirnya mereka akan terkena azab yang lebih pedih. Mendapatkan nikmat-nikmat dengan sendirinya bukanlah indikasi istidrāj, akan tetapi reaksi manusia dalam menghadapi itu semua menjadi penentu terkena istidrāj atau tidak. Apabila ia menggantikan rasa syukur kepada Tuhan dengan kefasikan dan kekafiran, namun nikmatnya masih tetap bertambah maka ia sedang terkena istidrāj. Istidrāj, Mendekat Secara Berangsur kepada Azab Tuhan Istidrāj adalah sebuah istilah yang dicerap dari Alquran.[1] Kata ini secara bahasa bermakna mendekat secara bertahap kepada sesuatu.[2] Dalam kamus Islam, istidrāj termasuk dari sunnah-sunnah Ilahi. Artinya, Allah swt mengazab
  • 13. 13 secara berangsur para pelaku dosa yang tanpa rasa takut. Dengan kata lain, semakin banyak mereka berbuat dosa maka semakin banyak pula Ia memberikan nikmat kepada mereka, dan dengan cara ini mereka akan semakin terjangkit rasa sombong dan lalai, dan pada akhirnya mereka akan mendapatkan siksa yang lebih pedih. [3] Konsep istidrāj digunakan dua kali dalam Alquran dalam bentuk kata kerja (fi'l) «‫ل‬‫و‬‫ي‬‫و‬‫س‬ُ‫ر‬ َ‫َد‬‫ن‬ َ ‫َا‬‫ت‬ َ ‫;»م‬ pertama pada surah Al-A'raf ayat 182 dan kedua pada surah Al-Qalam ayat 44. Dua ayat tersebut berkenaan juga dengan orang- orang kafir. [4] Dalam ayat 182 surah Al-A'raf dimuat: "Mereka yang mendustakan ayat-ayat Kami, nanti Kami akan menarik mereka (ke arah kebinasaan) dengan cara yang tidak mereka ketahui." Konsep-Konsep Qurani Penjelas Istidrāj Dalam ayat-ayat lain dari Alquran, masalah ini disampaikan tanpa menyebut kata istidrāj. [5] Di dalam Alquran konsep Imlā' (penangguhan) dan Imhāl (penangguhan) juga menunjukkan sunnah istidrāj. [6] Diantara ayat-ayat yang menurut Allamah Thabathabai dalam Tafsir al- Mizan menjelaskan sunnah istidrāj ialah ayat 178 surah Ali Imran. [7] "Dan janganlah sekali-kali orang-orang kafir menyangka, bahwa pemberian tangguh Kami kepada mereka adalah lebih baik bagi mereka. Sesungguhnya Kami memberi tangguh kepada mereka hanyalah supaya bertambah-tambah dosa mereka; dan bagi mereka azab yang menghinakan." [8] Istidrāj Sosial Menurut pernyataan sebagian peneliti, selain Alquran berbicara soal istidrāj individual, ia juga berbicara soal istidrāj sosial. Salah satu bukti yang mereka bawakan untuk jenis istidrāj ini adalah ayat 48 surah Al- Haj. [9] "Dan berapalah banyaknya kota yang Aku tangguhkan (azab-Ku) kepadanya, yang penduduknya berbuat zalim, kemudian Aku azab mereka, dan hanya kepada-Kulah kembalinya (segala sesuatu)."[10]
  • 14. 14 Tanda-Tanda Istidrāj Berdasarkan riwayat-riwayat, terkadang nikmat-nikmat menjadi tanda istidrāj. Kulaini menukil riwayat dari Imam Shadiq as bahwa orang yang berbuat dosa, tapi Tuhan menangguhkan (pemberian azab) kepadanya dan Ia terus melimpahkan anugerah-Nya atasnya, sedemikian rupa sehingga lalai beristigfar, ketahuilah bahwa ia terserang istidraj. [11] Demikian juga sesuai dengan sebuah hadis dalam kitab al-Kafi, seseorang berkata kepada Imam Shadiq as: Aku meminta harta dari Tuhan, Ia pun memberikan itu padaku, aku meminta anak keturunan, Ia pun mengaruniakanku anak, dan aku meminta rumah kepada-Nya, Ia pun mengabulkan permintaanku. Kini aku khawatir jangan-jangan pengabulan doa-doa ini karena istidraj. Imam Shadiq as menjawab, jika engkau mensyukuri nikmat-nikmat ini, maka itu bukan istidrāj. [12] Fakhruddin Razi dari mufasir dan teolog Ahlusunah abad ke-6 H berkeyakinan bahwa kemampuan para pelaku dosa untuk melakukan perbuatan-perbuatan yang luar biasa termasuk dari contoh-contoh istidrāj. [13] Menurut keyakinan Murtadha Muthahhari, mendapatkan nikmat-nikmat dengan sendirinya bukanlah tanda istidrāj, akan tetapi dari reaksi perbuatan kita dalam menyikapi nikmat-nikmat itu akan diketahui apakah kita tertimpa istidrāj atau tidak. Apabila kita menunaikan syukur nikmat-nikmat tersebut dan menggunakannya pada jalan yang diridhai Tuhan niscaya itu bukan istidraj, namun apabila kita merasa sombong dengan nikmat-nikmat itu, dan atau kita menggunakannya pada jalan ilegal niscaya kita tertimpa istidrāj. 2. DALIL-DALIL HADITS QUDSI TENTANG HUKUMAN YANG DISEGERAKAN SEBAGAI BENTUK KASIH SAYANG ALLAH TERHADAP HAMBANYA., (DALIL, TERJEMAHAN, PENJELASAN, SERTACONTOH KASUS).
  • 15. 15 - 3 Dosa yang Balasannya akan Disegerakan Allah SWT di Dunia Setiap pribadi manusia akan ditangguhkan dosa yang diperbuatnya hingga hari kiamat. Namun terdapat tiga dosa besar yang balasannya akan disegeraka Allah SWT di dunia. ‫و‬َْ ‫م‬ُ‫ۦ‬ََ ‫ن‬ َ‫ك‬َ‫ر‬َ‫َب‬‫ۦ‬ ‫ن‬َ‫م‬ُ‫ي‬َ‫ر‬ ‫ن‬‫و‬ َ ‫سه‬ ‫ن‬‫و‬‫ه‬َ‫ت‬َْ، ‫ن‬ُ‫و‬َْ ‫ن‬ ‫و‬ُ‫م‬ُ‫س‬َ‫ت‬ ‫س‬ ‫مء‬ ‫ص‬ ‫هللا‬ ‫هه‬ ‫م‬ ْ ‫مل‬ ‫م‬ ‫فإ‬ ‫ق‬ : ‫ن‬ُ ‫ا‬ ‫ن‬ َ‫ب‬ُ۟۟ ‫ن‬ ‫و‬‫ر‬ُ ُ ‫ن‬‫و‬‫هللا‬ ‫تيف‬ ‫ا‬ ‫اف‬ ‫ن‬ َ‫ى‬‫ٍف‬ ‫ء‬ ِ ‫ن‬ُ‫ُُم‬ ‫ن‬ ُ‫غ‬‫مهفا‬ ‫س‬ ‫ن‬َ ‫ِا‬ ‫ن‬َ‫ةم‬َ‫س‬ ‫س‬، ‫ن‬َ‫ْمُق‬ ‫ن‬ُ‫دَُو‬ ‫ُس‬ ‫س‬، َ ‫ن‬َ‫قعهنغ‬ ‫ن‬ُ‫ٰٓل‬َ‫ر‬ ‫س‬، ‫ن‬‫و‬ ُِ‫ن‬‫و‬ُ ‫يف‬ُ‫س‬ٰٓ‫هف‬ ‫م‬ ‫ا‬ ‫۟هف‬ُ‫د‬ ‫س‬ ‫َن‬ ‫قس‬ ‫ن‬ ُ‫م‬َُ‫ل‬ ‫س‬ Hal ini sesuai dalam hadist dari Abu Bakrah RA, Rasulullah SAW bersabda,” Setiap dosa akan di akhirkan (ditunda) balasannya oleh Allah SWT hingga hari kiamat, kecuali al-baghy (zalim), durhaka kepada orang tua dan memutuskan silaturahim, Allah akan menyegerakan di dunia sebelum kematian menjemput.” (HR Al Hakim, Al Mustadrak No 7345). Pertama, dosa orang yang berbuat zalim balasannya akan disegerakan. zalim adalah perbuatan melampaui batas dalam melakukan keburukan. Perbuatan zalim dapat mengotori hati, seperti sombong, dengki, ghibah, fitnah, dusta, dan lain sebagainya. Karena itu zalim termasuk dari dosa besar. Manusia yang zalim akan mendapatkan balasan di dunia dan siksa pedih di akhirat. Sebagaimana yang dijelaskan dalam Alquran: ‫َف‬‫ل‬َُِ۟ ‫ن‬‫و‬ ‫ه‬ُ‫س‬ َ ‫ا‬ ‫س‬ ‫ء‬َ‫م‬َْ ‫ُوَن‬َُْ ‫س‬ ‫ن‬َ‫ُب‬‫و‬‫ل‬ُ‫م‬َ‫َن‬ُ ‫فنَن‬َ‫ت‬ ‫س‬ ‫ن‬َ‫ُب‬‫و‬‫َة‬‫س‬ََُ ‫م‬ُ‫ا‬ ‫ن‬ ُ‫أ‬َ‫ر‬َ َ ‫س‬ ‫ن‬ ُ‫ر‬َ‫ه‬َ‫ة‬ُ‫ۦ‬ ‫ن‬ ُ‫و‬‫ح‬َ‫ح‬َ ‫س‬ ‫ن‬ ‫ن‬ َ‫ل‬ُ َْ ‫و‬ َ ‫ن‬َ‫ل‬‫و‬‫ي‬َ ‫ن‬َ‫سب‬ََْْ ‫ن‬َ‫هل‬ُ ََ “Sesungguhnya dosa itu atas orang-orang yang berbuat zalim kepada manusia dan melampaui batas di muka bumi tanpa hak. Mereka itu mendapat azab yang pedih.” (QS Asy-Syura: 42) Kedua, orang yang durhaka kepada orang tua. Sikap buruk dan tidak menghormati serta tidak menyayangi kedua orang tua, adalah sikap yang sangat tercela, karena merekalah penyebab keberadaan kita di dunia ini. Jika sikap ini dilakukan, maka akan mengundang kemurkaan dari Allah SWT di dunia ini, antara lain dalam bentuk pembangkangan sikap yang dilakukan anak-anak mereka. Karena itu, sikap ihsan baik dalam ucapan maupun perbuatan
  • 16. 16 merupakan suatu kewajiban agama sekaligus merupakan suatu kebutuhan. Seperti yang dijelaskan dalam firman Allah SWT: ‫ن‬ْ ‫ء‬َ‫ض‬َ‫ق‬َ ‫ن‬ َ‫ل‬ُ‫ۦ‬َ‫ر‬ ‫ن‬َ ‫ا‬ََ ‫س‬ ‫و‬‫د‬‫و‬‫س‬َ‫ن‬َٓ ‫ن‬َ ‫ا‬ُِ ‫ن‬ ‫و‬‫ي‬‫ف‬َُُِ ‫ن‬ُ‫و‬ََُ‫د‬ُ ‫َس‬َُ ‫ف‬ُ‫ۦ‬َ ‫ف‬َ۟‫ف‬ َ ‫ا‬ َُِٰٓ ‫ن‬ ‫ن‬َ‫م‬ُِ‫س‬ ‫ن‬َ‫و‬َ‫ة‬‫و‬‫َم‬‫س‬َُ ‫ن‬ َ‫ن‬ َ‫د‬َ‫ت‬ُْ ‫ن‬ َ‫ر‬َ‫س‬ُ‫ب‬َ ‫س‬ ‫َف‬‫ل‬‫و‬‫م‬‫و‬‫د‬َََٰٓ ‫ن‬َ ََ ‫َف‬‫ل‬‫و‬‫م‬ َ ‫م‬ُ‫ا‬ ‫ن‬َ ‫م‬َ‫ا‬ ‫ن‬َ ‫و‬‫م‬َٓ ‫َف‬‫ل‬‫و‬‫ي‬َ ‫ن‬َ‫و‬ ‫و‬ َ ‫ن‬َ ‫َا‬ ‫َف‬‫ل‬‫و‬‫م‬َ‫ر‬َ‫ي‬َ‫ت‬َٓ ‫ن‬َ ‫و‬‫َق‬ ‫َف‬‫ل‬‫و‬‫ي‬َ ‫ن‬َ ‫ا‬ََُ‫ق‬ ‫ن‬ ُ‫ر‬َ‫ا‬ “Dan Tuhanmu telah memerintahkan supaya kamu jangan menyembah selain Dia dan hendaklah kamu berbuat baik pada ibu-bapakmu dengan sebaik- baiknya. Jika salah seorang di antara keduanya atau kedua-duanya sampai berumur lanjut dalam pemeliharaanmu, maka sekali-kali janganlah kamu mengatakan kepada keduanya perkataan "ah" dan janganlah kamu membentak mereka, dan ucapkanlah kepada mereka ucapan yang mulia.” (QS Al-Isra: 23). Ketiga, dosa orang yang memutuskan silaturahim. Islam tidak menyukai orang- orang yang memutuskan tali persaudaraan. Islam mengancam dan mengecam secara tegas orang-orang yang memutuskan tali persaudaraan. Dalam hal ini, Rasulullah SAW bersabda dari Abu Muhammad Jubiar bin Muth’im RA: ‫ْو‬ ‫ۦم‬ََ ‫احلد‬ ‫ن‬ ُ‫ر‬َ‫ه‬َ‫س‬‫و‬‫س‬ ‫ن‬ُ‫ۦو‬ ‫ن‬َ‫ل‬ُ‫ن‬َ‫ع‬‫و‬‫ا‬ ‫يم‬ ‫ر‬ ‫هللا‬ ‫ته‬ ْ ‫ن‬َ‫ب‬ََ ‫رمُإَن‬ ‫ن‬ َ ‫سه‬ ‫ﷺ‬ ‫فإَن‬َ‫ق‬: ‫ا‬ ‫ن‬‫و‬ ‫و‬ َ‫َد‬ُ ‫ن‬َ‫غ‬َ‫ت‬َِ ‫س‬ ‫ن‬َ‫ا‬ُِ‫ف‬َ‫ق‬ “Tidak akan masuk surga orang yang memutus (silaturahim)." (HR Bukhari dan Muslim). Islam begitu tegas terhadap hubungan baik sesama manusia. Oleh karena itu, orang yang tidak mau berbuat baik dan justru memutus persaudaraan, Islam pun memberikan ancaman yang keras, yakni tidak akan masuk surga sebagai balasannya. Sungguh mengerikan. - Terjebak (Istidraj) Kenikmatan ‫ن‬َ‫و‬َْ ‫ن‬َ‫غ‬َ‫س‬َ‫م‬‫و‬ْ ‫ن‬ُ‫و‬َ‫ۦ‬ ‫ن‬ َ‫ر‬ُ‫ا‬‫ف‬َْ ‫ن‬َ‫م‬ُ‫ي‬َ‫ر‬ ‫ن‬‫و‬ َ ‫سه‬ ‫ن‬‫و‬‫ه‬َ‫ت‬َْ، ‫ن‬ُ‫و‬َْ ‫ن‬ ُ‫و‬‫م‬ُ‫س‬َ‫ت‬ ‫س‬ ‫ء‬َ‫َم‬‫ص‬ ‫ن‬‫و‬ َ ‫سه‬ ‫ن‬ ُ‫ه‬َ‫ه‬َ‫م‬َْ ‫لَن‬َ‫م‬ َ ‫َم‬ ‫فإَن‬َ‫ق‬: “‫س‬َُِ۟ ‫ن‬ ََََُ‫ر‬‫ن‬َ‫أ‬ ‫ن‬َ َ ‫سه‬ ‫ء‬ ‫ف‬َ‫ن‬َٓ ‫م‬ُ‫ع‬َ‫ن‬‫و‬ُ ‫َدَن‬‫س‬َ‫ن‬َ ‫س‬ ‫وَن‬ُ‫ا‬ ‫َف‬‫ه‬َُ۟‫د‬ ‫س‬ ‫َف‬‫ا‬ ‫ن‬ُ‫ح‬ُ‫ح‬‫و‬ُ ‫ن‬ َُ‫و‬‫َم‬ ‫ن‬َ‫هل‬ُ‫م‬‫و‬‫ا‬ ‫ء‬َ‫م‬َْ ‫ن‬ ُ‫ه‬‫ه‬ُ‫ص‬‫ف‬َ‫ن‬َ‫ا‬ ‫َف‬‫ل‬َُ۟‫ذ‬َ‫ا‬ ‫ن‬ َ‫ل‬ُ َ۟ ‫ن‬ ُ‫ا‬‫ن‬‫و‬‫ه‬َ‫ت‬
  • 17. 17 ‫ن‬َْ‫س‬َ‫ر‬ َ‫د‬ُ‫ن‬ َ ‫”سم‬، ‫ن‬َ‫ل‬‫و‬‫م‬ ‫ن‬َ ‫م‬َٓ ‫ن‬‫و‬‫ُإ‬ ‫و‬ ‫م‬َ‫ر‬ ‫ن‬ ُ َ ‫سه‬ ‫ء‬َ‫َم‬‫ص‬ ‫ن‬‫و‬ َ ‫سه‬ ‫ن‬ ُ‫ه‬َ‫ه‬َ‫م‬َْ ‫لَن‬َ‫م‬ َ ‫َم‬ : (‫ف‬َ‫ل‬َ‫م‬َ‫ا‬ ‫ُس‬ ‫و‬ ‫ا‬َ۟ ‫َف‬‫ا‬ ‫س‬ ‫و‬‫ر‬ُ‫و‬‫ا‬‫و‬۟ ‫ن‬ ُ‫ه‬ُ‫ۦ‬ ‫ن‬ َ‫ن‬َ‫ا‬‫َف‬‫ت‬ َ‫ح‬ ‫ن‬َ‫ل‬ُ‫ي‬َ‫ه‬َ‫م‬َْ ‫َسبَن‬َُ‫ۦ‬ََ ‫ن‬ُ‫و‬ ‫و‬‫ا‬ ‫ن‬ َ‫ى‬ َ‫م‬ َ ٍ ‫ء‬َ‫ن‬َٰٓ ‫س‬َُِ۟ ‫ُس‬‫و‬ُٰٓ‫ر‬َ‫ا‬ ‫َف‬‫ل‬ُ‫ۦ‬ ‫ُس‬‫و‬ٓ ‫و‬ َ ‫ن‬َ‫ل‬‫و‬‫فم‬َ۟ ََْ ََ ‫ن‬َ‫َغ‬‫ن‬َ‫َة‬‫ۦ‬ ‫ن‬ ُ‫ذ‬َ‫ا‬‫س‬َ۟ ‫ن‬َ‫ل‬‫و‬‫م‬ ‫ن‬َ‫ُب‬ ‫و‬ ‫ا‬ُ‫م‬َ‫س‬‫و‬‫ا‬( (‫سي‬ ‫ر‬ ‫)َٰٓلد‬ Dari ‘Uqbah bin ‘Amir ra, Rasulullah saw bersabda: “Bila kamu melihat Allah memberi pada hamba (perkara) dunia yang diinginkannya, padahal dia terus berada dalam kemaksiatan kepada-Nya, maka (ketahuilah) bahwa hal itu adalah istidraj (jebakan berupa nikmat yang disegerakan) dari Allah.” Kemudian Rasulullah saw membaca ayat yang berbunyi, “Maka tatkala mereka melupakan peringatan yang telah diberikan kepada mereka, Kami pun membukakan semua pintu-pintu kesenangan untuk mereka; sehingga apabila mereka bergembira dengan apa yang telah diberikan kepada mereka, Kami siksa mereka dengan sekonyong-konyong, maka ketika itu mereka terdiam berputus asa (Qs Al- An’am: 44).” (HR. Ahmad) Hadits ini diriwayatkan oleh Ahmad dalam Al-Musnad (28/547) dan Al-Tabrani dalam Al-Mu’jam Al-Kabir (17/330) dan Al-Mu’jam Al-Ausath (9/110). Hadits ini juga di-hasan-kan oleh al-‘Iraqi dalam Takhrij Al-Ihya’ (4/162). Dua kritikus Hadits modern, Syu’aib Al-Arnauth menilai Hadits ini hasan dilihat dari jalur lain (hasan li-ghairihi) dan al-Albani dalam Shahih al-Jami’ (nomor Hadits 561) menilainya shahih. Istidraj secara bahasa bermakna naik dari satu tingkat ke tingkat selanjutnya. Sedang istidraj dari Allah kepada hamba dapat dipahami sebagai ‘hukuman’ yang diberikan sedikit demi sedikit, tidak secara langsung. Allah membiarkan hamba ini dan tidak disegerakan hukumannya sebagaimana firman Allah: ‫ن‬َ‫ل‬‫و‬‫ي‬‫و‬‫س‬ُ‫ر‬ َ‫َد‬‫ن‬ َ ‫َا‬‫ت‬ َ ‫م‬ ‫ن‬َ‫و‬ُ‫ا‬ ‫ن‬‫و‬َْ‫ه‬َٰٓ ‫ن‬ َ‫ا‬ ‫ن‬َ‫ُب‬‫و‬‫ل‬َ‫م‬َ‫َن‬ُ Artinya: “Nanti Kami akan menghukum mereka dengan berangsurangsur (ke arah kebinasaan) dari arah yang tidak mereka ketahui.” (Qs Al-Qalam: 44)
  • 18. 18 Al-Munawi dalam Faidh Al-Qadir Syarh Al-Jami Al-Shaghir mengatakan, perkara dunia yang diinginkan hamba dalam Hadits ini berupa harta, anak, dan kedudukan. Dengan kenikmatan itu justru hamba tersebut semakin gencar dalam berbuat maksiat. Akhirnya Allah berikan hamba tersebut istidraj (jebakan) berupa dibukanya pintu kenikmatan lain dan hamba tersebut merasa senang dan nyaman dengan kemaksiatannya disertai dengan hilangnya keinginan bertaubat, apalagi menyesali perbuatannya. Ibnu Katsir dalam tafsirnya menggambarkan bentuk kehidupan hamba dalam istidraj ini adalah dibukanya berbagai pintu rezeki dan sumber penghidupan (kedudukan, jabatan, kehormatan) hingga terperdaya dan beranggapan diri mereka di atas segala-galanya. Terdapat lima tahapan yang akan dialami oleh hamba yang tidak mengindahkan ajaran Islam sebagai sebuah istidraj. Pertama, Falamma nasuu maa dzukkiru (ketika hamba melupakan peringatan-peringatan agama). Al Thabari dalam tafsirnya berkomentar melupakan perintah agama adalah meninggalkan perintah Allah yang disampaikan Rasulnya. AlRaghib al-Asfahani menjelaskan, melupakan itu timbul ada kalanya disebabkan oleh hati yang lemah disertai dengan kelalaian yang disengaja. Artinya, melupakan itu bukan berarti tidak tahu, tidak ingat atau tidak sadar, tapi juga dalam bentuk kesengajaan, mungkin karena dianggap ajaran Islam itu tidak sesuai dengan konteks masyarakat modern atau alasan-alasan sejenisnya. Kedua, Fatahna ‘alaihim abwaba kulli syai’ (Kami pun membuka semua pintu kesenangan untuk mereka hamba). Diantara bentuk-bentuk kesenangan duniawi yang hamba dapatkan adalah dimudahkan mendapatkan rezeki melimpah di dunia. Hamba tersebut akan dimudahkan mendapatkan kesenangan duniawi apa saja yang diinginkannya. Dengan kesenangan-kesenanga tersebut, si hamba selalu berbuat maksiat, tidak memiliki keinginan bertaubat dan kembali ke jalan yang benar.
  • 19. 19 Ketiga, Hatta idza farihu bima utu (Hingga bila mereka gembira dengan apa yang diberikan). Ketika hamba sedang dalam puncak kebahagiaan menikmati kesenangan duniawinya berupa harta benda, anak banyak, dan kedudukan tinggi di kalangan manusia, namun hidupnya masih jauh dari ketaatan, jauh dari rasa empati pada orang lain, jauh dari masjid dan jauh dari majelis ilmu. Keempat, Akhadznahum baghtatan (Kami siksa mereka dengan sekonyong-konyong). Artinya Allah akan menyiksa hamba tersebut di saat lalai. Qatadah berkomentar, bahwa siksaan yang menimpa suatu kaum secara tiba-tiba adalah urusan Allah. Dan tidak sekali-kali Allah menyiksa suatu kaum, melainkan di saat mereka tidak menyadarinya dan dalam keadaan lalai serta tenggelam dalam kesenangan. Kelima, Fa idza hum mublisun (ketika itu mereka terdiam putus asa). Maksudnya, mereka akan putus harapan dari semua kebaikan. Hamba tersebut telah terperdaya dengan kesenangan duniawi dimana Hasan al-Basri mengatakan, siapa yang diberi keluasan oleh Allah, lalu ia tidak menyadari hal itu merupakan ujian baginya, maka dia terperdaya. Sama halnya seorang yang disempitkan oleh Allah, lalu ia tidak menyadari dirinya sedang diperhatikan oleh Allah, maka dia juga terperdaya. Ketika Allah membiarkan seorang hamba sengaja meninggalkan shalat, meninggalkan puasa, tidak ada perasaan berdosa ketika bermaksiat seperti saat membuka aurat, berat untuk bersedekah, merasa bangga dengan apa yang dimiliki dan mengabaikan semua atau mungkin sebagian perintah Allah, benci terhadap aturan Allah, merasa umurnya panjang dan menunda-nunda taubat, enggan menuntut dan menambah pengetahuan (khususnya agama) serta lupa akan kematian, tapi Allah tetap memberikan hamba tersebut rezeki melimpah, kesenangan terus menerus, dikagumi dan dipuja puji banyak orang, tidak pernah diberikan sakit, tidak pernah diberikan musibah, prestasi akademiknya tambah
  • 20. 20 sukses, hidupnya aman-aman saja, maka hamba tersebut harus berhati-hati karena semuanya itu adalah istidraj. Keadaan tersebut adalah bentuk kesengajaan dan pembiaran oleh Allah pada hamba yang sengaja berpaling dari perintah-Nya dan Allah menunda segala bentuk azab-Nya. Allah membiarkan hamba tersebut semakin lalai dan diperbudak dunia. Semoga kita dihindarkan dari jenis hamba seperti ini dan digolongkan oleh Allah sebagai hamba yang bisa menggunakan kenikmatan duniawi dalam ketaatan. 3. DOSA DAN KRITERIA RIBA BESERTA DALIL-DALILNYA - Mengenal Riba dan Bahayanya Riba (‫ابر‬ ‫)وبري‬ secara bahasa artinya bertambah/tambahan, bisa juga diartikan mengembang atau lebih banyak. Menurut syariat, pengertian riba lebih luas, yaitu penambahan atau penundaan (meskipun tidak ada penambahan). Hukum riba adalah haram, berdasarkan Al-Quran dan As-Sunnah serta ijma’ umat Islam. Allah subhanahu wata’ala berfirman: ‫ي‬‫ا‬ َ‫ي‬ُّ ‫ا‬َ‫ا‬ ‫ا‬ ‫ذي‬‫ا‬‫ي‬ ‫ي‬ ‫ا‬‫م‬‫ي‬ُّ َ‫ي‬‫ي‬ ‫وا‬‫ق‬‫ر‬‫ي‬‫ا‬ ‫ي‬‫و‬ ‫ي‬ َ ‫ا‬ ‫َا‬‫ق‬‫م‬َ‫ا‬‫ا‬ ‫َا‬‫ق‬‫ب‬‫ي‬‫ي‬ِ ‫مذي‬‫ا‬‫ن‬َ ‫ا‬ َ‫ي‬ِّ‫ب‬‫م‬‫ي‬ َ‫م‬ ْ ) ‫تذي‬‫ا‬‫ب‬‫ا‬‫ي‬ُ‫ق‬‫ي‬ ‫ن‬‫ق‬‫ي‬‫ب‬‫ق‬(278) ‫ي‬‫إ‬ ‫َا‬‫ق‬‫م‬‫ي‬ ‫ت‬‫ي‬‫ا‬ ‫ن‬‫ي‬ ‫ي‬‫ا‬‫ف‬‫ي‬‫إ‬ ‫َا‬‫ق‬‫ا‬‫ي‬‫ا‬ )‫َيي‬‫ق‬ْ‫ي‬‫م‬‫م‬‫ق‬‫ا‬ ‫ي‬ ‫َّلل‬ ‫ي‬‫و‬ ‫َيي‬‫ق‬ْ‫ا‬‫م‬‫م‬‫ي‬‫ا‬ ‫ي‬ ‫َّلل‬ ‫ن‬‫ق‬‫ن‬‫ا‬ ‫ا‬ ‫ي‬َ‫ي‬‫ي‬ ‫ق‬‫وف‬‫ق‬ْ‫ق‬‫ر‬ ‫ن‬‫ق‬‫ن‬‫ي‬‫م‬‫ي‬‫إ‬ ‫ن‬‫ق‬‫ي‬‫و‬‫ق‬‫ا‬ ‫ي‬‫ا‬ ‫ي‬‫و‬ ‫ا‬َ‫ا‬ َ‫ق‬‫م‬ ‫ي‬‫ر‬ ‫ي‬‫و‬ ‫ا‬ َ ‫ا‬ ‫ذي‬‫ا‬‫ي‬ ‫ل‬‫ب‬‫ا‬‫ي‬‫ن‬‫ا‬ُّ279) ‫ن‬‫ي‬ ‫ي‬‫ا‬‫ف‬‫ي‬‫إ‬279 “Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan tinggalkan sisa riba (yang belum dipungut) jika kamu orang-orang yang benar benar beriman. Jika kamu tidak mengerjakan (meninggalkan sisa riba), maka ketahuilah, bahwa Allah dan Rasul-Nya akan memerangimu. Dan jika kamu bertaubat (dari
  • 21. 21 pengambilan riba), maka bagimu pokok hartamu; kamu tidak Menganiaya dan tidak (pula) dianiaya (Q.S. Al Baqarah: 278-279). Dosanya adalah mendapat ancaman peperangan dari Allah dan Rasul-Nya. Hanya ini (riba, pen) yang mendapat ancaman dari dua itu (Allah dan Rasul- Nya). Hal lain yang mendapat ancaman peperangan dari Allah, yaitu seperti yang tercantum di Hadits Arba’in: “Barang siapa memusuhi wali-Ku, maka Aku umumkan perang kepadanya…” Riba itu aniaya/zalim (dzolim) secara realitasnya, meskipun yang terzalimi merasa terbantu dan merasa terbantu ini dalah subjektif. Bagaimanapun juga, mengambil tambahan (dalam perutangan, red) itu adalah zalim, meskipun sukarela. Riba memang sukarela, kalau tidak sukarela, maka itu perampokan/perampasan. Sungguh suatu kemurahan dan kasih sayang dari Allah, jika bertaubat dari riba, boleh mengambil pokok tanpa peranakannya/bunganya. Kita tidak diwajibkan memutihkan utang tersebut. Kita tidak perlu membuang semua dari perutangan yang mengandung riba, masih diperbolehkan mengambil harta yang pokok/asli. Allah subhanahu wata’ala juga berfirman: َ‫ا‬‫ي‬ ‫ا‬ُّ ‫يي‬‫ا‬ ‫ي‬‫ا‬ َ ‫ا‬ ‫و‬‫ي‬ْ ‫ا‬ ‫ذي‬‫ا‬‫ي‬ ‫ق‬‫َي‬‫ي‬َ‫ت‬َ‫م‬ ‫ا‬ ‫ق‬َ‫ق‬ََ‫و‬‫ي‬َ‫ي‬‫ي‬‫ي‬‫م‬ ‫ي‬‫ا‬‫ن‬َ ‫ا‬ ‫ق‬‫ل‬َ‫ق‬‫م‬‫ي‬‫م‬ َ‫ي‬ْ‫ي‬( ‫َّلل‬‫ا‬ ‫َيي‬‫ق‬‫ي‬َ‫ق‬‫م‬‫ي‬‫م‬ ‫َّلل‬ َ‫ي‬َُّ‫ا‬‫ا‬ ‫ا‬ ‫َيي‬‫ق‬‫م‬‫ق‬( ‫ي‬‫م‬ ‫مذي‬‫ا‬‫ن‬َ ‫ا‬‫ي‬َْ‫ا‬‫ا‬ ‫َا‬‫ق‬ َ‫ي‬َ ‫ن‬‫ق‬ِّ ‫ق‬‫ل‬‫ب‬‫ا‬‫ي‬ ‫ق‬ُ‫ت‬‫ي‬‫و‬ ‫ا‬ َ ‫ا‬ ‫ق‬ َ ‫ا‬ َ‫ل‬‫ي‬َ‫ي‬ ‫ي‬‫و‬ َ‫ي‬َُّ‫ا‬‫ا‬ ‫ا‬‫ي‬‫ي‬ ‫ي‬‫و‬ ‫ا‬ َ ‫ا‬ ‫ح‬‫ي‬ ‫ا‬ ‫ق‬‫ا‬ ‫ق‬‫ا‬‫ي‬‫ي‬ ‫ي‬‫و‬ ‫ي‬‫م‬‫ي‬‫م‬‫ي‬‫م‬ َ‫ي‬‫ي‬ ‫ق‬َ‫ي‬‫م‬‫ي‬‫إ‬ ‫ح‬‫ي‬ِّ‫ي‬‫ي‬‫َا‬‫ي‬‫إ‬ ‫ا‬ََ‫ا‬ُّ‫ي‬‫ر‬ ‫ذ‬‫ا‬‫ي‬ ْ‫ت‬‫ي‬‫م‬‫ا‬‫ى‬َ‫ي‬‫ي‬ ‫ق‬‫ا‬‫ي‬َْ‫ي‬ ‫ذ‬‫ي‬ْ‫ي‬‫إ‬ َ‫ي‬َُّ‫ا‬‫ا‬ ‫ا‬ ‫ي‬‫ل‬َ‫ا‬‫ي‬َ ‫ي‬‫و‬ ‫ي‬ُ‫ت‬‫ي‬‫و‬ ‫ذ‬ ‫ي‬‫ا‬َ‫ي‬‫ى‬ )‫قويي‬‫ل‬‫ا‬ َ‫ي‬َ َ‫ي‬ِّ‫ت‬‫ا‬‫إ‬ ‫ن‬‫ق‬‫ا‬ ‫ا‬‫َر‬َ‫ب‬ ‫ا‬ ‫ق‬‫َب‬‫ي‬‫ن‬‫ه‬‫ي‬ ‫يي‬‫ا‬‫ل‬‫ي‬ ‫و‬‫ق‬ ‫ي‬‫إ‬275)(‫شفؤالا‬275 “Orang-orang yang makan (mengambil) riba tidak dapat berdiri melainkan seperti berdirinya orang yang kemasukan syaitan lantaran (tekanan) penyakit gila. Keadaan mereka yang demikian itu, adalah disebabkan mereka berkata (berpendapat), Sesungguhnya jual beli itu sama dengan riba, padahal Allah telah menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba. orang-orang yang telah sampai kepadanya larangan dari Tuhannya, lalu terus berhenti (dari mengambil riba), Maka baginya apa yang telah diambilnya dahulu (sebelum datang larangan); dan
  • 22. 22 urusannya (terserah) kepada Allah. orang yang kembali (mengambil riba), Maka orang itu adalah penghuni-penghuni neraka; mereka kekal di dalamnya.” (QS. Al-Baqarah: 275). ()‫ل‬‫تن‬‫ا‬َ‫ي‬ ‫ل‬‫َر‬َ‫ت‬‫ي‬( َ‫ل‬‫ق‬( ‫ب‬‫و‬ ‫ا‬‫قن‬‫م‬ ‫ي‬ ‫َّلل‬ ‫ق‬ َ ‫ا‬ ‫ي‬‫و‬ ‫ق‬ ‫ا‬‫ت‬َ‫ي‬َ‫ي‬‫ل‬َ‫ا‬ ‫ا‬ ‫ا‬ُّ‫قا‬‫م‬ ‫ي‬‫و‬ َ‫ي‬ُّ ‫ا‬َ‫ا‬ ‫ا‬ ‫ق‬ َ ‫ا‬ ‫ق‬َ‫ي‬‫ن‬ْ‫ي‬‫م‬276 “Allah memusnahkan riba dan menyuburkan sedekah. Dan Allah tidak menyukai setiap orang yang tetap dalam kekafiran, dan selalu berbuat dosa.” (Q.S. Al-Baqarah: 276). Memakan riba maksudnya adalah mengambil dan menerima riba, tidak hanya terbatas pada menggunakannya untuk makan, tetapi juga untuk membeli pakaian dan lainnya. Ulama mengatakan bahwa pemakan riba nanti ketika bangkit dari kubur, jalannya sempoyongan. Allah berkata berkebalikan dengan pikiran manusia. Allah memusnahkan/menghancurkan keuntungan riba, padahal dianggap baik oleh manusia. Pikiran manusia, jika meribakan uangnya, maka akan mendapat tambahan, akan tetapi Allah mengatakan akan menghancurkannya. Pikiran manusia, jika menyedekahkan hartanya maka akan membuat berkurang, akan tetapi Allah mengatakan akan menyuburkan sedekah. ‫ي‬‫ن‬ ‫ي‬‫ا‬‫م‬‫ي‬‫ا‬‫ق‬‫ا‬ ‫ح‬‫ا‬ُّ‫ي‬ ‫ذ‬‫ي‬‫ى‬– َ‫ىب‬ ‫–رهح‬ ‫ا‬َ‫ح‬‫ا‬‫و‬َ‫ب‬ ‫ا‬ ‫ا‬‫ذ‬‫ي‬‫ى‬– ‫وممن‬ َ‫ىمت‬ ‫–همح‬ ‫ي‬‫ل‬َ‫ي‬َ« ‫ا‬ ‫ي‬ُ‫و‬َ‫ا‬ ‫ا‬ ‫قَا‬‫و‬‫ا‬‫ب‬‫ي‬‫ي‬ ‫ا‬ ‫ا‬‫ت‬َ‫ي‬‫م‬‫ا‬َُّ‫ق‬ْ» . ‫ي‬‫ل‬َ‫ي‬َ َ‫ذ‬‫ق‬‫ا‬ َ‫ي‬‫ي‬ ‫ي‬‫و‬ َ ‫ا‬ َ ‫ا‬ ‫ي‬‫ل‬َ‫ق‬‫م‬ ‫ي‬‫ر‬ َ‫ي‬‫م‬ ‫َا‬‫ق‬ َ‫ي‬َ« ‫ا‬‫ي‬َ ‫ا‬ ‫ا‬ ‫و‬‫ت‬َ‫ب‬ ‫ا‬ ‫ق‬‫ل‬‫ي‬‫ي‬َ ‫ي‬‫و‬ َ ‫ق‬‫ا‬‫ن‬‫ا‬َ‫ا‬ ‫ا‬ ‫ي‬‫و‬ َ ‫ا‬ َ َ‫ا‬ُّ ‫ق‬ِ‫ا‬‫ا‬َ‫م‬ ‫ا‬‫ي‬‫ن‬ َ‫ا‬ُّ َ‫َّلل‬‫ا‬ ‫ق‬ َ ‫ا‬ ‫ي‬‫ل‬َ‫ا‬‫ي‬َ ‫ح‬ ‫ق‬‫ل‬(‫ي‬ ‫ي‬‫و‬ َ ‫ا‬ََ ‫ا‬‫ت‬‫ي‬ِّ‫ا‬‫إ‬َ‫ي‬، ‫ا‬ ‫ا‬‫ت‬َ‫ي‬‫ب‬‫ا‬‫ي‬ُ‫ق‬ْ ‫ا‬ ‫ا‬‫ت‬َ‫ي‬‫ب‬‫ي‬‫ا‬‫ن‬‫ق‬ْ ‫ا‬ ‫ق‬‫و‬‫ن‬‫ي‬َ ‫ي‬‫و‬ َ ‫ا‬‫م‬ََ‫ل‬ ‫ا‬ ‫ي‬‫ل‬َ‫ي‬‫م‬ ‫ح‬‫ا‬َ ‫ي‬ََ‫ي‬ ‫ا‬ ‫ي‬‫و‬ َ ‫ا‬‫تن‬‫ا‬‫ي‬‫ي‬‫ت‬ ‫ا‬ ‫ا‬‫ل‬َ‫ي‬‫ي‬ ‫ق‬‫ل‬(‫ي‬ ‫ي‬‫و‬ َ َ‫ي‬ُّ ‫ا‬َ‫ا‬ ‫ا‬ » . Dari Abu Hurairah, Nabi bersabda, “Jauhilah tujuh dosa yang membinasakan!”. Para shahabat bertanya, “Apa saja tujuh dosa itu wahai rasulullah?”Jawaban Nabi, “Menyekutukan Allah, sihir, menghabisi nyawa yang Allah haramkan tanpa alasan yang dibenarkan, memakan riba, memakan harta anak yatim, meninggalkan medan perang setelah perang berkecamuk dan menuduh berzina wanita baik baik(yang menjaga dirinya)” [Muttafaq ‘alaih].
  • 23. 23 Menjauhi itu lebih dari sekadar meninggalkan, yakni juga meninggalkan setiap sarana yang mengantarkan ke hal itu. Memakan riba larangannya adalah mutlak. Memakan harta anak yatim terlarang jika zalim. Misalkan orang tuanya miskin, maka hal ini boleh terutama bagi ibu, jika suaminya meninggal, lalu pembagian warisnya tidak tepat (ibu mendapat warisan berlebih, red), ibu itu berarti (berpotensi) memakan harta anak yatim. Hal ini juga menunjukkan pentingnya pembagian waris dengan tepat. ‫ا‬ َ ‫ا‬ ‫ق‬‫ل‬َ‫ق‬‫م‬ ‫ي‬‫ر‬ ‫ذي‬‫ي‬ ‫ي‬ ‫ي‬‫ل‬َ‫ي‬َ ‫ل‬‫ا‬‫ا‬َُّ‫ي‬ ‫ذ‬‫ي‬‫ى‬-‫وممن‬ َ‫ىمت‬ ‫همح‬- ‫ي‬‫م‬ ‫ن‬‫ق‬‫ا‬ ‫ي‬‫ل‬َ‫ي‬َ ‫ي‬‫و‬ ‫ا‬َ‫م‬‫ي‬‫ل‬‫ا‬‫ا‬َ‫ي‬‫و‬ ‫ي‬‫و‬ ‫ق‬َ‫ي‬‫و‬‫ا‬‫ا‬َ‫ي‬( ‫ي‬‫و‬ ‫ق‬َ‫ي‬‫م‬‫ا‬(َ‫ق‬‫ي‬ ‫ي‬‫و‬ َ‫ي‬ُّ ‫ا‬َ‫ا‬ ‫ا‬ ‫ي‬‫ل‬‫ا‬(ِْْ‫ا‬ ‫ي‬َ Dari Jabir, Rasulullah melaknat orang yang memakan riba, nasabah riba, juru tulis dan dua saksi transaksi riba. Nabi bersabda, “Mereka itu sama[1]” [H.R. Muslim]. Laknat artinya adalah dijauhkan dari kasih sayang Allah subhanahu wata’ala (tidak Allah sayangi). Kaidah dalam masalah ini yaitu setiap perbuatan yang ditakut-takuti/diancam dengan laknat adalah dosa besar. َ َُّ ُّ ‫َي‬ ‫و‬ ‫م‬ ‫و‬ ‫ت‬ َِّ َ َ ُّ‫ا‬ ‫ا‬ : ‫َل‬ َ ‫من‬ ‫م‬ ‫و‬ َ‫ت‬ ‫م‬ ‫ى‬ ‫مح‬ ‫ه‬ ‫و‬ ‫ب‬ ‫ا‬ ‫ىذ‬ : ‫ول‬ ‫ى‬ ‫ىذ‬ َ‫ي‬ ‫ل‬ ‫ا‬ ‫ا‬ ‫نح‬ ‫ب‬ ‫م‬ ‫ي‬ ‫بل‬ ‫ي‬ َ‫ا‬‫اا‬ ‫م‬ Dari Abdullah bin Mas’ud, Nabi bersabda, “Riba itu memiliki 73 pintu. Dosa riba yang paling ringan itu semisal dosa menzinai/menyetubuhi ibu sendiri” [H.R. Hakim]. ‫ا‬ َ ‫ا‬ ‫ق‬‫ل‬َ‫ق‬‫م‬ ‫ي‬‫ر‬ ‫ي‬‫ل‬َ‫ي‬َ ‫ي‬‫ل‬َ‫ي‬َ ‫ا‬‫ت‬‫ي‬‫ن‬‫ا‬َ‫ي‬ِّ‫ي‬ْ ‫ا‬ ‫ا‬‫ل‬‫ت‬‫ا‬‫ا‬‫ي‬‫ال‬ ‫ي‬‫ت‬‫ي‬‫م‬‫ي‬‫م‬‫ب‬‫ي‬َ ‫ا‬‫ذ‬ُّ ‫ا‬ َ ‫ا‬ ‫ا‬‫ل‬‫و‬‫ي‬‫ى‬ ‫ذ‬‫ي‬‫ى‬-‫وممن‬ َ‫ىمت‬ ‫همح‬- « ‫ي‬‫م‬‫ه‬َُّ ‫ا‬‫ر‬ ‫ق‬‫ن‬‫ي‬‫ا‬‫ر‬‫ا‬‫ا‬ ‫ق‬‫ل‬‫ق‬ َ‫ا‬ ‫ا‬ ‫ق‬َ‫ق‬‫م‬‫ق‬( ‫ذ‬‫ا‬‫ي‬ ‫ب‬‫ل‬‫ي‬‫و‬‫ي‬ ‫ق‬‫ن‬‫ي‬‫م‬ ‫ي‬‫م‬ ‫ي‬َ‫ق‬‫ا‬ ‫ي‬‫و‬ ‫ه‬‫ت‬‫ي‬‫ت‬‫ا‬‫َي‬ ‫تذي‬‫ا‬َ‫ي‬ِّ‫ي‬َ ‫ي‬‫و‬ ‫ل‬‫ت‬َ‫ي‬‫ا‬‫م‬ Dari Abdullah bin Hanzholah[2], Rasulullah bersabda, “Satu dirham uang riba yang dinikmati seseorang dalam keadaan tahu bahwa itu riba dosanya lebih jelek dari pada berzina 36 kali” [HR Ahmad].
  • 24. 24 ‫ذ‬‫ي‬‫ى‬ ‫ل‬‫ا‬َ‫ق‬ ‫ا‬‫ي‬‫ي‬ ‫ا‬‫ذ‬ُّ‫ا‬ ‫ذ‬‫ي‬‫ى‬ ‫ا‬َ ‫ح‬‫ي‬ ‫ا‬ ‫ا‬‫ا‬ ‫ا‬‫ا‬‫ي‬‫ي‬ ‫ق‬‫ت‬‫ي‬‫و‬‫ا‬ََ‫ي‬‫ى‬ ‫َيي‬‫ي‬( َ ‫َّلل‬‫ا‬ َ‫ي‬ُّ ‫ا‬َ‫ا‬ ‫ا‬ ‫ذ‬‫ا‬‫ي‬ ‫ي‬‫ا‬‫ي‬‫ب‬(‫ي‬ ْ‫ل‬‫ي‬َ‫ي‬ َ‫ي‬‫ي‬ ‫ي‬‫ل‬َ‫ي‬َ ‫ي‬‫ن‬َ‫م‬‫ي‬‫م‬ ‫ي‬‫و‬ ‫ا‬َ‫ت‬‫ي‬‫م‬‫ي‬‫ى‬ ‫ق‬ َ ‫ا‬ ‫ح‬َ‫م‬‫ي‬‫ه‬ ‫ا‬َ ‫ا‬‫و‬َ‫ب‬ ‫ا‬‫ل‬‫ت‬َ‫م‬ Dari Ibnu Mas’ud, Nabi bersabda, “Tidaklah seorang itu memperbanyak harta dari riba kecuali kondisi akhirnya adalah kekurangan/kemiskinan” [H.R. Ibnu Majah]. Macam-macam Riba Pada dasarnya, riba terbagi menjadi dua macam: riba karena penundaan dan riba karena selisih/kelebihan. Riba karena penundaan=nasi’ah (َ‫اتل‬َ‫ب‬ ‫)ا‬ dapat diartikan dengan tambahan yang disyaratkan yang diambil/diterima dari orang yang diutangi sebagai kompensasi dari penundaan pelunasan (termasuk di dalamnya riba jahiliyah). Riba ini bisa terjadi karena penundaan saja atau penundaan sekaligus dengan tambahan. Riba jahiliyah adalah salah satu model riba, yaitu ketika jatuh tempo, tidak bisa melunasi, lalu jatuh tempo ini diundur, dengan syarat ada penambahan pembayaran. Namun, jika dapat dilunasi pada saat jatuh tempo yang pertama, maka tidak ada penambahan. Ini model rentenir jahiliyah. Riba modern lebih kejam daripada riba jahiliyahnya orang jahiliyah. Riba modern, dari jatuh tempo pertama sudah diwajibkan membayar tambahan. Kalau riba jahiliyah, jatuh tempo pertama gratis dari uang administrasi dan semacamnya. Riba modern, belum terima uang sudah harus bayar. Misal, pinjam lima juta rupiah, dapatnya empat juta lima ratus ribu. Baru menerima, sudah langsung terkena ribanya, dianggapnya utang lima juta rupiah. Riba jenis ini haram berdasarkan Quran, Sunnah, dan ijma’ umat Islam. Riba karena selisih=riba fadhl ((‫)لضولا‬, ini terdapat dalam dunia perdagangan, tepatnya pada barter, akan tetapi tidak semua barter, hanya barter pada barang-barang tertentu saja (komoditas ribawi). Yakni barter uang dengan uang atau bahan makanan dengan bahan makanan, dengan ada penambahan.
  • 25. 25 Riba ini haram berdasarkan hadits dan ijma’. Pada awalnya ada ikhtilaf, yakni Ibnu Abbas membolehkannya, tetapi akhirnya beliau rujuk dan meralat pendapatnya, dan hasilnya ulama sepakat bahwa ini tidak boleh, riba ini dinilai menjadi sarana menuju riba nasi’ah. Tidak terjadi riba dalam dunia barter kecuali dengan enam benda ribawi. Dalam hadits hanya ada enam benda ribawi. Ada perselisihan apakah riba hanya pada enam benda tersebut atau bisa dilebarkan ke benda yang lainnya. Pendapat yang lebih kuat adalah enam benda tersebut bisa dilebarkan kepada benda yang sejenis dan semisal. Enam jenis benda ribawi tersebut adalah emas, perak, gandum bur, gandum sa’ir, kurma, dan garam. Hal ini sebagaimana hadits: ‫ق‬‫م‬ ‫ي‬‫ر‬ ‫ي‬‫ل‬َ‫ي‬َ ‫ي‬‫ل‬َ‫ي‬َ ‫ا‬ ‫ا‬‫َي‬َ‫ا‬ ‫ا‬ ‫ا‬‫ذ‬ُّ ‫ي‬‫ن‬‫ي‬‫ا‬َ‫ي‬‫و‬‫ق‬‫ى‬ ‫ذ‬‫ي‬‫ى‬ ‫ا‬ َ ‫ا‬ ‫ق‬‫ل‬َ-‫وممن‬ َ‫ىمت‬ ‫همح‬- « ‫ا‬‫ت‬ َ‫ا‬ُّ ‫ق‬‫ت‬َ‫ل‬‫ا‬‫ت‬ ‫ا‬ ‫ي‬‫و‬ ‫ا‬‫و‬‫ي‬‫ا‬َ‫ن‬ َ‫ا‬ُّ ‫ق‬‫يو‬‫ا‬َ‫ن‬ ‫ا‬ ‫ب‬‫قا‬‫و‬ ‫ا‬ ‫ي‬‫و‬ ‫ا‬‫ت‬َ‫ل‬ ‫ها‬‫ل‬‫ي‬‫م‬ ‫اْل‬ ‫ي‬َ‫ي‬‫ا‬‫ا‬ُّ ‫ه‬ْ‫ا‬ ‫ي‬َ‫ي‬‫م‬ ‫ل‬‫ل‬‫ب‬‫ا‬ْ‫ا‬ُّ ‫ه‬ِّ‫ب‬‫ا‬‫ي‬ ‫ا‬‫ح‬‫م‬‫ا‬ْ َ‫ا‬ُّ ‫ق‬‫ح‬‫م‬‫ا‬ْ ‫ا‬ ‫ي‬‫و‬ ‫ا‬‫ا‬َْ‫ي‬ َ‫ا‬ُّ ‫ق‬‫ا‬َْ‫ي‬ ‫ا‬ ‫ي‬‫و‬ ‫ا‬‫تا‬‫ا‬ َ‫م‬ َ‫ا‬ُّ ‫ق‬‫تا‬‫ا‬ َ‫م‬ ‫ا‬ ‫ي‬‫و‬ ‫ا‬َ‫قا‬‫و‬ َ‫ا‬ُّ ‫ي‬‫ا‬‫ا‬‫ف‬‫ي‬‫إ‬ ‫ل‬‫ل‬‫ي‬‫ت‬‫ا‬ُّ ‫ا‬‫ا‬‫ا‬‫ن‬‫ي‬‫ا‬ ‫ي‬‫ت‬‫ي‬‫م‬‫ي‬‫ي‬َ‫ا‬ ‫ا‬ ‫ا‬‫ل‬‫ل‬‫ي‬‫ت‬‫ا‬ُّ ‫ها‬‫ل‬‫ي‬‫م‬ ‫َيي‬‫ي‬( ‫ا‬‫ي‬‫ا‬‫ا‬ ‫ن‬‫ق‬‫ي‬‫ل‬‫ا‬‫و‬ ‫ي‬‫م‬‫ت‬‫ي‬( ‫َا‬‫ق‬ ‫ت‬‫ا‬‫و‬‫ي‬‫إ‬ ‫ق‬‫يَو‬‫ب‬‫ه‬‫ي‬ٍ Dari Ubadah bin Shamit, Rasulullah bersabda, “Jika emas dibarter dengan emas, perak dibarter dengan perak, gandum burr dibarter dengan gandum burr, gandum sya’ir dibarter dengan gandum sya’ir, kurma dibarter dengan kurma, garam dibarter dengan garam maka takarannya harus sama dan tunai. Jika benda yang dibarterkan berbeda maka takarannya sesuka hati kalian asalkan tunai.” [H.R. Muslim]. Maka emas jika dibarter dengan emas, tidak boleh melihat karat, tidak boleh melihat kualitas, yang dilihat hanya takaran/timbangan, dan menurut pendapat yang paling kuat, tidak juga melihat bentuk, entah berbentuk batangan ataupun perhiasan. Kalau ingin dibarter, menurut aturan syariat, harus rela seperti itu. Lima gram emas dibarter dengan lima gram emas,
  • 26. 26 meskipun kualitas berbeda. Jika tidak rela, mungkin karena harganya berbeda, maka jangan dibarter. Silakan jual emas tersebut, lalu uang yang didapat gunakan untuk membeli seperti apa yang diinginkan. Demikian juga perak dengan perak. Namun jika emas dengan perak, maka boleh berbeda takaran/timbangannya, tetapi keduanya tetap harus diserahkan pada saat itu juga. Maka jika terdapat barter, bendanya sejenis, maka ada dua yang dilarang, yaitu haram adanya selisih dan haram adanya penundaan. Maka tidak boleh tidak, harus ada kesamaan dalam timbangan dan waktu penyerahan dengan menutup mata terhadap kualitas. Meskipun beda karat itu dianggap beda dalam pandangan manusia, akan tetapi hal itu tidak dianggap dalam pandangan syariat. ‫لري‬‫ق‬َ ‫ا‬ ‫تل‬‫ا‬ ‫ي‬‫م‬ ‫ح‬‫ا‬ُّ‫ي‬ ‫ذ‬‫ي‬‫ى‬– َ‫ىب‬ ‫–رهح‬ ‫ا‬ َ ‫ا‬ ‫ق‬‫ل‬َ‫ق‬‫م‬ ‫ي‬‫ر‬ َ‫ي‬ – ‫وممن‬ َ‫ىمت‬ ‫–همح‬ َ‫ق‬ ‫ت‬‫ا‬‫و‬‫ي‬‫ا‬ ‫ي‬‫َّلل‬ ‫ي‬‫ل‬َ‫ي‬َ ‫ي‬‫يو‬‫ا‬َ‫ن‬ ‫ا‬ ‫ا‬ ‫ا‬‫ي‬ َ ‫َّلل‬‫ا‬ ‫ا‬ ‫ا‬‫ر‬ ‫ي‬َ َ‫ا‬ُّ ‫ي‬ ‫ا‬‫ر‬ ‫ي‬َ ‫ا‬ ‫َا‬‫ق‬ ‫ت‬‫ا‬‫و‬‫ي‬‫ا‬ ‫ي‬‫َّلل‬ ‫ي‬‫و‬ َ ‫ل‬ ‫ي‬ُّ ‫ح‬‫ي‬‫م‬‫ي‬‫ى‬ َ‫ي‬ِّ‫ي‬‫ل‬ ‫ي‬ُّ ‫َا‬‫ب‬‫ت‬‫ا‬‫م‬‫ق‬‫ا‬ ‫ي‬‫َّلل‬ ‫ي‬‫و‬ َ‫ل‬‫ل‬‫ب‬‫ا‬ْ‫ا‬ُّ ‫ه‬ ِّ‫ب‬‫ا‬‫ي‬ َ ‫َّلل‬‫ا‬ ‫ا‬‫و‬‫ي‬‫ا‬َ‫ن‬ َ‫ا‬ُّ‫ب‬‫ا‬ْ‫ا‬ُّ ‫ه‬ ِّ‫ب‬ ‫َا‬‫ب‬‫ت‬‫ا‬‫م‬‫ق‬‫ا‬ ‫ي‬‫َّلل‬ ‫ي‬‫و‬ َ‫ل‬‫ل‬ ‫ل‬‫ل‬ ‫ا‬ َ‫ي‬‫ب‬‫ا‬ُّ َ‫ه‬‫و‬‫ا‬ََ‫ي‬‫ال‬ َ‫ي‬ِّ‫ب‬‫ا‬‫ي‬ ‫َا‬‫ق‬ ‫ت‬‫ا‬‫و‬‫ي‬‫ا‬ ‫ي‬‫َّلل‬ ‫ي‬‫و‬ َ ‫ل‬ ‫ي‬ُّ ‫ح‬‫ي‬‫م‬‫ي‬‫ى‬ َ‫ي‬ِّ‫ي‬‫ل‬ ‫ي‬ُّ Dari Abu Sa’id Al Khudri radhiyallahu’anhu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Janganlah kalian menjual emas dengan emas, kecuali beratnya sama (semisal dengan semisal). Jangan melebihkan berat yang satu melebihi berat lainnya. Janganlah kalian menjual perak dengan perak, kecuali beratnya sama. Jangan melebihkan berat yang satu melebihi berat lainnya. Dan janganlah menukar emas-perak yang satu tunai sementara yang satu terutang/tertunda.” [HR. Bukhari]. َ ‫َّلل‬‫ا‬ َ‫ه‬ُّ ‫ا‬‫ر‬ ‫ا‬‫و‬‫ي‬‫ا‬َ‫ن‬ َ‫ا‬ُّ ‫ق‬‫يو‬‫ا‬َ‫ن‬ ‫ا‬ :‫ي‬‫ل‬َ‫ي‬َ ‫ي‬‫ن‬َ‫م‬‫ي‬‫م‬ ‫ي‬‫و‬ ‫ا‬َ‫ت‬‫ي‬‫م‬‫ي‬‫ى‬ ‫ق‬ َ ‫ا‬ ‫ح‬َ‫م‬‫ي‬‫ه‬ َ‫ا‬ ‫ا‬‫و‬َ‫ب‬ ‫ا‬ ‫ذ‬‫ي‬‫ى‬ َ‫ي‬ْ‫ق‬ِّ‫ب‬‫ي‬‫ى‬ ‫ق‬ َ ‫ا‬ ‫ي‬ ‫ا‬ ‫ه‬ ‫ي‬‫ر‬ ‫ي‬‫ا‬‫ي‬ْ‫ق‬‫ى‬ ‫ذ‬‫ي‬‫ى‬‫ب‬‫قا‬‫و‬ ‫ا‬ ‫ي‬َْ‫ي‬‫ا‬ ‫ي‬‫و‬ ‫ي‬َْ‫ي‬‫ا‬ َ‫ا‬‫قا‬‫و‬ َ‫ا‬ُّ ‫ي‬َْ‫ي‬‫ا‬ ‫ي‬‫و‬ ‫ي‬َْ‫ي‬‫ا‬ َ ‫َّلل‬‫ا‬ َ‫ه‬ُّ ‫ا‬‫ر‬ ‫ي‬َْ‫ي‬‫ا‬ ‫ي‬‫و‬ ‫ي‬َْ‫ي‬‫ا‬ َ ‫َّلل‬‫ا‬ َ‫ه‬ُّ ‫ا‬‫ر‬ ‫ا‬‫ا‬َْ‫ي‬ َ‫ا‬ُّ ‫ق‬‫ا‬َْ‫ي‬ ‫ا‬ ‫ي‬‫و‬ ‫ي‬َْ‫ي‬‫ا‬ ‫ي‬‫و‬ ‫ي‬َْ‫ي‬‫ا‬ َ ‫َّلل‬‫ا‬ َ‫ه‬ُّ ‫ا‬‫ر‬ ‫ا‬‫تا‬‫ا‬ َ‫م‬ َ‫ا‬ُّ ‫ق‬‫تا‬‫ا‬ َ‫م‬ ‫ا‬ ‫ي‬‫و‬
  • 27. 27 Dari ‘Umar radhiyallaahu ‘anhumaa, Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Emas ditukar dengan emas adalah riba kecuali dengan kontan, gandum bur ditukar dengan gandum bur adalah riba kecuali secara kontan, gandum sya’iir/jewawut ditukar dengan gandum sya’iir adalah riba kecuali secara kontan, dan kurma ditukar dengan krma adalah riba kecuali secara kontan” [Muttafaq ‘alaih]. Dari Abu Sa’id, ia berkata, “Pada masa Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam kami pernah diberi kurma jama’ (yaitu) kurma campuran (antara yang bagus dengan yang jelek), maka kami menjualnya dua sha’ dengan satu sha’. Berita tersebut sampai kepada Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam maka beliau bersabda: ‫ا‬‫ذ‬‫ت‬‫ي‬ْ‫ي‬‫ا‬‫ر‬‫ا‬‫ل‬‫ا‬ُّ ‫ي‬‫ن‬‫ي‬‫ا‬‫ر‬‫ا‬‫ا‬ ‫ي‬‫َّلل‬ ‫ي‬‫و‬ ‫ل‬‫َص‬‫ي‬‫ا‬‫ا‬ُّ ‫ل‬‫ت‬‫ي‬َ‫ب‬ ‫ا‬َ ‫ي‬‫ى‬َ‫ي‬‫ه‬ ‫ي‬‫َّلل‬ ‫ي‬‫و‬ ‫ل‬‫َص‬‫ي‬‫ا‬‫ا‬ُّ ‫ل‬‫ا‬ْ‫ي‬‫ا‬ ‫ي‬‫ى‬َ‫ي‬‫ه‬ ‫ي‬‫َّلل‬. “Janganlah menjual dua sha’ kurma dengan satu sha’ dan jangan pula menjual dua sha’ gandum dengan satu sha’ dan jangan pula satu dirham dengan dua dirham.” [Muttafaq ‘alaih] Namun jika jenis dari enam benda ribawi ini dibarter dengan yang tidak sejenis, misalnya emas dengan perak, gandum bur dengan gandum sya’iir, maka boleh ada selisih takaran/timbangan dengan syarat semuanya harus diserahkan dalam majelis/kontan. Hal ini berdasarkan sabda Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam pada hadits ‘Ubadah yang telah lewat: “Jika benda yang dibarterkan berbeda maka takarannya sesuka hati kalian asalkan tunai.” Hal ini juga karena sabda beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam dalam hadits ‘Ubadah yang terdapat dalam riwayat Abu Dawud dan yang lainnya:
  • 28. 28 ‫ي‬‫ف‬ ‫ي‬ُّ ‫ي‬‫َّلل‬ ‫ي‬‫و‬ ,‫ي‬ِّ‫ي‬‫إ‬ ‫ق‬‫ت‬‫ي‬‫ل‬‫ت‬‫ا‬‫ا‬‫ي‬‫ا‬ ََ‫ي‬‫ي‬ ,‫ل‬‫ل‬‫ي‬‫ت‬‫ا‬ُّ ‫ها‬‫ل‬‫ي‬‫م‬ ,َ‫ي‬ْ‫ق‬‫ا‬‫ق‬‫ا‬‫ي‬‫ب‬(‫ي‬ ‫ق‬‫ت‬َ‫ل‬‫ا‬‫ت‬ ‫ا‬ ‫ي‬‫و‬ َ‫ا‬‫ت‬َ‫ل‬‫ا‬‫ت‬ َ‫ا‬ُّ ‫ا‬‫و‬‫ي‬‫ا‬َ‫ن‬ ‫ا‬ ‫ا‬ُ‫ت‬‫ي‬‫و‬‫ا‬ُّ ‫ي‬‫ف‬ ‫ي‬ُّ ‫ي‬‫َّلل‬ ‫ي‬‫و‬ ‫ا‬ُ‫ت‬‫ي‬‫و‬‫ا‬ُّ ‫ق‬‫و‬ ‫ا‬ ‫ق‬‫ا‬‫ت‬‫ا‬ َ‫م‬ ‫ا‬ ‫ي‬‫و‬ َ ‫ا‬‫ا‬‫ت‬‫ا‬ َ‫م‬ َ‫ا‬ُّ َ‫ا‬‫ا‬ ‫ي‬ِّ‫ي‬‫إ‬ ‫ق‬‫ت‬‫ي‬‫ل‬‫ت‬‫ا‬‫ا‬‫ي‬‫ا‬ ََ‫ي‬‫ي‬ ‫ي‬‫و‬ َ‫ل‬‫ل‬‫ي‬‫ت‬‫ا‬ُّ ‫ها‬‫ل‬‫ي‬‫م‬ َ‫ي‬ْ‫ق‬‫ا‬‫ق‬‫ا‬‫ي‬‫ب‬(‫ي‬ . “Tidak mengapa menjual emas dengan perak dengan jumlah perak lebih banyak (apabila) langsung serah terima/kontan, adapun dengan cara nasi’ah (ditangguhkan serah terimanya), maka tidak boleh. Dan tidak mengapa menjual gandum bur dengan sya’ir dengan jumlah sya’ir lebih banyak (apabila) langsung serah terima, adapun dengan cara nasi’ah maka tidak boleh.” [H.R. Abu Dawud] Dari enam benda ribawi tadi dapat dikelompokkan menjadi dua. Kelompok pertama terdiri dari emas dan perak. Kelompok kedua terdiri dari bahan makanan. Beda kelompok dalam istilah fiqih dikenal dengan beda illat. Kelompok 1:  Emas  Perak Kelompok 2:  Gandum bur  Gandum sya’ir  Kurma  Garam Jika barter beda kelompok, maka dua aturan tadi tidak berlaku. Timbangannya boleh berbeda dan tidak harus semuanya saat itu juga, boleh salah satu diserahkan belakangan.namun tidak boleh dua-duanya tidak ada, dan ini adalah aturan jual beli secara umum, baik benda ribawi maupun bukan benda ribawi. Jika keduanya diserahkan tertunda maka jual belinya batal/tidak sah, dengan sepakat para ulama. Hal ini disebut bai’ dain bid dain (jual beli tertunda dengan tertunda), jual beli ini haram dan transaksi tidak sah. Dari ‘Aisyah Radhiyallahu anhuma : ‫ق‬َ‫ي‬‫ى‬‫ر‬‫ا‬‫ا‬ ‫ق‬َ‫ي‬‫ب‬‫ي‬‫ا‬‫ي‬‫ر‬ ‫ي‬‫و‬ ‫ل‬‫ل‬‫ي‬ ‫ي‬ ‫ح‬‫ي‬ ‫ا‬ َ‫ل‬‫ي‬‫ا‬‫ا‬َ‫ق‬ِّ‫ي‬‫م‬ ‫ذ‬‫ا‬‫ي‬ َ‫ه‬‫ي‬َ‫ي‬ ‫ي‬َ ‫م‬‫ي‬‫ا‬‫ي‬‫ي‬‫او‬‫ا‬ ‫ي‬‫ن‬َ‫م‬‫ي‬‫م‬ ‫ي‬‫و‬ ‫ا‬َ‫ت‬‫ي‬‫م‬‫ي‬‫ى‬ ‫ق‬ َ ‫ا‬ ‫ح‬َ‫م‬‫ي‬‫ه‬ َ ‫ا‬‫و‬َ‫ب‬ ‫ا‬ َ‫ي‬‫ي‬ .
  • 29. 29 “Bahwa Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam membeli makanan (yakni gandum) dari seorang Yahudi dengan (pembayaran) tempo, dan beliau menggadaikan baju perangnya kepadanya.” [H.R. Bukhari] Maka, benda ribawi yang ada dalilnya hanya enam. Menurut pendapat yang kuat, enam benda ini bisa kita lebarkan kepada yang lain. Untuk kelompok pertama kita lebarkan kepada mata uang dan masing-masing mata uang itu jenis sendiri, rupiah sendiri, dolar sendiri. Untuk kelompok yang kedua, kita lebarkan kepada semua yang dimakan dan cara transaksinya ditakar atau ditimbang. Maka ponsel, motor, dan sebagainya itu bukan benda ribawi. Aturan mainnya ada tiga kaidah: Jika satu jenis, maka harus tutup mata dari kualitas, harus sama takaran dan timbangannya, dan harus saling menyerahkan saat transaksi dilakukan (tunai). Contoh: beras menthik wangi dengan raja lele, rupiah dengan rupiah. Lain jenis tapi satu kelompok, maka berbeda takaran tidak mengapa, tetapi semuanya harus diserahkan saat transaksi berlangsung. Contoh: rupiah dengan real, rupiah dengan emas, beras dengan jagung. Beda jenis dan antar kelompok, maka tidak harus sama takaran, dan boleh kredit atau salah satunya tertunda. Contoh: rupiah dengan beras. Tidak diperbolehkan membarter kurma basah (ruthob) dengan kurma kering (tamr), kecuali untuk suatu transaksi yang bernama ‘aroya (‫)ايارصلا‬. ‘Aroya adalah orang-orang miskin yang tidak punya pohon kurma. Maka boleh saja mereka membeli kurma dari pemilik kebun kurma dalam kondisi basah dengan cara mereka menukarnya dengan kurma kering dengan taksiran. Pada asalnya, kurma adalah benda ribawi, barternya harus dengan takaran sama dan penyerahannya tunai, namun pada masalah ini ada pengecualian.
  • 30. 30 Kurma basah biasanya dijadikan sebagai makanan pencuci mulut, sedangkan kurma kering dijadikan sebagai makanan pokok. Orang miskin yang hanya mempunyai kurma kering, tidak punya pohon kurma, tidak punya uang, dan ingin membeli kurma basah maka diperbolehkan membarterkan kurma keringnya dengan kurma basah dengan taksiran. Kurma basah, kalau nanti kering, ditaksir jadi berapa. Misalkan kurma basah lima kilogram jika kering menjadi tiga kilogram, maka boleh membarter kurma basah lima kilogram dengan kurma kering tiga kilogram pada kasus ini. Dari ‘Abdullah bin ‘Umar Radhiyallahu anhuma : ‫ي‬َْ‫ب‬ ‫ا‬ ‫ق‬ُ‫ت‬‫ي‬ُّ ‫ق‬‫ت‬‫ي‬‫ب‬‫ي‬ُّ‫ا‬‫لي‬‫ق‬ْ ‫ا‬ ‫ي‬‫و‬ َ‫ا‬‫ت‬‫ي‬‫ب‬‫ي‬ُّ‫ا‬‫لي‬‫ق‬ْ ‫ا‬ ‫ا‬‫ذ‬‫ي‬‫ى‬ ‫ح‬‫ي‬ِّ‫ي‬‫ا‬ ‫ي‬‫ن‬َ‫م‬‫ي‬‫م‬ ‫ي‬‫و‬ ‫ا‬َ‫ت‬‫ي‬‫م‬‫ي‬‫ى‬ ‫ق‬ َ ‫ا‬ ‫ح‬َ‫م‬‫ي‬‫ه‬ ‫ا‬ ‫ي‬‫ل‬َ‫ق‬‫م‬ ‫ي‬‫ر‬ َ‫ي‬‫ي‬ ‫ق‬ُ‫ت‬‫ي‬ُّ ‫ي‬‫و‬ ‫ه‬ِّ‫ت‬‫ي‬( ‫ا‬‫ا‬َْ‫ي‬ َ‫ا‬ُّ ‫ا‬‫ا‬ ‫ا‬‫و‬‫ت‬‫ا‬َُّ‫ل‬ َ‫ا‬ُّ ‫ا‬‫ل‬‫ا‬‫ي‬‫ن‬ ‫ا‬ ‫ه‬ِّ‫ت‬‫ي‬(. “Bahwa Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam melarang muzabanah (yaitu) menjual kurma basah dengan tamr (kurma kering) dengan takaran dan menjual anggur basah dengan anggur kering dengan takaran.” [Muttafaq ‘alaih] Muzabanah adalah barter kurma basah dengan kurma kering, demikian juga barter anggur dengan kismis, dengan memakai takaran. Maka pada dasarnya, barter kurma basah dengan kurma kering adalah dilarang, tetapi ada keringanan untuk kasus ‘aroya. Dari Zaid bin Tsabit Radhiyallahu anhu : َْ‫ي‬ ‫ا‬ ‫ذ‬‫ا‬‫ي‬ َ‫ي‬ِّ ‫ا‬ ‫ه‬‫يا‬َ‫ا‬ُّ َ‫ي‬ِّ‫ي‬ ‫ت‬‫ا‬‫و‬‫ي‬‫م‬ ‫ي‬‫ي‬ ‫ا‬‫ت‬َ‫م‬ ‫ا‬‫ا‬‫ي‬ ‫ا‬ ‫ا‬‫و‬ ‫ا‬ََ‫ي‬‫ا‬‫ا‬ ‫ي‬‫ل‬ََ‫ي‬‫ر‬ ‫ي‬‫ن‬َ‫م‬‫ي‬‫م‬ ‫ي‬‫و‬ ‫ا‬َ‫ت‬‫ي‬‫م‬‫ي‬‫ى‬ ‫ق‬ َ ‫ا‬ ‫ح‬َ‫م‬‫ي‬‫ه‬ ‫ا‬ ‫ي‬‫ل‬َ‫ق‬‫م‬ ‫ي‬‫ر‬ َ‫ي‬‫ي‬ ‫ا‬‫ا‬ “Bahwa Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam memberi keringanan bagi shohibul ariyah untuk membeli kurma basah dengan memperkirakan (takarannya) dengan tamr (kurma kering).” [Muttafaq ‘alaih]
  • 31. 31 Dari Sa’id bin Abi Waqqash Radhiyallahu anhu : ‫ا‬‫ي‬‫ا‬‫ا‬ ‫ق‬‫و‬‫ي‬َ‫ب‬‫ا‬ ‫ا‬ ‫ق‬‫ل‬‫ق‬‫م‬‫ب‬‫ي‬‫م‬‫ي‬ ‫ي‬‫ل‬َ‫ي‬‫م‬‫ي‬‫إ‬ ‫ا‬‫ا‬َْ‫ي‬ َ‫ا‬ُّ ‫ا‬‫و‬‫ي‬َ‫ب‬‫ا‬ ‫ا‬ ‫ا‬ُ‫ت‬‫ي‬ُّ ‫ذ‬‫ي‬‫ى‬ ‫ي‬‫ل‬‫ا‬‫ل‬‫ق‬‫م‬ َ ‫ا‬‫و‬َ‫ب‬ ‫ا‬ َ‫ي‬‫ي‬ ‫يي‬‫ا‬ ‫ا‬ ‫ذ‬‫ي‬‫ى‬ ‫ح‬‫ي‬ِّ‫ي‬‫ب‬‫ي‬‫إ‬ ‫ن‬‫ي‬ ‫ي‬‫ا‬ :‫ا‬َ‫ق‬ َ‫ي‬َ ‫ن‬ ‫ي‬‫و‬‫ا‬‫و‬‫ي‬‫م‬. “Bahwa Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam ditanya tentang menjual ruthab dengan tamr, maka beliau menjawab, ‘Bukankah ruthab akan menyusut apabila mengering?’ Mereka menjawab, ‘Ya.’ Maka beliau melarangnya.” [H.R. Abu Dawud, Ibnu Majah, an-Nasai, at-Tirmidzi] Transaksi ‘aroya diperbolehkan dengan besaran yang dibatasi. Maksimal lima wasaq. Tidak diperbolehkan barter benda ribawi dengan benda ribawi namun bersama keduanya atau salah satunya terdapat jenis atau benda yang lain. ‫ي‬‫إ‬ َْ‫ي‬‫يا‬َ ‫ي‬‫و‬ ْ‫يو‬‫ا‬‫ي‬‫ا‬ َ‫ي‬ِّ‫ت‬‫ا‬‫إ‬ ‫ا‬‫ه‬‫يَر‬‫ب‬‫م‬‫ا‬‫ا‬ ‫ي‬‫يا‬‫م‬‫ي‬‫ى‬ ‫ي‬‫ب‬ََ‫ا‬ُّ ‫ه‬‫ن‬‫ي‬‫ا‬ ‫ي‬ ِّ‫ا‬َ ‫ي‬‫ا‬‫ي‬‫و‬‫يت‬َ ‫ي‬‫ل‬َ‫ي‬‫م‬ ‫ق‬ ‫م‬‫ي‬‫ا‬‫ي‬‫ي‬‫او‬ ‫ي‬‫ل‬َ‫ي‬َ ‫ل‬‫ل‬‫ت‬‫ي‬‫و‬‫ق‬‫ى‬ ‫ا‬‫ذ‬ُّ ‫ي‬‫ت‬‫ي‬ َ‫ي‬‫ل‬‫ي‬‫إ‬ ‫ذ‬‫ي‬‫ى‬‫م‬َ‫ا‬‫ي‬‫ت‬ َ‫ي‬ِّ‫ت‬‫ا‬‫إ‬ ‫ق‬‫ت‬‫ل‬‫ي‬ ‫ي‬َ‫ي‬‫إ‬ َ‫ي‬ِّ‫ق‬‫ي‬ َ‫ب‬‫م‬‫ا‬ ‫يي‬‫ا‬ ‫ي‬‫ا‬ ‫ق‬‫ت‬‫ا‬‫ي‬(‫ي‬‫ن‬‫ي‬‫إ‬ ‫ا‬‫ه‬‫يَر‬‫ب‬‫م‬‫ا‬‫ا‬ ‫ي‬‫يا‬‫م‬‫ي‬‫ى‬ ‫ي‬‫ب‬َ‫ا‬ ‫ذ‬‫ا‬‫ي‬ ‫ي‬‫ا‬‫ي‬‫ب‬(‫ي‬ َ‫ا‬‫ي‬‫ت‬‫ق‬‫ا‬ ‫ح‬َ‫ي‬‫ي‬َ ‫ق‬‫ص‬َ‫ي‬‫و‬‫ق‬‫ا‬ ‫ي‬ ‫َّلل‬ ‫ي‬‫ل‬َ‫ي‬‫م‬‫ي‬‫إ‬ ‫ي‬‫ن‬َ‫م‬‫ي‬‫م‬ ‫ي‬‫و‬ ‫ا‬َ‫ت‬‫ي‬‫م‬‫ي‬‫ى‬ ‫ق‬ َ ‫ا‬ ‫ح‬َ‫م‬‫ي‬‫ه‬ َ‫ا‬ ‫ا‬‫و‬‫ي‬‫ل‬ Dari Fadhaalah bin ‘Ubaid, ia berkata : “Aku pernah membeli sebuah kalung di hari (penaklukan) Khaibar seharga 12 dinar. Pada kalung tersebut terdapat emas dan permata. Lalu aku pisahkan ia (emas dan permata dari kalung), dan ternyata aku dapatkan nilainya lebih dari 12 dinar. Kemudian aku ceritakan hal itu kepada Nabi shallallaahu ‘alaihi wa sallam, dan beliau pun bersabda: “Janganlah kamu menjualnya sehingga kamu memisahkannya (emas dari kalungnya)” [H.R. Muslim]. Ringkasnya, riba itu ada riba dalam utang piutang dan riba dalam perdagangan.
  • 32. 32 Riba dalam utang piutang adalah dengan bentuk riba jahiliyah atau yang lebih jelek dari riba jahiliyah, seperti yang tadi didefiniskan dengan tambahan yang disyaratkan yang diambil/diterima dari orang yang diutangi sebagai kompensasi dari penundaan. Berkaitan dengan definisi “tambahan yang disyaratkan”, artinya jika tidak disyaratkan atau tambahan itu sukarela (inisiatif yang diutangi, red), maka tidak mengapa. Sama saja antara disyaratkan secara lisan maupun secara kebiasaan. Tambahan tersebut diperbolehkan jika diserahkan di hari pelunasan atau setelah hari pelunasan. Tambahan tersebut tidak boleh saat belum lunas. Jika belum lunas, tetapi memberi tambahan, maka itu riba. Ada riba investasi, tanam saham, penyertaan modal. Investasi itu menjadi riba manakala orangnya mempersyaratkan uang diinvestasikan harus aman. Kata “harus aman” menjadikan itu bukan investasi, melainkan mengutangi. Mengutangi itu harus aman. Riba dalam perdagangan, menggunakan kaidah-kaidah seprti yang telah dijelaskan sebelumnya. - 10 Macam Bahaya Dosa Riba Di Dunia Dan Di Akhirat Riba secara bahasa bermakna ziyadah (tambahan). Beberapa ahli ulama banyak berbeda pendapat untuk mengartikan riba. Pengertian riba secara teknis adalah, pengambilan tambahan dari harta pokok atau modal secara bathil. Hukumnya adalah haram. Jelas, karena ini merugikan orang lain. Islam selalu mengharamkan sesuatu yang tidak baik atau merugikan. Secara garis besar riba dikelompokkan menjadi dua, yaitu riba utang-piutang dan riba jual-beli. Riba utang-piutang terbagi lagi mejadi riba qardh dan riba jahiliah. Sedangkan riba jual-beli terbagi atas riba fadhl dan riba nasi’ah. Jika ada yang bertanya apakah
  • 33. 33 ada zaman dimana masyarakat tanpa riba menghuni bumi ini? Jawabannya mungkin ada jauh sebelum manusia mengenal pertukaran uang. Mungkin masih di zaman pertukaran barang dengan barang (barter). Pemakan Harta Riba Diadzab Allah di Dunia Maupun di Akhirat Pemakan harta riba akan mendapatkan adzab Allah SWT di dunia maupun di akhirat. Karena ini termasuk dosa besar yang dilakukan manusia. Banyak dalil di dalam Al-Qur’an dan Hadist Nabi yang menerangkan tentang bahaya dosa riba. Hal ini meyakinkan betapa besarnya dosa yang terdapat dari melakukan riba dan manusia disuruh untuk menjauhinya. Berikut paparan mengenai adzab Allah di dunia maupun di akhirat mengenai pemakan harta riba. 1. Mendapat Dosa Besar Pemakan harta riba akan mendapat dosa yang besar. Dari Abu Hurairah Radliallahu‘anhu, dari Nabi Shalallahu’alaihi wassalam bersabda; “Satu dirham uang riba yang dimakan oleh seseorang dalam keadaan mengetahui bahwa itu adalah uang riba dosanya lebih besar dari pada berzina sebanyak 36 kali.” (HR. Ahmad dari Abdulloh bin Hanzholah). Betapa besar dosa riba sampai Rasulullah SAW menyuruh kita untuk menjauhi perkara tersebut. Dan beliau juga mengatakan bahwa riba termasuk perkara yang akan membinasakan. 2. Dibangkitkan Pada Hari Kiamat Dalam Keadaan Gila Pada hari kiamat nanti seluruh umat manusia dari zaman Nabi Adam sampai akhir zaman akan dibangkitkan kembali. Tentu saja dengan keadaan yang berbeda-beda menurut amal ibadah semasa di dunia. Di hari kiamat, pemakan harta riba akan dibangkitkan dari kuburnya dalam keadaan gila. Allah SWT menghinakannya di hari pembangkitan dengan keadaan seperti berdirinya orang yang kerasukan dan dikuasai setan. Na’udzubillahimin dzalik. 3. Disiksa Didalam Api Neraka
  • 34. 34 Neraka adalah tempat peristirahatan terburuk yang pernah ada. Ia akan disiksa oleh para Malaikat Allah SWT yang selalu patuh terhadap Perintah-Nya. Terkecuali ketika telah bertaubat dan memohon ampun kepada Allah SWT. Dan sesungguhnya Dia adalah Dzat Yang Maha Pengampun. Allah SWT Berfirman; “Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu memakan riba dengan berlipat ganda dan bertakwalah kamu kepada Allah SWT supaya kamu mendapat keberuntungan.” (QS. Ali Imran: 130) 4. Do’a Tidak Dikabulkan Selain adzab di akhirat, Allah SWT juga memberikan adzab di dunia bagi pemakan harta riba. Salah satunya adalah do’a pelaku riba tidak akan dikabulkan oleh Allah SWT. Betapa merugi ketika setiap hari sholat menjalankan Perintah-Nya justru do’a tidak akan diterima dan dikabulkan Allah SWT. Dimana lagi kita akan meminta? Sedangkan sesungguhnya hanya Allah SWT tempat kita memohon dan berserah diri. 5. Hilangnya Keberkahan Pada Harta Tidak akan berkah harta yang diperoleh dari jalan riba. Itulah kenapa Rasul mengingatkan kita untuk mencari rezeki dari cara yang baik. Bayangkan ketika harta hasil riba dibelikan makanan, pakaian,beli rumah dan keperluan lainnya dan semua itu tiada keberkahan. Allah SWT Berfirman; “Allah memusnahkan riba dan menyuburkan sedekah.” (QS. Al Baqarah: 276). Ini jelas larangan Allah SWT untuk melakukan riba dan harus memperbanyak sedekah. 6. Allah SWT Menutup Hati Pemakan Harta Riba Hal ini diterangkan oleh Allah SWT melalui Firman-Nya; “Sekali-kali tidak (demikian), sebenarnya apa yang selalu mereka usahakan itu menutupi hati mereka.” (QS. Al Muthaffifin: 14). Hati akan tertutup sehingga pelaku riba tidak lagi memikirkan mana yang baik dan mana yang tidak. 7. Sedekah, Infaq dan Zakat dari Harta Riba Tidak Diterima Allah SWT
  • 35. 35 Tidak akan diterima di Sisi Allah SWT harta yang disedekahkan yang didapatkan dari hasil riba. Nabi kita Muhammad SAW bersabda; “Wahai manusia, sesungguhnya Allah itu Maha Baik dan tidak akan menerima sesuatu kecuali yang baik.” (HR. Muslim II/703 nomor 1015, dari Abu Hurairah Radliallahu’anhu). Hadist tersebut menjelaskan bahwa kita disuruh untuk bersedekah dengan harta yang kita dapat dari jalan yang baik dan diridhoi Allah SWT. Dan menjauhi cara yang haram agar sedekah, infaq dan zakat kita diterima. Hal ini akan sangat ironi lagi ketika kita membangun sesuatu yang bertujuan untuk amal jariah seperti pondok pesantren, masjid, atau rumah untuk muslim lainnya. Begitu banyaknya amal yang terbuang sia-sia karena tidak diterima oleh Allah SWT. 8. Riba Bisa Menyebabkan Krisis Ekonomi Juga akan menjadi penyebab krisis ekonomi dikarenakan merugikan pihak-pihak korban riba. Seperti contoh seorang rentenir yang meminjamkan uang dan memberikan bunga yang sangat tinggi untuk dikembalikan. Ini akan merugikan peminjam. Karena ketika uang yang dihasilkan dari jerih payah untuk keperluan sehari-hari justru harus dibayarkan bunga pinjaman.Karena banyak sekali rentenir yang meminjamkan uang dengan syarat mengembalikan dengan bunga tinggi. Apalagi jika melakukan pinjaman untuk beli rumah mewah dan mahal. Berapa banyak bunga yang akan kita bayar? Alangkah baiknya kita kondisikan dengan ekonomi yang ada. Seperti halnya beli rumah murah dan properti sederhana sesuai kebutuhan. 9. Karena Riba Hubungan Persaudaraan Menjadi Retak Jika riba marak dilakukan, hubungan persaudaraan antar manusia menjadi retak. Hubungan menjadi renggang dikarenakan ada pihak yang dirugikan. Bukankah baiknya jika hubungan persaudaraan dilandasi dengan sifat saling tolong-menolong? Alangkah mulianya jika sebuah negeri tertentu membudayakan sesuatu dengan cara syariah. Ini akan menjadi salah satu negeri yang damai dan tenteram. Dikarenakan hubungan antar manusia yang erat
  • 36. 36 persaudaraannya. Saling tolong-menolong dan bergotong-royong demi membangun negeri yang harmonis. 10. Tidak Termasuk Golongan Orang yang Beriman Allah SWT Berfirman didalam kitab suci Al-Qur’an bahwa orang-orang pelaku riba dianggap orang-oang yang tidak beriman. Dalil tersebut menerangkan sampai-sampai pelaku riba diperangi oleh Allah SWT dan Rasul- Nya. Tentu saja terkecuali bagi Hamba-Nya yang bertaubat nasuha dan bersungguh-sungguh tidak akan mengulanginya lagi. Begitu banyak adzab yang Allah SWT berikan bagi pelaku riba. Mari kita sama-sama berdo’a dan hanya meminta kepada-Nya agar dijauhi dari sifat tercela tersebut. dan apabila kita sudah terjebak dalam riba maka inilah cara terbebas dari riba. Semoga kita selalu diberikan kelimpahan Rahmat-Nya. Diberikan jalan untuk mencari rezeki dari cara yang baik dan diberkahi Allah SWT. Alangkah baiknya jika kita sama-sama memerangi sifat tersebut dan menjadikan aib untuk kita semua. Mari budayakan masyarakat tanpa riba dengan selalu menjunjung tinggi kehormatan dalam hal pinjam-meminjam maupun jual- beli. Dengan begitu Allah SWT akan membukakan hati kita menuju jalan yang Ia ridhoi. Amin.
  • 37. 37 4. KEUTAMAAN SHODAQOH BERSERTA DALIL-DALILNYA - Keutamaan Sedekah dan Manfaatnya dalam Al Quran & Hadits Apa keutamaan sedekah ? Apa manfaat sedekah buat kita dan orang yang membutuhkan ? Pengertian dari sedekah adalah memberi sebagian harta kita kepada orang lain yang sedang kekurangan atau tertimpa musibah. Namun, sedekah bukan hanya sekedar memberi. Sedekah juga berarti membantu saudara-saudara kita, baik sesama muslim maupun sesama manusia yang sedang membutuhkan.  Hukum Sedekah Apa hukum sedekah ? Bersedekah berarti memberikan sesuatu kepada orang lain dalam rangka kebijakan. Kata sedekah berasal dari bahasa Arab “shadaqoh” yang artinya suatu pemberian dari seorang muslim ke orang lain secara sukarela tanpa ada batasan waktu dan jumlah harta yang disedekahkan. Sedekah sangat dianjurkan oleh Nabi Muhammad karena nilai pahalanya besar. Berbicara mengenai hukum sedekah, menurut hukum islam ada 3 hukum mengenai sedekah, yaitu:
  • 38. 38 Sunnah, ini maksudnya Allah akan memberi pahala bagi siapapun yang bersedekah. Sedangkan bagi yang tidak bersedekah, Allah tidak akan mengazabnya dengan dosa Haram, jika orang yang bersedekah tahu bahwa sedekah yang diberikan akan digunakan untuk perbuatan maksiat. Maka untuk hal ini diharamkan bersedekah untuk hal tersebut. Wajib, Untuk orang yang mampu maka diwajibkan untuk bersedekah. Selain itu sedekah juga wajib saat kita sudah bernadzar untuk bersedekah. Orang yang Wajib Diberi Sedekah Siapa saja yang wajib diberi sedekah ? Apakah semua orang bisa menerima sedekah ? Sedekah paling afdhal diberi kepada golongan orang-orang berikut ini: Sedekah kepada saudara kandung atau kerabat dekat lebih utama sebelum bersedekah kepada orang lain Sedekah harus diberikan kepada orang-orang yang membutuhkan. Kemudian, sedekah juga seharusnya dilakukan secara diam-diam. Selain itu, kualitas barang yang disedekahkan juga harus dalam kondisi dan kualitas terbaik. Karena Allah lebih suka pemberian yang baik. ‫ا‬ َ ‫ا‬ ‫ي‬‫ل‬َ‫ق‬‫م‬ ‫ي‬‫ر‬ َ‫ي‬‫م‬ ‫ي‬‫ل‬َ‫ي‬‫م‬‫ي‬‫إ‬ ْ‫ل‬‫ق‬ ‫ي‬‫ر‬ ‫ي‬‫ن‬َ‫م‬‫ي‬‫م‬ ‫ي‬‫و‬ ‫ا‬َ‫ت‬‫ي‬‫م‬‫ي‬‫ى‬ ‫ق‬ َ ‫ا‬ ‫ح‬َ‫م‬‫ي‬‫ه‬ ‫ا‬ َ ‫ا‬ ‫ي‬‫ل‬َ‫ق‬‫م‬ ‫ي‬‫ر‬ ‫ح‬‫ي‬‫ا‬‫ي‬ ‫ي‬‫و‬ ‫ي‬ َ‫ل‬‫ي‬‫ا‬‫ي‬‫ا‬ ‫ي‬‫ي‬ ‫ي‬‫ل‬َ‫ي‬‫م‬‫ي‬‫إ‬ ‫ق‬‫ن‬‫ي‬‫م‬‫ى‬‫ي‬ ‫ا‬‫ت‬‫ي‬َ‫ي‬‫ل‬َ‫ا‬ ‫ا‬ ‫ب‬‫ي‬‫ي‬ ْ‫ح‬‫ت‬ ‫ا‬‫ن‬‫ي‬‫ه‬ ‫ي‬ ‫ا‬‫ي‬ ‫ق‬‫ت‬‫ا‬ ‫ي‬‫و‬ ‫ا‬‫ي‬‫ن‬‫ي‬( ‫ل‬‫ي‬ ‫ي‬ ِّ‫ق‬‫ت‬‫ا‬ ‫ي‬ ‫م‬‫ق‬َ ‫ي‬‫ل‬َ‫ق‬‫م‬‫م‬‫ق‬‫ن‬ ‫ا‬ ‫ي‬،‫ي‬‫م‬‫ي‬ُّ ‫ا‬‫ي‬‫ا‬‫ا‬ ‫ح‬َ‫ي‬‫ي‬َ ‫ي‬‫ل‬‫ا‬ِّْ‫ق‬‫ا‬ ‫ي‬ ‫َّلل‬ ‫ي‬‫و‬ ‫يح‬‫ب‬‫ا‬، ‫ا‬ ‫ق‬‫ل‬‫ق‬‫ي‬ ‫ي‬‫ا‬ ‫ي‬‫و‬ ‫ي‬‫ا‬‫م‬‫ي‬‫ت‬ ‫ا‬ ‫يح‬‫م‬َ‫ي‬‫ا‬ ْ‫ح‬‫ت‬ ‫ا‬‫ين‬‫و‬‫ي‬‫ن‬‫ي‬( ‫ل‬‫ي‬ ‫ي‬ ِّ ‫َيي‬‫ي‬( ‫ل‬‫ي‬َ ‫ي‬‫و‬ ‫ي‬ ‫َّلل‬‫ي‬ ‫ا‬ ‫ل‬‫ي‬ ‫ي‬ ِّ‫ق‬‫ت‬‫ا‬ Seorang lelaki datang kepada Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam lalu berkata: Wahai Rasulullah, sedekah manakah yang paling agung? Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: Engkau bersedekah ketika engkau engkau sehat lagi kikir dan sangat memerlukan, engkau takut miskin dan sangat ingin menjadi kaya. Jangan engkau tunda-tunda sampai nyawa sudah sampai di kerongkongan, baru engkau berpesan: Berikan kepada si fulan sekian
  • 39. 39 dan untuk si fulan sekian. Ingatlah, memang pemberian itu hak si fulan. (HR. Imam Muslim) Keutamaan dan Manfaat Sedekah Nabi Muhammad Shallallahu Alaihi Wa Sallam mengajarkan umat muslim untuk selalu bersedekah. Kenapa ? Karena keutamaan sedekah dan manfaatnya sangat besar untuk diri kita dan orang lain. Apa saja manfaat dan keutamaan sedekah ? 1. Sedekah dapat Menghapus Dosa Keutamaan sedekah yang pertama adalah dapat menghapus dosa. Setiap manusia pasti tidak bisa lepas dari dosa. Sedekah adalah cara termudah yang Allah berikan untuk menghapus dosa-dosa kita. Akan tetapi, sedekah yang kita berikan menurut sebagian ulama hanya dapat menghapus dosa kecil. Sedangkan untuk menghapus dosa besar harus diikuti dengan taubat. Rasulullah Shallallahu Alaihi Wa Sallam bersabda : ‫بَر‬ ‫ا‬ َْْ ‫ا‬ ْ‫تح‬ َ ‫ا‬ َْ ( ‫لت‬ ‫ت‬ ََ ‫ا‬ ْ‫تح‬ َ ‫ا‬ ‫ت‬ َ‫ال‬ ‫وا‬ Sedekah dapat menghapus dosa sebagaimana air memadamkan api. (HR. Tirmidzi) 2. Sedekah Tidak Mengurangi Harta Berbeda dengan konsep keuangan manusia, di mana semakin banyak uang keluar semakin berkurang harta kita. Justru dalam konsep islam, barangsiapa yang sering mengeluarkan uang untuk sedekah maka ia akan semakin kaya. Allah berjanji akan melipat gandakan harta orang yang gemar bersedekah dengan niat tulus. ‫ق‬‫و‬‫ب‬‫ق‬‫م‬ ‫ا‬َ‫ل‬‫ق‬( ‫ا‬‫إ‬ ‫ي‬‫ل‬‫ا‬َُّ‫ي‬‫ب‬‫ي‬‫م‬ ‫ي‬ُ‫و‬‫ي‬‫م‬ ‫ي‬‫ي‬‫ي‬‫و‬‫ا‬‫ي‬ ‫ل‬‫ت‬َ‫و‬‫ي‬َ ‫ا‬‫ل‬‫ي‬‫ب‬‫ي‬ْ‫ي‬( ‫ا‬ َ ‫ا‬ ‫ا‬‫ل‬‫ت‬‫ا‬‫و‬‫ي‬‫م‬ ‫ا‬‫إ‬ ‫ن‬‫ق‬ِّ‫ي‬ ‫ا‬ ‫ي‬َ‫ي‬‫ي‬ ‫َيي‬‫ق‬‫م‬‫ا‬‫ت‬‫قب‬‫م‬ ‫مذي‬‫ا‬‫ن‬َ ‫ا‬ ‫ق‬‫ل‬‫ي‬‫ب‬‫ي‬‫ي‬‫ي‬ََ‫ا‬‫ي‬ ‫ل‬‫ت‬‫ي‬‫م‬ ‫ق‬‫م‬‫ا‬‫ى‬َ‫ي‬‫ل‬‫ق‬‫م‬ ‫ق‬ َ ‫ا‬ ‫ي‬‫و‬ ‫ق‬ ‫ل‬‫ت‬َ‫و‬‫ي‬َ ‫ق‬‫ت‬ ْ‫ن‬‫ت‬‫ا‬‫م‬‫ي‬‫ى‬ ُْ‫ا‬‫م‬‫ا‬ ‫ي‬‫و‬ ‫ق‬ َ ‫ا‬ ‫ي‬‫و‬ ‫ق‬ ‫ق‬َْ‫ي‬‫م‬‫ي‬‫م‬ ‫ذ‬‫ي‬ْ‫ا‬
  • 40. 40 Perumpamaan (nafkah yang dikeluarkan oleh) orang-orang yang menafkahkan hartanya di jalan Allah adalah serupa dengan sebutir benih yang menumbuhkan tujuh bulir, pada tiap-tiap bulir seratus biji. Allah melipat gandakan (ganjaran) bagi siapa yang Dia kehendaki. Dan Allah Maha Luas (karunia-Nya) lagi Maha Mengetahui. (QS. Al-Baqarah: 261) Dalam haditsnya, Rasulullah Shallallahu Alaihi Wa Sallam juga bersabda mengenai keutamaan sedekah adalah tidak akan mengurangi harta, yaitu: ‫ي‬‫إ‬‫ي‬‫ر‬ َ ‫َّلل‬‫ا‬ ‫ا‬ َ ‫ا‬ ْ‫ل‬‫ي‬َ‫ي‬ ‫ي‬ُ‫ي‬‫ه‬‫ا‬ ‫ي‬َ‫ي‬‫ا‬ َ‫ي‬‫ي‬ ‫ي‬‫و‬ ‫ا‬َ‫ل‬‫ا‬‫ى‬ َ ‫َّلل‬‫ا‬ ‫ل‬َ‫ت‬‫ي‬ ‫ا‬ُّ ‫ها‬‫ل‬‫و‬‫ي‬‫ى‬ ‫ق‬ َ ‫ا‬ ‫ي‬‫ا‬‫ا‬‫َي‬ َ‫ي‬‫ي‬ ‫ي‬‫و‬ ‫ل‬‫ل‬َ‫ي‬‫ي‬ ‫ذ‬‫ا‬‫ي‬ ْ‫ت‬‫ي‬َ‫ي‬‫ل‬‫ي‬‫ه‬ ‫ي‬‫ا‬‫ي‬‫م‬‫ي‬‫ا‬ َ‫ي‬‫ي‬‫ق‬ َ ‫ا‬ ‫ق‬َ‫ي‬ Sedekah itu tidak akan mengurangi harta. Tidak ada orang yang memberi maaf kepada orang lain, melainkan Allah akan menambah kemuliaannya. Dan tidak ada orang yang merendahkan diri karena Allah, melainkan Allah akan mengangkat derajatnya. (HR. Muslim) 3. Mendapat Naungan di Hari Akhir Manfaat besar sedekah selain pahala adalah diberi naungan di hari akhir. Nabi Muhammad menjelaskan bahwa salah satu golongan yang mendapat naungan di hari kiamat adalah orang-orang yang gemar bersedekah. Orang yang diberi naungan adalah orang yang bersedekah dengan tangan kanan, namun tangan kirinya tidak tahu. Artinya, orang tersebut bersedekah secara diam-diam tanpa diketahui orang lain (tidak riya). 4. Keutamaan Sedekah untuk Membuat Hati Tenang Ketika bersedekah, hati akan tenang karena mengetahui hartanya sudah bersih. Hak-hak orang lain yang ada di dalam harta kita sudah diberikan, oleh karena itu terbebaslah tanggung jawab kita kepada harta di depan Allah kelak. Selain itu, keutamaan sedekah adalah bisa membuat hati senang karena bisa membantu orang yang membutuhkan.
  • 41. 41 5. Sedekah untuk Menyembuhkan Orang Sakit Sedekah adalah penyembuh untuk orang sakit. Tidak hanya bisa menyembuhkan penyakit orang lain, namun juga bisa menyembungkan sakit kita. Rasullah bersabda bahwa barang siapa yang memelihara harta bendanya dengan cara mengeluarkan zakat, obatilah penyakitmu dengan sedekah. Saat membantu orang yang sedang sakit dengan cara memberinya uang untuk membeli obat, juga akan membantu mereka sembuh dan kita terbebas dari penyakit berbahaya. Rasulullah bersabda: ‫ت‬ َ‫ال‬ َ ُّ ‫ن‬ (َ‫ه‬ ‫يا‬ ‫ااووا‬ Sembuhkanlah orang-orang yang sakit di antara kalian dengan sedekah. (HR. Al-Dailami) 6. Memadamkan Murka Allah Nabi Muhammad bersabda bahwa barang siapa yang suka bersedekah, maka akan memadamkan murka Allah Ta’ala. Selain itu, sedekah juga akan menghindari seseorang dari kematian yang buruk. Untuk itu, keutamaan dan manfaat sedekah adalah bisa memadamkan amarah Allah sehingga akan aman di dunia dan akhirat. َْ‫ا‬ ‫ا‬ ‫يت‬ ‫ت‬ ‫ي‬ ُ ‫لإ‬ ‫وا‬ ‫اب‬ ‫ا‬ ‫لو‬ ‫ال‬ ‫تئ‬ َ ‫ا‬ ‫ت‬ َ‫ال‬ ‫ا‬ Sesungguhnya sedekah itu memadamkan murka Allah dan menolak mati jelek (su’ul khotimah). (HR. Tirmidzi) 7. Terhindar dari Keburukan Keutamaan sedekah yang besar untuk kehidupan kita adalah bisa melindungi dari musibah. Sedekah yang diberikan akan melindungi kita dari musibah yang akan datang kepada kita. Keburukan yang ditimpa bisa berupa penyakit, kehilangan barang berharga, kesulitan dalam bekerja, dan lainnya.
  • 42. 42 Oleh karena itu, seringkali sedekah disarankan untuk dilakukan orang yang sedang berikhtiar atau mengusahakan sesuatu hal dalam hidup. ‫ت‬ ‫ت‬ َ‫ال‬ ‫اَْا‬ ‫ا‬ ‫يذ‬ ََُُّّ ‫تذ‬ ‫مو‬ ‫ب‬‫ل‬‫ق‬‫م‬ Sedekah menutup 70 pintu keburukan. (HR. Thabrani) 8. Keutamaan Sedekah untuk Memperpanjang Umur Keutamaan dan manfaat sedekah lainnya adalah dapat mempanjang umur. Dalam sebuah riwayat Rasulullah bersabda sedekah akan mengilangkan bala’ (musibah) dan menambah umur. Oleh karena itu, buat kamu yang ingin panjang umur, kuncinya bukan hanya menjaga kesehatan dan pola makan, namun juga rajin bersedekah. Keutamaan Sedekah saat Musibah Datang Salah satu golongan orang yang berhak menerima sedekah adalah orang yang membutuhkan. Saat wabah penyakit atau musibah bencana alam datang, banyak korban yang membutuhkan uluran tangan kita. Donasi adalah cara sedekah terbaik dan termudah yang harus kamu lakukan. Bayangkan saja, orang- orang yang mendapat penghasilan harian, ketika tidak bisa bekerja, mereka pasti tidak bisa menafkahi anak dan istrinya. Selain itu, relawan dan petugas medis yang bekerja sepenuh tenaga menolong korban wabah dan musibah tentu membutuhkan bantuan dari segi dana, makan dan minuman, serta dukungan moril. Saat wabah penyakit datang tentu saja banyak orang akan merasa kesulitan mencari nafkah. Oleh karena itu, saat musibah datang ini adalah waktu yang tepat untuk semakin banyak bersedekah. Jika dilihat dari keutamaan sedekah di atas, sedekah dapat menyembuhkan penyakit, membuat hati bahagia, menghapus dosa, dan menambah rezeki. Semoga dengan semakin banyak orang bersedekah, musibah atau wabah penyakit yang datang segera pergi.
  • 43. 43 - Mengajarkan Anak Hadis Tentang Sedekah dan Keutamaannya dalam Islam Hukum bersedekah dalam agama Islam Sebelum menumbuhkan kebiasaan sedekah pada anak, sebaiknya orangtua memberikan penjelasan tentang sedekah agar mereka paham. Salah satunya dengan memberitahu hukum sedekah dalam agama Islam. Hukum sedekah dalam Islam ialah sunah atau dianjurkan. Jadi, apabila dikerjakan akan mendatangkan pahala dan kebaikan. Apabila ditinggalkan juga tidak mendatangkan dosa, Ma. Namun, sedekah dapat berubah hukumnya menjadi wajib jika seorang muslim telah mampu dan berkecukupan berjumpa dengan orang lain yang kekurangan. Misalnya, ketika keluarga mama mempunyai makanan yang cukup, sementara ada orang lain yang kelaparan, maka hukumnya wajib bagi Mama untuk bersedekah. Hukum sedekah juga menjadi wajib ketika seseorang bernadzar untuk bersedekah. Jadi harus dilaksanakan. Dalil yang menjelaskan tentang sedekah Setelah menjelaskan pengertian dan hukumnya sedekah dalam agama Islam, orangtua juga perlu mengajarkan dalil yang menerangkan sedekah. Baik keterangan yang bersumber dari Alquran maupun hadis, Ma. Dalam Alquran surat Al-Talaq ayat 7, Allah SWT telah memerintahkan umat-Nya untuk bersedekah dan berjanji akan membalas kebaikan tersebut. Allah SWT berfirman yang artinya: “Hendaklah orang yang mempunyai keluasan memberi nafkah menurut kemampuannya, dan orang yang terbatas rezekinya, hendaklah memberi nafkah
  • 44. 44 dari harta yang diberikan Allah kepadanya. Allah tidak membebani kepada seseorang melainkan (sesuai) dengan apa yang diberikan Allah kepadanya. Allah kelak akan memberikan kelapangan setelah kesempitan.” (QS. Al-Talaq: 7) Allah SWT sangat menyukai orang-orang yang bersedekah. Sebagaimana firman Allah SWT dalam Alquran surat Al-Baqarah ayat 276 yang artinya: “Allah memusnahkan riba dan menyuburkan sedekah. Allah tidak menyukai setiap orang yang tetap dalam kekafiran dan bergelimang dosa.” (QS. Al-Baqarah: 276) Sementara itu, hadis sedekah yang paling utama diriwayatkan Abu Hurairah R.A. Rasulullah SAW bersabda yang artinya: “Setiap ruas tulang manusia harus disedekahi setiap hari di saat terbitnya matahari: berbuat adil terhadap dua orang (mendamaikan) adalah sedekah; menolong seseorang naik kendaraannya, membimbingnya, dan mengangkat barang bawaannya adalah sedekah, ucapan yang baik adalah sedekah; Berkata yang baik juga termasuk sedekah. Begitu pula setiap langkah berjalan untuk menunaikan sholat adalah sedekah. Serta menyingkirkan suatu rintangan dari jalan adalah sedekah.” (HR. Bukhari dan Muslim). Hadis yang menjelaskan keutamaan bersedekah Hal lain dari perkara sedekah yang bisa Mama dan Papa jelaskan pada anak, yaitu hadis tentang keutamaan bersedekah. Mengutip laman dalamislam, ada banyak kebaikan dan ganjaran yang akan Allah SWT berikan apabila seorang muslim melakukan sedekah, Ma! 1. Sedekah tak akan membuat seorang muslim miskin Banyak orang yang mengira bahwa sedekah akan mengurangi harta benda, padahal sejatinya sedekah tidak akan membuat seorang muslim menjadi miskin. Justru sebaliknya, Allah SWT akan