Makalah ini membahas lima topik utama:
1) Pengertian dan konsep istidraj serta dalil-dalilnya dari Al-Quran dan hadis.
2) Hukuman yang disegerakan Allah sebagai bentuk kasih sayang-Nya.
3) Berita kenabian Nabi Muhammad SAW dalam kitab-kitab suci agama lain.
4) Al-Quran sebagai sumber sains dan teknologi.
5) Pengertian salafush shalih beserta tokoh-tokohnya.
1. 1
KUMPULAN ARTIKEL
1. PENGERTIAN, KONSEP, SERTA DALIL-DALIL TENTANG ISTIDROJ
2. DALIL-DALIL HADITS QUDSI TENTANG HUKUMAN YANG DISEGERAKAN
SEBAGAI BENTUK KASIH SAYANG ALLAH TERHADAP HAMBANYA.,
(DALIL, TERJEMAHAN, PENJELASAN, SERTA CONTOH KASUS).
3. BERITA KENABIAN RASULULLAH SAW YANG DIMUAT DI DALAM KITAB-
KITAB SUCI AGAMA LAIN (Kristen, Hindu, Yahudi, dll)
4. Al-QURÁN SEBAGAI SUMBER SAINS DAN TEKNOLOGI
5. PENGERTIAN DAN ORANG-ORANG SALAFUSSALIH YANG
SESUNGGUHNYA: GENERASI SAHABAT, TABIIN, DAN TABIITTABIIN)
Disusun sebagai tugas terstruktur Ujian Tengah Semester (UTS) mata kuliah Pendidikan
Agama Islam
Dosen Pengampu:
Dr. Taufiq Ramdani, S.Th.I., M.Sos
Disusun Oleh:
Nama : PASYA RAMA HIDAYAT
NIM : L1B021063
Prodi/Kelas : ILMU KOMUNIKASI / B
PROGRAM STUDI ILMU KOMUNIKASI
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN POLITIK
UNIVERSITAS MATARAM
2021
2. 2
KATA PENGANTAR
Assalamualaikum.Wr .Wb
Dengan menyebut nama Allah SWT Yang Maha Pengasih Lagi Maha Penyayang.
Alhamdulillah puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan rahmat
dan hidayahnya sehingga saya dapat menyelesaikan tugas makalah ini.
Makalah ini disusun dengan tujuan untuk memenuhi tugas UTS dari Pak Dr. Taufiq
Ramdani, S, Th,I., M.Sos pada mata kuliah Pendidikan Agama Islam.Selain itu, makalah ini
bertujuan untuk memenuhii persyaratan UTS serta memperluas pengetahuan dan wawasan
sehingga menjadi sebuah Ilmu yang saya sajikan berdasakan pengamatan dari beberapa
sumber.
Makalah ini masih jauh dari kesempurnaan,untuk itu saya mengharapkan adanya kritik dan
saran yang membangun akan saya nantikan demi kesempurnaan makalah ini. Akhir kata saya
berharap semoga makalah yang saya sajikan dapat memberikan manfaat maupun inspirasi
terhadap pembaca maupun diri saya sendiri.
Mataram,7 Oktober 2021
PASYA RAMA HIDAYAT
3. 2
DaftarIsi
KATA PENGANTAR................................................................................................................2
BAB 1.........................................................................................................................................3
ISTIDRAJ..................................................................................................................................3
A.Pengertian Istidraj ..............................................................................................................3
B. KONSEP ISTIDRAJ........................................................................................................ 12
C. Dalil-dalil tentang Istidraj................................................................................................ 12
BAB 2.......................................................................................................................................13
HUKUMAN YANG DISEGERAKAN....................................................................................13
A. Dalil-dalil,Terjemahan dan Penjelasannya....................................................................... 13
B. Contoh Kasus ................................................................................................................... 13
BAB 3.......................................................................................................................................15
BERITA KENABIAN RASULULLAH SAW DALAMKITAB-KITAB SUCI AGAMA
LAIN........................................................................................................................................15
A. KITAB KRISTEN............................................................................................................ 15
C. Kitab Suci Zabur.............................................................................................................. 15
B. Kitab Suci Taurat............................................................................................................. 16
C.Kitab Suci Hindu............................................................................................................... 17
BAB 4.......................................................................................................................................19
Al-QURÁN SEBAGAI SUMBER SAINS DAN TEKNOLOGI............................................19
A.Ayat yang menjelasakan bahwa segala sesuatu telah ditentukan ukurannya oleh Allah
SWT dalam Al. Quran.......................................................................................................... 19
B. Contoh Sains Al Quran dan kenyataanya di Dunia ......................................................... 20
BAB 5.......................................................................................................................................26
PENGERTIAN DAN ORANG-ORANG SALAFUSSALIH YANG SESUNGGUHNYA:
(GENERASI SAHABAT, TABIIN, DAN TABIITTABIIN).................................................26
A.Pengertian Salafush Shalih................................................................................................ 26
B.Dalil-dalil Yang Menunjukkan Wajibnya Mengikuti Salafush Shalih............................... 27
-Dalil Dari Al Qur’anul Karim ............................................................................................. 27
C.Tabi'in dan Tabi’ut tabi’in. Tabi’in .................................................................................. 31
Tokoh-tokoh Tabi’in...................................................................................................................................................31
Tokoh-tokoh Tabi’ut tabi’in......................................................................................................................................32
DAFTAR PUSTAKA...............................................................................................................33
4. 3
BAB 1
ISTIDRAJ
A.Pengertian Istidraj
Istidraj berasal dari kata Arab “daraja” yang berarti mendaki dari satu tingkat ke tingkat
lainnya. Islam memerintahkan manusia untuk menggunakan anggota tubuhnya untuk berbuat
baik kepada Tuhan, kepada manusia lain, serta terhadap lingkungan, agar tidak berbuat jahat,
karena pada mulanya semua anggota tubuh adalah manusia.
Maksiat terbagi atas dua macam, yang pertama adalah maksiat lahir yaitu maksiat yang
dikerjakan oleh anggota lahir, seperti mencuri, berdusta, memfitnah dan sebagainya. Kedua
adalah maksiat batin yaitu maksiat yang dikerjakan oleh hati termasuk sifat tercela seperti
dengki, takabur dan sebagainya. Maksiat lahir mengakibatkan kekacauan dalam masyarakat,
seperti mencuri, menganiaya, membunuh dan lain sebagainya yang dapat dilakukan dengan
tangan manusia, begitu pula kejahatan seperti memaki, mencela, menghasut, mengadu domba
dan lainlain kejahatan yang dilakukan oleh mulut. Begitu pula kejahatan-kejahatan yang
dilakukan oleh anggota lahir lainnya yang sangat berbahaya untuk keamanan dan ketentraman
masyarakat. Di samping hal tersebut terdapat pula pada manusia maksiat batin yang lebih
berbahaya karena ia tidak kelihatan dan kurang diperhatikan serta lebih sukar dihilangkan.
Maksiat ini merupakan pendorong dari maksiat lahir. Selama maksiat batin ini belum
dilenyapkan, maksiat lahir tidak bisa dihindarkan dari manusia. Allah SWT memperingatkan
agar manusia membersihkan jiwanya atau hatinya dari segala kekotoran, yakni sifat-sifat
tercela yang melekat di hati, karena kebersihan jiwa atau kemurnian hati itu merupakan syarat
kebahagiaan manusia di dunia dan di akhirat. (Asmaran As, 2002: 186) Firman Allah SWT
dalam Surat alA’raf ayat 182
: َٔ بْ ا ُ َٔ ا ذ ا ُ ِ ن ا ِ ْ ث ث ْذ ِ ا ِ ثُ ِ ا ۡ با ْ س ا ا ث َِٔ ِ ٰ اٰ ا ا ا ُ ِ ا ث ِذ ا اٰ١٨٢
Dan orang-orang yang mendustakan ayat-ayat Kami, nanti Kami akan menarik mereka dengan
berangsurangsur (ke arah kebinasaan), dengan cara yang tidak mereka ketahui. Ayat ini
merupakan salah satu ayat yang menggambarkan tentang istidraj, yaitu bahwa Allah SWT
memiliki makar bagi kaum pendosa. Menurut Muhammad Ghazali dalam kitab tafsirnya,
menjelaskan bahwa mereka terlupakan dengan kelezatan sesaat atau kemenangan yang menipu.
5. 4
Keadaan tersebut merupakan dikte Allah SWT bagi orang yang melakukan 78 Istinarah,
kebathilan dan juga jalan untuk menuju kehancuran tanpa mereka sadari. (Ghazali, 2005: 134)
Ayat ini juga merupakan salah satu dari ayat al-Qur’an yang menyebutkan lafaz istidraj. Istidraj
dalam ayat di atas mempunyai makna, bahwa akibat orang yang mendustakan ayat-ayat Allah
akan diberlakukan istidraj atau ditipu oleh-Nya, dan akan mendapat siksaan yang amat
berbahaya. Ayat ini menginformasikan dari al-Qur’an tentang salah satu cara Allah menyiksa
para pembangkangNya yaitu dengan mencurahkan kenikmatan kepada mereka, sehingga
mereka bergelimang di dalamnya dan mereka lupa akan kesesatannya. Keadaan inilah yang
disebut istidraj. Rasulullah SAW mengingatkan, “Jika kamu melihat Allah memberikan
kemewahan dunia kepada seseorang yang suka melanggar perintah-Nya, maka itu adalah
istidraj.” (HR. Ahmad).
Ada beberapa golongan yang berpotensia ditimpa istidraj diantaranya adalah orang-orang yang
diberi nikmat kekuasaan, lalu ia menjadi sombong dan sewenangwenang terhadap rakyatnya.
Maka Allah memperpanjang masa kekuasaannya sehingga ia semakin terjerumus dalam
kesombongan dan kesewenang- wenangan tersebut. Seperti sosok Fir’aun yang ketika Allah
memberinya kekuasaan, Fir’aun sering bertindak semena-mena. Lalu Allah tambahkan
kekuasaannya, dan Fir’aun semakin takabur hingga mengaku dirinya sebagai Tuhan. Dan Allah
akhirnya menjatuhkan azab yang sangat pedih dengan menenggelamkan Fir’aun di Laut
Merah. Di dalam al-Qur’an kata istidraj yang di analisis menggunakan kitab mu’jam mufahras
li alfaazhil qur’anil karim terdapat dua ayat, yaitu dalam surat al-A’raf ayat 182 dan surat al-
Qalam ayat 44. (Fuad Abdul Baqi, 1364: 225) Mengenai pembahasan istidraj masih banyak
masyarakat yang awam, istidraj merupakan hal yang masih ambigu yang membuat seseorang
tidak sadar terhadap kesesatan yang ditimpakan kepadanya, berupa rezeki yang berlimpah,
nikmat yang banyak, 79 Istinarah, tahap demi tahap yang diberikan kepada mereka. nikmat
tersebut tidak hanya berupa nikmat harta, tetapi juga nikmat kesehatan, ada orang yang jarang
diuji dengan sakit, padahal sering melakukan maksiat. Misalnya orang tersebut gemar
meminum khamar, tetapi ia tidak pernah sakit. Hal tersebut adalah bentuk istidraj Allah
kepadanya. Apalagi realitas masyarakat saat ini, mereka sangat berambisi mendapatkan segala
kenikmatan dan kesenangan dunia dengan segala cara. Mereka tidak peduli apakah cara
tersebut dibolehkan atau tidak dalam Islam, yang penting hal yang mereka inginkan tercapai.
Di dalam tafsir al-Jami’ li Ahkami al-Qur’an Imam al-Qurthubi menjelaskan bahwa nikmat
yang diberikan Allah kepada orang yang diberi istidraj, adalah ketika orang tersebut melakukan
satu kemaksiatan, maka Allah beri langsung nikmat kepadanya. Sementara ulama lain tidak
menjelaskan kapan Allah akan memberi nikmat kepada orang tersebut, apakah ketika mereka
6. 5
melakukan satu maksiat atau ketika melakukan banyak maksiat. Dari sinilah penulis tertarik
untuk membahas penafsiran Imam alQurthubi mengenai istidraj. (AlQurthubi, 2005: 2765)
Ungkapan yang menunjukkan istidraj dalam al-Qur’an tidak saja hanya dengan kata istidraj.
Fahrudin al-Razi menjelaskan dalam tafsirnya bahwa ungkapan yang menunjukkan kepada
seorang hamba yang jauh dari Allah SWT atau hamba yang mendekati kekafiran terdapat
beberapa ungkapan. (Fahrudin al-Razi, 1985: 78) Di antaranya adalah al-makr, alKhid’ah dan
al-imla’. Kata al-makr salah satunya terdapat dalam surat al-A’raf ayat 99:
ِ ِ ث ا ّ ا ا ب ْ ث َِٔ ِ ا س ِ ا ََ ّ ْْٰ ا ا ا ا ِ ا ثذ ا س ِ ا ََ ْ اْٰ اٰ ُ ْْٰ ِذ ا ا ا ِ ِ ٩٩ث
“Maka apakah mereka merasa aman dari azab Allah (yang tidak terdugaduga)? Tiada yang
merasa aman dan azab Allah kecuali orang-orang yang merugi” Istidraj adalah nikmat yang
diberikan Allah kepada orang-orang yang membangkang terhadap-Nya. Agar orang tersebut
semakin terjerumus ke dalam kesesatan dan mereka tidak mengetahui sedikitpun bahwasanya
nikmat yang diberikan Allah bukanlah karena kasih sayangNya, melainkan murka Allah
terhadap mereka, nikmat tersebut hanya sebagai alat oleh Allah untuk menghukum mereka.
Ungkapan yang menunjukkan istidraj dalam al-Qur’an tidak hanya dengan term istidraj.
Fahrudin al-Razi menjelaskan dalam tafsirnya bahwa ungkapan yang menunjukkan kepada
seorang hamba yang jauh dari Allah SWT atau hamba yang mendekati kekafiran terdapat
beberapa ungkapan. Di antaranya adalah al-makr, alkhid’ah dan al-imla’. Dalam bab ini penulis
akan memaparkan penafsiran kata istidraj, al-makr, al-khid’ah dan al-imla’ dalam ayat al-
Qur’an. Dan analisa penulis terhadap perspektif Imam al-Qurthubi mengenai istidraj dan kata
lain yang semakna dengan istidraj. 81 Istinarah, Istidraj dalam Ayat Al-Qur’an Di dalam al-
Qur’an terdapat beberapa ayat yang menggunakan kata istidraj, di antaranya dalam surat
alQalam ayat 44 dan surat al-A’raf ayat 182. Dalam pembahasan ini, penulis akan menjelaskan
mengenai surat alA’raf ayat 182 yang berbunyi
: ا ِ ا ث ِذ ا ا ا ا ِ ثُ ْذ ِ ُ ا ذ ا ُ ِ ن ا ِ ْ ث ث ا ا بْ ا ْ س َٔ َٔا ْاُا ا ث َِٔ ِ ۡ با ْ ِ ُ١٨٢ا “Dan
orang-orang yang mendustakan ayat-ayat Kami, nanti Kami akan menarik mereka dengan
berangsurangsur (ke arah kebinasaan), dengan cara yang tidak mereka ketahui.” Di dalam tafsir
al-Jami’ li Ahkami al-Qur’an, Imam al-Qurthubi mengatakan: Berkata Adh-Dhahak: setiap kali
seseorang melakukan kemaksiatan yang baru seketika itu pula Allah menambahkan kepada
mereka nikmat. Imam al-Qurthubi sependapat dengan Imam Adh-Dhahak bin Muzahim al-
Hilali Abul Qasim atau Abu Muhammad al-Khurasani, seorang tabi’in (wafat 102 H). Istidraj
adalah bahwa setiap kali seseorang melakukan kemaksiatan yang baru seketika itu pula Allah
menambahkan kepada mereka nikmat. Maksudnya adalah Istidrajullah al-abda (Allah
megistidrajkan hamba-Nya) memiliki arti bahwa setiap kali hamba-Nya berbuat kesalahan
7. 6
maka setiap kali itu juga Allah justru menambah nikmat kepadanya. (Al-Qurthubi, 2005: 2765)
Allah SWT berfirman bahwa orang yang mendustakan ayat-ayat-Nya akan dibinasakan. Ibnu
Abbas berkata bahwa mereka adalah penduduk Mekah. Dan kata istidraj terambil dari kata at-
tadrij yang berarti setingkat demi setingkat, dan kata ad-darju berarti melipat sesuatu.
Dikatakan aku melipat dan melipatnya. Seperti melipat mayat dengan kain kapan. Dan
dikatakan istidraj yaitu turun dari satu tingkat ke tingkat yang dituju. Dari penjelasan di atas
dapat dilihat bahwa Imam al-Qurthubi memaknai istidraj yaitu nikmat yang diberikan Allah
kepada orang-orang yang mengingkari-Nya, setiap orang tersebut ingkar kepada Allah, Allah
langsung memberikan nikmat kepada mereka. begitupun seterusnya ketika mereka berbuat
maksiat lagi, Allah tambah lagi nikmat kepada mereka. Sehingga orang tersebut mengira
bahwa Allah menyayangi mereka, 82 Istinarah, padahal nikmat tersebut hakikatnya hanyalah
tipuan Allah terhadap mereka agar bertambah dosa mereka. dan pada akhirnya Allah akan
memberi mereka azab yang sangat pedih di akhirat. Dari pengertian tersebut Imam alQurthubi
berpendapat bahwa nikmat yang diberikan kepada seseorang yang ingkar didatangkan setelah
mereka melakukan maksiat. Ketika mereka berbuat maksiat lagi, Allah datangkan lagi nikmat
kepada mereka. Contoh istidraj pada masa sekarang yaitu seperti orang-orang yang melakukan
korupsi, namun seumur hidupnya tidak pernah tertangkap, malah anak cucunya mendapatkan
warisan harta yang berlimpah dari hasil korupsi tersebut. Dalam hal ini istidraj diberlakukan
kepada orang-orang kaya tetapi orang kaya yang zhalim. Dari ayat di atas dapat dilihat bahwa
pelaku atau orang yang dikenai istidraj adalah penduduk Mekah, yaitu penduduk Mekah yang
Fasiq. Fasiq secara bahasa berarti tidak memperdulikan perintah Allah SWT, buruk kelakuan,
jahat, dan berdosa besar. Dan secara istilah fasiq adalah orang yang beriman kepada Allah SWT
dan Rasulullah serta mengakui kebenaran Islam, tetapi berbuat durhaka dan dosa besar. Al-
Makr dalam Ayat al-Qur’an Al-makr berasal dari bahasa Arab, asal katanya adalah makara
yang artinya pohon rindang atau rimbun yang lebat dahannya. Lalu pengertian ini berkembang
menjadi perbuatan menipu. Secara istilah makar adalah bahwa Allah SWT membalas
perbuatan makar yang dilakukan hamba-Nya dengan cara yang tidak disangka-sangka atau
tidak disadarinya, seperti halnya Allah SWT menimpakan istidraj bagi hamba-Nya. Dalam al-
Qur’an kata al-makr terulang sebanyak 25 kali dan tergelar dalam 16 surat juga 25 ayat. Dalam
pembahasan ini penulis akan menjelaskan mengenai ayat yang menggunakan kata al-makr
dalam surat al-A’raf ayat 99 yang berbunyi:
ا س ِ ا ا ِ ا ثذ ّ ا ا ا َ َ ْْٰ ا س ِ ا ا ّ ا ا ب ْ ث َِٔ ِٰ ْٰ ِ ا ا ثُ ْْٰ ِذ ا ِ ا ِ ِ ث اْٰ َ َٰ٩٩
“Maka apakah mereka merasa aman dari azab Allah (yang tidak terdugaduga)? Tiada yang
merasa aman dari azab Allah kecuali orang-orang yang merugi.” 83 Istinarah, Di dalam tafsir
8. 7
jami’ li ahkam alQur’an, Imam al-Qurtubi menafsirkan al-makr dengan mengatakan: Al-Makr
berarti azab dan balasan kepada mereka. Dan dikatakan bahwa azabnya mengistidrajkan
atasnya dari nikmat dan kesehatan. Imam al-Qurthubi menjelaskan dalam tafsirnya bahwa al-
makr adalah azab dan balasan terhadap pelaku almakr dengan cara memberikan kepadanya
nikmat, nikmat tersebut diberikan oleh Allah dalam berbagai bentuk, termasuk di dalamnya
nikmat kesehatan. (Al-Qurthubi, 2005: 2765) Dan terdapat juga dalam surat alAn’am ayat 123
bahwa Imam alQurtubi mengartikan kata al-makr dengan azab yang pedih. Dan dia dari Allah
yang Maha Mulia dan Maha Tinggi bahwa balasan dari pelaku al-makr adalah dengan azab
yang pedih. Dari penafsiran kata al-makr menurut Imam al-Qurtubi dapat dililhat persamaan
maknanya dengan kata istidraj. Yaitu dengan cara memberikan nikmat kepada seseorang,
nikmat tersebut dapat berupa apapun, salah satunya adalah nikmat kesehatan. Dan juga beliau
mengartikan kata al-makr dengan azab yang pedih. Pelaku al-makr akan diberikan balasan oleh
Allah di akhirat kelak dengan siksaan yang amat pedih. Allah memberikan kesenangan sebelum
mengazab hamba tersebut. Agar semakin banyak dosa yang ia kerjakan, maka semakin berat
pula azab yang akan mereka dapatkan. Al-Khid’ah dalam ayat al-Quran Menurut bahasa al-
khid’ah adalah tipu daya, memperdayakan, atau culas. Sedangkan menurut istilah adalah
menempatkan orang lain pada posisi yang dikatakan, yang sebenarnya berbeda dengan maksud
yang disembunyikan. Di dalam al-Qur’an ungkapan al-khid’ah terdapat 3 kali diungkapkan,
yaitu terdapat dalam surat al-Anfal (8): 62, al-Baqarah (2): 9, dan an-Nisa (4): 142. Dapat
dilihat bahwa al-khid’ah memiliki persamaan makna dengan almakr yaitu tipu daya. Dan
memiliki pengertian yang sama dengan istidraj yaitu bahwa Allah memberikan nikmat kepada
hamba-Nya yang durhaka. Nikmat itu hanya sebagaitipuan Allah agar hamba tersebut semakin
sesat 84 Istinarah, Volume 2 Nomor 1, Januari-Juni 2020 hingga ditimpakan kepadanya azab
yang pedih. Pada pembahasan ini penulis akan menjelaskan mengenai penafsiran kata al-
khid’ah dalam ayat al-Qur’an Surat al-Baqarah ayat 9 yang berbunyi
: ا ا َٔ ا َٰ ث اُ ث ِ اْٰ َٔ ا اِٰ ا ُ ث ِذ ا ِ ا ا َٔ ا َٔ ا ذ ث َِٔ ِ ۡ ا َ َ ْ ِ ا ذ ا ث ا ا ُ ْ ث ِذ ث ِذ ا ِ ا ِ ُ ٰث
٩ا
“Mereka hendak menipu Allah dan orang-orang yang beriman, padahal mereka hanya menipu
dirinya sendiri sedang mereka tidak sadar” Di dalam tafsir Jami’ li Ahkam alQur’an Imam al-
Qurthubi mengatakan: Ulama berkata: makna “mereka menipu Allah” artinya mereka menipu
diri mereka sendiri dengan prasangka mereka sendiri. Dan dikatakan bahwa di dalam kalimat
tersebut, ada kalimat yang dihilangkan yaitu Rasulullah SAW yang artinya mereka tidak hanya
menipu Allah, tetapi juga menipu Rasulullah SAW. Mereka tidak menyadari bahwa sebenarnya
merekalah yang telah ditipu oleh Allah. Mereka menganggap bahwa mereka telah berhasil
9. 8
menipu Allah dan rasulNya. Tetapi hakikatnya mereka telah menipu diri mereka sendiri. Dari
Hasan dan lainnya, dan tipuan mereka kepada Rasulnya menjadi tipuan bagi mereka sendiri.
Karena mereka berdakwah dengan risalah Nabi tetapi mereka juga menipu orangorang
beriman. Maka sesungguhnya mereka telah menipu Allah. Imam al-Qurthubi menjelaskan dari
Hasan dan lainnya, bahwa tipuan yang mereka anggap telah berhasil terhadap Allah dan Rasul-
Nya menjadikan tipuan tersebut kembali kepada mereka. mereka menipu Allah dan rasul-Nya
dengan berpura-pura mengikuti perintah Allah dan mereka juga menipu orang-orang beriman.
Berkata ahli bahasa: asal kata “alkhad’u” pada perkataan orang Arab adalah “al-fasaad” artinya
merusak. Menurut Imam al-Qurthubi dengan berlandaskan kepada ahli bahasa, bahwasanya
makna al-khad’u sama dengan al-fasad, yang berarti merusak. Maka “mereka menipu Allah”
artinya mereka merusak iman mereka dan 85 Istinarah, perbuatan mereka, antara mereka
dengan mereka, dan antara mereka dengan Allah dengan perbuatan riya’. Sebagaimana firman
Allah dalam surat an-Nisa’ ayat 142
: َ َ ِ ا ث ا ا ُ ْ ث ِذ ا ِ ث ذ ا اَُْْيا ْذ ا ا ا َٔ ث َِٔ ِ ِ ا ِ ا َْ ْ ا ا َٔ ث ِ َٔ َٔ ِ ِا ْ ا َٔ ا ا ُ ْ ث ث ِ ِ ا ث اٰ
ا َا ْ اْٰ ا َ َ ا ِ س ث ث ِذ ا ِ ا ا ا َ ا َُٔ ث ا َٔ َٔ ث ِذ ا س ث اُ َٔ١٤٢
“Sesungguhnya orang-orang munafik itu menipu Allah, dan Allah akan membalas tipuan
mereka. Dan apabila mereka berdiri untuk shalat mereka berdiri dengan malas. Mereka
bermaksud riya (dengan shalat) di hadapan manusia. Dan tidaklah mereka menyebut Allah
kecuali sedikit sekali.” Dikatakan juga asal katanya adalah alIkhfa’ yaitu tersembunyi, rumah
adalah tempat menyembunyikan sesuatu. Menceritakan Ibnu Faras dan lainnya. Berkata orang
Arab: bersembunyi kadal dilubangnya. Maksud mereka menipu Allah disini adalah mereka
mengatakan mereka beriman, tetapi mereka tidak melaksanakan perintah Allah dan
mengerjakan larangan-Nya. Tanpa mereka sadari mereka telah menipu diri mereka sendiri
dengan mengatakan bahwa mereka telah beriman. Dalam ayat ini pelaku al-khid’ah adalah
orang munafik. Sebagaimana yang dijelaskan pada asbabun nuzul bahwa orang munafik ialah
orang yang ucapannya bertentangan dengan perbuatannya, keadaan bathinnya bertentangan
dengan sikap lahiriahnya, bagian dalamnya bertentangan dengan bagian luarnya, dan
penampilannya bertentangan dengan kepribadiannya. Menurut Imam al-Qurthubi mereka
adalah orang yang mengatakan beriman kepada Allah tetapi tidak melaksanakan perintah-Nya
dan ingkar kepada Allah. Sementara menurut Ibnu Katsir, pelaku al-khid’ah adalah orang yang
menegakkan kalimat tauhid, padahal didalam hati mereka bertentangan dengan kalimat tauhid.
Dari kedua penafsiran tersebut dapat dilihat kesamaan bahwa pelaku al-khid’ah adalah orang-
orang yang berbeda ucapan dengan perbuatannya. Dapat disimpulkan bahwa orang tersebut
adalah orang-orang munafik. Al-Khid’ah diartikan dengan tipuan Allah, sama halnya dengan
10. 9
istidraj, yaitu Allah menipu hambanya dengan memberikan nikmat kepada mereka padahal
mereka durhaka, yaitu 86 Istinarah, Volume 2 Nomor 1, Januari-Juni 2020 Allah sama-sama
membiarkan orang tersebut larut di dalam dosa. Al-Imla’ dalam ayat al-Quran Secara bahasa
al-imla’ berarti memberi tangguh. Di dalam al-Qur’an kata al-imla dan derivasi nya terulang 9
kali, yaitu terurai dalam 8 surat dan 9 ayat. Jika istidraj berarti menghukum setahap demi
setahap, maka al-imla’ berarti penangguhan waktu. Maksudnya adalah bahwa Allah memberi
tangguh waktu dalam menghukum seorang hamba dengan membiarkan mereka berbuat dosa
sesuka hatinya. Allah membiarkan mereka perlahan-lahan masuk ke dalam jurang kesesatan
tanpa mereka sadari dan mereka akan mendapat azab yang sangat pedih. Penangguhan Allah
SWT tidak seperti penangguhan manusia. Allah SWT memberikan kesempatan demi
kesempatan untuk manusia meskipun orang tersebut seringkali berbuat maksiat. Allah SWT
memberikan isyarat kepada mereka apakah mereka dapat mengambil pelajaran darinya atau
tidak, jika mereka dapat mengambil pelajaran maka Allah SWT akan mengangkat derajat
mereka dan memudahkan urusannya. Dalam pembahasan ini penulis akan menjelaskan
mengenai kata alimla’dalam Surat Ali-Imran ayat 178 yang berbunyi: ا ا َٔ ِ ۡ با ْ ا ا ِ اُ ا ا ِ ا
َٔ َٔ ِ ا ث ِ ذ ث ِ ْ ْذ ا َٔ َ ْ ا َٰ ث يَْْ ِ ْ ا ِ ا ث ِ ذ ث ِ ْ ا ذ ا س ا ّ ا ث ِ َٔ ُْ ِ َٔ اْٰ اِٰ ا َٔ ث ِ
ِ
ٰ ْ ُ ا ا َٔ ِ ا ا ث ١٧٨ُّ “Dan janganlah sekali-kali orangorang kafir menyangka, bahwa
pemberian tangguh Kami kepada mereka adalah lebih baik bagi mereka. Sesungguhnya Kami
memberi tangguh kepada mereka hanyalah supaya bertambah-tambah dosa mereka, dan bagi
mereka azab yang menghinakan”. Di dalam tafsir Jami’ li Ahkam alQur’an Imam al-Qurthubi
mengatakan: "al-imla’ berarti panjang umur dan kehidupan yang makmur. " Dalam Firman
Allah di atas, arti kata al-imla’ (tenggang waktu) adalah panjang umur, dan kehidupan yang
makmur. Mereka mengira bahwa mereka menakuti orang-orang muslim, maka sesungguhnya
Allah maha berkuasa untuk mencelakakan mereka, dan sesungguhnya dipanjangkan umur
mereka agar mereka melakukan maksiat, bukan karena kebaikan bagi mereka. 87 Istinarah,
Dan dikatakan “sesungguhnya tenggang waktu yang kami berikan kepada mereka” dengan
kemenangan yang didapat mereka pada perang Uhud. Tidak ada kebaikan bagi mereka,
melainkan hal tersebut untuk menambah siksa bagi mereka. Diriwayatkan dari Ibnu ‘Abbas
bahwasanya Nabi bersabda: siapapun yang menginginkan kebaikan dari perang Uhud, tidak
ada keburukan melainkan kematian yang terbaik baginya. Karenanya jika ada yang
menginginkan kebaikan maka sungguh Allah Ta’ala telah berfirman: “Dan apa yang disisi
Allah lebih baik bagi orang yang berbakti” (Ali-Imran: 198) dan jika ada yang menginginkan
keburukan maka sungguh Allah Ta’ala berfirman: “sesungguhnya tenggang waktu yang kami
berikan kepada mereka hanyalah agar dosa mereka semakin bertambah.” Kemenangan yang
11. 10
diberikan Allah kepada orang kafir pada perang Uhud merupakan pemberian tangguh kepada
mereka. yakni dengan memperpanjang umur mereka dan memakmurkan kehidupan mereka.
semata-mata hanya agar dosa mereka makin bertambah dan mereka akan diberi azab yang
pedih. Penafsiran Imam al-Qurthubi sama dengan para ulama lainnya mengenai kata al-imla’
yaitu penangguhan waktu yang diberikan oleh Allah kepada hambanya yang kafir dengan
memperpanjang umur mereka dan memakmurkan kehidupan mereka. lalu membiarkan mereka
berbuat sesuka hatinya agar bertambah dosa mereka dan mereka akan diberi azab yang sangat
hina. Pelaku atau orang yang dikenai alimla’ (penangguhan waktu) adalah orang kafir yaitu
dengan memperpanjang umur mereka dan membiarkan mereka berbuat sesuka hati mereka
agar nantinya mereka mendapat azab yang menghinakan. Dapat dilihat bahwa al-imla’
memiliki kesamaan dengan istidraj, almakr dan al-khid’ah. Al-imla’ yaitu tangguh waktu yang
diberikan oleh Allah dalam menghukum seorang hamba dengan membiarkan mereka berbuat
dosa sesuka hatinya. Sehingga mereka akan dihukum dengan azab yang sangat pedih nantinya.
Allah selalu memberi kesempatan untuk manusia meskipun sering 88 Istinarah, Volume 2
Nomor 1, Januari-Juni 2020 berbuat maksiat, agar mereka mengambil pelajaran. Jika mereka
tidak mengambil pelajaran, maka Allah akan membiarkan mereka sampai ditimpakan kepada
mereka azab yang pedih di akhirat nanti. Namun jika mereka mengambil pelajaran, Allah akan
mengangkat derajat mereka. Analisis Penafsiran Imam alQurthubi Mengenai Kata Istidraj
Menurut Imam al-Qurthubi istidraj adalah bahwa setiap kali seseorang melakukan kemaksiatan
yang baru seketika itu pula Allah menambahkan kepada mereka nikmat. Maksudnya adalah
Istidrajullah al-abda (Allah megistidrajkan hamba-Nya) memiliki arti bahwa setiap kali hamba-
Nya berbuat kesalahan maka setiap kali itu juga Allah justru menambah nikmat kepadanya.
Maka Allah tidak marah dan tidak memberi azab kepada mereka. Tetapi Allah memberikan
sebaliknya, yaitu Allah memberikan nikmat yang banyak kepada mereka, seolah-olah Allah
sayang kepada mereka. Hal ini tidak bisa kita tafsirkan jika hanya melihat zhahirnya saja. Jika
melihat zhahirnya saja tentu orang yang melihatpun akan mengira dan merasa iri dan berkata
bahwa Allah menyayangi hamba-Nya yang durhaka. Jika orang yang diberlakukan istidraj
tersebut menyadari bahwa sebenarnya itu adalah peringatan bagi mereka. maka Allah akan
mengangkat derajat mereka, sementara jika mereka tidak menyadari akan hal tersebut, maka
Allah akan membiarkan mereka perlahan-lahan menuju arah kebinasaan, dan azab yang sangat
pedihlah yang akan menanti mereka. Seharusnya jika kita melihat orang durhaka diberi nikmat
yang banyak oleh Allah, kita jangan dulu berburuk sangka terhadap Allah. Sebaiknya kita
fikirkan dahulu, kita lihat bagaimana sebenarnya orang tersebut, jika memang orang tersebut
benar-benar durhaka maka keadaan inilah yang dapat disebut istidraj. Istidraj, al-makr, al-
12. 11
khid’ah dan al-imla’ memiliki arti bahwa ketika seorang hamba melanggar perintah Allah
SWT, namun nikmat yang diberikan kepada mereka tetap berlimpah malahan selalu bertambah.
Secara zhahir kita melihat bahwa Allah tidak adil dan lebih cinta kepada mereka. Seharusnya
kita berprasangka baik kepada Allah. Dibalik suatu 89 Istinarah, kejadian pasti ada hikmah
nya. Dalam hal ini berarti Allah telah mengabaikan hamba-Nya, Allah tidak memedulikan lagi
hamba-Nya dikarenakan maksiat yang mereka perbuat, dan lebih parahnya mereka tidak sadar
akan hal tersebut, disinilah letak bedanya istidraj, yaitu bahwa Allah membuat mereka tidak
sadar dengan memberikan hal yang sebaliknya terhadap mereka. Betapa bodohnya mereka,
sampai-sampai tidak diberi kesempatan oleh Allah untuk menyadari dosa mereka. Hingga pada
akhirnya Allah akan memberi balasan yang amat pedih bagi mereka. Dari penjelasan di atas
dapat dilihat bahwa Imam al-Qurthubi menafsirkan istidrajdengan nikmat yang diberikan Allah
kepada seseorang yang berbuat maksiat, setiap kali orang tersebut berbuat maksiat, seketika itu
pula Allah menambah kepada mereka nikmat. Sementara ulama lain tidak menjelaskan kapan
orang tersebut akan diberi nikmat oleh Allah, apakah setelah orang tersebut melakukan satu
maksiat lalu diberi nikmat oleh Allah, atau setelah mereka melakukan maksiat yang banyak.
Baru Allah berikan nikmat kepada mereka. Allah biarkan mereka perlahan-lahan menuju arah
kebinasaan, semakin banyak mereka diberi nikmat, semakin banyak mereka berbuat dosa,
maka semakin berat pula azab yang akan ditimpakan kepada mereka. Imam al-Qurthubi
menafsirkan almakr dengan azab yang pedih, balasan, dan diberlakukan istidraj atas mereka,
yaitu kepada orang kafir, musyrik dan orang munafik. Kesamaannya dengan istidraj yaitu
mereka sama-sama diberi nikmat dan Allah membiarkan mereka bersenang-senang dengan
nikmat tersebut dan pada akhirnya mereka akan di azab oleh Allah. KESIMPULAN Berasarkan
penelitian yang sudah dilakukan dapat ditarik beberapa kseimpulan antara lain: 1) Istidraj
menurut Imam al-Qurthubi merupakan sebuah penundaan azab, bahwa setiap kali seseorang
melakukan kemaksiatan yang baru seketika itu pula Allah menambahkan kepada mereka
nikmat atau dikenal dengan ungkapan Istidrajullah al-abda (Allah megistidrajkan hamba-Nya).
2) Beberapa istilah yang ditemukan dalam al-Qur’an memiliki kesamaan makna dengan istidraj
yaitu al-makr, al- 90 Istinarah, Volume 2 Nomor 1, Januari-Juni 2020 khid’ah dan al-imla’. 3)
Pelaku Istidraj adakalanya orang kafir, musyrik, munafik fasiq, dan muslim zhalim dan tidak
taat. 5) Jika suatu cobaan diberikan Allah kepada orang Islam yang juga taat, maka hal tersebut
dikategorikan sebagai ujian dan sangat berbeda dengan azab yang diberikan kepada orang non
muslim atau kafir.
13. 12
B. KONSEP ISTIDRAJ
(1) Allah memberikan kemudahan segala urusan serta harta yang melimpah.
(2) Allah akan tangguhkan segala kesenangan di dunia atas para pendusta ayat-Nya.
(3) Allah akan bukakan semua pintu kesenangan bagi orang-orang yang lalai.
(4) Manusia akan selalu menganggap baik setiap perbuatannya setelah mendapat bisikan
syaitan. Namun bisikan itulah Penyebab mereka disiksa Allah SWT.
C. Dalil-dalil tentang Istidraj
1. Peringatan bagi orang yang Kafir
ا ِْ َُْٔ َٔ ِِِْ ِ ل ث َٰ ِ ا ْ اْٰ ِا ا َا ِ ا اٰ اِا ُْ َٔ ۡذ ۡ ا َٰاو اذ ِ ْ ۡذأَ َٔ ِِِْ ث ثذ ا َْ ِ ا ِ َِِا ِ ثٰث َٔ ا َْ ِ ا ِ اَْ ِ ٰث
اَ ث ذ َِيْ ُّ ا َٔا اذ ِ ِ ْ ْۡذَٔ ه ثذ
”Dan jangan sekali-kali orang-orang kafir itu mengira bahwa tenggang waktu yang Kami
berikan kepada mereka lebih baik baginya. Sesungguhnya tenggang waktu yang Kami berikan
kepada mereka hanyalah agar dosa mereka semakin bertambah; dan mereka akan mendapat
azab yang menghinakan.” (QS.Ali ‘Imran: 178)
2. Siksaan setelah melakukan kesenangan
َاي ا ِ ِ َِِٔ ثِا ۡ ا َِِٔ ث ْْس ث ا احِن َااي ُ ْ اَاذ ِ ا ِٰأَ ِ ْ َِٔا ا ْ ْ ثس ا اٰ ه
ٰ َٔ ِنث ْ ثَٔ ِْ ا ْ ثِِن ِ ِا أَ َٔ ِِِْ ذ اا ِ ث ا
لىا ث َٔا َٔ ْٰ اّ ن ِْ اذ ِِ ثِ ْ ِ ُّ ِ اّ َٔا َْٔ ة ا
“Maka ketika mereka melupakan peringatan yang telah diberikan kepada mereka, Kami pun
membukakan semua pintu (kesenangan) untuk mereka. Sehingga ketika mereka bergembira
dengan apa yang telah diberikan kepada mereka, Kami siksa mereka secara tiba-tiba, maka
ketika itu mereka terdiam putus asa.”(QS.Al An;am:44)
3. Ayat Tentang Istidraj bagi umat muslim yang tidak beriman
ث ب ْ ِ ث اٰا اذ ِ ْ اذ ِ ِٰ َْٔ ه
اذ ِ ث ا اذِ ا ِ ث ا ۡحۡ ْا َْ ا ْ ا ِ ا ا ُِ أَ ِ ث اّ َٔ ۡذ َْٔ ِ ث اٰ َٰ
“Sesungguhnya orang-orang yang tidak beriman kepada akhirat, Kami jadikan terasa indah
bagi mereka perbuatan-perbuatan mereka (yang buruk), sehingga mereka bergelimang dalam
kesesatan.” (QS.An Naml:4)
14. 13
BAB 2
HUKUMAN YANG DISEGERAKAN
A. Dalil-dalil,Terjemahan dan Penjelasannya
Sebagai makhluk yang tidak sempurna , tentu saja ada celah-celah dalam hukum yang secara
sadar atau tidak sadar dapat menjadi ladang dosa. Tidak sedikit yang masih belum menyadari
bahwa dirinya tersesat karena masih terjebak dalam lubang dosa dan kemaksiatan. Tentu di
akhirat nanti akan dijelaskan hal-hal yang terpuji dan tercela, selain dosa-dosa akibat durhaka
kepada orang tua, sebenarnya masih ada dosa-dosa lain yang termasuk dalam azab yang
disegerakan Allah.
Dosa yang disebutkan Nabi tentang hukuman langsung yang dirasakan di dunia adalah durhaka
kepada orang tua, termasuk di antaranya ( itu) yaitu memutuskan tali silaturahmi. Agar para
sahabat Nabi setidaknya dekat dengan orang-orang yang memutuskan ikatan persaudaraan (dan
memberontak kepada orang yang lebih tua ) Bahwa dosa-dosa yang dilakukan orang akan
tertunda secara substansial pembalasan sampai di akhirat nanti. Selain dosa durhaka kepada
orang tua yang tertulis dalam hadits akan dibalas dengan siksa dunia.
B. Contoh Kasus
Terdapat tiga dosa besar yang balasannya akan disegeraka Allah SWT di dunia
. ا ا ُّ س : ل َِ ذ ْ ْ ْ اذ ا اا ْ اَ اوِ ۡح َٔ ْذ ُا َث حِذا ث َٰۡ ا َْ ا ل حي ث ث ْ ع ب
ما َٔ اٰۡ اق َٔ َٔ ا ُِذ َ ا اىُّ لي ِ َْذ ن ِ ث مُّْث َ ْ
ن ۡ َٔ َٔ ا ل ُّق َٔ َي ْ ْن ا ُ َٔ ْ ا ىْ Hal ini
sesuai dalam hadist dari Abu Bakrah RA, Rasulullah SAW bersabda,
” Setiap dosa akan di akhirkan (ditunda) balasannya oleh Allah SWT hingga hari kiamat,
kecuali al-baghy (zalim), durhaka kepada orang tua dan memutuskan silaturahim, Allah akan
menyegerakan di dunia sebelum kematian menjemput. ”(HR Al Hakim, Al Mustadrak No
7345).
-Pertama, dosa orang yang berbuat zalim balasannya akan disegerakan. zalim adalah perbuatan
melampaui batas dalam melakukan keburukan. Perbuatan zalim dapat mengotori hati, seperti
sombong, dengki, ghibah, fitnah, dusta, dan lain sebagainya. Karena itu zalim termasuk dari
dosa besar. Manusia yang zalim akan mendapatkan balasan di dunia dan siksa pedih di akhirat.
Sebagaimana yang dijelaskan dalam Alquran: ْْي اذ ث ِ ا ِا ُا ا ِِٰ ا َْ ِ ا ْ ْۡذ َۡ َٔ ا اَاذ ث َ
15. 14
ِ َٔ ْ ِ ْ ْ ا ث ا ِ ا اس ْ َٔ ة ا َٔا اذ ِ ث ا َ ْ ۡ ا اذ ْ ََِْ حۡ َٔ اذ ث َٔ “Sesungguhnya dosa itu atas
orang-orang yang berbuat zalim kepada manusia dan melampaui batas di muka bumi tanpa
hak. Mereka itu mendapat azab yang pedih. ” (QS Asy-Syura: 42) -Kedua, orang yang durhaka
kepada orang tua. Sikap buruk dan tidak menghormati serta tidak menyayangi kedua orang tua,
adalah sikap yang sangat tercela, karena merekalah penyebab keberadaan kita di dunia ini. Jika
sikap ini dilakukan, maka akan mengundang kemurkaan dari Allah SWT di dunia ini, antara
lain dalam bentuk pembangkangan sikap yang dilakukan anak-anak mereka.Karena itu, sikap
ihsan baik dalam ucapan maupun perbuatan merupakan suatu kewajiban agama sekaligus
merupakan suatu kebutuhan. Seperti yang dijelaskan dalam firman Allah SWT:
ثقث ِذ نا اٰ َٰ اٰا ْ اٰۡ ث ۡ ْ اِا َْٔ ِ ِ اق َِْٔا ْذ ْ ل َا ِ َ ِ ا ۡ ْ َٔ اس اقحِذْ ۡذ ا ث ِ ا ا ْو ا اٰ ْ اس ُّا ا ة َا َِٔ
ا ِ ث ا اٰا اّ ا ا ث ث ا ِا اٰ اِا ّ ث ِ ا ا ا ِ ث ِا ا ا ث ذ ِٰ نا ْوا اٰ لِِ ث ث ا ا ث اٰ ْسا ِ ِٰ
“Dan Tuhanmu telah memerintahkan supaya kamu jangan menyembah selain Dia dan
hendaklah kamu berbuat baik pada ibu-bapakmu dengan sebaik-baiknya. Jika salah seorang di
antara keduanya atau kedua-duanya sampai berumur lanjut dalam pemeliharaanmu, maka
sekali-kali janganlah kamu mengatakan kepada keduanya perkataan "ah" dan janganlah kamu
membentak mereka, dan ucapkanlah kepada mereka ucapan yang mulia. ”(QS Al-Isra: 23).
- Ketiga, dosa orang yang memutuskan silaturahim. Islam tidak menyukai orangorang yang
memutuskan tali persaudaraan. Islam mengancam dan mengecam secara tegas orang-orang
yang memutuskan tali persaudaraan. Dalam hal ini, Rasulullah SAW bersabda dari Abu
Muhammad Jubiar bin Muth’im RA:
ذح َُ ُْ َِ ث ْذ ا َٔ ث ث ِقا ا : ا ال َِ ذ و َٰۡ ا َ ۡذ ا ُ َْ ال اىۡحْا ِ ا ْث ق ل َ ا ْ
".(miharutalis) sutumem gnay gnaro agrus kusam naka kadiT“ ذ ب
(HR Bukhari dan Muslim).Islam begitu tegas terhadap hubungan baik sesama manusia. Oleh
karena itu, orang yang tidak mau berbuat baik dan justru memutus persaudaraan, Islam pun
memberikan ancaman yang keras, yakni tidak akan masuk surga sebagai balasannya. Sungguh
mengerikan.
16. 15
BAB 3
BERITA KENABIAN RASULULLAH SAW DALAM KITAB-
KITAB SUCI AGAMA LAIN
A. KITAB KRISTEN
Dalam Perjanjian Baru edisi bahasa Indonesia ayat ini mengatakan: "Aku tidak berbicara
kepadamu lebih banyak lagi: karena penguasa dunia ini datang dan tidak memiliki apa-apa di
dalam Aku" (Yohanes 14:30). Alkitab adalah kodeks atau buku volume yang berisi satu atau
lebih Injil dari Alkitab Kristen Perjanjian Baru. Biasanya kitab Injil memuat semua Injil yang
terdapat dalam Injil Perjanjian Baru, yang merupakan empat versi kisah hidup Yesus dari
Nazaret yang merupakan akar iman Kristen. Istilah "Injil" dapat juga berarti kitab liturgi yang
disebut juga Evangeliarium , yaitu kumpulan bacaan Alkitab yang disusun menurut kalender
liturgi untuk dibaca dalam perayaan misa atau kultus lainnya. Dalam Ulangan , 18:15, kita
membaca: "Bahwa seorang nabi di antara kamu, di antara semua saudaramu dan seperti aku,
Tuhan, Allahmu, akan membangkitkan bagimu
Kemudian dalam ayat lain Injil Yahya, Nabi Muhammad digambarkan sebagai penghibur
(Rahul Kudus) dan bahwa dia akan memuliakan Yesus karena dia akan mengambil beberapa
informasi dari apa yang dijelaskan Yesus kepada umatnya. dinyatakan lebih jelas. Barnabas
sendiri adalah nama dari teman atau pembela Yesus.Oleh karena itu, dia menulis Injil Barnabas
sendiri dari sebuah wasiat yang dia dengar dari nabi Yesus dari Amerika Serikat. Dalam kitab
pengumuman kedatangan Nabi SAW itu juga dijelaskan peristiwa penyaliban Nabi Isa, bukan
Nabi Isa yang disalib , melainkan Yehuda. Injil Barnabas termasuk Injil kuno, yang ditulis pada
abad pertama tahun.
C. Kitab Suci Zabur
Dalam kitab Zabur, dalam bahasa Indonesia, diterjemahkan sebagai Mazmur dan dalam bab 72
ayat 8 dari Mazmur bahasa Inggris dikatakan sebagai berikut: "Kerajaan-Nya terbentang dari
laut ke laut. Dari sungai sampai ke ujung bumi. penduduk negeri-negeri yang jauh
menundukkan kepala mereka. Raja-raja Tarsis dan pulau-pulau membawakannya hadiah. Raja-
17. 16
raja Syaba dan Saba memberi hormat kepadanya. Semua raja bersujud di hadapannya. Semua
bangsa telah menjadi hamba-Nya. Karena dia menyelamatkan orang miskin yang tak berdaya
yang tertindas dan tidak memiliki bantuan. Dia mendukung orang miskin dan membutuhkan.
Dia menyelamatkan jiwa-jiwa dari kesengsaraan dan mengambil jiwa mereka dari kegelapan
dan kekejaman. Dia mengurus hidup mereka karena hidup begitu berharga baginya. Semoga
raja hidup. Semoga dia diberi Shiba Gold. Semoga mereka selalu berdoa dan memohon berkat
Tuhan untuknya setiap hari. Biarlah ada banyak biji-bijian di bumi dan di puncak gunung, dan
semua mekar seperti pohon aras Libanon, dan penduduk kota mekar seperti rumput di tanah.
Namanya akan hidup selamanya. Namanya akan tetap abadi seperti matahari. Umat manusia
akan menerima berkah darinya, dan semua negara menyatakan bahwa dia baik.
B. Kitab Suci Taurat
Dalam Torah (Perjanjian Lama) yang dicetak di Inggris pada tahun 1944, terdapat sebuah ayat
yang berbunyi: Dalam Injil Perjanjian Lama edisi di Indonesia, ayat ini mengatakan: “...Tuhan
datang dari Sinai dan bangkit kepada mereka dari Seir, dia tampak bersinar dari pegunungan
Paran.." (Ulangan 33:2). Muhammad Fethullah Gulen menjelaskan dalam bukunya AnNur Al
Khalid Muhammad Mafkhirat Al Insaniyah yang diterjemahkan oleh Fuad Saifuddin berjudul
Cahaya Abadi: Muhammad SAW Kebanggaan Umat Manusia apa artinya dalam perikop
Taurat (Perjanjian Lama) bahwa rahmat Allah akan terpancar dari Sinai, tempat di mana Tuhan
berbicara (wahyu yang disampaikan) kepada Musa sebagai anugerah kenabian yang Tuhan
berikan kepada Musa.
Kemudian, dalam kelanjutan ayat Taurat tertulis “..dengan ribuan orang kudus, di sebelah
kanannya ada nyala api..” dalam Perjanjian Baru edisi bahasa Indonesia berbunyi “...dan
datanglah dari tengah puluhan ribu orang kudus, di sebelah kanannya (Ulangan 33.2)
Sedangkan dalam Injil edisi bahasa Inggris disebutkan di tengah ayat “Sepuluh ribu orang
kudus”, dengan jelas menunjukkan peristiwa penaklukan Nabi atas Mekah, tapi anehnya di
semua edisi bahasa Arab ada kata 10. Selain itu, Fethullah Gülen menjelaskan bahwa ayat
tersebut menunjukkan bahwa Rasulullah akan diperintahkan oleh Allah bersama umatnya.
Masih kemudian di dalam gua, nabi menerima wahyu pertama. Oleh karena itu, menurut
Fethullah Gülen, jika Paran dinyatakan bukan kota Mekah, tempat apa lagi yang lebih tepat
disebut Paran? Tempat apa di luar Mekah yang memancarkan cahaya seperti yang dipancarkan
oleh Islam dari kota Mekah, yang nyalanya bersinar dari timur ke barat? Jadi, menurut
Fethullah Gülen, tidak ada alasan untuk meragukan bahwa yang dimaksud Paran dengan Taurat
18. 17
(kitab Perjanjian Lama) adalah kota Mekah. Bahkan ayat 2 pasal 33 kitab Ulangan dan ayat 20
pasal 21 kitab Kejadian berbunyi i "lalu ia tinggal di dataran Paran".
C.Kitab Suci Hindu
Kitab suci Hindu terbagi menjadi tiga, yaitu Weda, Upanishad, dan Purana. Ketiganya
dibedakan berdasarkan usia, ada yang mengatakan buku itu berusia sekitar 4.000 tahun. Baru-
baru ini ditemukan bahwa Nabi Muhammad SAW disebutkan dalam buku-buku ini. Salah satu
bukti yang mengejutkan adalah bahwa Semenanjung Maharshi Vyasa, tempat suci bagi umat
Hindu, adalah tanah Arab yang dirusak oleh Setan. Ada kemungkinan bahwa itu berasal dari
pagan pra-Islam. Disebutkan juga Mahamad, yang berarti Muhammad, yang digambarkan
dalam kitab tersebut sebagai orang yang akan menyesatkan orang. Dalam kitab tersebut
dikatakan bahwa ia akan disunat, berjenggot, fasih berbicara, membuat revolusi Ketika ia
dewasa ia akan mengumumkan panggilan untuk beribadah, ia akan makan daging hewan halal
yang bukan babi, dan ia akan memerangi orang-orang non-agama . Semua ini mengarah pada
karakteristik Nabi Muhammad
Bhavishya Purana, salah satu Purana utama, memberikan bukti lebih lanjut. Disebutkan bahwa
di negeri asing akan ada seorang guru spiritual bernama Muhammad. Di mana pun dia akan
menjadi penduduk Arabia, dia akan mengumpulkan kekuatan besar untuk melawan atau
membunuh iblis dan Allah akan melindunginya dari musuh-musuhnya. nama nabi muhammad.
Karena di dalam kitab tersebut terdapat ilmu ketuhanan yang mengajarkan bagaimana cara
mendekati Khaliq. Selain itu, ada bukti signifikan yang mengatakan "tidak ada Tuhan selain
Allah", dan disebutkan lebih dari satu kali. Uraian tentang Tuhan juga disebutkan, yaitu nama
dewa itu adalah Tuhan, dia adalah salah satu dari 12, raja seluruh dunia, dia yang terbesar dari
semuanya, yang terbaik, yang paling sempurna, yang paling suci dari semuanya. , kurator
semua, yang merupakan perwujudan bumi dan ruang angkasa, dan Tuhan semua ciptaan. Dia
menciptakan matahari, bulan, bintang dan langit. Ini melindungi terhadap semua burung,
binatang, hewan yang hidup di laut dan tidak terlihat oleh mata. Dia adalah penghapus segala
kejahatan dan bencana, dan Muhammad adalah rasul Allah. Dalam Atharva Veda disebutkan
"orang yang pantas dipuji" yang harus dipuji oleh semua orang, dan Muhammad.
Dikatakan juga bahwa Muhammad adalah seorang penunggang unta. Menariknya, ini kontras
dengan fakta bahwa para nabi India dilarang menunggangi unta. Dan mereka berkata Yesus
19. 18
menunggangi keledai, bukan unta. Jadi jelas bahwa yang dimaksud penunggang unta itu adalah
Muhammad. Dalam mantra ketujuh dikatakan bahwa ada satu yang akan membimbing semua
orang, dan Muhammad selalu menegaskan bahwa tidak ada spesialisasi yang menargetkan
tidak hanya Israel atau Arab, tetapi seluruh masyarakat. Kemudian mantra keenam berbicara
tentang beberapa pria pemberani yang kalah tanpa perlawanan, dan jumlah lawan mereka
adalah 10 ribu. Ini mungkin referensi untuk pertempuran sekutu atau parit yang terjadi pada
masa nabi Muhammad. Memang jumlah orang yang melakukan pengepungan di sekitar
Madinah adalah 10 ribu, dan mereka kalah tanpa perlawanan karena Allah mengirimkan badai
yang akhirnya memaksa mereka meninggalkan lokasi setelah pengepungan yang lama. , dalam
Rig Veda, di mana dikatakan tentang seseorang yang digambarkan sebagai orang yang jujur
dan dapat dipercaya, kuat dan murah hati yang akan menjadi terkenal karena 10 ribu. Ini semua
adalah ciri-ciri nabi Muhammad, dan angka 10.000 mungkin dimaksudkan untuk jumlah
sahabat.
20. 19
BAB 4
Al-QURÁN SEBAGAI SUMBER SAINS DAN TEKNOLOGI
A.Ayat yang menjelasakan bahwa segala sesuatu telah ditentukan ukurannya oleh Allah SWT
dalam Al. Quran
ىٰثْنُا ُّلُك ُل ِمْحَت اَم ُمَلْعَي ُ هّٰللَا
ٍ
ارَدْق ِمِب ٗهَدْنِع ٍءْيَش ُّلُكَۗو ُداَد َْزت اَمَو ُماَح ْرَ ْ
اْل ُْضيِغَت اَمَو
“ Allah mengetahui apa yang dikandung oleh setiap perempuan, apa yang kurang sempurna
dan apa yang bertambah dalam rahim. Dan segala sesuatu ada ukuran di sisi-Nya” QS.
AR.RA’AD AYAT 6
Ayat-ayat Al-Qur’an juga tidak ada yang menghambat kemauan ilmu pengetahuan dan
teknologi, bahkan sebaliknya Al-Qur’an selalu menantang manusia untuk menggunakan
akalnya agar mendapatkan pelajaran dari ayat-ayatnya, contoh dalam Surat Ar Rahman, 55:33
:
“Hai sekalian jin dan manusia, jika kamu sanggup menembus (melintasi) penjuru langit dan
bumi, maka lintasilah, kamu tidak dapat menembusnya kecuali dengan kekuatan.”
Ayat diatas mengandung isyarat bahwa manusia harus mempunyai kekuatan untuk
mengalahkan gaya tarik bumi, mana kala manusia ingin menembus penjuru langit
meninggalkan bumi. Kekuatan apa yang dimaksud ini? Untuk manusia yang hidup pada zaman
maju sekarang ini, tentulah tidak sulit untuk mengatakan bahwa kekuatan yang dimaksudkan
adalah penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi tentang peroketan yang dapat
mengantarkan manusia ke luar angkasa. Seperti contohnya pesawat luar angkasa Apollo 11
21. 20
milik Amerika Serikat dan Soyuz milik Rusia yang dapat mengalahkan gaya tarik bumi dengan
dorongan roket.
B. Contoh Sains Al Quran dan kenyataanya di Dunia
1. BERTEMUNYA DUA LAUTAN
Sesuai dgn Firman Allah SWT dalam Surah Ar-Rahman ayat 19-20. Allah Subhanahu Wa
Ta’ala berfirman:
ْ ب ُْالِ ا ْ بِ ا ِلا ِ َٔ ا ا ا ٰ marojal-bahroini yaltaqiyaan
“Dia membiarkan dua laut mengalir yang (kemudian) keduanya bertemu,” (QS.
Ar-Rahman 55: Ayat 19)
Allah Subhanahu Wa Ta’ala berfirman
: ْ ب ْ ِ ا ۡ
َ ْ ْاِ ا ا ثياحِ ا ٰ bainahumaa barzakhul laa yabghiyaan “diantara keduanya
ada batas yang tidak dilampaui oleh masing-masing.”(QS. Ar-Rahman 55: Ayat
20)
Pertemuan antara dua arus laut ini terjadi di Selat Gibraltar, tepatnya di antara Spanyol dan
Maroko. Menurut para ilmuwan, fenomena tersebut terjadi karena air laut dari Samudera
Atlantik dan dari Laut Mediterania memiliki karateristik yang berbeda, dilihat dari suhu air,
kadar garam, dan kerapatannya. Mengenai fenomena bertemunya dua lautan ini, Al-Qur’an
telah menjelaskannya 14 abad silam, sesuai dgn Firman Allah SWT tersebut.
2. LEDAKAN RAKSASA atau BIG BANG..
Big Bang diyakini sebagai peristiwa yang menyebabkan terbentuknya alam semesta. Teori ini
didasarkan pada kajian kosmologi mengenai bentuk awal dan perkembangan alam semesta.
Berdasarkan teori ini, dikatakan bahwa alam semesta awalnya dalam keadaan sangat panas dan
padat, lalu mengembang secara terus-menerus hingga hari ini. Hal tersebut ternyata sudah
disampaikan di dalam Al-Quran tepatnya Surah Al-Anbiya ayat 30.
Allah Subhanahu Wa Ta’ala berfirman:
22. 21
ِ َٔ باْ احِ اُّاْ اِ ه ا ثيحُِالاَاي لُِ ا الاو او ا
َ ِ ا ِ
َ َٔ اِ ْن ۡق َٔ ۡذأَ َٔ قِِث اَاو باِ ْ ۡ َٔ ا ا ِ ا اِأَان ء َِال َۡثو ْ ْ ا ا ايأَ ه ء ََ
ذا ِ ثحْ ِعث
a wa lam yarollaziina kafaruuu annas-samaawaati wal-ardho kaanataa rotqong
fa fataqnaahumaa, wa ja’alnaa minal-maaa`i kulla syai`in hayy, a fa laa
yu`minuun
“Dan apakah orang-orang kafir tidak mengetahui bahwa langit dan bumi keduanya dahulu
menyatu kemudian Kami pisahkan antara keduanya; dan Kami jadikan segala sesuatu yang
hidup berasal dari air; maka mengapa mereka tidak beriman?” (QS. Al-Anbiya 21: Ayat 30)
3. API DI DASAR LAUT
Fenomena ini ditemukan oleh seorang ahli geologi asal Rusia, Anatol Sbagovich dan Yuri
Bagdanov, dan seorang ilmuwan asal Amerika Serikat. Mereka meneliti kerak bumi dan
patahannya di dasar laut lepas pantai Miami. Mereka kemudian menemukan lava cair yang
mengalir disertai abu vulkanik yang suhunya mencapai 231 derajat celcius. Al-Quran, lagi-
lagi, sudah menyinggung tentang api di dasar lautan ini terdapat dalam Surah At- Tur ayat 6.
Allah Subhanahu Wa Ta’ala berfirman:
ِ ثلِقا ِ َٔ ْ ِلا ِ َٔ اِ ٰ
wal-bahril-masjuur
“dan laut yang di dalam tanahnya ada api,”(QS. At-Tur 52: Ayat 6)
4. GARIS EDAR TATA SURYA
Menurut ahli astronomi, matahari bergerak dengan kecepatan 720.000 km/jam ke arah bintang
Vega dalam sebuah garis edar yang dinamakan Solar Apex. Ini berarti matahari bergerak sejauh
17.280.000 kilometer dalam sehari. Selain matahari, semua planet dan satelit dalam sistem
gravitasi matahari juga berjalan dalam jarak ini. Semua bintang yang ada di alam semesta pun
sama. Fenomena tatasurya dan garis edar ini sudah tertulis di dalam Al-Quran, antara lain di
dalam Surah Al-Anbiya’ ayat 33.
Allah Subhanahu Wa Ta’ala berfirman:
ذا ِ ثلا ِقۡ خءا اي َِْي َْثو ه ا ا اُِ َٔ اِ ا
ِِ ۡم َٔ اِ ا ايۡح َٔ اِ اَِ ۡ َٔ ا ا ِا ِ ْ ۡ َٔ ا ث اِ
wa huwallazii kholaqol-laila wan-nahaaro wasy-syamsa wal-qomar, kullung fii
falakiy yasbahuun
23. 22
“Dan Dialah yang telah menciptakan malam dan siang, matahari dan bulan. Masing-masing
beredar pada garis edarnya.”(QS. Al-Anbiya 21: Ayat 33)
5. SUNGAI DI DASAR LAUT
Fenomena sungai di dasar laut ditemukan oleh ilmuwan asal Prancis bernama Jaques Yves
Cousteau. Para ahli menyebut fenomena ini sebagai lapisan hidrogen sulfida, karena air yang
mengalir di sungai dasar laut ini memiliki rasa air tawar. Selain itu sungai dasar laut ini
ditumbuhi daun-daun dan pohon. Fenomena ini disebutkan di dalam Al-Quran tepatnya di
dalam Surah Al-Furqan ayat 53.
Allah Subhanahu Wa Ta’ala berfirman:
ل ِل ْ
ن ِۡ لِ ْاِ ا ا ثياحِ ا اَاُّاْ اِ ْ اْثَٔ ْاِ ْ َٔا ِۡ ْن َٔ ا ثي ْاِ اذ َٔا ْ بِ ا ِلا ِ َٔ ا ا ا ِ ْ ۡ َٔ ا ث أَِ ل ِ ثلِلۡ َٔ
wa huwallazii marojal-bahroini haazaa ‘azbung furootuw wa haazaa mil-hun
ujaaj, wa ja’ala bainahumaa barzakhow wa hijrom mahjuuroo
“Dan Dialah yang membiarkan dua laut mengalir (berdampingan); yang ini tawar dan segar
dan yang lain sangat asin lagi pahit; dan Dia jadikan antara keduanya dinding dan batas yang
tidak tembus.”(QS. Al-Furqan 25: Ayat 53).
6. DASAR LAUTAN YANG GELAP
Manusia tak mampu menyelam 40 meter di bawah laut tanpa peralatan khusus. Dalam sebuah
buku berjudul “Oceans” dijelaskan, pada kedalaman 200 meter hampir tak dijumpai cahaya,
sedangkan pada kedalaman 1.000 meter tak terdapat cahaya sama sekali. Kondisi dasar laut
yang gelap baru bisa diketahui setelah penemuan teknologi canggih. Namun, Al-Qur’an Surah
An-Nur ayat 40 telah menjelaskan keadaan dasar lautan tersebut sejak ribuan tahun yang lalu.
Allah Subhanahu Wa Ta’ala berfirman:
ايث ُِّا َُْ ث ثَ ه ْا الاَ ُ ْل ِ اي ِ بَْ ْ ِ ا ُ ْل ِ اي ِ بَْ ْ ِ ا ث مِ ۡ ء ََْوَولُّ ء ِلا َِْي َء ث ثَاو ِِأَ ه ء
ُِّْا ا ِ اي ا ا ِِأَ قَٔا َْٔ
ا اي َٔ ل ِ ث ا ث ََٔر َْاُِّلا ِ ۡ ِ با اِ ه اي ا ِقاٗا ِ ا اقا ء ِ ُّ ِ بْ ا
“atau (keadaan orang-orang kafir) seperti gelap gulita di lautan yang dalam, yang diliputi oleh
gelombang demi gelombang, di atasnya ada (lagi) awan gelap. Itulah gelap gulita yang
berlapis-lapis. Apabila dia mengeluarkan tangannya hampir tidak dapat melihatnya. Barang
24. 23
siapa tidak diberi cahaya (petunjuk) oleh Allah, maka dia tidak mempunyai cahaya sedikit
pun.”(QS. An-Nur 24: Ayat 40).
7. SIDIK JARI MANUSIA
Sidik jari ditemukan pada akhir abad ke-19. Sebelumnya, mayoritas orang menganggap jika
sidik jari adalah lengkukan-lengkukan biasa tanpa makna khusus. Setiap manusia, termasuk
mereka yang terlahir kembar identic, memiliki pola sidik jari yang berbeda. Dengan kata lain,
salah satu tanda pengenal manusia terdapat pada ujung jari mereka. Al-Quran Surah Al-
Qiyamah ayat 3- 4 telah menjelaskan tentang kesempurnaan jari manusia ini.
Allah Subhanahu Wa Ta’ala berfirman:
ا اَْذ ااا ِلۡ ِ بۡ أَ ثذ اقِ ْ ِ
ََٔ ث اقِلا أَ ه
ٰ
a yahsabul-ingsaanu allan najma’a ‘izhoomah
“Apakah manusia mengira,bahwa Kami tidak akan mengumpulkan (kembali)
tulang-belulangnya?”(QS.Al-Qiyamah 75: Ayat 3)
Allah Subhanahu Wa Ta’ala berfirman:
ا احا ا َْ اقُّ ِذأَ
ق
اذ باِ ْ ْقل ا
balaa qoodiriina ‘alaaa an nusawwiya banaanah
“(Bahkan) Kami mampu menyusun (kembali) jari-jemarinya dengan
sempurna.”(QS. Al-Qiyamah 75: Ayat 4)
8. MATAHARI BEROTASI
Kapan manusia tahu matahari berputar?, Orang pertama yang menyadari bila matahari juga
berotasi seperti Bumi adalah Galileo Galilei. Di tahun 1612, dia menyadari bila bintik hitam
matahari bergerak di sekitar khatulistiwanya. Sampai saat ini, pakar astronomi masih
menggunakan posisi bintik hitam matahari untuk mengukur kecepatan rotasi matahari. Di
bagian khatulistiwa matahari, kecepatan putarannya paling tinggi, yakni 25 hari untuk satu
putaran penuh. Dan semakin naik ke atas atau turun ke bawah menjauhi garis khatulistiwa,
kecepatan rotasi matahari menurun. Bagian sekitar kutub utara dan selatan matahari
memerlukan waktu 35 hari untuk sekali putaran. Ya, kecepatan putaran bagian kutub dan
khatulistiwa matahari berbeda hingga 10 hari!.Dalam Surah Yasin ayat : 38 sudah dijelaskan.
Allah Subhanahu Wa Ta’ala berfirman:
25. 24
ْ ِ ْ اُِّ َٔ ْ
جِ ْ
جاُِّ َٔ ث ِ ْقُِا اخْ ه ايۡ ءَ اُالِقث ْ ِ ْ ِلا ثِِ ۡم َٔ اِ ه
ٰ
wasy-syamsu tajrii limustaqorril lahaa, zaalika taqdiirul-‘aziizil-‘aliim
“dan matahari berjalan di tempat peredarannya. Demikianlah ketetapan (Allah)
Yang Maha Perkasa, Maha Mengetahui.”
(QS. Ya-Sin 36: Ayat 38)
9. MUMI FIRAUN
Maurice Bucaille Maurice Bucaille dikenal sebagai ilmuwan yang meneliti jasad Fir’aun. Ia
merupakan ahli bedah asal Prancis yang lahir pada 19 Juli 1920. Maurice Bucaille kemudian
menjadi pemimpin ahli bedah sekaligus penanggung jawab utama dalam penelitian tentang
mumi. Hasil penelitian menemukan hal yang mengejutkan bahwa sisa-sisa garam yang melekat
pada tubuh mumi adalah petunjuk bahwa Firaun meninggal karena tenggelam. Jasadnya yang
baru dikeluarkan dari laut kemudian segera dibalsem untuk diawetkan. Namun hal ini tetap
mengganjal logika sang profesor. Bagaimana jasad mumi yang sudah tenggelam lama di dalam
laut ini masih lebih baik kondisinya dibanding mumi-mumi lainnya? Hal tersebut mulai sesuai
dengan penggambaran kematian Firaun di Alquran bahwa dia mati karena ditelan ombak.
Bucaille kemudian merilis laporannya yang berjudul “Les momies des Pharaons et la
midecine” (Mumi Firaun; Sebuah Penelitian Medis Modern)” Ia lalu mendengar bahwa
Alquran sebenarnya telah mengisahkan cerita tenggelamnya Firaun. Kabarnya, setelah mencari
riwayat di berbagai kitab termasuk Taurat dan Injil, Bucaille beralih ke Islam. Ia menemui
sejumlah ilmuwan autopsi Muslim dan diberitahu mengenai salah satu ayat Alquran. “Maka
pada hari ini Kami selamatkan badanmu supaya kamu dapat menjadi pelajaran bagi orang-
orang yang datang sesudahmu dan sesungguhnya kebanyakan dari manusia lengah dari tanda-
tanda kekuasaan Kami,” bunyi Surah Yunus Ayat 92.
Allah Subhanahu Wa Ta’ala berfirman:
َٔ ل ِ ْياو ۡذ َْٔ اِ ه لىا َٔ اخاَِ ِا ِ با ْ ذا ِ ثٗالْ اخْ اقا ْ اخِ َْالحوث ا ِ ا ِ اي ذا ِ ث َْ ا احْل َٔ ِ باذ ْ
ُ ۡح َٔ باَْ
fal-yauma nunajjiika bibadanika litakuuna liman kholfaka aayah, wa inna kasiirom minan-
naasi ‘an aayaatinaa laghoofiluun
“Maka pada hari ini Kami selamatkan jasadmu agar engkau dapat menjadi pelajaran bagi
orang-orang yang datang setelahmu, tetapi kebanyakan manusia tidak mengindahkan tanda-
tanda (kekuasaan) Kami.”(QS. Yunus 10: Ayat 92)
Ayat tersebut telah menyentuh hati Bucaille hingga ia menjadi seorang mualaf.
26. 25
Marilah kita mencintai Kitab Suci Alquran, sebagai petunjuk dan pedoman hidup dan
kehidupan di dunia ini. Semoga bermanfaat.
Menurut al-Qur'an, sains hanyalah alat untuk mencapai tujuan akhir. Pemahaman seseorang
terhadap alam harus mampu membawa kesadarannya kepada Allah Yang Maha Sempurna dan
Maha Tak Terbatas
27. 26
BAB 5
PENGERTIAN DAN ORANG-ORANG SALAFUSSALIH YANG
SESUNGGUHNYA: (GENERASI SAHABAT, TABIIN, DAN
TABIITTABIIN)
A.Pengertian Salafush Shalih
-Etimologi (secara bahasa):
Ibnul Faris berkata, “Huruf sin, lam, dan fa’ adalah pokok yang menunjukkan ‘makna
terdahulu’. Termasuk salaf dalam hal ini adalah ‘orang-orang yang telah lampau’, dan arti dari
‘al-qoumu as-salaafu’ artinya mereka yang telah terdahulu.” (Mu’jam Maqayisil Lughah: 3/95)
-Terminologi (secara istilah)
Ada beberapa pendapat dari para ulama dalam mengartikan istilah “Salaf” dan terhadap siapa
kata itu sesuai untuk diberikan. Pendapat tersebut terbagi menjadi 4 perkataan :
1. Di antara para ulama ada yang membatasi makna Salaf yaitu hanya para Sahabat
Nabi saja.
2. Di antara mereka ada juga yang berpendapat bahwa Salaf adalah para Sahabat Nabi dan
Tabi’in (orang yang berguru kepada Sahabat).
3. Dan di antara mereka ada juga yang berkata bahwa Salaf adalah mereka adalah para
Sahabat Nabi, Tabi’in, dan Tabi’ut Tabi’in. (Luzumul Jama’ah (hal: 276-277)). Dan
pendapat yang benar dan masyhur, yang mana sebagian besar ulama ahlussunnah
berpendapat adalah pendapat ketiga ini.
4. Yang dimaksud Salaf dari sisi waktu adalah masa utama selama tiga kurun
waktu/periode yang telah diberi persaksian Rasulullah Shallallahu ‘alaihi
28. 27
wasallam dalam hadits beliau Shallallahu ‘alaihi wasallam. Mereka itulah yang berada
di tiga kurun/periode, yaitu para sahabat, Tabi’in dan Tabi’ut Tabi’in.
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,
«ِ ثيا ث ا با ْ ۡ َٔ ۡ ثُ َِ ثيا ث ا با ْ ۡ َٔ ۡ ثُ ََْ ِ ال ْ
ُ ۡح َٔ ث ِ اِ»
Artinya,“Sebaik-baik manusia adalah yang hidup pada masaku, kemudian manusia yang hidup
pada masa berikutnya, kemudian manusia yang hidup pada masa berikutnya.” (HR. Bukhari
(2652), Muslim (2533))
Maka dari itu, setiap orang yang mengikuti jalan mereka, dan menempuh sesuai
manhaj/metode mereka, maka dia termasuk salafi, karena menisbahkan/menyandarkan kepada
mereka.
B.Dalil-dalil Yang Menunjukkan Wajibnya Mengikuti Salafush Shalih
-Dalil Dari Al Qur’anul Karim
ا ا ْ َْ ا ث با ْحْ ِعث ِ َٔ َْ ْ اَ ا ِ اَ ِاْ ۡلا اِ ةاقثيِ َٔ ث ا ۡ با ا ا ا ْقُِّا ِ بْ ا ثَ ۡ َٔ ْ ْل امث ِ با اِ ِنا اَ اِ ا ۡحاياْ ْ ْ ِِث اِ ۡ ا َٔل ْ
ِا
Artinya, “Dan barangsiapa yang menentang Rasul sesudah jelas kebenaran bainya dan
mengikuti jalan yang bukan jalan orang-orang mukmin. Kami biarkan ia leluasa terhadap
kesesatan yang telah dikuasainya itu dan Kami masukkan ia ke dalam Jahannam, dan Jahannam
itu seburuk-buruk tempat kembali.” [An-Nisa : 115]
Dalam ayat yang lain, Allah Ta’ala berfirman,
اِ ِ ثيِحاذ ث َۡٔر اَ ْ
ُ ا ءذ اقِنْمْ ِ ث ثُّا ۡ َٔ با ْ ۡ َٔ اِ ْ اِِ َٔ اِ با ْ ْْ ايث ِ َٔ باْ ذا ث ِۡ َٔ ذا ثُْ ۡق َٔ اِا ءن ۡحاْ ِ ثيا ۡقاذا اِ ث ِحاذ َٔ ثُ ا ْ ِل
ْ اِ ث ايِ َٔ ايالِلا ث َْاُِّ َٔ ثْ ِ اَِ َٔ خاْ ا َٔلقا ا اي ْي با ْق
Artinya, “Orang-orang yang terdahulu lagi yang pertama-tama (masuk Islam) di antara orang-
orang muhajirin dan anshar dan orang-orang yang mengikuti mereka dengan baik, Allah ridha
kepada mereka dan mereka pun ridha kepada Allah dan Allah menyediakan bagi mereka surga-
29. 28
surga yang mengalir sungai-sungai di dalamnya; mereka kekal di dalamnya selama-lamanya.
Itulah kemenangan yang besar.” [QS. At-Taubah : 100]
Allah mengancam dengan siksaaan neraka jahannam bagi siapa yang mengikuti jalan selain
jalan Salafush Shalih, dan Allah berjanji dengan surga dan keridhaan-Nya bagi siapa yang
mengikuti jalan mereka.
-Dalil Dari As-Sunnah
1. Hadits Dari Abdullah bin Mas’ud, ia berkata, Rasulullah Shallallaahu ‘alaihi
wasallam telah bersabda,
ثِذاقايِما ل ِ ال ِ ثواقُِّا ۡذْ ۡ ثُ َِ ثيا ث ا با ْ ۡ َٔ ۡ ثُ َِ ثيا ث ا با ْ ۡ َٔ ۡ ثُ ََْ ِ ال َْلۡ ث ث ِ اِ اَ اِ ذا ث ثها اِ َ ثِذاقايِمالِقث اَ اِ َذا ثحا ا ِثع
ا َْق َٔ ث ْي ْي ث ايَِا اِ َذا ثَا اَ اِ ِذاث ث ِحا اِث ب
“Sebaik-baik manusia adalah yang hidup pada masaku, kemudian manusia yang hidup pada
masa berikutnya, kemudian manusia yang hidup pada masa berikutnya, kemudian akan datang
suatu kaum persaksian salah seorang dari mereka mendahului sumpahnya, dan sumpahnya
mendahului persaksiannya.” (HR Bukhari (3650), Muslim (2533))
2. Kemudian dalam hadits yang lain, ketika Rasulullah Shallallahu ‘alaihi
wasallam menyebutkan tentang hadits iftiraq (akan terpecahnya umat ini menjadi 73
golongan), beliau Shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,
ذ ل َ ل َ ى َٔ ذ ِ َى ب ُّ َ ِ ب ل ح ُ ذ َٔ ل ل َٔي ا ل ٗ َٔ َ ب ٗ ل ب ذ َ
ذى ل َٔ َ ِ َحى ل َٔ َ ي ََِِٔنق َ ح َٔ َ ي ذ ُّ َ ِ ذ ل ح ُ َ ب ُّ َ ِ ُ ُ
Artinya, “Ketahuilah, sesungguhnya orang-orang sebelum kamu dari Ahlul Kitab telah
berpecah belah menjadi tujuh puluh dua golongan. Sesungguhnya (ummat) agama ini (Islam)
akan berpecah belah menjadi tujuh puluh tiga golongan, tujuh puluh dua golongan tempatnya
di dalam Neraka dan hanya satu golongan di dalam Surga, yaitu al-Jama’ah.”
[Shahih, HR. Abu Dawud (no. 4597), Ahmad (IV/102), al-Hakim (I/128), ad-Darimi (II/241),
al-Ajurri dalam asy-Syarii’ah, al-Lalikai dalam as-Sunnah (I/113 no. 150). Dishahihkan oleh
al-Hakim dan disepakati oleh Imam adz-Dzahabi dari Mu’a-wiyah bin Abi Sufyan. Syaikhul
30. 29
Islam Ibnu Taimiyyah mengatakan hadits ini shahih masyhur. Dishahihkan oleh Syaikh al-
Albani. Lihat Silsilatul Ahaadiits ash-Shahiihah (no. 203-204)]
Dalam riwayat lain disebutkan:
َ ل ِ ذ
Artinya, “Semua golongan tersebut tempatnya di Neraka, kecuali satu (yaitu) yang aku dan
para Sahabatku berjalan di atasnya.” [Hasan, HR. At-Tirmidzi (no. 2641) dan al-Hakim (I/129)
dari Sahabat ‘Abdullah bin ‘Amr, dan dihasankan oleh Syaikh al-Albani dalam Shahiihul
Jaami’ (no. 5343)]
Hadits iftiraq tersebut juga menunjukkan bahwa umat Islam akan terpecah menjadi 73
golongan, semua binasa kecuali satu golongan, yaitu yang mengikuti apa yang telah
dilaksanakan oleh Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam dan para Sahabatnya Radhiyallahu
anhum. Jadi, jalan selamat itu hanya satu, yaitu mengikuti Al-Qur-an dan As-Sunnah menurut
pemahaman Salafush Shalih (para Sahabat).
3. Hadits panjang dari Irbad bin Sariyah Radhiyallahu ‘anhu, Rasulullah Shallallahu Alaihi
Wasallam bersabda,
ِحْ ُُِّْا ِ با ث ۡ ْمايا اذ َٔ ُّ ثذ با َْ ْقِيا ِ َٔ با ْقْلَٔۡ َٔ ْ اَا ثهِ َٔ ْىۡحثَ اِ َْلۡحثقْ ِ ثِٗ ا اُّاي ََٔل ْياو لي ا ْلَِِٔ ةا ا اقاي ِ ثِٗ ِ ثو ۡ ْ اِ َْ َْْٔ ا ۡح ْ اي
ْىا ا اُ ءىاذِقْ َۡثو ۡذْماي ْ ث ث ِ َٔ ْن اُاقِلث اِ»
Artinya:
“Barang siapa di antara kalian yang hidup sepeninggalku maka ia akan melihat perselisihan
yang banyak, oleh sebab itu wajib bagi kalian berpegang dengan sunnahku dan Sunnah
Khulafaaur Rasyidin (para khalifah) yang mendapat petunjuk sepeninggalku, pegang teguh
Sunnah itu, dan gigitlah dia dengan geraham-geraham, dan hendaklah kalian hati-hati dari
perkara-perkara baru (dalam agama) karena sesungguhnya setiap perkara baru adalah bid’ah
dan setiap bid’ah adalah sesat” [Shahih, HR. Abu Daud (4607), Tirmidzi (2676), dishahihkan
oleh Syeikh Al-Albani dalam Shahihul Jami’ (1184, 2549)]
31. 30
Nabi Shallallahu ‘alaihi wasallam mengabarkan kepada ummat agar mengikuti sunnah
beliau Shallallahu ‘alaihi wasallam dan sunnah para Khualafaur Rasyidin yang hidup
sepeninggal beliau disaat terjadi perpecahan dan perselisihan.
-Dari perkataan Salafush Shalih
Dari Abdullah bin Mas’ud radhiyallahu anhu, ia berkata,
“ِ ثل َْثو ِقاُاي َٔ ثذْقالِ ا ا
َ اِ َٔ ثُّْ ۡ َْٔ”
Artinya, “Ikutilah dan janganlah berbuat bid’ah, sungguh kalian telah dicukupi.” (Al-Bida’
Wan Nahyu Anha (hal. 13))
Abdullah bin Mas’ud radhiyallahu anhu, juga pernah berkata,
خاْ ا ِث َثىاحِلَِْ َٔ ْ ِ ا اذ ث با ِعث ا
َ َۡالِ َٔ ۡذْماي َنا ا ِقال ِ با ْ ۡ بالِقا ِ اي يحالِقث ِ ثِٗحْ ذا او ِ با ا ءقۡ الث ثا الِ ا ا اذ ث َۡٔر ۡ َٔ ث او َا ۡ اَ اِ ْ ِ
ْ ث َۡٔر ث ث ا الَِِٔ ْ ِ ال َ لَُّ اٗا ايۡ الا اِ ل ِ ْذ اياُا ِذا اِ َ ل ث ثل ا ۡ ا ا َْىۡ ث ِ َٔ ْ ْ ا اَا ِيا ا َٔ ثيا ِذ اي َْ ْح ْ ْىا الْ اِ ْ َْ ْ ا ْىا ِلثِ َِ ثيا ِ اي ِ ثي
ْي ِ ث ثُّْ ۡ َٔ اِالِقث ِ َٔ ْ ِقايِ َٔ ا اذ َٔ ث او ِ ثيۡ ْماي َِ ْيْح ْ اِ ِ ْيْل ا ِِا ِ بْ ِ ثلُِّايالََِٔ ا ْ َٔ ثٗۡقا ا اِ َِ ْ ْ اُت َْ ُْ.
Artinya, “Barang siapa di antara kalian ingin mncontoh, maka hendaklah mencontoh orang
yang telah wafat, yaitu para Shahabat Rasulullah, karena orang yang masih hidup tidak akan
aman dari fitnah, Adapun mereka yang telah wafat, merekalah para Sahabat Rasulullah, mereka
adalah ummat yang terbaik saat itu, mereka paling baik hatinya, paling dalam ilmunya, paling
baik keadaannya. Mereka adalah kaum yang dipilih Allah untuk menemani NabiNya, dan
menegakkan agamaNya, maka kenalilah keutamaan mereka, dan ikutilah jejak mereka, karena
sesungguhnya mereka berada di atas jalan yang lurus.” (Jami’ul Bayan Al-ilmi Wa Fadhlihi
(2/97))
Imam Al Auza’i rahimahullah berkata,
32. 31
“َٔ ُ َٔ َٔ ُذ ص َٔا ص ة َٔ ُ ُِ َ ّ َٔ َٔسذ س ّ ُ ُا ”
Artinya, “Sebarkan dirimu di atas sunnah, dan berhentilah engkau dimana kaum itu berhenti
(yaitu para Shahabat Nabi), dan katakanlah dengan apa yang dikatakan mereka, dan tahanlah
(dirimu) dari apa yang mereka menahan diri darinya, dan tempuhlah jalan Salafush Shalihmu
(para pendahulumu yang shalih), karena sesungguhnya apa yang engkau leluasa
(melakukannya) leluasa pula bagi mereka.” (Jami’ul Bayan Al-ilmi Wa Fadhlihi (2/29))
Semoga Allah Subhanahu Wa Ta’ala senantiasa membimbing kita untuk mengikuti manhaj
salaf di dalam memahami dienul Islam ini, mengamalkannya dan berteguh diri di atasnya,
sehingga bertemu dengan-Nya dalam keadaan husnul khatimah. Amin yaa Rabbal ‘Alamin.
C.Tabi'in dan Tabi’ut tabi’in. Tabi’in
Tabi'in dan Tabi’ut tabi’in. Tabi’in artinya pengikut, adalah orang Islam awal yang masa
hidupnya setelah para Sahabat Nabi dan tidak mengalami masa hidup Nabi Muhammad.
Usianya tentu saja lebih muda dari Sahabat Nabi bahkan ada yang masih anak-anak atau remaja
pada masa Sahabat masih hidup. Tabi’in disebut juga sebagai murid Sahabat Nabi. Tabi’ut
tabi’in atau Atbaut Tabi’in artinya pengikut Tabi’in, adalah orang Islam teman sepergaulan
dengan para Tabi’in dan tidak mengalami masa hidup Sahabat Nabi. Tabi’ut tabi’in disebut
juga murid Tabi’in. Menurut banyak literatur Hadis. Tab’ut Tabi’in adalah orang Islam dewasa
yang pernah bertemu atau berguru pada Tabi’in dan sampai wafatnya beragama Islam. Dan ada
juga yang menulis bahwa Tabi’in yang ditemui harus masih dalam keadaan sehat ingatannya.
Karena Tabi’in yang terahir wafat sekitar 110-120 Hijriah. Dalam kalangan 4 imam mazhab
ahli sunnah waljamaah imam Hanafi tidak termasuk dalam tabi’ tabiin karena beliau pernah
berguru dengan sahabat Nabi. Manakala baik 3 imam yaitu imam Malik dan imam Syafi’i
adalah tabi’ tabiin karena mereka berguru dengan tabiin. Tabi’in seperti definisi di atas tapi
bertemu dengan Sahabat. Sahabat yang terahir wafat sekitar 80-90 Hijriah
Tokoh-tokoh Tabi’in
Uwais Al-Qorniy
Said bin Al-Musayyib
Urwah bin Az-Zubair
Saalim bin Abdillah bin Umar
Ubaidillah bin Abdillah bin Utbah bin Mas’ud
33. 32
Muhammad bin Al-Hanafiyah
Ali bin Al-Hasan Zainal Abidin
Al-Qaasim bin Muhammad bin Abi Bakar Ash-Shiddiq
Al-Hasan Al-Bashriy
Muhammad bin Sirin
Abu Hanifah Umar bin Abdul Aziz
Muhammad bin Syihab Az-Zuhriy.
Tokoh-tokoh Tabi’ut tabi’in
Malik bin Anas
Al-Auza’iy
Sufyan Ats-Tsauriy
Sufyan bin Uyainah Al-Hilaliy
Al-Laits bin Saad
Abdullah bin Al-Mubaarok
Waki’
Asy Syafi’i
Abdurrahman bin Mahdiy
Yahya bin Said Al-Qathan
Yahya bin Ma’in
Ali bin Al-Madiniy.
34. 33
DAFTAR PUSTAKA
Febriani, D. F., & Zubir, M. (2020). Istidraj dalam al-Quran Perspektif Imam al-
Qurthubi. Istinarah: Riset Keagamaan, Sosial dan Budaya, 2(1), 76-90.
https://muslim.okezone.com/read/2020/07/01/330/2239694/dosa-yang-azabnyadisegerakan-
allah-selain-durhaka-pada-orangtua
https://www.republika.co.id/berita/qm4fk9320/3-dosa-yang-balasannya-akandisegerakan-
allah-swt-di-dunia-part1
https://www.republika.co.id/berita/q0a6df320/ternyata-kehadiran-muhammadsaw-disebut-
taurat-dan-injil
https://www.republika.co.id/berita/qgfw1l320/kitab-taurat-perjanjian-lamasebut-risalah-
rasulullah-saw
https://www.republika.co.id/berita/qhc7cf320/pemimpin-dunia-dalam-injil-danzabur-
adalah-rasulullah
https://www.republika.co.id/berita/nshjjs361/emmasya-allahem-nabimuhammad-dijelaskan-
kitab-suci-hindu
https://www.hisbah.net/7-keutamaan-amar-maruf-nahi-munkar/
https://kumparan.com/berita-hari-ini/contoh-amar-maruf-nahi-munkar
https://kumparan.com/hijab-lifestyle/mengenal-tabiin-dan-tabiut-tabiin-
1540298896607695377/full
https://muslim.or.id/18935-siapakah-salafus-shalih.html