Dokumen tersebut membahas lima topik utama tentang konsep istidraj dalam Islam, yaitu: 1) pengertian dan konsep istidraj sebagai hukuman Allah yang diberikan secara bertahap; 2) dalil-dalil hadis qudsi tentang hukuman; 3) kisah Nabi Muhammad dalam kitab suci agama lain; 4) Al-Quran sebagai sumber ilmu pengetahuan; 5) pengertian salafush shalih.
Tugas 1 ABK di SD prodi pendidikan guru sekolah dasar.docx
Noversa mas wilananda, agama islam, teknik elektro, dr. taufiq ramdani, s.th.i., m.sos
1. KUMPULAN ARTIKEL
1. PENGERTIAN, KONSEP, SERTA DALIL-DALIL TENTANG ISTIDROJ
2. DALIL-DALIL HADITS QUDSI TENTANG HUKUMAN YANG
DISEGERAKAN SEBAGAI BENTUK KASIH SAYANG ALLAH TERHADAP
HAMBANYA., (DALIL, TERJEMAHAN, PENJELASAN, SERTA CONTOH
KASUS).
3. BERITA KENABIAN RASULULLAH SAW YANG DIMUAT DI DALAM
KITAB-KITAB SUCI AGAMA LAIN (Kristen, Hindu, Yahudi, dll)
4. Al-QURÁN SEBAGAI SUMBER SAINS DAN TEKNOLOGI
5. PENGERTIAN DAN ORANG-ORANG SALAFUSSALIH YANG
SESUNGGUHNYA: GENERASI SAHABAT, TABIIN, DAN TABIITTABIIN)
Disusun sebagai tugas terstruktur Ujian Tengah Semester (UTS) mata kuliah Pendidikan
Agama Islam
Dosen Pengampu:
Dr. Taufiq Ramdani, S.Th.I., M.Sos
Disusun Oleh:
Nama : Noversa Mas Wilananda
NIM : F1B021018
Prodi/Kelas : Teknik Elektro/Kelas A
PROGRAM STUDI TEKNIK ELEKTRO
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS MATARAM
2021
2. i
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI ...........................................................................................................................i
BAB I PENGERTIAN, KONSEP, SERTA DALIL-DALIL TENTANG ISTIDROJ...........1
A. Pengertian Istidroj .......................................................................................................1
B. Konsep Istiraj...............................................................................................................1
C. Dalil Tentang Istidraj...................................................................................................3
BAB II DALIL-DALIL HADITS QUDSI TENTANG HUKUMAN YANG
DISEGERAKAN SEBAGAI BENTUK KASIH SAYANG ALLAH TERHADAP
HAMBANYA., (DALIL, TERJEMAHAN, PENJELASAN, SERTA CONTOH KASUS). 5
A. Dalil-Dalil Yang Mendasarinya...................................................................................5
B. Penjelasan....................................................................................................................6
C. Contoh Kasus...............................................................................................................8
BAB III BERITA KENABIAN RASULULLAH SAW YANG DIMUAT DI DALAM
KITAB-KITAB SUCI AGAMA LAIN (Kristen, Hindu, Yahudi, dll) ................................10
A. Nabi Muhammad Dijelaskan Kitab Suci Hindu........................................................10
B. Nabi Muhammad Dijelaskan Kitab Suci Kristen, Yahudi, Dll .................................12
BAB IV Al-QURÁN SEBAGAI SUMBER SAINS DAN TEKNOLOGI..........................15
A. Sejarah Kemajuan Pendidikan Islam.........................................................................15
B. Dimensi Sains dan Teknologi dalam al-Qur’an ........................................................16
C. Implikasi Pandangan al-Quran tentang Sain dalam Proses Pembelajaran ................19
BAB V PENGERTIAN DAN ORANG-ORANG SALAFUSSALIH YANG
SESUNGGUHNYA: (GENERASI SAHABAT, TABIIN, DAN TABIITTABIIN)...........22
A. Pengertian Salafussalih..............................................................................................22
B. Generasi Sahabat Nabi...............................................................................................22
C. Generasi Tabiin..........................................................................................................23
D. Generasi Tabiut Tabiin..............................................................................................25
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................................26
3. 1
BAB I
PENGERTIAN, KONSEP, SERTA DALIL-DALIL TENTANG ISTIDROJ
A. Pengertian Istidroj
Istidraj secara bahasa bermakna naik dari satu tingkat ke tingkat selanjutnya.
Sedang istidraj dari Allah kepada hamba dapat dipahami sebagai ‘hukuman’ yang
diberikan sedikit demi sedikit, tidak secara langsung. Allah membiarkan hamba ini
dan tidak disegerakan hukumannya sebagaimana firman Allah:
َﻮنُﻤَﻠْﻌَﯾ َﻻ ُْﺚﯿَﺣ ْﻦِﻣ ْﻢُﮭُﺟ ِ
ْرﺪَﺘْﺴَﻨَﺳ
Artinya: “Nanti Kami akan menghukum mereka dengan berangsurangsur (ke arah
kebinasaan) dari arah yang tidak mereka ketahui.” (Qs Al-Qalam: 44)
Al-Munawi dalam Faidh Al-Qadir Syarh Al-Jami Al-Shaghir mengatakan,
perkara dunia yang diinginkan hamba dalam Hadits ini berupa harta, anak, dan
kedudukan. Dengan kenikmatan itu justru hamba tersebut semakin gencar dalam
berbuat maksiat. Akhirnya Allah berikan hamba tersebut istidraj (jebakan) berupa
dibukanya pintu kenikmatan lain dan hamba tersebut merasa senang dan nyaman
dengan kemaksiatannya disertai dengan hilangnya keinginan bertaubat, apalagi
menyesali perbuatannya. Ibnu Katsir dalam tafsirnya menggambarkan bentuk
kehidupan hamba dalam istidraj ini adalah dibukanya berbagai pintu rezeki dan
sumber penghidupan (kedudukan, jabatan, kehormatan) hingga terperdaya dan
beranggapan diri mereka di atas segala-galanya.
B. Konsep Istiraj
Terdapat lima tahapan yang akan dialami oleh hamba yang tidak mengindahkan
ajaran Islam sebagai sebuah istidraj.
Pertama, Falamma nasuu maa dzukkiru (ketika hamba melupakan peringatan-
peringatan agama). Al Thabari dalam tafsirnya berkomentar melupakan perintah
agama adalah meninggalkan perintah Allah yang disampaikan Rasulnya. AlRaghib
4. 2
al-Asfahani menjelaskan, melupakan itu timbul ada kalanya disebabkan oleh hati
yang lemah disertai dengan kelalaian yang disengaja. Artinya, melupakan itu bukan
berarti tidak tahu, tidak ingat atau tidak sadar, tapi juga dalam bentuk kesengajaan,
mungkin karena dianggap ajaran Islam itu tidak sesuai dengan konteks masyarakat
modern atau alasan-alasan sejenisnya.
Kedua, Fatahna ‘alaihim abwaba kulli syai’ (Kami pun membuka semua pintu
kesenangan untuk mereka hamba). Diantara bentuk-bentuk kesenangan duniawi yang
hamba dapatkan adalah dimudahkan mendapatkan rezeki melimpah di dunia. Hamba
tersebut akan dimudahkan mendapatkan kesenangan duniawi apa saja yang
diinginkannya. Dengan kesenangan-kesenanga tersebut, si hamba selalu berbuat
maksiat, tidak memiliki keinginan bertaubat dan kembali ke jalan yang benar.
Ketiga, Hatta idza farihu bima utu (Hingga bila mereka gembira dengan apa yang
diberikan). Ketika hamba sedang dalam puncak kebahagiaan menikmati kesenangan
duniawinya berupa harta benda, anak banyak, dan kedudukan tinggi di kalangan
manusia, namun hidupnya masih jauh dari ketaatan, jauh dari rasa empati pada orang
lain, jauh dari masjid dan jauh dari majelis ilmu.
Keempat, Akhadznahum baghtatan (Kami siksa mereka dengan sekonyong-
konyong). Artinya Allah akan menyiksa hamba tersebut di saat lalai. Qatadah
berkomentar, bahwa siksaan yang menimpa suatu kaum secara tiba-tiba adalah
urusan Allah. Dan tidak sekali-kali Allah menyiksa suatu kaum, melainkan di saat
mereka tidak menyadarinya dan dalam keadaan lalai serta tenggelam dalam
kesenangan.
Kelima, Fa idza hum mublisun (ketika itu mereka terdiam putus asa). Maksudnya,
mereka akan putus harapan dari semua kebaikan. Hamba tersebut telah terperdaya
dengan kesenangan duniawi dimana Hasan al-Basri mengatakan, siapa yang diberi
keluasan oleh Allah, lalu ia tidak menyadari hal itu merupakan ujian baginya, maka
5. 3
dia terperdaya. Sama halnya seorang yang disempitkan oleh Allah, lalu ia tidak
menyadari dirinya sedang diperhatikan oleh Allah, maka dia juga terperdaya.
Ketika Allah membiarkan seorang hamba sengaja meninggalkan shalat,
meninggalkan puasa, tidak ada perasaan berdosa ketika bermaksiat seperti saat
membuka aurat, berat untuk bersedekah, merasa bangga dengan apa yang dimiliki
dan mengabaikan semua atau mungkin sebagian perintah Allah, benci terhadap aturan
Allah, merasa umurnya panjang dan menunda-nunda taubat, enggan menuntut dan
menambah pengetahuan (khususnya agama) serta lupa akan kematian, tapi Allah
tetap memberikan hamba tersebut rezeki melimpah, kesenangan terus menerus,
dikagumi dan dipuja puji banyak orang, tidak pernah diberikan sakit, tidak pernah
diberikan musibah, prestasi akademiknya tambah sukses, hidupnya aman-aman saja,
maka hamba tersebut harus berhati-hati karena semuanya itu adalah istidraj.
Keadaan tersebut adalah bentuk kesengajaan dan pembiaran oleh Allah pada hamba
yang sengaja berpaling dari perintah-Nya dan Allah menunda segala bentuk azab-
Nya. Allah membiarkan hamba tersebut semakin lalai dan diperbudak dunia. Semoga
kita dihindarkan dari jenis hamba seperti ini dan digolongkan oleh Allah sebagai
hamba yang bisa menggunakan kenikmatan duniawi dalam ketaatan.
C. Dalil Tentang Istidraj
1. Surat Al-Anam ayat 44 :
Allah Subhanahu Wa Ta'ala berfirman:
ٍءْﻲَﺷ ِّﻞُﻛ َب ا َْﻮﺑَا ْﻢِﮭْﯿَﻠَﻋ َﺎﻨْﺤَﺘَﻓ ٖﮫِﺑ ا ْوُِﺮّﻛُذ ﺎَﻣ ا ْﻮُﺴَﻧ ﺎﱠﻤَﻠَﻓ
ۗ
◌
اَذ ِﺎَﻓ ًﺔَﺘْﻐَﺑ ْﻢُﮭٰﻧْﺬَﺧَا ا ْۤﻮُﺗ ْوُا ۤﺎَﻤِﺑ ا ْﻮُﺣ ِ
ﺮَﻓ اَذِا ﻰۤﱣﺘَﺣ
ْﻢُھ
َن ْﻮُﺴِﻠْﺒﱡﻣ
fa lammaa nasuu maa zukkiruu bihii fatahnaa 'alaihim abwaaba kulli syaii, hattaaa
izaa farihuu bimaaa uutuuu akhoznaahum baghtatang fa izaa hum mublisuun
"Maka ketika mereka melupakan peringatan yang telah diberikan kepada
mereka, Kami pun membukakan semua pintu (kesenangan) untuk mereka.
Sehingga ketika mereka bergembira dengan apa yang telah diberikan
6. 4
kepada mereka, Kami siksa mereka secara tiba-tiba, maka ketika itu mereka
terdiam putus asa."
2. (QS. Ali 'Imran 3: 178)
Ayat lainnya tentang istidraj adalah Surat Ali Imran ayat 178 :
Allah Subhanahu Wa Ta'ala berfirman:
ٌﻦْﯿِﮭﱡﻣ ٌب اَﺬَﻋ ْﻢُﮭَﻟ َو ۚ
◌ ﺎًﻤْﺛِا ا ُْۤود اَد ْﺰَﯿِﻟ ْﻢُﮭَﻟ ْﻲِﻠْﻤُﻧ ﺎَﻤﱠﻧِا ۗ
◌ ْﻢِﮭِﺴُﻔْﻧَ ِّ
ﻻ ٌْﺮﯿَﺧ ْﻢُﮭَﻟ ْﻲِﻠْﻤُﻧ ﺎَﻤﱠﻧَا ا ْۤوَُﺮﻔَﻛ َْﻦﯾِﺬﱠﻟا ﱠﻦَﺒَﺴْﺤَﯾ َ
ﻻ َو
wa laa yahsabannallaziina kafaruuu annamaa numlii lahum khoirul li-angfusihim,
innamaa numlii lahum liyazdaaduuu ismaa, wa lahum 'azaabum muhiin
"Dan jangan sekali-kali orang-orang kafir itu mengira bahwa tenggang waktu
yang Kami berikan kepada mereka lebih baik baginya. Sesungguhnya tenggang
waktu yang Kami berikan kepada mereka hanyalah agar dosa mereka semakin
bertambah; dan mereka akan mendapat azab yang menghinakan."
3. Tidak hanya ayat Al-Qur'an, bahaya istidraj juga diterangkan dalam sebuah hadist
yang berbunyi :
Rasullulah shallallahu alaihi wa sallam bersabda :
"Bila kamu melihat Allah memberi hamba dari (perkara) dunia yang
diinginkannya, padahal dia terus berada dalam kemaksiatan kepada-Nya, maka
(ketahuilah) bahwa hal itu adalah istidraj (jebakan berupa nikmat yang
disegerakan) dari Allah."
(HR. Ahmad 4:145).
7. 5
BAB II
DALIL-DALIL HADITS QUDSI TENTANG HUKUMAN YANG DISEGERAKAN
SEBAGAI BENTUK KASIH SAYANG ALLAH TERHADAP HAMBANYA.,
(DALIL, TERJEMAHAN, PENJELASAN, SERTA CONTOH KASUS).
A. Dalil-Dalil Yang Mendasarinya
Terdapat 3 dosa yang balasannya akan disegerakan Allah SWT di dunia.
ﻧﻊ ﯾﺒﺄ ةرﻛﺐ ﯾﻀﺮ َﻞاﻟ ھﻨﻊ، ﻧﻊ ﯾﺒﻨﻼ ﯩﻠﺺ ﷲ ھﯿﻠﻊ ﻣﻠﺴﻮ ﻻق ك : ل ﺑﻮﻧﺬ رﺧﺆي ﷲ اھﻨﻢ ام ءاش ﯩﻺ ﻣﻮي
وأ ةﻋﯿﻄﻖ ﻣﺤﺮﻻ، ﻟﺠﻌﻲ اھﺒﺤﺎﺻﻞ ﯾﻒ اﯾﻨﺪﻻ ﻟﺒﻖ ﺗﻮﻣﻼ
ةﻣﺎﯾﻘﻼ ﻻإ ﯾﻐﺒﻼ، َﻗﻮﻗﻌﻮ ﻧﯿﺪﻻوﻻ،
Hal ini sesuai dalam hadist dari Abu Bakrh RA, Rasulullah SAW bersabda,” Setiap
dosa akan di akhirkan (ditunda) balasannya oleh Allah SWT hingga hari kiamat,
kecuali al-baghy (zalim), durhaka kepada orang tua dan memutuskan silaturahim,
Allah akan menyegerakan di dunia sebelum kematian menjemput.” (HR Al Hakim,
Al Mustadrak No 7345).
1. Pertama, dosa orang yang berbuat zalim balasannya akan disegerakan.
Zalim adalah perbuatan melampaui batas dalam melakukan keburukan.
Perbuatan zalim dapat mengotori hati, seperti sombong, dengki, ghibah, fitnah,
dusta, dan lain sebagainya. Karena itu zalim termasuk dari dosa besar. Manusia
yang zalim akan mendapatkan balasan di dunia dan siksa pedih di akhirat.
Sebagaimana yang dijelaskan dalam Alquran:
اﻣﻨﺈ ﻟﯿﺒﺴﻼ ﯩﻠﻊ ﻧﯿﺬﻻ ﻧﻮﻣﻠﻈﻲ ﺳﺎﻧﻼ ﻧﻮﻏﺒﯿﻮ ﯾﻒ ْ
ﺿﺮﻻ رﯾﻐﺐ ﺣﻼ ۚ
ق ﻛﺌﻠﻮأ ﻣﮭﻞ ﺑﺎذع ﻣﯿﻸ
“Sesungguhnya dosa itu atas orang-orang yang berbuat zalim kepada manusia
dan melampaui batas di muka bumi tanpa hak. Mereka itu mendapat azab yang
pedih.” (QS Asy-Syura: 42)
2. Kedua, orang yang durhaka kepada orang tua.
Sikap buruk dan tidak menghormati serta tidak menyayangi kedua orang
tua, adalah sikap yang sangat tercela, karena merekalah penyebab keberadaan kita
di dunia ini. Jika sikap ini dilakukan, maka akan mengundang kemurkaan dari
Allah SWT di dunia ini, antara lain dalam bentuk pembangkangan sikap yang
dilakukan anak-anak mereka. Karena itu, sikap ihsan baik dalam ucapan maupun
8. 6
perbuatan merupakan suatu kewajiban agama sekaligus merupakan suatu
kebutuhan. Seperti yang dijelaskan dalam firman Allah SWT:
ﻛﺒﺮ ﻻأ اودﺑﻌﺖ ﻻإ ھﺎﯾﺈ ﻧﯿﺪﻻوﻻﺑﻮ ﻧﺎﺳﺤﺈ ۚا اﻣﺈ ﻧﻐﻠﺒﻲ ﻛﺪﻧﻊ رﺑﻜﻼ اﻣﮭﺪﺣﺄ وأ ﻚَﻠاﻣﮭ ﻒَﻟ ﻟﻘﺖ اﻣﮭﻞ ﻓﺄ ﻻو
ﯩﻀﻘﻮ
اﻣﮭﺮھﻨﺖ ﻟﻘﻮ اﻣﮭﻞ ﻻوق رك
“Dan Tuhanmu telah memerintahkan supaya kamu jangan menyembah selain
Dia dan hendaklah kamu berbuat baik pada ibu-bapakmu dengan sebaik-
baiknya. Jika salah seorang di antara keduanya atau kedua-duanya sampai
berumur lanjut dalam pemeliharaanmu, maka sekali-kali janganlah kamu
mengatakan kepada keduanya perkataan "ah" dan janganlah kamu membentak
mereka, dan ucapkanlah kepada mereka ucapan yang mulia.” (QS Al-Isra: 23).
3. Ketiga, dosa orang yang memutuskan silaturahim.
Islam tidak menyukai orangorang yang memutuskan tali persaudaraan.
Islam mengancam dan mengecam secara tegas orang-orang yang memutuskan tali
persaudaraan. Dalam hal ini, Rasulullah SAW bersabda dari Abu Muhammad
Jubiar bin Muth’im RA:
ﻧﻊ ﯾﺒﺄ دﻣﺤﻢ رﯾﺒﺞ ﻧﺐ ﻣﻌﻄﻢ ﯾﻀﺮ ﷲ ھﻨﻊ ﻧﺄ ﻟﻮﺳﺮ َﻞاﻟ ﷺ ﻻق ﻻ : ﻟﺨﺪي ةﻧﺠﻼ ﻋﻄﺎق
“Tidak akan masuk surga orang yang memutus (silaturahim)." (HR Bukhari dan
Muslim).
Islam begitu tegas terhadap hubungan baik sesama manusia. Oleh karena itu,
orang yang tidak mau berbuat baik dan justru memutus persaudaraan, Islam pun
memberikan ancaman yang keras, yakni tidak akan masuk surga sebagai
balasannya. Sungguh mengerikan.
B. Penjelasan
Dari Anas bin Malik, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
ﱠﻞاﻟ ھﺪﺑﻌﺐ رﯾﺨﻼ ﻟﺠﻊ ھﻞ ةﺑﻮﻗﻌﻼ ﯩﻒ اﯾﻨﺪﻻ اذإو دارأ ﱠﻞاﻟ ھﺪﺑﻌﺐ رﺷﻼ ﻛﺴﻤﺄ ھﻨﻊ ھﺒﻨﺬب ﯩﺘﺢ ﯩﻔﻮي ھﺐ ﻣﻮي
ةﻣﺎﯾﻘﻼ
“Jika Allah menginginkan kebaikan pada hamba, Dia akan segerakan hukumannya
di dunia. Jika Allah menghendaki kejelekan padanya, Dia akan mengakhirkan
9. 7
balasan atas dosa yang ia perbuat hingga akan ditunaikan pada hari kiamat kelak.”
(HR Tirmidzi no. 2396, hasan shahih kata Syaikh Al Albani)
Juga dari hadits Anas bin Malik, beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
ﻧﺈ ﻣﻈﻊ ءازﺟﻼ ﻋﻢ ﻣﻈﻊ ءﻻﺑﻼ ﻧﺈو ﱠﻞاﻟ اذإ ﺑﺤﺄ اﻣﻮق ﻣﮭﻼﺗﺒﺎ ﻧﻤﻒ ﯩﻀﺮ ھﻠﻒ اﺿﺮﻻ ﻧﻤﻮ طﺨﺲ ھﻠﻒ طﺨﺴﻼ
“Sesungguhnya pahala besar karena balasan untuk ujian yang berat. Sungguh, jika
Allah mencintai suatu kaum, maka Dia akan menimpakan ujian untuk mereka
Barangsiapa yang ridho, maka ia yang akan meraih ridho Allah. Barangsiapa siapa
yang tidak suka, maka Allah pun akan murka.” (HR. Ibnu Majah no. 4031, hasan kata.
Syaikh Al Albani)
Penjelasan dari dua hadits di atas:
1. Musibah yang berat (dari segi kualitas dan kuantitas) akan mendapat balasan
pahala yang besar.
2. Tanda Allah cinta, Allah akan menguji hamba-Nya. Dan Allah yang lebih
mengetahui keadaan hamba-Nya. Kata Lukman -seorang sholih- pada anaknya,
اي ﯾﻨﺐ ﺑﮭﺬﻻ ةﺿﻔﻼو ﻧﺎرﺑﺘﺨﻲ راﻧﻼب ﻧﻤﺆﻣﻼو رﺑﺘﺨﻲ ءﻻﺑﻼب
“Wahai anakku, ketahuilah bahwa emas dan perak diuji keampuhannya dengan
api sedangkan seorang mukmin diuji dengan ditimpakan musibah”
3. Siapa yang ridho dengan ketetapan Allah, ia akan meraih ridho Allah dengan
mendapat pahala yang besar.
4. Siapa yang tidak suka dengan ketetapan Allah, ia akan mendapat siksa yang pedih.
5. Cobaan dan musibah dinilai sebagai ujian bagi wali Allah yang beriman.
6. Jika Allah menginginkan kebaikan pada hamba, Dia akan segerakan hukumannya
di dunia dengan diberikan musibah yang ia tidak suka sehingga ia keluar dari dunia
dalam keadaan bersih dari dosa.
7. Jika Allah menghendaki kejelekan padanya, Dia akan mengakhirkan balasan atas
dosa yang ia perbuat hingga akan ditunaikan pada hari kiamat kelak. Ath Thibiy
berkata, “Hamba yang tidak dikehendaki baik, maka kelak dosanya akan dibalas
hingga ia datang di akhirat penuh dosa sehingga ia pun akan disiksa karenanya.”
(Lihat Faidhul Qodir, 2: 583, Mirqotul Mafatih, 5: 287, Tuhfatul Ahwadzi, 7: 65)
10. 8
8. Dalam Tuhfatul Ahwadzi disebutkan, “Hadits di atas adalah dorongan untuk
bersikap sabar dalam menghadapi musibah setelah terjadi dan bukan maksudnya
untuk meminta musibah datang karena ada larangan meminta semacam ini.”
C. Contoh Kasus
Saya mengambil contoh dari seseorang yang pernah mengalami masalah hidup
yang sangat berat,terlilit hutang, sakit yang sangat langka dengan kemungkinan hidup
yang sangat tipis,namun Allah begitu mencintainya. Entah dia pernah berbuat dosa
atau apa pun sebelumnya ,hanya Allah yang tahu namun setelah semua kejadian yang
sulit itu dia menjadi sangat dekat dengan Allah SWT. Begitu hebatnya kepiawaian
Dewa Eka Prayoga dalam bidang pemasaran digital hingga ia mendapat julukan
'Dewa Selling'. Namun, pria yang juga akrab disapa Kang Dewa ini mengalami
serentetan ujian yang mungkin membuat banyak orang menyerah.
Keterpurukan pertama sudah dirasakan saat usia muda, tepatnya ketika ia masih
menjalani semester tujuh perkuliahan. Nilai utang yang harus ditanggung pun tidak
sepele, yakni mencapai Rp7,7 miliar. Ya, nilai uang yang besar memang sudah
didapatkannya sejak kuliah karena saat itu sudah bisa membentuk personal branding
yang cukup terkenal. "Waktu itu saya bawa uang banyak karena saya sudah punya
personal branding lantaran sering diundang seminar di luar kampus. Sampai sampai
ada teman yang nawarin saya proyek pengadaan laptop dan lain-lain untuk keperluan
kantor," papar Dewa yang kala itu berhasil mengumpulkan puluhan investor.
Nahas, teman yang dipercaya nyatanya hanya penipu yang menjual proyek bodong.
Saat mengetahui sang teman kabur, Dewa yang saat itu merupakan mahasiswa
Universitas Pendidikan Indonesia segera melapor ke polisi. Meski dengan kasus itu
pada awalnya masih ada 40 investor bertahan, kemudian hanya tersisa dua orang.
Untuk membayar utang, Dewa yang kala itu baru beberapa hari menikah pun mencoba
berjualan jajanan dari berkeliling menjual ceker pedas, krupuk, hingga seblak. Ia
beruntung karena sang istri, Wiwin Supiyah, rela membanting tulang bersama meski
masih menjadi pengantin baru.
11. 9
Kemudian jalan mulai membaik saat ia ditawari menulis buku oleh seorang teman.
Berbekal laptop jadul, Dewa berhasil menulis kisahnya hanya dalam tujuh hari ke
dalam buku berjudul 7 Kesalahan Pengusaha Pemula. Buku itu tidak disangka laris
hingga Dewa bisa berpendapatan Rp120 juta per bulan. Namun, di tengah masa
perbaikan dalam melunasi utangnya, ujian baru datang lagi. Dewa terdiagnosis
menderita GBS (guillain barre syndrome), yaitu sebuah gangguan saraf yang
mengakibatkan seluruh badanya lumpuh total. Ia pun terpaksa harus dirawat secara
intensif selama dua bulan akibat penyakit tersebut hingga menelan biaya perawatan
sebesar Rp700 juta.
Meski terpuruk, Dewa tetap bersyukur karena dapat sembuh dalam waktu empat
bulan. Penulis buku Melawan Kemustahilan itu juga merasa ujian yang ia alami telah
menjadikannya sebagai pribadi yang lebih baik. Kini, pada usia 30 tahun, Dewa tidak
hanya tetap gencar berbisnis dan menjadi motivator, tetapi juga berbagi kepada
sesama dengan mendirikan pesantren bagi kalangan tidak mampu. "Saat ini saya
sedang membangun sebuah pondok Qur'an Digitalpreneur di Cirebon. Semoga tahun
depan selesai dan sedang berkampanye mengajak teman-teman di Indonesia berwakaf
dan bersedekah secara gila-gilaan, sesering mungkin, sesempat mungkin, dengan
hashtag #SedekahBrutal," pungkas Dewa.
12. 10
BAB III
BERITA KENABIAN RASULULLAH SAW YANG DIMUAT DI DALAM KITAB-
KITAB SUCI AGAMA LAIN (Kristen, Hindu, Yahudi, dll)
A. Nabi Muhammad Dijelaskan Kitab Suci Hindu
Kitab suci umat Hindu terbagi menjadi tiga, yaitu Vedas, Upanishads, and
Puranas. Ketiganya dibedakan berdasarkan umurnya, beberapa menyebutkan kitab
tersebut berasal dari sekitar 4.000 tahun yang lalu. Baru-baru ini telah ditemukan
bahwa Nabi Muhammad SAW disebutkan dalam kitab-kitab tersebut.
Dilansir Onislam.net, salah satu bukti yang mengejutkan adalah jazirah
Maharshi Vyasa yang merupakan tempat suci umat Hindu, merupakan tanah Arab
yang dirusak setan. Kemungkinan hal itu berasal dari pra-Islam pagan. Selanjutnya,
disebutkan Mahamad, yang diperkirakan maksudnya adalah Muhammad, dimana
dalam kitab tersebut digambarkan sebagai orang yang akan menuntun orang-orang
yang sesat.
Dalam kitab itu, disebutkan dia akan disunat, berjenggot, fasih, dia akan
membuat revolusi besar, dia akan mengumumkan panggilan untuk beribadah, dia
akan makan daging hewan halal yang bukan dari babi, dan dia akan melawan bangsa
yang tidak beragama. Kesemua itu mengarah pada ciri-ciri Rasulullah Muhammad
SAW.
Bhavishya Purana yang merupakan salah satu Puranas terpenting,
memberikan bukti lain. Disebutkan bahwa di negeri asing akan ada seorang guru
spiritual yang bernama Muhammad. Dimana dia akan menjadi penghuni Arabia, dia
akan mengumpulkan kekuatan besar untuk melawan atau membunuh iblis dan Allah
akan melindunginya dari lawan-lawannya.
Kitab Upanishad, yang merupakan kitab tinggi dari Vedas, dan banyak
digunakan sebagai literatur pelajar Hindu menyebutkan nama nabi Muhammad.
Karena dalam kitab tersebut terdapat pengetahuan yang bersifat ketuhanan yang
mengajarkan bagaimana mendekatkan diri kepada sang Khaliq.
Selain itu juga, terdapat bukti penting yang disebutkan "tidak ada tuhan
kecuali Allah", dan itu disebutkan lebih dari sekali. Disebutkan pula deskripsi untuk
13. 11
Allah, yaitu nama dewa adalah Allah, Dia adalah salah satu, Raja seluruh dunia, Dia
adalah yang Terbesar dari semua, Terbaik, Paling Sempurna, paling suci dari semua,
Memelihara dari seluruh dunia, yang merupakan pengejawantahan bumi dan ruang,
dan Tuhan dari semua ciptaan.
Dia menciptakan matahari, bulan, bintang-bintang, dan langit. Dia
Memelihara dari semua burung, binatang, hewan yang hidup di laut dan mereka yang
tidak terlihat oleh mata. Dia adalah Penghapus segala kejahatan dan bencana, dan
Muhammad adalah Rasul Allah.
Dalam Atharva Veda disebutkan 'yang patut dipuji' yang setiap orang harus
memujinya, dan disebutkan namanya Muhammad. Disebutkan pula Muhammad
adalah sosok penunggang unta. Menariknya, hal itu kontras karena nabi Indian
dilarang untuk menunggang unta. Dan nabi Isa disebutkan mengendarai keledai
bukan unta. Sehingga jelaslah yang dimaksud sang pengendara unta adalah
Muhammad.
Pada mantra ketujuh menyebutkan ada orang yang akan menuntun semua
manusia, dan Muhammad selalu menegaskan tidak ada pengkhususan yang dituntun,
bukan hanya bangsa Israel ataupun bangsa Arab saja, melainkan seluruh umat.
Kemudian pada Mantra keenam berbicara tentang beberapa orang pemberani
yang kalah tanpa pertempuran dan jumlah lawan mereka adalah 10 ribu. Hal itu bisa
menjadi acuan untuk pertempuran sekutu atau parit yang berlangsung pada masa Nabi
Muhammad.
Jumlah orang-orang yang melakukan pengepungan di sekitar Madinah
memang 10 ribu, dan mereka kalah tanpa pertempuran karena Allah mengirimkan
badai yang akhirnya setelah pengepungan panjang, memaksa mereka untuk
meninggalkan lokasi.
Selanjutnya, dalam Rig Veda, yang berbicara tentang seseorang yang
digambarkan sebagai jujur dan dapat dipercaya, kuat dan murah hati yang akan
menjadi terkenal dengan 10 ribu. Semua ini adalah karakteristik dari Nabi
Muhammad, dan jumlah 10 ribu mungkin dimaksudkan untuk jumlah para sahabat
Nabi Muhammad yang masuk dalam pemenangan Makkah.
14. 12
B. Nabi Muhammad Dijelaskan Kitab Suci Kristen, Yahudi, Dll
Kedatangan Nabi Muhammad SAW sebagai penutup para nabi telah
disebutkan jauh sebelum beliau lahir. Kitab-kitab agama terdahulu dikatakan telah
menyebut akan lahirnya Muhammad yang membawa ajaran kenabian dari
Allah. Kitab-kitab yang dimaksud ialah kitab yang pengikutnya dinyatakan Allah di
dalam Alquran sebagai Ahli Kitab atau disebut kitab kaum Yahudi dan Nasrani. Nabi
Muhammad juga telah disebut dalam kitab agama Persia dan Hindu.
Seperti dikutip dari buku berjudul "Kelengkapan Tarikh Nabi Muhammad,
Volume 1" oleh Moenawar Khalil, disebutkan bahwa datangnya Nabi Muhammad
SAW kepada umat manusia telah disebutkan dan dinyatakan dalam kitab Taurat dan
Injil. Hal demikian sebagaimana disebutkan dalam Alquran surah al-A'raaf ayat 157
yang berbunyi, "(Yaitu) orang-orang yang mengikuti Rasul, Nabi yang ummi yang
(namanya) mereka dapati tertulis di dalam Taurat dan Injil."
Perjanjian Lama dalam bahasa Arab disebut al-‘Ahdu al-Qadim dan dalam
bahasa Belanda disebut Ould Testament, atau yang dianggap sebagai kitab Taurat
oleh kaum Yahudi dan Nasrani. Sedangkan Perjanjian Baru dalam bahasa Arab
disebut al-‘Ahdu al-Jadid dan dalam bahasa Belanda disebut Niew Testament, dan
itulah yang dianggap kitab Injil oleh kaum Nasrani. Perjanjian Lama berisi himpunan
kitab suci dari nabi-nabi sebelum Nabi Isa AS, dan Perjanjian Baru adalah yang berisi
himpunan kitab suci yang dibawa Nabi Isa AS.
Di dalam buku tersebut disebutkan beberapa ayat dari kitab-kitab agama
terdahulu, yang menjelaskan tentang akan datangnya Nabi Muhammad SAW. Buku
tersebut mengutip bunyi kalimat bahasa Indonesia dari ayat Bibel, yang disalin dari
Bibel yang diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia yang diterbitkan oleh
Nederlandsch Bibel Genootschap di Amsterdam pada 1916.
Salah satunya disebutkan dalam kitab Ulangan, 18:15, yang berbunyi,
"Bahwa seorang Nabi dari antara kamu dari antara segala saudaramu dan yang seperti
aku ini yaitu akan dibangkitkan oleh Tuhan Allahmu bagi kamu maka dia haruslah
kamu dengar." Di beberapa ayat dalam Kitab Ulangan itu disebutkan akan diutusnya
Nabi Muhammad SAW dengan semua yang dikatakannya membawa atau menyebut
15. 13
Nama Tuhan dan bukan nama dewa. Nabi Muhammad SAW juga wafat tidak karena
dibunuh orang. Selain itu, apa yang dikatakan oleh Nabi Muhammad tentu terjadi,
meski baru terjadi pada masa beberapa abad sesudah wafatnya dan yang terjadi pada
masa hidupnya.
"Bahwa kalau Nabi itu berkata atas Nama Tuhan, lalu barang yang
dikatakannya itu tak jadi atau tak datang, itulah perkataan yang bukan sabda Tuhan,
melainkan Nabi itu berkata dengan angkaranya: jangan kamu takut akan dia."
(Ulangan, 18:22). Kemudian dalam Injil Yahya juga disebutkan ayat yang mengarah
pada akan kedatangan Nabi Muhammad. Seperti dalam Yahya, 14:26, yang berbunyi,
"Tetapi penghibur, yaitu Ruhul Kudus, yang akan disuruh oleh Bapa sebab namaku,
yaitu akan mengajarkan segala perkara itu kepadamu dan mengingatkan kamu segala
perkara yang telah kukatakan kepadamu itu." "Maka sekarang sudah kukatakan
kepadamu sebelum jadinya, supaya apabila ia jadi kelak, boleh kamu percaya"
(Yahya, 14:29).
Dari ayat itu dijelaskan, bahwa Nabi Muhammad SAW akan datang dan
diperintah oleh Tuhan dan akan mengajarkan segala perkara kepada manusia. Hal
demikian juga telah dinyatakan dalam Alquran. Kemudian dalam ayat lainnya di
Kitab Injil Yahya, Nabi Muhammad digambarkan sebagai penghibur (Rahul Kudus)
dan yang akan memuliakan Nabi Isa karena ia akan mengambil beberapa keterangan
dari apa yang telah diterangkan oleh Nabi Isa kepada kaumnya.
Di dalam Kitab Injil Barnabas, kedatangan Nabi Muhammad SAW lebih jelas
dinyatakan. Barnabas sendiri adalah nama seorang sahabat atau pembela Nabi Isa.
Karenanya, Injil Barnabas ditulisnya sendiri dari wasiat yang didengarnya dari Nabi
Isa AS. Di dalam kitab itu memberitakan kedatangan Nabi SAW, bahkan dijelaskan
pula tentang peristiwa disalibnya Nabi Isa, bukanlah Nabi Isa yang disalib, melainkan
Yahuda. Injil Barnabas termasuk injil yang kuno, yang tertulis pada abad pertama
Masehi.
Dalam ayat di kitab Injil Barnabas, misalnya, disebutkan bahwa saat Nabi Isa
AS memberitahu para hawari (penolong) bahwa beliau akan berpaling meninggalkan
alam. Saat itu, Isa berkata agar hati mereka tidak bergoncang dan tidak takut. Sebab,
16. 14
Isa bukanlah yang menjadikan mereka, tetapi Allah yang menjadikan dan memelihara
mereka. "Adapun tentang ketentuan tugasku, sesungguhnya aku datang untuk
menyediakan jalan bagi Rasulullah yang akan datang dengan membawa tugas
kelepasan alam ini." (Barnabas, 72:10).
17. 15
BAB IV
Al-QURÁN SEBAGAI SUMBER SAINS DAN TEKNOLOGI
A. Sejarah Kemajuan Pendidikan Islam
Pendidikan Islam yang mengalami masa tunas pada masa Dinasti Bani
Umayyah mencapai puncaknya pada masa Dinasti Bani Abbasiyah. Kemajuan
pendidikan Islam pada masa ini dikarenakan penguasa dari Dinasti Bani Abbasiyah
mengambil kebijakan dengan mengangkat orang-orang Persia menjadi pejabat-
pejabat penting di istana, terutama dari keluarga Baramikah, sebuah keluarga yang
telah lama bersentuhan dengan filsafat dan ilmu pengetahuan Hellenisme yang
mempengaruhi umat Islam untuk belajar dan mengembangkan pemikiran Islam. Hal
ini semakin nyata setelah penguas۟a dar۟i Dinast۟i in۟i memproklamirka۟n alira۟n
Mu’tazilah۟, sebua۟h aliran teologi rasional sebagai mazhab resmi negara. Pada masa
ini pendidikan Islam mencapai zaman keemasannya. Filsafat Islam, ilmu
pengetahuan, sains dan pemikiran Islam mencapai kemajuan yang sangat pesat
sehingga menjadikan Islam sebagai pusat keilmuan yang tiada tandingnya di dunia
dan filsafat serta ilmu pengetahuannya menjadi kiblat dunia pada saat itu.
Perseteruan antara agama dan ilmu pengetahuan (sains) merupakan isu klasik
yang sampai saat ini masih berkembang di dunia Barat dalam wujud sekularisme.
Tetapi, Islam tidak mendekati persoalan sains ini dari perspektif tersebut karena al-
Qur’a۟n da۟n al-Sunnah telah memberikan sistem yang lengkap dan sempurna yang
mencakup semua aspek kehidupan manusia, termasuk kegiatan-kegiatan ilmiah atau
penyelidikan-penyelidikan ilmiah. Jadi, kegiatan ilmiah merupakan bagian yang
integral dari keseluruhan sistem Islam di mana masing-masing bagian memberikan
sumbangan terhadap yang lainnya.
Al-Qur’a۟n sangat menekankan pentingnya membaca (baca: mengamati)
gejala ala۟m da۟n merenungkannya۟. AlQur’a۟n mengambi۟l conto۟h dar۟i kosmologi۟,
fisika۟, biologi, ilmu kedokteran dan lainnya sebagai tanda kekuasaan Allah untuk
dipikirkan oleh manusia. Tidak kurang dari tujuh ratus lima puluh ayat – sekitar
seperdelapan al-Qur’an– yang mendorong orang beriman untuk menelaah alam,
18. 16
merenungkan dan menyelidiki dengan kemampuan akal budinya serta berusaha
memperoleh pengetahuan dan pemahaman alamiah sebagai bagian dari hidupnya.
Kaum muslim zaman klasik memperoleh ilham dan semangat untuk mengadakan
penyelidikan ilmiah di bawah sinar petunjuk al-Qur’an۟, d۟i sampin۟g doronga۟n lebi۟h
lanjut dari karya-karya Yunani dan sampai batas-batas tertentu oleh terjemahan
naskah-naskah Hindu dan Persia. Dengan semangat ajaran al-Qur’an۟, par۟a ilmuwa۟n
muslim tampil dengan sangat mengesankan dalam setiap bidang ilmu pengetahuan.
Pengaruh al-Qur’a۟n in۟i tida۟k saj۟a diaku۟i ole۟h kalanga۟n ilmuwa۟n musli۟m zama۟n
dahulu, seperti al-Ghazali, (1983:45-48 ) dan al-Suyuthi, ( Dhahabi, 1961: 420)
bahkan sarjana Baratpun mengakuinya, seperti R. Levy (1975:400) (1975: 400) dan
George Sarton. (tt:23).
B. Dimensi Sains dan Teknologi dalam al-Qur’an
Kata sains dan teknologi ibarat dua sisi mata uang yang sulit dipisahkan satu
sama lain. Sains, menurut Baiquni, adalah himpunan pengetahuan manusia tentang
alam yang diperoleh sebagai konsensus para pakar, melalui penyimpulan secara
rasional mengenai hasil-hasil analisis yang kritis terhadap data pengukuran yang
diperoleh dari observasi pada gejala-gejala alam. Sedangkan teknologi adalah
himpunan pengetahuan manusia tentang proses-proses pemanfaatan alam yang
diperoleh dari penerapan sains, dalam kerangka kegiatan yang produktif ekonomis
(Baiquni, 1995: 58-60).
Akan tetapi, dalam kapasitasnya sebagai huda li al-nas, al-Qur’a۟n memberika۟n
informasi stimulan mengenai fenomena alam dalam porsi yang cukup banyak, sekitar
tujuh ratus lima puluh ayat (Ghulsyani, 1993: 78). Bahkan, pesan (wahyu) paling
awal yang diterima Nabi SAW mengandung indikasi pentingnya proses investigas۟i
(penyelidikan)۟. Informas۟i alQur’a۟n tentan۟g fenomen۟a ala۟m ini۟, menuru۟t Ghulsyani,
dimaksudkan untuk menarik perhatian manusia kepada Pencipta alam Yang Maha
Mulia dan Maha Bijaksana dengan mempertanyakan dan merenungkan wujud-wujud
alam serta mendorong manusia agar berjuang mendekat kepada-Nya (Ghulsyani,
1993). Dalam visi al-Qur’an۟, fenomen۟a ala۟m adala۟h tanda-tanda kekuasaan Allah.
19. 17
Oleh sebab itu, pemahaman terhadap alam itu akan membawa manusia lebih dekat
kepada Tuhannya. Pandangan al-Qur’a۟n tentan۟g sain۟s da۟n teknolog۟i dapa۟t ditelusur۟i
dar۟i pandangan al-Qur’a۟n tentan۟g ilmu۟. Al-Qur’a۟n tela۟h meletakka۟n posis۟i ilm۟u pad۟a
tingkatan yang hampir sama dengan iman seperti tercermin dalam surat al-Mujadalah
ayat 11:
“… niscaya Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antara kamu
dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat.”
Ayat-ayat al-Qur’a۟n yan۟g memerintahka۟n manusi۟a mencar۟i ilm۟u ata۟u menjad۟i
ilmuwan begitu banyak. Al-Qur’a۟n menggunaka۟n berbagai istilah yang berkaitan
dengan hal ini. Misalnya, mengajak melihat, memperhatikan, dan mengamati
kejadian-kejadian (Fathir: 27; al-Hajj: 5; Luqman: 20; alGhasyiyah: 17-20; Yunus:
101; al-Anbiya’۟: 30)۟, membac۟a (al- ‘Alaq۟: 1-5) supaya mengetahui suatu kejadian
(al-An’am۟: 97۟; Yunus۟: 5)۟, supay۟a mendapa۟t jala۟n (al-Nahl: 15), menjadi yang
berpikir atau yang menalar berbagai fenomena (al-Nahl: 11; Yunus: 101; al-Ra’d۟: 4;
al-Baqarah: 164; al-Rum: 24; al-Jatsiyah۟: TA’DIB۟, Vol۟. X۟V No۟. 01۟. Edisi۟, Jun۟i 2010
125 5, 13), menjadi ulu al-alba۟b (Al۟i ‘Imran۟: 7۟; 190-191; al-Zumar: 18), dan
mengambil pelajaran (Yunus: 3).
Sedangkan pandangan al-Qur’a۟n tentan۟g sain۟s da۟n teknologi۟, dapa۟t diketahu۟i dari
wahyu pertama yang diterima Nabi Muhammad saw.:
“Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu Yang Menciptakan. Dia
menciptakan manusia dari segumpal darah. Bacalah dan Tuhanmulah Yang
Maha Pemurah. Yang Mengajar (manusia) dengan perantaraan kalam (tulis
baca). Dia Mengajarkan manusia apa yang tidak diketahuinya.” (QS al-‘Alaq: 1-
Kat۟a iqra’۟, menuru۟t Qurais۟h Shihab۟, diambi۟l dar۟i aka۟r kat۟a yan۟g berart۟i menghimpun.
Dari menghimpun lahir aneka makna seperti menyampaikan, menelaah, mendalami,
meneliti, mengetahui ciri sesuatu, dan membaca baik yang tertulis maupun tidak.
Sedangkan dari seg۟i obyeknya۟, perinta۟h iqra۟’ it۟u mencaku۟p segala sesuatu yang dapat
dijangkau oleh manusia. (Shihab, 1996:433)
20. 18
Untuk dapat memahami sunnatullah yang beraturan di alam semesta ini,
manusia telah dibekali oleh Allah SWT dua potensi penting, yaitu potensi fitriyah (di
dalam diri manusia) dan potensi sumber daya alam (di luar diri manusia). Di samping
itu, al-Qur’a۟n jug۟a memberika۟n tuntuna۟n prakti۟s bag۟i manusi۟a berup۟a langkah-
langkah penting bagaimana memahami alam agar dicapai manfaat yang maksimal.
Suatu cara penghampiran yang sederhana dalam mempelajari ilmu pengetahuan
ditunjukkan al-Qur’a۟n dala۟m sura۟t al-Mulk ayat 3-4 yang intinya mencakup proses
kagum, mengamati, dan memahami. Dalam konteks sains, al-Qur’a۟n
mengembangka۟n beberap۟a langkah/prose۟s sebagai berikut.
1. Pertama, al-Qur’a۟n memerintahka۟n kepad۟a manusi۟a untu۟k mengenal۟i secar۟a
seksama alam sekitarnya seraya mengetahui sifat-sifat dan proses-proses
alamiah yang terjadi di dalamnya. Perintah ini, misalnya, ditegaskan di dalam
surat Yunus ayat 101.
“Katakanlah (wahai Muhammad): Perhatikan (dengan nazhor) apa yang
ada di langit dan di bumi….”
Dalam kata unzhuru (perhatikan), Baiquni memahaminya tidak
sekedar memperhatikan dengan pikiran kosong, melainkan dengan perhatian
yang seksama terhadap kebesaran Allah SWT dan makna dari gejala alam
yang diamati (Baiquni, 1997:20). Perintah ini tampak lebih jelas lagi di dalam
firman Allah di surat al-Ghasyiyah ayat 17-20:
“Maka apakah mereka tidak memperhatikan (dengan nazhor) onta
bagaimana ia diciptakan. Dan langit bagaimana ia diangkat. Dan gunung-
gunung bagaimana mereka ditegakkan. Dan bumi bagaimana ia
dibentangkan.”
2. Kedua, al-Qur’a۟n mengajarka۟n kepad۟a manusi۟a untu۟k mengadaka۟n
pengukura۟n terhadap gejala-gejala alam. Hal ini diisyaratkan di dalam surat
al-Qamar ayat 149.
“Sesungguhnya Kami menciptakan segala sesuatu dengan ukuran.”
21. 19
3. Ketiga, al-Qur’a۟n menekanka۟n pentingny۟a analisi۟s yan۟g mendala۟m terhada۟p
fenomena alam melalui proses penalaran yang kritis dan sehat untuk mencapai
kesimpulan yang rasional. Persoalan ini dinyatakan dalam surat al-Nahl ayat
11- 12.
“Dia menumbuhkan bagimu, dengan air hujan itu, tanamantanaman
zaitun, korma, anggur, dan segala macam buahbuahan. Sesungguhnya
pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda kekuasaan Allah
bagi mereka yang mau berpikir. Dan Dia menundukkan malam dan siang,
matahari dan bulan untukmu; dan bintang-bintang itu ditundukkan
(bagimu) dengan perintah-Nya. Sebenarnya pada yang demikian itu
terdapat tanda-tanda kekuasaan Allah bagi kaum yang menalar.”
Tiga langkah yang dikembangkan oleh al-Qur’a۟n itula۟h yang sesungguhnya yang
dijalankan oleh sains hingga saat ini, yaitu observasi (pengamatan), pengukuran-
pengukuran, lalu kesimpulan (hukum-hukum) berdasarkan observasi dan pengukuran
itu.
Memahami tanda-tanda kekuasaan Pencipta hanya mungkin dilakukan oleh
orang-orang yang terdidik dan bijak yang berusaha menggali rahasia-rahasia alam
serta memiliki ilmu (keahlian) dalam bidang tertentu. Ilmu-ilmu kealaman seperti
matematika, fisika, kimia, astronomi, biologi, geologi dan lainnya merupakan
perangkat yang dapat digunakan untuk memahami fenomena alam semesta secara
tepat. Dengan bantuan ilmu-ilmu serta didorong oleh semangat dan sikap rasional,
maka sunnatullah dalam wujud keteraturan tatanan (order) di alam ini tersingkap.
C. Implikasi Pandangan al-Quran tentang Sain dalam Proses Pembelajaran
Merujuk kepada pandangan Barbour tentang relasi agama dan sains, secara
umum ada empat pola yang menggambarkan hubungan tersebut. Keempat hubungan
itu adalah berupa konflik, independensi, dialog, dan integrasi. Hubungan yang
bersifat konflik menempatkan agama dan sains dalam dua sisi yang terpisah dan
saling bertentangan. Pandangan ini menyebabkan agama menjadi terkesan menegasi
kebenaran-kebenaran yang diungkap dunia sains dan sebagainya. Persepsi yang
22. 20
menggambarkan hubungan keduanya sebagai interdependensi menganggap adanya
distribusi wilayah kekuasaan agama yang berbeda dari wilayah sains. Keduanya tidak
saling menegasi. Ilmu pengetahuan bertugas memberi jawaban tentang proses kerja
sebuah penciptaan dengan mengandalkan data publik yang obyektif. Sementara
agama berkuasa atas nilai-nilai dan kerangka makna yang lebih besar bagi kehidupan
seseorang.
Yang ketiga adalah persepsi yang menempatkan sains dan agama bertautan
dalam model dialog. Model ini menggambarkan sains dan agama itu memiliki
dimensi irisan yang bisa diperbandingkan satu sama lain. Pertanyaan sains bisa
dipecahkan melalui kajian-kajian agama dan sebaliknya.
Keempat, hubungan antara sains dan agama itu dinyatakan sebagai hubungan
terintegrasi. Integrasi ini bisa digambarkan dalam dua bentuk yakni teologi natural
(natural theology) yang memandang bahwa temuan-temuan ilmiah itu merupakan
sarana mencapai Tuhan, dan teologi alam (theology of nature) yang menganggap
bahwa pertemuan dengan Tuhan harus senantiasa di-up grade sesuai dengan
perkembangan ilmu pengetahuan (Barbour, 2005).
Sejak pertama kali diturunkan, al-Quran telah mengisyaratkan pentingnya
ilmu pengetahuan dan menjadikan proses pencariannya sebagai ibadah. Di samping
itu, al-Quran juga menegaskan bahwa satu-satunya sumber ilmu pengetahuan adalah
Allah SWT. Hal ini mengindikasikan bahwa sebenarnya tidak ada dikotomi ilmu
dalam pandangan al-Quran. Tidak ada satu ayat pun di dalam al-Quran, yang secara
tegas maupun samar, yang memberi petunjuk bahwa agama dan sain merupakan dua
sisi yang berbeda. Dengan demikian, dalam pandangan al-Quran, sains dan agama
merupakan dua hal yang terintegrasi.
Proses pembelajaran pada hakikatnya adalah proses mengamati, menemukan,
memahami, dan menghayati sunnatullah, yang berupa fenomena alamiah maupun
sosial, kemudian mengaplikasikan pemahaman tersebut bagi kemaslahatan hidup
manusia dan lingkungannya serta menjadikan kesadaran adanya Allah dengan sifat-
sifat-Nya Yang Maha Sempurna sebagai tujuan hakiki dari kegiatan pembelajaran.
Tujuan ini akan membimbing peserta belajar kepada kesadaran adanya realitas
23. 21
supranatural di luar realitas eksternal yang dapat ia indera Oleh sebab itu, prinsip-
prinsip dasar kegiatan ilmiah yang digariskan al-Quran, (istikhlaf, keseimbangan,
taskhir, dan keterkaitan antara makhluk dengan Khalik) harus dijadikan titik tolak
dalam mempelajari subyek apapun.
Pada tataran praktis, proses pembelajaran di lembagalembaga pendidikan
formal, dari jenjang tingkat dasar hingga perguruan tinggi, masih menghadapi
perosalan serius yang bermuara pada dikotomi pandidikan. Ada beberapa persoalan
yang signifikansi dampak dari dikotomi pendidikan ini, yaitu: 1) munculnya
ambivalensi orientasi pendidikan yang berdampak pada munculnya split personality
dalam diri peserta didik; 2) kesenjangan antara sistem pendidikan dengan ajaran
Islam berimplikasi pada out put pendidikan yang jauh dari citacita pendidikan Islam.
Untuk meretas persoalan dikotomi tersebut, maka perlu dilakukan upaya
integrasi dalam pendidikan, sebagaimana yang telah di lakukan sekelompok ahli
pendidikan atau cendekiawan Muslim yang peduli pada persoalan tesebut. Ada tiga
tahapan upaya kerja integrasi yang telah di kembangkan yaitu: 1) integrasi kurikulum,
2) integrasi pembelajaran, 3) integrasi ilmu (Islamisasi ilmu).
Integrasi kurikulum mencakup pengintegrasian nilainilai ilahiyah dalam
keseluruhan materi pelajaran, mulai dari perumusan standar kompetensi sampai
dengan evaluasi pembelajaran. Integrasi pembelajaran yang dimaksud adalah
menanamkan motivasi dan pandangan al-Quran tentang sains kepada peserta didik di
saat proses pembelajran berlangsung. Dua langkah awal (integrasi kurikulum dan
integrasi pembelajaran) merupakan langkah strategis ke arah integrasi ilmu.
Kalaupun upaya integrasi di atas belum bisa dilakukan, setidaknya,
pembelajaran sains (kealaman maupun sosial) harus mampu menghantarkan peserta
didik kepada kesadaran yang permanen tentang keberadaan Allah. Sementara
pembelajaran agama harus mampu memotivasi peserta didik untuk melakukan
kegiatan ilmiah secara terus-menerus. Inilah yang sesungguhnya yang menjadi inti
pandangan al-Quran tentang sains.
24. 22
BAB V
PENGERTIAN DAN ORANG-ORANG SALAFUSSALIH YANG
SESUNGGUHNYA: (GENERASI SAHABAT, TABIIN, DAN TABIITTABIIN)
A. Pengertian Salafussalih
Secara bahasa, salafus shalih berasal dari tiga huruf, yaitu sim, lam, dan fa.
Tiga huruf ini menunjukkan makna “yang terdahulu atau orang-orang yang telah
lampau”. Para ulama membagi salafus shalih menjadi tiga golongan, yaitu para
sahabat nabi, tabi’in, dan tabi’ut tabi’in. ketiga golongan ini diyakini sebagai orang-
orang terbaik yang hidup setelah Rasulullah SAW.
ُْﺮﯿَﺧ
ِ
ﺎسﱠﻨاﻟ
،ِﻲﻧ ْﺮَﻗ
ﱠﻢُﺛ
َِﯾﻦﺬﱠﻟا
،ْﻢُﮭَﻧﻮُﻠَﯾ
ﱠﻢُﺛ
َِﯾﻦﺬﱠﻟا
ْﻢُﮭَﻧﻮُﻠَﯾ
“Sebaik-baik manusia adalah yang hidup pada masaku, kemudian manusia yang
hidup pada masa berikutnya, kemudian manusia yang hidup pada masa berikutnya.”
(HR. Bukhari (2652), Muslim (2533))
Sebagai seorang Muslim, kita hendaknya mengikuti jejak salafus shalih.
Sebab mereka adalah golongan orang-orang yang beriman kepada Allah dan Rasul-
Nya. Mereka banyak membantu Rasulullah dengan harta benda dan jiwa raganya
dalam menyebarkan Agama Allah SWT.
B. Generasi Sahabat Nabi
“Jika ada orang bisa bertemu Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam di luar
mimpi, tentu mereka menjadi sahabat Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam. Mungkin
saja masa sahabat itu terus berlangsung sampai hari kiamat. Dan ini terbantahkan
dengan adanya banyak orang yang bermimpi ketemu beliau, namun tidak ada satupun
diantara mereka yang mengaku dirinya melihat Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam
di alam sadar.”
Definisi sahabat itu adalah orang yang bertemu Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa
Sallam dalam kondisi beriman kepada beliau dan wafat sebagai muslim. Coba kita
tengok sirah, pasca wafatnya beliau, tidak seorang pun sahabat yang mengaku pernah
bertemu Nabi di alam nyata. Bahkan putrinya, Fatimah az-Zahra, yang amat berduka
25. 23
atas wafatnya ayahandanya, tidak pernah bertemu di alam nyata. Nabi Shallallahu
‘Alaihi wa Sallam wafat pada 12 Rabiul Awal tahun 11 Hijriah, tidak lama kemudian
Fatimah menyusul dan wafat pada 13 Ramadhan tahun 11 Hijriyah.
C. Generasi Tabiin
Secara kebahasaan, tabiin merupakan bentuk jamak dari tabi' artinya yang
mengikuti. Orang-orang atau orang-orang Islam yang pernah berjumpa
dengan sahabat Nabi Muhammad SAW dan meninggal dalam keadaan iman.
Menurut Al-Khatib al Baghdadi (sejarawan dari Baghdad yang hidup pada
abad ke-4 hijriyah), seorang muslim dapat dikatakan sebagai tabiin jika pernah
bersahabat Nabi SAW, jadi bukan sekedar pernah berjumpa saja. Para ulama ahli
hadis membagi generasi tabiin ini dalam beberapa tingkatan (tabaqat) berdasarkan
kualitas sahabat yang pernah dijumpainya.
Ibnu Sa'ad, misalnya, mengelompokkan tabiin dalam 4 tabaqat, sedangkan
Al-Hakim mengelompokannya dalam 15 tabaqat. pengelompokkan tabaqat tabiin
sangat relatif dan lebih sulit serta berbeda pengelompokkan tabaqat sahabat yang
didasarkan atas keikut sertaannya pada peristiwa peristiwa penting yang dialami
Rasulullah SAW.
Untuk tabaqat pertama, para ulama sepakat memberi batasan bahwa mereka
adalah tabi'in yang pernah berjumpa dan bersahabat dengan sepuluh sahabat yang
dijanjikan Rasulullah SAW akan masuk surga. Mereka itu adalah Abu Bakar as-
Siddiq, Umar bin Khattab, Utsman bin Affan, Ali bin Abi Thalib, Sa'id bin Abi
Waqqas, Sa'id bin Zaid bin Amr bin Nufail, Talhah bin Ubaidillah, Zubair bin
Awwam, Abdurrahman bin Auf dan Abu Ubaidah bin al-Jarrah.
Mereka yang dipandang sebagai tabi'in tabaqat pertama di antaranya Abu
Usman an-Nahdi, Qais bin Abbad, Abu Husain bin Munzir, Abu Wa'il dan Abu Raja'
at-Taridi. Tabi'in yang diketahui paling dulu meninggal adalah Abu Zaid Ma'mar bin
Zaid (wafat tahun 30 Hijriyah).
Tabaqat Tabi-in yang paling akhir, menurut pandangan al-Hakim, ialah tabi'in
yang sempat berjumpa atau melihat sahabat paling akhir dan menyaksikan wafatnya
sahabat tersebut (man laqiya akhiras shahabata mautan (siapa yang
26. 24
melihat/menyaksikan paling akhir wafatnya seorang sahabat). Mereka yang termasuk
tabi'in tabaqat terakhir ialah tabi'in yang berjumpa dengan Abu Tufail Amir bin
Wa'ilah di Mekah yang berjumpa dengan as-Saib di Madinah yang berjumpa dengan
Abu Umamah di Syam (Suriah) yang berjumpa dengan Ubaidilah bin Abi Aufa di
Kufah yang berjumpa dengan Anas bin Malik di Basra dan berjumpa dengan
Abdullah az-Zubaidi di Mesir.
Tabi'in yang paling akhir wafatnya ialah Khalaf bin Khalifah (wafat tahun 181
Hijriyah), karena ia sempat berjumpa dengan Abu Tufail di Makkah. Dengan
demikian, periode tabi'in berakhir tahun 181 Hijriyah bersamaan dengan masa
pemerintahan Harun ar-Rasyid (170-194 Hijriyah) dari Bani Abbas.
Di antara tabi'in yang mempunyai peran besar dalam pengembangan ilmu
agama Islam ialah Sa'id bin Musayyab, Nafi' Maula bin Amr, Muhammad bin Sirin,
Ibnu Syihab az-Zuhri, Sa'id bin Zubair al-Asadi al-Kufi dan Nu'man bin Sabit. Sa'id
bin Musayyab lahir pada tahun 15 Hijriyah, tahun kedua pada pemerintahan Khalifah
Umar bin Khattab dan wafat pada tahun 94 Hijriyah. Ayah dan kakeknya adalah
sahabat Nabi Muhammad SAW. Ia terkenal karena kewarakan, kezuhudan dan
keluasan ilmu pengetahuan di bidang hadis dan fikih.
Nafi' Maula bin Amr (wafat 117 Hijriyah) pada mulanya adalah hamba Ibnu
Umar yang mengabdi kepada majikannya selama tiga tahun sebelum dimerdekakan.
Imam Malik bin Anas adalah sahabat dekat Nafi'. Imam Malik berkata, ''Jika aku
menerima hadis dari Nafi' dari Ibnu Umar, aku tidak perlu mendengarnya lagi dari
orang lain.'' Dengan demikian, Imam Malik yakin betul dengan setiap hadis yang
diriwayatkan Nafi'. Ia juga dikenal sebagai rawi (periwayat) hadis dan ulama fikih
Madinah.
Muhammad bin Sirin adalah anak seorang maula (hamba yang kemudian)
dimerdekakan) Anas bin Malik. Ia lahir dua tahun sebelum berakhirnya pemerintahan
Usman bin Affan (32 Hijriyah) dan wafat pada tahun 110 Hijiyah. Ia termasuk ulama
fikih di Madinah di samping rawi hadis yang dipercaya.
27. 25
D. Generasi Tabiut Tabiin
Tabi’ut tabi’in (pengikut Tabi’in) adalah generasi ke-3 muslim sesudah
generasi Tabi’in dan generasi Sahabat Rasulullah saw. Diantara mereka ada yang
merupakan anak dari Tabi’in atau cucu dari Sahabat Rasulullah saw. Menurut definisi
sunni, Tabi’in adalah seorang ulama yang pernah berjumpa dengan minimal seorang
Tabi’in.
Tabi'ut tabi'in atau Atbaut Tabi'in adalah generasi setelah Tabi'in, artinya
pengikut Tabi'in, adalah orang Islam teman sepergaulan dengan para Tabi'in dan tidak
mengalami masa hidup Sahabat Nabi. Tabi'ut tabi'in adalah di antara tiga kurun
generasi terbaik dalam sejarah Islam, setelah Tabi'in dan Shahabat. Tabi'ut tabi'in
disebut juga murid Tabi'in. Menurut banyak literatur Hadis : Tab'ut Tabi'in adalah
orang Islam dewasa yang pernah bertemu atau berguru pada Tabi'in dan sampai
wafatnya beragama Islam. Dan ada juga yang menulis bahwa Tabi'in yang ditemui
harus masih dalam keadaan sehat ingatannya. Karena Tabi'in yang terahir wafat
sekitar 110-120 Hijriah.
Tabi'in sendiri serupa seperti definisi di atas hanya saja mereka bertemu
dengan Sahabat. Sahabat yang terakhir wafat sekitar 80-90 Hijriah.