Dokumen tersebut berisi lima topik utama tentang konsep agama Islam, yaitu: 1) pengertian dan dalil-dalil tentang istidraj; 2) hadits Qudsi tentang hukuman; 3) berita kenabian Nabi Muhammad SAW dalam kitab suci agama lain; 4) Al-Quran sebagai sumber sains dan teknologi; 5) pengertian generasi salafus shalih.
1. 1
KUMPULAN ARTIKEL
1. PENGERTIAN, KONSEP, SERTA DALIL-DALIL TENTANG ISTIDROJ
2. DALIL-DALIL HADITS QUDSI TENTANG HUKUMAN YANG
DISEGERAKAN SEBAGAI BENTUK KASIH SAYANG ALLAH
TERHADAP HAMBANYA., (DALIL, TERJEMAHAN, PENJELASAN,
SERTA CONTOH KASUS).
3. BERITA KENABIAN RASULULLAH SAW YANG DIMUAT DI DALAM
KITAB-KITAB SUCI AGAMA LAIN (Kristen, Hindu, Yahudi, dll)
4. Al-QURÁN SEBAGAI SUMBER SAINS DAN TEKNOLOGI
5. PENGERTIAN DAN ORANG-ORANG SALAFUSSALIH YANG
SESUNGGUHNYA: GENERASI SAHABAT, TABIIN, DAN
TABIITTABIIN)
Disusun sebagai tugas terstruktur Ujian Akhir Semester (UAS) mata kuliah Pendidikan
Agama Islam
Dosen Pengampu:
Dr. Taufiq Ramdani, S.Th.I., M.Sos
Disusun Oleh:
Nama : Widia Aprilia
NIM : L1B021021
Prodi/Kelas : Ilmu Komunikasi/1A
PROGRAM STUDI ILMU KOMUNIKASI
FAKULTAS FISIPOL
UNIVERSITAS MATARAM
2021
2. 2
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI .................................................................................................................. 2
A. Pengertian, Konsep, Serta Dalil-dalil Tentang Istidraj............................................3
B. Dalil, Terjemahan, Penjelasan, Serta Contoh Kasus Hadits Qudsi .......................... 8
C. Berita Kenabian Rrasulullah SAW Yang Dimuat Di Dalam Kitab-kitab Suci
Agama (Kristen, Yahudi, Nasrani, Hindu, dll)........................................................ 15
D. Al-Qu’an Sebagai Sumber Sains dan Teknologi..................................................... 18
E. Generasi Sahabat, Tabiin, Tabiittabiin....................................................................27
DAFTAR PUSTAKA .....................................................................................................37
3. 3
G. Pengertian, Konsep, serta Dalil-dalil tentang Istidraj
1. Pengertian Istidraj
Ibnu Qayim al-Jauziyah melalui tulisannya berkata, bahwasanya Salafusshalih
(ulama Salaf) berkata tentang istidraj yaitu: “seorang hamba yang berbuat maksiat
kepada Allah SWT, namun Allah SWT melimpahkan nikmat kepada hambanya. Maka
semua itu hanyalah kesenangan duniawi yang dinamakan istidraj, maka berhati-hatilah.”
Term istidraj berasal dari kata درجا -يدرج -درج yang berarti tingkat. Di dalam kamus
besar bahasa indonesia (KBBI) istidraj merupakan suatu keadaan atau hal luar biasa
yang diberikan kepada orang kafir sebagai ujian dari Allah SWT sehingga menjadikan
mereka lupa diri dan takabbur kepada Tuhannya, seperti Firaun dan Karun. Ali Hasan
Abi memahami pengertian istidraj melalui tingkat demi tingkat. Menurutnya istidraj
mempunyai dua makna yaitu melintasi sesuatu karena asal katanya الدرج dan bermakna
kemunduran dari tingkat demi tingkat karena berasal dari kata الدرجة.
Di sisi lain ia juga memaknai istidraj dengan dua makna, Pertama: menunjukkan
kepada kebinasaan, dan Kedua, menunjukan kepada kekafiran. Sedangkan secara
terminologi, diartikan oleh Abi Qasim al-Husaini bahwa makna istidraj ialah menarik
manusia tingkat demi tingkat, maksudnya ialah lebih rendah dan hina dari suatu perkara
yang paling hina. permisalan manusia tersebut seperti suatu martabat dan tingkatan
dalam tingkatan ranahnya. Hal ini berarti orang yang mempunyai kedudukan tinggi
akan semakin meninggii. Begitu juga sebaliknya di mana orang yang berkedudukan
rendah akan semakin rendah. Sementara Ibrahim al-Qathan, menjelaskan bahwa makna
istidraj yaitu menyiksa setingkat demi setingkat. Jamaluddin Muhammad berpendapat
senada dengan itu, di mana istidraj juga bisa dimaknai dengan menghukum seseorang
dikit demi sedikit dan lalu akan mendatanginya secara tiba-tiba. Sama halnya dengan
Abi Muhammad ‘Abdullah bin Muslim yang memberi makna istidraj dengan menarik
sedikit demi sedikit tanpa ada aniaya. Adapun Gahsin Hamdun memaknai istirdaj
dengan mendekatkan pada kehancuran melalui kenikmatan dan penangguhan dalam
waktu. Berdasarkan penjelasan tersebut, dapat disimpulkan bahwa kata istidraj semakna
dengan meningkat, setingkat demi setingkat atau setahap demi setahap.
Dengan demikian secara ringkas dapat dipahami bahwa ketika Allah SWT akan
memperkenankan seorang hambanya dari keperluannya dari setiap waktunya sampai
4. 4
akhir hayatnya yang akan digantikan dengan berbagai azab, bala, dan kesusahanan yang
berangsur-angsur di dunia. Seorang hamba yang akan didekatkan azab yang bersangsur-
angsur dan akan dijauhkan dari rahmat oleh Allah SWT. Selain itu kita masih sering
salah dalam memahami antara istidraj dengan nikmat dan azab. Oleh karena itu mari
kita memahami hal tersebut.
ISTIDRAJ ANTARA NIKMAT DAN AZAB
Berdasarkan penjelasan di atas akan terlihat ada sedikit kesamaan antara istidraj
dengan nikmat. “Nikmat merupakan asal kata dari dari
Secara istilah, kata nikmat berarti anugrah pemberian, enak, lezat. Sedangkan
mensyukuri nikmat dari Allah SWT, maksudnya ialah berterima kasih kepada-Nya. .
Nikmat Allah pada umat manusia banyak dan beragam jenisnya, semisal : yang bersifat
jasmani, rohani, ada juga terdapat dalam diri manusia sendiri dan ada di luar diri
manusia. Istidraj merupakan Sunnatullah yang diperuntukkan bagi orang yang dzalim
atau kafir, berbuat dosa, membangkang, dan tidak mau bertaubat kepada Allah SWT. Di
sisi lain istidraj juga merupakan sebuah ujian yang diberikan kepada hambanya yang
beriman dalam bentuk ujian kesabaran. Apakah seorang hamba tersebut akan jatuh
dalam istidraj atau masih akan tetap yakin dengan keimanannya kepada Allah SWT.
Seluruh pemberian anugrah, kenikmatan, dan kesenangan yang didapat oleh manusia
dapat berubah menjadi istidraj, karena istidraj dapat terjadi dalam bentuk apa pun untuk
menguji keimanan manusia. Perbedaan antara istidraj dan nikmat sebagai berikut:
a. Semua limpahan harta, kesenangan dan kenikmatan duniawi yang dirasakan oleh
non-muslim adalah semata kemurahan Allah sebagai khaliq, dan akan menjadi
istidraj jika manusia tersebut masih dalam kekafirannya.
b. Kesenangan, keinginan, dan kenimatan duniawi bagi seorang muslim merupakan
karunia sekaligus juga dapat berupa sebuah ujian
c. Bila ia muslim akan tetapi jiwanya tidak kuat dan bahkan kemudian menjadi lalai
dan lupa diri serta tidak bersyukur, sehingga menjauhkan dirinya dari Allah.
Ciri-ciri istidraj sebagai berikut :
a. Keimanan dan ibadahnya semakin menurun namun kesenangannya makin Allah
tambah dan berlimpah.
5. 5
b. Kesuksekan yang berjalan dengan mudah padahal ia melakukan kemaksiatan terus
menerus.
c. Harta yang semakin melimpah padahal ia pun semakin kikir.
d. Sangat jarang atau bahkan tidak pernah merasakan sakit padahal menjalani pola
hidup yang kurang sehat.
e. Semakin sombong namun harta semakin melimpah.
2. Konsep Istidraj
Mengenai pembahasan istidraj banyak masyarakat yang awam, istidraj adalah
hal yang masih banyak membuat seseorang tidak sadar dengan kesesatan dan azab yang
diberikan oleh Allah SWT berupa kelancaran urusan di dunia secara sesaat,
melimpahnya rezeki, dan nikmat yang tidak terhingga padahal kelancaran tersebut
hanya menyesatkan manusia yang dzalim. Nikmat yang tidak hanya berupa harta, tetapi
juga kesehatan dan lain sebagainya. Oleh karena itu beberapa konsep istidraj menurut
tafsir al-Misbah karya M. Quraish Shihab sebagai berikut:
a. Pertama, Pemberian Allah berupa kemudahan dalam segala urusan dan harta
melimpah.
“Kemudian Kami ganti kesusahan itu dengan kesenangan hingga mereka
bertambah banyak dan mereka berkata: ‘Sesungguhnya nenek moyang kami pun
telah merasakan penderitaan dan kesenangan’. Maka Kami timpakan siksaan
atas mereka dengan tiba-tiba dalam keadaan mereka tidak menyadari.”(QS. Al-
A’raf: 95)
Allah SWT memberikan nikmat bukan hanya berupa kelancaran rizki namun juga
bisa dalam bentuk kemudahan dan kelancaran dalam segala pekerjaan. “Konsep
istidraj pada hakikatnya ialah Allah mengazab hambanya dengan segala
kemudahan, kesenangan dan hal-hal nikmat lainnya sehingga semakin lalai serta
menjauh dari Allah. Banyak orang yang terfitnah dengan diberi kenikmatan dan
dibiarkan tenggelam dalam kenikmatan, sehingga mereka tersesat dari jalan Allah
tanpa sadar”.
b. Kedua, Pemberian kesusahan dan permasalahan dunia yang tiada habisnya.Istidraj
adalah suatu bentuk murkanya Allah terhadap hamba-hambanya yang kufur akan
6. 6
segala kenikmatan yang telah diberikan. Allah akan dengan mudah membinasakan
mereka di akhirat. Namun ada hal yang tidak biasa dan berbeda dalam istidraj,
yaitu Allah memurkai mereka bukan dengan siksa, akan tetapi dengan segala
kemudahan hidup, nikmat dan harta melimpah. Lantaran semua kenikmatan
tersebut Allah membuat mereka lalai dan lebih jauh meninggalkanNya. Namun
disisi lain Allah juga menguji hambanya dengan segala kesusahan hidup dan
permasalahan. Bahkan ditimpakan kepada mereka beberapa penyakit yang dengan
hal-hal tersebut Allah akan melihat apa yang akan mereka kerjakan. Melalui
istidraj, Allah buat mereka sibuk dengan pekerjaan dan masalah dunia yang tiada
habisnya sampai mereka benar-benar lalai dan melupakan Allah serta selalu
menganggap itu benar.
“Dan Kami tidaklah mengutus ke satu negeri seorang nabi pun, kecuali Kami
timpakan penduduknya dengan kesulitan dan penderitaan supaya mereka tunduk
bermohon.” (QS.Al-a’raf:95)
c. Ketiga, Penggantian kesusahan menjadi kemudahan dan kesenangan. Allah
mengganti keadaan mereka berbalik hingga menjadi makmur, hal ini merupakan
cobaan pula bagi mereka. Hal ini sebagaimana yang ditegaskan Allah dalam
firman-Nya:
“Kemudian Kami ganti kesusahan itu dengan kesenangan. Maksudnya, Allah
akan mengubah keadaan mereka, dari sengsara menjadi senang, dari sakit
menjadi sehat, dan dari miskin menjadi kaya, agar mereka bersyukur. Tetapi
ternyata mereka tidak melakukannya.”
“Hal ini berbeda dengan keadaan orang-orang mukmin bila memperoleh
kesenangan dari Allah SWT, manusia akan selalu bersyukur kepada Allah SWT,
dan bila mendapat kesengsaraan mereka akan tetap bersabar. Hal tersebut ialah
suatu keputusan yang akan menjadi kebaikan bagi mereka hambanya. Jika
seorang hamba sedang tertimpa kesengsaraan maka ia akan bersabar, karena sabar
itu baik baginya. Jika memperoleh kesenangan maka hambanya akan selalu
7. 7
bersyukur, karena baginya bersyukur itu baik. Orang mukmin ialah orang yang
mengerti tentang ujian Allah yang sedang ditimpakan kepadanya, baik ujian itu
berupa kesenangan maupun berupa kesengsaraan. Tetapi jika manusia dengan
waktu yang relatif lama ia tidak bertaubat dan bermohon dengan tulus kepada
Allah SWT, maka Allah SWT akan mengulur mereka dan kesusahan tersebut
akan diganti dengan kesenangan sampai bertambah banyaknya harta hingga
keturunannya dan mereka berkata: “Sesungguhnya nenek moyang kami pun telah
merasakan penderitaan dan kesenangan karena memang demikianlah hukum alam,
bukan karena Allah murka kepada kami akibat dosa-dosa kami.”
Dengan demikian, merekapun berlarut dalam kedurhakaan maka sebagai
akibatnya Allah SWT timpakan siksaan atas mereka dengan tiba-tiba sehingga
tidak ada lagi kesempatan buat mereka bertaubat dan memohon.25 Sedemikian
mendadak kedatangan siksa itu sampai-sampai manusia tidak menyadari
datangnya siksaan tersebut. Ayat di atas dapat menggambarkan ucapan para
manusia pendurhaka dari bisikan hati, gejolak jiwa, dan bahkan ucapan lisan
mereka.”
d. Keempat, Penangguhan nikmat di dunia bagi para pendusta ayat-ayat Allah.
“dan orang-orang yang mendustakan ayat-ayat Kami, nanti Kami akan menarik
mereka dengan berangaur-angsur (ke arah kebinasaan), dengan cara yang tidak
mereka ketahui. 183. dan Aku memberi tangguh kepada mereka. Sesungguhnya
rencana-Ku Amat teguh.” (QS. Al-A’raf :182-183)
Sebagaimana kebiasaan al-Qur’an dalam membandingkan sesuatu dengan
lawannya, maka setelah menyebut orang-orang yang mengajak dan menuntun
kepada hak serta menegakkan keadilan. Allah menyatakannya bahwa para
pendusta ayat-ayat Allah baik al-Qur’an, mukjizat para nabi, bukti ke-esaan
maupun kekuasaan Allah yang terhampar, Allah akan tangguhkan mereka dengan
tahap demi tahap dan berangsur-angsur hingga berakhir dengan cara dan arah
yang tidak diketahui ketempat kebinasaan. Allah akan tangguhkan atasnya siksaan
dengan bentuk anugerah kenikmatan yang akan menjadikannya lupa daratan.
Secara lahiriah, sesungguhnya rencana tersebut adalah kenikmatan buat mereka
8. 8
yang lalai tersebut, namun pada hakikatnya tujuan tersebut adalah kebinasaan bagi
mereka dan tidak ada satupun yang dapat membatalkannya.
e. Kelima, Dibukanya pintu kesenagan bagi orang-orang yang lalai
“Maka tatkala mereka melupakan peringatan yang telah diberikan kepada
mereka, Kamipun membukakan semua pintu-pintu kesenangan untuk mereka;
sehingga apabila mereka bergembira dengan apa yang telah diberikan kepada
mereka, Kami siksa mereka dengan sekonyong-konyong, Maka ketika itu mereka
terdiam berputus asa.” (Q.S. Al-An’am : 44)
Siksaan yang menimpa manusia diakibatkan oleh keengganan memohon dan
kelalaian mereka. Allah amat murka terhadap seseorang yang enggan berdoa
karena keengganan berdoa dan bermohon menunjukkan kesombongan sehingga
tidak membutuhkan, yang bertentangan dengan sifat Allah, yang selalu
dibutuhkan dan sifat makhluk yang selalu membutuhkan Allah SWT yaitu al-
Khaliq. Sebagaimana dijelaskan dalam QS. al-Furqon : 77 berikut :
“Katakanlah (kepada orang-orang musyrik): "Tuhanku tidak mengindahkan
kamu, melainkan kalau ada ibadatmu. (Tetapi bagaimana kamu beribadat
kepada-Nya), Padahal kamu sungguh telah mendustakan-Nya? karena itu kelak
(azab) pasti (menimpamu)”.
H. Dalil, Terjemahan, Penejelasan, Serta Contoh Kasus Hadits Qudsi
Hadits menduduki posisi penting dan strategis dalam kajian-kajian keislaman.
Hal ini dikarenakan hadis merupakan sumber hukum kedua setelah Al-Qur’an di dalam
Islam. Namun jika disebut tentang istilah hadis qudsi, belum tentu semua umat muslim
tahu akan pengertian dari hadis ini, bahkan mungkin istilah ini masih asing bagi
sebagian masyarakat awam.
Hadis sendiri dimaknai sebagai ucapan, perbuatan dan sesuatu yang disetujui
oleh Nabi Muhammad Shollallahu Alaihi Wasallam. Hadis qudsi disebut hadis karena
disampaikan oleh Nabi Muhammad Shollallahu ‘alaihi wasallam. Disebut hadis Qudsi
karena dinisbahkan pada kalimat Quddus/Qudsi–salah satu Nama Allah–yang artinya
suci karena hakikat hadis Qudsi bersumber dari Allah Yang Maha Suci (Quddus). Jika
9. 9
maknanya adalah demikian, kemudian timbul pertanyaan apa bedanya hadis qudsi dan
Al-Qur’an bila keduanya sama-sama berasal dari Allah?
Keduanya hadis atau al-Quran–selain ijma’ dan qiyas– merupakan sumber
hukum Islam menurut paham Ahlussunah Waljamaah. Al-Quran disebut wahyu, ada
lagi wahyu Allah tapi tidak boleh disebut al-Quran, yaitu hadis qudsi. Meskipun sama-
sama bersumber dari Allah, namun keduanya tidak memiliki kedudukan yang sama.
Dalam kitab al-Qawaidul Asasiyah fi Ilmi Mustholah al-Hadits halaman 16-19,
Sayid Muhammad bin Alwi al-Maliki al-Hasani menjelaskan;
والحديث لإلله نسبة اإللهي الحديث عليه ويطلق ، والتنزيه الطهارة : هو والقدس ، القدس إلى نسبة القدسي الحديث
وعال جل للرب نسبة الرباني
“Hadis Qudsi adalah hadis yang dinisbahkan pada kata Qudsi. Arti kata Qudsi
adalah suci (ath-thoharoh) dan membersihkan (at-tanzih). Selain disebut hadis Qudsi
juga disebut hadits ilahi dinisbatkan pada Ilah (Allah), dan juga disebut
hadits Robbani dinisbatkan pada Robb (Allah; Penguasa) yang Maha Agung dan
Luhur”.
Syaikh Muhammad Amin al-Kurdi dalam kitab Tanwir al-Qulub halaman 551
menjelaskan;
عنه يعبر فقط باللفظ وإما والمعنى باللفظ إما منام أو بالهام بل غالبا الملك واسطة بغير عليه أنزل القدسي والحديث
هللا صلى النبي
لإلعجاز وال بتالوته للتعبد ال تعالى اليه ينسبه و عنده من بألفاظ سلم و عليه .
“Hadis Qudsi adalah wahyu yang di turunkan kepada Nabi Muhammad dengan
tanpa perantara malaikat melainkan dengan ilham atau mimpi. Ada kalanya hadis Qudsi
itu turun berupa lafadz dan maknanya dan adakalanya lafadznya saja dan kemudian
Nabi sendiri yang mengungkapkan dengan beberapa lafadz dari dirinya sendiri yang di
nisbahkan kepada Allah dan membaca hadis Qudsi tersebut tidak di anggap ibadah dan
juga tidak mengandung mukjizat”. Meski hadis qudsi disebut hadis Ilahi atau juga hadis
Robbani karena bersumber dari Allah Subhanahu Wata’ala, namun hadis Qudsi
bukanlah Al-Qur’an. Tidak boleh menyamakan kedudukan al-Qur’an dengan hadis
10. 10
qudsi.. Dalam kitab at-Tahbir fi Ilmittafsir halaman 39, Imam As-Suyuthi tidak
memasukkan hadis Qudsi kepada pengertian al-Quran.
محمد على بالمنزل فخرج ،منه بسورة لإلعجاز وسلم عليه هللا صلى محمد على المنزل الكالم فهو العرف في وأما
الرباني األحاديث :وباإلعجاز ،الكتب وسائر ،واإلنجيل التوراة :وسلم عليه هللا صلى
الصحيحين كحديث القدسية ة
“Adapun pengertian Al-Qur’an secara ‘uruf (definisi umumnya ulama) adalah
wahyu Allah yang diturunkan kepada Nabi Muhammad Shollallahu ‘alaihi wasallam
yang mempunyai muatan mukjizat dalam setiap satu suratnya. Tidak termasuk pada
definisi al-Quran yang diturunkan kepada Nabi Muhammad adalah kitab Taurat, Injil
dan kitab-kitab yang lain. Tidak termasuk yang mempunyai mukjizat adalah hadis-hadis
yang dinisbahkan (seperti hadis qudsi) kepada Allah yang Suci, sebagaimana hadis
(yang di riwayatkan) Imam Bukhori dan Muslim”. Jumlah hadis Qudsi tidak sebanyak
hadis nabawi yang jumlahnya menurut sebagian ulama lebih dari seratus ribu hadis.
Secara keseluruhan jumlah hadis qudsi masih kisaran ratusan hadis, itupun jika dihitung
dengan redaksi atau riwayat yang diulang-ulang. Ulama berbeda pendapat perihal
kepastian jumlah hadis qudsi. Menurut Imam Ahmah Ibnu Hajar, ulama yang
mensyarahi kitab hadis Araba’in An-Nawaiyah, jumlah hadis qudsi lebih dari 100 hadis.
Imam Al-Munawi dalam kitabnya al-Ithafatu as-Saniyah bi al-Ahaditsi al-
Qudsiyah menyebutkan jumlah hadis qudsi sebanyak 272 hadis. Sebagian ulama lain
mengatakan bahwa jumlah hadis qudsi sebanyak 100 hadis atau lebih sedikit. Terlepas
dari perbedaan ulama dalam mendefinisikan jumlah hadis qudsi dan jumlahnya, berikut
adalah contoh-contoh hadis qudsi yang sering kita dengar:
a. :َالَق َمهلَسَو ِهْيَلَع ُ ه
َّللا ىهلَص ِ ه
َّللا َُولسَر هنَأ ،ُهْنَع ُ ه
َّللا َي ِ
ض َر َة َْري َُره يِبَأ ْنَع
”
ِْقفْنُأ ،َمَدآ َنْبا اَي ِْقفْنَأ :ُ ه
َّللا َلاَق
َْكيَلَع
“Diriwayatkan dari Abi Hurairah Radhiyallahu ‘Anhu sesungguhnya Rasulullah
shollallahu’alaihi wasallam bersabda, “Allah Subhanahu wa ta’ala berfirman,
berinfaklah wahai anak adam, (jika kamu berbuat demikian) Aku memberi infak
kepada kalian”. (HR. Bukhari dan Muslim).
Kandungan Isi Hadits:
11. 11
Himbauan dari Allah bahwa memberi nafkah itu wajib kepada setiap seseorang
yang mempunyai tangguan.
Orang yang berada di dalam tanggungan diantaranya adalah istri, anak, dan
sanak saudara atau anak angkat yang belum atau tidak bisa hidup mandiri.
Allah akan membalas harta yang diinfakkan sesorang sesuai dengan
keikhlasaanya.
Allah enggan memberi nafakah (rizki) kepada seseorang yang enggan
menginfakkan hartanya dijalan Allah.
Allah Maha Kuuasa untuk melebihkan pemberian nikmat kepada yang Dia
kehendaki ataupun menahannya untuk diberikan di akhirat.
Contoh Kasus:
Mengeluarkan infaq untuk membantu biaya pembangunan Masjid.
Mengeluarkan infaq pada kotak amal masjid.
Mengeluarkan infaq untuk membantu saudara-saudara kita yang ada di
Palestina.
b. : َمهلَس َو ِهْيَلَع ُ ه
َّللا ىهلَص ُّيِبهنال َلاَق :َالَق ُهْنَع ُ ه
َّللا َي ِ
ض َر َة َْري َُره يِبَأ ْنَع
“
ِيدْبَع ِِّنَظ َدْنِع َانَأ :ىَلاَعَت ُ ه
َّللا ُلوُقَي
ِين ََركَذ اَذِإ ُهَعَم َانَأ َو ،يِب..”
Diriwayatkan dari Abu Hurairah radiyallahu ‘anhu beliau berkata, telah bersabda
Rasulullah shollallahu’alaihi wasallam, “Telah berfirman Allah Subhanahu wa
ta’ala, ‘Aku adalah sebagaimana prasangka hambaku kepadaku, dan Aku
bersamanya ketika dia mengingatku..” (HR. Bukhori dan Muslim).
Penjelasan tentang hadits diatas:
12. 12
Maksud dari kalimat “Aku bersamanya ketika dia mengingatku” adalah ketika
kita mengingat Allah baik dalam keadaan sendiri (sepi), banyak orang (ramai),
sedih,senang, susah dan kita mengingat Allah dengan berzikir maka Allah juga
mengingat kita dan membalas apa yang kita lakukan.
Maksud dari kalimat “Aku adalah sebagaimana prasangka hambaku
kepadaku.” Sebagian ulama mengatakan bahwa maknanya adalah Allah akan
memberi ampunn jika hambanya meminta ampunan.Allah akan menerima taubat
jika hamba bertaubat. Allah akan mengabulkan doa jika hamba meminta. Allah
akan beri kecukupan jika hamba meminta kecukupan. Ulama lainnya berkata
maknanya adalah berharap pada Allah (raja)dan meminta ampunannya” (Sarh
Shahih Muslim, 17:3).
Contoh Kasus:
Ketika kita sedang berada dalam keadaan sedih, kita harus berusaha untuk
jangan terlarut dalam kesedihan leboh baik kita melampiaskan kesedihan yang
kita alamai dengan mengingat Allah SWT, yang dimana ketika kita mengingat
Allah pasti Allah juga mengingat kita dan membalas apa yang kita lakukan dan
ucapkan.
Kita harus senantiasa husnuzon terhadap Allah SWT, ketika kita berdoa dan
memiliki keinginan dalam doa kita maka kita harus yakin bahwa Allah akan
mengabulkannya dan jika tidak terkabul kita harus yakin bahwa Allah pasti akan
menggantinya dengan hal yang jauh lebih baik dari apa yang kita minta, karena
sesuai dengan hadits Qudsi yang mengatakan bahwa “Aku adalah sebagaimana
prasangka hambaku kepadaku”.
c. َع ُ ه
َّللا َي ِ
ض َر ٍ
هاسبَع ِْنبا ْنَع
:َلاَق ،هلَجَو هزَع ِهِِّب َر ْنَع يِو ْرَي اَمِيف ،َمهلَسَو ِهْيَلَع ُ ه
َّللا ىهلَص ِِّيِبهنال ْنَع ،اَمُهْن
“
َ ه
َّللا هنِإ
ُهَل ُ ه
َّللا اَهَبَتَك ،اَهْلَمْعَي ْمَلَف ٍةَنَسَحِب همَه ْنَمَف :َِكلَذ َهنيَب همُث ،ِتَائِِّيهسال َو ِتَانَسَحْال ََبتَك
َدْنِع
اَهِب همَه َُوه ْنِإَف ،ًةَلِامَك ًةَنَسَح ُه
ْنَم َو ،ٍة َِيرثَك ٍافَعْضَأ ىَلِإ ،ٍْفع ِ
ض ِةَئِامِعْبَس ىَلِإ ،ٍتَانَسَح َرْشَع ُهَدْنِع ُهَل ُ ه
َّللا اَهَبَتَك ،اَهَلِمَعَف
اَهَبَتَك ،اَهْلَمْعَي ْمَلَف ٍةَئِِّيَسِب همَه
ِمَاك ًةَنَسَح ُهَدْنِع ُهَل ُ ه
َّللا
ًةَد ِاحَو ًةَئِِّيَس ُهَل ُ ه
َّللا اَهَبَتَك ،اَهَلِمَعَف اَهِب همَه َُوه ْنِإَف ،ًةَل ”
13. 13
“Diriwayatkan oleh Ibn ‘Abbas radiyallahu ‘anhuma, dari Nabi Muhammad
Shollallahu’alaihi wasallam, Sesungguhnya Allah menulis semua kebaikan dan
keburukan. Barangsiapa berkeinginan berbuat kebaikan, lalu dia tidak melakukannya,
Allah menulis di sisi-Nya pahala satu kebaikan sempurna untuknya. Jika dia
berkeinginan berbuat kebaikan, lalu dia melakukannya, Allah menulis pahala sepuluh
kebaikan sampai 700 kali, sampai berkali lipat banyaknya. Barangsiapa berkeinginan
berbuat keburukan, lalu dia tidak melakukannya, Allah menulis di sisi-Nya pahala satu
kebaikan sempurna untuknya. Jika dia berkeinginan berbuat keburukan, lalu dia
melakukannya, Allah menulis satu keburukan saja. (HR. Bukhari dan Muslim).
Penjelasan tentang Hadits diatas adalah:
Segala kebaikan dan keburukan yang kita lakukan Allah SWT menegtahuinya.
Ketika kita memiliki niat untuk melakukan kebaikan tapi kita tidak
melakukannya kita mendapat satu kebaikan sempurna. Sedangkan ketika kita
melakukannya maka kita mendapat 10-700 kali kebaikan dari Allah SWT.
Ketika kita memiliki niat untuk melakukan keburukan dan tidak melakukannya
kita mendapat satu pahala sempurna dan jika kita melakukan keburukan yang
kita niatkan tadi maka kita mendapat satu keburukan saja.
Contoh Kasus:
Ketika Aminah berangkat sekolah dia melihat ada seorang pemulung yang
terlihat kelaparan,kemudian terbesit dihatinya ia ingin menolong dengan
memberikan bekal yang dia bawa untuk pemulung tersebut. Aminah hanya
masih berniat untuk memberi namun ia telah memperoleh satu pahala sempurna
dari Allah SWT dan jika dia melakukan niatnya maka dia memperoleh 10-700
kebaikan dari Allah SWT.
Perbedaan Al-Qur’an dengan Hadis Qudsi
Perbedaan Al-Qur’an dengan Hadis Qudsi, selain prosesnya turunnya beda, kedudukan
dan fungsinyapun juga beda;
14. 14
1. Al-Qur’an adalah mukjizat yang terjaga sepanjang masa dari segala pengubahan,
serta lafadznya dan seluruh isinya sampai taraf hurufnya, tersampaikan secara
mutawatir.
2. Al-Qur’an tidak boleh diriwayatkan maknanya saja. Ia harus disampaikan
sebagaimana adanya. Berbeda dengan hadits Qudsi, yang bisa sampai kepada
kita dalam hadis yang diriwayatkan secara makna saja.
3. Dalam madzhab Syafi’i, mushaf Al-Qur’an tidak boleh dipegang dalam keadaan
berhadats kecil, serta tidak boleh dibaca saat berhadats besar. Sedangkan pada
hadis Qudsi, secara hukum, ia boleh dibaca dalam kondisi berhadats.
4. Hadits Qudsi tentu tidak dibaca saat shalat, berbeda dengan ayat Al-Qur’an.
5. Membaca Al-Qur’an, membacanya adalah ibadah, dan setiap huruf mendapat
sepuluh kebaikan, sebagaimana disebutkan dalam banyak hadits.
6. Al-Qur’an adalah sebutan yang memang berasal dari Allah, beserta nama-nama
Al-Qur’an yang lainnya.
7. Al-Qur’an tersusun dalam susunan ayat dan surat yang telah ditentukan.
8. Lafadz dan makna Al-Qur’an sudah diwahyukan secara utuh kepada Nabi
Muhammad, sedangkan lafaz hadits qudsi bisa hanya diriwayatkan oleh para
periwayat secara makna.
Demikian pengetahuan mengenai istilah hadis qudsi, setelah mengetahui
pengertian dan perbedaannya dengan Al-Qur’an, tidak ada alasan bagi tiap muslim
untuk berpaling atau menolak hadits qudsi. Semoga penjelasan ini dapat menambah
ilmu dan manfaat bagi pembacanya.
I. Berita Kenabian Rasulullah SAW Yang Dimuat Di Dalam Kitab-Kitab Suci
Agama (Kristen, Hindu, Yahudi,dll)
1. Berita Kenabian Rasulullah SAW dalam kitab Agama Kristen, Yahudi, Nasrani
Kedatangan Nabi Muhammad SAW sebagai penutup para nabi telah disebutkan
jauh sebelum beliau lahir. Kitab-kitab agama terdahulu dikatakan telah menyebut akan
15. 15
lahirnya Muhammad yang membawa ajaran kenabian dari Allah. Kitab-kitab yang
dimaksud ialah kitab yang pengikutnya dinyatakan Allah di dalam Alquran sebagai Ahli
Kitab atau disebut kitab kaum Yahudi dan Nasrani. Nabi Muhammad juga telah disebut
dalam kitab agama Persia dan Hindu. Seperti dikutip dari buku berjudul "Kelengkapan
Tarikh Nabi Muhammad, Volume 1" oleh Moenawar Khalil, disebutkan bahwa
datangnya Nabi Muhammad SAW kepada umat manusia telah disebutkan dan
dinyatakan dalam kitab Taurat dan Injil. Hal demikian sebagaimana disebutkan dalam
Alquran surah al-A'raaf ayat 157 yang berbunyi, "(Yaitu) orang-orang yang mengikuti
Rasul, Nabi yang ummi yang (namanya) mereka dapati tertulis di dalam Taurat dan
Injil."
Perjanjian Lama dalam bahasa Arab disebut al-‘Ahdu al-Qadim dan dalam bahasa
Belanda disebut Ould Testament, atau yang dianggap sebagai kitab Taurat oleh kaum
Yahudi dan Nasrani. Sedangkan Perjanjian Baru dalam bahasa Arab disebut al-‘Ahdu
al-Jadid dan dalam bahasa Belanda disebut Niew Testament, dan itulah yang dianggap
kitab Injil oleh kaum Nasrani. Perjanjian Lama berisi himpunan kitab suci dari nabi-
nabi sebelum Nabi Isa AS, dan Perjanjian Baru adalah yang berisi himpunan kitab suci
yang dibawa Nabi Isa AS. Di dalam buku tersebut disebutkan beberapa ayat dari kitab-
kitab agama terdahulu, yang menjelaskan tentang akan datangnya Nabi Muhammad
SAW. Buku tersebut mengutip bunyi kalimat bahasa Indonesia dari ayat Bibel, yang
disalin dari Bibel yang diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia yang diterbitkan oleh
Nederlandsch Bibel Genootschap di Amsterdam pada 1916. Salah satunya disebutkan
dalam kitab Ulangan, 18:15, yang berbunyi, "Bahwa seorang Nabi dari antara kamu
dari antara segala saudaramu dan yang seperti aku ini yaitu akan dibangkitkan oleh
Tuhan Allahmu bagi kamu maka dia haruslah kamu dengar."
Di beberapa ayat dalam Kitab Ulangan itu disebutkan akan diutusnya Nabi
Muhammad SAW dengan semua yang dikatakannya membawa atau menyebut Nama
Tuhan dan bukan nama dewa. Nabi Muhammad SAW juga wafat tidak karena dibunuh
orang. Selain itu, apa yang dikatakan oleh Nabi Muhammad tentu terjadi, meski baru
terjadi pada masa beberapa abad sesudah wafatnya dan yang terjadi pada masa
hidupnya.
16. 16
"Bahwa kalau Nabi itu berkata atas Nama Tuhan, lalu barang yang dikatakannya itu
tak jadi atau tak datang, itulah perkataan yang bukan sabda Tuhan, melainkan Nabi itu
berkata dengan angkaranya: jangan kamu takut akan dia." (Ulangan, 18:22).
Kemudian dalam Injil Yahya juga disebutkan ayat yang mengarah pada akan
kedatangan Nabi Muhammad. Seperti dalam Yahya, 14:26, yang berbunyi, "Tetapi
penghibur, yaitu Ruhul Kudus, yang akan disuruh oleh Bapa sebab namaku, yaitu akan
mengajarkan segala perkara itu kepadamu dan mengingatkan kamu segala perkara
yang telah kukatakan kepadamu itu." "Maka sekarang sudah kukatakan kepadamu
sebelum jadinya, supaya apabila ia jadi kelak, boleh kamu percaya" (Yahya, 14:29).
Dari ayat itu dijelaskan, bahwa Nabi Muhammad SAW akan datang dan
diperintah oleh Tuhan dan akan mengajarkan segala perkara kepada manusia. Hal
demikian juga telah dinyatakan dalam Alquran. Kemudian dalam ayat lainnya di Kitab
Injil Yahya, Nabi Muhammad digambarkan sebagai penghibur (Rahul Kudus) dan yang
akan memuliakan Nabi Isa karena ia akan mengambil beberapa keterangan dari apa
yang telah diterangkan oleh Nabi Isa kepada kaumnya. Di dalam Kitab Injil Barnabas,
kedatangan Nabi Muhammad SAW lebih jelas dinyatakan. Barnabas sendiri adalah
nama seorang sahabat atau pembela Nabi Isa. Karenanya, Injil Barnabas ditulisnya
sendiri dari wasiat yang didengarnya dari Nabi Isa AS.
Di dalam kitab itu memberitakan kedatangan Nabi SAW, bahkan dijelaskan pula
tentang peristiwa disalibnya Nabi Isa, bukanlah Nabi Isa yang disalib, melainkan
Yahuda. Injil Barnabas termasuk injil yang kuno, yang tertulis pada abad pertama
Masehi. Dalam ayat di kitab Injil Barnabas, misalnya, disebutkan bahwa saat Nabi Isa
AS memberitahu para hawari (penolong) bahwa beliau akan berpaling meninggalkan
alam. Saat itu, Isa berkata agar hati mereka tidak bergoncang dan tidak takut. Sebab, Isa
bukanlah yang menjadikan mereka, tetapi Allah yang menjadikan dan memelihara
mereka.
"Adapun tentang ketentuan tugasku, sesungguhnya aku datang untuk menyediakan
jalan bagi Rasulullah yang akan datang dengan membawa tugas kelepasan alam ini."
(Barnabas, 72:10)
17. 17
2. Berita Kenabian Rasulullah SAW dalam Kitab Agama Hindu.
Kitab suci umat Hindu terbagi menjadi tiga, yaitu Vedas, Upanishads, and
Puranas. Ketiganya dibedakan berdasarkan umurnya, beberapa menyebutkan kitab
tersebut berasal dari sekitar 4.000 tahun yang lalu. Baru-baru ini telah ditemukan
bahwa Nabi Muhammad SAW disebutkan dalam kitab-kitab tersebut.Salah satu bukti
yang mengejutkan adalah jazirah Maharshi Vyasa yang merupakan tempat suci umat
Hindu, merupakan tanah Arab yang dirusak setan. Kemungkinan hal itu berasal dari
pra-Islam pagan.
Selanjutnya, disebutkan Mahamad, yang diperkirakan maksudnya adalah
Muhammad, dimana dalam kitab tersebut digambarkan sebagai orang yang akan
menuntun orang-orang yang sesat. Dalam kitab itu, disebutkan dia akan disunat,
berjenggot, fasih, dia akan membuat revolusi besar, dia akan mengumumkan panggilan
untuk beribadah, dia akan makan daging hewan halal yang bukan dari babi, dan dia
akan melawan bangsa yang tidak beragama. Kesemua itu mengarah pada ciri-ciri
Rasulullah Muhammad SAW. Bhavishya Purana yang merupakan salah satu Puranas
terpenting, memberikan bukti lain.
Disebutkan bahwa di negeri asing akan ada seorang guru spiritual yang bernama
Muhammad. Dimana dia akan menjadi penghuni Arabia, dia akan mengumpulkan
kekuatan besar untuk melawan atau membunuh iblis dan Allah akan melindunginya dari
lawan-lawannya. Kitab Upanishad, yang merupakan kitab tinggi dari Vedas, dan banyak
digunakan sebagai literatur pelajar Hindu menyebutkan nama nabi Muhammad. Karena
dalam kitab tersebut terdapat pengetahuan yang bersifat ketuhanan yang mengajarkan
bagaimana mendekatkan diri kepada sang Khaliq. Selain itu juga, terdapat bukti penting
yang disebutkan "tidak ada tuhan kecuali Allah", dan itu disebutkan lebih dari sekali.
Disebutkan pula deskripsi untuk Allah, yaitu nama dewa adalah Allah, Dia adalah salah
satu, Raja seluruh dunia, Dia adalah yang Terbesar dari semua, Terbaik, Paling
Sempurna, paling suci dari semua, Memelihara dari seluruh dunia, yang merupakan
pengejawantahan bumi dan ruang, dan Tuhan dari semua ciptaan.
Dia menciptakan matahari, bulan, bintang-bintang, dan langit. Dia Memelihara dari
semua burung, binatang, hewan yang hidup di laut dan mereka yang tidak terlihat oleh
18. 18
mata. Dia adalah Penghapus segala kejahatan dan bencana, dan Muhammad adalah
Rasul Allah.
Dalam Atharva Veda disebutkan 'yang patut dipuji' yang setiap orang harus
memujinya, dan disebutkan namanya Muhammad. Disebutkan pula Muhammad adalah
sosok penunggang unta. Menariknya, hal itu kontras karena nabi Indian dilarang untuk
menunggang unta. Dan nabi Isa disebutkan mengendarai keledai bukan unta. Sehingga
jelaslah yang dimaksud sang pengendara unta adalah Muhammad. Pada mantra ketujuh
menyebutkan ada orang yang akan menuntun semua manusia, dan Muhammad selalu
menegaskan tidak ada pengkhususan yang dituntun, bukan hanya bangsa Israel ataupun
bangsa Arab saja, melainkan seluruh umat.
Kemudian pada Mantra keenam berbicara tentang beberapa orang pemberani yang kalah
tanpa pertempuran dan jumlah lawan mereka adalah 10 ribu. Hal itu bisa menjadi acuan
untuk pertempuran sekutu atau parit yang berlangsung pada masa Nabi Muhammad.
Jumlah orang-orang yang melakukan pengepungan di sekitar Madinah memang 10 ribu,
dan mereka kalah tanpa pertempuran karena Allah mengirimkan badai yang akhirnya
setelah pengepungan panjang, memaksa mereka untuk meninggalkan lokasi.
Selanjutnya, dalam Rig Veda, yang berbicara tentang seseorang yang digambarkan
sebagai jujur dan dapat dipercaya, kuat dan murah hati yang akan menjadi terkenal
dengan 10 ribu. Semua ini adalah karakteristik dari Nabi Muhammad, dan jumlah 10
ribu mungkin dimaksudkan untuk jumlah para sahabat Nabi Muhammad yang masuk
dalam pemenangan Makkah.
J. Al-Qur’an Sebagai Sumber Sains dan Teknologi
Kata sains dan teknologi ibarat dua sisi mata uang yang sulit dipisahkan satu
sama lain. Sains, menurut Baiquni, adalah himpunan pengetahuan manusia tentang alam
yang diperoleh sebagai konsensus para pakar, melalui penyimpulan secara rasional
mengenai hasil-hasil analisis yang kritis terhadap data pengukuran yang diperoleh dari
observasi pada gejala-gejala alam. Sedangkan teknologi adalah himpunan pengetahuan
manusia tentang proses-proses pemanfaatan alam yang diperoleh dari penerapan sains,
dalam kerangka kegiatan yang produktif ekonomis (Baiquni, 1995: 58-60)
19. 19
Pandangan al-Qur’an tentang sains dan teknologi dapat ditelusuri dari
pandangan al-Qur’an tentang ilmu. Al-Qur’an telah meletakkan posisi ilmu pada
tingkatan yang hampir sama dengan iman seperti tercermin dalam surat al-Mujadalah
ayat 11: “… niscaya Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antara kamu
dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat.”
Sedangkan pandangan al-Qur’an tentang sains dan teknologi, dapat diketahui
dari wahyu pertama yang diterima Nabi Muhammad saw.: “Bacalah dengan (menyebut)
nama Tuhanmu Yang Menciptakan. Dia menciptakan manusia dari segumpal darah.
Bacalah dan Tuhanmulah Yang Maha Pemurah. Yang Mengajar (manusia) dengan
perantaraan kalam (tulis baca). Dia Mengajarkan manusia apa yang tidak diketahuinya.”
(QS al-‘Alaq: 1-5) Kata iqra’, menurut Quraish Shihab, diambil dari akar kata yang
berarti menghimpun. Dari menghimpun lahir aneka makna seperti menyampaikan,
menelaah, mendalami, meneliti, mengetahui ciri sesuatu, dan membaca baik yang
tertulis maupun tidak. Sedangkan dari segi obyeknya, perintah iqra’ itu mencakup
segala sesuatu yang dapat dijangkau oleh manusia. (Shihab, 1996:433).
Adapun Penemuan-Penemuan dan kekaguman para Ilmuwan yang penjelasan
dan keberadaanya sudah terlebih dahulu dijelaskan dalam Al-Qur’an:
a. teori Big Bang pada 1929 yang membuka mata rantai antara sains dan ketuhanan.
Tulisan ini akan mengulas bagaimana para ilmuwan Barat menemukan keajaiban
agama, khususnya rasa takjub mereka terhadap Alquran dan Nabi Muhammad
SAW. "Alquran adalah kitab penuh dengan mukjizat, literatur bahasa arab terbaik
dan sesuai dengan sains. Mungkin di masa depan zamannya berbeda lagi. Tidak
seperti sekarang yang seakan kebenaran selalu diukur dengan sains dan teknologi.
Tapi bagaimanapun kondisi masa depan, maka Alquran sebagai firman Tuhan
akan membuktikan kebenaran dirinya," begitu kata cendekiawan Muslim, Dr
Zakir Naik, ketika ditanya oleh Rahul, seorang Hindu dari India mengenai kitab
agama mana yang paling ilmiah. (Transkripsi video dari Youtube oleh Baitul
Maqdis, 2015).
20. 20
Uangkapan Zakir Naik tersebut sesuai dengan firman Allah SWT dalam Alquran.
“Sesungguhnya Kami telah menurunkan Alquran, dan sesungguhnya Kami benar-
benar memeliharanya”. (Qs: Al-Hijr: 9).
b. Seorang Direktur Gunma Astronomical Observatory, mantan direktur National
Astronomical Observatory of Japan. Dia menghabiskan hampir separuh hidupnya
untuk meneliti dinamika langit hingga dikenal sebagai Mekanisme Kozai.
Mekanisme ini menggambarkan titik orbit asteroid, yang sekarang digunakan
dalam studi tabrakan galaksi dan exoplanets. Dalam pengamatannya terhadap
pembentukan bintang, dia berasumsi bahwa bintang terbentuk dari asap. Asap
berkumpul di bagian luar yang terlihat kemerah-merahan sebagai awal dari
kumpulan panas. Asap yang berkumpul dengan kepadatannya yang tinggi
menghasilkan sinar. Karena itu, bintang yang bersinar seperti yang kita lihat
sekarang terbentuk dari asap yang menghiasi alam semesta. Para ilmuan lain
menyatakan itu adalah asap yang berkabut. Namun Kozai mengatakan kabut
tidaklah cocok untuk menggambarkan asap tersebut, sebab kabut memiliki sifat
dingin yang khas dingin, sedangkan asap kosmis agak panas. Bertemulah Kozai
dengan Sheikh Abdul-Majeed A. Zindani yang menyajikan sejumlah ayat Alquran
yang menjelaskan awal mula alam semesta dan langit, serta hubungan bumi dan
langit.
"Kemudian Dia menuju kepada penciptaan langit dan langit itu masih merupakan
asap, lalu Dia berkata kepadanya dan kepada bumi: Datanglah kamu: Keduanya
menuruti perintah-Ku dengan suka hati atau terpaksa, keduanya menjawab: Kami
datang dengan suka hati." (QS Fushshilat: 11).
Ayat itu membuat Kozai heran sekaligus takjub, apalagi setelah mengatahui
bahwa Alquran diturunkan pada 1400 tahun yang lalu. Menurut dia, Alquran
menggambarkan alam semesta seperti yang terlihat dari titik pengamatan
tertinggi. "Saya sangat terkesan dengan menemukan fakta-fakta astronomi yang
benar dalam Alquran, dan bagi kami para astronom modern yang telah
mempelajari potongan-potongan yang sangat kecil dari semesta. Kami telah
memusatkan upaya kami untuk memahami bagian yang sangat kecil. Karena
dengan menggunakan teleskop, kita dapat melihat hanya sedikit bagian dari langit
tanpa berpikir tentang seluruh alam semesta. Jadi, dengan membaca Alquran dan
21. 21
dengan menjawab pertanyaan-pertanyaan, saya pikir saya dapat menemukan jalan
masa depan saya untuk investigasi alam semesta," kata Kozai. Karena itu, Kozai
percaya bahwa Alquran tidak mungkin bersal dari manusia, tapi sang pencipta.
Profesor itu kemudian memusatkan penelitiannya berdasarkan sumber Alquran.
c. Dia adalah ahli Anatomi, Profesor of Pediatrics and Child Health, dan Profesor
Obstetri, Ginekologi, dan Ilmu Reproduksi di Universitas Manitoba, Winnipeg,
Manitoba, Kanada. Di sana, ia menjadi Ketua Departemen Anatomi selama 16
tahun. Persaud sangat terkenal di bidangnya. Dia adalah penulis atau editor dari
22 buku dan menerbitkan lebih dari 180 karya ilmiah. Pada tahun 1991, ia
menerima penghargaan paling terkemuka di bidang anatomi di Kanada, the JCB
Grant Award from the Canadian Association of Anatomists.
Uniknya, Profesor Persaud memasukan beberapa ayat Alquran dan hadis di
beberapa buku-bukunya. Dia juga kerap mengungkapkan ayat-ayat dan hadis di
beberapa konferensi. Ketika ia ditanya tentang keajaiban ilmiah dalam Alquran
yang telah diteliti. Inilah pernyataan takjub sang profesor tersebut:
"Muhammad hanya orang biasa, dia tidak dapat membaca atau menulis, dia
seorang yang buta huruf, dan kita berbicara mengenai seseorang yang hidup 1200
atau 1300 tahun yang lalu, namun dapat mengeluarkan satu pernyataan tegas
mengenai ilmu pengetahuan alam yang secara ajaib ternyata sesuai dengan ilmu
pengetahuan. Saya pikir ini tidak mungkin bisa disebut kebetulan, terlalu banyak
keakuratan (yang terdapat di dalamnya). Jadi, tidak sulit bagi saya menerima
bahwa ini adalah semacam ilham yang diterimanya yang membuatnya mampu
menyampaikan pernyataan itu.”
d. Dia adalah profesor dan Ketua Departemen Anatomi dan Perkembangan Biologi.
Johnson juga merupakan Direktur Institut Daniel Baugh, Thomas Jefferson
University, Philadelphia, Pennsylvania, USA. Johnson pun telah menulis lebih
dari 200 karya yang telah dipublikasikan. Profesor Johnson mulai tertarik pada
tanda-tanda ilmiah dalam Alquran saat menghadiri Saudi Medical Conference
ketujuh tahun 1982, ketika sebuah komite khusus dibentuk untuk menyelidiki
tanda-tanda ilmiah dalam Alquran dan Hadis. Pada awalnya, Profesor Johnson
tidak menerima bahwa ada ayat-ayat yang menjelaskan tentang perkembangan
biologi dalam Alquran dan Hadis. Tapi setelah diskusi dengan Sheikh Zindani, ia
22. 22
mulai berminat dan berkonsentrasi meneliti terkait tahap internal serta
pengembangan eksternal janin dalam tubuh manusia.
Melalui serangkain penelitian itulah dia berdecak kagum pada apa yang tertulis
pada kitab berumur 1400 tahun yang lalu. “Sebagai ilmuwan, saya hanya
berurusan dengan sesuatu yang secara spesifik dapat saya lihat. Saya bisa
memahami tentang embriologi, tahap perkembangan makhluk hidup, saya dapat
memahami tentang kata-kata yang diterjemahkan kepada saya yang berasal dari
Alquran. Sebagaimana saya telah berikan contoh sebelumnya, seandainya saya
dapat kembali ke masa itu (zaman Nabi Muhammad), dengan pengetahuan yang
saya miliki sekarang, dan saya harus menjelaskan semua itu, saya tetap tidak
dapat menjelaskannya. Saya tidak melihat ada bukti yang kuat yang bisa
digunakan untuk menyangkal konsep bahwa Muhammad telah mendapatkan
informasi ini dari suatu tempat. Jadi saya melihat bahwa sebuah campur tangan
ketuhanan telah menjelaskan hal-hal besar yang kemudian diungkap oleh ilmu
pengetahuan saat ini. Mengingat bahwa dia (Muhammad saw) adalah seorang
yang buta huruf," katanya.
Dia melanjutkan. "Dalam beberapa ayat Alquran, tercantum penggambaran yang
jelas mengenai perkembangan manusia sejak masa tercampurnya Gamet melalui
proses organogenesis. Tidak ada catatan yang lengkap dan jelas tentang
perkembangan manusia, seperti klasifikasi, istilah dan penggambarannya, yang
ada sebelum ini. Secara keseluruhannya, penggambaran (dalam Alquran) ini
mendahului beberapa abad dalam hal penggambaran mengenai berbagai tahap
embrio manusia dan perkembangan janin yang terdapat dalam literatur ilmiah
yang ada.”
e. Dia adalah Presiden American Association of Clinical Anatomi (AACA) pada
1989. Juga seorang ilmuawan Anatomi dan Embriologi dengan puluhan
kedudukan dan gelar kehormatan dalam bidang sains. Dia menulis bersama
profesor Arthur F. Dalley II, Clinically Oriented Anatomy, yang merupakan
literatur berbahasa Inggris paling populer dan menjadi buku kedokteran pegangan
di seluruh dunia.Buku mereka juga digunakan oleh para ilmuwan, dokter,
fisioterapi dan siswa seluruh dunia. Pada tahun 1980, Moore diundang ke Arab
Saudi untuk memberikan kuliah anatomi dan embriologi di Universitas King
23. 23
Abdulaziz. Di sana, Moore didekati oleh Komite Embriologi dari Universitas agar
membantu menafsirkan ayat-ayat tertentu dalam Alquran dan Hadis tentang
reproduksi manusia dan perkembangan embriologi.
Selama tiga tahun bekerja bersama Komite Embriologi tersebut, dia telah
membantu menafsirkan banyak pernyataan dalam Alquran dan Sunnah yang
mengacu pada reproduksi manusia dan perkembangan janin.“Kemudian Kami
menjadikan air mani (yang disimpan) dalam tempat yang kukuh (rahim).
Kemudian air mani itu Kami jadikan alaqoh (sesuatu yang melekat), lalu sesuatu
yang melekat itu Kami jadikan segumpal daging, dan segumpal daging itu Kami
jadikan tulang belulang, lalu tulang belulang itu Kami bungkus dengan daging.
Kemudian Kami menjadikannya mahluk yang (berbentuk) lain. Maha Suci Allah
Pencipta yang paling baik”. (QS. Al Mu’minuun: 13-14).
Sang profesor awalnya mengaku heran dengan akurasi isi surat yang terekam pada
abad ke-7 tersebut, sebelum ilmu embriologi didirikan. “Tidak mungkin ayat ini
ditulis pada tahun 7 Masehi, karena apa yang terkandung di dalam ayat tersebut
adalah fakta ilmiah yang baru diketahui oleh ilmu pengetahuan modern! Ini tidak
mungkin, Muhammad pasti menggunakan mikroskop!,” katanya. Namun, dia
mengatakan ungkapan mikroskop itu hanya candaan. "Saya hanya bercanda, tidak
mungkin Muhammad yang mengarang ayat seperti ini.” Moore mengungkapkan
kebahagiaannya karena telah menemukan kebenaran saat dia membantu
mengklarifikasi isi ayat Alquran tersebut. "Jelas bagi saya bahwa pernyataan
Alquran ini telah diterima Muhammad dari Tuhan atau Allah. Karena semua hal
ini tidak terungkapkan hingga berabad-abad kemudian. Hal ini membuktikan
kepada saya bahwa Muhammad pasti seorang Rasul atau utusan Tuhan atau
Allah.”
f. Dia adalah seorang ahli bedah berkebangsaan Perancis. Ia menjadi terkenal karena
menulis buku tentang Islam, Alquran dan ilmu pengetahuan modern. Berawal
pada 1975, ketika Prancis menawari bantuan kepada Mesir untuk meneliti mumi
Firaun. Bucaille lah yang menjadi pemimpin ahli bedah sekaligus penanggung
jawab utama dalam penelitian tersebut. Ternyata, hasil akhir yang ia peroleh
sangat mengejutkan. Sisa-sisa garam yang melekat pada tubuh sang mumi adalah
24. 24
bukti terbesar bahwa dia telah mati karena tenggelam. Jasadnya segera
dikeluarkan dari laut dan kemudian dibalsem untuk dijadikan mumi agar awet.
Namun penemuan yang dilakukan Bucaille menyisakan pertanyaan: Bagaimana
jasad tersebut bisa terjaga dan lebih baik dari jasad-jasad yang lain, padahal telah
dikeluarkan dari laut. Bucaille pun mengeluarkan laporan akhir yang diyakininya
sebagai penemuan baru dengan judul 'Mumi Firaun; Sebuah Penelitian Medis
Modern', judul aslinya; 'Les Momies des Pharaons et la Midecine'. Saat
menyiapkan laporan akhirnya itu, salah seorang rekannya membisikkan sesuatu di
telinga Bucaille bahwa kaum Muslimin telah lama berbicara tentang
tenggelamnya mumi ini. Dia mengacukannya, tapi cukup membuatnya penasaran.
Dia mulai berpikir dan bertanya-tanya, bagaimana mungkin hal itu bisa terjadi?
Bahkan, mumi tersebut baru ditemukan sekitar tahun 1898, sementara Alquran
telah ada ribuan tahun sebelumnya.
Dari sini, terjadilah diskusi antara dia dengan peneliti dan ilmuwan Muslim. Ia
bertanya tentang kehidupan Musa AS, perbuatan yang dilakukan Firaun dan
pengejarannya terhadap Musa hingga dia tenggelam. Kemudian bagaimana jasad
Firaun diselamatkan dari laut. Dia pun disugukan dengan sebuah ayat yang
mencengangkan. "Maka pada hari ini Kami selamatkan badanmu supaya kamu
dapat menjadi pelajaran bagi orang-orang yang datang sesudahmu dan
sesungguhnya kebanyakan dari manusia lengah dari tanda-tanda kekuasaan
Kami." (QS Yunus: 92). Bucaille tersentuh hingga ia berdiri di hadapan orang-
orang yang hadir. "Sungguh aku masuk Islam dan aku beriman pada Alquran ini".
g. Dia adalah seorang ahli Oceanografer dan penyelam terkemuka dari Perancis pada
era 90-an. Pada suatu hari, ia melakukan eksplorasi di bawah laut dan tiba-tiba
menemui beberapa kumpulan mata air tawar-segar yang sangat sedap rasanya. Air
itu tidak bercampur atau tidak melebur dengan air laut yang asin di sekelilingnya
sehingga seolah-olah ada dinding membran yang membatasi keduanya.Fenomena
ganjil itu mendorongnya untuk mencari tahu penyebab terpisahnya air tawar dari
air asin di tengah-tengah lautan. Sampai pada suatu hari ia bertemu dengan
seorang profesor Muslim dan menceritakan fenomena ganjil itu kepadanya.
Profesor tersebut lalu membeberkan ayat Alquran surat Ar-Rahman ayat 19-20,
yang sering diidentikkan dengan Terusan Suez. "Dia membiarkan dua lautan
25. 25
mengalir yang keduanya kemudian bertemu, antara keduanya ada batas yang
tidak dilampaui masing-masing." Kemudian surat Al-Furqan ayat 53: "Dan
Dialah yang membiarkan dua laut mengalir (berdampingan); yang ini tawar lagi
segar dan yang lain asin lagi pahit; dan Dia jadikan antara keduanya dinding
dan batas yang menghalangi."
Terpesonalah Costeau mendengar ayat-ayat Alquran itu, melebihi kekagumannya
melihat keajaiban pemandangan yang pernah dilihatnya di lautan yang dalam. Dia
mengakui kebenaran Alquran yang berisi firman Allah.
h. Dia adalah seorang pendidik dan pemimpin di Carnegie Mellon University, di
mana dia adalah seorang profesor ilmu biologi. Brown adalah anggota dari
komunitas Carnegie Mellon sejak tahun 1973, ketika ia bergabung dengan
fakultas sebagai asisten profesor ilmu biologi di Mellon College of Science
(MCS). Pada 1981, terbit Journal of Plant Molecular Biologies yang
mengungkapkan hasil penelitian sebuah tim ilmuwan Amerika Serikat yang
dipimpin Profesor William Brown. Itu tentang suara halus yang tidak bisa
didengar oleh telinga biasa (ulstrasonik), yang keluar dari tumbuhan. Suara itu
berulang lebih dari 1.000 kali tiap detiknya. Tim berhasil merekam suara itu
menggunakan alat perekam canggih. Dari alat perekam itu, getaran ultrasonik
kemudian diubah menjadi gelombang elektrik optik yang dapat ditampilkan ke
layar monitor. Dengan teknologi ini, getaran ultrasonik tersebut dapat dibaca dan
dipahami, karena suara yang terekam menjadi terlihat pada layar monitor dalam
bentuk rangkaian garis. Para ilmuwan ini lalu membawa hasil penemuan mereka
ke hadapan tim peneliti Inggris, di mana salah seorangnya adalah peneliti muslim.
Yang mengejutkan, getaran halus ultrasonik yang tertransfer dari alat perekam
menggambarkan garis-garis yang membentuk lafadz Allah dalam layar. Para
ilmuwan Inggris ini lantas terkagum-kagum dengan apa yang mereka saksikan.
Peniliti muslim mengatakan bahwa temuan tersebut sesuai dengan keyakinan
kaum Muslimin sejak 1400 tahun yang lalu. "Bertasbih kepada-Nya langit yang
tujuh, dan bumi (juga), dan segala yang ada di dalamnya. Dan tidak ada suatu
pun melainkan bertasbih dengan memuji-Nya, tetapi kamu tidak mengerti tasbih
mereka. Sesungguhnya Dia adalah Maha Penyantun, lagi Maha Pengampun."
(QS Isra: 44). Setelah menjelaskan tentang Islam dan ayat tersebut, sang peneliti
26. 26
muslim itu memberikan hadiah Alquran dan terjemahanya kepada Profesor
William.
"Dalam hidupku, aku belum pernah menemukan fenomena semacam ini selama
30 tahun menekuni pekerjaan ini, dan tidak ada seorang ilmuwan pun dari mereka
yang melakukan pengkajian yang sanggup menafsirkan apa makna dari fenomena
ini. Begitu pula tidak pernah ditemukan kejadian alam yang bisa menafsirinya.
Akan tetapi, satu-satunya tafsir yang bisa kita temukan adalah dalam Alquran. Hal
ini tidak memberikan pilihan lain buatku selain mengucapkan Syahadatain," kata
William beberapa hari setelah mendapatkan terjemahan Alquran.
i. Banyak yang menganggap Albert Einstein yang lahir dari keluarga Yahudi Jerman
adalah seseorang yang tak mengenal agama. Namun, beberapa catatan
mensyaratkan ilmuwan besar abad 20 dan penemu teori relativitas itu dekat
dengan agama. Melalui surat yang ditujukan kepada temannya, Guy H. Raner Jr.
pada Juli 1945 dan September 1949, Einstein menyatakan dengan gamblang
terkait pemikirannya tentang Tuhan dan agama.
"Dari sudut pandang seorang ateis, itu selalu menyesatkan ketika menggunakan
konsep anthropomorphical dalam menangani hal terluar dari lingkungan manusia.
Analogi yang kekanak-kanakan," bunyi petikan surat Einstein kepada Raner.
Einstein, dalam makalah terakhirnya 'Die Erklarung' (Deklarasi) yang ditulis pada
tahun 1954 di Amerika Serikat dalam bahasa Jerman menelaah teori relativitas
dalam ayat-ayat Alquran dan ucapan Imam Ali bin Abi Thalib dalam kitab Nahjul
Balaghah. Einstein menyebut penjelasan Imam Ali tentang mimpi perjalanan
Mi’raj jasmani Nabi Muhammad ke langit dan alam malaikat yang hanya
dilakukan dalam beberapa detik sebagai penjelasan paling bernilai. Einstain juga
disebut pernah menyurati ulama Iran, Ayatollah Al Udzma Sayid Hossein
Boroujerdi, terkait pandangannya terhadap Islam dan menyatakan ketertarikan
terhadap konsep ajaran agama yang dibawa nabi Muhammad SAW. Hal itu
dilaporkan Radio Israel pada Maret 2014. Laporan tersebut mengutip video dari
Ketua Majelis Ahli Iran, Ayatollah Mahadavi Kani. Ia menjelaskan ketika
Einstein mendengar tentang peristiwa kenaikan Nabi Muhammad, sebuah proses
yang lebih cepat daripada kecepatan cahaya, dia menyadari hal ini merupakan
gerakan relativitas yang sama dengan apa yang Einstein telah pahami.
27. 27
"Einstein berkata, 'ketika saya mendengar tentang kisah Nabi Muhammad dan
tentang Ahlul Bait (keluarga nabi), saya menyadari mereka mengerti hal ini jauh
sebelum kita," kata Kani, mengutip perkataan Einstein.
Namun tidak ada satu bukti autentik yang menyatakan Einstein menerima Islam.
K. Generasi Sahabat, Tabiin, dan Tabiittabiin
1. Sahabat Nabi
Sahabat Nabi (bahasa Arab: النبي أصحاب ,translit. aṣḥāb al-nabī) adalah orang-
orang yang mengenal dan melihat langsung Nabi Muhammad, membantu
perjuangannya dan meninggal dalam keadaan Muslim. Secara terminologi, kata ṣahabat
(صحابة (merupakan bentuk jama'/plural dari kata ṣahabi (صحابي (yang bermakna
membersamai, mendampingi, dan berinteraksi langsung. Para Sahabat yang utama
mempunyai hubungan yang sangat erat dengan Nabi Muhammad, sebab mereka
merupakan penolongnya dan juga merupakan murid dan penerusnya. Bagi dunia Islam
saat ini, sahabat Nabi berperan amat penting, yaitu sebagai jembatan penyampaian hadis
dan sunnah Nabi Muhammad yang mereka riwayatkan.
Kebanyakan ulama secara umum mendefinisikan sahabat Nabi sebagai orang-
orang yang mengenal Nabi Muhammad, mempercayai ajarannya, dan meninggal dalam
keadaan Islam. Dalam bukunya “al-Iṣābah fī Tamyīz al-Ṣaḥābah”, Ibnu Hajar al-
Asqalani (w. 852 H/1449 M) menyampaikan bahwa: "Sahabat ( صحا
بي ,ash-shahabi)
adalah orang yang pernah berjumpa dengan Nabi dalam keadaan beriman kepadanya
dan meninggal dalam keadaan Islam." [1][2][3] Terdapat definisi yang lebih ketat yang
menganggap bahwa hanya mereka yang berhubungan erat dengan Nabi Muhammad saja
yang layak disebut sebagai sahabat Nabi. Dalam kitab “Muqadimmah” karya Ibnu ash-
Shalah (w. 643 H/1245 M), Dikatakan kepada Anas, “Engkau adalah sahabat Rasulullah
dan yang paling terakhir yang masih hidup". Anas menjawab, “Kaum Arab (badui)
masih tersisa, adapun dari sahabat beliau, maka saya adalah orang yang paling akhir
yang masih hidup.” [4][5] Demikian pula ulama tabi'in Said bin al-Musayyib (w. 94
H/715 M) berpendapat bahwa: “Sahabat Nabi adalah mereka yang pernah hidup
bersama Nabi setidaknya selama setahun, dan turut serta dalam beberapa peperangan
28. 28
bersamanya.” [3][4] Sementara Imam an-Nawawi (w. 676 H /1277 M) juga menyatakan
bahwa: “Beberapa ahli hadis berpendapat kehormatan ini (sebagai Sahabat Nabi)
terbatas bagi mereka yang hidup bersamanya (Nabi Muhammad) dalam waktu yang
lama, telah menyumbang (harta untuk perjuangannya), dan mereka yang berhijrah (ke
Madinah) dan aktif menolongnya; dan bukan mereka yang hanya menjumpainya
sewaktu-waktu, misalnya para utusan Arab badui; serta bukan mereka yang bersama
dengannya setelah Pembebasan Mekkah, ketika islam telah menjadi kuat.
Jumlah Sahabat Nabi tidak mungkin bisa dipastikan mengenai jumlah sahabat
Nabi secara tepat karena berbagai faktor seperti perbedaan definisi dan luasnya daerah
persebaran mereka selama hidup, jika kita hanya merujuk pada jumlah sahabat Nabi
yang tercatat dalam berbagai buku biografi karangan Ulama yang membahas mereka
seperti kitab Thabaqat Al-Kabir karya Ibnu Sa'ad, kitab Al-Isti'ab karya Ibnu Abdil Barr
dan Mu'jam as-Shahabah karya Ibnu Qani', maka kita hanya akan mendapati sekitar
2700-an sahabat laki laki dan 380-an sahabat perempuan, sedangkan Imam Al-
Qasthalani dalam kitab al-Mawahib nya menyatakan bahwa jumlah sahabat Nabi ketika
peristiwa Fathu Makkan adalah berjumlah sekitar 7000 orang, lalu dalam peristiwa
perang Tabuk bertambah menjadi 70.000, dan yang terakhir pada peristiwa Haji Wada'
jumlah mereka mencapai sekitar 124.000 orang, wallahu a'lam.
Tingkatan dan Status sahabat nabi merupakan hal penting dalam islam karena
digunakan untuk mengevaluasi keabsahan suatu hadis maupun perbuatan Nabi
Muhammad yang diriwayatkan oleh mereka.[6] Menurut Al-Hakim an-Naisaburi dalam
karyanya Al-Mustadrak, tingkatan Sahabat terbagi dalam dua belas tingkatan,[7][8]
yaitu:
1. Para Khulafa'ur Rasyidin dan selebihnya dari Sepuluh yang Dijanjikan Surga
ketika masih hidup
2. Para sahabat yang masuk Islam di Makkah sebelum Umar dan mengikuti majelis
Daarul Arqam
3. Para sahabat yang ikut serta berhijrah ke negeri Habasyah
4. Para sahabat Kaum Anshar yang ikut serta dalam Bai'at Aqabah Pertama
5. Para sahabat Kaum Anshar yang ikut serta dalam Bai'at Aqabah Kedua.
29. 29
6. Para sahabat Kaum Muhajirin yang berhijrah sebelum sampainya Nabi
Muhammad di Madinah dari Quba
7. Para sahabat yang ikut serta dalam Perang Badar
8. Para sahabat yang berhijrah antara Perang Badar dan Perjanjian Hudaibiyyah
9. Para sahabat yang ikut serta dalam Baiat Ridwan pada saat ekspedisi
Hudaibiyyah
10. Para sahabat yang masuk Islam dan berhijrah ke Madinah setelah Perjanjian
Hudaibiyyah
11. Para sahabat yang masuk Islam setelah Fathu Makkah
12. Para sahabat anak-anak yang melihat Nabi Muhammad di waktu atau tempat
apapun setelah Fathu Makkah
Terdapat sekelompok Sahabat Nabi yang dipandang lebih tinggi statusnya di
antara kalangan mereka sendiri, yaitu sebagai ulama yang dimintakan fatwanya untuk
berbagai permasalahan yang mereka hadapi. Sahabat Nabi yang memberikan fatwa
diperkirakan ada sekitar 130 orang, laki-laki dan perempuan. Menurut Ibnu Qayyim,
para ulama Sahabat Nabi terbagi sbb:
1. Para sahabat yang banyak berfatwa, yaitu tujuh orang: Umar bin Khattab, Ali bin
Abi Thalib, Abdullah bin Mas'ud, Aisyah Ummul Mukminin, Zaid bin Tsabit,
Abdullah bin Umar, dan Abdullah bin Abbas
2. Para sahabat yang pertengahan dalam berfatwa, antara lain: Abu Bakar, Ummu
Salamah, Anas bin Malik, Abu Sa'id al-Khudri, Abu Hurairah, Utsman bin Affan,
Abdullah bin Amr bin al-Ash, Abdullah bin Zubair, dll.
3. Para sahabat yang sedikit berfatwa, hanya satu-dua masalah, yaitu: Abu Darda,
Abu alYasar, Abu Salamah al-Makhzumi, Abu Ubaidah bin al-Jarrah, Hasan bin
Ali, Husain bin Ali, Nu'man bin Basyir, Ubay bin Ka'ab, Abu Ayyub, Abu
Thalhah, Abu Dzar, Ummu Athiyyah, Shafiyah Ummul Mukminin, Hafshah, dan
Ummu Habibah.
Sahabat Nabi dalam Pandangan Islam
Sahabat dalam Pandangan Ahlu Sunnah Sahabat Nabi dalam Pandangan Islam
Banyak sekali ayat al-Qur'an dan hadist Nabi yang mencatat mengenai keutamaan para
30. 30
sahabat karena mereka merupakan orang-orang yang membela Nabi Muhammad baik
dalam keadaan senang maupun susah, bahkan diantara mereka sudah ada yang
dijaminkan surga melalui lisan Nabi sendiri sewaktu beliau masih hidup yang dikenal
sebagai "Asyarah alMubassyarin bi-l-jannah" (sepuluh orang yang dijanjikan surga),
diantara ayat al-qur'an yang menjelaskan tentang keutamaan mereka yaitu :
"Muhammad adalah utusan Allah dan orang-orang yang bersama dengan dia bersikap
keras terhadap orang-orang kafir, tetapi berkasih sayang sesama mereka. Kamu
melihat mereka rukuk dan sujud mencari karunia Allah dan keridhaan-Nya. Pada
wajah mereka tampak tandatanda bekas sujud. Demikianlah sifat-sifat mereka (yang
diungkapkan) dalam Taurat dan sifat-sifat mereka (yang diungkapkan) dalam Injil,
yaitu seperti benih yang mengeluarkan tunasnya, kemudian tunas itu semakin kuat lalu
menjadi besar dan tegak lurus di atas batangnya; tanaman itu menyenangkan hati
penanam-penanamnya karena Allah hendak menjengkelkan hati orang-orang kafir
(dengan kekuatan orangorang mukmin). Allah menjanjikan kepada orang-orang yang
beriman dan mengerjakan kebajikan di antara mereka, ampunan dan pahala yang
besar". (Q.S. Al-Fath : 29). kemudian ayat lainnya yang menjelaskan ridha Allah atas
mereka : "Orang-orang yang terdahulu lagi yang pertama-tama (masuk Islam) dari
golongan muhajirin dan anshar dan orang-orang yang mengikuti mereka dengan baik,
Allah ridha kepada mereka dan merekapun ridha kepada Allah dan Allah menyediakan
bagi mereka surga-surga yang mengalir sungai-sungai di dalamnya selama-lamanya.
Mereka kekal di dalamnya. Itulah kemenangan yang besar". (Q.S. At-Taubah : 100)
Sedangkan Nabi Muhammad sendiri mewasiatkan kepada kaum muslimin untuk
berhati-hati dalam berucap dan bersikap terhadap para Sahabat Beliau yang tertuang
dalam hadits-nya sebagai berikut: ."Ingatlah Allah ! Ingatlah Allah dalam
memperlakukan para sahabat-ku ! Jangan menjadikan mereka sebagai sasaran (atas
berbagai tuduhan) setelah-ku, maka barangsiapa yang mencintai mereka, niscaya aku
juga mencintainya, dan barangsiapa yang membenci mereka, niscaya aku juga akan
membencinya, dan barangsiapa menyakiti mereka, sungguh ia telah menyakitiku juga,
dan barangsiapa menyakitiku maka ia telah menyakiti Allah, dan barangsiapa menyakiti
Allah, maka ditakutkan jikalau ia akan mendapat siksa.
31. 31
Dan masih banyak dalil dalam al-Qur'an dan as-Sunnah yang menunjukkan keutamaan
mereka baik secara umum maupun secara individu dan kelompok, atas dasar inilah
kalangan Ahlu Sunnah menyimpulkan beberapa kesepakatan mengenai sahabat Nabi
sebagai berikut :
1. Seluruh sahabat Nabi adalah bersifat 'udul (adil dan jujur) dimana tidak boleh kita
membenarkan sebagian perkataan mereka dan mengingkari perkataan sahabat
lainnya, hal ini berimplikasi besar dalam ilmu al-jarh wa at-ta'dil dalam
periwayatan hadits.
2. Para sahabat Nabi tidak pernah disebutkan dalam ayat al-Qur'an, kecuali Allah
telah memuji mereka atas perbuatan dan sikap mereka, atau mengampuni atas
seluruh kesalahan dan kekhilafan mereka tanpa terkecuali.
3. Orang yang didapati mencaci dan menghina salah satu sahabat Nabi, maka
mereka dianggap sebagai seorang zindiq (bahasa arab : زنديق ,(karena mereka telah
mengingkari apa yang termaktub dalam al-Qur'an dan hadits sebagaimana yang
tertulis di atas, bahkan madzhab Hanabilah (Imam Hambali) menyatakan bahwa
mereka yang "hanya" mengingkari sifat shuhbah (pelabelan sahabat) terhadap
salah satu sahabat yang jelas termaktub dalam al-Qur'an seperti Abu Bakar (dalam
kisah hijrah dan singgah dalam gua) sebagai kafir, karena secara tidak langsung
telah mengingkari keabsahan ayat dalam al-Qur'an itu sendiri.
Imam Malik bin Anas juga berpendapat sama mengenai takfir atas orang yang
mengingkari atau bahkan mencaci para sahabat Nabi, karena tertulis dalam surat al-Fath
di atas : "tanaman itu menyenangkan hati penanam-penanamnya karena Allah hendak
menjengkelkan hati orang-orang kafir", sembari beliau berkata : "Maka barangsiapa
yang diresahkan hatinya oleh para Sahabat Nabi maka ia telah kafir".
Sahabat Nabi dalam Pandangan Kelompok Syi'ah
Dari segi definisi, Syi'ah melihat bahwa pelabelan Sahabat (ṣuhbah) hanya bisa
dibenarkan dengan lamanya berhubungan dengan Nabi, meskipun mereka juga tidak
menentukan jangka waktu tertentu. Syi'ah lebih suka menggunakan istilah aṣhab
daripada shahabi karena istilah kedua tersebut dianggap tidak disebutkan dalam al-
32. 32
Qur'an atau as-Sunnah dan tidak ada asal-usulnya dalam bahasa Arab, tetapi istilah
tersebut tetap digunakan meskipun dalam tingkatan kuantitas yang lebih rendah dalam
literatur Syiah. Syiah menghargai status para sahabat, kebajikan, dan dukungan mereka
untuk Nabi, kaum Syiah percaya bahwa para sahabat memang mematuhi manhaj
(aturan) Al-quran dalam evaluasi mereka terhadap status sahabat, namun disisi lain
mereka menyoroti ayat Al-quran yang dianggap diturunkan untuk untuk menyalahkan
dan mencerca mereka di beberapa situasi dan kasus. Tentu saja hal semacam ini ditolak
mentah-mentah dan ditentang oleh kalangan ahli sunnah karena dianggap sembrono
dalam menafsirkan ayat dan riwayat yang shahih menurut syi'ah sendiri secara sepihak.
Kaum syi'ah juga menganggap bahwasanya tidak ada satu ayatpun yang menjamin
kesucian para sahabat karena setiap ayat dan hadits tersebut harus dimaknai secara
terbatas, maka mereka menyatakan bahwa nasib para sahabat tidak ada bedanya dengan
orang-orang setelahnya, dimana jika mereka berbuat baik maka akan dibalas dengan
pahala dan surga, sedang apabila berbuat kesalahan dan dosa maka mereka akan
mendapat ganjaran dan siksa. Selain itu, para ahli ilmu al-Jarh wa at-Ta'dil syi'ah juga
memperlakukan riwayat dari para sahabat sama dengan riwayat dari selain mereka,
berbeda halnya dengan apa yang dipercaya dan dilakukan oleh kalangan ahlu sunnah.
Sebagai tambahan mereka juga memperselisihkan berbagai peristiwa sejarah dalam
islam mengenai sikap para sahabat terhadap Imam Ali bin Abi Thalib -karramallahu
wajhah- yang berimplikasi terhadap lahirnya kelompok yang lebih ekstrim dalam hal
'aqidah (kepercayaan) di kalangan orang Syi'ah.
Para Sahabat yang Terakhir Meninggal:
Sahabat yang terakhir meninggal secara umum (paling akhir) adalah Abu
Thufail yang wafat pada tahun 102 H, adapula yang menyatakan tahun 110 H.
Sahabat dari kalangan Ashabul 'Aqabah (yang ikut Bai'at 'Aqabah) yang
terakhir meninggal adalah Jabir bin Abdullah.
Sahabat dari kalangan Ahlu Badar yang terakhir meninggal adalah Ka'ab bin
'Amr.
33. 33
Sahabat dari kalangan sepuluh orang yang dijanjikan surga yang terakhir
meninggal adalah Sa'ad bin Abi Waqqas.
Sahabat dari kalangan penduduk Makkah yang terakhir meninggal adalah
Abdullah bin Umar.
Sahabat dari kalangan penduduk Madinah yang terakhir meninggal adalah
Sahal bin Sa'ad.
Sahabat dari kalangan penduduk Kufah yang terakhir meninggal adalah
Abdullah bin Abi Aufa.
Sahabat dari kalangan penduduk Basra yang terakhir meninggal adalah Anas
bin Malik.
Sahabat dari kalangan penduduk Mesir yang terakhir meninggal adalah
Abdullah bin Harits bin Juz’
Sahabat dari kalangan penduduk Syam yang terakhir meninggal adalah
Abdullah bin Busr.
Sahabat dari kalanagn penduduk Khurasan yang terakhir meninggal adalah
Buraidah bin Hushaib.
2. Tabiin
Tabiin atau Tabi'in (bahasa Arab: التابعون ,har. 'pengikut' ), adalah orang Islam
awal yang masa hidupnya ketika atau setelah masa hidup Nabi Muhammad namun tidak
mengalami bertemu dengan Nabi Muhammad. Usia mereka rata-rata lebih muda dari
sahabat nabi, bahkan ada yang masih anak-anak atau remaja pada masa sahabat masih
hidup. Tabiin merupakan murid sahabat nabi. Masa tabiin dimulai sejak wafatnya
sahabat nabi terakhir, Abu Thufail al-Laitsi, pada tahun 100 H (735 M) di kota Makkah;
dan berakhir dengan wafatnya Tabiin terakhir, Khalaf bin Khulaifat, pada tahun 181 H
(812 M). Setelah masa tabiin berakhir, maka diteruskan dengan masa tabiut tabiin atau
generasi ketiga umat Islam setelah Nabi Muhammad wafat.
34. 34
Imam Ibnu Hajar al-Asqalani dalam karyanya Taqrib at-Tahdzib membagi para tabiin
menjadi empat tingkatan berdasarkan usia dan sumber periwayatannya, yaitu:
Para tabiin kelompok utama/senior (kibar at-tabi'in), yang telah wafat sekitar
tahun 95 H/713 M. Mereka seangkatan dengan Said bin al-Musayyab (lahir 13 H -
wafat 94 H),
Para tabiin kelompok pertengahan (al-wustha min at-tabi'in), yang telah wafat
sekitar tahun 110 H/728 M. Mereka seangkatan dengan Al-Hasan al-Bashri (lahir
21 H - wafat 110 H) dan Muhammad bin Sirin (lahir 33 H - wafat 110 H)
Para tabiin kelompok muda (shighar at-tabi'in) yang kebanyakan meriwayatkan
hadis dari para tabiin tertua, yang telah wafat sekitar tahun 125 H/742 M. Mereka
seangkatan dengan Qatadah bin Da'amah (lahir 61 H - wafat 118 H) dan Ibnu
Syihab az-Zuhri (lahir 58 H - wafat 124 H),
Para tabiin kelompok termuda yang kemungkinan masih berjumpa dengan para
sahabat nabi dan para tabiin tertua walau tidak meriwayatkan hadis dari sahabat
nabi, yang telah wafat sekitar tahun 150 H/767 M. Mereka seangkatan dengan
Sulaiman bin Mihran alA'masy (lahir 61 H - wafat 148 H).
Mayoritas ulama penulis biografi para periwayat hadis (asma ar-rijal) juga
membagi para tabiin menjadi tiga tingkatan berdasarkan Sahabat Nabi yang menjadi
guru mereka, yaitu:
Para tabiin yang menjadi murid para sahabat yang masuk Islam sebelum peristiwa
Fathu Makkah,
Para tabiin yang menjadi murid para Sahabat yang masuk Islam setelah peristiwa
Fathu Makkah,
Para tabiin yang menjadi murid para Sahabat yang belum berusia dewasa ketika
Nabi Muhammad saw. wafat.
Tokoh Tabiin Ternama:
35. 35
Abdullah bin Muhammad bin al-Hanafiyah
Abubakar bin Abdurrahman
Abu Muslim al-Khaulan
i Abu Hanifah
Abu Ja'far al-Madani
Ahnaf bin Qais
Ali bin Abdullah
Ali bin Husain
'Alqamah bin Qais
Al-Qasim bin Muhammad
Atha bin Abi Rabah
Hammam bin Munabbih, dll.
3. Tabiittabiin (Tabi’ut Tabi’in)
Tabi'ut Tabi'in atau Atbaut Tabi'in (bahasa Arab: تابع التابعين (adalah generasi
setelah Tabi'in, artinya pengikut Tabi'in, adalah orang Islam teman sepergaulan dengan
para Tabi'in dan tidak mengalami masa hidup Sahabat Nabi. Tabi'ut Tabi'in adalah di
antara tiga kurun generasi terbaik dalam sejarah manusia, setelah Tabi'in dan Shahabat.
Tabi'ut Tabi'in disebut juga murid Tabi'in. Menurut banyak literatur Hadis: Tabi'ut
Tabi'in adalah orang Islam dewasa yang pernah bertemu atau berguru pada Tabi'in dan
sampai wafatnya beragama Islam. Dan ada juga yang menulis bahwa Tabi'in yang
ditemui harus masih dalam keadaan sehat ingatannya. Karena Tabi'in yang terakhir
wafat sekitar 110-120 Hijriah.[1] Tabi'in sendiri serupa seperti definisi di atas hanya
saja mereka bertemu dengan Sahabat. Sahabat yang terakhir wafat sekitar 80-90 Hijriah.
Daftar Ulama Tabi’ut Tabi’in
36. 36
Imam-Imam Madzhab yang Mashyur
Abu Hanifah namun dianggap oleh sebagian ulama sebagai Tabi'in, karena dia
bertemu dengan Sahabat Anas bin Malik (jangan bingung dengan Imam Malik
bin Anas) dan meriwayatkan hadis darinya juga dari beberapa shahabat yang
lain.
Malik bin Anas
Muhammad bin Idris Asy-Syafi'i
Ahmad bin Hanbal Sufyan ats-Tsauri (97–161 H
Ulama Tabi’ut Tabi’in lainnya:
Sufyan ats-Tsauri (97–161 H)
Sufyan bin Uyainah (107-198 H)
Al-Auza'i (w. 158 H)
Laits bin Sa'ad
Abdullah bin Al-Mubarak
Waki'
Abdurrahman bin Mahdi
Yahya bin Said Al-Qathan
Yahya bin Ma'in
Ali bin Al-Madini
Agusi bin Al-Mustajabi
37. 37
DAFTAR PUSTAKA
Muzamil, Ali.2020.ISTIDRAJ DALAM AL-QUR’AN MENURUT PENAFSIRAN
M.QURAIH SHIHAB DALAM TAFSIR AL-MISBAH.1:103-112.
As,Syafi'.2020.SAINS DAN TEKNOLOGI DALAM AL-QUR'AN (KAJIAN FILSAFAT
PENDIDIKAN ISLAM).5 (1): 61-65
https://mui.or.id/opini/30451/mengenal-hadis-qudsi-pengertian-dan-perbedaannya-
dengan-al-quran/
https://m.republika.co.id/berita/nshjjs361/masya-allah-nabi-muhammad-dijelaskan-
kitab-suci-hindu
https://griyaalquran.id/tiga-penemuan-ilmiah-ini-telah-terbuktikan-dalam-al-quran/
https://m-republika-co-
id.cdn.ampproject.org/v/s/m.republika.co.id/amp/o6z79y361?amp_js_v=a6&_gsa=
1&usqp=mq331AQKKAFQArABIIACAw%3D%3D#aoh=16338535652055&referrer=
https%3A%2F%2Fwww.google.com&_tf=Dari%20%251%24s&share=https%
3A%2F%2Fwww.republika.co.id%2Fberita%2Fo6z79y361%2F8-ilmuwan-yang-
dikejutkan-oleh-kebenaran-alquran
https://m-kumparan-com.cdn.ampproject.org/v/s/m.kumparan.com/amp/berita-hari-
ini/mengenal-salafus-shalih-generasi-beriman-di-zaman-rasulullah-saw-
1v9CSBn2RFF?amp_js_v=a6&_gsa=1&usqp=mq331AQKKAFQArABIIACAw%
3D%3D#aoh=16338556857197&referrer=https%3A%2F%2Fwww.google.com&_t
f=Dari%20%251%24s&share=https%3A%2F%2Fkumparan.com%2Fberita-hari-
ini%2Fmengenal-salafus-shalih-generasi-beriman-di-zaman-rasulullah-saw-
1v9CSBn2RFF
https://www.pta-padang.go.id/detailpost/ayat-sains-dan-teknologi