1. BAHRUR ROSYIDI | NONDIRECTIVE TEACHING 1
MODEL PEMBELAJARAN
NONDIRECTIVE TEACHING :
COUNSELING METHOD AS A MODEL
Initiators : Carl Rogers https://bahrurrosyididuraisy.wordpress.com/
SKENARIO
John Debro, laki-laki berumur 26 tahun yang berprofesi sebagai pembelajar di
wilayah pinggiran kota Chicago. Ia sedang memperhatikan pebelajar yang bernama Mary
Ann Fortnay. Mary Ann adalah seorang pebelajar yang berkemauan kuat untuk melakukan
tugas literature dan menulis short story dengan sempurna. Namun sayangnya, dia merasa
enggan untuk membagi karyanya dengan anggota kelompok lain dalam kelas dan tidak
pernah berpartisipasi aktif dalam kegiatan pentas seni.
Mr. Denbro mengangap bahwa masalah ini tidak bisa dipaksakan, namun dia tetap
menginginkan Mary Ann dapat menjelaskan mengapa dia merasa enggan untuk mengikuti
pertunjukkan dalam memperlihatkan bakat dan kemampuannya. Mr. Denbro menginginkan
Mary Ann untuk membuat sebuah keputusan untuk berpartisipasi aktif dan membagi
gagasannya pada orang lain.
Pada suatu sore, Mary meminta Mr. Denbro membaca salah satu karyanya dan
memberikan komentar atas karya tersebut.
Mary Ann : Mr.Denbro, bisakah anda membaca karya saya ini?
Denbro : Ok, tentu saja Mary Ann. Apakah ini Cerita pendek yang lain?
Mary Ann : Bukan, beberapa puisi yang saya kerjakan. Saya merasa karya saya
kurang bagus, tapi saya ingin anda memberikan pendapat tetang puisi
ini.
Denbro : Kapan kamu menulis ini semua?
Mary Ann : Dua minggu yang lalu, pada hari Minggu sore
Denbro : Apakah kamu ingat, gagasan apa yang muncul di kepalamu pada saat
mulai menulis puisi?
Mary Ann : Saya merasa sedih saat mengingat kenanganku sebulan yang lalu saat
kita membaca “ The Waste Land.”Saya merasa ada banyak hal yang ingin
dikatakan namun tak bisa diungkapkan dengan cara biasa. Saya suka
kalimat pertama,” April adalah bulan paling menyenangkan, dimana
banyak tumbuh tanaman lilac pada tanah yang sudah mati.
Denbro : Dan perasaan itukah yang kamu tulis disini ?
Mary Ann : Ya, itulah yang saya rasakan saat pertama kali akan menulis.
Denbro : ( membaca beberapa saat kemudian mengalihkan pandangan pada
Mary). Mary Ann, ini benar-benar bagus.
Mary Ann : apa yang menjadi kriteria sebuah puisi dikatakan bagus,Mr. Denbro?
Denbro : Baiklah, ada beberapa jenis penilaian dalam poetry. Ada beberapa
metode yang bersifat teknis dan harus dilakukan dengan ekspresi
2. BAHRUR ROSYIDI | NONDIRECTIVE TEACHING 2
berbeda satu sisi menggunakan metafora dan analogi sedangkan yang
lain menggunakan literature yang lain. Sedangkan metode yang lain erat
kaitannya dengan subjektivitas dan melibatkan kualitas ekspresi,
keindahan kata-kata yang tersusun dalam puisi itu sendiri.
Mary Ann : Saya sangat merasa nyaman saat menulisnya, namun saat membacanya
kembali, puisi saya terkesan ganjil dan seperti orang bodoh.
Denbro : Apa maksudmu?
Mary Ann : Saya tidak tahu. Saya hanya merasa malu jika orang lain melihat puisi
saya.
Denbro : Memalukan?
Mary Ann : Saya benar-benar tidak mengerti. Yang saya tahu jika puisi ini dibaca
keras dengan nyaring di depan kelas, saya akan mati karena malu
Denbro : Apakah kamu benar-benar merasa seisi kelas akan menertawakan
karyamu?
Mary Ann : Oh, jelas…. Karena mereka tidak akan mengerti.
Denbro : Bagaimana dengan cerpenmu? Apa pendapatmu tentang karyamu ya ng
satu ini?
Mary Ann : Anda tahu bahwa saya tak ingin ada orang yang melihat dan membaca
apa yang saya tulis.
Debro : Kamu benar-benar ingin membuangnya sehingga tidak seorangpun yang
akan melihat dan membacanya?
Mary Ann : Ya. Saya pikir begitu. Saya tidak tahu secara jelas, tapi saya yakin kalau
tidak ada seorang pun di kelas yang bisa memahaminya.
Debro : Dapatkah kamu membayangkan akan ada seseorang yang dapat
mengerti karya-karyamu itu?
Mary Ann : Saya tidak tahu. Mungkin tidak ada yang memahaminya disini, tetapi
diluar sana bisa memahami karya-karya saya.
Debro : Bagaimana dengan orang tuamu?
Mary Ann : Oh, mereka sangat menyukai apapun yang saya tulis.
Debro : Baiklah, berarti bertambah menjadi 3 orang. Bagaimana dengan yang
lainnya?
Mary Ann : Saya rasa orang dewasa akan menyenangi karya saya, namun tidak
dengan anak-anak.
Debro : Apakah anak-anak adalah golongan yang berbeda dengan orang dewasa
dalam hal ini?
Mary Ann : Ya, anak-anak tidak terlihat tertarik dengan hal-hal semacam ini. Saya
rasa mereka akan mengacuhkan siapa pun yang menghasilkan suatu
karya.
Debro : Apakah kamu memperkirakan hal ini juga terjadi pada penulis yang
karyanya dibacakan di depan kelas.
Mary Ann : Ya, kadang-kadang memang begitu. Namun saya pikir, mereka akan lebih
banyak menghabiskan waktu untuk menikmati jalan ceritanya, dan bukan
pada penulisnya.
Denbro : Apakah kamu memperkirakan hal ini juga terjadi pada penulis teks yang
karyanya dibacakan di depan kelas?
Mary Ann : Ya, kadang-kadang memang begitu. Namun saya pikir, mereka akan lebih
banyak menghabiskan waktu untuk menikmati jalan ceritanya, dan bukan
pada penulisnya.
Denbro : Ok. Mengapa kamu berpikir mereka tidak akan menyukai apa yang kamu
tulis.
Mary Ann : Saya sama sekali tidak tahu alasannya Mr. Denbro. Saya hanya merasa
3. BAHRUR ROSYIDI | NONDIRECTIVE TEACHING 3
takut ,namun saya hanya bisa pasrah.
Denbro : Ada sesuatu yang menghalangimu?
Mary Ann : Dalam beberapa hal, saya benar-benar ingin tahu apakah orang-orang
akan mengapresiasi apa yang saya tulis. Namun saya tidak tahu
bagaimana melakukannya.
Denbro : Bagaimana jika saya membacakan salah satu cerpen mu tanpa
memberitahukan siapa penulisnya?
Mary Ann : Dapatkah anda berjanji?
Denbro : Tentu saja, saya berjanji. Kemudian, kita akan mendiskusikan bagaiman
tanggapan teman-teman kamu. Kamu akan tahu mereka tidak akan tahu
siapa penulisnya.
Mary Ann : Saya tidak tahu, tapi saya tertarik dengan tawaran anda.
Denbro : Tergantung apa yang akan terjadi, kita akan menyusun strategi tentang
apa yang akan terjadi kemudian.
Mary Ann : Saya rasa Anda benar, saya tidak punya alasan untuk dirugikan.
Denbro : Mary Ann, Saya berharap kita akan selalu begitu saat kamu tidak punya
alasan untuk dirugikan. Namun, selalu ada resiko saat mengumumkan
identitas diri kita sendiri.
Mary Ann : Apa maksud anda dengan mengumumkan identitas diri?
Denbro : Saya harus pergi sekarang – tetapi saya akan memilih salah satu dari
ceritamu untuk dibaca minggu depan, kemudian kita akan membicarakan
apa yang akan terjadi pada Hari Rabu.
Mary Ann : Ok. Dan Anda berjanji tidak akan membuka identitas saya?
Denbro : Saya berjanji. Saya akan bertemu Rabu depan setelah jam sekolah usai.
Mary Ann : Ok. Terimakasih banyak Mr. Denbro. Selamat berakhir pekan.
PENDAHULUAN
Model pengajaran tanpa arahan (The Nondirective Teaching Model) didasarkan pada
karya Carl Rogers dan beberapa ahli lainnya yang sejalan. Rogers memperluas pandangan
pada dunia pendidikan sebagai suatu terapi tentang cara belajar. Dia percaya bahwa
hubungan yang positif antara manusia memungkinkan setiap orang tumbuh, karena itu
pembelajaran harus didasarkan atas konsep hubungan antar manusia seharusnya berbeda
dengan pembelajaran konsep materi subyek. Dalam pandangan pengajaran non directive,
peranan pembelajar adalah fasilitator yang memiliki hubungan sifatnya
pengarahan/bimbingan dengan pebelajar dan yang akan membimbing pertumbuhan dan
perkembangan pebelajar. Dalam peran ini pembelajar berusaha melihat pebelajar seperti
pebelajar melihatnya, menciptakan atmosfir komunikasi empati dimana pengarahan diri
pebelajar dapat dipelihara dan dikembangkan. Dengan menggunakan komentar yang
reflektif, pembelajar memunculkan kesadaran pebelajar mengenai persepsi dan perasaan
mereka, oleh karena itu membantu mereka menjelaskan gagasan-gagasan mereka.
Pembelajar membantu pebelajar mengeksplorasi ide-ide baru tentang hidupnya, tentang
sekolahnya, dan hubungan dengan yang lainnya. Model ini menciptakan lingkungan diman
pembelajar dan pebelajar adalah partner belajar, berbagi ide-ide secara terbuka, dan
berkomunikasi secara jujur satu dengan yang lainnya.
Model non directive mengarahkan/ membimbing pebelajar, bukannya mengontrol urutan
belajar. Penekanan lebih difokuskan pada pengembangan belajar jangka panjang,
pengembangan personaliti yang diarahkan dengan baik dibandingkan dengan pembelajaran
4. BAHRUR ROSYIDI | NONDIRECTIVE TEACHING 4
jangka pendek atau pembelajaran konten obyektif. Pembelajar pada pengajaran
nondirective sangat sabar dan tidak perlu mengorbankan pebelajar dengan pencapaian hasil
yang segera.
ORIENTATION TO THE MODEL
Model non directive memfokuskan pada fasilitas belajar. Lingkungan belajar
diorganisasikan untuk membantu pebelajar mencapai integrasi personal, keefektifan, dan
penilaian diri yang realistis. Menstimulasi, memeriksa, dan mengevaluasi persepsi baru
mengambil peran penting, karena pemeriksaan kembali kebutuhan dan nilai penting untuk
integrasi lingkungan. Dalam hal ini pembelajar mencoba melihat pebelajar sebagaimana
pebelajar memandangnya, menciptakan lingkungan komunikasi yang empati dengan
pengarahan diri secara terbimbing. Tugas pembelajar adalah membantu pebelajar untuk
mengklarifikasi ide-idenya. Pembelajar juga mengarahkan pebelajar dengan penuh
perhatian dan siap membantu pebelajar bila diperlukan. Hubungan pembelajar dan
pebelajar dilukiskan sebagai hubungan kemitraan (partnership)
Pengajaran tanpa arahan adalah proses belajar yang mana pebelajar sebagai pusat
(student-centered). Menurut Rogers, terdapat empat kualitas dalam atmosfir mengajar non
directive:
1. Pembelajar menunjukkan kehangatan dan tanggungjawabnya, menunjukkan
perhatian dan menerima pebelajar sebagai apa adanya.
2. Pembelajar tidak menghakimi atau mencari salah atau benar, melainkan
mengkarakterisasi pada penerimaan setiap perasaan.
3. Pebelajar bebas untuk mengekspresikan perasaannya secara simbolis tetapi tidak
diberi kebebasan untuk mengontrol pembelajar.
4. Hubungan yang terjadi bebas dari paksaan.
5. Setiap tugas pembelajaran dipandang sebagai kesempatan untuk membantu
pebelajar tumbuh sebagai seseorang.
Pendekatan nondirective menyatakan bahwa alat paling efektif untuk membuka
emosi-emosi yang mendasari suatu masalah adalah dengan mengikuti pola perasaan
pebelajar ketika secara bebas diekspresikan. Daripada mengajukan pertanyaan-pertanyaan
langsung untuk tujuan memunculkan perasaan, pembelajar membiarkan pebelajar
mengarahkan arus perasaan dan pikiran. Jika pebelajar mengekspresikan diri mereka
sendiri secara bebas, masalah dan emosi-emosi dasar mereka akan muncul. Proses ini
difasilitasi dengan merefleksikan perasaan-perasaan pebelajar, oleh karena itu membawa
mereka kedalam kesadaran focus yang lebih tajam.
Konseling nondirective memfokuskan pada elemen emosional perilaku. Strategi
nondirective biasanya melihat dua sumber masalah pebelajar, yaitu; 1) perasaan-perasaan
yang ada, 2) persepsi yang menyimpang.
Pembelajar dan pebelajar berbagi tanggung jawab pada saat diskusi atau interview
dilaksanakan, dengan demikian pada saatnya pembelajar harus mengambil alih tanggung
jawab (lead-taking) untuk mengarahkan atau memelihara percakapan atau diskusi.
Pembelajar memimpin pebelajar untuk mulai diskusi, berbicara secara terbuka, dan
memberikan pengarahan pada pebelajar dengan siapa mereka seharusnya dapat
mendiskusikan masalahnya.
Pandangan terhadap pengajaran non directive mengalami beberapa masalah:
5. BAHRUR ROSYIDI | NONDIRECTIVE TEACHING 5
1. Tanggung jawab terbagi
2. Bimbingan tersusun atas serangkaian tanggungjawab yang terjadi dalam urutan yang
tidak dapat diprediksi.
3. Untuk dapat menguasai pengajaran non directive, pembelajar harus belajar prinsip
umum, bekerja untuk meningkatkan sensitivitasnya terhadap yang lain, menguasai
ketrampilan non directive.
4. Latihan membuat kontak dengan pebelajar dan meresponnya, menggunakan
keterampilan yang diturunkan dari teknik bimbingan non directive.
Table 9-1 Respon-respon Tanpa Arahan dalam Hal Wawancara
Respons tidak terarah terhadap
perasaan
Respons memberikan bimbingan
1. Penerimaan yang sederhana
2. Refleksi perasaan
3. Penguraian Materi
1. Menyusun struktur
2. Mengarahkan pertanyaan
3. Meminta pebelajar memilih dan
mengembangkan topik
4. Bimbingan tanpa arahan dan
pertanyaan-pertanyaan terbuka
5. Dorongan untuk berbicara
Table 9-2 Tahapan wawancara dalam Model tanpa arahan
TAHAP PERTAMA:
MENJELASKAN KEADAAN YANG
MEMBUTUHKAN PERTOLONGAN
TAHAP KEDUA:
MENELUSURI MASALAH
Pembelajar mendorong pebelajar
mengungkapkan perasaan dengan bebas
Pebelajar didorong untuk menjabarkan
masalah
Pembelajar menerima dan mengapresiasi
perasaan
TAHAP KETIGA:
MENGEMBANGKAN WAWASAN
TAHAP KEEMPAT:
MERENCANAKAN DAN MEMBUAT
KEPUTUSAN
Pebelajar mendiskusikan masalah
Pembelajar menyemangati siswa
Pebelajar merencanakan urutan pertama
dalam proses pengambilan keputusan
Pembelajar menjelaskan keputusan yang
mungkin diambil
TAHAP KELIMA:
KETERPADUAN
TINDAKAN DILUAR WAWANCARA
Pebelajar mendapat wawasan yang lebih
mendalam dan mengembangkan tindakan
yang lebih positif.
Pembelajar berfungsi sebagai
penyemangat.
Pebelajar mulai melakukan tindakan yang
positif
6. BAHRUR ROSYIDI | NONDIRECTIVE TEACHING 6
THE MODEL
1. Syntax (Struktur Pengajaran)
Meskipun pengajaran tanpa arahan sifatnya fleksibel dan tidak bisa diperkirakan,
Roger menegaskan bahwa wawancara tanpa arahan memiliki beberapa tahapan. Ada 5
tahapan, yaitu:
1. Penjelasan mengenai keadaan yang membutuhkan bantuan.
Tahap ini mencakup serangkaian pernyataan yang memberikan kebebasan pada
pebelajar untuk mengungkapkan perasaan, sebuah persetujuan mengenai fokus
umum dalam wawancara, pernyataan masalah, diskusi mengenai wawancara
tersebut, dan penetapan prosedur tatap muka.
2. Melalui penerimaan pembelajar dan kejelasan masalah, pebelajar didorong untuk
mengungkapkan perasaan positif dan negative serta mengatakan dan menjelaskan
masalah yang ada.
3. Secara bertahap dan perlahan-lahan, pebelajar mulai mengembangkan wawasan
yang dimilikinya; pebelajar merasakan ada makna baru dari pengalaman pribadinya,
melihat adanya sebuah hubungan baru antar sebab dan akibat, serta memahami
makna dibalik tingkah laku yang dirasakannya. Pada kebanyakan situasi, pebelajar
diminta untuk menjelaskan masalah dan mengembangkan wawasan baru mereka
mengenai perasaannya secara bergantian. Kedua aktifitas tersebut sama-sama
diperlukan untuk mencapai kemajuan. Mendiskusikan masalah tanpa adanya
penjelasan mengenai perasaan hanya menunjukkan bahwa pebelajar tersebut
dijauhi.
4. Konsentrasi pebelajar diarahkan untuk perencanaan dan pembuatan keputusan
dengan mengacu pada masalah yang ada. Peran pembelajar pada tahap ini adalah
menjelaskan dan memberikan beberapa alternative/pilihan.
5. Pebelajar melaporkan tindakan yang dilakukannya, mengembangkan wawasan,
serta merencanakan tindakan yang lebih positif, terpadu, dan menunjukkan
kemajuan.
SOCIAL SYSTEM
System social dalam strategi tanpa arahan mengharuskan pembelajar berperan sebagai
fasilitator/reflector dan juga counselor bagi pebelajar. Namun, yang perlu ditekankan adalah
bahwa pebelajar bertanggungjawab pada pengelolaan proses interaksi (kontrol); adanya
pembagian kewenangan antara pebelajar dan pembelajar. Norma-norma dalam konteks ini
menyangkut ekspresi perasaan secara bebas dan kemandirian pikiran serta perilaku.
Reward, diberikan untuk pebelajar, tetapi punishment tidak diterapkan dalam strategi ini.
Rewards dalam wawancara tanpa arahan (nondirective interview) bersifat intrinsik menuntut
penerimaan,empati,dan pemahaman dari pembelajar.
PRINCIPLES OF REACTION
Tugas pebelajar didasarkan pada upaya pembelajar menggiring pebelajar terhadap
prinsip-prinsip respon tanpa arahan. Pembelajar sebisa mungkin memahami pebelajar,
berempati pada kepribadian dan masalah yang dihadapi, dan merespons dengan cara
7. BAHRUR ROSYIDI | NONDIRECTIVE TEACHING 7
membantu siswa menjabarkan masalah dan perasaannya, bertanggungjawab pada tindakan
mereka, dan merencanakan sasaran dan metode dalam mencapai karakteristik pebelajar.
SUPPORT SYSTEM
Sistem dukungan untuk strategi ini beragam sesuai dengan kegunaannya pada
proses wawancara. Pebelajar membutuhkan ruangan khusus yang tenang dan nyaman
untuk melakukan proses pembelajaran secara individual (one-to-one).
APLICATION
Model pengajaran tanpa arahan dapat diterapkan pada situasi permasalahan seperti:
masalah pribadi, social, dan akademik. Untuk masalah pribadi, pebelajar menjelaskan
perasaan mereka mengenai dirinya sendiri. Untuk masalah sosial, pebelajar
mengungkapkan apa yang dirasakannya mengenai hubungannya dengan orang lain dan
mencari tahu bagaimana perasaan dan penilaian terhadap diri sendiri tersebut dapat
mempengaruhi hubungannya dengan orang lain. Untuk masalah akademik , siswa
menjelaskan perasaannya mengenai ketertarikan dan kemampuannya terkait segala hal
dalam dunia akademiknya. Dalam setiap kasus dan permasalahan tersebut, materi
wawancara harus selalu bersifat pribadi dan tidak eksternal; berpusat pada perasaan setiap
individu,pengalaman,wawasan dan solusi.
INSTRUCTIONAL AND NURTURANT EFFECTS
Oleh karena aktifitas tidaklah diarahkan secara detail namun hanya ditentukan oleh
pebelajar, maka pebelajar hanya berhadapan dengan pembelajar dan pebelajar lain,
lingkungan tanpa arahan sangat begantung pada dampak penggiringnya, dengan dampak
pembelajaran yang juga ditentukan oleh kesuksesan dalam membentuk perkembangan diri
yang lebih efektif. Oleh karena itu, model ini bisa dianggap sebagai sebuah pembentukan
secara keseluruhan. Namun, model ini lebih bergantung pada dampak yang dirasakan
dalam lingkungan tanpa arahan dibanding memperhatikan pencapaian isi/materi dan
ketrampilan melalui aktifitas yang dirancang secara khusus.
8. BAHRUR ROSYIDI | NONDIRECTIVE TEACHING 8
PEMBAHASAN
Model pembelajaran tanpa arahan adalah model yang berfokus pada upaya
memfasilitasi kegiatan pembelajaran. Lingkungan belajar diorganisasi sedemikian rupa
untuk membantu pebelajar mengembangkan integritas kepribadian, meningkatkan
efektivitas serta membantu merealisasikan harapanpan atau cita-cita pebelajar. Model ini
didasari asumsi bahwa pebelajar memiliki rasa tanggung jawab terhadap aktivitas
belajarnya, karena keberhasilannya tergantung pada kemauan yang ada di dalam dirinya.
Model ini pada prinsipnya adalah meletakkan peranan pembelajar untuk secara aktif
membangun kerjasama yang diperlukan dan memberikan bantuan yang dibutuhkan pada
saat para pebelajar mencoba memecahkan masalah. Secara prinsip model ini digunakan
dalam berbagai cara. Pertama, sebagai model dasar untuk melaksanakan pendidikan
secara keseluruhan. Kedua, model ini digunakan dengan cara mengkombinasikannya
dengan model lain untuk menjamin bahwa hubungan itu dibuat sendiri oleh para pebelajar.
Ketiga, model ini digunakan pada saat pebelajar merencanakan kegiatan mandiri atau
kelompok. Keempat, model ini dipakai secara periodik pada saat memberikan penyuluhan
kepada para pebelajar, menemukan apa yang sedang mereka pikirkan dan rasakan, dan
membantu mereka memahami apa yang mereka lakukan. Seperti halnya model lain, model
ini telah dipergunakan dalam berbagai situasi dan berbagai mata pelajaran, dan secara
khusus dirancang untuk mengembangkan “selfunderstanding” dan "independence", karena
itu dapat dipakai secara efektif untuk mencapai tujuan yang bersifat sosial dan moral.
Model pembelajaran tanpa arahan dapat dipergunakan untuk berbagai bentuk situasi,
baik personal, sosial maupun akademik. Berkaitan dengan masalah-masalah personal,
setiap individu dapat mengeksplorasi berbagai perasaan tentang dirinya sendiri. Berkenaan
dengan masalah-masalah sosial, pebelajar dapat mengeksplorasi perasaan-perasaan
dirinya dalam kaitannya dengan perasaan orang lain serta berusaha mengkaji bagaimana
perasaan dirinya yang dapat berpengaruh terhadap hubungan dengan orang lain tersebut.
Berkenaan dengan persoalan akademik pebelajar dapat mengeksplorasi perasaannya
berkaitan dengan kompetensi dan minat dirinya. Peran pembelajar adalah memfasilitasi
terjadinya proses belajar didorong oleh kemauan dan rasa tanggung jawab. Dalam keadaan
ini pembelajar harus dapat merespon dan menerima pikiran-pikiran pebelajar, perasaan-
perasaan mereka, dan dapat meyakinkan pebelajar bahwa semua pikiran dan perasaan
mereka diterima oleh pembelajar.
Implementasi model pembelajaran tanpa arahan lebih banyak dilakukan dalam bentuk
interviu tidak langsung yang dilakukan melalui beberapa urutan yang terbagi dalam lima
fase. Fase pertama, membantu pebelajar mendefinisikan situasi. Pada fase ini pembelajar
berupaya mendorong tumbuhnya kebebasan untuk mengekspresikan perasaan pebelajar.
Fase kedua, adalah menemukan masalah. Pada fase ini pebelajar dimotivasi untuk,
mendefinisikan masalah. Pada situasi ini pembelajar berupaya menerima dan memahami
perasaan-perasaan pebelajar. Fase ketiga, mengembangkan pemahaman/pengertian
pebelajar. Pada tahap ini pebelajar difokuskan kegiatannya untuk mendiskusikan masalah,
dan pembelajar berperan memberikan dorongan sehingga tumbuhnya motivasi dan
keterlibatan pebelajar. Fase keempat, merencanakan dan merumuskan keputusan. Pada
tahap ini pebelajar didorong untuk merencanakan bentuk-bentuk keputusan yang akan
diambil dari masalah yang dibahas. pembelajar berperan memberikan klarifikasi tentang
bentuk-bentuk keputusan yang mungkin dapat dirumuskan. Fase kelima, integrasi dimana
para pebelajar mendapatkan pemahaman lebih mendalam dan mengembangkan tindakan-
9. BAHRUR ROSYIDI | NONDIRECTIVE TEACHING 9
tindakan positif. pembelajar berperan memberikan dorongan agar pebelajar memiliki
motivasi di dalam kegiatan tersebut.
DAFTAR PUSTAKA
Joyce, B. & Weil, M. 1980. Models of Teaching (2nd
). USA: Prentice-Hall, Inc.
Joyce, B. dkk. 2009. Models of Teaching (Edisi kedelapan). Yogyakarta: Pustaka Pelajar: