Hasil riset itu menunjukkan hanya 8% karyawan di Indonesia yang
benar-benar memiliki level engagement yang tinggi, komitmen dan
motivasi kuat dengan pekerjaannya. Sisanya, atau 92 % hanya
melakukan pekerjaannya dengan gitu-gitu saja : berangkat, tugas
selesai, pulang, lalu terima gaji di akhir bulan.
Kenapa bisa begitu? Kenapa mayoritas karyawan tidak
memiliki motivasi yang begitu kuat terhadap
pekerjaanya? Ada tiga faktor kunci yang bisa
menjelaskan fakta ini.
Bad Motivator # 1 : Your Salary is Suck. Hampir
selalu faktor rendahnya gaji merupakan faktor yang
acap membuat motivasi karyawan meleleh.
Berdasar temuan riset, siklusnya adalah seperti ini : gaji bagus > lalu
mampu attract dan retain great employees > kemudian produktivitas
kerja meningkat > lalu kinerja bisnis melambung > sehingga profit naik >
akibatnya gaji makin mak nyus.
Siklus yang sebaliknya muram : gaji ya gitu deh > motivasi
kerja karyawan menurun > kreativitas dan produktivitas
menurun > lalu kinerja bisnis nyungsep > lalu profit stagnan
> akibatnya gaji ikut-ukutan stagnan > capek deh.
Bad Motivator 2 # Your Job is Boring. Banyak
karyawan yang mungkin motivasinya layu karena
pekerjaannya monoton, repetitif, membosankan dan
tidak ada tantangan lagi.
Padahal jiwamu hanya akan tumbuh sejalan dengan
pertumbuhan pekerjaanmu. Saat pekerjaanmu mekar dan
menawarkan beragam tantangan yang menarik , jiwamu akan
ikut mekar.
Sebaliknya, jika pekerjaanmu monoton dan
membosankan, pelan-pelan jiwamu akan ikut
stagnan. Gairah pertumbuhan dirimu akan
meredup.
Saat otaknya dipotret dengan alat MRI, karyawan yang pekerjaannya monoton dan
repetitif maka sel sarafnya benar-benar terlihat seperti mati. Layu dalam makna yang
sebenar-benarnya. Itulah kenapa seseorang yang melakukan pekerjaan repetitif dan
monoton, acap merasa otaknya menjadi mandul dan jumud. Mungkin memang karena
sel-sel otaknya layu, tidak bisa mekar dan selalu fresh.