DEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 PENDIDIKAN GURU PENGGERAK
Keselamatan kerja
1. STRESS DI TEMPAT KERJA
Definisi Stres kerja
Istilah stress dikenalkan oleh Canadian Selye setelah perang dunia II digunakan
dalam lapangan ilmu kedokteran. Selye mendifinisikan stress sebagai reaksi organisme
terhadap situasi yang menggancam (Grandjean, 1980).Stress adalah pengalaman yang
bersifat internal yang menciptakan adanyaketidakseimbangan fisik dan psikis dalam
diri seseorang akibat dari faktor lingkungan eksternal, organisasi atau orang lain
(Szilagyi, 2000). Faktor-faktor yang menyebabkan timbulnya stress di dalam
organisasimenurut Minner (1988) dapat dibedakan menjadi dua kategori yaitu faktor
yang bersumber dari luar individu dan dari dalam individu itu sendiri. Sumber stress
yang berasal dari dalam individu itu sendiri disebabkan karena kepribadiannya Tipe
A,adanya kebutuhan, nilai, tujuan, umur dan kondisi kesehatannya saat
sedangmenghadapi stress. Penyebab dari luar individu dibedakan lagi menjadi stress
yang bersumber dari dalam organisasi dan dari luar organisasi. Faktor dari dalam
organisasi dapat darifaktor lingkungan fisik seperti cahaya yang terlalu terang, situasi
yang gaduh dantemperatur yang terlalu panas.
Sumber Stres Kerja
Di tempat kerja faktor penyebab stress kerja ada 6 (enam) kelompok faktor utama
penyebab stres, yaitu:
1. Tuntutan tugas
2. Pengendalian terhadap pegawai, yang berhubungan dengan bagaimana para pegawai
melaksanakan pekerjaannya
3. Dukungan yang didapatkan dari rekan kerja dan pimpinan
4. Hubungan dengan rekan kerja
5. Pemahaman pegawai tentang peran dan tanggung jawab
6. Seberapa jauh instansi tempat bekerja berunding dengan pegawai baru.
Berbagai perubahan kehidupan yang mengharuskan seseorang untuk beradaptasi
dengannya disebut stressor. Kita coba membahas stressor yang berkaitan dengan pekerjaan :
1. Kekaburan peran dan konflik peran
Terjadi bila seseorang dituntut mengerjakan pekerjaan yang bukan menjadi tanggung
jawabnya atau bertentangan dengan nilai-nilai kebudayaan yang dianutnya.
2. Kelebihan beban kerja
Jumlah pekerjan yg terlalu banyak dengan waktu yang sedikit dan dituntut ketepatan
waktu.
2. 3. Beban kerja terlalu sedikit
Beban terlalu sedikit membuat orang bosan dan tidak ada tantangan.
4. Kualitas pekerjaan berlebihan
Stres meningkat pada seseorang yang dipromosikan naik pangkat, tapi ia tidak punya
kepercayaan diri atau pengalam dan keahlian di bidangnya.
5. Tanggungjawab besar
Frekuensi penyakit pembuluh darah lebih tinggi pada kru pengeboran lepas pantai
yang menyadari akibat yang akan timbul terhadap masyarakat dan fasilitas kerja bila
ia melakukan kesalahan.
6. Densitas sosial
Jumlah pekerja yang banyak dalam satu ruangan yang tidak cukup luasnya atau malah
terisolasi dalam ruang tertentu sehingga tidak dapat bergabung dengan kolega akan
mengakibatkan stres yang kronik.
7. Lingkungan pekerjaan
Pekerjaan dengan lingkungan penuh polusi udara dan bunyi sehingga suasana tidak
tenang dan bau dapat menimbulkan stress.
8. Relationship
Hubungan dengan atasan, teman, kelompok dan keluarga yang tidak harmonis juga
dapat menimbulkan stress.
Dampak Stress Kerja
Kolvereid (1982) mengatakan bahwa stres kerja akan berdampak terhadap tiga
hal, yaitu: Kesehatan fisik dan mental, respon perilaku / kognitif, dan organisasional.
a. Kesehatan fisik dan mental
Dalam penelitiannya, Caplan (1970 -1975) menemukan bahwa stres berkorelasi
secara positif terhadap penyakit jantung, kadar kolesterol dalam darah, tekanan darah,
dan detak jantung. Selain itu stres juga berkaitan dengan tingkat asam urat, penyakit
tukak lambung (Cobb & Kasl dalam Kolvereid, 1982), serta kadar gula darah dan
diabetes (Schar, dkk dalam Kolvereid, 1982)
Stres juga memiliki korelasi positif terhadap gangguan/penyakit mental seperti
neuroticism / penyakit urat syaraf, ketegangan, depresi, kejengkelan dan kegelisahan
(House & Rizzo dalam Kolvereid, 1982). Selain itu juga ditemukan hubungan antara
stres dengan rasa percaya diri yang rendah (Behr, dkk dalam Kolvereid, 1982); stres
3. dengan keletihan (Cameron dalam Kolvereid, 1982); stres dengan kebosanan (Caplan,
dkk dalam Kolvereid 1982); stres dengan kebencian (House & Harkins, dalam
Kolvereid, 1982) dan stres dengan sakit kepala (Cherry, dalam Kolvereid, 1982)
b. Respon Perilaku / Kognitif
Kolvereid (1982) membagi respon perilaku / kognitif terhadap stres kedalam dua
kategori, yang pertama adalah respon otonomi, yaitu suatu respon perilaku yang tidak
dapat dikontrol oleh individu contohnya gejala gugup (nervous) seperti tangan gemetar,
tangan berkeringat, menggigit kuku, perubahan mood, kehilangan konsentrasi, sulit
tidur, kehilangan nafsu makan. Dan yang kedua adalah respon adaptif, contohnya
seperti peningkatan konsumsi rokok, minuman beralkohol, penyalahgunaan obat-
obatan bahkan hingga bunuh diri.
Biasanya pekerja atau pegawai yang stres akan menunjukkan perubahan perilaku.
Perubahan perilaku tcrjadi pada diri manusia sebagai usaha mengatasi stres. Usaha
mengatasi stres dapat berupa perilaku melawan stres (flight) atau freeze (berdiam diri).
Dalam kehidupan sehari-hari ketiga reaksi ini biasanya dilakukan secara bergantian,
tergantung situasi dan bentuk stres. Perubahan-perubahan ini di tempat kerja
merupakan gejala-gejala individu yang mengalami stres antara lain (Margiati dalam
Manar, 2008) :
1. Bekerja melewati batas kemampuan,
2. Kelerlambatan dan ketidakhadiran ke tempat kerja yang sering,
3. Kesulitan membuat keputusan,
4. Kelalaian menyelesaikan pekerjaan,
5. Kesulitan berhubungan dengan orang lain,
6. Kerisauan tentang kesalahan yang dibuat,
c. Organisasional
Dampak organisasional yang sering terjadi akibat stres kerja menurut Kolvereid
(1982) adalah turunnya kualitas kinerja, turnover pegawai yang tinggi, tingginya tingkat
ketidakhadiran di tempat kerja serta berkurangnya tingkat kepuasan kerja.
Stres kerja yang dialami oleh pegawai memiliki dampak yang sangat merugikan bagi
perusahaan, dengan tingginya tingkat ketidakhadiran pegawai serta berkurangnya
tingkat kepuasan kerja, maka dapat menyebabkan tingkat kinerja menurun, hal ini
membuat perusahaan tidak produktif untuk menjalankan fungsi utamanya, seperti
mendapatkan profit atau memberi pelayanan kepada masyarakat. Selain itu dengan
tingginya tingkat turnover pegawai, maka aktivitas pekerjaan menjadi terhambat
sehingga perusahaan harus mengeluarkan biaya dan waktu tambahan untuk
mendapatkan dan melatih pegawai baru.
Gejala Stres Kerja
Gejala stress yang timbul ditempat kerja :
• Kepuasan kerja rendah Kinerja yang menurun
• Semangat dan energi menjadi hilang
• Komunikasi tidak lancar
• Pengambilan keputusan jelek
• Kreativitas dan inovasi kurang
• Bergulat pada tugas tugas yang tidak prodiktif
4. Stress menunjukkan gejala-gejalanya dalam sejumlah cara. Gejala-gejala yang muncul
dapat dikategorikan menjadi 3 level yaitu :
1. Gejala Fisiologis Gejala fisiologis menjadi hal yang mendapat perhatian paling
banyak dari paraahli. Hal ini disebabkan karena adanya berbagai topik penelitian
yang dilakukanoleh para spesialis dalam ilmu kedokteran dan kesehatan.
Penelitian ini menujukepada konklusi bahwa stress dapat menciptakan
perubahan-perubahan dalammetabolisme, meningkatkan angka denyut jantung
dan pernafasan, menaikkan tekanan darah, menimbulkan sakit kepala dan
menimbulkan serangan jantung.Hubungan antara stress dengan gejala-gejala
fisik khusus tersebut tidak begitu jelas. Hanya sedikit, kalau ada, yang memiliki
hubungan konsisten (Beehr & Newman, 1978).
2. Gejala Psikologis Stress dapat menimbulkan ketidakpuasan. Stress yang
berhubungan dengan pekerjaan dengan sendirinya dapat menimbulkan
ketidakpuasan kerja.Ketidakpuasan kerja, dalam kenyataannya adalah aspek
psikologis dari stressyang paling sederhana dan jelas. Bukti menunjukkan bahwa
ketika orang ditempatkan dalam pekerjaan yang membuat banyak tuntutan yang
mengandung konflik atau dalam pekerjaan yang kurang jelas tentang kewajiban,
kewenangan dan tanggung jawab karyawan,maka baik stress dan ketidakpuasan
akan meningkat (Cooper & Marshall, 1976).
3. Gejala-gejala stress yang berhubungan dengan perilaku termasuk
perubahan- perubahan dalam produktivitas, absensi dan pindah kerja. Termasuk
perubahandalam kebiasaan makan, lebih sering merokok dan bertambahnya
minum alkohol, bicara menjadi cepat, bertambah gelisah dan adanya gangguan
tidur. Telah cukup banyak penelitian yang menyelidiki hubungan antara stress
dengan kinerja.
Faktor Penyebab Stres Kerja
Faktor dari pekerjaan meliputi adanya konflik peran(memiliki beberapa peran
yang saling bertentangan), tidak jelasnya tugas dan tanggung jawab seseorang, beban
tugas yang melebihi batas kemampuan seseorang,adanya rasa tanggung jawab yang
terlalu tinggi terhadap tugas dan adanya desakanwaktu untuk penyelesaian suatu tugas.
Demikian juga faktor dari kerja kelompok seperti norma-norma yang dianut kelompok
5. yang harus dipatuhi oleh anggotakelompok, kurangnya kekompakan diantara anggota
kelompok dan kurangnyadukungan dari kelompok. Sedangkan faktor organisasi
meliputi kurangnya dukungandari atasan, struktur organisasi yang terlalu birokratis
dan gaya kepemimpinan yangtidak sesuai dengan kondisi dan karakteristik dari
bawahan. Akhirnya faktor karier juga dapat menimbulkan adanya stress yaitu saat-saat
awal dari seseorang memasuki pekerjaannya, karier yang tidak maju dan pemecatan.
Strategi Dan Manajemen Stres Kerja
Dari sudut pandang organisasi, manajemen tidak begitu memperhatikan tingkatstress
dari rendah sampai sedang, karena dapat berakibat fungsional. Tetapi stress yang berat
atau tingkat stress rendah – sedang yang berlangsung lama dapat menuju penurunan
kerja, sehingga membutuhkan tindakan atau intervensi dari manajemen.Pendekatan
yang dapat dilakukan untuk menurunkan tingkat stress dibagi menjadi 2(dua) yaitu :
1. Pendekatan individual
a. Manajemen waktu Prinsip-prinsip yang dianggap terkenal dalam manajemen
waktu adalah sebagai berikut : 1) membuat daftar harian tentang kegiatan-
kegiatan yangharus diselesaikan, 2) memprioritaskan kegiatan-kegiatan atas
dasar kepentingan dan urgensinya, 3) membuat jadwal kegiatan
berdasarkan prioritas yang telah ditetapkan, 4) mengetahui siklus bioritmik diri
sendiridan mengerjakan tugas yang menuntut tenaga dan pikiran pada
saat bioritmik sedang tinggi.
b. Latihan fisik Latihan fisik yang non-kompetititf seperti aerobik, berenang,
bersepeda, jogging telah lama direkomendasikan oleh para dokter sebagai cara
untuk mengatasi berbagai tingkatan stress yang eksesif.
c. Latihan relaksasiLima belas menit atau dua puluh menit sehari melakukan
relaksasi yangdalam dapat melepaskan ketegangan dan memberikan perasaan
penuhkedamaian yang indah. Lebih penting lagi, adanya perubahan
yangsignifikan dalam denyut jantung, tekanan darah, dan faktor-faktor
fisik lainnya merupakan hasil utama dari deep relaxation tersebut.
d. Dukungan sosialMemiliki banyak kawan, keluarga atau teman sekerja untuk
teman berbicaradapat memberikan jalan keluar ketika tingkat stress menjadi
eksesif.Dukungan sosial dapat memoderatkan akibat dari hubungan stress-
6. kerja,sehingga stress di tempat kerja yang berat pun tidak dapat
meruntuhkanseseorang.
e. Konseling karyawanKonseling adalah diskusi sebuah problem yang biasanya
memiliki unsur emosional dengan seorang karyawan supaya dapat membantu
mengatasiemosinya dengan lebih baik (Cairo, 1983). Konseling dapat dilakukan
baik oleh para profesional maupun non-profesional. Konseling ini
biasanya bersifat rahasia. Para karyawan dapat merasa bebas untuk berbicara
terbukatentang problem yang dihadapi.
2. Pendekatan organisasi
a. Seleksi dan penempatanTerdapat beberapa pekerjaan yang lebih menimbulkan
stress daripada pekerjaan lainnya respon orang terhadap stress pun berbeda
antara satu orangdengan orang lainnya. Sehingga manajemen tidak boleh
membatasi satu pekerjaan hanya oleh orang yang berpengalaman saja, tetapi
juga memilikikontrol pribadi yang bersifat internal karena orang-orang yang
seperti inidapat mengadaptasi pekerjaan dengan tingkat stress yang relatif
tinggi danmenunjukkan kinerja yang efektif untuk pekerjaan tersebut.
b. Penetapan tujuanManusia berprestasi lebih baik ketika memiliki tujuan khusus
dan menantangserta menerima umpan balik tentang seberapa jauh kemajuan
yang telahdibuatnya menuju tercapainya tujuan-tujuan tersebut.
c. Pendesainan kembali pekerjaanTeknik ini dapat memberikan para karyawan
tanggungg jawab yang lebihtinggi, kerja yang lebih berarti, otonomi yang lebih
banyak dan peningkatanumpan balik. Hal ini dapat mengurangi stress karena
faktor-faktor inimemberikan karyawan kontrol yang lebih besar tentang
aktivitas pekerjaannya dan memperkecil ketergantungan pada orang lain.
d. Pengambilan keputusan secara partisipatif Melibatkan karyawan dalam
pengambilan keputusan secara langsung dapatmempengaruhi kinerja
karyawan. Manajemen dapat meningkatkan kontroldan mengurangi stress
karena peran mereka.
e. Komunikasi organisasi
Meningkatkan komunikasi formal dengan para karyawan dapat
mengurangiketidakpastian dengan cara memperkecil keragu-raguan, konflik
7. dan peran.Manajemen juga dapat menggunakan komunikasi efektif sebagai cara
untuk memperbaiki persepsi karyawan.
f. Program-program kebugaranPerlu dibuat program-program kebugaran untuk
para karyawan yangditawarkan oleh organisasi atau perusahaan. Program ini
difokuskan padakesehatan fisik dan mental secara total (Wolfeet al , 1987).
Strategi manajemen stres kerja
Stres dalam pekerjaan dapat dicegah timbulnya dan dapat dihadapi tanpa
memperoleh dampaknya yang negatif. Manajemen stres lebih daripada sekedar
mengatasinya, yakni betajar menanggulanginya secara adaplif dan efektif. Hampir sama
pentingnya untuk mengetahui apa yang tidak boleh dilakukan dan apa yang harus
dicoba. Sebagian para pengidap stres di tempat kerja akibat persaingan, sering
melampiaskan dengan cara bekerja lebih keras yang berlebihan. Ini bukanlah cara
efektif yang bahkan tidak menghasilkan apa-apa untuk memecahkan sebab dari stres,
justru akan menambah masalah lebih jauh. Sebelum masuk ke cara-cara yang lebih
spesifik untuk mengatasi stressor tertentu, harus diperhitungkan beberapa pedoman
umum untuk memacu perubahan dan penaggulangan. Pemahaman prinsip dasar,
menjadi bagian penting agar seseorang mampu merancang solusi terhadap masalah
yang muncul terutama yang berkait dengan penyebab stres dalam hubungannya di
tempat kerja. Dalam hubungannya dengan tempat kerja, stres dapat timbul pada
beberapa tingkat, berjajar dari ketidakmampuan bekerja dengan baik dalam peranan
tertentu karena kesalahpahaman atasan atau bawahan. Atau bahkan dari sebab tidak
adanya ketrampilan (khususnya ketrampilan manajemen) hingga sekedar tidak
menyukai seseorang dengan siapa harus bekerja secara dekat (Margiati, 1999:76).
Dari sudut pandang organisasi, manajemen mungkin tidak khawatir jika
karyawannya mengalami stres yang ringan. Karena pada tingkat stres tertentu akan
memberikan akibat positif, hal ini akan mendesak mereka untuk melakukan tugas lebih
baik. Tetapi pada tingkat stres yang tinggi atau ringan yang berkepanjangan akan
membuat menurunnya kinerja karyawan.
Stres ringan mungkin akan memberikan keuntungan bagi organisasi, tetapi dari
sudut pandang individu hal tersebut bukan merupakan hal yang diinginkan. Maka
manajemen mungkin akan berpikir untuk memberikan tugas yang menyertakan stres
8. ringan bagi karyawan untuk memberikan dorongan bagi karyawan, namun sebaliknya
itu akan dirasakan sebagai tekanan oleh karyawan. Maka diperlukan pendekatan yang
tepat dalam mengelola stres, ada dua pendekatan yaitu pendekatan individu dan
pendekatan organisasi.
Dalam pendekatan individual seorang karyawan dapat berusaha sendiri untuk
mengurangi level stresnya. Strategi yang bersifat individual yang cukup efektif yaitu:
pengelolaan waktu, latihan fisik, latihan relaksasi dan dukungan sosial. Dengan
pengelolaan waktu yang baik maka seorang karyawan dapat menyelesaikan tugas
dengan baik, tanpa adanya tuntutan kerja yang tergesa-gesa. Dengan latihan fisik dapat
meningkatkan kondisi tubuh agar lebih prima sehingga mampu menghadapi tuntutan
tugas yang berat. Selain itu untuk mengurangi stres yang dihadapi pekerja perlu
dilakukan kegiatan-kegiatan santai. Dan sebagai strategi terakhir untuk mengurangi
stres adalah dengan mengumpulkan sahabat, kolega, keluarga yang akan dapat
memberikan dukungan dan saran-saran bagi dirinya.
Dari pendekatan organisasional dapat dilihat bahwa beberapa penyebab stres
adalah tuntutan dari tugas dan peran serta struktur organisasi yang semuanya
dikendalikan oleh manajemen, sehingga faktor-faktor itu dapat diubah. Oleh karena itu
strategi-strategi yang mungkin digunakan oleh manajemen untuk mengatasi stres
karyawannya adalah melalui seleksi dan penempatan, penetapan tujuan, redesain
pekerjaan, pengambilan keputusan partisipatif, komunikasi organisasional dan program
kesejahteraan. Melalui strategi tersebut akan menyebabkan karyawan memperoleh
pekerjaan sesuai dengan kemampuannya dan mereka bekerja untuk tujuan yang
mereka inginkan serta adanya hbungan interpersonal yang sehat serta perawatan
terhadap kondisi fisik dan mental.