Diseminasi ini membahas perubahan kurikulum dan paradigma pembelajaran berdasarkan pemikiran Ki Hajar Dewantara. Tujuannya adalah menginformasikan guru dan tenaga kependidikan tentang perubahan kurikulum. Dokumen ini menjelaskan perubahan kurikulum sejak zaman kolonial hingga saat ini dan pemikiran Ki Hajar Dewantara tentang pendidikan yang berpihak pada anak sesuai kodratnya. Acara diseminasi ini mendok
Aksi Nyata Diseminasi Mengapa Kurikulum Perlu Berubah-Pujo Mulyono S.Pd. Guru SMA Takhassus Al-Quran Wonosobo_2.pdf
1. Diseminasi "Mengapa
Kurikulum Perlu Berubah?
OLEH : PUJO MULYONO, S.Pd.
GURU SMA TAKHASSUS AL-QUR'AN WONOSOBO
Kamis, 27 Oktober 2022
AKSI NYATA
2. SASARAN
Kegiatan Diseminasi "Mengapa Kurikulum Perlu Berubah" adalah
Guru dan Tenaga Kependidikan SMA Takhassus Al-Qur'an Wonosobo
pada Tahun Pelajaran 2022/2023. Sebagai pendidik dan warga sekolah
maka wajib mengetahui perubahan dari kurikulum yang nantinya
akan membawa dampak positif bagi lingkungan sekolah serta lebih
mengutamakan anak dalam pelayanan pembelajaran.
3. PERUBAHAN KURIKULUM
Pendidikan di Indonesia telah mengalami
banyak perubahan dari sebelum kemerdekan
hinga saat ini. Tercatat sudah mengalami
perubahan kurikulum kurang lebih sebanyak
11 kali. Perkembangan dari perubahan itu
membuat dampak yang besar bagi kemajuan
pendidikan di Indonesia. Berbeda zaman maka
berbeda pula sistem pendidikannya, hal itu
sesuai dengan filososfi Ki Hajar Dewantara
bahwa sebagai pendidik kita perlu menuntun
anak sesuai kodrat zaman dan alam.
4. PERUBAHAN PARADIGMA
PEMBELAJARAN
PENDIDIKAN ZAMAN KOLONIAL
Pada zaman kolonial untuk mengenyam pendidikan sangat
susah karena masih sedikitnya sekolah pada tiap kabupaten.
Tujuan pendidikan adalah hanya untuk mendidik orang
menjadi pegawai dari para bangsawan atau pengusaha.
Materi yang diajarkan hanya sebatas membaca, menulis, dan
menghitung sesuai dengan kompetensi pegawai pada saat itu.
Sistem pendidikannya lebih banyak
memerintah dan menghukum.
5. PERUBAHAN PARADIGMA
PEMBELAJARAN
Kurikulum Merdeka bukan sebagai pengganti
Kurikulum 2013 tetapi lebih menjadi
penyempurna. Kurikulum Merdeka sebagai
bentuk pengejawantahan dari filosofi Ki Hajar
Dewantara mengembalikan konsep pendidikan
yang berpihak pada anak. Anak sebagai subyek
pembelajaran yang perlu dilayani serta
difasilitasi oleh guru dan lingkungan yang
menumbuhkembangkan kepemimpinan murid
sehingga kedepannya anak bisa merasa
sejahtera selamat dalam kehidupannya.
6. PERUBAHAN PARADIGMA
PEMBELAJARAN
1.1 FILOSOFI KI HAJAR DEWANTARA
Ki Hajar Dewantara yang bernama asli Raden Mas
Soewardi Surjanigrat adalah seorang pelopor
pendidikan kaum pribumi pada zaman kolonial.
Dedikasinya untuk pendidikan sangatlah berarti
hingga pemikirannya menginspirasi lahirnya
Merdeka Belajar saat ini. Beliau disebut sebagai
Bapak Pendidikan Indonesia.
" Ing ngarso sung tulodho, ing madyo
mangun karso, tut wuri handayani"
1889 - 1959
7. Ki Hajar Dewantara
PROTOTYPE
Zaman selalu berubah, pendidik harus selalu mengikuti perubahannya.
Mendidik anak pada tahun 80an, 90an berbeda dengan generasi
milenial saat ini di mana mereka lebih cakap menguasai teknolog
isehingga guru harus mampu mengimbanginya.
Belajar yang memerdekakan anak, berpihak pada anak tanpa
memaksakan diri sehingga mereka mampu menemukan potensi
dan kebahagiaan dalam hidupnya
Pendidikan harus bermuara pada budi pekerti. Pintar saja belum
cukup, atau terampil juga belum memastikan mereka memiliki
karakter mulia. Guru harus mampu membimbing ke penguatan
karakter akhlak mulia
Pendidikan adalah menuntun tumbuh kembangnya anak
agar bisa mendiri nantinya dan mencapai kebahagiaan
hidup baik sebgai invidu maupun warga masyarakat
Dalam mendidik anak Tuhan sudah menyiapkan kebutuhannya.
Maka galilah potensi sekitarnya untuk dimaksimalkan sebagai
bahan pembelajaran. Anak di pesisir pantai dan pegunungan
berbeda cara pmebelajarannya.
Setiap anak memiliki keunikan tersendiri, minat, bakat, serta
potensinya berbeda satu dengan lainnya. Mereka adalah
benih yang siap dikembangkan
PEMIKIRAN PENDIDIKAN
KODRAT ANAK
KODRAT ALAM
BUDI PEKERTI
KODRAT ZAMAN
8. Konsep Ki Hajar Dewantara
Menuntun Kodrat
Anak
Petani
Trikon
Pengajaran adalah bagian dari
pendidikan. Pendidikan seharusnya
menuntun, bukan menuntut murid
untuk mengikuti kemauan gurunya.
Murid perlu dituntun agar bisa
mencapai keselamatan, kebahagiaan
baik sebagai individu maupun
anggota masyarakat
Setiap anak memiliki keunikan sendiri-
sendiri. Biarkan anak belajar secara
merdeka menurut minat, bakat, dan
kemampuannya. Dengan begitu anak
semakin paham potensinya. Guru
hanya mampu menuntun dan
mendampingi anak, tanpa bisa
merubah kodratnya.
Pendidik itu seperti petani yang memiliki
banyak bibit dan berbeda juga cara
mengolahnya. Merawat padi berbeda
dengan jagung juga kedeali. Anak
diibaratkan seperti bibit yang berbeda-
beda sehingga perawatannya pun
berbeda. Jangan mengharapkan
menanam padi tumbuh menjadi jagung,
biarkan anak belajar sesuai kodratnya.
Kontinuitas yaitu ada dialog secara
berkelanjutan terkait pendidikan yang
berakar pada budaya masyarakats.
Konvergensi itu pendidikan harus
memperkuat kemanusiaan. Konsentris
berarti pendidikan harus menghargai
keragaman yang ada.
9. PERAN GURU
SEBELUM MEMAHAMI PEMIKIRAN KI HAJAR DEWANTARA
Menuntutmurid
Saya lebih sering menuntut
murid untuk menyelkesaikan
materi sesuai beban belajar.
Saya selalu fokus pada target
kurikulum yang begitu padat.
Pembelajaran berpusat
pada guru
Saya sebagai guru selalu menjadi
sumber belajar dan aktor di kelas.
Murid jarang diberi kesempatan
untuk mengekspor dan
berkolaborasi dengan lainnya.
Murid diperlakukan
sama
Saya sebgai guru memperlakukan
murid di kelas dengan metode dan
materi yang sama, tanpa melihat
perbedaan dan keragaman setiap
murid.
10. Berpusat pada anak
Perubahan setelah Memahami Pemikiran
Ki Hajar Dewantara
Pendidik dan Petani
kodrat alam & zaman
Menghamba kepada anak
Sejak lahir anak sudah memiliki bakat dan
potensinya masing-masing. Sebagai guru
kita tidak bisa memaksakan kehendak agar
anak selalu sama dengan kita atau
temannya. Anak memiliki keunikan sendiri-
sendiri sebagai wujud keberagaman. Guru
harus menghormati setiap kemampuan
anak sesuai bakat, minat dan potensinya.
Guru harus menyadari bahwa anak
bukanlah objek pembelajaran,
melainkan sebagai subjek. Anak
harus diberi ruang lebih luas dalam
proses pembelajaran agar kegiatan
lebih terasa menyenangkan bukan
membosankan. Guru lebih berperan
sebagai fasilitator yang harus
menyediakan kebutuhan anak ketika
pembelajaran.
Seperti halnya petani, guru harus
memberikan pelayanan yang
beragam kepada setiap anak. Anak
yang kemampuannya belajar cepat
tidak bisa dilayani dengan yang
sedang, sebaliknya anak yang
memiliki kemampuan lambat tidak
bisa dipaksa mengikuti proses
belajar yang cepat. Hal itu sesuai
dengan beda benih beda juga
perawatannya.
Guru harus mengetahui kebutuhan
anak dalam proses pembelajaran.
Lingkungan sekitar bisa menjadi
sumber pelajaran yang
menyenangkan secara langsung
anak bisa mempelajari akar budaya
masyarakat. Guru juga
menyesuaikan bagaimana caranya
mengajar menyesuaikan kondisi
saat ini agar anak bisa tumbuh dan
berkembang sesuai zamannya.
11. kolaboratif
fokus variatif
Penerapan di Kelas
menuntun
anak
Sayatidakakanmemaksaanak
untukikutkemauanguru,tetapi
lebihsebagaipembimbingyang
mengarahkan
Memahami bahwa setiap
anak tidak sama, mereka
memiliki perbedaan sebagai
keragaman sehingga
perlakuannya juga berbeda
Dalam pembelajaran
tidak menggunakan
model pembelajaran
yang sama karena
menyesuaikan cara
belajar anak
bekerja sama baik dengan
rekan sejawat atau anak
untuk meningkatkan
kualitas proses
pembelajaran