Kemenkop LAPORAN KEUANGAN KOPERASI- SAK EP (25042024).pdf
Just In Time
1. MANAJEMEN OPERASI
JUST IN TIME
Disusun oleh :
Mita Wahyuningsih 12010117410002
MochAnas Ariskoni 12010117410024
Reza Pradipta Kiswuryanto 12010117410017
PROGRAM STUDI MAGISTER MANAJEMEN
FAKULTAS EKONOMIKA DAN BISNIS
UNIVERSITAS DIPONEGORO
2017
2. DAFTAR ISI
Halaman Judul................................................................................................. i
Daftar isi .......................................................................................................... ii
Bab I Pendahuluan .......................................................................................... 1
1.1. Latar Belakang ......................................................................................... 1
1.2. Rumusan Masalah .................................................................................... 2
1.3. Tujuan ...................................................................................................... 2
Bab II Pembahasan .......................................................................................... 3
2.1.Filosofi Just In Time................................................................................ 3
2.2. Just In Time Partnership ......................................................................... 7
2.3. Key Success Factor JIT ........................................................................... 12
Bab III Penutupan............................................................................................
Kesimpulan ..................................................................................................... iii
Daftar Pustaka.................................................................................................. iv
3. BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Sistem pemanukfaturan tradisional mengatur skedul produksinya
berdasarkan pada peramalan kebutuhan di masa yang akan datang. Padahal tidak
ada seorang pun yang dapat memprediksi masa yang akan datang dengan pasti
walaupun ia memiliki pemahaman yang sempurna tentang masa lalu dan memiliki
insting yang tajam terhadap kecenderungan yang terjadi di pasar.
Produksi berdasarkan prediksi terhadap masa yang akan datang dalam
sistem tradisional memiliki resiko kerugian yang lebih besar karena over produksi
daripada produksi berdasarkan permintaan sesungguhnya. Oleh karena itu
munculah ide JIT yang hanya memproduksi apabila ada permintaan. Suatu proses
produksi hanya akan memproduksi apabila diisyaratkan oleh proses berikutnya.
Sebagai akibatnya promborosan dapat dihilangkan dalam skala besar yaitu berupa
perbaikan kualitas dan biaya produksi yang lebih rendah. Kedua hal tersebut
menjadikan perusahaan lebih kompetitif. Tujuan utama JIT adalah untuk
meningkatkan laba dan posisi persaingan perusahaan yang dicapai melalui usaha
pengendalian biaya, peningkatan kualitas, serta perbaikan kinerja pengiriman.
Tetapi ada satu hal yang perlu selalu diingat ‘peningkatan daya saing tidak
menjamin perusahan tetap survive (karena persaingan masih ada di depan mata),
tetapi tidak memiliki daya saing menjamin dengan pasti terjadinya bencana’.
Just In Time (JIT) merupakan keseluruhan filosofi dalam operasi
manajemen dimana segenap sumber daya, termasuk bahan baku dan suku
4. cadang, personalia, dan fasilitas dipakai sebatas dibutuhkan. Tujuannya adalah
untuk mengangkat produktifitas dan mengurangi pemborosan. Dengan
mengurangi sampah dan penundaan, JIT akan mengurangi biaya yang
berhubungan dengan persediaan berlebih dan biasanya bermanfaat dalam
mendukung pengurangan biaya.Prinsip dasar Just In Time adalah peningkatan
kemampuan perusahaan secara terus menerus untuk merespon perubahan dengan
minimalisasi pemborosan.
1.2. Rumusan Masalah
1. Bagaimana Konsep Dasar dan Filosofi Just In Time (JIT)
2. Apa tujuan JIT partnership?
3. Bagaimana key success factor JIT?
1.3.Tujuan
1. Mengidentifikasi Konsep Dasar dan Filosofi mengenai Just In Time (JIT)
2. Menjelaskan tujuan Just In Time partnership
3. Mengidentifikasi key success factor JIT
5. BAB II
PEMBAHASAN
2.1. Filosofi dan Definisi Just In Time
Just In Time merupakan filosofi pemanufakturan yang memiliki implikasi
penting dalam manajemen biaya. Ide dasar Just In Time sangat sederhana, yaitu
berproduksi hanya apabila ada permintaan atau dengan kata lain hanya
memproduksi sesuatu yang diminta, pada saat diminta, dan hanya sebesar
kuantitas yang diminta. JIT dapat diterapkan dalam berbagai bidang fungsional
perusahaan seperti misalnya pembelian, produksi, distribusi, administrasi dan
sebagainya.
Just In Time (JIT) adalah sistem manajemen fabrikasi modern yang
dikembangkan oleh perusahaan-perusahaan terbaik yang ada di Jepang, sejak awal
tahun 1970an, JIT pertama kali dikembangkan dan disempurnakan di pabrik
Toyota Manufacturing oleh Taiichi Ohno, oleh karena itu Taiichi Ohno sering
disebut sebagai bapak JIT.Konsep JIT adalah suatu konsep dimana bahan baku
yang digunakan untuk aktivitas produksi didatangkan dari supplier tepat pada
waktu bahan itu dibutuhkan oleh proses produksi, sehingga akan menghemat
biaya penyimpanan barang/stocking cost. JIT juga berarti filosofi manajemen dari
pemecahan masalah yang berkelanjutan dan dipaksakan sehingga pemasok-
pemasok dan komponen ditarik melalui sistem untuk menunjukan dimana dan
kapan mereka dibutuhkan.
6. Bila JIT merupakan suatu filosofi manajemen operasi yang berusaha untuk
menghilangkan pemborosan pada semua aspek dari kegiatan-kegiatan produksi
perusahaan. Sasaran utama JIT adalah meningkatkan produktivitas sistem
produksi atau opeasi dengan cara menghilangkan semua jenis kegiatan yang tidak
menambah nilai bagi suatu produk. Just In Time mendasarkan pada delapan kunci
utama yaitu:
1. Menghasilkan produk sesuai dengan permintaan
2. Memproduksi dalam jumlah kecil
3. Menghilangkan pemborosan
4. Memperbaiki aliran produksi
5. Menyempurnakan kualitas produk
6. Orang-orang yang tanggap
7. Menghilangkan ketidakpastian
8. Penekanan pada pemeliharaan jangka panjang
Just In Time menekankan bahwa semua material harus menjadi bagian
aktif dalam sistem produksi dan melarang timbulnya masalah yang
mengakibatkan hadir pada biaya persediaan. Dalam Just In Time persediaan
diminimalisasi dengan tetap menjadi keberlangsungan produksi. Ini berarti bahan
maupun barang tersedia dalam waktu, jumlah dan kualitas yang tepat saat
diperlukan. Metode Just In Time dalam keberdaannya tidak sekedar diterapkan
dalam bidang persediaan, melainkan juga dapat diimplementasikan dalam bidang
produksi.
Dalam bidang produksi, Just In Time menekankanupaya kontinuitas
pengurangan pemborosan dan ketidakefisienan lewat lot size yang kecil, kualitas
7. tinggi, koordinasi tim kerja. Produksi Just In Time menunjukan sistem produksi
dimana aktifitas operasi terjadi hanya jika diperlukan. Selain demikian berposisi
sebagai alat pengendali kualitas produk dan mekanisme untuk motivasi serta
keterlibatan para tenaga kerja.
2.1.1. Perbedaan Filosofi Just In Time dan Tradisional
Pemanukfaturan tradisional selalu memiliki sediaan baik berupa sediaan bahan
baku, barang dalam proses maupun barang jadi. Sebelum diproses, perusahaan
memiliki sediaan bahan baku di gudang. Setelah selesai diproses produk jadi
disimpan didalam gudang. Setelah selesai diproses, produk jadi disimpan didalam
gudang sampai ada pembeli.
Pemanufakturan tradisional merupakan push system Kegiatan produksi dilakukan
berdasarkan hasil peramalan pemasaran untuk menentukan bahan baku dan suku
cadang yang diperlukan untuk proses menjadi barang jadi. Resiko yang dihadapi
adalah apailala permalan pemasaran tersebut meleset karena tidak ada seorangpun
yang dapat meramalkan secara tepat mengenai apa yang akan terjadi dimasa yang
akan datang. Apabila tidak ada sama sekali atau hanya sedkit yang terjual maka
akan terjadi peningkatan biaya dan pemborosan.
JIT dipihak lain merupakan pull system. Kegiatan produksi tidak dilakukan
berdasarkan permalan pasar akan tetapi berdasarkan permintaan dari pelanggan.
Pemanukfaturan JIT hanya memproduksi pada saat dan sebesar kuantitas yang
diperlukan pelanggan, sehingga suatu proses produksi hanya memproduksi
apabila dipicu oleh proses selanjutnya. Bahan baku datang pada saat akan diproses
sehingga jumlah sediaan tidak ada material atau nol.
8. Sistem produksi tepat waktu (Just In Time) bukanlah ilmu yang memerlukan
analis kuantitatif maupun kualitas yang tidak begitu rumit, secara lebih tepatnya
Just In Time bisa dikatakan sebagai metode pendekatan, filosofi kerja, konsep
ataupun strategi manajemen yang dimaksud dan tujuannya adalah mencapai
peformansi yang tinggi dalam proses manufacturing. JIT adalah filosofi
manufacturing untuk menghilangkan pemborosan waktu dalam total prosesnya
mulai dari proses pembelian sampai proses distribusi. Taiichi Ohno, pencipta
sistem Just In Time menemukan bahwa sstem pemanufakturan tradisional
menghasilkan pemborosan pada setiap tahap. Pemborsan itu meliputi :
1. Over produksi
2. Waktu menunggu yang terlalu lama
3. Pemborosan dalam transportasi unit
4. Pemborosan dalam pemrosesan
5. Sediaan yang tidak perlu
6. Gerakan yang tidak perlu
7. Memproduksi barang rusak atau cacat
2.1.2. Manfaat Just In Time
JIT bukan hanya sekedar metode pengendalian sediaan, tetapi juga
merupakan sistem produksi yang saling berkaitan dengan semua fungsi dan
aktivitas. Manfaat JIT antara lain :
Mengurangi biaya tenaga kerja langsung atau tidak langsung sebagai akibat
adanya penghapusan kegiatan seperti penyimpangan sediaan
Mengurangi ruangan atau gudang untuk penyimpanan sediaan
Mengurangi waktu setup atau penundaan jadwal produksi
9. Mengurangi pemborosan barang rusak dan barang cacat dengan mendeteksi
kesalahan pada sumbernya
Mengurangi lead time karena ukuran lot yang kecil sehingga sel produksi
lebih dapat memberikan feedback terhadap masalah kualitas
Penggunaan mesin dan fasilitas secara lebih baik
Menciptakan hubungan lebih baik dengan pemasok
Layout pabrik yang lebih baik
Integrasi dan komunikasi yang lebih baik diantara fungsi-fungsi seperti
pemasaran pembelian dan produksi
Pengendalian kualitas dalam proses
2.2. Just In Time Partnership
Filosofi yang melandasi just in time adalah perbaikan berkesinambungan dan
penyelesaian masalah. Sistem JIT dirancang untuk memproduksi dan
mengantarkan barang saat mereka dibutuhkan. JIT berkaitan dengan kualitas
dalam tiga hal.
1. JIT memangkas biaya kualitas. Hal ini terjadi karena rework, scrap, investasi
perediaan, dan biaya akibat barang yang rusak berkaitan langsung dengan
persediaan yang ada. Karena dengan penerapan JIT berarti hanya terdapat
sedikit persediaan, biayanya juga menjadi lebih rendah. Selain itu, persediaan
menyembunyikan kualitas yang buruk, sementara JIT segera menyingkap
kualitas yang buruk.
2. JIT meningkatkan kualitas. Karena mempersingkat lead time, JIT juga menjaga
bukti kesalahan tetap baru dan membatai jumlah sumber kesalahan yang
10. potensial. Oleh karena itu, JIT menciptakan sebuah sistem peringatan akan
adanya permasalahan kualitas, baik dalam perusahaan maupun dengan cara
penjual.
3. Kualitas yang lebih baik berarti persediaan yang lebih sedikit, serta sistem JIT
yang lebih baik dan mudah digunakan. Tujuan memiliki persediaan adalah
melindungi kinerja produksi yang buruk yang disebabkan oleh kualitas yang
tidak dapat diandalkan. Jika kualitasnya konsisten, maka JIT membuat
perusahaan dapat mengurangi semua biaya yang terkait pada persediaan.
Just in time adalah sebuah filosofi pemecahan masalah secara berkelanjutan
dan memaksa yang mendukung produksi yang ramping. Produksi yang ramping
memasok pelanggan persis sesuai dengan keinginan pelanggan ketika pelanggan
menginginkannya, tanpa pemborosan, melalui perbaikan berkelanjutan. Dengan
JIT, persediaan dan komponen ditarik melalui sebuah sistem untuk tiba di mana
dan kapan diperlukan.
Ketika unit yang baik tidak datang saat diperlukan, berarti sebuah masalah
telah di identifikasi. Hal ini menjadikan JIT sebagai alat yang sempurna untuk
membantu para manajer operasi memberi nilai tambah dengan menghilangkan
pemborosan dan variabilitas yang tidak dikehendaki. Karena tidak ada kelebihan
persediaan atau kelebihan waktu di dalam sistem JIT, biaya yang berhubungan
dengan persediaan yang tidak diperlukan dihapuskan dan pengeluaran outputnya
diperbaiki. Sebagai konsekuensinya, manfaat JIT terutama sekali sangat menolong
dalam mendukung strategis respon cepat dan biaya yang sangat rendah.
Karena penghapusan pemborosan dan variabiltas dan konsep pernarikan
material adalah pokok bagi JIT dan produksi ramping, maka akan didiskusikan
11. pada bagian ini secara singkat. Kemudian akan diperkenalkan aplikasi JIT dengan
para pemasok, tata letak, persediaan, penjadwalan, kualitas dan pemberdayaan
karyawan. Kemudian akan ditinjau ulang sebagian dari fitur pembeda dari
produksi ramping dan penerapan JIT pada sektor jasa.
Kemitraan JIT (JIT partnership) ada ketika pemasok dan pembeli bekerja
sama dengan sebuah sasaran bertimbal balik untuk menghilangkan pemborosan
dan menekan biaya, hubungan seperti ini sangat kritis dalam menentukan
keberhasilan JIT. Setiap saat material disimpan, beberapa proses yang memberi
nilai tambah harus terjadi. Untuk memastikan jal ini, Xerox, seperti organisasi
terkemuka lainnya, memandang pemasok sebagai sebuah perluasan organisasi
mereka sendiri. Oleh karena pandangan ini, staf Xerox mengharapkan para
pemasok secara penuh merasa terikat untuk mengadakan perbaikan sebagaimana
juga Xerox. Hubungan ini memerlukan suatu derajat keterbukaan yang tinggi dari
pemasok dan pembeli.
Kemitraan JIT (JIT partnership) timbul ketika pemasok dan pembeli bekerja
sama dengan komunikasi yang terbuka dan sasaran untuk mengurangi sampah
(pemborosan) dan biaya. Hubungan dekat dan kepercayaan penting dalam upaya
menyukseskan JIT. Berikut beberapa sasaran dari kemitraan JIT.
1. Menghilangkan aktifitas yang tidak perlu, seperti penerimaan, pemeriksaan
barang yang datang, serta pekerjaan dokumentasi yang berkaitan dengan
penawaran, penagihan, dan pembayaran.
2. Menghilangkan perlunya menyimpan persediaan di pabrik dengan
mengirimkan barang dalam lot-lot yang kecil langsung ke departemen yang
menggunakannya saat barang tersebut diperlukan.
12. 3. Menghilangkan persediaan dalam transit dengan mendorong para pemasok
dan calon pemasok untuk memilih lokasi dekat penjual, serta melakukan
pengiriman dalam jumlah kecil, tetapi sering. Semakin pendek aliran bahan
pada saluran sumber daya, maka semakin sedikit pula jumlah persediaanya.
Persediaan juga dapat dikurangi dengan sebuah teknik yang dikenal dengan
konsinya. Persediaan konsinya adalah suatu variasi dari persediaan yang
dikelola oleh vendor yang berarti para pemasok menyimpan barang
persediaan sampai pada saat barang tersebut akan digunakan. Sebagai contoh
sebuah pabrik perakitan dapat mencari suatu pemasok perangkat keras yang
bersedia menjadikan ruang persediaan pabrik tersebut sebagai gudang dari
pihak pemasok. Dengan cara ini,kapanpun perangkat keras itu diperlukan,
barang tersebut dapat diperoleh langsung dari ruang persediaan, dan pemasok
tersebut dapat mengirimkan barangnya ke pembeli lain yang mungkin lebih
kecil dari ruang persediaannya itu.
4. Meningkatkan kualitas dan keandalan melalui komunikasi, kerja sama, dan
komitmen jangka panjang.
Perhatian para pemasok
Untuk membangun kemitraan JIT, beberapa perhatian pemasok harus dijawab.
Perhatian pemasok tersebut meliputi:
1. Keinginan untuk diversifikasi.
Banyak pemasok tidak ingin terikat dengan kontrak yang sangat panjang dengan
hanya dengan satu pelanggan. Persepsi pemasok adalah bahwa mereka akan dapat
mengurangi risiko jika mempunyai beberapa pelanggan.
2. Penjadwalan pelanggan yang lemah.
13. Banyak pemasok hanya memiliki sedikit keyakinan kemampuan pembeli untuk
mengurangi pesanan menjadi jadwal yang lancar dan terkoordinasi.
3. Perubahan teknik.
Perubahan teknik yang sering, dengan lead time yang tidak cukup bagi para
pemasok untuk menyelesaikan perubahan perkakas dan proses, merupakan
malapetaka bagi JIT.
4. Jaminan mutu.
Produksi dengan tidak ada cacat, dianggap tidak realistis oleh banyak pemasok.
Ukuran lot kecil.Para pemasok sering memiliki proses yang dirancang dengan
ukuran lot besar dan melihat bahwa penyerahan yang sering kepada pelanggan
dalam lot kecil sebagai cara untuk memindahkan biaya penyimpanan kepada
pemasok.
5. Kedekatan.
Bergantung kepada lokasi pelanggan, penyerahan yang sering dari pemasok dalam
lot kecil mungkin terlihat menjadi penghalang secara ekonomis.
Bagi mereka yang ragu terhadap kemitraan JIT, akan ditunjukan bahwa
hampir setiap restoran di dunia mempraktikan JIT dan dengan sedikit dukungan
dari para staf. Banyak restoran memesan makanan untuk hari berikutanya pada
pertengahan malam untuk penyerahan pada pagi berikutnya. Mereka memesan
hanya apa yang diperlukan, untuk dikirimkan ketika diperlukan dari pemasok
yang terpercaya.
14. 2.3 Key Success Factor Just In Time
Sistem produksi Just In Time memiliki beberapa faktor pendukung yang
berperan penting dalam usaha untuk mencapai keberhasilan penerapan sistem
tersebut. Menurut Heizer dan Render, terdapat beberapa faktor penting dalam Just
In Time, yaitu:
1. Faktor Supplier (Pemasok)
Keberhasilan JIT sangat dipengaruhi oleh hubungan dengan supplier
sebagai pemasok material. Keterlambatan pengiriman material ataupun
penumpukan material merupakan pemborosan, oleh karena itu perlu dilakukan
persekutuan JIT (JIT Partenership).
Just In Time sangat memerlukan hubungan khusus antara pemasok dengan
perusahaan pembeli seperti konsep kemitraan (partnership). Sistem Just In
Time memerlukan :
a) jumlah pemasok yang sedikit
b) pemasok dekat dengan pabrik
c) peningkatan frekuensi pengiriman dalam jumlah kecil
d) dilakukannya kontrak jangka panjang
Supplier / pemasok dibantu dalam peningkatan kualitas serta penerapan Just In
Time yang dibangun secara bersama-sama.
2. Faktor Inventory (Persediaan)
Untuk menjaga agar sistem produksi tetap berjalan dengan sempurna,
perusahaan memerlukan sejumlah persediaan minimum untuk menghadapi
kemungkinan adanya masalah atau variasi/ penyimpangan.
Perusahaan pabrikasi biasanya menyimpan tiga jenis persediaan yaitu bahan
baku, barang dalam proses, dan barang jadi. Just In Time memerlukan teknik
dalam mengelola inventory antara lain :
a) Menggunakan “Pull System” untuk memindahkan persediaan
b) Mengurangi ukuran lot
c) Mengembangkan sistem pengiriman JIT dengan supplier
d) Mengirimkan langsung ke bagian yang menggunakan
15. e) Mengurangi set-up time
f) Menggunakan teknologi kelompok (group technology)
3. Faktor Scheduling (Penjadwalan)
Penjadwalan yang efektif dikomunikasikan baik ke dalam organisasi sendiri
maupun ke suplier di luar. Penjadwalan yang baik juga akan memperbaiki
kemampuan untuk memenuhi order konsumen, menurunkan jumlah persediaan
karena jumlah lot kecil, dan mengurangi barang dalam proses.
Scheduling atau penjadwalan operasi produksi merupakan penetapan waktu
serta penggunaan sumber daya dalam kegiatan operasi produksi.
a. Mengkomunikasikan jadwal dengan supplier
b.Menyusun tingkatan jadwal
c.Bakukan bagian tertentu dari skedul
d.Menyesuaikan dengan penjadwalan
e.Mencoba membuat satu buah (one-piece-make) dan memindahkan satu buah
(one-piece-move)
f. Menghilangkan pemborosan
g. Memproduksi dalam lot/jumlah kecil
h. Gunakan “Kanban” (istilah Jepang untuk kartu yang diartikan sebagai ‘tanda’
bahwa dibutuhkan material/ komponen lain untuk diproses), dimana sistem
kanban memindahkan komponen dalam produksi melalui “pull” (penarikan)
berdasar tanda yang diberikan
i. Usahakan setiap operasi memproduksi komponen yang sempurna
16. 4. Faktor Layout (Tata Letak)
Tata letak (layout) merupakan susunan dari mesin-mesin dan peralatan serta
semua komponen yang menunjang produksi dalam suatu pabrik. Tata letak yang
baik memungkinkan pengurangan pemborosan yaitu pergerakan, misalnya
pergerakan bahan baku maupun manusia.
Tata letak JIT menekan pemborosan berupa perpindahan (movement),
sehingga kita menginginkan tata letak fleksible untuk menekan perpindahan
material dan orang. Tata letak yang fleksibel akan dapat memindahkan material
secara langsung ke tempat dimana dibutuhkan.
Taktik tata letak JIT meliputi :
a.Membangun sel kerja untuk rumpun/ famili produk
b.Meminimalkan jarak
c.Mendesain ruang yang kecil untuk persediaan
d.Meningkatkan komunikasi pegawai
e.Menggunakan rencana “poka-yoke”
f. Membangun peralatan yang fleksibel dan gampang dipindahkan
g. Melatih tenaga kerja secara lintas keterampilan (beberapa jenis keterampilan
agar lebih fleksibel
5. Faktor Quality Management (Manajemen Kualitas)
Just In Time memiliki prinsip utama dalam pengendalian kualitas,
yaituoutput yang bebas cacat adalah lebih penting dari output itu sendiri, segala
kesalahan dan kerusakan dapat dicegah, dan tindakan pencegahan adalah lebih
murah dari pada pekerjaan mengulang. Dengan demikian Just In Time lebih dapat
menghemat biaya karena tidak ada pemborosan.
·
17. Taktik Kualitas JIT meliputi :
a.Menggunakan statistical process control
b.Pemberdayaan karyawan
c.Kembangkan metode mengingat-kesalahan (seperti poka yoke, checklist,dsb.)
d.Sediakan umpan balik (feedback) secepatnya.
6. Faktor Preventive Maintenance (Pemeliharaan Pencegahan)
Pemeliharaan dilakukan agar tidak terjadi hal-hal yang tidak diinginkan
melalui tindakan pencegahan. Preventive maintenancemerupakan semua aktifitas
yang dilakukan untuk menjaga peralatan dan mesin tetap bekerja dengan baik dan
untuk mencegah kerusakan. Just In Time membutuhkan preventive
maintenance yang terjadwal dan adanya pemeliharaan rutin harian.
7. Faktor Employee Empowerment (Pemberdayaan Karyawan)
Pemberdayaan karyawan berarti melibatkan karyawan dalam setiap langkah
proses produksi. Pemberdayaan karyawan dengan meluaskan pekerjaan karyawan
sehingga bertanggung jawab dan memiliki kewenangan tambahan yang
dipindahkan sedapat mungkin pada tingkat terendah dalam organisasi.
· Taktik pemberdayaan Karyawan :
a.Pelatihan secara lintas keterampilan (cross training) yang agresif
b.Klasifikasi pekerjaan yang lebih sedikit agar pekerja lebih fleksibel
·Jika pemberdayaan dilakukan dengan sukses maka perusahaan akan meraih
komitmen dan penghargaan baik dari sisi karyawan maupunmanajemen. Dengan
dukungan yang kuat dari karyawan, manajemen serta supplier maka keunggulan
bersaing akan dapat dicapai.
18. BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Sistem produksi tepat waktu (Just In Time) adalah sistem produksi atau
sistem manajemen fabrikasi modern yang dikembangkan oleh perusahaan
perusahaan Jepang yang pada prinsipnya hanya memproduksi jenis-jenis barang
yang diminta sejumlah yang diperlukan dan pada saat dibutuhkan oleh konsumen.
Konsep just in time adalah suatu konsep dimana bahan baku yang digunakan
untuk aktifitas produksi didatangkan dari pemasok atau suplier tepat pada waktu
bahan itu dibutuhkan oleh proses produksi sehingga akan sangat menghemat
bahkan meniadakan biaya persediaan barang/penyimpanan/stocking cost.
19. DAFTAR PUSTAKA
Heizer, Jay dan Barry Render. 2010. Manajemen Operasi Buku 1 Edisi 9. Jakarta :
Salemba.
Tjiptono, Fandy dan Anastasia Diana. 2003. Total Quality Manajement. Andi
Offset : Yogyakarta.