PT Japfa Comfeed Indonesia melakukan analisis strategi untuk menghadapi ancaman flu burung. Perusahaan melakukan integrasi vertikal untuk mengendalikan seluruh rantai pasokan dan memproduksi pakan ternak berkualitas. Wabah flu burung menjadi ancaman utama bagi kinerja perusahaan.
1. PT JAPFA COMFEED INDONESIA
ANALISIS STRATEGI DALAM MENGHADAPI FLU BURUNG
LAFIANZA Y, S.E
HELMI S, S.Sos
A FAUZI, S.Pi
| Manajemen Strategi |
MM FEB UNDIP
2017
2. PAGE 1
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat tuhan yang Maha Esa, atas berkat dan
rahmat-Nya lah, penulis dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Analisis Strategi
Dalam Menghadapi Flu Burung” dengan baik. Adapun makalah ini dibuat agar
mahasiswa terutama mahasisiwa magister manajemen Universitas Diponegoro dapat
mewujudkan keingintahuan mengenai bagaimana cara PT Japfa Comfeed Indonesia dalam
mengatasi permasalahan dalam kasus flu burung
Demikianlah yang dapat penulis sampaikan, dan penulis menyadari banyak
kekurangan dalam penyusunan makalah ini. Oleh sebab itu, penulis memohon masukan
dari segala pihak untuk lebih menyempurnakan makalah ini. Sehingga lebih bermanfaat
bagi para pembaca sekalian. Akhir kata, penulis mengucapkan terima kasih.
Semarang, 27 Oktober 2017
Penulis
3. PAGE 2
DAFTAR ISI
Kata Pengantar...................................................................................................... .1
Daftar Isi................................................................................................................ 2
Introduction.......................................................................................................... 3
External Environment and Industry Overview..................................................... 3
Porter Five Force Analysis..................................................................................... 4
Internal Analysis PT JapfaComfeed Indonesia ..................................................... 4
Swot Analysis PT JapfaComfeed Indonesia........................................................... 5
IFAS (Internal Strategic Factor Summary)............................................................ 6
EFAS (External Strategic Factor Summary)........................................................... 7
Matrix Internal External (IE) ................................................................................ 7
Matrix Space .......................................................................................................... 8
SWOT Matrix ......................................................................................................... 9
Tabel QSPM ........................................................................................................... 9
Executive Summary .............................................................................................. 11
4. PAGE 3
Introduction
PT Japfa Comfeed Indonesia berdiri pada tahun 1971 dengan nama PT Java Pelletizing
Factory. Awalnya PT Japfa Comfeed Indonesia hanya memproduksi pakan ternak berbentuk
butiran (Copra Pellet) untuk pasar domestic. Kini, PT japfa merupakan salah satu
perusahaan terbesar dalam Agrobisnis dan Agribisnis (Makanan) dan paling terintegerasi,
dengan 26 Perusahaan yang berada dibawah naungan PT Japfa.
Kegiatan utama PT Japfa meliputi pabrik pakan ternak, pembibitan ayam,
pemeliharaan unggas dan tambak udang. Jumlah tenaga kerja PT Japfa adalah lebih dari
14.000 orang. PT Japfa melayani dua bentuk konsumen, yang pertama adalah konsumen
korporasi (Business to Business customer) dengan produk seperti ayam potong, pakan
ternak, pakan udang dan ikan, hingga Karung tenun. Kemudian yang kedua adalah
konsumen Retail (Business to consumer) dengan produk seperti daging ayam olahan (so
good), biscuit (hollanda), produk susu (Greenfields, yahui)
External Environment And Industry Overview
PT. Japfa Comfeed Indonesia memiliki inti bisnis yang bergerak di bidang pakan
ternak dan pengolahan unggas. Sebelum tahun 2003 Industri unggas di Indonesia memiliki
pertumbuhan yang tinggi, hal ini disebabkan konsumsi ayam perkapita yang masih rendah
dan juga pertumbuhan ekonomi Indonesia yang mulai bergairah pasca krisis moneter (1997-
1999). Di dalam industri unggas Indonesia sendiri terdapat sekitar 15 perusahaan, namun di
dalam industri ini pasarnya cenderung berbentuk pasar oligopoly karenalebih dari 70 persen
market share hanya dikuasai dua perusahaan dan salah satunya PT Japfa Comfeed (dan PT
Charoen popkhpan).
Namun memasuki tahun 2003, industry pakan dan pengolahan unggas cenderung
mengalami penurunan yang cukup drastic, hal ini dikarenakan adanya serangan virus atau
wabah flu burung (avian flu, H5N1) yang berpotensi menyebabkan kematian pada manusia.
Selain itu wabah flu burung juga sangat cepat menular, terutama unggas yang diternakan
secara masal dan berakibat kematian unggas secara tiba tiba. Sehingga dengan adanya flu
burung ini menyebabkan permintaan masyarakat akan panganan yang berasal dari unggas
5. PAGE 4
menurun secara siginifikan, dan berimbas pada performa perusahaan yang berkaitan dengan
unggas (baik itu pakan unggas, peternakan unggas, hingga pengolahan unggas)
Porter Five Force Analysis
• Ancaman Pendatang Baru :Rendah
1. Membutuhkan modal yang besar
2. Diperlukan penguasaan supply chain management mulai dari upstream hingga
downstream untuk mencapai skala ekonomi terendah
3. Bentuk pasar oligopoly
• Produk Substitusi: Sedang
1. Banyak bermunculan usaha skala kecil (rumahan)
• Kekuatan Pembeli: Tinggi
1. Tidak adanya Switching Cost
2. Produk termasuk barang komoditas
• Kekuatan Supplier: Rendah
1. Perusahaan menguasai/ memiliki supplier
• Persaingan Dalam Industry: Tinggi
1. PT Japfa berada di posisi no.2 setelah PT. charoenpopkhpan (pakan ternak dan
pengolahan ayam)
2. Ada sekitar 15 perusahaan yang memproduksi produk sejenis
Internal Analysis PT Japfa Comfeed Indonesia
Kemampuan utama PT Japfa Comfeed adalah memproduksi pakan ternak,
pembibitan ayam, pemeliharaan ayam, pengolahan ayam dan tambak udang. Untuk
menghasilkan produk yang berkualitas tinggi dan juga untuk mencapai harga terendah,
perusahaan mulai melakukan aksi korporasi sejak awal tahun 90 an yaitu dengan
mengakuisisi beberapa perusahaan yang berkaitan dengan core business PT Japfa, hingga
pada tahun 2003 terdapat 26 perusahaan dibawah naungan PT Japfa. Tujuan utama dari
strategi akuisisi tersebut adalah supaya perusahaan dapat mengintegerasikan dan
6. PAGE 5
mengendalikan seluruh proses produksi yang diharapkan meningkatkan Value Added
dibandingkan produk sejenis dari perusahaan pesaing
SWOT Analysis PT Japfa Comfeed Indonesia
• STRENGHT:
1. Perusahaan mampu mengintegerasikan Supply Chain (vertical Integeration)
2. Produk yang dihasilkan berkualitas tinggi
3. Harga jual terendah di Indonesia
4. Memiliki komepetensi SDM yang baik
5. Memiliki cabang di luar negeri (hasil joint Venture di India dan Vietnam)
6. Sistem teknologi pakan modern
7. Strategi formulasi yang baik
8. Jaringan distribusi yang kuat
9. Banyak varian produk
• WEAKNESS:
1. Belum mampu mengatasi Flu Burung
2. Belum mampu untuk mengatasi flu burung
• OPPORTUNITY:
1. Masih rendahnya konsumsi ayam perkapita (Indonesia, Vietnam, India)
2. Pasar ekspor masih terbuka lebar
• THREATS:
1. Wabah Flu Burung
2. Persaingan industri semakin kuat (CP dan Cargill)
3. Adanya kebijakan PPN
7. PAGE 6
IFAS (Internal Strategic Factor Summary)
Faktor Strategis Internal
Bobot
Rating
Skor
Terbobot
Keterangan
Kekuatan:
• Perusahaan mampu
mengintegerasikan Supply
Chain (vertical
Integeration)
0,1 3 0,3
Perusahaan mampu menekan
biaya produksi dan memastikan
ketersediaan bahan baku
• Produk yang dihasilkan
berkualitas tinggi
0,08 2 0,16
Produk Japfa memiliki standart
Quality Control yang baik
• Harga jual terendah di
Indonesia
0,2 4 0,8
PT Japfa terbukti memiliki
harga terendah di pasar,
sehingga dapat meningkatkan
minat beli konsumen
• Memiliki komepetensi SDM
yang baik
0,06 2 0,12
Kompetensi SDM semakin
meningkatkan kualitas produk
• Memiliki cabang di luar
negeri (hasil joint Venture di
India dan Vietnam)
0,1 3 0,3
PT Japfa memiliki pasar yang
lebih luas tetapi masih fokus di
pasar domestik
• Sistem teknologi pakan
modern 0,07 3 0,21
Sistem teknologi pakan mampu
meningkatkan efisiensi biaya
produksi
• Strategi formulasi yang baik
0,04 2 0,08
Strategi formulasi pakan yang
baik, mampu meningkatkan
produktivitas
• Jaringan distribusi yang kuat
0,1 3 0,3
Jaringan distribusi yang kuat,
dapat meningkatkan angka
penjualan produk
• Memiliki banyak varian
0,1 3 0,3
Memiliki banyak varian dapat
meminimalisir resiko
Kelemahan:
Produk Rentan Terhadap Flu
Burung
0,2 4 0,8
Produk rentan terhadapa flu
burung, dapat mengurangi hasil
produksi.
Belum mampu mengatasi flu
burung
0,05 2 0,1
Perusahaan akan terancam
mengalami kerugian akibat
wabah yang suatu saat dapat
menjangkiti produk.
Total 1,00 3,17
8. PAGE 7
EFAS ( External Strategic Factor Summary)
Faktor Strategis Eksternal
Bobot
Rating
Skor
Terbobot
Keterangan
Peluang:
• Masih rendahnya konsumsi
ayam perkapita (Indonesia,
Vietnam, India)
0,2 3 0,6
Terdapat peluang untuk
meningkatkan daya beli
konsumen
• Pasar ekspor masih terbuka
lebar
0,3 2 0,6
Adanya peluang perluasan pasar
di luar negeri.
Ancaman:
• Wabah Flu Burung 0,3 4 1,2
Wabah Flu Burung suatu saat
dapat menjangkiti produk yang
menyebabkan penurunan
produksi dan penjualan
• Persaingan industry semakin
kuat (CP dan Cargill)
0,1 2 0,2
Persaingan yang suatu saat
dapat mengambil pasar PT Japfa
• Adanya kebijakan PPN
0,1 3 0,3
Dengan adanya peningkatkan
maka akan harga produk naik,
dan membebani konsumen.
Total 1,00 2,9
Matrix Internal External (IE)
9. PAGE 8
Berdasarkan perhitungan dengan alat bantu matrix Internal External, maka
didapati hasil bahwa posisi PT Japfa Comfeed berada pada Cell II, yang mana cell dua
menjelaskan bahwa perusahaan berada pada kondisi yang baik sehingga strategi yang perlu
diambil adalah strategi Growth and Develop. Tindakan yang perlu dipertimbangkan
perusahaan adalah strategi intensif (penetrasi pasar, ekspansi pasar, diversifikasi pasar) dan
juga strategi integrative (integrase ke depan atau belakang, integrasi secara horizontal)
Matrix Space
POSISI FAKTOR STRATEGI
INTERNAL
Rate POSISI FAKTOR STRATEGI
EKSTERNAL
Rate
KEKUATAN KEUANGAN (KU)
1. Perusahaan mampu
mengintegerasikan Supply
Chain (vertical
Integeration)
2. Harga jual terendah di
Indonesia
4
5
STABILITAS LINGKUNGAN (SL)
1. Persaingan industry
semakinkuat (CP dan Cargill)
2. Wabah Flu Burung
3. Adanyakebijakan PPN
-3
-4
-2
9 -9
KEKUATAN KOMPETITIF(KK)
1. Produk yang dihasilkan
berkualitas tinggi
2. Sistem teknologi pakan
modern
3. Jaringan distribusi yang kuat
4. Memiliki banyak varian
-2
-2
-3
-1
KEKUATAN INDUSTRI (KI)
1. Pasar ekspor masih terbuka lebar
2. Memiliki cabang di luar negeri
(hasil joint Venture di India dan
Vietnam)
3. Masih rendahnya konsumsi
ayam perkapita (Indonesia,
Vietnam, India)
3
3
2
-8 8
KU = 9/2= 4,5
KK = -8 /4 = -2
SL = -9/3 = -3
KI = 8/3 = 2,66
KU + SL = 4,5 + (-3) = 1,5
KK + KI = -2 + 2,66 = 0,66
10. PAGE 9
Berdasarkan perhitungan yang dilakukan dengan alat bantu Matriks Space, posisi
Vektor Direksional dari PT Japfa Comfeed berada pada kuadran kanan atas, yang dapat
diartikan bahwa keadaan perusahaan sedang dalam kondisi yang sangat baik dikarenakan
perusahaan dapat memanfaatkan kekuatan internalnya untuk menangani kelemahan
internalnya dan menghindari ancaman eksternalnya. Oleh karena itu perusahaan dapat
menggunakan strategi penetrasi pasar, ekspansi pasar, diversifikasi produk, integrasi secara
vertical ataupun horizontal kemudian pihak manajemen dapat memilih strategi mana yang
kiranya paling sesuai dengan kebutuhan perusahaan dalam rangka untuk meningkatkan
pertumbuhan perusahaan.
SWOT Matrix
Matrix Strength Weakness
Opportunity
- Memperluas jaringan
- Membuat kampanye makan ayam
- Membuat produk segmen
rendah, supaya terjangkau
- Memperbaiki atau
meningkatkan standar kualitas,
supaya dapat terhindar dari flu
burung
- Memasarkan produk ke negara
yang tidak sensitif pada isu Flu
Burung
Threat
- Membuat produk yang inovatif
dan memiliki value added
dibanding pesaing
- Mengadakan program CSR
supaya dapat mengurangi pajak
- Meningkatkan keamanan dalam
pengelolaan ayam supaya
terhindar dari Flu Burung
- Meyakinkan pada para
pelanggan bahwa produk bebas
Flu Burung
11. PAGE 10
TABEL QSPM (Quantitative Strategic Planning Matrix)
Critical Success Factors Weight
Strategi Penetrasi
Pasar Domestik
Strategi
Ekspansi Luar
Negeri
AS TAS AS TAS
Strenght
• Perusahaan mampu
mengintegerasikan
Supply Chain (vertical
Integeration)
0,08 4 0,32 1 0,08
• Produk yang dihasilkan
berkualitas tinggi
0,1 4 0,4 2 0,2
• Harga jual terendah di
Indonesia
0,2 4 0,8 2 0,4
• Memiliki komepetensi
SDM yang baik
0,08 3 0,24 4 0,32
• Memiliki cabang di luar
negeri (hasil joint
Venture di India dan
Vietnam)
0,07 1 0,07 4 0,28
• Sistem teknologi pakan
modern
0.06 4 0,24 4 0,24
• Strategi formulasi
pakan yang baik
0,04 2 0,08 2 0,08
• Jaringan distribusi yang
kuat
0,07 4 0,28 2 0,14
• Memiliki banyak varian 0,04 3 0,12 3 0,12
Weakness
Produk Rentan Terhadap Flu
Burung
0,1 4 0,4 3 0,3
Belum mampu mengatasi flu
burung
0,16 4 0,64 3 0,48
1
Opportunity
• Masih rendahnya
konsumsi ayam
perkapita (Indonesia,
Vietnam, India)
0,2 4 0,8 3 0,6
• Pasar ekspor masih
terbuka lebar
0,15 1 0,15 4 0,6
12. PAGE 11
Threat
• Wabah Flu Burung 0,3 3 0,9 2 0,6
• Persaingan industry
semakin kuat
0,2 3 0,6 2 0,4
• Adanya kebijakan PPN 0,15 2 0,3 2 0,3
TOTAL 1 6,34 5,14
Executive Summary
Strategi yang sebaiknya diterapkan oleh PT Japfa Comfeed melalui analisis QSPM
yang telah dibuat adalah dengan melakukan penetrasi pasar yaitu perusahaan berfokus pada
penjualan produk-produk yang ada di pasar-pasar yang telah ada sebelumnya. PT Japfa
Comfeed dapat melakukan diversifikasi produk yang diharapkan dapat memperluas pasar
dan meningkatkan market share. PT Japfa Comfeed juga dapat melaksanakan program
kampanye makan ayam bagi masyarakat menengah ke bawah, karena menurut survey
jumlah konsumsi ayam per kapita masih sangat rendah, hal ini juga dapat didukung dengan
cara, perusahaan memperkenalkan produk dengan pangsa pasar kelas menengah ke bawah
dengan harga yang murah.
Pihak Manajemen PT Japfa Comfeed juga diharapkan mampu meningkatkan standart
bio security sehingga untuk masa yang akan datang produk yang dihasilkan perusahaan
dapat terhindar dari virus maupun penyakit yang dapat mengurangi minat beli masyarakat.