Salinan dari JUrnal Refleksi Mingguan modul 1.3.pdf
Presentasii jurnal
1. COMPARATIVE
EFFECTIVENESS OF STRAIGHT
LEG RAISE AND SLUMP
STRETCHING IN SUBJECTS
WITH LOW BACK PAIN WITH
ADVERSE NEURAL TENSION
Neha Malik, Chitra Kataria, Nidhi Bhatia
Sachdev
3. Latar Belakang
LBP kronis merupakan masalah umum yang
terjadi pada saat ini. Hal tersebut umumnya terkait
dengan ketegangan di saraf tepi yang di test
dengan SLR atau slump test
Kedua-duanya yaitu SLR dan slump stretching
techniques telah ditemukan dapat bermanfaat
dalam penanganan LBP dengan gejala menjalar
ke area distal. Perbandingan kedua teknik akan
menentukan bahwa salah satu teknik lebih baik
dari yang lain. Hal tersebut juga akan menambah
bukti keefektivitasan dalam menangani gejala
pada penderita LBP.
7. Metode dan Pengukuran
Pengukuran dasar intensitas nyeri diukur
dengan NPRS dan PSLR.
50 pasien dengan LBP yang memenuhi kriteria
inklusi
secara acak dibagi ke dalam 3
kelompok , antara lain :
8. 1.
2.
3.
Kelompok 1 yaitu kelompok SLR (n=15)
Diberikan 6 sesi SLR stretching dan lumbar
stabilization exercise
Kelompok 2 yaitu kelompok slump (n=13)
Diberikan 6 sesi slump stretching dan lumbar
stabilization exercise
Kelompok 3 yaitu kelompok kontrol (n=12)
Hanya
diberikan
lumbar
stabilization
exercise.
9. Definisi
SLR sangat berguna sebagai salah satu dari
diagnosis utama tes uji fisik pada pasien LBP
atau low back and leg pain
Slump test sebenarnya adalah variasi dari
SLR. Manuvernya dan variannya telah
digunakan dalam penanganan low back and
leg pain dimana SLR dan atau slump test
ditemukan positif dalam uji fisik.
10.
Teknik mobilisasi saraf digunakan dalam
kasus ketegangan saraf
Hal ini bertujuan untuk mengembalikan
mobilitas relatif dari jaringan saraf ,
mengurangi
tekanan
intrinsik,
dan
mendapatkan kembali fungsi fisiologis yang
optimal.
11. Straight Leg Raise stretching
Subyek tidur terlentang dan rileks di bed
dengan satu bantal dibawah kepala.
Kemudian terapis berdiri di samping sisi yang
terkena dan mengangkatnya tegak lurus
dengan bed sesuai standar tes SLR dimana
satu tangan terapis memegang ankle pasien
dan satu tangan terapis yang lain ditempatkan
di atas lutut ( 700)
12.
Terapis melakukan penguluran saraf sciatic
dengan secara lembut melakukan dorsi fleksi
ankle dan mengevaluasi ulang pengaruhnya
Setelah nyeri berkurang, terapis meningkatkan
ROM sampai mencapai jangkauan maksimum
SLR. Posisi dipertahankan selama 30 detik.
13.
14. Slump stretching
Slump stretching dilakukan dengan posisi
pasien long sitting di ujung bed dan kaki
menempel dinding.
Terapis memfleksikan leher pasien dengan
satu tangan dan tangan yang lain meluruskan
lutut pasien di sisi yang terkena. Posisi
dipertahankan 30 detik, 3-5 kali repetisi
penguluran dilakukan pada setiap sesi
berdasarkan respon pasien.
15.
Pasien menjalani terapi 2 kali seminggu
selama 3 minggu.
Pasien melakukan home programe berupa
slump stretching dua kali sehari pada hari
dimana dia tidak mendatangi poli fisioterapi
Setelah 6 kali sesi terapi, dilakukan
pengukuran hasil terapi.
18. Hasil Pengukuran
11 point NPRS jangkauan dari 0 (tidak nyeri)
sampai 10 (nyeri sangat berat) digunakan
untuk mengindikasi intensitas nyeri saat ini
dan tingkat terbaik dan terburuk selama 24
jam.
3 penilaian tersebut dirata-ratakan untuk
mencapai skor nyeri keseluruhan. Skala telah
terbukti memiliki reliabilitas yang memadai,
validitas, dan responsivitas pada pasien
dengan LBP ketika 3 skor dirata-ratakan
19.
PSLR diukur dengan menggunakan metode
yang digambarkan oleh Hall et al. Subyek tidur
terlentang dengan kedua lengan di samping
badan dan satu bantal di bawah kepala.
Inclinometer diikat di lateral sendi lutut. SLR
dilakukan sampai batas nyeri pertama. Tiga
pengukuran SLR diambil dengan dimodifikasi
AFO dan knee immobilizer untuk standarisasi
posisi lutut dan ankle.
20. Pembahasan
Efek fisiologis berupa penurunan nyeri
kelompok SLR dan Slump stretching ini
merupakan efek dari mobilisasi syaraf yang
memberikan efek menurunkan nyeri.
Teknik osilasi ini akan memanjangkan dan
memendekkan saraf yang dapat meningkatkan
tekanan intraneural yang kemudian diikuti
periode relakasasi.
21.
Pumping action yang berulang ini dapat
meningkatkan penurunan inflamasi lokal di
syaraf tersebut ataupun jaringan sekitar
syaraf, yang kemudian diikuti dengan proses
hypoxia berkurang dan nyeri menurun.
22.
Sedangkan mekanisme slump stretching
dapat menurunkan nyeri yakni dengan
menurunkan oedema intraneural.
Slump stretching juga memberikan efek
inhibisi pada sistem syaraf simpatis, dan juga
merupakan stimulasi yang dapat
mempengaruhi kemampuan saraf untuk
mengulur.
Slump stretching juga dapat menurunkan scar
tissue yang melekat pada jaringan syaraf dan
jaringan sekitarnya.
23.
Sehingga Gladsonet al menyimpulkan bahwa
teknik osilasi lebih baik daripada teknik
stretching syaraf secara statis dalam
menurunkan nyeri pada kasus sciatica.
24.
Progress yang signifikan sangat terlihat pada
kelompok 1 dan 2 dalam hal peningkatan
ROM pasive SLR.
Pada kelompok 2, slump stretching ini terbukti
efektif dalam mengulur kanal/foramen
daripada kelompok 1, karena mempengaruhi
fleksibilitas otot-otot tungkai bagian posterior
dan meningkatkan sudut tibio-tarsal joint yang
meingkatkan ROM pasive SLR.
27.
Dari hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa
kedua-duanya SLR dan slump stretching
sama-sama efektif dalam mengurangi nyeri
pada pasien LBP yang terkait dengan
ketegangan saraf. Slump stretching lebih baik
daripada SLR stretching dalam meningkatkan
jangkauan pasif SLR.