Penelitian ini membandingkan efek terapi Corrective Spinal Techniques (CST) dan program latihan konvensional terhadap perubahan kurva tulang belakang dan kualitas kesehatan pada 32 pasien adolessen idiopathic scoliosis. Hasilnya menunjukkan bahwa CST lebih efektif memperbaiki malaligmen postur dan meningkatkan kualitas kesehatan berdasarkan pengukuran Cobb angle, vertebrae rotation, dan skor kuesioner SRS-22.
Bab 7 - Perilaku Ekonomi dan Kesejahteraan Sosial.pptx
Review_Jurnal_Radiologi.doc
1. Judul EFFECTS OF NOVEL CORRECTIVE SPINAL TECHNIQUE ON ADOLESCENT IDIOPATHIC SCOLIOSIS AS
ASSESSED BY RADIOGRAPHIC IMAGING
Jurnal Journal of Back and Musculoskeletal Rehabilitation
Volume &Halaman Vol.27 & Halaman 331-338
Tahun 2014
Penulis Dong Koog Noh, Joshua (Sung)-H You, Jae Hyun Koh, Hoseong Kim, Donghyun Kim, Sung Mok Ko dan Ji Youn
Shin
Reviewer
I MADE HENDRA MEIRIANATA (1702631015)
INTAN AYU PUSPANINGSIH (1702631012)
IDA AYU EKA PRADNYA PARAMITA (1302306012)
DESAK MADE WAHYU ARININGSIH (1302306027)
Tanggal 20 Juni 2018
2. Tujuan Penelitian
Tujuan Penelitian :
Tujuan dari penelitian ini yaitu untuk membandingkan efek terapi dari 3-Dimensional corrective spinal techniques (CST) dan
program latihan konvensional pada perubahan kurva tulang belakang dan kualitas yang berhubungan dengan kesehatan.
Subjek Penelitian
Subjek dalam penelitian ini sebanyak sebanyak 32 orang (6 laki-laki dan 26 perempuan) dengan kondisi adolenscents
idiopathic scoliosis (AIS). Sebelum melakukan penelitian pasien diberikan penarahan tentang tujan dari penelitian dan
diminta untuk mengisi form informed consents. Pasien dalam penelitian ini diambil berdasarkan kriteria inklusi dan eklusi.
Adapun kriteria inklusi dan eklusi dalam penelitian ini sebagai berikut :
Kriteria inklusi ;
1. Pasien remaja berusia antara 10 – 19 tahun.
2. Terdiagnosa mengalami AIS.
3. Berjenis kelamin perempuan dan laki-laki.
4. Berhasil menjalani terapi CST atau CE.
5. Telah menjalani klinikal tes radiografi sebelum maupun sesudah intervensi.
Kriteria eksklusi :
1. Pasien yang terdiagnosa mengalami deficit neurologi.
2. Pasien dengan spondylolistesis.
3. Sebelumnya melakukan treatment berupa penggunaan brace.
4. Sebelunya telah mendapatkan exercise, dan
5. Telah melakukan operasi AIS.
Metode Penelitian
Penelitian ini bersifat eksperimental-blinded design dimana dua peneliti yang akan melakukan interprestasi radiografi akan di
blind dan di alokasi pada kelompok ientervensi yang telah disediakan. Seluruh tes ada penelitian ini dilakukan oleh peneliti
3. yang sama sesuai protocol penelitian yang telah disetuji oleh komite dari Seoul Hyu Clinic. Subjek dalam penelitian ini
sebanyak 32 remaja yang terdiagnosa mengalami AIS. Selanjutnya 32 subjek akan di random alokasi di bagi menjadi 2
kelompok yaitu kelompok Corrective Spinal Techniques (CST) dan kelompok Convensional Exercise (CE). Pada kelompok
CST subjeknya berjumlah 16 orang (4 laki-laki dan 12 perempuan) dan pada kelompok CE subjeknya sejumlah 16 orang (2
laki-laki dan 14 perempuan). Setelah penetuan kelompok akan dilakukan klinikal radiografi tes yang mengunakan
comprehensive 3D radiographic imaging. Tes ini dilakukan untuk mengukur Risser stage, Cobb angle, parameter dua spinal
dan tiga pelvic dari aligment pada bidang sagital (thoracic kifosis, lumbar lordisis, sacral slope, pelvic tilt, dan pelvic
incidence), derajat dari rotasi vertebra dan pertumbuhan longitudinal dari columns vertebra. Kedua intervensi di lakukan 60
menit persesi, 2-3 kali seminggu untuk 3,5 sampai 4 bulan Pengolahan data pada enelitian ini menggunakan perangkat lunak
SPSS versi 12.0.
Definisi Operasional
Variabel Dependent
Variabel dependent dalam penelitian ini adalah :
Adolescent Idiopathic Scoliosis (AIS) merupakan kelainan structural, lateral, rotasi dari curva tulang belakang yang muncul
pada anak-anak yang sehat pada usia setelah pubertas. Skoliosis hadir 2-4% pada anak-anak antara usia 10-16 tahun. Rasio
gadisgadis dan anak laki-laki dengan kurva kecil yaitu 10⁰ adalah sama tetapi meningkat dengan rasio gadis-gadis sepuluh
terhadap satu laki-laki dengan kurva lebih besar dari 30⁰. Scoliosis pada anak perempuan cenderung progresnya lebih sering
dan oleh karena itu, gadis-gadis lebih sering memerlukan perawatan daripada anak laki-laki. Prevalensi kurva lebih besar dari
30⁰ sekitar 0,2%, dan prevalensi untuk kurva lebih besar dari 40 derajat adalah sekitar 0,1%. Faktor penyebab dari AIS terdiri
dari : faktor genetik, efek melatonin, efek jariangan penyokong, kelainan otot rangka, kelainan trombosit, dan faktr
biomekanik.
Gejala klinis pada AIS bisa berupa (1) deformity, jelas tampak condong belakang atau tulang rusuk punuk di kurva toraks,
dan penonjolan asimetris dari satu pinggul dalam kurva thoracolumbar. Kadang-kadang keseimbangan kurva terlewati tanpa
4. diketahui sampai dewasa tampak dengan gejala sakit punggung. (2) Skoliosis pada anak-anak adalah sebuah bentuk
deformity tanpa rasa nyeri. Skoliosis dengan rasa nyeri menunjukkan tumor tulang belakang sampai terbukti sebaliknya. (3)
Pinggul (pelvis) menjulur keluar di sisi cekung dan tulang belikat pada sisi cembung. (4) Payudara dan bahu juga mungkin
asimetris. (5) asimetris rusuk pada punuk di sisi cembung kurva oleh karena adanya rotasi vertebra thoracal.
Cara & Alat Mengukur
Variabel Dependent
Alat ukur yang digunakan pada penelitian ini yaitu menggunakan radiografi imaging untuk mengetahui Cobb angle,
test ini dilakukan melalui imaging AP lateral: thoracic kyphosis (sudut antara tepi atas dari endplate T5 dan tepi
bawah endplate T12) , lumbar lordosis (sudut antara tepi atas L1 dan tepi atas endplate dari S1), sacral slope (sudut
antar sacral plate dan garis horizontal), pelvic tilt (sudut antara garis vertical dari axis hip) dan pelvic incidence (sudut
antara perpendicular dari sacral plate dan garis tengah pada sacral palte, dan axis dari hip).
Metode Nash-Moe untuk mengetahui vertebrak rotation (VR). Metode ini akan mengukur serajat dari defomitas
dalam bidang melintang. VR diklasifikasikan menjadi 5 grade : netral (0%), grade I (25%), grade II (50%), grade III
(75%), dan grade 4 (100%).
Longitudinal Growth (LG) dari anterior dan posterior column vertebra mengukur perbedaan pertumbuhan
longitudinal yang melekat pada badan vertebra. LG akan mengidentifikasikan perbedaan dalam jarak perpendicular
anatara anterior dan posterior wedges dan tepi dari coloumn vertebra dengan cobb angle yang besar.
The Scoliosis Research Society-22 (SRS-22) merupakan kuisioner yang digunakan untuk mengevaluasi issue
kesehatan (fungsi, nyeri,self-image, kesehatan mental, dan kepuasan). Kuisioner ini valid dan realible untuk
mengevaluasi dari health-related quality of life pada pasien dengan AIS.
Definisi Operasional
Variabel Independent
Variabel independent dalam penelitian ini yaitu Corrective Spinal Techniques (CST) dan Convensional Exercise (CE).
Corrective Spinal Techniques (CST) adalah suatu desain untuk memperbaiki spinal malalaigment dan muscle
imbalance yang terkait menggunakan konsep dari schroth dan teknik core stability. Teknik schroth sendiri merupakan
5. prinsip nonbedah pengobatan skoliosis yang menggunakan latihan spesifik skoliosis berbasis pola lekukan. Latihan
skoliosis tidak menyerupai latihan biasa, dan metode Schroth mencakup teknik pernapasan korektif ekslusif yang
dikenal sebagai pernapasan rotasi, atau yang juga dikenal dengan rotational angular breathing (RAB). Pasien skoliosis
memiliki pola lekukan yang unik. Tujuan metode Schroth adalah untuk melengkungkan atau memutar kembali batang
tubuh sehingga kembali ke posisi fisiologis yang lebih ‘normal’.
Convensional Exercise (CE), Terapi latihan didefinisikan sebagai program aktivitas fisik yang melibatkan usaha klien
kontraksi otot volunter dan / atau gerakan tubuh dengan bertujuan mengurangi gejala, memperbaiki fungsi atau
meningkatkan, mempertahankan atau memperlambat kemunduran kondisi kesehatan. Terapi latihan pada pasien AIS
pada penelitian ini meliputi stretching exercise, core stabilization, lower extremity strengthening, back muscle
strengthening, dan sensory motor training untuk mengembalikan otot punggung yang mengalami ketidakseimbangan
dan memperbaiki postural aligment.
Teknik Intervensi
Protokol untuk CST dan CE:
a. Latihan standar
o Stretching statis untuk memendekan otot seperti otot quadratus lumborum, otot oblique, hamstring, adductor, gluteus,
calf muscle, pectoralis mayor dan minor, illiopsoas, rectus femoris. Stretch hold selama 10-15 detik x 3-5 set
o Latihan sensori motor untuk memperbaiki spinal alignment yang berhubungan dengan sindrom hiperpronasi dengan
menginstruksikan pasien untuk menguatkan arkus longitudinal dan transversal dengan mengkontraksikan abductor
halluces, tibialis posterior, dan otot bagian anterior. Hold eslama 5-10 detik x 3-5 set.
o Penguatan ekstremitas bawah meliputi lunge, squat (sit to stand), dan latihan weight shifting pada posisi squat.
Lakukan 10-20 repetisi/3-10 set.
o Latihan pernafasan untuk meningkatkan core stability dan fungsi lokomotor meliputi deep diaphragmatic beathing,
6. pergerakan lateral rib, breathing control. Lakukan 10-20 repetisi/5-10 set.
o Abdominal Draw-in Manuever untuk meningkatkan kekuatan transversus abdominis. Lakukan 10-20 repetisi/5-20
set.
o Latihan fleksibilitas trunk meliputi latihan cat-camel (saa inspirasi spine bergerak ke atas dan kepala menghadap
dada, kemudian saat ekspirasi bagian abdomen menyentuh permukaan). Lakukan 10-20 repetisi/5-10 set.
b. Latihan tambahan atau pembeda latihan
Conventional Exercise (CE)
o Metode Schroth (posisi tidur, duduk, dan berdiri) meliputi elongasi axial untuk stretch otot axial, defleksi untuk
koreksi kurva scoliosis pada bidang frontal, derotasi untuk meluruskan kurva thorakal dan memanjangkan area yang
kolaps dengan rotatory breathing. Dilakukan 5-10 repetisi/5-20 set pada setiap posisi.
o Latihan ADL (posisi tidur, duduk, dan berdiri) meliputi rotational breathing exercise (ekspansi kea rah lateral dan
backward untuk bagian konkaf thorakal selama inspirasi, dan kontraksi sisi konveks saat ekspirasi), pada posisi duduk
dan berdiri dengan abdominal draw-in maneuver untuk menjaga posisi pelvis tetap netral. Dilakukan 5-10 repetisi/5-
20 set pada setiap posisi.
o Latihan pola jalan untuk melatih koreksi postur secara aktif dengan abdominal draw-in maneuver. Lakukan 10-20
repetisi/5-10 set.
Corrective Spinal Technique (CST)
o Latihan core stability meliputi abdominal curl up. Lakukan 10-20 repetisi/5-10 set.
o Latihan penguatan otot-otot bagian belakang meliputi cross arm dan leg extension pada posisi prone dan quadruped.
Lakukan 10-20 repetisi/5-10 set.
o Latihan bridging untuk menjaga otot bagian trunk dan gluteal meliputi side bridging. Lakukan 10-20 repetisi/5-10 set.
7. Total sesi latihan pada kelompok CE 30,5 dengan standar deviasi 8,1 dan kelompok CST 30,6 dengan standar deviasi 11,2.
Frekuensi latihan 2-3 hari/minggu dengan waktu latihan 60 menit per sesi. Latihan dilakukan selama 3,5-4 bulan.
Hasil Penelitian
a. Demografi dan Data Klinis
Independent t-test menunjukkan tidak ada perbedaan signifikan pada data demografi dan klinis antara variabel pada
masing-masing kelompok, hal ini mengindikasikan bahwa kedua kelompok memiliki karakteristik yang sama.
b. Data Klinis Radiografi
Independent t-test menunjukkan bahwa perbedaan antara pretest-posttest setelah pemberian intervensi terhadap sudut
Cobb dan VR lebih besar pada kelompok CST dibandingkan kelompok CE (sudut Cobb, p=0,0003; VR, p=0,000),
mengindikasikan bahwa CST lebih efektif untuk memperbaiki malaligntment postur terkait skoliosis di bagian frontal
dan transversal. Paired t-test menunjukkan peningkatan yang signifikan pada sudut Cobb di kedua kelompok, namun
perubahan PI dan VR secara signifikan hanya dilihat pada kelompok CST )p<0,005). Data PI, yang mana
menunjukkan sacral slope dan pelvic tilt, meningkat diawal lalu menurun ke level normal. Secara spesifik, scral slope
menurun signifikan (p<0,014), namun sudut PT tidak berpengaruh pada kelompok CST. Pengukuan lain seperti
8. perubahan TK dan LL antara kedua kelompok pada pretest dan posttest tidak berbeda secara signifikan. Pengukuran
LG menunjukkan 8 keluar dari 16 pada kelompok CST (50%) dan 9 keluar dari 16 pada kelompok CE (56%)
memiliki pertumbuhan anterior yang lebih besar dibandingkan pertumbuhan posterior pada column vertebra dengan
jarak 0,4 sampai 1,5 mm. Uji analisis non-parametrik Mann Whitney U test menunjukkan ada perbedaan signifikan
pada skor kuesioner SRS-22 pada posttest di kelompok CST dibandingkan kelompok CE. Wilcoxon signed rank test
menunjukkan peningkatan signifikan pada seluruh subseksi (fungsi, nyeri, self-image, mental health, dan kecemasan)
pada SRS-22 untuk kelompok CST saja.
c. Tes-retest Reliability
Korelasi baik hingga sangat baik didapatkan antara pengukuran; ICCnya adalah 0,86 (95% CI 0,41 sampai 0,97), 0,91
(0,53 sampai 0,98) dan 0,86 (0,60 sampai 0,97) untuk sudut Cobb, sudut kifosis thorakal, sudut lordosis lumbal, dan
insiden pelvis.
Pembahasan
a. Hasil dari penelitian ini menunjukan kedua teknik latihan yaitu CST dan CE efektif untuk meningkatkan alignment
tulang vertebra dengan adanya penurunan sudut Cobb. Namun, program CST jika dibandingkan dengan dengan
program CE menunjukkan peningkatan yang signifikan pada alignment spinal bagian frontal saat diukur dengan
sudut Cobb, alignment kompleks lumbo-pelvic-hip saat diuur dengan pelvic incidence, dan alignment pada bidang
transveral ditunjukan dari perpindahan angulasi. Dan, nilai SRS-22 lebih baik pada kelompok CST dibandingkan
kelompok CE.
b. Hasil pemeriksaan radiologi pada penelitian ini mendapatkan hasil yang sama dengan penelitian yang pernah
dilakukan sebelumnya mengenai efek latihan spinal scoliosis yang termasuk didalamnya metode Schroth, pendekatan
Scienfic exercise untuk scoliosis (SEAS), rotary strength training, dan side shift exercise. Yang terpenting dalam
penelitian ini, pengukuran radiologi dari 3D VR, divalidasi dengan membandingkan hasil itu dengan pengukuran
9. Vicon motion analysis, menunjukkan PI dan VR meningkat signifikan setelah diberikan program CST. Hasil
penelitian ini menunjukkan bahwa CST tidak hanya efektif untuk memperbaiki malalignment spinal di bidang
frontal, namun juga bermanfaat untuk menjaga alignment di bidang sagittal dan transversal kompleks lumbo-pelvic-
hip. Latihan CST memfasilitasi perbaikan alignment dan stabilitas dengan stimulasi sensorimotor melalui input
proprioseptif dan kinestetik yang mana membantu untuk membangun kembali spinal alignment pada bidang frontal
dan sagittal.
c. Data PI yang menunjukkan sacral slope dan pelvic tilt mulanya meningkat, hal ini sesuai dengan penelitian
sebelumnya menganai sudut PI pada scoliosis idiopatik masa remaja lebih besar dibandingkan yang terlihat pada
anak-anak normal pada umumnya. Setelah pemberian CST, sudut PI menurun secara signifikan. Secara spesifik, SS
menurun, sementara itu sudut PT tidak ada perubahan. Data ini menunjukkan bahwa CST, yang menekankan core
stability, memiliki efek terhadap stabilitas lumbosacral
d. Menariknya, pengukuran radiologi kifosis thorakal dan lordosis lumbar yang merepresentasikan bidang sagittal pada
spinal tidak mengalami perubahan di kedua kelompok. Hasil ini didukung oleh penelitian Weiss et al yang
melaporkan bahwa latihan yang didesain utnuk meningkatkan lordosis lumbal dan kifosis thorakal tidak mampu
menjaga alignment dan keseimbangan di bidang sagittal. Namun penelitian Dobosiewicz et al menunjukkan bahwa
metode Dobosiewicz efektif meningkatkan TK dan LL setelah 1 bulan intervensi. Hasil yang berbeda ini dapat
diakibatkan oleh pertumbuhan antropometri abnormal, yang ditandai dengan pertumbuhan longitudinal anterior
vertebral column lebih cepat dibandingkan posterior vertebral column pada pasien AIS. Faktanya, hasil radiologi
pada penelitian ini mendukung asumsi tersebut, setengah dari subjek penelitian (50% pada CST dan 56% pada CE)
menunjukkan pertumbuhan longitudinal anterior vertebral column lebih besar dibandingkan posterior vertebral
column.
10. Kekuatan Penelitian
a. Penelitian ini dapat dijadikan acuan untuk pemberian intervensi latihan pada pasien remaja dengan idiopatik scoliosis.
b. Alat ukur yang digunakan dalam penelitian ini valid.
c. Penelitian ini merupakan penelitian pertama yang membuktikan pengaruh intervensi terhadap perubahan pada #D
spinal alignment.
Kelemahan Penelitian
a. Jumlah subjek pada penelitian ini tidak memenuhi syarat untuk penelitian eksperimental karena jumlah subjek
perkelompok masih sedikit.
b. Jenis kelamin pada subjek penelitian berbeda-beda sehingga akan menimbulkan bias pada hasil penelitian.
c. Tidak dilakukan pengukuran pada aspek neuromuscular menggunakan electromyographic atau ultrasound untuk
menilai saraf dan juga jaringan lunak.
d. Total sesi lathan tidak distandarisasi mengingat setiap individu memiliki jangka waktu pemulihan yang berbeda-beda.